Anda di halaman 1dari 430

Manual No: 01/M/BM/2015

Konstruksi dan Bangunan

PROJECT MANAGEMENT MANUAL (PMM)


(Manual Manajemen Proyek)
REGIONAL ROADS DEVELOPMENT PROJECT (RRDP)

April 2015

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
PRAKATA

Perjanjian Pinjaman Regional Roads Development Project (RRDP)


mensyaratkan agar Manual Manajemen Proyek harus digunakan oleh semua
pihak yang terkait sebagai rujukan dalam pelaksanaan semua kegiatan termasuk
manajemen keuangan, jasa konstruksi, jasa konsultasi, pelaksanaan kontruksi
dan ketentuan tentang lingkungan serta kegiatan lainnya yang terkait dengan
perjanjian pinjaman RRDP .

Manual Manajemen Proyek {PMM) ini digunakan oleh Project Management


Unit {PMU) RRDP, PPK dan Pokja ULP (dibawah koordinasi balai terkait) dan
konsultan pendukungnya yaitu CTC, DSC-1, DSC-2 dan DSC-3 dalam kegiatan
pengelolaan pengendalian proyek antara lain pengadaan jasa konstruksi, jasa
konsultasi dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan prosedur-prosedur lainnya
termasuk variasi pekerjaan dan penyelesaian kontrak yang berhubungan dengan
persyaratan perjanjian pinjaman dari Asian Development Bank. {ADB) Loan No.
2817-INO dan Islamic Development Bank {IDB) Financing No. IND-0161.

Dengan adanya Manual Manajemen Proyek (PMM) ini diharapkan prosedur


tertib administrasi dalam rangka pengelolaan dan pengendalian kegiatan
pekerjaan pelaksanaan konstruksi dapat berjalan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku serta diharapkan dapat mengeliminasi adanya resiko
misprocurement, misimplementation dan ineligible payment.

Untuk itu pengguna didorong agar menerapkan PMM ini dengan tertib dalam
kegiatan manajemen proyek dan menyampaikan masukannya untuk
perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut.

Jakarta, April 2015

PMU RRDP
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAru PERUMAHAN MKYAT
PUMEKTORAT JETUPST,Ef BThIA MARGA
Beru Jakerta selatan 1211A Telp : 7244e73
Jelan Fettlrnura No. 20 Kebayoran
= =;=; ,;=lF;G;E;i

Kepada Yang Terhormat :

1. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Marga;


2. Direktur Bina Teknik;
3. Direktur Bina Program;
4. Direktur Bina Pelaksana Wilayah ll;
5. Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan NasionalV;
6. Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan NasionalVll'
SURAT EDARAN
Nomor:ps73.l-77'la.r
TENTANG
DOKUMEN MA.NUAL MANAJEMEN PROYEK
PINJAMAN LUAR NEGERI
\PROJECT MANAGEMENT MANUAT) UNTUK
PADA REGIONAL ROAD DEVELOPMENT PROJECT (RRDP)

A. Umum
pada Re,gional
Dalam rangka mendukung pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
Luar Negeri
Road Development Proieit'6.npn yang menggunakan Dana Pinjaman
APBN
ADB Loan 2g17 - tNo dan'Financing tdg otoitNp seda Dana Pendamping
maka dipandang perlu disusun Manual Manajemen Proyek (Proiect
Management
dalam pelaksanaan dan
Manual/PMIVI) yang digunakan sebagai rujukan
p.ng";Orfian kigiaian ployet< dan proJedur lainnya yang berhYlyg?n dengan
Development Bank (ADB) dan lslamic
[ers-yaratan pinjaman luar negeri dariAsean
Development Bank (lDB).

B. Dasar Pembentukan
1. Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2000 tentang PenYelenggaraan Jasa
Nomor 59
Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
29 tahun 2000
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi'
2. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang PenYelenggaraan
Pembinaan Jasa Konstruksi;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
Barang/Jasa
4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
kali diubah terakhir dengan
Pemerintah senagaimana telah diubah beberapa
Peraturan Preside-n Republik lndonesia Nomor 04 Tahun 2015.
Tata Cara
5. Peraturan Menteri Pekeriaan Umum Nomor 11|PRTlWl2010 tentang
i-.^ n^-^r,^.^+^^ I ^ilz IErrnnoi lalan I'
ur rver vurqr
ual I rul Dyal dtalt Lal^
Peraturan Menteri PU No.07/PRT lMl2O11 tentang Standar dan
Pedoman
6. telah
Pengadaan eeke4aan Konstruksi dan Jasa Konsultansi sebagaimana
tentang
diubah dalam Perlturan Menteri Pekerjaan Umum No.g7/PRTlyl2014
tentang standar dan
Perubahan Kedua Peraturan Menteri PU No.07/PRT/M/2011
Pedoman Pengadaan Fekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultanst'
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan
Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis iaian'
ADB Loan No'2817 - rNo
L Loan Agreement Regional Road Development Project,
Date7 MaY 2012.
9. lstisna'a Agreement Regional Road Development Project, Financing IDB No'0161
_ IND.
C. Maksud dan Tujuan
Surat edaran ini dimaksudkan sebagai pedoman/manual manajemen dalam
pelaksanaan dan pengendalian kegiatan proyek yang berhubungan dengan
irinlaman Luar Negeri Regional Road Development Project (RRDP) di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Marga dan berlujuan untuk tertibnya pengaturan
pelaksanaan manajmemen proyek pada Pinjaman Luar Negeri Regional Road
Development Proiect (RRDP),

D. Ruang Lingkup
Manual Manajemen Proyet</Project Management Manual (PMM) RRDP ini berisi
tentang keteniuan penyelengg araan proyek yang meliputi ketentuan pengadaan
jasa kJnstruksi, pengadaan jiia konsultansi, pelaksanaan konstruksi, pengelolaan
keuangan dan pelaporan, ketentuan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dan soslal seda ketentuan audit keteknikan dan keuangan.

E. Penutup
Manual Manajemen Proyek i Projeci Manajemen Manual (PMM) RR?P tercantum
dalam lampirin yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dengan Surat Edaran ini.

Demikian atas perhatian Saudara, disampaikan terimakasih.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal oq Mei 2015

PIt. DIREKTUR JENDER.AL BINA MARGA

NlP. 19550826 198303 1002

Tembusan disampaikan KePada Yth.


1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (sebagai laporan);
2. Plt. Sekretaris Jenderal Kementei'ian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Saran dan Masukan

Jakarta, April 2015

Manual Manajemen Proyek RRDP ini, telah dilaksanakan sosialisasi di Bandung pada
tanggal 2 dan 3 Desember 2014 dan telah dibagikan kepada seluruh pemangku
kepentingan pada tahap pelaksanaan RRDP dalam rangka mendapatkan saran dan
masukan.

Manual ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk manajemen proyek dan menfasilitasi
pelaksanaan proyek. Pandangan dari para pelaku proyek adalah penting untuk
menjamin pelaksanaan yang efektif dan efisien .

Mekanisme dalam mendengarkan pandangan dari para pelaku, dilakukan melalui


sosialisas i tentang berbagai aspek manual, tetapi juga diharapkan adanya saran dan
masukannya secara langsung.

Saran dan masukan dapat dikirim secara langsung ke:

PMU RRDP
Direktorat Jenderal Bina Marga
Jl. Pattimura No. 20
Kebayoran Baru
Jakarta Selatan

pmu.rrdp@yahoo.com
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... i


BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1
1.2 REGIONAL ROADS DEVELOPMENT PROJECT (RRDP). ................................... 1
1.3 TUJUAN RRDP ...................................................................................................... 3
1.4 MAKSUD DAN TUJUAN MMP/PMM ...................................................................... 4
1.5 RUANG LINGKUP................................................................................................... 4
1.6 JADWAL PROYEK .................................................................................................. 5
1.7 SINGKATAN, PENGERTIAN DAN DEFENISI ........................................................ 5

BAB 2 PENYELENGGARAAN MANAJEMEN PROYEK ............................................................ 1


2.1 BADAN BADAN YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PELAKSANAAN
PROYEK .................................................................................................................. 1
2.1.1. Peran dan TanggungJawab Unit-unit di Kementerian Pekerjaan Umum ...... 1
2.1.2. Peran dan TanggungjawabBadan-badan Pemerintah Lainnya .................... 5
2.2. TUGAS PROJECT MANAGEMENT UNIT (PMU) ................................................. 7
2.3 LINGKUP TUGAS JASA KONSULTANSI UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN
PELAKSANAAN PROYEK RRDP ........................................................................ 12
2.4 PENYEBARAN INFORMASI PUBLIK .................................................................... 15
2.4.1 Website Proyek .......................................................................................... 15
2.4.2 Diseminasi Informasi proyek ...................................................................... 16
2.4.3 Penanganan Pengaduan dan ACAP ......................................................... 16

BAB 3 PROSEDUR PERENCANAAN TEKNIS JALAN DAN JEMBATAN ......................................... 1


3.1 UMUM...................................................................................................................... 1
31.1 Jenis Penanganan Jalan .............................................................................. 2
3.1.2 Jenis Penanganan Jembatan ...................................................................... 2
3.2 Penyiapan Desain dan Revisi Desain ..................................................................... 2
3.2.1 Penyiapan Desain dan Revisi Desain Jalan ................................................ 2
3.2.2 Penyiapan Desain dan Revisi DesainJembatan .......................................... 3
3.3 LEGALISASI GAMBAR PERENCANAAN TEKNIS................................................. 3
3.4 KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN UNTUK JALAN JALAN DALAM
SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER ..................................................................... 4
3.4.1 Pokok Pokok Perencanaan ....................................................................... 4
3.4.2 Rujukan Perencanaan ................................................................................. 4
3.4.3 Parameter Perencanaan Geometrik Jalan .................................................. 6
3.4.4. Parameter Perencanaan Perkerasan Jalan ................................................. 7
3.5 Kriteria Perencanaan Teknis Jembatan .................................................................. 7
3.5.1 Pokok-Pokok Perencanaan ......................................................................... 7
3.5.2 Rujukan Perencanaan ................................................................................. 8
3.5.3 Parameter-Parameter Perencanaan ............................................................ 9
3.5.4 Parameter Perencanaan Bangunan Atas Jembatan ................................. 14

i
3.5.5 Parameter Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan ............................. 20
3.5.6 Parameter Perencanaan Pondasi Jembatan ............................................. 20
3.5.7 Perencanaan Jalan Pendekat .................................................................... 21
3.6 PERENCANAAN TEKNIS JALAN DAN JEMBATAN ............................................ 21
3.6.1 Persiapan ................................................................................................... 21
3.6.2 Survey Lapangan ....................................................................................... 22
3.6.3 Pengendalian Survey Pendahuluan dan Survey Detail. ............................ 30
3.6.4 Proses Desain/Perencanaan Teknis.......................................................... 31
3.6.5 Penyiapan Dokumen Lelang ...................................................................... 35
3.7 PROSEDUR REVISI DESAIN ............................................................................... 35
3.8 KESELAMATAN JALAN (ROADS SAFETY). ...................................................... 36
3.8.1 Kebijakan Terkait Penyelenggaraan Jalan yang Berkeselamatan ............ 36
3.8.2 Rekayasa Keselamatan Jalan ................................................................... 37
3.8.3 Audit Keselamatan Jalan ........................................................................... 38
3.8.4 Manajemen Lalu Lintas Selama Pelaksanaan Konstruksi ......................... 41
3.8.5 Uji Laik Fungsi Jalan .................................................................................. 45
3.8.6 Matrikulasi Pelaksanaan Keselamatan Jalan ............................................ 47

