PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Dobutamin adalah suatu agonis adrenergic yang digunakan pada intensif care unit
atau pasien gagal jantung stadium akhir. Dobutamin bekerja pada reseptor
adrenergik B1 untuk meningkatkan kontraktilitias otot jantung dan meningkatkan
denyut jantung. Dobutamin juga bekerja pada reseptor B2 adrenergik yang dpaat
menyebabkan vasodilatasi perifer. Dobutamin juga memiliki sedikit efek pada
reseptor alfa 1 adrenergik yang menyebabkan vasokonstriksi, akan tetapi efek ini
tertutupi oleh dominannya efek vasodilatasi akibat perangangan reseptor B2.
Onset aksi dari dobutamin adalah 1-2 menit dan waktu paruh plasmanya berkisar
2 menit.3
Target dari DSE adalah untuk mendeteksi iskemik miokard pada tahap awal
progesifitas dari penyakit coroner dengan mengidentifikasi area dinding regional
yang mengalami abnormalitas dengan cara memberikan stress farmakologi. Pada
konteks stress echocardiography, dobutamin akan memberikan stress yang
sementara pada otot jantung dengan cara meningkatkan konsumsi oksigen yang
dapat menginduksi iskemik. Keterbatasan pasokan darah coroner akan
menyebabkan disfungsi diastolik akibat kehilangan energy yang banyak.
Disfungsi diastolik ini akan bermanifestasi seperti iskemik dan juga sistolik
disfungsi.
Stress test ini dilakukan untuk menilai iskemia miokard, bukan untuk
membuktikan efek obat antiiskemik. Untuk menilai stress ekokardiografi ini,
dinilai 16 segmen ventrikel menggunakan sistem skor. Skor 1 adalah
normokinesia, 2 adalah hipokinesia, 3 yaitu akinesia, dan 4 diskinesia..
Abnormalitas gerakan ventrikel ditegakkan jika ditemukan peningkatan skor >1
pada >1 segmen sebagai marker iskemia. Dan dikatan perbaikan jika kenaikan
skor >1 pada >1 segmen dengan dobutamin dosis rendah, sebagai biomarker
viability miokardium pada abnormalitas yang ditemukan pada saat istirahat
Pre-operative stress echo merupakan alat diagnostik, terutama pada pasien yang
tidak dapat melakukan exercise test, pasien yang memiliki abnormalitas pada
dinding ventrikelnya memiliki resiko kardiovaskular peri-operative yang lebih
tinggi.
Dobutamin dimetabolisme di hati dan di jaringan perifer akan tetapi tidak ada
pengurangan dosis pada pasien yang mengalami gangguan fungsi hati dan ginjal.
Demikian juga pada pasien geriatric, meskipun US food and drug administration
merekomendasikan dosis peringatan pada pasien usia tua.5 Masing-masing
laboratorium ekokardiografi memiliki protocol yang spesifik mengenai dosis
minimal dan maksimal. 6
Dosis dobutamin awal yang digunakan atau yang terendah merupakan fase yang
optimal utnuk mendeteksi iskemik dan menilai viabilitas dengan mencari respon
bifasik dimana terjadi kontraksi miokardium pada dosis inotropic yang rendah
akan tetapi kemudian menjadi hipokinetik atau akinetik pada dosis dobutamin
yang semakin meningkat. Dengan demikian, jika tujuan pemeriksaan adalah untuk
menilai viabilitas, maka dosis inisial yang digunakan sering kali lebih rendah dari
2,5 g/kg per menit.
Jika target denyut jantung tidak tercapai dengan infus dobutamin saja, dapat
ditambahkan atropine dengan dosis maksimal 2 mg, yang biasanya terbagi dalam
4 dosis, 0,5 mg per dosis. Atropine dapat meningkatkan sensitivitas dari stress
echocardiography pada pasien dengan penyakit pembuluh darah atau yang dalam
terapi beta bloker lama.9 Beberapa praktisi juga menyarankan peningkatan dosis
dobutamin ( 50 g/kg per menit) jika pasien sudah memiliki dneyut jantung yang
mendekati 85% dari denyut jantung maksimal. Pada beberapa laboratorium,
latihan tangan, lengan dan kaki juga sering digunakan untuk augmentasi
kronotropik jika target denyut jantung sudah hampir tercapai, pastikan jika
melakukan gerakan-gerakan ini tidak akan berpengaruh pada pemeriksaan
ekokardiografi, sadapan EKG, monitoring tekanan darah dan pastikan pasien
mampu melakukannya dengan baik.
