Penuntun Petrografi
Penuntun Petrografi
BAB I
PENDAHULUAN
bidang saja. Jenis cahaya yang demikian didapat dengan memakai dua prisma
polarisasi yang lurus. Preparat yang akan di selidiki itu diatur di antara polarisasi
Batuan yang akan di selediki itu sebelom diasam menjadi tipis, di retakan dengan
Balsam Kanada pada sebuah kaca tipis. Batuan yang telah di retak pada kaca ini
kemudian di tipiskan hingga mencapai ketebalan kurang lebih 0.03 mm. untuk
mencegah agar batuan yang telah di tipiskan tidak rusak maka di tutup dengan kaca
penutup.
B. Sifat-sifat fisik
Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik, seperti tekstur,
Jadi mineralogi optis adalah suatu metode yang sangat mendasar yang berfungsi
untuk mendukung analisis data geologi. Untuk dapat melakukan pengamatan secara
jenis dan sebagainya. Tidak semua sifat ini diperlukan untuk mengenal mieral
tersebut,tetapi dua atau tiga dari sifat tersebut yang dikombinasikan telah cukup,
C. Pengenalan mineral
Yang di maksud dengan mineral adalah sebagian besar zat hablur (Kristal) yang
ada dalam kerak bumi yang bersifta homogeny,berupa fisik maupun kimiawi.mineral
itu merupakan persenyawaan anorganik asli serta mempunyai susunan kimia yang
tetap. Yang di maksud dengan persenyawaan kimia (anorganik) asli yaituh bawah
mineral itu hanya terbentuk di alam, karena banyak zat yang mempunyai sifat yang
sama dengan mineral dapat dibuat di laboratorium. Jadi mineral inilah yang
Pengenalan atau determinasi mineral dapat didasarkankan atas berbagai sifat dari
1. Palu sampel
2. Kompas Geologi
3. GPS
4. Peta geologi
Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik, seperti tekstur,
Jadi mineralogi optis adalah suatu metode yang sangat mendasar yang
pengamatan secara optis atau petrografi diperlukan alat yang disebut mikroskop
polarisasi. Hal itu berhubungan dengan teknik pembacaan data yang dilakukan
selanjutnya dikirim melalui lensa obyektif dan lensa okuler ke mata (pengamat). Ada
I.1.a) dan trilokuler (Gambar I.1.b), baik non-digital maupun yang digital (Gambar
I.2-3).
Gambar 1.1. Kiri: Bagian-bagian dari mikroskop polarisasi binokuler secara garis
besar (sumber ZEISS, 1961). Kanan: Bagian-bagian dari mikroskop polarisasi
trilokuler secara garis besar (sumber ZEISS, 1961).
(mirror) lalu dilanjutkan ke lensa polarizer. Sinar menembus obyek yang diletakkan
di atas meja obyektif. Sinar membawa data dari obyek (sayatan tipis) dikirimkan ke
Gambar 1.2. Mikroskup digital dengan layar video; data pengamatan sayatan tipis
dikirim ke layar LCD dan dapat disimpan di dalam hard disk.
Gambar 1.3. Mikroskup polarisasi binokuler digital dengan layar video yang lain
(kiri) dan mikroskup polarisasi standar yang kini tersimpan di laboratorium Geologi
ISTA (kanan).
Yaitu lensa dengan perbesaran yang biasanya mencapai 10x. Lensa ini
berhubungan langsung dengan mata saat mengamati sayatan tipis batuan di bawah
mikroskup. Dalam lansa ini terdapat benangsilang yang dapat membantu menentukan
posisi utara-selatan (U-S) dan timur-barat (T-B). Benang silang juga sering digunakan
untuk mengetahui sudut pemadaman suatu mineral, apakah miring atau tegak lurus.
Perbesaran dari obyek sayatan tipis di atas meja obyektif (gambar samping)
dihasilkan dari perbesaran okuler dan lensa obyektif (gambar bawah). Contoh: jika
sayatan tipis dilihat dengan menggunakan lensa obyektif dengan perbesaran tertulis
Gambar 1. 4. Lensa okuler dan lensa obyektif yang terdapat dalam mikroskop
polarisasi.
permukaan ke bidang horizontal, maka bidang terpolarisasi menjadi gelap jika diputar
ke kanan. Biotit yang disayat memotong belahannya memiliki absorpsi terbaik jika
bidang belahan sejajar dengan bidang vibrasi terpolarisasi. Pada posisi ini mineral
menjadi gelap maksimum. Vibrasi gelapan juga dijumpai pada mineral Tourmaline
yang diputar ke kanan dari sumbu C. Kedudukan normal dari vibrasi sinar yang
Prisma nikol digunakan untuk melakukan pengamatan pada posisi nikol silang
(Gambar 1.5)
Gambar 1. 6. Prisma nikol, lensa obyektif dan lensa okuler pada mikroskup
polarisasi.
Mikroskop dioperasikan pada sinar lampu yang searah dengan tube dan
obyek
Yaitu dengan menaikkan nikol bagian bawah yang terletak di bawah meja
obyektif, sehingga:
Bagian pusat meja harus satu garis dengan pusat optis dari tube.
di bawah tube.
sentringnya
Benang silang (Gambar I.7) berada pada lensa okular, satu benang
bawah.
silang, jika tidak centered maka benang silang tidak akan terlihat.
Pembacaan akan dapat dilakukan jika salah satu sisi kristal sejajar dengan
benang silang kanan-kiri, selanjutnya meja obyektif diputar sampai benang silang
yang lain sejajar dengan arah lain dari meja obyektif tetapi berlawanan dengan
center-nya.
Benang
silang
Gambar 1. 7. Benang silang yang terdapat pada lensa okuler dalam mikroskup
polarisasi.
f) Cermin Pantul (The Mirror)
obyek
Berbentuk bidang datar pada sisi belakang dan cekung pada sisi depan
maka sinar tersebut direfleksikan dari cermin dengan intensitas yang rendah,
sebaliknya
g) Lensa Obyektif
Untuk obyektif yang memiliki power rendah, maka focal length-nya di atas 13
Dalam satu sayatan tipis sering terdiri atas suatu seri bidang yang saling
Dalam lens obyektif low-power, dapat dilihat obyek yang menumpang bidang
yang berbeda lainnya, tetapi dengan lensa high-power hal itu tidak mungkin
dilakukan.
h) Resolving Power
Ketika dua titik berpindah dari posisi 6.876x dari mata, maka yang terlihat
Pada penggunaan alat ini, juga dilengkapi dengan tabel warna interference
(Gamba1. 1)
Lensa bagian atas berupa lensa mata dan lensa bagian bawah berfungsi
Focal length dari lensa mata adalah 1/3-nya dari lensa pengumpul (field
length).
Sinar sinar ini yang menyebabkan kelelahan pada mata saat pengamatan.
Pada okuler juga dijumpai benang silang, berbentuk jaring laba-laba dan
k) Mikrometer
diameter mineral.
3. Pada pembacaan langsung dalam meja obyektif, sekala dalam ratusan mm.
4. Jadi, dalam suatu pengamatan sayatan tipis dapat diketahui seberapa ratus
mikrometer tersebut
l) Adjustment Screws
Pencahayaan mikroskop sangat baik jika berasal dari arah utara; jika tidak mampu
dari timur. Jangan menggunakan sinar matahari langsung. Meja (bangku) harus kuat,
sebelah, mata yang tidak dipakai untuk mengamati dibiarkan terbuka, agar tidak
jereng atau mudah lelah. Pencahayaan harus cukup mampu menerangi pengamatan
menaikkan power, dari pada menurunkannya --- agar dapat menghindari kalau-kalau
setinggi dengan okuler, perlambatkan dalam memutar screw jika jarak obyektif dan
preparat sangat dekat. Lakukan pengamatan hanya jika obyek pengamatan benar-
Sebaiknya menjaga betul-betul agar lensa dan nikol dapat awet dan
meningkat efisiensinya.
Lensa harus dijaga agar terbebas dari debu. Lensa obyektif jangan sampai
BAB II
MINERAL OPTIK
= sumbu b = sumbu c; < = < = <); rhombik (sumbu a sumbu b sumbu c; <
< <); triklin; monoklin; tetragonal, heksagonal dan lain-lain. Setiap sistem kristal
memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang dibentuk oleh masing-masing sumbu
kristal antara sistem kristal yang satu terhadap yang lain berbeda. Untuk itulah setiap
mineral memiliki sifat optis tertentu, yang dapat diamati pada posisi sejajar atau
dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang disebut pengamatan pada nikol sejajar.
a. Relief
Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang menunjukkan tingkat /
besarnya pantulan yang diterima oleh mata (pengamat). Semakin besar sinar yang
dipantulkan atau semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka
makin rendah reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan erat
dengan sifat indek biasnya; Ngelas < Nobyek. Relief kadang-kadang juga diimplikasikan
Relief mineral dapat digunakan untuk memisahkan antara batas tepi mineral
yang satu dengan yang lain. Suatu batuan yang tersusun atas berbagai macam mineral
yang berbeda, masing-masing mineral tersebut tentunya memiliki sifat optis yang
berbeda pula. Jadi, kesemua itu akan membentuk relief; ada yang tinggi, sedang atau
rendah (Gambar 1. 9 ). Pada prinsipnya; kaca / air / udara memiliki indeks bias
mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan kaca / air / udara,
Bandingkan indeks bias yang dipantulkan oleh mineral dengan indeks bias
yang dipantulkan oleh kanada balsam. Kanada balsam memantulkan seluruh sinar
sebagian. Makin tidak berwarna sinar yang dipantulkan makin besar, sehingga
Gambar 1. 9. Sifat optis relief tinggi pada mineral olivin (atas) dan relief rendah
(bawah) yang diamati pada posisi nikol sejajar
b. Pleokroisme
setelah diputar hingga 360O. Dapat diamati pada posisi terpolarisasi maupun nikol
sejajar.
Mineral uniaxial disebut dichroic: dua warna yang berbeda dari vibrasi sinar yang
parallel terhadap sumbu vertikal dan sumbu dasar. Mineral biaksial: trichroic, 3
c. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan / tata
aturan pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan atom
dan pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah belahannya.
Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di luar,
sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui
tingkat kristalisasi mineral secara umum. Namun, mineral yang berukuran besar
mineral penyusun batuan gunung api yang terkristalisasi dengan cepat dapat tumbuh
membentuk mineral dalam diameter yang besar, tetapi bentuk kristalnya anhedral
mineralnya. Bentuk kristal yang tidak beraturan pada seluruh sisinya disebut
anhedral; jika sebagian sisi kristal yang tidak beraturan disebut subhedral; dan jika
Gambar 2.1. Gambar atas: bentuk kristal subhedral pada piroksen dan anhedral
pada horenblenda dan gambar bawah: bentuk kristal euhedral, subhedral dan
anhedral pada mineral piroksen (HBL: horenblenda dan Px: piroksen).
d. Bentuk mineral
Bentuk mineral tidak harus sama dengan bentuk kristal. Bentuk mineral adalah
e. Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya juga.
Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem kristal
Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral mengalami benturan /
Belahan lebih mudah diamati pada posisi nikol sejajar tetapi beberapa mineral
juga dapat diamati pada posisi nikol silang. Tidak semua belahan mineral dapat
diamati di bawah mikroskup, contoh: kuarsa dan olivin (Gambar II.5). Tetapi,
memiliki pecahan konkoidal (seperti kaca) akibat bentuk kristalnya yang bipiramidal,
Gambar 2. 3. a. Contoh mineral dengan susunan acak (belahan tidak jelas) atau
tanpa belahan: olivin; b. Contoh mineral kuarsa tanpa belahan
Gambar 2.4. a. Belahan jelas pada dua arah miring; b. Belahan kurang jelas pada
dua arah dengan sudut 90O
Pengamatan nikol silang dilakukan jika sayatan berada pada diagonal sumbu
C, yaitu dengan memasang prisma polarisasi bagian atas. Sifat-sifat optis mineral
yang diamati pada posisi nikol silang adalah birefringence (interference ganda),
twinning (kembaran): tipe kembaran dan arah orientasinya dan sudut gelapan:
Standardisasi sayatan tipis memiliki ketebalan 0,03 mm. Dalam sayatan tipis,
interference mineral harus dapat diamati, yang hanya dapat dalam sayatan tipis 0,03
mm. Ct. warna interference kuarsa terrendah berada pada orde pertama putih (abu-
abu) atau mendekati warna kuning orde I. Warna interference dapat dilihat dari posisi
melalui garis diagonalnya hingga didapatkan sifat birefringence (BF). Dari posisi
perpotongannya, akan diketahui ketebalan standarnya, apakah lebih tebal atau tidak
dari 0,03 mm. Orde warna interference dan birefringence menggunakan tabel warna
(warna orde tertinggi). BF dapat dilihat jika posisi sayatan berada pada sudut
ketebalan sayatan kristal. Sifat BF mineral dapat dilihat pada tabel sifat-sifat mineral
(Bloss, 1961; Kerr, 1959; Larsen and Berman, 1964; Rogers and Kerr, 1942) yang
Sifat difraksi maximum biasanya juga dapat diperikan dalam sifat ini. Jika obyek
memiliki belahan jelas atau bentuk kristalnya terorientasi pada keping gelas dasarnya,
beberapa partikel harus disusun ulang hingga berorientasi baru, yaitu dengan
membuka cover glass dan mineral didorong secara horizontal. Birefringence secara
relatif sama pada setiap kelompok (kelas) mineral yang sama, ct. piroksen, amfibol
dan plagioklas. Indeks refraksi dan warna mungkin berbeda di antara satu kelompok
gipsum). Lensa Bertrand keberadaannya sering terpisah dari mikroskop. Lensa ini
dapat dilepaskan. Sifat BF dapat diamati pada posisi nikol silang, yaitu dengan
memasang lensa Bertrand pada posisinya (yaitu di atas analyzer). Perubahan warna
yang dihasilkan biasanya ditentukan oleh warna reliefnya dan ketebalan sayatannya.
Jika reliefnya rendah (tidak berwarna) maka memiliki sifat BF tinggi. Kanada
Gambar 2.5. Diagram Michel-Levy untuk mengetahui orde warna BF pada mineral;
yaitu warna interferene maksimum yang dapat dilihat setelah lensa Bertrand
(keping/prisma gips) dipasang
Gambar 2. 6. Warna interferene maksimum yang dapat dilihat setelah lensa Bertrand
(keping/prisma gips) dipasang
Jika indek bias keping gipsum sejajar indek bias kristal, maka terjadi
PENJUMLAHAN
Sinar yang sejajar terhadap indek bias keping gipsum tertanam dalam
keping gipsum pada 100 nm dan lebih jauh tertanam oleh keping gipsum
550 nm ---- tebal gips digambarkan pada grafik horizontal (bawah) dalam
Sinar kristal yang parallel terhadap Ngyp dimajukan oleh gips 100nm
dan dihambat oleh keping gypsum 550mm maka kristal berada pada
450nm di belakang
Gambar 2.8. Contoh warna birefringence kuarsa pada posisi sudut pemadaman
mineral 90o
Yaitu sifat yang ditunjukkan oleh mineral akibat pertumbuhan bersama kristal
kristalografi. Sifat ini dapat diamati pada posisi pengamatan nikol silang.
Bentuk Kembaran berhubungan dengan bentuk simetri dari dua atau lebih
terulang)
10 ).
Jenis-jenis kembaran lain yang umum dijumpai dalam beberapa mineral adalah:
Plagioklas:
Ganbar 3.3. Kembarran sederhana Carlsbad, Polisintetik albit dan Pericline pada
Plagioklas
anisotropik menunjukkan gelapan pada posisi nikol silang dengan rotasi tiap 90 O.
Gelapan muncul ketika kedudukan salah satu vibrasi sejajar polarizer bawah.
Dampaknya adalah seluruh sinar datang ditahan oleh polarizer atas sehingga tidak
membentuk getaran. Seluruh sinar yang melalui mineral terserap pada polarizer atas,
dan mineral terlihat gelap. Pada putaran posisi 45, komponen maximum dari sinar
cepat dan sinar lambat mampu dirubah menjadi vibrasi pada polarizer atas. Hanya
perubahan warna interference saja yang menjadi lebih terang atau lebih gelap saja,
Banyak mineral secara umum membentuk butiran memanjang dan dengan mudah
pemadaman adalah sudut antara panjang atau belahan mineral dan kedudukan vibrasi
orientasi butirannya.
Tipe Pemadaman
Jika 2 sudut sama maka akan dijumpai pemadaman simetri, (EA1 = EA2);
contoh:
a. Pemadaman Paralel
Gambar 3.4. Ilustrasi pemadaman paralel (kiri) dan pemadaman miring (kanan)
Gambar 3.5. Contoh mineral dengan pemadaman paralel pada ortopiroksen (atas)
dan pemadaman miring pada klinopiroksen (bawah)
juga harus mengikuti petunjuk si pengamat. Apa tujuan pengamatan sayatan tipis,
apakah ditujukan untuk mengetahui sifat optis mineral, komposisi batuan (eksplorasi
kandungan mineral tertentu), tingkat sifat deformasi batuan atau ada tujuan yang lain.
Untuk itu diperlukan koordinasi yang baik antara si pengambil, pemotong / penyayat
dan pengamat.
Jika tujuan pengamatan adalah untuk mengetahui sifat optis mineral, komposisi
dan sifat fisik batuannya, maka diperlukan contoh batuan yang segar. Ciri-ciri batuan
Warnanya segar, tidak dijumpai warna alterasi (lapuk). Contoh: andesit dan
dasit abu-abu agak keunguan; warna lapuk abu-abu terang bintik-bintik hijau,
putih dan merah. Batupasir kuarsa segar warna putih dengan butiran- butiran
Jika dipukul berbunyi cling; batuan yang lapuk jika dipukul berbunyi bug
atau blug; pada batuan beku luar (bersifat gelasan) batuan yang segar sangat
Tidak terdeformasi, massif (inti lava / intrusi); batuan yang segar tidak
contoh batuan yang ditujukan untuk pengamatan sayatan tipis tersebut adalah:
Pada singkapan tanpa deformasi; kalau sekiranya tidak dapat dihindari, maka
Pada singkapan yang telah diledakkan (quarry): akan banyak dijumpai batuan
yang sangat segar, karena bagian yang lapuk telah dibersihkan pada saat
Mencari batuan yang segar juga dapat dilakukan pada tebing-tebing dan badan
batuan adalah:
Lapuk; saran: sebaiknya jika tidak ada singkapan lain dicari batuan yang
Tidak insitu : bongkah yang tidak jelas asalnya (Gambar IV.2 kiri);
kecuali jika telah jelas dketahui asalnya dari mana dan kondisinya segar.
sedang digali
mengandung fragmen lain (batuan yang lebih tua atau lebih muda) dan
Gambar 3. 7. Contoh batuan yang diambil dari inti bor; yaitu pada bagian yang
paling segar (dilingkari), bukan pada bagian yang ditunjuk pena
Contoh batuan yang telah di dapatkan dari lapangan dilabeli, meliputi no lokasi
pengambilan, tahun pengambilan dan kode tujuan pengambilan. Untuk contoh yang
ditujukan untuk analisis petrografi dengan tujuan pengamatan tertentu, diberi tanda
khusus seperti arah penyayatan, posisi utara / timur dan kode-kode pendukung yang
lain.
dan preparasi selanjutnya seperti yang dapat dilihat pada Gambar IV.5 dan IV.6.
Gambar 3.9. Contoh diorit yang telah dipotong berukuran 10-15x10x2,5 cm,
pemotongan bertujuan untuk menghilangkan bagian yang lapuk.
Gambar 3. 10. Contoh diorit yang telah disayat berukuran 4x2,5x0,003 cm dan
dipoles selanjutnya ditempelkan di atas gelas obyek, dan ditutup dengan gelas
penutup (deg glass). Sayatan siap untuk dianalisis.
Asal Nama: dari bahasa Yunani plagios ~"oblique" dan klao ~ "I
b. Sifat-Sifat Fisik
Gambar 4.1 adalah sifat-sifat secara fisik mineral plagioklas, terdiri dari albit,
kehijauan.
metallik.
beku lainnya.
Luminescence: Non-fluorescent.