BAB 4 PENGADAAN JASA KONSULTANSI ................................................................................ 1


4.1 PEDOMAN DAN PERATURAN-PERATURAN ........................................................ 1
4.2 TAHAPAN PELAKSANAAN PENGADAAN DAN REVIEW OLEH BANK ................ 2
4.2.1 Tahapan dalam pelaksanaan pengadaan jasa Konsultansi ........................... 2
4.2.2 Review Oleh Bank. ........................................................................................ 2
4.4 TERMS OF REFERENCE (TOR) / KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) ............... 4
4.5 PENGUMUMAN UNTUK PESERTA YANG BERMINAT (Request Expressions of
Interest/REOI) .......................................................................................................... 4
4.6 PENYUSUNAN SHORT LIST KONSULTAN ........................................................... 5
4.6.1 Penyusunan Short-List menurut ADB ........................................................... 5
4.6.2 Penyusunan Short-List menurut IDB ........................................................... 5
4.7 PENYIAPAN REQUEST FOR PROPOSAL (RFP) ................................................. 5
4.7.1 Letter of Invitation (LOI) ............................................................................... 6
4.7.2 Instructions to Consultants (ITC) and Data Sheet ....................................... 6
4.7.3 Bentuk Standar Proposal/Usulan Teknis ..................................................... 6
4.7.4 Bentuk Standar Proposal/Usulan Biaya ...................................................... 7
4.7.5 Eligible Countries ......................................................................................... 7
4.7.6 Bank Policy Corruption and Fraudulent Practices .................................... 7
4.7.7 Term of Reference(TOR)/Kerangka Acuan Kerja (KAK) ............................... 7
4.7.8 Conditions of Contract and Contract Forms .................................................. 7
4.8 PENGIRIMAN UNDANGAN SAMPAI DENGAN KLARIFIKASI .............................. 7
4.9 PENYAMPAIAN PROPOSAL .................................................................................. 7
4.10 EVALUASI PROPOSAL TEKNIK (TER Technical Evaluation Report) ............... 8
4.10.1 Kriteria dan Pembobotan untuk Proposal Teknik ....................................... 8
4.10.2 Sub-Kriteria dan Pembobotannya ............................................................... 9
4.10.2.a Pengalaman Konsultan ................................................................ 9
4.10.2.b Pendekatan Dan Metodologi ........................................................ 9

ii
4.10.2.c Staff Inti ........................................................................................ 9
4.10.3 Persetujuan Evaluasi Teknis ............................................................ 9
4.11 EVALUASI FINANSIAL/HARGA ............................................................................. 12
4.12 KOMBINASI EVALUASI TEKNIS DAN BIAYA ....................................................... 12
4.13 NEGOSIASI DAN PENYIAPAN DRAFT KONTRAK .............................................. 12
4.14 PENETAPAN PEMENANG .................................................................................... 13
4.15 PENGUMUMAN PEMENANG LELANG................................................................. 13
4.16 BAGAN ALIR PROSES PENGADAAN .................................................................. 14

BAB 5 KETENTUAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI ......................................................... 1


5.1 KETENTUAN/PEDOMAN DASAR, PERSYARATAN UMUM ................................. 1
5.1.1 Pedoman Dasar ........................................................................................... 1
5.1.2 Eligibilitas ..................................................................................................... 1
5.1.2.1 Negara Yang Eligible Mengikuti Pelelangan ................................. 1
5.1.2.2 Pembatasan Peserta Lelang ......................................................... 2
5.1.2.3 In-eligibilitas berdasarkan Daftar Hitam Rekanan ......................... 2
5.1.2.4 Badan Usaha Milik Negara ............................................................ 3
5.1.2.5 Konflik Kepentingan....................................................................... 3
5.1.3 Rencana Pengadaan ( Procurement Plan ) ................................................. 4
5.1.4 Pakta Integritas ............................................................................................ 4
5.1.5 Kegagalan Pelelangan dan Pelelangan Ulang ............................................ 4
5.1.6 Misprocurement ........................................................................................... 5
5.1.7 REVIEW DAN PERSETUJUAN ADB DAN IDB ........................................... 5
5.1.8. Fraud and Corruption ................................................................................... 6
5.1.8.1. Anti Corruption Action Plan (ACAP) ............................................. 8
5.1.8.2. Pengusulan Penetapan Pemenang Lelang ................................... 8
5.1.8.3. Penggunaan Sistem E-Procurement ............................................. 8
5.2 METODA PENGADAAN ......................................................................................... 9
5.2.1. Metode Pengadaan Asian Development Bank (ADB) ................................... 9
5.2.1.1. International Competitive Bidding ................................................. 9
5.2.1.2 National Competitive Bidding ........................................................ 9
5.2.1.3 Metoda Lainnya ........................................................................... 10
5.2.2 Metode Pengadaan Islamic Development Bank (IDB) ............................. 10
5.2.2.1 International Competitive Bidding (ICB) ...................................... 10
5.2.2.2 National Competitive Bidding ...................................................... 10
5.2.2.3 Metoda Lainnya ........................................................................... 11
5.3 PROSEDUR LELANG ........................................................................................... 11
5.3.1 Penyiapan dan Persetujuan Dokumen Lelang .......................................... 15
5.3.2 Penyiapan Pelelangan dan Pengumuman ................................................ 15
5.3.2.1 Dokumen lelang........................................................................... 15
5.3.2.2 Pengumuman lelang .................................................................. 15
5.3.3 Registrasi dan Pen-download-an Dokumen Lelang ................................ 17
5.3.4 Penjelasan Pekerjaan dan Peninjauan Lapangan ..................................... 18
5.3.5 Klarifikasi Dokumen Lelang ....................................................................... 18
5.3.6 Penerbitan Adendum Dokumen Lelang ..................................................... 19

iii
5.3.7 Pemasukan Penawaran ............................................................................. 19
5.3.7.1 Dokumen Penawaran .................................................................. 19
5.3.7.2 Pemasukan Dokumen Penawaran .............................................. 19
5.3.8. Pembukaan Penawaran .............................................................................. 20
5.3.9 Evaluasi Penawaran .................................................................................. 22
5.3.9.1 Umum .......................................................................................... 22
5.3.9.2 Evaluasi Pendahuluan (Preliminary Examination) ...................... 23
5.3.9.3 Evaluasi Detil (Detail Examination) ............................................. 23
5.3.9.3.1 Evaluasi Administrasi ................................................. 23
5.3.9.3.2 Evaluasi Teknis .......................................................... 26
5.3.9.3.3 Evaluasi Harga ........................................................... 27
5.3.10 Penentuan Kualifikasi ................................................................................ 27
5.3.11 Laporan Evaluasi Penawaran ................................................................... 33
5.3.12 Pengusulan Calon Pemenang ................................................................... 36
5.3.13 Review Oleh Direktorat Dan PMU ............................................................. 37
5.3.14 Persetujuan ADB/IDB................................................................................. 37
5.3.15 Penetapan Calon Pemenang ..................................................................... 38
5.3.16 Pengumuman Pemenang Lelang ............................................................ 38
5.3.17 Sanggahan dan Debriefing ........................................................................ 39
5.3.18 Penunjukkan Kontraktor ............................................................................. 39
5.3.19 Penandatanganan Kontrak ........................................................................ 40
5.3.20 Pembatalan Lelang .................................................................................... 40
5.3.20.1 Pembatalan lelang dan Lelang ulang tidak dapat dilakukan,
kecuali dengan persetujuan dari ADB/IDB. ................................. 40
5.3.20.2 Pembatalan lelang dan Lelang ulang dengan alasan bahwa
jumlah penawaran yang memenuhi persyaratan kurang dari tiga
tidak dapat dilakukan, kecuali dengan persetujuan ADB/IDB. .... 40
LAMPIRAN ............................................................................................................ 41
Lampiran 5.1 Daftar Eligible Member Countries - ADB ......................................... 41
Lampiran 5.2 Daftar Eligible Member Countries - IDB .......................................... 42
Lampiran 5.3 Contoh Iklan di media cetak Loan ADB ....................................... 43
Lampiran 5.4 Contoh Iklan di media cetak IDB .................................................. 47

BAB 6 KETENTUAN PENGADAAN BARANG ............................................................................. 1


6.1. DASAR HUKUM ...................................................................................................... 1
6.2. DOKUMEN LELANG STANDAR ............................................................................. 1
6.3. KECURANGAN DAN KORUPSI ............................................................................. 2
6.4. DEBARRED LIST: ................................................................................................... 4
6.5. MISPROCUREMENT .............................................................................................. 4
6.6. RENCANA PENGADAAN (PROCUREMENT PLAN) ............................................. 5
6.7 REVIEW OLEH ADB/IDB ........................................................................................ 5
6.8. METODA PENGADAAN BARANG ......................................................................... 7
6.8.1. Pemilihan Pengadaan Barang dengan Metoda Limited International
Bidding LIB) ................................................................................................. 8
6.8.2. Pemilihan Penyedia Barang Metoda Shopping/Pembelanjaan ................. 16

iv
BAB 7 MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI ........................................ 1
7.1. ACUAN HUKUM ...................................................................................................... 1
7.2. PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI ............................................ 2
7.2.1. Pendelegasian Kewenangan ....................................................................... 2
7.2.2. Wakil Pengguna Jasa/Employer .................................................................. 4
7.2.3. Tanggung Jawab masing masing Pihak ................................................... 4
7.2.4. Penunjukan Enjinir ....................................................................................... 6
7.3. PELAKSANAAN KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI ..................................... 7
7.3.1. Rapat Pra-Pelaksanaan Pekerjaan............................................................ 11
7.3.2. Penyerahan Lapangan ............................................................................... 12
7.3.3 Tanggal Mulai Pekerjaan (Commencement of Works) .............................. 13
7.3.4 Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi ........................................... 14
7.3.5. Revisi Desain/Variasi Order ....................................................................... 25
7.4. ADMINISTRASI KONTRAK................................................................................... 30
7.4.1. Harga Kontrak ............................................................................................ 30
7.4.2. Uang Muka ................................................................................................. 31
7.4.3. Pembayaran Sementara ............................................................................ 32
7.4.4. Addendum Kontrak .................................................................................... 33
7.4.5. Penyesuaian Harga.................................................................................... 34
7.4.6. Perpanjangan Waktu Penyelesaian ........................................................... 39
7.4.7. Tingkat Kemajuan Pekerjaan ..................................................................... 40
7.4.8. Denda Keterlambatan ............................................................................... 45
7.4.9. Penyelesaian Pekerjaan ............................................................................ 45
7.4.10. Penangguhan dan Pemutusan Kontrak ..................................................... 55
7.4.11. Sengketa .................................................................................................... 56
7.5. MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU ............................................................... 57
7.5.1. Pengendalian Mutu oleh Kontraktor........................................................... 58
7.5.2. Titik Tunggu - Hold Points .......................................................................... 59
7.5.3. Jaminan Mutu oleh Enjinir .......................................................................... 60
7.6. MANAJEMEN LAYANAN KONSULTAN ............................................................... 61
7.6.1. Manajemen Layanan CTC ......................................................................... 61
7.6.2. Manajemen Layanan DSC ......................................................................... 62

