Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEMODINAMIKA

Disusun oleh:
Nickolas Enriyo Jayabrata
41130100
Kelompok 4

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2013
I. Latar Belakang
Hemodinamika adalah sistem sirkulasi darah dimana didalamnya terdapat darah dan
pembuluh darah sebagai jalan, jantung sebagai pemompa, dan darah tersebut mengalir ke
seluruh tubuh. Didalam hemodinamika, terdapat tekanan darah.
Tekanan darah merupakan besaran yang sangat penting dalam dinamika peredaran
darah (hemodinamika). Definisi tekanan darah di sini merujuk kepada tekanan yang dialami
darah pada pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota
tubuh manusia. Pada pemeriksaan fisik seorang penderita, pemeriksaan tekanan darah arteri
merupakan hal terpenting dan merupakan hal awal untuk dilakukan. Pengukuran tekanan
darah arteri ini bertujuan untuk mengetahui tinggi tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah tertinggi selama satu siklus jantung,
merupakan tekanan yang dialami pembuluh darah saat jantung memompa darah. Sedangkan
tekanan darah diastolik adalah tekanan darah terendah yang dialami pembuluh darah saat
jantung beristirahat. Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah
gaya berat, paparan suhu dingin, serta aktivitas fisik yang semuanya itu dilakukan dalam
praktikum hemodinamika kali ini.
Atas dasar perbedaan nilai tekanan darah yang tergantung aktivitas inilah dan
pentingnya seorang mahasiswa kedokteran mengetahui cara mengukur tekanan darah dan
faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah seseorang. Dengan mengamati serta
mempelajari hasil pengaruh perubahan posisi tubuh dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah,
kita akan memperoleh sebagian gambaran mengenai sistem kardiovaskular seseorang, maka
praktikum Hemodinamika sangat penting untuk dilakukan.

II. Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa memahami pengaruh gaya berat terhadap tekanan darah arteri.
2. Mahasiswa memahami pengaruh paparan dingin terhadap tekanan darah arteri.
3. Mahasiswa mampu memahami respon fisiologis tubuh terhadap aktivitas fisik berat.
4. Mahasiswa mampu mengukur tingkat kebugaran jasmani.

III. Tinjauan Pustaka

Jantung berfungsi sebagai pompa yang memberi tekanan pada darah untuk menghasilkan
gradien tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke jaringan. Pembuluh darah
sebagai saluran untuk mengalirkan dan menyebarkan darah dari jantung ke semua bagian
tubuh dan kemudian dikembalikan ke jantung. Pembuluh darah terdiri atas arteri, arteriol,
kapiler, venula, dan vena. Masing-masing memiliki struktur yang berbeda sesuai dengan
ukuran dan otot yang melapisi dinding pembuluh tersebut. Darah adalah medium pengangkut
tempat larut atau suspensinya bahan-bahan (misalnya oksigen, karbon dioksida, nutrient, zat
sisa, elektrolit dan hormon) yang akan diangkut jarak jauh ke berbagai bagian tubuh.
(Sherwood, 2012, hlm 327)

Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan sebuah denyut sampai permulaan
denyut jantung berikutnya disebut siklus jantung. Setiap siklus diawali oleh pembentukan
potensial aksi yang spontan pada nodus sinus, nodus ini terletak pada dinding lateral superior
atrium kanan dekat tempat masuk vena cava superior, lalu potensial aksi menjalar dengan
kecepatan tinggi melalui kedua atrium kemudian melalui berkas A-V ke ventrikel. Namun
ditemukan keterlambatan selama lebih dari 0,1 detik ketika impuls jantung dialirkan dari
atrium ke ventrikel, keadaan ini menyebabkan atrium berkontraksi mendahului ventrikel,
sehingga darah mengalir ke ventrikel sebelum terjadi kontraksi ventrikel yang kuat. (Guyton
& Hall, 2012, hlm 111)

Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut diastolik, yaitu periode
pengisisan jantung dengan darah, yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut
sistolik. (Guyton & Hall, 2012, hlm 111)

Faktor gravitasi juga mempengaruhi tekanan darah arteri perifer dan kapiler. Contohnya pada
seseorang yang berdiri memiliki tekanan darah arteri rata-rata 100 mmHg pada tingkatan
setinggi jantung akan mempunyai tekanan arteri di kaki sekitar 190 mm Hg. Karena itu, bila
seorang menyatakan bahwa tekanan arterinya sebesar 100 mm Hg, hal ini umumnya berarti
bahwa tekanan tersebut merupakan tekanan pada tingkatan gravitasi setinggi jantung tetapi
tidak berlaku pada pembuluh arteri di tempat lain. Dalam hal ini arteri yang berada pada
tingkatan gravitasi setinggi jantung adalah arteri brachialis. (Guyton & Hall, 2012, hlm 185)