Streak: putih
Gambar 4.1. Sifat-sifat fisik mineral plagioklas dari anorthit hingga albit
(www.webminerals.com/specimens)
c. Sifat-Sifat Optis
Ncalc=Dmeas*KC+1
Plagioclase (Na,Ca)(Si,Al)4O8 C1 1
Albite NaAlSi3O8 C1 1
Oligoclase (Na,Ca)(Si,Al)4O8 C1 1
Andesine (Na,Ca)(Si,Al)4O8 C1 1
Labradorite (Ca,Na)(Si,Al)4O8 C1 1
Bytownite (Ca,Na)(Si,Al)4O8 C1 1
Gambar 4.2. Kenampakan plagioklas dalam sayatan tipis nikol silang; identifikasi
mineral plagioklas lebih mudah dilakukan pada posisi nikol silang
pemadamannya, yaitu:
1. Metode Michel-Levy
1) Metode Michel-Levy
Prosedurnya adalah:
Jika bidang kembaran pada kedudukan vertikal (sejajar sb C), maka akan
terlihat sama.
sb. C), maka akan nampak bergerak dari sisi yang satu ke sisi yang lain,
c. Putar meja obyektif berlawanan arah jarum jam hingga garis-garis kembaran
d. Teliti kembali sudut putaran tersebut, dengan mengukur sudut sinar cepat
(fast ray) dengan memutar meja obyektif 45 o searah jarum jam dari posisi
awalnya. Pada kondisi sinar cepat (fast ray), kristal berwarna kuning orde I.
f. Putar meja obyektif searah jarum jam, hingga lamelae gelap maksimum, catat
kembali sudut putarannya; jika kedua hasil pencatatan sudut putaran bidang
maksimum.
Gambar 4.3. Kembaran polisintetik albit pada plagioklas yang akan digunakan
sebagai dasar untuk mengetahui jenis plagioklasnya menggunakan metode Michel-
Levy
1. Pada Gambar 4.3. kiri; meja obyektif telah diputar berlawanan arah dengan jarum
24,9o.
2. Pada gambar kanan nampak kristal yang sama setelah diputar searah jarum jam
3. Diketahui, bahwa selisih dari kedua data sudut gelapan adalah 2 o, sehingga dapat
4. Plot besarnya sudut pemadaman tersebut pada sumbu vertikal diagram Michel-
Levy, dan ketahui nama mineralnya dengan menarik secara lateralnya hingga
memotong garis lengkung (Gambar 4. 4). Didapatkan nilai An-44, sehingga nama
mineralnya andesin.
Untuk plagioklas dari batuan beku plutonik, kurva suhu rendah (garis
Michel-Levy Diagram
(kuning). Ada dua sisi yang berbeda dalam satu mineral, pada sisi kiri berlaku
Gambar 4.5. Kembaran Carlsbad pada mineral plagioklas; sisi kanan garis kuning
memiliki kembaran polisintetik dan sisi kiri kembaran sederhana Carlsbad.
1. Di sebelah kiri kembaran Carlsbad, ukur sudut gelapan maksimum pada bidang
(010) fast ray sebagaimana pada metode Michel-Levy. Rata-ratakan kedua sudut
gelapan.
2. Pada sisi kanan kembaran Carlsbad, ukur sudut gelapan (010) sebagaimana
3. Kedua sudut gelapan yang telah dirata-rata tersebut akan tidak sama, salah satu
akan lebih besar dari yang lainnya. Gunakan diagram Carlsbad-Albite untuk
untuk batuan vulkanik dan garis tegas untuk batuan plutonik atau metamorfik.
Secara normal, suatu mineral yang terbentuk secara sempurna tanpa adanya
gangguan percepatan, akan membentuk sistem kristal dengan bentuk mineral yang
yang dari luar ke dalam (inti mineral) terjadi gradasional komposisi dari mineral
plagioklas kaya An ke mineral plagioklas kaya Ab. Ada tiga jenis struktur zoning,
yaitu Reverse Zoning, Oscillatory Zoning, Discontinuous Zoning, Sector Zoning dan
Patchy Zoning.
1. Reverse zoning (zoning terbalik) tersusun atas mineral yang makin ke dalam
5. Patchy Zoning; zoning secara lokal dalam beberapa bagian mineral, tanpa
Secara umum, ada dua jenis mineral di alam, yaitu biaksial dan uniaksial.
Mineral-mineral biaksial adalah suatu mineral yang memiliki dua sumbu optis dan
tiga indeks bias utama; yaitu monoklin, triklin dan ortorhombik. Lawannya biaksial
adalah uniaksial, yaitu mineral yang memiliki satu sumbu optis, seperti tetragonal dan
dan Actinolit); Mika (Biotit, muskovit, chlorit) dan Feldspar (Plagioklas, Microclin,
b. Mineral Olivin
1. Komposisi Kimia
Forsterite = Mg2SiO4
Fayalite = Fe2SiO4
2. Sifat-Sifat Fisik
Luster Vitreous
Pecahan Brittle
Peridotit hijau-transparant
Kerena secara fisik memiliki sifat dan kenampakan yang sama, kelompok olivin
Olivin sangat melimpah di alam, tetapi hanya ditemukan sebagai mineral yang
Tipe Lokasinya:
a. Peridotit Olivin dari St. Johns Island (Zebirget), Laut Merah (Mesir), Mogok
b. San Carlos (San Carlos Indian Reservation), Gila dan Graham, Arizona.
c. Butiran yang lebih besar dijumpai di Fort Defiance (Buell Park dan Garnet
Ridge).
3. Klasifikasi Olivin
Forsterite Mg2SiO4
Fayalit Fe2SiO4
Karena komposisi olivin bervariasi, maka sifat fisik dan optisnya pun
juga berbeda
Relief tinggi
Pecahan irregular
Belahan sangat buruk, tidak terlihat pada sayatan tipis sehingga tidak
Indeks refraksi:
Forsterit Fayalit
n 1.636 1.827
n 1.651 1.869
n 1.669 1.872
Gambar 4.9. Olivin dalam sayatan tipis pada posisi nikol silang dan warna BF-nya
Tidak berwarna
Pleokroisme
Berbutir membantal
X = Z = kuning
Gambar 4.10. Fayalit dalam sayatan tipis pada posisi nikol silang dan warna BF-
nya
a. Sifat umum
yang berbeda
Secara tektonik:
a) Orthopiroksen OPX
Enstatit MgSiO3
Orthoferrosilit FeSiO3
Di alam, opx adalah campuran dari dua variabel komposisi sifat optis:
Indeks bias:
En OFs
n 1,649 1,768
n 1,653 1,770
n 1,657 1,788
Bentuk Kristal
pemadaman simetri
bervariasi
belahan searah:
membentuk sudut 90
Pemadaman parallel
b) Klino-Piroksen
Mineral A B
Melimpah pada batuan beku ultra basa dan batuan metamorf tingkat
menengah-tinggi
a) Sifat Optis
coklat
gelap
n = 1,60-1,70
n = 1,61-1,71
n = 1,62-1,73
Birefringence 0.014-0.034
b) Klasifikasi Amfibol
Orthoamfibol
Klinoamfibol
bedanya:
Fe-Mg Amfibol
Ca-Amfibol (M)
Tremolite-actinolite Ca2(Mg,Fe2+)5Si8O22(OH)2
Hornblende (Na,K)0-1Ca2(Mg,Fe2+,Fe3+,Al)5(Si,Al)8O22(OH)2
Oxyhornblende
(Na,K)0-1Ca2(Mg,Fe2+,Fe3+,Al)5(Si,Al)8O22(O,OH)2
Kaersutite NaCa2(Mg,Fe2+)4TiSi6Al2O22(OH)2
Na-Ca-Amfibol (M)
Katophorite Na(Na,Ca)(Mg,Fe2+,Fe3+,Al)5(Si7AlO22(OH)2
Richertite Na(Na,Ca)(Mg,Fe2+)5Si8O22(OH)2
Na-Amfibol (M)
Glaucophane Na2(Mg,Fe2+)3Al2Si8O22(OH)2
Riebeckite Na2(Mg,Fe2+)3Fe3+2Si8O22(OH)2
Arfedsonite-eckermanite NaNa2(Mg,Fe2+)4(Fe3+,Al)Si8O22(OH)2
Orthorombik
Amfibol Monoklinik
Tremolite - Actinolite
Ca2Mg5Si8O22(OH)2 - Ca2Fe5Si8O22(OH)2
Ca2(Mg,Fe,Al)5Si8O22(OH)2
bervariasi.
Indeks Refrasi :
n = 1.60 - 1.70
n = 1.61 - 1.71
n = 1.62 - 1.73
Birefringence 0.014-0.034
bawah
Warna
dan sifat pleokroisme dalam sayatan tipis. Memiliki garis tepi hijau,
X y z
kuning-hijau olive-hijau
hijau tua
Ditemukan sebagai:
Sistem Kristal
Monoklinik
Orientasi optis:
Y=b
Bentuk Kristal
belahannya
Gambar 5.7. Bentuk kristal dan sudut belahan mineral horenblenda, disayat sejajar
sumbu b, sumbu a dan sumbu c
Dipotong sumbu c:
Pemadaman simetri
Gambar 5.8. Sifat optis mineral horenblenda, disayat tegak lurus sumbu c
Memiliki 1 belahan
Pemadaman miring
Dipotong sb. a
Pemadaman parallel
Bxa
Gambar 5.10. Sifat optis mineral horenblenda, disayat tegak lurus sumbu a
Sifat Lain
Alterasi
Limpahan
Melimpah pada:
Batuan metamorfik
Bentuknya butiran
Pemadaman miring
Pleokroisme
Terdiri dari:
Biotite,
muscovite,
chlorite
Biotite: K2(Mg,Fe)2AlSi3O10(OH,O,F)2
Muscovite: KAl2(AlSi3O10)(O,H)2
Chlorite: (Mg,Fe,Al)3(Si,Al)4O10(OH)2*(Mg,Fe,Al)3(OH)
Komposisi yang bervariasi = sifat optis dan fisik yang bervariasi pula
Indeks refraksi:
n = 1.522 - 1.625
n = 1.548 - 1.672
n = 1.549 - 1.696
Relief
0.03-0.07
interference-nya
Pada bentuk butiran membentuk warna yang lebih gelap pada belahan
polar bawah
Gamabar 6.3. Sifat optis biotit (warna interference) tegak lurus sumbu C (atas) dan
sejajar sumbu C (bawah) pada sayatan tipis.