BAB 8 MANAJEMEN KEUANGAN DAN PELAPORAN ............................................................... 1


8.1. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
8.2. PERATURAN PERUNDANGAN BIDANG KEUANGAN ......................................... 2
8.3 GAMBARAN UMUM PENYUSUNAN DOKUMEN ANGGARAN DAN
PELAKSANAANNYA ............................................................................................... 3
8.4 PENYIAPAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUNAN (DIPA) .................... 5
8.4.1 Siklus Pelaksanaan APBN ........................................................................... 5
8.4.2 Proses Penyusunan dan Pengesahan DIPA ............................................... 7
8.4.3. Pelaksanaan DIPA ....................................................................................... 9
8.4.4 Hal hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyusunan DIPA ................... 13
8.4.5 Mekanisme Pembayaran Beban APBN ..................................................... 16

v
8.4.6 Mekanisme Pembayaran Langsung (LS) Non Belanja Pegawai ............... 16
8.5 RENCANA PENDANAAN RRDP .......................................................................... 21
8.5.1 Jumlah Pinjaman dan Porsi Pembiayaan RRDP ....................................... 21
8.5.2 Porsi Pendanaan Pendamping (Pemerintah Indonesia)............................ 21
8.6 TATA CARA PENULISAN KONTRAK .................................................................. 22
8.6.1. Penulisan Nomor Kontrak .......................................................................... 22
8.6.2. Penulisan Nilai Kontrak .............................................................................. 23
8.7. TATA CARA PENARIKAN PHLN DENGAN PEMBAYARAN LANGSUNG .......... 25
8.7.1. Jenis Tata Cara Penarikan Dana PHLN .................................................... 25
8.7.2. Tata Cara Penarikan PHLN dengan Pembayaran Langsung (Direct
Payment) .................................................................................................... 25
8.7.2.1 Dokumen-dokumen Dasar Pembayaran .................................... 25
8.7.2.2 Mekanisme Penarikan PHLN dengan Pembayaran Langsung
(Direct Payment).......................................................................... 27
8.8. PELAPORAN ......................................................................................................... 31
8.8.1. Pelaporan Satuan Kerja (Satker) ............................................................... 31
8.8.2. Kegunaan dan Tujuan Pelaporan .............................................................. 31
8.8.3 Laporan Bulanan ........................................................................................ 31
8.8.4 Laporan Bulanan dan Semesteran ............................................................ 31
8.8.5 Sistem Akuntansi Instansi (SAI) ................................................................. 32
8.9. PELAPORAN MANAJEMEN RRDP ...................................................................... 32
8.9.1. Jenis Laporan Manajemen RRDP ............................................................. 32
8.9.2 Lingkup Laporan Manajemen Keuangan RRDP ........................................ 33
8.9.3. Laporan Manajemen Keuangan RRDP ..................................................... 35
8.9.3.1 Pengorganisasian ........................................................................ 35
8.9.3.2 Laporan Pemantauan / Kemajuan Proyek Secara Menyeluruh .. 37
8.9.3.3 Laporan Pemantauan Keuangan DSC 1, 2 & 3 .......................... 37
8.9.3.4 Laporan Pemantauan Keuangan CTC ........................................ 37

BAB 9 RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN ................................. 1


9.1. UMUM...................................................................................................................... 1
9.2. GAMBARAN UMUM PROYEK ............................................................................... 1
9.3. KEBIJAKAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL ............................... 5
9.3.1. Peraturan Perundangan-undangan/Landasan Hukum ................................ 5
9.3.2. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia .................................................. 9
9.3.2.1. Penyaringan .................................................................................. 9
9.3.2.2. Kelayakan Lingkungan dan Izin Lingkungan ............................... 17
9.3.2.3. Perizinan Terkait Kawasan Hutan ............................................... 22
9.3.2.4. Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali .............................. 34
9.3.3. Kebijakan Asian Development Bank (ADB) ............................................... 38
9.3.3.1. Lingkungan .................................................................................. 38
9.3.3.2. Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali . ............................ 42
9.3.3.3. Penduduk Asli/Masyarakat Adat ................................................. 44
9.3.3.4. Perhatian Terhadap Keselamatan, Kesehatan dan Gender ....... 47
9.3.3.5. Penyaringan Sosial...................................................................... 48

vi
9.4. PROSEDUR PENYARINGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL ............................... 48
9.4.1 Langkah-langkah Penyaringan .................................................................. 48
9.4.2 Ringkasan Hasil Penyaringan Lingkungan dan Sosial .............................. 50
9.5. PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN SOSIAL .................................. 51
9.5.1. Penyusunan Dokumen AMDAL ................................................................. 52
9.5.2. Penyusunan Dokumen UKL&UPL ............................................................. 53
9.5.3. Integrasi Pertimbangan Lingkungan Ke Dalam Desain ............................. 55
9.5.4. Prosedur Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali............................. 61
9.5.4.1. Tahapan Perencanaan Pengadaan Tanah ................................. 62
9.5.4.2. Tahapan Persiapan Pengadaan Tanah ...................................... 70
9.5.4.3. Tahapan Pelaksanaan Pengadaan Tanah .................................. 71
9.5.4.4. Tahapan Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah .......................... 71
9.5.5. Perencanaan Penduduk Asli/Masyarakat Adat ......................................... 75
9.5.6. Penyiapan Studi-Studi Lanjutan RRDP ..................................................... 78
9.6. PENYEBARAN INFORMASI, KONSULTASI, DAN PARTISIPASI ....................... 78
9.7. MEKANISME PENANGANAN KELUHAN ............................................................. 80
9.8. PEMANTAUAN DAN EVALUASI LINGKUNGAN DAN SOSIAL ........................... 81
9.8.1. Pemantauan Lingkungan ........................................................................... 82
9.8.2. Pemantauan Pelaksanaan LARAP/LARP ................................................. 83
9.8.3. Pelaporan Pemantauan Pelaksanaan LARAP/LARP ................................ 84
9.8.4. Program Kampanye Pencegahan HIV-AIDS dan Human Trafficking ........ 85
9.8.5. Evaluasi ...................................................................................................... 85
9.9. ORGANISASI PELAKSANAAN .............................................................................86

BAB 10 RENCANA TINDAK ANTI KORUPSI DAN UPAYA PENYELENGGARAAN PROYEK


DENGAN MENINGKATKAN TRANSPARANSI ................................................................. 1
10.1 DASAR HUKUM ...................................................................................................... 1
10.2. RENCANA TINDAK ANTI KORUPSI (RTAK) ......................................................... 2
10.2.1. Definisi Korupsi............................................................................................ 2
10.3 PENUNJUKAN WAKIL PENGAMAT MASYARAKAT (WPM) DAN PENGAMAT
PIHAK KETIGA (PP3/TPM). .................................................................................... 3
10.3.1. PENUNJUKAN WAKIL PENGAMAT MASYARAKAT (WPM) DALAM
PROSES PENGADAAN ............................................................................. 3
10.3.1.1 Penunjukan Wakil Pengamat Masyarakat (WPM). ..................... 4
10.3.1.2 Pemilihan Wakil Pengamat Masyarakat (WPM) ......................... 5
10.4 TINJAUAN KEBIJAKAN KETERBUKAAN KEPADA PUBLIK. .............................. 11
10.4.1 Tanggung Jawab Pelaksanaan. ................................................................. 11
10.4.2 Metode Keterbukaan kepada Publik .......................................................... 11
10.4.3 Prosedur Keterbukaan kepada Publik ........................................................ 13
10.4.4 Kebijakan Keterbukaan Informasi Kepada Publik ...................................... 15
10.4.5 Meningkatkan Keterbukaan yang Berhubungan dengan Prosedur
Pelelangan ................................................................................................. 20
10.5 KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN .......................... 22
10.5.1 Prosedur Penanganan Pengaduan ............................................................ 23
10.5.2 Penyidikan Awal Pengaduan ...................................................................... 25

vii
10.5.3. Prosedur Investigasi rinci .......................................................................... 26
10.5.4 Prosedur Investigasi ................................................................................... 26
10.5.5 Komisi Penyelesaian Penanganan Pengaduan ......................................... 30
10.5.6 Perbaikan atas Monitoring Proses dan Hasil Pelelangan .......................... 30
10.6 SANKSI DAN PENALTI ......................................................................................... 32
10.7 MENINGKATKAN PENGAWASAN PADA PELAKSANAAN KONSTRUKSI ........ 33
LAMPIRAN 1 ..................................................................................................................... 41

BAB 11 AUDIT KETEKNIKAN DAN KEUANGAN .......................................................................... 1


11.1. AUDIT KETEKNIKAN ............................................................................................... 1
11.1.1 Umum .......................................................................................................... 1
11.1.2 Sasaran ........................................................................................................ 1
11.1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2
11.1.4 Metode Pelaksanaan Audit Keteknikan ...................................................... 2
11.1.5 Rekomendasi .............................................................................................. 5
11.1.6. Tindak Lanjut Audit ....................................................................................... 6
11.2. AUDIT KEUANGAN.................................................................................................... 7
11.2.1 Penyiapan Bahan Audit ............................................................................... 7
11.2.2 Pelaksanaan dan Pelaporan Audit .............................................................. 9
11.2.3 Tindak Lanjut Temuan Hasil Audit ............................................................. 13
11.2.4. Jenis-jenis Opini Dalam Penilaian Terhadap Laporan Keuangan ............ 13

viii
Bab 1 Pendahuluan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemerintah Republik Indonesia telah mengajukan permohonan pinjaman dari Bank
Pembangunan Asia (ADB) dan Islamic Development Bank (IsDB) untuk Proyek
Pembangunan Jalan Regional (RRDP). Tujuan dari proyek ini adalah untuk
meningkatkan akses kendaraan di jalan-jalan strategis nasional dipulau Jawa dan
Kalimantan. Proyek mencakup komponen untuk merehabilitasi 476 km jalan nasional
yang terdiri dari konstruksi baru, resurfacing dan pelebaran dan jembatan 3.390
meter yang di dua provinsidi Jawa dan Kalimantan untuk memastikan bahwa jalan-
jalan yang direhabilitasi tidak memburuk prematur dan mengamankan keuntungan
yang berkelanjutan, proyek ini juga mencakup langkah-langkah untuk mengurangi
kerusakan dini perkerasan disebabkan oleh truk overload, memperkuat
perencanaan, pemrograman dan pelaksanaan pemeliharaan dan mengurangi risiko
kecelakaan di kalangan masyarakat disekitarnya dengan meningkatkan tingkat
kesadaran risiko kecelakaan.