Peran sistem saraf dalam pengaturan tekanan arteri yang cepat. Salah satu fungsi yang paling
penting dari pengaturan sirkulasi oleh saraf adalah kemampuannya untuk menimbulkan
peningkatan arteri secara cepat. Untuk tujuan ini, seluruh fungsi vasokonstriktor dan
kardioakselerator sistem saraf simpatis dirangsang bersamaan. Pada saat yang sama terjadi
inhibisi resiprokal dari sinyal penghambat vagal parasimpatis ke jantung. Akibatnya timbul
perubahan secara serentak, yang masing-masing membantu meningkatkan tekanan arteri.
(Guyton & Hall, 2012, hlm 218)
Tekanan arteri rerata adalah tekanan darah yang dipantau dan diatur ditubuh, bukan tekanan
sistolik atau diastolik arteri atau tekanan nadi dan juga bukan tekanan dibagian lain pohon
vaskular. Pengukuran tekanan darah rutin merekam tekanan sistolik dan diastolik arteri yang
dapat di gunakan sebagai patokan untuk menilai tekanan arteri rerata. Nilai ambang terkini
untuk tekanan darah normal yang ditentukan oleh National Institute of Health (NIH) adalah
kurang dari 120/80 mmHg. Tekanan arteri rerata adalah gaya pendorong utama yang
mengalirkan darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan.
Pertama, tekanan ini harus cukup tinggi untuk menjamin tekanan pendorong yang memadai.
Kedua, tekanan harus tidak terlalu tinggi sehingga menimbulkan risiko kerusakan pembuluh
darah serta kemungkinan pecahnya pembuluh darah halus. (Sherwood, 2012, hlm 403)

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh masing-masing ventrikel per menit.
Curah jantung dipengaruhi oleh banyaknya denyut jantung per menit (kecepatan jantung)
serta volume darah yang dipompa oleh jantung tiap denyutnya (isi sekuncup). Pada keadaan
istirahat curah jantung rerata adalah antara 5 sampai 5,5 liter per menit, dan pada keadaan
olah raga curah jantung dapat meningkat menjadi 20 sampai 25 liter per menit, semua itu
tergantung pada kecepatan denyut jantung serta volume isi sekuncup. (Sherwood, 2012, hlm
349)

Resistensi terhadap aliran dalam suatu pembuluh bergantung pada panjang pembuluh dan jari-
jari pembuluh, serta viskositas cairan. Di dalam tubuh, panjang pembuluh darah pada
esensinya tetap. Walaupun berpotensi bervariasi, kekentalan darah juga tetap. Dengan
demikian, yang biasanya diperhitungkan adalah jari-jari pembuluh. Sedikit saja penurunan
jari-jari lumenmenyebabkan peningkatan besarresistensi terhadap aliran. Resistensi dalam
sistem vaskular sistemik adalah resistensi perifer total (total peripheral resistance). Resistensi
ini tidak mungkin diukur secara langsung. Resistensi dalam sistem kardiovaskular dihitung
dengan mengukur aliran dan tekanan. Resistensi sama dengan tekanan dibagi aliran.
Resistensi terhadap aliran di sistem vaskular paru jauh lebih rendah daripada di sistem
sistemik. (Corwin, 2009, hlm 456)

Sistem saraf simpatis mengontrol kerja jantung pada situasi darurat atau olah raga dengan cara
meningkatkan efektivitas jantung sebagai pompa dengan meningkatkan kecepatan jantung,
mengurangi penundaan antara kontraksi atrium dan ventrikel, mengurangi waktu hantaran ke
seluruh jantung, dan meningkatkan kekuatan kontraksi. (Sherwood, 2012, hlm 351)
IV. Alat dan Bahan
Alat:
Sphygmomanometer
Stetoskop
Tempat tidur
Kursi
Meja tinggi 45 / 30 cm
Metronome
Stopwatch
Bahan:
Air es

V. Cara Kerja
a. Pengaruh gaya berat terhadap tekanan darah

Berbaring dengan kedua lengan lurus sejajar


dengan sumbu badan

Duduk dengan kedua lengan tergantung lurus ke


baawah

Berbaring dengan kedua lengan tergantung lurus


sejajar dengan sumbu badan

Berbaring seperti percobaan 1 kemudian tiba-tiba


berdiri dan segera diukur

Pengukuran dilakukan tiga kali pada tiap-tiap posisi


badan dan hasil yang diambil adalah hasil rata-
ratanya
b. Cold Pressure Test

Naracoba duduk dengan nyaman di kursi dengan tinggi sesuai meja. Pasang menset
pada lengan kanan atas.

Ukur tekanan darah sistolik dan diastolik 3 kali, ambil tekanan diastolik terendah
untuk perbandingan.

Masukkan tangan kiri ke dalam air es (10-15C) sampai pergelangan tangan


terendam seluruhnya.