Orientasi Optis:
Rb; untuk Al dapat disubstitutsi dengan Mg, Fe, Mn ----- variasi komposisi
Indeks refraksi:
n = 1.552 - 1.580
n = 1.582 - 1.620
n = 1.587 - 1.623
Birefringence: 0.036-0.049
Limpahan
Segala jenis batuan metamorf, batuan beku felsik dan sebagai butiran
B. Kelompok Feldspar
Alkali Feldspars
Microcline -Triclinic
Orthoclase -Monoclinic
Sanidine -Monoclinic
Kini, terdapat mineral baru yaitu Anorthoclase, gabungan antara albite dan
orthoclase (K,Na)AlSi3O8
Gambar 6.7. Klasifikasi mineral feldspar didasarkan pada kandungan unsur kalium
dan posisi K-feldspar dari mineral-mineral feldspar lainnya.
n = 1.514 - 1.526
n = 1.518 - 1.530
n = 1.521 - 1.533
Sifat-sifat optis
Limpahan:
trakitik
1) Microcline
Triklinik
2) Ortoklas
monoclinic
3) Sanidin
Monoklinik
BAB III
PETROGRAFI
a. Defenisi Petrografi
mikroskop polarisasi.
Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat) mineral baik
utama kerak bumi serta terbentuk sebagai hasil proses alam. Batuan bisa mengandung
satu atau beberapa mineral. Sebagai contoh ada yang disebut sebagai monomineral
rocks (batuan yang hanya mengandung satu jenis mineral), misalnya marmer, yang
hanya mengandung kalsit dalam bentuk granular, kuarsit, yang hanya mengandung
mineral kuarsa. Di samping itu di alam ini paling banyak dijumpai batuan yang
disebut polymineral rocks (batuan yang mengandung lebih dari satu jenis mineral),
seperti granit atau monzonit kuarsa yang mengandung mineral kuarsa, feldspar, dan
yaitu:
4. Batuan piroklastik
Gambar 7.2. Contoh batuan kristalin. (a) marmer yang monomineral, dan (b)
monzonit kuarsa yang polimineral
Untuk membedakan ketiga jenis batuan di atas tidak lah sulit. Secara
Jika batuan terdiri atas kristal, amati apakah terdiri atas satu macam mineral
detail bagaimana kontak antar kristal. Apakah merupakan kontak belahan atau
suture disebabkan oleh tekanan dan reaksi antar kristal ketika terkena proses
metamorfisme.
kelompok batuan sedimen. Setelah diketahui dengan pasti jenis batuan yang
Berbagai definisi dari batuan sebagai objek dari mekanika batuan telah diberikan
oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan antara lain :
Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk kulit
bumi.
Batuan adalah semua material yang membentuk kulit bumi yang dibagi atas :
Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat dari kulit bumi.
Batuan adalah suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah terkonsolidasi dan
tidak dapat digali dengan cara biasa, misalnya dengan cangkul dan belincong.
c. Menurut Talobre
Perancis pada tahun 1948, batuan adalah material yang membentuk kulit bumi
termasuk fluida yang berada didalamnya (seperti air, minyak dan lain-lain).
d. Menurut Astm
Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa
Secara umum, batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda,
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa batuan tidak sama dengan tanah.
Tanah dikenal sebagai material yang mobile, rapuh dan letaknya dekat dengan
permukaan bumi.
1. Komposisi Batuan
Kulit bumi, 99 % dari beratnya terdiri dari 8 unsur : O, Si, Al, Fe, Ca, Na, Mg,
dan H.
H2O = 2,02 %
Batuan terdiri dari bagian yang padat baik berupa kristal maupun yang tidak
mempunyai bentuk tertentu dan bagian kosong seperti pori-pori, fissure, crack, joint,
dll.
Definisi Mekanika Batuan telah diberikan oleh beberapa ahli atau komisi-komisi
e. Menurut Talobre
Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya adalah
Sehingga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi yang didefinisikan oleh
Demikian juga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi terapan. Ilmu
yang sedang dikerjakan. Meskipun penyelesaian ini masih secara empiris dan
kualitatif.
f. Menurut Coates
Menurut Coates, seorang ahli mekanika batuan dari Kanada : Mekanika adalah
ilmu yang mempelajari efek dari gaya atau tekanan pada sebuah benda.
Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari efek dari pada gaya terhadap batuan.
Efek utama yang menarik bagi para geologiwan adalah perubahan bentuk.
Para ahli geofisika tertarik pada aspek dinamis dari pada perubahan volume dan
analisis dari pada beban atau gaya yang dikenakan pada batuan.
(behavior) batuan baik secara teoritis maupun terapan, merupakan cabang dari ilmu
mekanika yang berkenaan dengan sikap batuan terhadap medan medan gaya pada
lingkungannya.
h. Menurut Budavari
untuk menentukan distribusi gaya-gaya dalam dan deformasi akibat gaya luar pada
suatu benda padat. Hampir semua mekanika perpindahan benda padat didasarkan atas
teori kontinum. Konsep kontinum adalaf fiksi matematik yang tergantung pada
struktur molekul material yang digantikan oleh suatu bidang kontinum yang perilaku
sama pada semua titik. Penyederhanaannya adalah bahwa semua sifat mekaniknya
Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari reaksi batuan yang apabila
padanya dikenai suatu gangguan. Dalam hal material alam, ilmu ini berlaku untuk
masalah deformasi suatu struktur geologi, seperti bagaimana lipatan, patahan, dan
rekahan berkembang begitu tegangan terjadi pada batuan selama proses geologi.
Beberapa tipe rekayasa yang melibatkan mekanika batuan adalah pekerjaan sipil,
Topik utama mekanika batuan adalah batuan utuh, struktur batuan, tegangan,
aliran air, dan rekayasa, yang ditulis secara diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.
Garis ini sering disebut sebagai diagonal utama. Semua kotak lainnya
Secara umum, mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari sifat dan perilaku
3. Sifat Batuan
a. Heterogen
b. Diskontinu
lemah (crack, joint, fault, fissure) di mana kekerapan, perluasan dan orientasi dari
c. Anisotrop
Karena sifat batuan yang heterogen, diskontinu, anisotrope maka untuk dapat
terdiri dari batuan B1, B2, B3, diasumsikan batuan ekivalen B sebagai pengganti
batuan B1, B2, B3 yang mempunyai sifat homogen, kontinu dan isotrop
Dalam ukuran besar, solid dan massa batuan yang kuat/keras, maka batuan
batuan tidak kontinu (diskontinu) karena adanya kekar, fissure, schistosity, crack,
cavities dan diskontinuitas lainnya. Untuk kondisi tertentu, dapat dikatakan bahwa
mekanika batuan adalah mekanika diskontinu atau mekanika dari struktur batuan.
Teori elastisitas,
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan atau
kristalisasi magma. Proses ini merupakan proses perubahan fase dari fase cair
(lelehan, melt) menjadi fase padat, yang akan menghasilkan kristalkristal mineral
primer atau gelas. Proses pembekuan magma (temperatur dan tekanan) akan sangat
Karakteristik tekstur dan struktur pada batuan beku sangat dipengaruhi oleh
waktu dan energi kristalisasi. Apabila terdapat cukup energi dan waktu pembentukan
kristal maka akan terbentuk kristal berukuran besar, sedangkan bila energi
Bila pendinginan berlangsung sangat cepat, maka kristal tidak sempat terbentuk
dan cairan magma akan membeku menjadi gelas. Proses ini sangat identik dengan
pembuatan gula pasir, di mana untuk membuat gula yang berukuran kasar diperlukan
halus.
Berdasarkan kecepatan pendinginan ini, maka batuan beku dapat dibagi menjadi 3
macam, yaitu batuan beku plutonik, hipabisal dan batuan beku volkanik yang
penurunan suhu dapat dilihat pada Bowen's reaction series (lihat gambar 7.3). Pada
yang berbeda.
Akhirnya pada cairan magma akan tersisa silika, potasium dan sodium yang akan
Batuan beku berdasarkan atas genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku
intrusif, yang terbentuk di bawah permukaan bumi, dan batuan beku ekstrusif, yang
membeku di atas permukaan bumi. Batuan beku ekstrusif masih dapat dibagi menjadi
b. Karakteristik
a) Sifat fisik
Pengamatan fisik yang perlu diamati adalah warnanya saja. Warna dapat
gelap (mafik). Dari pengamatan warna ini, dapat memberikan penafsiran kepada tipe
batuan asam, menengah, basa dan ultrabasa. Batuan beku asam memiliki warna relatif
b) Tekstur
1) Tingkat kristalisasi
2) Keseragaman kristal
pembesar.
3) Ukuran kristal
1 . 5mm (sedang)
5mm (kasar)
c) Komposisi
Mineral pada batuan beku dapat dikelompokkan menjadi mineral utama dan
mineral asesori. Mineral utama merupakan mineral yang dipakai untuk menentukan
Mineral asesori adalah mineral yang keberadaannya pada batuan tidak melimpah,
namun sangat penting dalam penamaan batuan, misalnya biotit atau hornblende pada
Mineral yang sangat halus, misalnya pada batuan yang bertekstur afanitik, cukup
batuan yang berbeda. Struktur ini sangat penting di dalam menduga karakteristik
keteknikan, misalnya pada batuan beku yang berstruktur kekar tiang (columnar joint)
akan mempunyai karakteristik keteknikan yang berbeda dengan batuan beku yang
berstruktur kekar lembaran (sheeting joint). Kedua struktur ini hanya dapat diamati di
lapangan.
Masif : padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang keluarnya gas;
dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dan inti lava; Ct: granit,
Skoria : dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang tidak teratur;
dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi dangkal, terutama batuan
dijumpai pada batuan ekstrusi riolitik atau batuan beku berafinitas intermediet-
asam.
mineral lain seperti kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik trakitik; Ct:
gambar 7.6. Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-masing
mineral sangat kuat, contoh pada granodiorit dengan komposisi mineral plagioklas
berdiameter >1 mm (gambar atas) dan granit (gambar bawah) dengan komposisi
kuarsa dan ortoklas anhedral dengan diameter >1 mm
Gambar 7.7. Struktur batuan beku skoria; dijumpai rongga-rongga bekas keluarnya
gas saat pembekuan yang sangat cepat. Contoh pada andesit basaltik porfirik pada
posisi nikol sejajar (atas) dan nikol silang (bawah). Batuan tersusun atas fenokris
plagioklas berdiameter >1 mm dan piroksen klino berdiameter 0,5-1,5 mm, dan
tertanam dalam massa dasar gelas, kristal mineral (plagioklas dan piroksen) dan
rongga tak beraturan berdiameter <1 mm
kristalisasinya, seperti intersertal, intergrowth atau zoning. Batuan beku intrusi dalam
(plutonik) memiliki tekstur yang sangat berbeda dengan batuan beku ekstrusi atau
intrusi dangkal. Sebagai contoh adalah bentuk kristal batuan beku dalam cenderung
euhedral, sedangkan batuan beku luar anhedral hingga subhedral (Tabel 1.4.)