Oleh karena nya untuk meningkatkan akses kendaraan dijalan Startegis Nasional
dipulau Jawa dan Kalimantan tersebut dilakukan oleh GOI melalui Ditjen Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dalam rangka peningkatan akses jalan Strategis di
Kalimantan dan jalan Lintas Selatan Pulau Jawa

Untuk itu GOI dan ADB akan membiayai kira-kira 400 km jalan jalan yang meliputi
Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Provisi Jawa Timur, sedangkan
IDB akan membiayai 76 km jalan di Provinsi Jawa Tengah melalui suatu usulan
Proyek yang dinamakan Regional Roads Development Project (RRDP).

1.2 Regional Roads Development Project (RRDP).


RRDP merupakan proyek penanganan jalan Nasional berbantuan pinjaman sebagai
berikut: Bank Pembangunan Asia, Loan NO.2817-INO dan Bank Pembangunan
Islam , financing 0161-IND, yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum (sebagai Executing Agency) dengan data umum
sebagaimana table berikut ini.

Manual Manajemen Proyek 1-1


Bab 1 Pendahuluan

Item ADB LoanNo.2817-INO Financing IDB No.IND-0161


Loan Signed Date/financing date 7 May 2012 17 April 2012/ 25-5-1433 H
Effectiveness date 3 July 2012 17 April 2012/ 25-5-1433 H
Date of Effective Commencement 02 July 2012 02 May 2012
Original Expire Closing Date 31 August 2016 4 years since to first
Loan Closing Account 30 November 2016 Disbursement
Loan Amount / financing US $ 380.50 Million
US $ 180 Million US $ 65 Million
Sharing Value Loan 70%; GOI 30% Loan 100 %
Civil Works Portion US $ 155 Million US $ 53.530 Million

Perkiraan biaya proyek dalam Perjanjian Pinjaman bulan May 2012 (ADB) dan April
2012 (IDB) diberikan dalam Tabel 1-1 dibawah ini (tidak termasuk PPN) :

PERKIRAAN BIAYA PROYEK (US$ Million)


URAIAN
ADB IDB GOI TOTAL
Pembangunan Jalan-Jalan Nasional dan Strategis
Pembebasan Lahan Dan permukiman 0.00 0.00 0.70 0.70
Pekerjaan Sipil 155.00 53.50 65.70 274.20
Pelayanan Konsultan 12.20 3.00 0.00 15.20
Program Pengembangan Sektor Jalan
Program Penguatan Keselamatan Jalan 0.40 0.00 0.00 0.40
Pelatihan dan Kampanye kesadaran keselamatan Jalan 3.00 0.00 0.00 3.00
Penegakan aturan kelebihan muatan dan pembatasan kecepatan 3.50 0.00 0.00 3.50
Program Sektor Jalan
Pengembangan Institusi untuk Pengelolaan Jaringan Jalan 0.90 0.00 0.00 0.90
Studi kebijakan dan strategi pembangunan sektor transportasiIndonesia 1.30 0.00 0.00 1.30
Strategi kontrol kelebihan muatan yang terpadu 0.80 0.00 0.00 0.80
Program pencegahan HIV/AID dan anti perdagangan manusia 0.30 0.00 0.00 0.30
Taxes and Duties 0.00 0.00 22.10 22.10
Total Biaya Dasar 177.40 56.50 88.50 322.40
Kontngensi 2.60 8.50 37.40 48.50
Beban Keuangan selama Implementasi 0.00 0.00 9.60 9.60
TOTAL PEMBIAYAAN 180.00 65.00 135.50 380.50

Penanganan Jalan Nasional untuk kedua bantuan Loan tersebut dilaksanakan oleh
Direktorat Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai (Executing Agency).
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada proyek RRDP adalah sebagai berikut:
a. ADB Loan 2817-INO.
Lingkup pekerjaan yang dibiayai oleh ADB meliputi :

Manual Manajemen Proyek 1-2


Bab 1 Pendahuluan

1. Pekerjaan Sipil
Pembangunan jalan baru, peningkatan jalan, pelebaran, rekonstruksi dan
pengantian Jembatan (Replacement) di Provinsi Kalimantan Barat;
Kalimantan Timur dan Jawa Timur.
2. Pelayanan Jasa Konsultan
Core Team Consultant (CTC) untuk mendukung Project Management Unit
(PMU) dalam pengelolaan Proyek RRDP.
Konsultan Desain dan Supervisi (DSC) Wilayah Kalimantan Timur dan
Barat
Konsultan Desain dan Supervisi (DSC) Wilayah Jawa Timur
Dukungan Keselamatan Jalan
Pengembangan Institusi untuk Pengelolaan Jaringan Jalan
Pelatihan dan Kampanye kesadaran keselamatan Jalan
Penegakan aturan kelebihan muatan dan pembatasan kecepatan
Studi kebijakan dan strategi pembangunan sektor transportasiIndonesia
Strategi kontrol kelebihan muatan yang terpadu
Program pencegahan HIV/AID dan anti perdagangan manusia
3. Pengadaan Barang untuk Keselamatan Jalan
b. IDB Financing No. IND-0161
1. Pekerjaan Sipil
Pekerjaan fisik (civil Works), pembangunan jalan baru, peningkatan jalan,
pelebaran jalan di tiga lokasidi Propinsi Jawa Tengah sepanjang 76 km
2. Pelayanan Jasa Konsultan
Konsultan Desain dan Supervisi (DSC) Wilayah Jawa Tengah

1.3 TUJUAN RRDP


Tujuan umum dari proyek RRDP ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan akses kendaraan di jalan-jalan
strategis nasional di pulau Jawa dan Kalimantan.
b. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di dua wilayah yang kurang
berkembang dan proorer dari Indonesia.
c. Menciptakan Kondisi jalan yang mantap dari waktu kewaktu.
d. Meningkatkan keselamatan/ kesadaran pengguna jalan.
e. Untuk mengurangi kerusakan perkerasan yang disebabkan oleh kelebihan
beban truk.

Manual Manajemen Proyek 1-3


Bab 1 Pendahuluan

Selain tujuan diatas, juga diharapkan melalui proyek ini dapat ditingkatkan koordinasi
penanganan dan pengelolaan proyek,khususnya dibidang jalan baik ditingkat Pusat
maupun Propinsi,melalui peningkatan kemampuan teknis instansi-instansi terkait.

Elemen-elemen indikator Output RRDP meliputi :


a. Bertambahnya kilometer panjang jalan sesuai dengan yang direncanakan;
b. Bertambahnya panjang meter jembatan yang sudah ditingkatkan;
c. Pencapaian audit teknis yang sesuai spesifikasi;
d. Pemenuhan audit keselamatan untuk semua paket konstruksi;
e. Peningkatan kemampuan staff Subdit Teknik Lingkungan dan Keselamatan
Jalan sesuai dengan tupoksinya untuk RRDP.

Elemen-elemen Indikator Outcome RRDP adalah sebagai berikut :


a. Persentase penurunan dalam waktu tempuh perjalanan pada ruas-ruas terkait.
b. Lalu-lintas Harian (LHR) bertumbuh seperti yang diharapkan/diproyeksikan.
c. Pelaksanaan pilot program keselamatan jalan sesuai yang direncanakan.
d. Pelaksanaan ACAP(Anti Corruption ActionPlan) sesuai yang direncanakan.
e. Penanganan betterment, capex, dan pembangunan jalan baru tercapai sesuai
panjang KM yang direncanakan.

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN MMP/PMM


Maksud Manual Manajemen Proyek ini adalah sebagai manual untuk proses
pengelolaan kegiatan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa konsultansi,
pelaksanaan kegiatan Pinjaman Luar Negeri, dan prosedur-prosedur lainnya yang
berhubungan dengan persyaratan Bank Pembangunan Asia (ADB) melalui Loan
ADB dan Bank Pembangunan Islam melalui Financing IDB untuk proyek RRDP
bagi semua pihak dilingkungan Direktorat Bina Marga (Khususnya) dan instansi
lainnya (umumnya) yang mungkin terkait dengan pelaksanaan proyek RRDP.

Manual ini digunakan untuk pelaksanaan prosedur tertib administrasi serta untuk
mencegah kemungkinan timbulnya adanya resiko misprocurement,
misimplementation dan ineligible payment yang dapat menyebabkan dana
pinjaman dari ADB Loan 2817-INO dan Financing IND-0161 dari IsDB yang sedang
berjalan dapat dibatalkan.

1.5 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup berlakunya manual ini adalah untuk penyelenggaraan kegiatan yang
dibiayai dengan dana pinjaman dari ADB Loan 2817-INO dan IsDB Financing IND-
0161

Manual Manajemen Proyek 1-4


Bab 1 Pendahuluan

1.6 JADWAL PROYEK


Masa pelaksanaan proyek RRDP dijadwalkan akan berlangsung sampai tanggal
Penutupan Pinjaman pada 31 Agusrtus 2016 (ADB), dan 30 April 2016 (IDB)
dengan tambahan 4 bulan untuk penyelesaian pembayaran sampai tanggal Batas
Akhir Pembayaran 31 Desember 2016. Ini adalah tanggal terakhir untuk pengisian
dana dalam Rekening Khusus. Jadwal Pelaksanaan Proyek RRDP dapat dilihat
pada gambar 1-2

1.7 SINGKATAN, PENGERTIAN DAN DEFENISI


1. AMDAL
Analisa mengenai dampak lingkungan, adalah kajian mengenai dampak penting
dari suatu usaha/ atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup dan
sekitarnya.

2. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)


Adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, yang masa berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember tahun berkenaan.

3. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)


Adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.

4. Anti Corruption Action Plan (ACAP) / Rencana Tindak Anti Korupsi (RTAK)
Dokumen kesepakatan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan
Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement) yang mengatur rencana tindak anti
korupsi yang dilaksanakan padaprogram RRDP, yaitu khususnya 4 pilar sebagai
berikut penyertaan wakil pengamat masyarakat (WPM), pelaksanaan
transparansi melalui publikasi/website, penyediaan unit pengelolaan pengaduan
(complaint handling unit) dan penyertaan pengamat pihak ketiga (TPM)

5. Backlog
Adalah pengeluaran yang sudah membebani rekening khusus, akan tetapi belum
diajukan pertanggung jawabannya untuk sekaligus memperoleh penggantian ke
Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PPHLN).

6. Balai
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional &Balai Pelaksanaan Jalan Nasional

Manual Manajemen Proyek 1-5


Bab 1 Pendahuluan

7. Bank adalah the Asian Development Bank (ADB ) dan atau Islamic
Development Bank (IsDB).

8. Bappenass adalah Badan Perencanaan& PembangunanNasional yang


Mengkoordinasikan kebijakan antar kementrian terkait pemerintah RI
Menyiapkan kebijakan strategis pembangunan Nasional terkait dengan
pengawasan Persiapan Anggaran Tahunan

9. BPK, adalah Badan Pemeriksa Keuangan yang bertugas mengaudit seluruh


pengeluaran Keuangan Negara melalui proyek-proyek disetiap kementrian.

10. BPKP, adalah Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan yang bertugas


mengaudit seluruh penggunaan / pengeluaran Keuangan Negara / Loan melalui
proyek-proyek disetiap Kementrian dan BUMN.