Setelah lewat 10-15 detik, ukurlah tekanan darah tiap 20 detik selama 2 menit dan
catatlah. Waktu mengukur tangan tetap di dalam air es.
c. Harvard Step Test

Probandus duduk selama 5 menit


Probandus Hitung denyut nadi probandus
duduk

Metronome pada 120 pukulan permenit (30 langkah lengkap)


Pasang
metronome

Naik turun bangku dengan 4 hitungan


Dilakukan selama 5 menit
Probandus naik Hentikan naik turun bangku jika probandus merasa pusing,
turun bangku nyeri dada, capai, tidak teratur langkahnya atau terjatuh

Setelah duduk selama 1 menit


Probandus Hitung denyut nadi
duduk kembali

Setelah diperoleh denyut nadi istirahat dan jumlah denyut nadi


sesuai naik turun bangku, didapatkan perkiraan nilai kebugaran
Memperkirakan
nilai kebugaran jasmani (KJ/physical fitness) probandus tersebut
jasmani probandus
VI. Hasil
Tabel hasil pengaruh gaya berat terhadap tekanan darah
Data naracoba :
Nama : Yosa
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 70 kg

Hasil pengukuran tekanan darah cara auskultatoir


1. Berbaring dengan kedua lengan lurus sejajar dengan sumbu badan

Tekanan sistolik 100 100 100


Tekanan diastolik 60 55 60
Tekanan darah 100/60 100/55 100/60
Rata-rata 100/58

2. Duduk dengan kedua lengan tergantung lurus kebawah

Tekanan sistolik 100 100 100


Tekanan diastolik 80 80 80
Tekanan darah 100/80 100/80 100/80
Rata-rata 100/80

3. Berdiri dengan kedua lengan tergantung lurus sejajar dengan sumbu badan

Tekanan sistolik 110 110 110


Tekanan diastolik 80 80 80
Tekanan darah 110/80 110/80 110/80
Rata-rata 110/80

4. Berbaring seperti pada percobaan pertama kemudian tiba-tiba berdiri dan segera diukur

Tekanan sistolik 110 110 100


Tekanan diastolik 70 70 70
Tekanan darah 110/70 110/70 100/70
Rata-rata 107/70
Tabel hasil cold pressure test
Data naracoba :
Nama : Yosa
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Tinggi badan : 176 cm
Berat badan : 70 kg

Pemeriksaan saat istirahat:


I : 100/80
II : 100/80
III : 100/80
Sistole ( mmHg ) Diastole ( mmHg )
Istirahat 100 80
20 detik I 110 85
20 detik II 110 85
20 detik III 110 90
20 detik IV 110 90
20 detik V 120 90
20 detik VI 120 90

Perbedaan tekanan diastole 20 detik pertama naracoba adalah dibawah 10 mmHg, maka
naracoba termasuk golongan hiporeaktor.

Tabel hasil Harvard Step Up Test


Data naracoba :
Nama : Enrio
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Tinggi badan : 170cm
Berat badan : 56 kg

1. Lama naik turun bangku : 5 menit


2. Jumlah denyut nadi awal : 76 denyut/menit
3. Denyut nadi menit 1 : 110 denyut/menit
4. Denyut nadi menit 2 : 92 denyut/menit
5. Denyut nadi menit 3 : 81 denyut/menit
6. Indeks kebugaran jasmani : 106
7. Tingkat kebugaran : Excellent
VII. Pembahasan

Pengaruh gaya berat terhadap tekanan darah

Karena pengaruh gravitasi, tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12
cm di bawah jantung. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah yang
sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi
hanya 90 mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama (Green,
2008).
Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh capacitance
vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%.
Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan
menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu
tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30
mmHg dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002).
Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih
volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang
kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan
kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh.
Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah
sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk
itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari
kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup. Dengan
adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja
atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya
berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah
yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya
menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian
tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung
berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2012)
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan
pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun
dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama
otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang
menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan
vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk
dipompa menjadi meningkat.Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen
(Guyton dan Hall, 2012).
Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus
melawan kekuatan gravitasi. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup
mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai
pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang
diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Makin besar intensitas kerja (melebihi batas
85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup, hal ini disebabkan memendeknya waktu
pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit
maka 1 siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan
bagian dari 0,3 detik tersebut) (Guyton, 2012).
Pada percobaan didapatkan tekanan darah pada saat berdiri lebih tinggi dibandingkan
saat berbaring maupun duduk, hal ini dapat terjadi karena lama berdiri belum sampai
menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah, dan juga
pengeluaran energy disaat berdiri yang berarti berdiri merupakan aktivitas fisik, di mana
tekanan darah akan mengalami peningkatan karena faktor aktivitas fisik.