Tabel 1.4. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam, intrusi dangkal dan ekstrusi
dan pada batuan vulkanik
Jenis batuan
Intrusi dalam Intrusi dangkal
Batuan Vulkanik
(plutonik) dan Ekstrusi
Tekstur
Fabrik Equigranular Inequigranular Inequigranular
Subhedral-
Bentuk kristal Euhedral-anhedral Subhedral-anhedral
anhedral
Porfiritik: intermediet-
Porfiritik-poikilitik
- basa
Tekstur khusus Ofitik-subofitik
Vitroverik-Porfiritik:
Pilotaksitik
Asam-intermediet
Derajad Hipokristalin Hipokristalin
Holokristalin
Kristalisasi Holokristalin Holokristalin
Zoning pada
plagioklas, tumbuh
bersama antara
Tekstur khusus - Perthit-perlitik
mineral mafik dan
plagioklas dan
intersertal
1. Tekstur trakitik
Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan adanya orientasi
Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal seperti dike dan sill
Gambar VIII.7 adalah tekstur trakitik batuan beku dari intrusi dike trakit di G.
Muria; gambar kiri: posisi nikol sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang
Gambar 7.8. Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di Gunung Muria). Arah
orientasi dibentuk oleh mineral-mineral plagioklas. Di samping tekstur trakitik juga
masih menunjukkan tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen orto
2. Tekstur Intersertal
Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar kristal
plagioklas; mikrolit plagiklas yang berada di antara / dalam massa dasar gelas
interstitial.
Gambar 7.9. Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan
gambar kanan posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit
3. Tekstur Porfiritik
Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris) yang
dikelilingi oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas
tekstur glomeroporphyritic.
Gambar 7.10. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan
fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam
massa dasar plagioklas dan granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii).
Gambar kanan: basalt olivin porfirik yang tersusun atas fenokris olivin dan
glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas dalam massa dasar plagioklas
intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii)
4. Tekstur Ofitik
Yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang tersusun
secara acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar 7.10). Jika
membentuk tekstur subofitic (Gambar 8. 1). Dalam suatu batuan yang sama kadang-
menjadi subofitik dan ofitik. Perubahan tektur tersebut banyak dijumpai dalam batuan
beku basa-ultra basa, contoh basalt. Perubahan tekstur dari intergranular ke subofitic
dalam basalt dihasilkan oleh pendinginan yang sangat cepat, dengan proses nukleasi
kristal yang lebih lambat. Perubahan terstur tersebut banyak dijumpai pada inti batuan
diabasik atau doleritik (dike basaltik). Jika pendinginannya lebih cepat lagi, maka
akan terjadi tekstur interstitial latit antara plagioclase menjadi gelas membentuk
tekstur intersertal.
Gambar 8.1. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh
mineral olivin dan piroksen klino
Gambar 8.2. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh
mineral feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik
Didasarkan atas komposisi mineral mafik dan felsik yang terkandung di dalamnya,
batuan beku dapat dikelompokkan dalam tiga kelas, yaitu asam, intermediet dan basa.
Batuan beku asam tersusun atas mineral felsik lebih dari 2/3 bagian; batuan beku
intermediet tersusun atas mineral mafik dan felsik secara berimbang yaitu felsik dan
mafik 1/3 hingga 2/3 secara proporsional; dan batuan beku basa tersusun atas mineral
Tabel 1.5. Nama-nama batuan beku baik intrusi, ekstrusi dan batuan gunung api yang
didasarkan atas kandungan mineral mafik dan felsiknya; mineral-mineral mafik: piroksen
(olivin, klino- dan ortho-piroksen, amfibol dan biotit) dan mineral-mineral felsik: K-Feldspar,
kuarsa
Andesit, Andesit,
Intermediet 1/3-2/3 1/3-2/3 Diorit
trakit trakit
Komposisi mineral juga dapat menunjukkan seri magma asalnya, yaitu toleeit,
kalk-alkalin atau alkalin. Batuan-batuan dengan seri magma toleeit biasanya banyak
mengandung mineral tinggi Ca (seperti augit, amfibol dan titanit), sedangkan batuan
klino). Tabel 1.6 menunjukkan sifat-sifat mineral penyusun dalam seri batuan toleeit,
kalk-alkalin dan alkalin. Ketiga seri batuan tersebut hanya dapat terbentuk pada
tatanan tektonik yang berbeda; seri toleeit berkembang pada zona punggungan tengah
samudra (MOR); seri kalk-alkalin berkembang dengan baik pada busur magmatik;
Tabel 1.6. Tiga tipe seri magmatik batuan beku dengan limpahan mineral penunjuknya
SERI MAGMATIK
NORMS
Tipe Toleeitik Tipe Kalk-alkalin Tipe Alkalin
Ortopiroksen Ortopiroksen Tanpa Ortopiroksen
Piroksen Sebagai fenokris
Sebagai fenokris Jarang
rendah Ca dan massa dasar
Magnetit Terbentuk di akhir Terbentuk di awal Bervariasi
Magnetit dan
Oksida Fe-Ti Biasanya ilmenit Bervariasi
ilmenit
Hanya berasal dari Melimpah, kecuali Dijumpai di semua
Amfibol
diferensiasi silika dari magma primitif jenis
Ca+Na > Mg
Ca > Mg (Ca pada
Mg > Ca (Mg untuk (Ca+Na pd CPX,
Sifat kimia augit, amfibol,
Ol, OPX dan CPX) amfibol, aegirin,
titanit)
dll)
MOR Ya Tidak Tidak
Busur
kepulauan/
Ya Tidak Tidak
busur
magmatik
Gunung api di
belakang
Ya Ya Ya
busur
magmatik
Tabel 1.7. Beberapa tipe magma dari batuan gunung api berdasarkan kandungan silika dan
keterdapatannya dari tatanan tektoniknya
gunung api
< 50 Basa / mafik Basal Mid oceanic ridge basalt
50-65 Intermediet / Andesit Busur kepulauan dan busur
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma. Karena
menjadi dua yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava). Pembekuan
batuan beku intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan batuan
beku ekstrusif membeku di permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari
kegiatan gunung api. Batuan beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok),
sill, dike (gang) dan lakolith dan lapolith (Gambar 7.2). Karena pembekuannya di
ekstrusi. Dengan demikian, kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti
mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal seperti korok gunung api (stock),
gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur halus karena sangat
Gambar 7.3. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock,
sill dan dike
Jenis dan sifat batuan beku ditentukan dari tipe magmanya. Tipe magma
tergantung dari komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma dikontrol dari
limpahan unsur-unsur dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, H, dan O yang
mencapai hingga 99,9%. Semua unsur yang berhubungan dengan oksigen (O) disebut
sebagai oksida, SiO2 adalah salah satunya. Sifat dan jenis batuan beku dapat
plutonik (dalam) berupa granit, syenit, diorit dan gabro. Intrusi dangkal yaitu dasit,
andesit, basaltik andesitik, riolit, dan batuan gunung api (ekstrusi: riolit, lava andesit,
lava basal.
Basaltik-
intrusi dangkal Dasit - Riodasit Andesit
andesitik
Vulkanik: Busur magmatik Riolitik Andesitik Basaltik
menjadi tiga, tergantung dari persentase mineral mafik dan felsiknya. Secara umum,
limpahan mineral di dalam batuan, akan mengikuti aturan reaksi Bowen. Hanya
mineral-mineral dengan derajad kristalisasi tertentu dan suhu kristalisasi yang relatif
sama yang dapat hadir bersama-sama (sebagai mineral asosiasi; Tabel 1.3).
Tabel 1.3. Bowen reaction series yang berhubungan dengan kristalisasi mineral
penyusun dalam batuan beku
Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200 o C, dan melimpah pada
wilayah dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona pemekaran
lantai samudra dan busur-busur kepulauan tua. Dicirikan oleh warnanya gelap hingga
sangat gelap, mengandung mineral mafik (olivin dan piroksen klino) lebih dari 2/3
bagian; batuan faneritik (plutonik) berupa gabro dan batuan afanitik (intrusi dangkal
atau ekstrusi) berupa basalt dan basanit. Didasarkan atas tatanan tektoniknya,
kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit, Kalk-alkalin maupun alkalin, namun
didasarkan pada kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya; yaitu basa
dan ultra basa (Gambar 7.3). Batuan beku basa mengandung mineral plagioklas lebih
dari 10% sedangkan batuan beku ultra basa kurang dari 10%. Makin tinggi
kandungan piroksen dan olivin, makin rendah kandungan plagioklasnya dan makin
ultra basa (Gambar 7.3 bawah). batuan beku basa terdiri atas anorthosit, gabro, olivin
gabro, troktolit (Gambar 7.3 atas). Batuan ultra basa terdiri atas dunit, peridotit,
Gambar 7.3. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik;
tektonik kratonik (benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika.
Kelompok batuan ini membeku pada suhu 650-800oC. Dapat dikelompokkan dalam
tiga kelompok, yaitu batuan beku kaya kuarsa, batuan beku kaya feldspathoid (foid)
dan batuan beku miskin kuarsa maupun foid. Batuan beku kaya kuarsa berupa
kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit; sedangkan yang miskin kuarsa berupa syenit,
monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit (Gambar VIII.3). Jika dalam
batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka tidak akan mengandung
Gambar 7.4. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi
kuarsa, alkali feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10% (sumber IUGS
classification)
Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di
vulkanisme, baik pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur
gunung api yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan sebagai
batuan asal gunung api. Batuan ini secara megaskopis dicirikan oleh tekstur halus
(afanitik) dan banyak mengandung gelas gunung api. Didasarkan atas kandungan
mineralnya, kelompok batuan ini dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu
(Gambar 7.5).