11. BP Kons, adalah Badan Pembinaan Konstruksi adalah suatu badan di PU


Memberikan pertimbangan kepada Menteri PU, untuk penetapan pemenang kontrak
pekerjaan sipil/ barang diatas 100 Milyard dan jasa Konsultansi diatas 10 Milyard
dan juga dapat memberikan opini hukum /legal mengenai draft perjanjian
kontrak.

12. Bridge Management System (BMS)


Adalah suatu system untuk P engelolaan J embatan yang terintegrasi, dimulai dari
Planning, Programming, Budgeting, Construction Monitoring and Evaluation.

13. Bulan dan Hari


Adalah bulan kalender dan hari kalender Masehi/Gregorian.

14. Closing Account


Adalah batas akhir dari piata usahaan penarikan loan yang dilakukan oleh
proyek. Biasanya closing account bermasa 34 bulan sejak loan dinyatakan
closing date.

15. Closing Date


Adalah batas akhir waktu untuk penarikan dana pinjaman/hibah luar negeri
melalui penerbitan SuratPerintah Pencairan Dana(SP2D) oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN).

16. Coercive Practices


Adalah upaya untuk mencederai atau mengancamsecara langsung maupun tidak
langsung untuk mencederai orang-orang atau harta benda miliknya, untuk
maksud mempengaruhi secara tidak layak keikut sertaan mereka dalam proses
pengadaan.

Manual Manajemen Proyek 1-6


Bab 1 Pendahuluan

17. Collusive Practices (Praktek Kolusi)


Adalah kerjasama antara dua Peserta Lelang atau lebih, dengan atau tanpa
sepengetahuan Pengguna Jasa, merencanakan untuk mencapai suatu hasil
pelelangan yang diatur termasuk mempengaruhi tindakan peserta lelang yang
lainnya, sedemikian rupa sehingga Lelang menjadi tidak murni dan tidak
mengandung unsure persaingan atau kompetisi.

18. Commitment Charge


Adalah biaya yang dikenakan kepada peminjam (borrower) atas dana pinjaman
yang sudah tersedia akan tetapi belum ditarik. Commitment fee dihitung effective
sejak 60 hari setelah ditanda tanganinya loan Agreement.

19. Corruptpractice (Praktek Korupsi)


Adalah tindakan menawarkan, memberikan, menerima atau meminta secara
langsung maupun tidak langsung, apapun yang bernilai untuk maksud
mempengaruhi tindakan pejabat yang ditugasi dalam proses pengadaan atau
dalam pelaksanaan dan pengawasan kontrak.

20. CTC adalah CoreTeam ConsultantKonsultan Pendamping PMU pada Proyek


RRDP

21. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA


Adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga atau Satuan Kerja (satker) serta disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar
untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran Negara dan
pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi
pemerintah.

22. Detailed Engineering Design (DED)


Adalah hasil perencanaan teknis yang berupa perhitungan dan gambar dilakukan
mengikuti tahapan yang lengkap dan dilakukan dengan akurat sebagaimana
diuraikan dalam bab 4 buku ini.

23. Dit.Bintek, Direktorat Bina Teknik, adalah direktorat yang menangani masalah
teknis dengan design, standard, aspek lingkungan, dokumen lelang, audit teknis
pada pekerjaan Jalan dan jembatan.

24. Dit.Bipram, Direktorat Bina Program, adalah Direktorat yang menangani


bidang pemograman, menyiapkan anggaran seluruh kegiatan proyek.

Manual Manajemen Proyek 1-7


Bab 1 Pendahuluan

Membentuk, mengarahkan dan memantau (PMU),Melakukan koresponden


dengan pihak ADB dan IsDB.

25. EffectiveDate
Adalah tanggal yang ditetapkan oleh Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri
(PPHLN) yang menyatakan suatu Perjanjian Pinjaman/Hibah Luar negeri
(NPPHLN) mulai mengikat semua pihak dan mulai berlaku secara efektif (pada
umumnya maksimum 90 hari setelah penanda-tanganan loan), dan pada saat itu
pula penarikan dana dapat dilakukan.

26. EIA adalah Environmental Impact Assessment (AMDAL)

27. EIRR adalah Economic Internal Rate of Return (%)

28. Eligible Expenditure


Adalah pengeluaran-pengeluaran yang diperkenankan dibiayai dari dana
pinjaman berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian.

29. Elijibilitas (Eligibility)


Adalah proyek/aktivitas yang dinyatakan layak untuk dilaksanakan dan
memenuhi syarat sesuai criteria dari Bank Dunia.

30. EMiP adalah Environmental Mitigation Plan

31. Environmental Management Plan (EMP)


Adalah perencanaan pengelolaan lingkungan dimana menguraikan suatu
prosedur untuk rencana manajemen lingkungan, mengatur seleksi proyek, proses
pembebasan tanah dan pemukiman kembali (resettlement), serta evaluasi
terhadap pelaksanaan yang terkait dengan peraturan Bank Dunia yaitu
Safeguard Policies untuk aspek lingkungan.

32. Executing Agency (EA)


Adalah Menteri Pekerjaan Umum yang bertanggung jawab melaksanakan loan
RRDP-ADB dan dalam hal ini diwakili oleh Dirjen Bina Marga.

33. Employer
Adalah Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum yang dalam hal ini
diwakili oleh Pejabat Pembuat Komitment (PPK) dalam mengelola
kegiatan/proyek terkait dan disebutkan namanya dalam Contract Data.

34. The Engineer adalah Orang yang ditunjuk oleh Employer yang bertindak sebagai
Engineer untuk keperluan kontrak dan disebutkan namanya dalam Contract Data
(dalam hal ini Team Leader DSC).

Manual Manajemen Proyek 1-8


Bab 1 Pendahuluan

35. Assistants adalah tim yang ditunjuk oleh the Engineer yang bertindak mewakili
Engineer dalam pelaksanaan kontrak konstruksi dilapangan.

36. Fraudulent practice adalah tindakan atau pengabaian/penghilangan apa pun


termasuk kesalahan presentasi yang dengan sadar menyesatkan atau berusaha
untuk menyesatkan peserta lelang dengan tujuan untuk memperoleh dana atau
keuntungan lain atau untuk menghindari kewajiban

37. Financial Monitoring Report (FMR)


Adalah suatu mekanisme pelaporan fisik, keuangan dan laporan pelelangan
sesuai standar Bank Pembangunan Asia.

38. FHO, Istilah lama untuk Penyerahan Akhir Pekerjaan, ditandai dengan
penerbitan Sertifikat Kinerja

39. GOI, Government of Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia.

40. Guidelines
Adalah dokumen dari Bank Pembangunan Asia yang telah disepakati dengan
Pemerintah RI sebagai peminjam yang merupakan dokumen yang tidak
terpisahkan dari Loan Agreement dan sebagai pedoman untuk pengadaan
barang dan jasa pemborongan dan seleksi konsultan dari proyek ini.
Procurement Guidelines adalah under ADB procurement Guideline ( 2010,as
amended from time to time).

41. Hibah Luar Negeri


Adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa
yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang
diperoleh dari pemberi hibah luar negeri yangt tidak perlu dibayar kembali.

42. IBMS, Integrated Bridge Management System, Sistem Manajemen Jembatan


yang Terintegrasi.

43. ICB / NCB, International Competitive Bidding / National Competitive Bidding

44. Indonesia Integrated Road Management Systems (IIRMSs)


Adalah sistem-sistem untuk mengelola prasarana jalan yang terintegrasi mulai
dari Planning, Programming, Budgeting,Construction, Monitoringand Evaluation.

45. Indigenous Vulnerable People (IVP)


Adalah suatu kelompok masyarakat yang mempunyai identitas social dan cultural
berbeda dari masyarakat dominan atau pada umumnya dan yang dapat dirugikan
dalam proses pengembangan suatu proyek (WargaTerkena Proyek/WTP)

Manual Manajemen Proyek 1-9


Bab 1 Pendahuluan

46. Ineligible Expenditures


Adalah pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat dibiayai dari dana
pinjaman/hibah antaralain: (a) komponen diluar scope satker atau kategori loan;
(b) tanah (biaya pembebasan lahan); (c) pajak; (d) biaya handling /inland
transport; (e) proses pengadaannya misprocurement;(f)barang- barang yang
disuplai dari bukan anggota donor; (g) SPM/SP2d yang bermasalah; (h)
Pengeluaran-pengeuaran sebelum loan ditandatangani atau pengeluaran-
pengeluaran setelah closing date, kecuali retroactive financing yang diatur dalam
NPHLN.

47. Initial Deposit


Adalah dana atau uang muka (advance) yang dapat ditarik setelah Naskah
Perjanjian Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (NPPHLN) dinyatakan efektif.

48. Joint Operation yang selanjutnya disebut JO.


Adalah kerjasama operasi antara dua rekanan atau lebih untuk melaksanakan
suatu proyek dengan suatu perjanjian dihadapan notaris. Pada pelaksanaannya
ditunjuk siapa yang mewakili sebagai Leader dan siapa-siapa sebagai member,
dan kerjasama bersifat Jointly and Severallyliable

49. Joint Ventures yang selanjutnya disebut JV.


Adalah kerjasamaantara dua rekanan atau lebih yang sifatnya lebih permanen
untuk melaksanakan suatu proyek atau beberapa proyek dalam jangka panjang
dimana perjanjian JV tersebut didaftarkan ke Kementerian Kehakiman dan HAM.

50. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, yang selanjutnya disebut KPPN.


Adalah instansi vertical Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendahara.

51. Kategori/Uraian kategori


Adalah kelompok pekerjaan atau kegiatan yang dapat dibiayai dari loan tersebut
yang tercantum dalam Naskah Perjanjian Pinjaman/Hibah Luar negeri (NPPHLN)

52. Land Acquisition and Resettlement Action Plan yang selanjutnya disebut
LARAP.
Adalah rencana kegiatan kebijaksanaan dalam pengadaan tanah dan pemukiman
kembali yang harus dilaksanakan oleh unit terkait dalam proses dan pelaksanaan
kegiatan tersebut diatas.

Manual Manajemen Proyek 1 - 10


Bab 1 Pendahuluan

53. Land Acquisition and Resettlement Framework (LARF)


Dokumen legal yang memuat kesepakatan tentang kerangka kerja kebijakan
(framework) dalam pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali.

54. Loan Category


Adalah kategori didalam Loan Agreement untuk pengelompokan kegiatan dan
alokasi dana sebagai acuan untuk program dan disbursement.

55. Lembar Kerja


Adalah uraian rinci untuk bahan assistensi dalam proses pembahasan DIPA
antara Proyek-Ditjen. Terkait dilingkungan Pekerjaan Umum, Pemerintah
Provinsi, Kabupaten, dan Ditjen. Perbendaharaan Kementerian Keuangan untuk
disepakati bersama. LK merupakan bahan dasar dalam penyusunan Petunjuk
Operasional DIPA (PO-DIPA).