End point dari protokol DSE adalah pencapaian target denyut jantung, deteksi
dari pergerakan dinding jantung yang abnormal pada sekurang-kurangnya 2
teritorial, deteksi aritmia simtomatik atau sustain, hipotensi atau hipertensi berat
(tekanan sistolik > 220-240 mmHg atau tekanan diastolik > 120 mmHg), atau
ketidakmampuan pasien untuk mentoleransi tes tersebut. Pada beberapa aksus,
reversal dari gerakan dinding jantung yang abnormal dinilai dengan
menambahkan post stress beta blocker (1-5 mg metoprolol intravena). Beta
blocker diberikan pada fase recoveri, paradoksikal, perkembangan iskemik yang
difasilitasi dobutamin vasodilatsi dan juga vasokontriksi perifer (melalui
mekanisme B1 dan juga B2 antagonis dengan efek minimal pada alfa 1 yang
menimbulkan vasokontriksi). Sebagai tambahan, beta blocker pada recovery akan
membuat abnormalitas gerakan dinding sub endokardial tertutupi sehingga sulit
untuk membedakan kontraksi hiperdinamik dari lapisan tengah dan epikardial.
10,11 Sementara itu dalam menilai viabilitas, sensitivitas dapat ditingkatkan
dengan menggunakan protocol beta blocker untuk skoring recovery fase
abnormalitas dinding jantung.12
Pasien yang akan melakukan DSE biasanya berpuasa selama 4 jam sebelum
melakukan tes. Semua agen kronotropik negative dan nitrat harus dihentikan 8-12
jam sebelum DSE. Tes harus dilakukan dalam suatu laboratorium ekokardiografi
yang sudah terstandarisasi yang dilengkapi dengan peralatan ekokardiografi
lengkap dan medikasi yang memadai. ASE menyatakan bahwa alat ultrasound
harus memiliki kemampuan untuk memicu tampilan gambar yang sesuai dengan
EKG pasien dan mesin-mesin pada laboratorium tersebut sudah menggunakan
tampilan split screen dan quadruple screen untuk memfasilitasi perbandingan
simultan fase istirahat menuju fase puncak dari post-stress image.6
Petugas yang terlibat terdiri dari dokter, perawat dan sonographer. Keamanan data
dijamin oleh perawat yang sudah teregistrasi dengan sonographer dan teknisi
EKG yang bekerja sama dengan dokter.15 Selama prosedur stress tersebut
sonographer mengolah gambar ekokardiografi dengan mengaplikasikan tranduser
untuk memposisikan image pada parasternal (atau apikal) aksis panjang,
parasternal aksis pendek (katup mitral, ventrikel tengah dan level apikal), apikal 4
ruang dan 2 ruang. Penambahan kontras digunakan untuk mengevaluasi bagian
endokardial ketika dua atau lebih segmen endokardial ventrikel kiri tidak dapat
dievaluasi, ASE mengatakan bahwa hal ini terjadi kurang dari 10%. Selama DSE
dilakukan, image dari ventrikel kiri dari masing-masing ekokardiografi dievaluais
selama istirahat, dobutamin dosis rendah, dobutamin dosis puncak dan post-stress.