Gambar 7.5. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun
suatu batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-
sama. Di samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya,
seperti horenblende (amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat
intermediet hingga basa, berasosiasi dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan
mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit hadir bersama-
a. basalt
Struktur : Masif
Tekstur :
Granularitas : fanerik
b. Basalt
Struktur : masif
Tekstur :
Granularitas : fanerik
Komposisi : plagioklas,piroksen,horoblende
a. Trakit Andesit
Deskripsi batuan
Tekstur :
Tekstur khusus :
b. Diabase
Deskripsi batuan
Tekstur :
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan
sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang
termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen
hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari
seluruh batuan batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu
lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira - kira 80%.
Berdasarka ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan
menjadi 2 macam :
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain.
proses sedimentasi.
Sifat klastik yang menandakan bahwa butir butir pernah lepas, terutama pada
golongan detritus.
dan rijing.
proses erosi, transportasi, sedimentasi dan litifikasi. Batuan vulkanik tidak termasuk
butirannya
Semua batuan terdiri dari garam karbonat, dalam praktiknya gamping (limestone)
dan dolomit lebih utama. Kata karbonat dewasa ini lebih sering dipakai dalam
dari larutan, praktis tidak ada sebagai detritus daratan. Pembentukan secara kimiawi,
Hal yang lain adalah terbentuknya klastik sebagai fragmentasi atau pembentukan
Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut. Jarum jarum
aragonit biasanya diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air laut.
Diagenesanya berubah menjadi kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari
Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat
sebagai rekristalisasi dari aragonit, sering merupakan cavity filling atau semen, dalam
bentuk kristal kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.
Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama
dengan kalsit berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer
(precipitasi langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit.
Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak terdapat, sering
5) Magnesit : MgCO3
Kristalin
Tekstur ini terdiri dari kristal kristal yang interlocking yaitu kristal kristal
yang saling mengunci satu denga yang lain. Pemerian dapat memakai skala
Berbutir Kasar 2
Amorf
Tekstur ini terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal kristal atau amorf
(non klastik), umumnya berukuran lempung atau koloid, contoh : rijang masif
Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun
kegiatan organik.
Fosilliforous
Struktur yang ditunjukan oleh adanya fosil atau komposisi terdiri dari fosil (sedimen
organik).
Oolitik
Struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat
kristal berbentuk bulat atau elipsoid, seperti telur ikan. Contoh : batugamping oolit.
Pisolitik
Sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih besar dari 2 mm. contoh :
batugamping pisolitik.
Konkresi
Kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak menunjukan
Cone in cone
perkerucut.
Bioherm
Blostrome
Seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm dan biostrome merupakan struktur
Septaria
rekahan rekahan yang tidak teratur akibat penyusutan bahan bahan lempungan
tersebut karena proses dehidrasi yang kemudian celah celah yang terbentuk terisi
Geode
Banyak dijumpai pada batuan gamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh
kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal bisa kalsit ataupun
kuarsa.
Styolit
Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam menentukan
penamaan batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik biasanya komposisi
mineralnya sederhana yaitu bila terdiri dari satu atau dua macam mineral. Sebagai
berikut :
Chert : Kalsedon
Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (>
50 %) terdiri dari mineral mineral atau garam garam karbonat, yang dalam
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan tekstur yang beraneka ragam,
struktur serta fosil. Hal tersebut dapat memberikan informasi yang penting mengenai
lingkungan laut purba, kondisi paleoekologi serta evolusi bentuk dari organisme laut.
Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu berasal dari larutan yang
mengalami proses kimia maupun biokimia dimana organisme turut berperan, dapat
terjadi dari butiran rombakan yang mengalami transportasi secara mekanik dan
Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan air laut, jadi praktis
Contoh :
Dapat dibedakan :
Dewasa ini tekstur batuan karbonat lebih dipentingkan pada susunan mineralogi.
Tekstur ini berhubungan dengan sifat reservoir dalam bentuk minyak dan juga dari
segi sedimentasi.
1) Besar Butir
Sering ukuran tersendiri, tetapi hal ini tidak dianjurkan. Lebih baik dipergunakan
Mulai 0,0625 mm ke bawah maka tipe butir dan juga penelitian di bawah mikroskop
menjadi mikrit (micrite) atau berupa lumpur (mud) atau berbutir halus (aphanitik).
Secara makroskopis kurang dari 1 mm, tipe butir sudah sukar ditentukan sehingga
2) Bentuk Butir
Dalam bioklast, derajat dari abrasi dan peristilahan seperti pada detritus
menjadi cangkang cangkang yang utuh atau fragmen kerangkan yang utuh atau
bekas pecahan jelas dan yang kedua yang telah terabrasi atau bundar. Non fragmen,
istilah kebundaran seperti diartikan oleh abrasi atau transport yang jauh. Dan bentuk-
bentuk yang lebih cocok ialah spherudal dan ovoid. Di antara kerangka atau butir
3) Semen
Biasanya terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas atau disebut juga spari kalsit
(spray calcite) atau spar. Semen dapat di amati di bawah mikroskop dan semen ini
membedakannya denga kalsit sebagai hasil rekristalisasi yang biasanya lebih halus da
disebut mikrospar.
4) Matrik
Matrik adalah butir-butir karbonat yang mengisi rongga-rongga dan terbentuk pada
waktu sedimentasi. Biasanya halus sekali dari bentuk-bentuk kristal tidak dapat di
b) Merupakan hasil abrasi, gampimg yang telah dibentuk misalnya koral, alga
dan merupakan tepung kalsit. Tepung kalsit ini membentuk lumpur apu, dan
Pada komponen batuan karbonat juga terdapat pemerian fragmen, matrik, semen,
Macam-macam Allochem :
Pisolit : merupakan butiran butiran colit denga ukuran lebih besar dari 2
mm.
Mikrit
kristal karbonat yang terbentuk secara biokimia atau kimiawi dari prespitasi air laut
Sparit
Sparit merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran butir
halus (0,02 0,1 mm) dapat terbentuk langsung dari semen secara insitu atau
rekristalisasi mikrit.
Gamping kristalin kasar tidak dibentuk secara langsung dari pengendapan, tetapi
biasanya dari hasil rekristalisasi dari gamping yang lain, dari gamping klastik ataupun
gamping terumbu ataupun afanitik. Proses ini terjadi pada diagenesa dapat disebut
Dolomit terbentuknya batuan ini terbagi menjadi tiga, yaitu pertama pengendapan
gamping klastik di daerah supratidal sabkha, sebagai hablur kemudian partikel kalsit
terlarut. Ketiga proses ubahan (replacement) suatu terumbu yang terangkat ke daerah
ratio = 5 : 1, sehingga diperlukan penguapan yang luar biasa. Hal ini dapat terjadi di
Terdiri dari butir-butir lebih kecil dari 0,005 mm. Tipe ini tidak dapat diketahui
halus. Beberapa nama untuk istilah batuan ini adalah micrite, mudstone, calcilutite,
gelombang. Kedua dari pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang telah
kelewat jenuh akan CaCO3, sebagai jarum-jarum aragonit. Dan ketiga dari
aragonit.
yang terlindung lagoon di belakang terumbu, penguapan yang kuat dan dengan
bantuan ganggang. Biasanya kaya akan zat organis dan diacak acak oleh binatang,
Batuan ini masih dapat dibagi lagi menjadi, bioklastik, interclast ? fragmenter dan
klastik non fragmenter. Berdasarkan besar butirnya batuan ini terbagi menjadi :
Lebih besar dari 2 mm, jika terdiri dari cangkang cangkang / kerangka,
Jika lebih kecil dari 0,25 mm, sukar untuk membedakan partikel pertikel
microgranular.
Jika sudah tidak dapat di identifikasi, maka istilah istilah yang biasa
Tipe gamping ini terdapat paling banyak dalam Tersier di Indonesia. Tipe ini
sering membentuk terjal pada singkapan, masif tidak berlapis atau perlapisan buruk
Komponen utama dari batuan ini adalah suatu kerangka yang utuh seperti dalam
keadaan aslinya. Bentuk serta jaringan kerangka bergantung pada jenis organisme
fauna atau flora yang bertanggung jawab atas pembentukannya. Terumbu (reef)
misalnya didasarkan atas tipe organisme yang membentuk kerangka. Jika unsur-unsur
flora atau fauna tak dapat diidentifikasikan secara positif pada tingkatan spesies,
maka istilah-istilah umum seperti gamping alga koral (koral-ganggang) atau gamping
pengikat atau mengisi dari kerangka organisme, sehingga merupakan suatu bangunan
yang kukuh, yang tahan gelombang. Sering berupa kerak dan mempunyai struktur
proses tersebut termasuk di dalam suatu proses yang luas yaitu diagenesa. Dalam
pengertian yang luas, diagenesa meliputi perubahan mineralogi, tekstur, kemas dan
Litifikasi sedimen karbonat dapat terjadi pada sedimen yang tersingkap, maupun
yang masih berada di dalam laut. Pada sedimen karbonat yang tersingkap terjadi
perubahan mineralogi dan tekstur endapan asli, yang disebabkan kerja air tawar, atau
stabil dari mineral-mineral yang tidak stabil, dan tekstur endapan asli berubah
menjadi tidak jelas atau kabur, tetapi dapat pula tidak mengalami apa-apa.
lahan dan bertingkat-tingkat, dimana batas antara masing-masing tingkat tidak jelas,
Penyemenan,
Batuan karbonat ini berasal dari rekristalisasi kalsium karbonat yang menyerupai
bahan batu / keras (stony material) di mana kalsium karbonatnya dapat berasal dari
Contoh batuan karbonat yang terbentuk dari rekristalisasi endapan karbonat berasal
dari kimiafisik ialah calcrete, caliche, dan nari. Ketiganya adalah endapan yang
berasal dari biokimia adalah terumbu karang, dan biogenik pembentuk kerak keras.
Endapan jenis ini memang sudah dalam keadaan padat dan melekat, hal ini
terutama kalsium sulfat dan butir-butir kuarsa oleh kalsium karbonat. Batuan
karbonat jenis ini tidak umum, tetapi cukup penting karena genesisnya yang sangat
berbeda dengan batuan karbonat jenis lain. Terdapat dua proses penggantian yang
umum, yaitu pertama perubahan kalsium sulfat menjadi kalsit oleh kegiatan bakteri,
4. Penamaan Klasifikasi
Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir dan
bentuk butir serta tekstur. Selain itu juga dibantu dengan komposisi kimia dan
struktur. Ukuran butir dalam batuan sedimen klastik bisa seragam bisa tidak seragam.