56. Minutes of Negotiation


Adalah dokumen negosiasi Pinjaman Luar Negeri antara Pemerintah RI dan Bank
Dunia yang menguraikan persyaratan umum, persyaratan kredit, commitment
fee, manajemen finansial, cara penarikan, pelelangan, program implementasi dan
lain-lain. (Comment: bukankah minutes of negotiation merupakan catatan-catatan
tambahan yang menjadi bagian dari Loan Agreement)

57. Misprocurement
Adalah suatu kejadian yang tidak sesuai dengan ketentuan dari Bank
Pembangunan Asia dan berakibat paket kontrak/pengeluaran untuk paket
kegiatan tersebut tidakakan dibiayai oleh Bank Pembangunan Asia dan program
paket kegiatan tersebut akan dikurangi dari jumlah Loan Category.

58. Monthly Certificate yang selanjutnya disebut MC.


Adalah dokumen (Interim Payment) pembayaran yang disiapkan dan diajukan
oleh Kontraktor, diperiksa dan dievaluasi oleh Site Engineer disahkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen.

59. MOF, Ministry of Finance, Kementrian Keuangan yang mengatur /


Menyelenggarakan urusan di bidang keuangan dan kekayaan negara dalam
pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.

60. MPW, Ministry of Public Works, Kementrian Pekerjaan Umum mempunyai tugas:
menyelenggarakan urusan di bidang pekerjaan umum dalam pemerintahan untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Manual Manajemen Proyek 1 - 11


Bab 1 Pendahuluan

61. Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri, yang selanjutnya disebut NPHLN.
Adalah naskah perjanjian atau naskah lain yang disamakan yang memuat
kesepakatan mengenai Hibah Luar Negeri antara Pemerintah dengan Pemberi
Hibah Luar Negeri

62. Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri (NPPLN) atau Loan Agreement (LA)
Adalah dokumen perjanjian Pinjaman Luar Negeri antara Pemerintah RI dan
Bank Pembangunan Asia yang memuat kesepakatan mengenai Pinjaman Luar
Negeri antara Pemerintah dengan Pemberi Pinjaman Luar Negeri, didalamnya
mencakup uraian besaran jadual penarikan, bunga jangka waktu pengembalian,
hak dan kewajiban dari Pinjaman tersebut.

63. No Objection Letter, yang selanjutnya disebut NOL


Adalah persetujuan dari pemberi pinjaman atas suatu kontrak dengan jumlah
batasan tertentu atau tanpa batasan nilai berdasarkan jenis pekerjaan yang
sudah ditandatangani.

64. Non Bank Finance, yang selanjutnya disebut NBF


Adalah adalah beban pemerintah untuk menyediakan kewajiban yang ditentukan
dalam NPPHLN seperti pengeluaran untuk biaya pembebasan tanah.

65. P2JN, Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Satker dibawah Balai
(Besar)

66. Pasca Kualifikasi/Postqualification


Adalah seleksi para rekanan untuk bidang pengadaan jasa pemborongan dan
barang setelah pemasukan penawaran yang terendah setelah dievaluasi dan
responsive dengan criteria mendasarkan padap engalaman kerja, kinerja yang
lalu untuk kontrak sejenis, fasilitas produksi/konstruksi serta kemampuan financial
dari rekanan.

67. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, yang selanjutnya disebut PPTK


Adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa
kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya

68. Pemberi Pinjaman Luar Negeri, yang selanjutnya disebut PPLN


Adalah pemerintah suatu Negara asing, lembaga multilateral, lembaga keuangan
dan lembaga non keuangan asing, serta lembaga keuangan non asing, yang
berdomisili dan melakukan kegiatan usaha diluar wilayah negara Republik
Indonesia, yang memberikan pinjaman kepada Pemerintah.

Manual Manajemen Proyek 1 - 12


Bab 1 Pendahuluan

69. Pemberi Hibah Luar Negeri, yang selanjutnya disebut PHLN


Adalah pemerintah suatu Negara asing, lembaga multilateral, lembaga keuangan
dan lembaga non keuangan asing, serta lembaga,keuangan non asing, yang
berdomisili dan melakukan kegiatan usaha diluar wilayah negara Republik
Indonesia, yang memberikan hibah kepada Pemerintah.

70. Penggantian Pembiayaan Pendahuluan (re imbursement)


Adalah pembayaran yang dilakukan oleh PPHLN untuk penggantian dana yang
pembiayaan kegiatanya dilakukan terlebihdahulu oleh Penerima Penerusan
Pinjaman/Hibah (beneficiaries).

71. Peta Kapasitas Fiskal


Adalah gambaran kemampuan fiscal Daerah yang dicerminkan melalui
Penerimaan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (tidak termasuk
Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain
yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) dikurangi
belanja pegawai.

72. Pelelangan Internasional (International Competitive Bidding/ICB).


Adalah pelelangan yang dilakukan secara internasional untuk rekanan nasional
dan internasional yang sesuai dengan guidelines untuk procurement.

73. Pelelangan Nasional (National Competitive Bidding/NCB).


Adalah pelelangan yang dilakukan secara nasional yang pada umumnya nilai
paket NCB relative kecil sehingga kurang menarik bagi rekanan asing. Namun
rekanan asing tetap diperbolehkan untuk mengikuti pelelangan NCB tersebut
(jika berminat) dan tidak diharuskan untuk bekerjasama dengan rekanan
nasional.

74. Pengguna Anggaran Daerah


Adalah pejabat dilingkungan pemerintah propinsi / kabupaten / kota yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang / jasa yang dibiayai dari
dana anggaran belanja APBD.

75. PHO, Provisional Handover istilah lama untuk Take over of Works adalah
Proses akhir selesai masa pelaksanaan konstruksi, dilakukan Serah Terima
Pertama atau Provisional Hand Over ( PHO ) antara Kontraktor Pelaksana dan
Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK )

76. Petunjuk Operasional (PO)


Adalah merupakan penjabaran dari DIPA dalam uraian yang lebih rinci seperti

Manual Manajemen Proyek 1 - 13


Bab 1 Pendahuluan

nama-nama Bagpro, Paket, tolok Ukur, sasaran/target, dan lain-lain.

77. Pinjaman Luar Negeri


Adalah setiap penerimaan Negara baik dalam bentuk devisa dan / atau devisa
yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan / atau jasa yang
diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan
persyaratan tertentu.

78. Porsi/Persentase Pembiayaan Pinjaman/Hibah Luar Negeri


Adalah beban pembiayaan maksimum yang dapat disetujui untuk masing-
masing kategori oleh Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PPHLN). Apabila
melebihi porsi yang ditentukan (overclaim), maka selisih lebih tersebut menjadi
pengeluaran yang ineligible dan harus direfund (dikembalikan) kerekening
khusus yang bersangkutan.

79. PPK, Contract Officerin Satker (Pejabat Pembuat Komitmen)selaku Employer


(Pengguna Jasa)

80. Procurement Plan


Adalah bagian dari persiapan proyek mulai dari rencana proses penentuan/
pemilihan paket proyek, metode pengadaan (antara lain ICB, NCB, QCBS),
besarnya nilai paket, pengelompokan LoanC ategory, penggolongan, jadual dan
review pengadaan/seleksi serta implementasi proyek. Procurement Plan ini harus
diupdate/revisi secara tahunan atau sesuai kebutuhan selama proyek
berlangsung dan harus mendapat NOL terlebih dahulu dari Bank.

81. Program Jangka Panjang yang selanjutnya disebut PJP.


Adalah suatu Program Pembangunan baiksecara Nasional maupun secara
sector / subsector dalam kurun waktu sekitar 25 tahun.

82. Program Jangka Menengah yang selanjutnyad isebut PJM.


Adalah suatu Program Pembangunan baik secara Nasional maupun secara
sektor/subsector dalam kurun waktu sekitar 5 tahun.

83. Project Appraisal Document yang selanjutnya disebut PAD.


Adalah suatu dokumen yang dihasilkan oleh Bank Dunia setelah proses appraisal
dilakukan dan sebagai dokumen untuk negosiasi antara Government of
Indonesia (GOI) dan Bank Pembangunan Asia.

84. Project Implementation Unit (PIU) / Implementing Agency


Adalah suatu unit proyek yang melaksanakan pekerjaan yang tercantum di dalam
dokumen kontrak.

Manual Manajemen Proyek 1 - 14


Bab 1 Pendahuluan

85. Project Implementation Plan yang selanjutnya disebut PIP.


Adalah dokumen proyek yang menguraikan semua program, pola pelaksanaan
dan target yang harus dicapai selama proyek berlangsung.

86. PMM, Project Management Manual


Adalah ketentuan dan pedoman yang meliputi prosedur pelelangan, standar
pelaporan, prosedur manajemen finansial, prosedur audit, kriteria / persyaratan
lingkungan dan hal-hal lain yang terkait untuk manajemen pinjaman luar negeri
yang harus dipatuhi oleh semua Instansi atau unit terkait dalam rangka
pelaksanaan proyek-proyek dibawah RRDP, ADB.

87. Project Management Unit yang selanjutnya disebut PMU.


Adalah suatu unit yang melaksanakan manajemen loan, koordinasi pelaksanaan
serta menyusun laporan dan evaluasi pelaksanaan sesuai ketentuan Bank
Pembangunan Asia dan Loan Agreement.

88. QCBS, Qualityand Cost Based Selection, tata cara evaluasi lelang konsultan
berdasarkan kualitas dan biaya.

89. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL)


Adalah dokumen perencanan dan penganggaran yang berisi program dan
kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga dalam 1 (satu) tahun anggaran
serta berisi besarnya anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaanya.

90. Rekening Khusus


Adalah Rekening Pemerintah yang berada di Bank Indonesia atau bank
pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menampung
penarikan initial deposit (uang muka) dan bersifat revolving fund (berdaur ulang).

91. Revisi Desain


Adalah proses kajian ulang desain terhadap Detailed Engineering Design yang
dilakukan dengan sangat selektif.

92. RFP (Request for Proposals) adalah berkas Standard Procurement Document
untuk Pelayanan Konsultan.

93. ROW. / DMJ adalah Daerah Milik Jalan ,ruang milik Jalan yang hanya diunakan
untuk kebutuhan sarana jalan dan pendukungnya.

94. Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu yang selanjutnya disebut SNVT.
Adalah pejabat yang diangkat dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum/Gubernur/Bupati sebagai Ka.Satker NVT yang mewakili dan bertindak
untuk dan atas nama Pemerintah RI untuk mengendalikan pekerjaan yang

Manual Manajemen Proyek 1 - 15


Bab 1 Pendahuluan

tercantum didalam dokumen Kontrak.

95. Satuan3
Adalah suatu indikasi awala lokasi dana APBN tahun berikutnya yang sudah
terurai dalam tiap program dan proyek yang merupakan kesepakatan antara
Bappenas, Kementerian Keuangan, DPR dan Kementerian terkait.

96. SBD, Standard Bidding Document, adalah standar dokumen lelang ataupun
dokumen penawaran dalam lelang/pengadaan barang jasa pemerintah

97. SLARAP, Simplified LARAP

98. SP2D, Surat Perintah Pencairan Dana, diterbitkab KPPN yaitu surat perintah
pencairan dana setelah meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPM.