Masing-masing laporan hasil setiap fase harus mengomentari kualitas stress yang
diberikan (mencapai target denyut jantung, gejala, respon tekanan darah dan
perubahan elektrokardiografi (iskemik atau aritmia) dan perubahan
ekokardiografi. DSE harus melaporkan kondisi ventrikel kiri secara global dan
regional dan membuat kesimpulan. Abnormalitas dinding jantung regional dinilai
pada basis segmen 16 dari ventrikel kiri. Pada guideline lain, dikatakan bahwa
segmen 17 yang memasukkan apical cap juga dinilai, akan tetapi karena tip apeks
yang normal tidak akan bergeser maka pergerakan dinding pada bagian ini tidak
dapat dievaluasi. DSE mendefinisikan respon iskemik sebagai suatu penurunan
ketebalan dinding pada sekurang-kurangnya satu segmen. Meskipun dmeikian,
ketika menginterpretasikan iskemik, pembaca harus mengenali hasil positif palsu
yang dapat terbaca pada satu segmen seperti segmen basal inferior pada aksis
pendek dan harus mengkonfirmasi hal tersebut pada dinding sama dan segmen
yang sama dalam banyak view aksis. Multiple view tidak bisa kita evaluasi pada
segmen apikal, sehingga iskemik pada segmen ini walaupun hanya terlhat pada
satu segmen tetap dianggap rasional. Sedangkan untuk viabilitas dibutuhkan 2
segmen ekokardiografi. Iskemik pada single segmen sangat sensitive untuk
menentukan iskemik akan tetapi dapat menimbulkan hasil positif palsu,
memastkan pada dua atau lebih segmen akan menurunkan sensitivitas namun
dapat meningkatkan spesifistas dalam mendiagnosis jantung koroner.
Kesimpulannya, kita dapat mendiagnosis iskemik pada ekokardiografi
berdasarkan penurunan ketebalan dinding pada satu atau lebih segmen yang
terjadi pada dosis puncak. Suatu penelitian menunjukkan bahwa perlu
ditambahkan agen opafikasi ketika dua atau lebih segmen tidak dapat divisualisasi
karena diagnosis iskemik tidak dapat ditegakkan. Selain iskemik, laporan hasil
DSE juga harus mencakup viabilitas miokardial, hadirnya aritmia, stenosis
valvular atau regurgitasi, mengestimasi tekanan sistolik ventrikel kanan atau
diastologi. 17,18. Masing-masing laboratorium harus memliki kebijakan untuk
menjamin keamanan DSE mencakup kemungkinan hadirnya iskemik sehubungan
dengan dilatasi atau hipotensi, ST segmen elevasi, ventricular takikardi atau
komlikasi mayor yang lain.
2.7 Komplikasi
DSE memiliki spesifisitas 88% dibndingkan dengan iskemik tes yang lain seperti
perfusi talium, single photon emission computed tomography (SPECT) dan
positron emission tomography (PET). 29 DES juga lebih murah dibandingkan
dengan SPECT. Spesifisitas DSE juga lebih tinggi yaitu 77%.
Viabilitas miokard adalah satu dari sekian banyak aplikasi penting pada DSE.
Hibernating myocardium menunjukkan bahwa jantung sebenarnya viabel akan
tetapi mengalami underperfusi setelah mengalami sutau serangan iskemik. 34,35
Penyelamatan myocardium pasca iskemik dapat dilakukan dengan revaskularisasi
dari territorial yang tekena. DSE merupakan suatu alat non infasif yang dapat
mendeteksi hibernating myocardium tersebut dan mengidentifikasi pasien-pasien
yang akan bermanfaat jika dilakukan revaskularisasi.
DSE yang dilakukan satu minggu setelah infark miokard menunjukkan sensitvitas
82 % dan spesifisitas 80% dalam mendeteksi residual stenosis pada hibernating
myocardium.43 Viabilitas myocardium adalah prediktor penting untuk
memprediksi recurrent hospital akibat iskemik dan munculnya unstable angina
setelah keluar dari rawatan. Pasien dengan viabilitas myokard yang teridentifikasi
dengan DSE memiliki peluang 20% akan kembali terkena iskemik dibandingkan
dengan pasien tanpa myocardium viabel yang hanya sekitar 7%. Jadi hasil ini
menunjukkan bahwa adanya miokardium yang viabel merupakan prognosis yang
lebih baik.