Penamaa batuan sedimen non klastik lebih ditentukan oleh komposisi mineralnya
atau kimianya.
Penamaan batuan sedimen klastik lebih ditekankan pada ukuran dan bentuk butir,
2) Untuk butiran yang lebih besar dari pasir dan melibatkan bentuk butir
karbonat.
Batugamping klastik
Penamaan batuan sedimen non klastik sangat tergantung oleh jenis mineral
2) Tentukan teksturnya : klastik atau non klastik. Bila klastik tentukan ukuran
butirnya (bila tidak seragam tentukan ukuran fragmen dan matrik), bila non
3) Tentukan strukturnya
5. Klasifikasi
- Kalkarenit, yaitu batugamping dengan ukuran butir sama dengan ukuran pasir
(1/16 2 mm).
- Kalsilutit, yaitu batugamping yang ukurannya (ukuran butir) lebih kecil dari
ukuran pasir.
sparit (ortochem).
Berdasarkan perbandingan relief antara allochem, mikrit, dan sparit serta jenis
terbentuk pada high energy zone, batugamping tipe II analog dengan batupasir
lempungan atau konglomerat lempungan dan terbentuk pada low energy zone dan
batu gamping tipe III analog dengan batulempung dan terbentuk pada kondisi yang
tenag (lagoon).
- Intaclast; suatu endapan yang berupa gel Lumpur karbonat , belum memadat,
semi plastis, lalu ada erosi yang membentuk tubuh (discret body)
- Oolit; suatu butiran yang intinya dilapisi oleh unsur karbonat, intinya berfosil
meliputi ukuran butir dan pemilahan/sortasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam
rapat (oolite).
sampai dengan cekungan yang lebih dalam, paparan cekungan dangkal, yang meliputi
middle shelt outer shelf. Cekungan pembentukan karbonat ini disebut sebagai
transportasi ke daratn (tidal flat) oleh gelembung dan pasang surut. Sebagian lagi
Fasies Terumbu
supratidal sampai cekungan yang lebih dalam di luar shelf, paparan cekungan dangkal
(shallow basin plattorm) yang meliputi middle shelf dan outer shelf adalah tempat
produksi endapan karbonat yang utama dan kemudian tempat ini disebut sebagai
sebagian mengalami transportasi kea rah daratan, yaitu ke tidalflat, pantai, atau
cekungan yang lebih dalam. Pada lingkungan laut yang dalam jarang terbentuk
organisme koloni yang insitu, mempunyai potensi untuk berdiri tegar membentuk
struktur topografi yang tahan gelombang James (1979) membagi fasies terumbu masa
Fasies ini tersusun oleh batugamping yang massif dan tidak berlapis. Berdasrkan
litologi dan biota penyusunnya, fasies ini dapat dibagi menjadi 4 susfasies, yaitu :
Litologi berupa framestone dan bindstone, sebagi hasil hasil pertumbuhan biota
jenis kubah dan mengerak serta merupakan key high energy zone.
Litologi berupa lidstone, grainstone, dan rosule dari ganggang karbonatan dan
berenergi lemah-sedang.
mempunyai kedalaman >30 m dengan lereng 45-60 m, semakin jauh dari inti terumbu
Fasies ini sering disebut juga fasies logoon dan meliputi zona laut dangkal (<30
m) dan tidak berhubungan dengan laut terbuka. Kondisi airnya tenang, sirkulasi air
terbatas, dan banyak biota penggali yang hidup di dasar. Litologi berupa wackstone
dan mudstone serta banyak dijumpai struktur jejak dan bioturbasi, baik horizontal
maupun vertikal.
Nama batuan adalah nama mineral penyusunnya yang bersifat monomineral, yaitu
endapan evaporit di Strassfurt, Jerman, tetapi hanya 3 mineral (batuan) yang terdapat
paling banyak dan yang lainnya sangat sedikit. Ketiga mineral tersebut adalah, gip
Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis lapis.
Anhidrit sering memperlihatkan perlapisan yang rumit, karena batuan ini bersifat
Evaporit terdapat berinterklasi dengan sedimen biasa, terutama serpih merah dan
dolomit umumnya dengan sedimen merah. Banyak pula terdapat diatas atau interklasi
Pada umunya anhidrit dan gip ini mendominir endapan evaporit, malah
dapat berkisar 8 sampai 1.500 meter (di New Mexico, Perm), 300 500 meter terdiri
Walaupun diduga keras evaporit berasal dari penguapan air laut, namun ada
Bagaimana terjadi pengendapan dari air laut itu yang memberikan lebih
menjadi evaporit.
Beberapa batuan sedimen non klastik kimiawi jenis evaporit yang utama :
1) Batuan Gip
Batuan ini terdapat secara kristalin kasar sampai halus granular. Batu gip dapat
pula masif, dan sering terdapat sebagai kristal kristal yang kasar tetapi yang
demikian biasanya terdapat sebagai urat atau kristal nodul dalam lumpur atau pasir.
Batuan ini memperlihatkan struktur pseudo porphyritic dengan kristal selenit sebagai
fenokrisnya.
2) Batuan Anhidrit
Batuan ini lebih banyak terdapat daripada gip, juga berlapis tetapi kadang
kadang masif, tebal dan meluas. Struktur sedimennya memperlihatkan laminasi yang
keriput, pada umumnya granular halus, tetapi di bawah mikroskop kristal kasar, tetapi
3) Halit (batugaram)
Batuan ini terdapat secara masif dan secara kristalin kasar, kadang kadang
kertas) oleh anhidrit atau dolomit. Juga garam hitam sering berinterklasi denga garam
putih berbentuk kristal kubus. Halit sering menjadi terobosan terobosan yang
membentuk saltdome (kubah garam). Hal ini disebabkan berat jenis yang lebih
rendah dibandingkan batuan sekeliling dan sifat mudah mengalir pada temperatur dan
tekanan rendah.
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini adalah batuan yang bersifat
Rijang (Chert)
Komposisi dari rijang adalah opal, kalsedon, kuarsa, kristobalit, dan sedikit
mengandung kalsit dan dolomit. Tekstur batuan ini seperti mikrokristalin kuarsa dan
(subdunction zone), denga ketebalan ratusan meter dengan sisipan serpih hitam juga
berasosiasi denga arus turbidit dan lumpur silika, mengandung diatomea atau
Rijang yang berlapis dapat berasal dari organik dengan pertolongan radiolaria dan
Rijang yang berupa nodul, pada umumnya sebagai replacement dari gamping, ada
biokimiawi silika diambil dari air laut. Kadang kadang membentuk jaringan dan
dapat menyerupai rijang berlapis. Batuan Sedimen Non Klastik Biologis (Organik)
a. Struktur sedimen:
b. Tekstur sedimen
sedang
analizer)
gambar Foto sayatan tipis batupasir kuarsa pada nikol sejajar (atas) dan nikol silang
(bawah)
a. Batupasir kuarsa
Deskripsi batuan
Tekstur :
- Sortasi : baik
- Kemas : tertutup
Komposisi :
- Semen : -
- Matrik : lempung
- Fragmen : -
Tekstur khusus : -
BAB IV
PIROKLASTIK
Lebih dari 80% permukaan bumi, baik di dasar laut hingga daratan tersusun
atas batuan gunung api. Di Indonesia saja, terdapat 128 gunung api aktif yang
aktivitas eksplosifnya sejak 100 tahun terakhir. Di samping itu, batuan gunung api
berumur Tersier atau yang lebih tua juga samgat melimpah di permukaan, bahkan
(pumis dan abu gunung api, skoria, Pele's tears dan Pele's hair, bom dan blok
gunung api, accretionary lapilli, breksi vulkanik dan fragmen litik), endapan jatuhan
piroklastika.
fluidisasinya. Material piroklastika dapat berasal dari guguran kubah lava, kolom
letusan, dan guguran onggokan material dalam kubah (Fisher, 1979). Material yang
berasal dari tubuh kolom letusan terbentuk dari proses fragmentasi magma dan
batuan dinding saat letusan. Dalam endapan piroklastika, baik jatuhan, aliran maupun
seruakan; material yang menyusunnya dapat berasal dari batuan dinding, magmanya
sendiri, batuan kubah lava dan material yang ikut terbawa saat tertransportasi.
bumi, baik secara efusif (ekstrusi) maupun eksplosif (letusan). Batuan gunung api
yang keluar dengan jalan efusif mengahasilkan aliran lava, sedangkan yang keluar
dengan jalan eksplosif menghasilkan batuan fragmental (rempah gunung api). Sifat-
sifat batuan gunung api yang dihasilkan secara efusif telah dijelaskan pada Bab V
sebelumnya, jadi pada Bab ini membahas batuan gunung api fragmental yang
dapat dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu vitric tuff, lithic tuff dan chrystal tuff.
dikelompokkan ke dalam lima kelas didasarkan atas ukuran dan bentuk butir batuan
Klasifikasi batuan gunung api fragmental menurut Pettijohn (1975; kiri) dan Fisher
(1966; kanan)
1) Tuf: merupakan material gunung api yang dihasilkan dari letusan eksplosif,
fragmen litik, gelas shards, dan atau hancuran mineral sehingga membentuk
tekstur piroklastika
plagioklas
plagioklas
Litik Litik
teralterasi teralterasi
Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang dan kanan: nikol sejajar).
Dalam sayatan menunjukkan adanya fragmen litik dan kristal dengan sifat kembaran
pada hancuran plagioklas, dan klastik litik teralterasi berukuran halus.
2) Lapili: adalah batuan gunung api (vulkanik) yang memiliki ukuran butir antara 2-
dengan tuf gunung api. Lapili tersebut kalau telah mengalami konsolidasi dan
pembatuan disebut dengan batu lapili. Komposisi batu lapili terdiri atas fragmen
pumis dan (kadang-kadang) litik yang tertanam dalam massa dasar gelas atau tuf
gunung api atau kristal mineral. Gambar VI.3 adalah batu lapili yang tersusun atas
fragmen pumis dan kuarsa yang tertanam dalam massa dasar tuf.
Gambar Breksi pumis (batu lapili) yang hadir bersama dengan kristal kuarsa dan
tertanam dalam massa dasar tuf halus..
berbentuk platy hingga cuspate, kebanyakan dari gelas ini menunjukkan tekstur
gelembung gas. Dalam beberapa kasus, walaupun gelembung gas tersebut tidak
terelaskan, namun dapat tersimpan dengan baik di dalam batuan (Gambar VI.4).