99. SPP, SPM, Surat Perintah Membayar, Permintaan pembayaran dari Satker
Pembangunan yaitu Dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD

100. Steering Committee


Adalah Tim Pengarah yang dibentuk oleh Bappenas yang terdiri dari unsure
Kementerian dan Badan yang terkait, yang berfungsi untuk membuat
kebijaksanaan yang menjadi tujuan RRDP.

101. UKL/UPL, Upaya Pengelolaan Lingkungan (padanan EMiP) adalah upaya


kegiatan pengelolaan pemantauan yang bersifat operasional

102. WA, Widrawal, Application adalah permohonan penarikan dana porsi Loan
yang di tandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

Manual Manajemen Proyek 1 - 16


Bab 1 Pendahuluan

Gambar 1-2 RRDP Jadwal Pelaksanaan Proyek (October 2014)

Manual Manajemen Proyek 1 - 17


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

BAB 2
PENYELENGGARAAN MANAJEMEN PROYEK

2.1 BADAN BADAN YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PELAKSANAAN


PROYEK
Direktorat Jenderal Bina Marga merupakan Executing Agency dari Pinjaman Luar
Negeri ADB 2817-INO dan IDB IND-0161 untuk proyek RRDP dengan Direktorat
Bina Program sebagai Lead Implementing Agency. Untuk pengelolaan dan
pelaksanaan koordinasi terkait Pinjaman Luar Negeri tersebut dibentuk Project
Management Unit (PMU) yang berkedudukan di Jakarta.

Sebagai pemimpin Badan Pelaksanaan untuk RRDP Ditjen Bina Marga telah
membentuk Project Management Unit (PMU-RRDP) yang diketuai oleh Direktur
Bina Program, Ditjen Bina Marga. PMU RRDP akan bertanggung Jawab untuk
mengkoordinasikan seluruh kegiatan RRDP,dan pada akhirnya Direktur Jenderal
Bina Marga bertanggungjawab untuk mengawasi keseluruhan pelaksanaan proyek.

Komite pengarah (Steering Committee) antar Lembaga / Kementerian yang dipimpin


oleh Deputi Infrastruktur Bappenas dan beranggotakan antara lain wakilwakil dari
Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat dan Direktorat Lalu Lintas POLRI.Direktorat Jenderal Bina
Marga Kementerian Pekerjaan Umum bertanggungjawab atas kebijakankebijakan
yang terkait dengan pelaksanaan proyek.

Paketpekerjaan fisik RRDP dilaksanakan di Wilayah Provinsi Kalimantan Barat (30-


RCP), Kalimantan Timur (34-RCP), Jawa Timur (28-RCP) dan Jawa T eng ah (24-
RCP) berada dilingkungan Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II, Direktorat
Jenderal Bina Marga.

2.1.1. Peran dan TanggungJawab Unit-unit di Kementerian Pekerjaan Umum


Tabel 2-1 berisikan ringkasan pembagian tanggungjawab masingmasing unit
didalam Kementerian Pekerjaan Umum sebagai organisasi penanggung jawab.
Peranan dan tanggung jawab lembaga lainnya dijelaskan dalam Tabel 2-2.

Manual Manajemen Proyek 2-1


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

Tabel 2-1 Ringkasan Peran dan TanggungJawab Unitunit di Kementerian Pekerjaan


Umum

Organisasi Peran Tanggung jawab


Kementerian Pekerjaan Mengawasi badan - Bertanggungjawab atas anggaran
Umum pelaksana/executing agency kementerian dan mengevaluasi atas
penyerapan pinjaman;
- Mengangkat Kepala Satker, PPK dan
Pejabat inti Satker;
- Menetapkan kontrak pekerjaan konstruksi
diatas Rp. 100 milyar;

Direktorat Jenderal Bina Badan Pelaksana/ - Membentuk PMU;


Marga(DGH) Executing Agency - Menyediaan tepat waktu dana pendamping
yang disepakati untuk kegiatan proyek;
- Melibatkan penerima bantuan dan
masyarakat sipil dalam semua tahap desain
dan implementasiproyek;
- Mengungkapkan kepada public keluaran
(output) dari proyek;
- Jaminan kualitas kerja dan jasa konsultan dan
staf pendamping;
- Membangun sistem manajemen keuangan
yang kuat dan mengirimkan aplikasi
penarikan tepat waktu( WA) ke ADB,
- Memastikan audit keuangan tepat waktu dan
mengambil tindakan sesuai yang
direkomendasikan;
- Memastikan keberlanjutan proyek selama
pasca konstruksi dan pelaporan ke ADB
penilaian dampak pembangunan (PBME).
- Bertanggung jawab untuk pengumpulan dan
penyimpanan semua dokumen pendukung,
dokumen pelaporan dan laporan audit
tahunan dan laporan keuangan.

Inspektorat Jenderal Audit - Sebagai pelaksana Audit Teknik dan


Kementerian PU Keuangan untuk semua proyek pendanaan
APBN termasuk pinjaman luar negeri
dilingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

Badan Pembinaan Audit, rekomendasi - Memberikan saran atas hasil audit jika
Konstruksi (BP Konst) pemenang kontrak diminta Inspektorat Jenderal
Kementrian PU, kepada Kementrian - Memberikan pertimbangan kepada Menteri
Sebelumnya PU PU, untuk penetapan [pemenang kontrak
BPKSDM pekerjaan sipil/ barang diatas 100 Milyard
dan jasa Konsultansi diatas 10 Milyard.
- Memberikan opini hukum /legal mengenai
draft perjanjian kontrak

Manual Manajemen Proyek 2-2


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

DJBM, Direktorat Bina Perencanaan, pemrograman sub - Menyiapkan anggaran seluruh kegiatan
Program (Dit Bipram) proyek, dan pemaketan proyek.
Mengelola PMU, pelaksanaan CTC - Membentuk,mengarahkan dan memantau
dan DSC. (PMU)
- Melakukan koresponden dengan pihak ADB
dan IDB.

DJBM, Direktorat Bina Menerbitkan standar teknik jalan - Menagani audit teknis.
Teknik(Dit Bintek) dan Jembatan - Menangani aspek lingkungan, social dan
Menyetujui desain untuk keselamatan jalan untuk semua pekerjaan
jalan/jembatan jalan/jembatan
- Menyetujui standar desain, Dokumen
Lelang Standar dan spesifikasi untuk
semua pekerjaan jalan/jembatan
- Menyetujui usulan review design

DJBM, Direktorat Bina Sebagai Implementing Agency untuk - Membantu Dirjen dalam hal pelaksanaan
PelaksanaanWilayah II Technical Assistance DSC. kontrak pekerjaan sipil
Memantau pelaksanaan pekerjaan - Melaksanakan perumusan kebijakan
jalan dan jembatan. pelaksanaan teknis jalan dan jembatan
Mensupervisi Balai di wilayah II - Mengevaluasi perubahan kontrak atas
usulan Balai Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional.
- Dit. Bina Pelaksana Wilayah II
mencakup semua paket RRDP di
Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Balai (Besar) Mengawasi pelaksanaan - Menyetujui kontrak di bawah Rp 100 milyar


Pelaksanaan Jalan pekerjaan jalandan jembatan sesuai Perpres 54/2010 sebagai Kepala ULP
Nasional
- Merupakan atasan langsung Satker
dan PPK disetiap Propinsi.
- Menjamin penerapan standar dan
prosedur yang telah disetujui,
melaksanakan jaminan mutu pekerjaan
dan usaha penanganan dampak
lingkungan dan sosial.

PUSJATAN, Badan Audit - Memberikan saran mengenai hasil audit jika


Litbang PU diminta Inspektorat.

Manual Manajemen Proyek 2-3


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

Satker / PPK Sebagai Implementing Unit , - Bertanggungjawab p enjaminan mutu


di dalam unit kerja Mengelola pengadaan dan pelaksanaan teknis dan finansial
konstruksi tertentu,di pelaksanaan pekerjaan dengan bertindak sebagai Employer
Balai Menjalankan kontrak pekerjaan antara lain:
konstruksi sebagai Pengguna - Memproses penandatanganan kontrak
Jasa/Employer
pekerjaan konstruksi dan perizinan
dengan para pihak terkait;
- Memberitahukan kontraktor tentang
pendanaan proyek;
- Mengusulkan penggantian Engineer
(jika diperlukan);
- Menyetujui Contract ChangeOrder;
- Mengusulkan kepada Balai apabila ada
perubahan biaya, tambahan pekerjaan
baru dan waktu (addendum);
- Menyetujui pembayaran,pengendalian
Pelaksanaan dilapangan

Project Management Melakukan koordinasi antara ADB - Memantau status proyek dan pemenuhan
Unit (PMU) dan IDB dengan Pemerintah RI, dan seluruh kewajiban terhadap pihak terkait
(banyak rujukan) para pihak terkait. - Menyiapkan Laporan Pemantauan
Menjamin Pelaksanaan ACAP yang Keuangan
efektif. - Memperbaharui Manual Manajemen Proyek
dan menjaga agar setiap unit pelaksana
memperhatikan tanggungjawabnya
- Memfasilitasi koresponden dengan pihak
ADB, IDB melalui Direktorat Bina Program
- Mengelola pelaksanaan yang efektif dengan
mengacu kepada Project Administration
Manual (PAM)

Bagian Keuangan, Penghubung Audit Finansial - Membantu Inspektorat Jenderal PU jika


Setditjen Bina Marga diminta untuk mereview hasil audit finansial

Unit Supervisi & Desain Pembaharuan / Revisi Desain - Sebagai anggota tim diskusi Teknis di
(P2JN Perencanaan Provinsi melakukan evaluasi proposal
dan pengawasan Jalan
Variation Order, tambahan item pekerjaan
Nasional)
baru dan Perpanjangan Waktu untuk
proyek pekerjaan sipil.

Manual Manajemen Proyek 2-4


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

PPK dalam unit kerja Mengelola pengadaan dan - Menyetujui kontrak sampai dengan 5 0
konstruksi tertentu di pelaksanaan pekerjaan. Milyard (Kepres 80/2003).
Balai. (Banyak rujukan) Menjalankan kontrak pekerjaan sipil
- Bertanggung jawab, menjamin mutu
sebagai pengguna Jasa , Employer
(Unit Peleksana Pekerjaan Sipil) pelaksanaan teknis dan financial dengan
bertindak sebagai Employer dalam kontrak
Setelah dikeluarkan Perpres
No.54/2010, Pengadaan dilakukan pekerjaan sipil dengan tanggung jawab
oleh Unit Layanan Pengadaan. sebagai berikut:
- Mengelola proses penawaran, mengevaluasi
penawaran dan menetapkan pemenang
menandatangani kontrak
- Mengatur izin, menginformasikan keuangan
kepada kontraktor.
- Mengangkat dan menggati Engineer
terkait(dengan npersetujuan NOL ADB).
- Menyetujiui variation order yang
menyebabkan kenaikan harga atau
perpanjnagan waktu.
- Mengatur pembayaran, pengambil alihan
lapangan.
- Berhak untuk memutus kontrak
- Setelah Perpres 54/2010, pengadan
dilakukan dibawah unit Layanan Pengadaan.
- Kepala unit Pengadan berhak menyetujui
pemenang proposal sampai 100 M

Unit Layanan Melaksanakan proses pengadaan - Menyiapkan dokumen pengada


Pengadaan (ULP) untuk paket pekerjaankonstruksi an dan melaksanakan proses pelelangan.
- Melaksanakan evaluasi dan klarifikasi
penawaran peserta lelang .
- Menetapkan pemenang lelang untuk
kontrak sampai Rp. 100 milyar.
- Mengusulkan pemenang lelang kepada
Menteri untuk kontrak diatas Rp. 100
milyar.