DSE memiliki kemampua untuk mengakses fungsi katup jantung pada saat
istirahat dan latihan dan juga secara tidak langsung dapat menilai fungsi
hemodinamik. Stenosis dan regurgitasi dari semua katup dapat dievaluasi
terutama pada gangguan katup jantung bagian kiri, kecuali untuk mengakses
stenosis aorta dengan disfungsi ventrikel kiri yang masih sulit dilakukan.
Penelitian juga masih terbatas dalam menilai stenosis aorta dan regurgitasi mitral
dengan DSE.
Stenosis mitral
Stenosis aorta
DSE merupakan kontraindikasi pada pasien dengan stenosis aorta berat yang
simtomatik. Pasien dengan fraksi ejeksi yang rendah (35-40%) dan gradient
transvalvular yang juga rendah (30-40 mmHg) yang disebut stenosis aorta
bergradien rendah akan membuat diagnosis menjadi ambigu. Ini adalah salah satu
situasi klinis dimana DSE sangat dibutuhkan. Pada pasien seperti ini sulit untuk
menentukan apakah pasien memang memiliki stenosis valvular dan harus
mengalami penggantian katup ataukah hanya pseudostenosis yang juga disebut
disfungsi ventrikel kiri yang konraktil yang membuat katup aorta terkesan
mengalami stenosis. DSE akan sangat berguna pada pasien ini untuk menentukan
apakah pembedahan merupakan terapi yang tepat.
DSE sangat berguna untuk menentukan kandidat yang tepat untuk dilakkan terapi
penggantian katup. Guideline terbaru menyatakan bahwa stenosis aorta berat
adalah luas katup aorta < 1 cm atau gradient katup aorta > 40 mmHg. Pasien
dengan area katup yang sempit akan tetapi memiliki gradient yang rendah
menunjukkan prognosis yang lebih baik. DSE sangat ebrguna untuk menetukan
apakah stenosis aorta berat yang sebenarya atau pseudostenosis yang sekunder
akibat pengurangan fungsi sistolik ventrikel kiri. Ini snagat berguna untuk
mengestimasi terapi yang tepat. Sebagai tambahan, pasien dengan gradient
rendah, fungsi sistolik yang normal dan stenosis aorta aliran rendah, DSE akan
berguna untuk menentukan area katup yang berada dibawah aliran normal dan
membantu menentukan intervensi terapi yang tepat.61
Regurgutasi mitral
Hipertensi pulmonal
Evaluasi pretransplant
Pasien dengan gangguan ginjal kronik memiliki resiko besar mengalami CAD dan
penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama dari kematian setelah
tranplantansi ginjal. Dengan demikian, penilaian akurat dari perluasan dan
keparahan CAD terhadap tranplantasi ginjal adalah sangat penting. Akurasi DSE
untuk mendeteksi CAD pada pasien dengan penyakit ginjal kronik menunjukkan
berbagai variasi (sensitivitas 37%-95% dan spesifisitas 71%-95%). DSE juga
merupakan prediktor mortalitas terbaik pada pasien pre transplant. DSE modalitas
yang juga memberikan opsi untuk mengestimasi tekanan sistolik ventrikel kanan
yang akan sangat penting untuk menentukan hipertensi pulmonal.
Perempuan yang sering menampilkan gejala CAD atipikal sering menjadi salah
diagnosis dan akhirnya tidak bisa diobati. DSE menunjukkan sensitivitas 81% dan
spesifisitas 80% dalam mendeteksi CAD tersebut. DSE mengurangi resiko radiasi
seperti pada SPECT.
Hal ini terjadi pada pasien dengan badan besar, PPOK, implant payudara atau
asites, kualitas gambaran usg dan akurasi diagnosis. Penggunaan kontras pada
beberapa kasus aka meningkatkan kemmapuan endocardium dan meningkatkan
kemampuan diagnostik
LBBB
Pada pasien ini imaging perfusi menjadi inadekuat akibat adanya efek kronotropik
dan peningkatan inotropic terhadap perburukan gerakan parodoksikal septal.
Stress eko dengan menggunakan exercise lebih dianjurkan pada pasien ini, jika
pasien intoleran maka vasodilator imaging perfusi lebih direkomendasikan.