Cold Pressure Test

Saat tubuh manusia berada pada temperatur yang relatif lebih rendah, pembuluh-
pembuluh darah akan menyempit (vasokonstriksi), terutama pembuluh darah perifer. Tujuan
vasokonstriksi tersebut adalah untuk menjaga panas tubuh agar tidak keluar. Vasokonstriksi
tersebut berdampak pada naiknya tekanan darah sistol dan diastol. Hal tersebut dapat
dibuktikan pada percobaan cold pressure test, tekanan darah probandus setelah tangan
dimasukkan ke dalam air es (10oC) lebih tinggi jika dibandingkan tekanan darah pada saat
sebelum tangan masuk ke air. Peningkatan tekanan darah juga sebanding dengan lama tangan
dimasukkan ke dalam air es, namun hasil yang didapat pada percobaan kenaikan diastole saat
20 detik pertama kurang dari 10 mmHg ini menunjukkan bahwa probandus tergolong
hiporeaktor, artinya saraf simpatis mengadakan reaksi yang kurang cepat terhadap paparan
dingin yang dilakukan.
Harvard Step Test

Selama gerak tubuh terjadi peningkatan tekanan arteri. Peningkatan ini terjadi karena
adanya pencetusan simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar pembuluh darah. Peningkatan
ini dapat sekecil 20 mmHg atau sampai sebesar 80 mmHg tergantung pada keadaan-keadaan
saat gerak badan tersebut dilakukan. Sebaliknya bila orang melakukan gerak badan seluruh
tubuh seperti berlari atau berenang kenaikan arteri biasanya hanya 20 mmHg- 40 mmHg.
Kurang besarnya kenaikan dalam tekanan arteri disebabkan adanya vasodilatasi yang terjadi
di dalam massa otot yang besar (Guyton, 2012).

Selama bergerak, otot-otot memerlukan peningkatan aliran darah yang banyak.


Sebagian dari peningkatan ini adalah akibat dari vasodilatasi lokal pada vasokularisasi otot
yang disebabkan oleh peningkatan metabolisme sel otot. Peningkatan tekanan arteri selama
bergerak terutama akibat area motorik sistem saraf menjadi teraktivasi untuk bergerak, sistem
pengaktivasi retikuler di batang otak juga ikut teraktivasi, yang melibatkan peningkatan
perangsangan yang sangat besar pada area vasokonstriktor dan kardioakselerator pada pusat
vasomotor. Keadaan ini akan meningkatkan tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan
besarnya peningkatan aktivitas otot. (Guyton dan Hall, 2012).

Dari percobaan Harvard Step Test, kita dapat menentukan sampai mana batas
kesanggupan badan seseorang dalam melakukan aktivitas fisik yang berat. Semakin lama ia
mampu bertahan naik-turun bangku dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih
ke frekuensi normal, maka semakin baik pula indeks kebugaran tubuhnya. Hasil akhir
menunjukkan bahwa probandus memiliki nilai kebugaran jasmani 106, itu artinya tingkat
kebugaran probandus berada pada range excellent (>90). Hal ini terjadi karena probandus
rutin berolah raga. Pada prinsipnya olahraga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas
fungsional individu dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada
tingkatan latihan fisik. Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem
kardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi aliran darah dari organ yang
kurang aktif ke organ yang aktif. Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks
Kebugaran Jasmani (IKJ) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus di atas. Semakin
besar nilai dari IKJ seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik.
VIII. Kesimpulan
1. Gaya berat mempengaruhi tekanan darah karena pengaruh gaya gravitasi. Tekanan darah
di bawah jantung lebih besar dibandingkan di atas jantung atau sejajar dengan jantung
sekalipun. Karena tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm di
bawah jantung. Sedangkan dalam keadaan berbaring tekanan darahnya akan sama baik di
bagian atas jantung maupun bagian bawah jantung.
2. Paparan dingin menyababkan pembuluh-pembuluh darah perifer akan menyempit
(vasokonstriksi). Vasokonstriksi tersebut berdampak pada naiknya tekanan darah sistol
dan diastol.
3. Aktivitas fisik berat menyababkan kenaikan dalam tekanan arteri yang disebabkan
adanya vasodilatasi yang terjadi di dalam massa otot yang besar. Selama bergerak, otot-
otot memerlukan peningkatan aliran darah yang banyak agar suplai oksigen dapat
tercukupi.
4. Kesanggupan seseorang mempertahankan denyut jantung dalam kondisi yang stabil saat
nelakukan aktivitas fisik yang berat dinyatakan dengan Indeks Kebugaran Jasmani (IKJ).
Semakin sedikit jumlah denyut jantung yang didapat setelah melakukan aktivitas maka
semakin besar angka indeks kebugaran jasmani yang di dapat.

IX. Daftar Pustaka


Sherwood Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, ed 6. Jakarta. EGC
Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC
Corwin Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, ed 3. Jakarta. EGC
Ganong, W.F. 2002. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai