332 570 1 SM PDF
332 570 1 SM PDF
Kampus Sekaran Gunung Pati Semarang 50229 Jawa Tengah Telepon 024-7499757
2 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
Abstract: This research aims to evaluation performance of agriculture extension agent and
estimates expense of transaction needed to design revitalization scenario of counseling
institute. This research applies primary data collected through interviews with respondent and
key-persons. 200 farmers and 30 Agriculture extension agents taken as a sample with
multistage sampling. The descriptive Statistics applied to depict responder profile, extension
agent performance, and condition of the institution of counseling. A transaction cost will be
applied to estimate the value of the expense of the transaction needed to design revitalization
scenarios of the institution of counseling. The result of the research indicates that the behavior
of farming in the research area has not been efficient, so that there is an opportunity to
optimize farm production through counseling.
Keywords: extension agent performance, transaction cost, counselling institute, farming
performance
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja petuga penyuluh pertanian dan
mengestimasi biaya transaksi yang dibutuhkan untuk mendisain skenario lembaga konseling.
Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dengan para
responden dan tokoh masyarakat. Sejumlah 200 orang petani dan 30 orang petugas penyuluh
pertanian diambil sebagai sampel dengan metode multistages sampling. Statistik deskriptif
digunakan untuk menggambarkan profil responden, kinerja penyuluh pertanian, dan kondisi
lembaga konseling. Biaya transaksi diterapkan untuk memperkirakan nilai biaya operasi yang
diperlukan merancang skenario revitalisasi lembaga konseling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kinerja pertanian di daerah penelitian tidak efisien dan ada kesempatan mengoptimal-
kan produksi usaha tani melalui konseling.
Kata kunci: kinerja petugas penyuluhan, biaya transaksi, lembaga konseling, kinerja usaha
tani
mengambil keuntungan dari hubungan terse- Negara (APBN) dan Anggaran Penerimaan dan
but. Secara rinci kategorisasi biaya transaksi Belanja Daerah (APBD) sebagaimana yang
dapat dilihat pada Gambar 1. dilakukan oleh Jahan, et al. (1998).
Estimasi biaya transaksi untuk memban-
dingkan kedua model kelembagaan penyuluh-
HASIL DAN PEMBAHASAN
an dilakukan dengan menghitung waktu yang
dicurahkan penyuluh dalam melakukan kegiat-
an penyuluhan pertanian dan biaya yang Kelembagaan Penyuluhan
dikeluarkan pemerintah untuk membiayai ke- Secara umum kelembagaan penyuluhan di
giatan penyuluhan pertanian yang dipublikasi- Indonesia sejak Pelita I sampai sekarang telah
kan dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja mengalami beberapa perubahan. Pertama,
pada tahun 1970-1990, dimana secara kelem- da pemerintah daerah. Era ini menjadi awal
bagaan penyuluh merupakan bagian dari dilaksanakannya desentralisasi program-pro-
program Bimbingan Massal (BIMAS) yang gram penyuluhan. Namun banyak daerah yang
bertanggung jawab pada peningkatan komodi- tidak siap sehingga penyuluhan menjadi mati
tas pokok untuk memenuhi sasaran produksi suri. Kelima, pada tahun 2006-sekarang di-
maksimal. Kedua, pada tahun 1991 kelemba- lakukan revitalisasi penyuluhan pertanian di-
gaan penyuluh di set up ulang, sehingga penge- mana kelembagaan penyuluh di tingkat kabu-
lolaan kelembagaan penyuluh pertanian yang paten dan kecamatan dihidupkan kembali yang
semula di Bimas diserahkan ke dinas-dinas dituangkan dalam UU No.16 Tahun 2006 ten-
teknis lingkup pertanian. Masa ini ditandai tang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
dengan munculnya BPP dan PPL Tanaman dan Kelautan (SP3K), kelembagaan di Kabu-
Pangan, BPP Perkebunan, BPP Perikanan, BPP paten Badan Pelaksana Penyuluhan (BAPELLUH)
Peternakan. PPL bersifat monovalen. Ketiga, dan di kecamatan BPP. Hal ini dipertegas
pada tahun 1996-2000, kelembagaan penyuluh- dengan Surat Menteri Pertanian No.157 yang
an di tingkat Kabupaten/Kota disatukan dalam isinya menyatakan bahwa dana dekonsentrasi
wadah baru dengan Nomenklatur Balai Infor- dari Pusat hanya akan diberikan kepada kabu-
masi Penyuluhan Pertanian (BIPP) dan di paten/kota yang sudah membentuk Kelemba-
tingkat kecamatan BPP difungsikan kembali gaan Penyuluhan Pertanian.
sebagai home base semua Penyuluh Pertanian Tahun 2007-2008 menjadi masa transisi
yang bertugas di kecamatan. Pada model ke- bagi kelembagaan penyuluhan di provinsi Jawa
lembagaan pertama sampai ketiga, penentuan Tengah. Januari-November 2007, kelembagaan
dan pengelolaan penyuluhan dilakukan dengan penyuluhan tingkat provinsi berada di dalam
sistem sentralisasi. Keempat, pada tahun 2001- Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan
2005, kelembagaan penyuluh diserahkan kepa- Bimbingan Massal dan Ketahanan Pangan
pola usaha petani dari yang semula tradisional yang dihasilkan. Sehingga dengan peningkatan
hingga menjadi modern. Dalam mengatasi kualitas pengusaha akan dengan mudah
permasalahan kesulitan modal yang dialami membeli karena kualitas yang baik. Sehingga
petani maka penyuluh memberikan bantuan keberadaan penyuluh di sini sangat dibutuhkan
modal dengan system pembayaran saat panen. untuk memberikan solusi harga tawar panen
Menurut petani peran penyuluh cukup besar kedelai dan memberikan informasi teknologi
dalam membantu petani, karena memberikan dan harga pasar. Di daerah Grobogan sebagian
serangkaian program pendampingan kepada sudah dibantu penyuluh tapi sebagian besar
petani. belum, sehingga kinerja penyuluh masih
Permasalahan yang masih dihadapi petani sedang.
dalam pemasaran hasil panen, menurutnya Dari sisi kreatifitas dan inisiatif kinerja
selama ini harga sering dipermainkan oleh penyuluh di ketiga Kabupaten tergolong se-
tengkulak. Tengkulak membeli hasil panen dari dang menurut persepsi responden. Hal ini
petani dengan harga yang sangat rendah. menunjukkan bahwa penyuluh selalu berusaha
Masyarakat petani berharap kepada pemerin- memahami permasalahan petani dan menye-
tah agar dapat membantu permasalahan yang lesaikan dengan memberikan beberapa alterna-
hadapi termasuk masalah tengkulak yang tive penyelesaian masalah. Hal ini bisa dilihat
sangat merugikan petani. saat penyuluh mengadakan pertemuan pada
Kelompok tani pada dasarnya mampu selapan hari sekali (35 hari), saat petani
memiliki posisi tawar yang cukup baik apabila mengadakan pertemuan warga, sehingga per-
mereka mampu meningkatkan kualitas output masalahan yang ada dapat dibicarakan, namun
d. koordinasi pusat & local 9,33 2,22 8,44 7,56 9,78 7,00
Jumlah 25,11 47,67 39,00 64,33 42,56 55,89
Sumber: Data Primer (2009)
Ket: S: sentralisasi, D: desentralisasi
b, Evaluasi dan
23,89 20,56 26,11 13,22 24,89 13,89
monitoring
c, Operasional
9,78 15,11 2,00 11,56 9,78 12,00
kelembagaan
Jumlah 75,89 74,00 83,67 84,78 59,33 79,44
Sumber: Data Primer (2009)
Ket: S: sentralisasi, D: desentralisasi