Tuf tak-terelaskan dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883 dengan glass shards
yang sedikit terkompaksi.
Tuf Rattlesnake, berasal dari Oregon pusat, menampakkan shards yang sedikit
memipih dan gelembung gelas yang telah hancur membentuk garis-garis oval.
4) Batuan gunung api yang terelaskan (welded ignimbrite): yaitu gelas shards dan
pumis yang mengalami kompaksi dan pengelasan saat lontaran balistik hingga
jatuh bebas, yang secara petrografi dapat terlihat dengan: (1) bentuk Y pada
pada bagian bawah Y, (2) arah sumbu memanjang kristal dan fragmen litik, (3)
lipatan shards di sekitar fragmen litik dan kristal, dan (4) jatuhnya fragmen pumis
yang memipih ke dalam massa gelasan lenticular yang disebut fiamme (Gambar
VI.6.c). Derajad pengelasan dalam batuan gunung api dapat diketahui dari
warnanya yang kemerahan akibat proses oksidasi Fe. Pada kondisi pengelasan
tingkat lanjut, massa yang terelaskan hampir mirip dengan obsidian. Batuan ini
sering berasosiasi dengan shards memipih yang mengelilingi fragmen litik dan
kristal.
a. b. c.
a. Tuf terelaskan dari Idaho, b. Tuf terelaskan dari Valles, Mexiko utara, c. tuf terelaskan dengan
cetakan-cetakan fragmen kristal
BAB V
BATUAN METAMORF
berasal dari bahasa Yunani yaitu: Meta = berubah, Morph = bentuk, jadi
metamorfisme berarti berubah bentuk. Dalam geologi, hal itu mengacu pada
perubahan susunan / kumpulan dan tekstur mineral, yang dihasilkan dari perbedaan
200oC dan tekanan di bawah 300 MPa (MPa: Mega Pascals) atau sekitar 3000
atm.
Jadi, metamorfisme berlangsung pada suhu 200oC dan tekanan 300 Mpa atau
lebih tinggi. Batuan dapat terkenai suhu dan tekanan tersebut jika berada
tekanan dan suhu yang sama dengan proses lelehan batuan (wet partial melting). Saat
pelelehan terjadi, justru proses ubahan yang terjadi adalah pembentukan batuan beku
ketimbang metamorfik.
terbentuk. Pada tahap ini terbentuk foliasi planar dari orientasi lembaran
(a) Greenschist - Olivin, piroksen, dan plagioklas dalam basal berubah menjadi
disebut kuarsit.
a) Struktur Batuan
b) Tekstur Batuan
adanya inklusi mineral asing berukuran halus. Gambar VI.16 adalah tektur
mineral berukuran besar dalam matriks / massa dasar berukuran lebih halus.
kristal besar (umumnya K-feldspar) dalam massa dasar mineral yang lebih
kanan atas.
batuan metamorf.
BAB VI
BATUAN ALTERASI
terbawa oleh fluida-fluida dalam bentuk antara lain: vein, veinlet, lode, stringer,
stockwork, dan breksi eksplosi. Alterasi dan mineralisasi ini membentuk zone-zone
mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi
atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk
alterasi sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi
dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan
silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan yang
tersilisifikasikan, serta dapat hadir bijih tembaga seperti enargite, luzonite, dan
covelite.
epitermal, serta beberapa variasi komposisi yang luas dari sekitarnya (host rocks).
Identifikasi jenis-jenis alterasi penting dilakukan untuk memahami level erosi sistem
Dalam bagian ini, dijelaskan suatu variasi model-model yang berlaku saat ini
yang telah dikenal dan merupakan suatu keragaman sistem epitermal Pada
disini terdapat banyak ciri-ciri yang telah dihilangkan, karena ciri-ciri tersebut sudah
tidak sesuai lagi berdasarkan perkembangan hasil studi-studi saat ini dalam "model
yang banyak disukai", hingga akhirnya nanti ditemukan sebagai suatu endapan bijih
(misalnya, Model Jerrit Canyon). Beberapa banyak endapan yang menunggu adanya
kerangka model yang ada saat ini. Kemudian, "pendekatan genetik" yang telah
dengan suatu model yang ada. Dalam keadaan ini, suatu pemahaman mengenai
Dalam Gambar 3.1 dan 3.2 berikut ini, disajikan beberapa model-model
mineralisasi epitermal yang saat ini telah diperkenalkan, antara lain oleh Buchanan
(1981); Berger dan Eimon (1982); Giles dan Nelson (1982). Model-model tersebut
memiliki suatu gambaran yang umum, yaitu di dalam semua model tersebut secara
pembuat yang berbeda, dan jika dipandang dari suatu ringkasan observasi-observasi
permasalahan dengan pertanyaan: "Apa yang aku ketahui mengenai aliran fluida dan
proses-proses dalam lingkungan epitermal, baik sistem epitermal aktif maupun pasif?
sekali variasinya) untuk merekonstruksikan sistem epitermal. Hal ini akan dibahas
kemudian, juga akan ditampilkan model-model yang disuslkan oleh Henley dan Ellis
(1983), yang didasarkan pada analoginya dengan sistem aktif, serta pemahaman
Alterasi fluida asam sulfat sering menunjukkan level yang lebih tinggi dalam
sistem epitermal. Alterasi ini dapat termineralisasikan, tetapi alterasi ini lebih umum
terjadi di atas atau disamping vein atau stockworks pada Sistem Alterasi Illite-Quartz.
Rocks) pada pH yang sangat rendah (sangat asam), Advanced Argillic pada pH
Alterasi ini hanya dapat diidentifikasikan dengan sistem XRD. Alterasi ini
umumnya terjadi dalam lempung pyritic yang mengelilingi alterasi advanced argillic
fluida asam sulfat yang ternetralkan oleh reaksi batuan dinding (wall rock). Secara
dikelirukan dengan alterasi illitic. Alterasi ini seharusnya tidak dikelirukan dengan
Alterasi Illitic. Alterasi ini bukan merupakan kelanjutan dari alterasi argillic ataupun
atau K Sulfat), dan/atau adanya mineral Kaolinite (Lempung bebas K). Mineral-
mineral ini menunjukkan jenis fluida asam sulfat, mineral alunite menunjukkan pH
kurang dari 4. Mineral Jarosite menunjukkan fluida asam sulfat dalam suatu
dengan kandungan pyrite yang tinggi, berwarna hitam dan sulphidic jika segar,
berwarna putih atau jingga atau berwarna terang karena noda-noda ion jika melapuk.
sedimen-sedimen atau andesit, tetapi ini tidak umum; batuan lempung ini sering
Advanced Argillic. Batuan-batuan ini terdiri dari mineral Quartz rijangan berwarna
putih hingga kelabu dengan sedikit pyrit dan sering terdapat rongga-ronga pengisian
(cavities) dimana mineral-mineral yang mengisi (cavitiy fillings) berupa felspar yang
Tubuh-tubuh batuan silika ini panjangnya dapat mencapai satu kilometer atau
lebih. Tubuh batuan ini umumnya membentuk bongkah yang sangat besar di sungai
dan menarik perhatian disebabkan adanya noda-noda besi yang berwarna. Tubuh
batuan silika ini terkadang terdiri dari 99,9% batuan silika. Mineral Rutile biasanya
ada dalam batuan ini, jika diamati dengan XRD, menunjukkan TiO 2 residual yang
berasal dari batuan beku asalnya. Batuan beku asalnya, misalnya, Quartz Diorite dan
Rhyolite.
Batuan silika yang rapuh dapat dihancurkan dengan palu dan membentuk
pasir silika. Beberapa silika tidak berkembang dalam dan tidak berkembang menjadi
epitermal fosil, jika datanya yang dimiliki, sebaiknya dilakukan, misalnya, pada
a. Pemetaan Terperinci
lingkungan dekat permukaan pada suatu sistem hidrotermal tua (paleosystem), yaitu:
(fossil mudpool), fosil sinter (fossil sinter sheets), breksi runtuhan (collapse
lempung).
Perlu ditekankan bahwa, jika pernah ada, maka banyak kenampakan dekat
permukaan ini yang akan terpindahkan atau bermigrasi dengan cepat oleh erosi
permukaan. Tentunya prediksi level erosi (erosion level) atau level kedalaman sistem
epitermal pada permukaan saat ini sangat penting. Misalnya, dari deskripsi sinter
silika yang berasosiasi dengan bukti lainnya akan menunjukkan suhu 200C, yang
berarti bahwa permukaan saat ini kedalaman purbanya sekitar 150 meter.
Suatu rekontruksi ini akan menolong bagi pengujian langsung untuk waktu
atau tahap berikutnya ke arah mana letak mineralisasi sistem epitermal fosil, baik
dalam penerapan model selama eksplorasi maupun dalam pengujian model untuk
tertutupi oleh debu volkanik atau sedimen lakustrin, atau dimana sistem sebagian
telah tererosikan.
a. Alterasi = Metasomatisme
karena pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia
yang merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang
mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang memungkinkan masuknya air
Kalkopirit
Pirit
Limonit
Garnierit
Epidote
Malakit
Khlorit
Orphiment
Realgar
Galena
BAB VII
Dari kampus Lab pada jam 08:05 WIB, keberangkatan dengan mengunakan sepeda
motor.
1. Lokasi pengamatan
LP 1.
Lokasi : didaerah bayat
Waktu ; 09:15, WIB
Cuaca : cerah
Vegetasi : sedang
Morfologi : batuan beku intrusi
LP 2 .
Lokasi :
Waktu :10:13, WIB
Vgetasi :
Morfologi
Litologi : batuan metmorf(marmer dan sekis mika)
Struktur : foliasi
Tekstur : lapidoblstik
Komposisi : kuarsa,mika(ubahan dari mineral olivin
Petrogenesa : batuan yang terbentuk karen suhu dn tekana yang tinggi dan
Tekstur : hornfelsik
Petrogenesa : batuan yang terbentuk karena suh dan tekana yang tinggi
LP. 3
Cuaca: cerah
Vegetasi: jarang
Morfologi : lereng
Sturktur : masif
Sortasi : baik
Kemas : tertutup
Komposisi : fragmen: -
Matriks ; silika
Semen :lanau
Struktur : masif
Sortasi : buruk
Kemas : terbuka
Matriks: -
Semen : silika