Dinas Pekerjaan Umum Penghubung dengan Gubernur - Menyelaraskan semua rencana pekerjaan
Propinsi jalan nasional dipropinsi
- Membantu Dirjen/Direktur/ Balai jika
diperlukan Berkoordinasi dengan dinas
terkait lainnya, pemerintah daerah, dan
masyarakat untuk mendukung persiapan
dan pelaksanaan pekerjaan

2.1.2. Peran dan Tanggungjawab Badan-badan Pemerintah Lainnya


Ringkasan peranan dan tanggung jawab lembaga lembaga pemerintah lainnya
yang berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam proye kini disajikan pada Tabel
2.2.

Manual Manajemen Proyek 2-5


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

Tabel2-2 Peran dan Tanggung Jawab Lembaga Pemerintah lainnya


Lembaga Peran Tanggung Jawab
Badan Perencanaan & Ketua Komite - Melaksanakan Strategi kebijakan
Pembangunan Nasional Pengarah (Steering pengembangan sektor transpotasi.
(BAPPENAS) Committee) - Memberikan bantuan dan dukungan
dalamproses negosiasi loan dan
pelaksanaan kegiatan.
- Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan
fisik dan keuangan.
- Mengadakan rapat koordinasi dengan seluruh
instansi terkait.

Kementerian Keuangan Penganggaran - Menandatangani Loan Agreement;


Menkeu) Akuntansi - Memonitor pelaksanaan proyek dan
Pengelolaan menyediakan fasilitas dan koordinasi.;
Dirjen Anggaran - Mengalokasikan dana pendamping;
Pinjaman
Dirjen Perbendaharaan - Menyetujui usulan WA dari bendahara
Dirjen Pengelolaan Hutang proyek;
- Memproses dan mengirimkan kepada ADB
permintaan realokasi hasil pinjaman (jika
diperlukan).
- Negosiasi pinjaman dan Pengembalian
Pinjaman.
- Pelaksanaan pelaporan anggaran.
- Penyiapan anggaran tahunan

Aggota tim pengarah - Mengkoordinasikan dan berpartisipasi dalam


Kementerian Perhubungan
melakukan survei keselamatan jalan, audit
Dirjen Perhubungan Darat dan kampanye kesadaran keselamatan di
jalan dari proyek untuk meningkatkan
kesadaran dan partisipasi penuh dalam
berbagi tanggung jawab sebagaimana
diamanatkan dalam undang-undang baru
22/2009.
- Melaksanakan dan berpartisipasi dalam
pelatihan keselamatan jalan
- Menyiapkan dan melaksanakan strategi
terpadu dalam pengendalian kelebihan
muatan kendaraan.
- Memberikan bantuan dan dukungan dalam
pengadaan yang efisien jasa konsultasi di
bawah RSSP (Road safety strengthening
program) tersebut.

- Berpartisipasi dalam RSSP, termasuk


Direktorat Lalulintas, Aggota tim pengarah Keselamatan Jalan, dan Lalu Lintas
Markas besar POLRI pengguna jalan
- Mengkoordinasikan dan berpartisipasi
dalam pelaksanaan pelatihan manajemen
perencanaan lalu lintas dan penegakan
hukum;
- Pengadaan peralatan yang diperlukan
untuk penegakan keselamatan jalan dan
tanggap darurat di bawah RSSP.

BPK, BPKP Audit - Sebagai pelaksana Audit Teknis dan


Keuangan pada semua paket pekerjaan
konstruksi dan jasa konsultasi.

Manual Manajemen Proyek 2-6


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

2.2. TUGAS PROJECT MANAGEMENT UNIT (PMU)


Setelah perjanjian pinjaman ditandatangani pada tanggal 7 May 2012, salah satu
persyaratan untuk keefektifan pinjaman adalah pembentukan Project Management
Unit(PMU-RRDP) didalam Ditjen Bina Marga.PMU-RRDP kemudian ditetapkan
melalui SK Ditjen Bina Marga tanggal 27 Maret 2014

Tugas PMU RRDP secara umum adalah antara lain sebagai berikut:
a. Melaksanakan manajemen/pengelolaan Loan, koordinasi dengan para
Implementing Agency dan memonitor kegiatan-kegiatan internal di Ditjen Bina
Marga, dan instansi-instansi external yang terkait dengan RRDP.
b. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan proyek sesuai dengan Project
Implementation Plan (PIP) dan Project Management Manual (PMM) sampai
dengan Proyek selesai.
c. Memfasilitasi korespondensi dengan ADB dan IDB melalui Direktorat Bina
Program, Ditjen Bina Marga.
d. Menyusun laporan interim un-audited financial yang terdiri dari: keuangan,
kemajuan fisik dan pengadaan barang / jasa dari masing-masing Proyek, serta
konsolidasi interim un-audited financial secara nasional yang akan disampaikan
kepada ADB dan IDB .
e. Menyampaikan laporan interim un-audited financial setiap 3 bulan sekali
kepada ADB dan IDB selambat-lambatnya 45 hari setelah akhir triwulan
bersangkutan
f. Menyusun, mensosialisasikan, dan memutakhirkan Project Implementation Plan
(PIP) dan Project Management Manual (PMM).
g. Menfasilitasi perubahan dan finalisasi usulan-usulan revisi desain, aspek
lingkungan dari instansi-instansi terkait yang akan disampaikan kepada ADB
dan IDB untuk mendapatkan persetujuan.
h. Menindaklanjuti hal-hal khusus yang berkaitan dengan kualitas pelaksanaan
pekerjaan dari Proyek.
i. Memberi masukan kepada Steering Committee (Project Steering Committee dan
Roads Safety Steering committee), dan melaksanakan rekomendasi yang
ditetapkan oleh Steering Committee serta bertanggung jawab dalam
pencapaian seluruh sasaran proyek sesuai Loan Agreement;
j. Berlaku sebagai Sekretariat Steering Committee baik Project Steering
Committee dan Roads Safety Steering committee.
k. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang tercantum didalam Loan Agreement
beserta lampirannya;

Manual Manajemen Proyek 2-7


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut di atas, maka Pimpinan PMU yang terdiri
dari Ketua PMU (Direktur Bina Program) dan Ketua Pelaksana Harian dibantu
oleh para asisten ( gambar 2.2.1) dengan tugas-tugas sebagai berikut:

a. Asisten Perencanaan dan Program


1. Melaksanakan kajian/review termasuk kelengkapan dokumen terhadap
usulan proyek yang akan disampaikan kepada ADB dan IDB untuk
mendapatkan persetujuan;
2. Menyiapkan Standard Operation Procedures (SOP) dan Petunjuk
Pelaksanaan Proyek;
3. Me l ak sa n ak an monitoring dan evaluasi atas hasil pelelangan yang akan
disampaikan kepada ADB dan IDB untuk mendapatkan persetujuan;
4. Mempersiapkan dan identifikasi perencanaan dan pemrograman serta
mencakup aspek lingkungan dan sosial yang akan diusulkan kepada proyek-
proyek RRDP.
5. M e l a k s a n a k a n monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Anti Coruption
Action Plan (ACAP) pada tahapan proses prakontrak.

b. Asisten Pelaksanaan
1. Monitoring dan evaluasi terhadap status progres fisik dan keuangan serta
kualitas pelaksanaan pekerjaan;
2. Mengevaluasi dan Merekomendasikan atas revisi desain yang diusulkan
oleh Balai / Direktorat Wilayah II sebelum dimintakan persetujuan ke ADB atau
IDB;
3. Melaksanakan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Anti Coruption Action
Plan (ACAP) pada tahapan implementasi kontrak.

4. Bertanggung jawab kepada Ketua pelaksana Harian PMU

c. Asisten Keuangan dan Pelaporan


1. Menyiapkan, menyimpan, dan memonitor data akuntansi termasuk prosedur,
audit, dokumentasi termasuk konsolidasi neraca yang diminta oleh ADB dan IDB;
2. Memonitor status penyerapan dana per Loan Category dan komponen loan;
3. Menyiapkan laporan triwulan, dan tahunan untuk keseluruhan proyek untuk
disampaikan kepada ADB dan IDB sesuai dengan guidelines Bank;
4. Melakukan koordinasi dengan BPKP Pusat dalam pelaksanaan Audit (Interim
dan Tahunan).

Manual Manajemen Proyek 2-8


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

d. Asisten Pendamping Keselamatan Jalan


1. Memfasilitasi pelaksanaan Road Safety Audit pada masing masing Unit
Pelaksana.

2. Memonitor dan mengevakuasi pelaksanaan Road Safety Audit pada masing


masing Unit Pelaksana.

3. Bertanggung jawab kepada Ketua Pelaksana Harian.

e. Asisten Pendamping Lingkungan

1. Memfasilitasi pelaksanan penyaringan dan memberikan rekomendasi dari


aspek lingkungan terhadap usulan paket-paket yang (akan) disampaikan
kepada IBRD;

2. Mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan


aspek lingkungan, sosial dan safeguard issue;

3. Mengevaluasi dan merekomendasi atas pelaksanaan aspek lingkungan.

4. Bertanggung jawab kepada Ketua Pelaksana Harian.

f. Asisten Pendamping Pelaksana Wilayah

Membantu Ketua Pelaksanaan Harian untuk memfasilitasi dan sebagai


penghubung pelaksanaan kegiatan PMU RRDP di Unit Instansi Pelaksana
(Project Implementing Unit/PIU), Satker/PPK dalam pengelolaan pinjaman ADB /
IDB sesuai dengan lingkup kegiatan.

Secara lebih lengkap dan terstruktur, diagram Struktur organisasi dan staf PMU
ditunjukkan pada Gambar 2.2.1. dan Struktur Organisasi Satuan Kerja untuk Project
Implementation Unit (PIU) diberikan pada Gambar 2.2.2.

Manual Manajemen Proyek 2-9


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

STRUKTUR ORGANISASI PROJECT MANAGEMENT UNIT (PMU)

Gambar 2.2.1 : Struktur Organisasi Project Management Unit (PMU)

Manual Manajemen Proyek 2 - 10


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

Gambar 2.2.2 : Struktur Organisasi Satuan Kerja Project Implementation Unit (PIU)

Manual Manajemen Proyek 2 - 11


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

2.3. LINGKUP TUGAS JASA KONSULTANSI UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN


PELAKSANAAN PROYEK RRDP
Untuk mendukung pelaksanaan proyek RRDP sesuai yang dituangkan dalam
Naskah Perjanjian Pinjaman RRDP, akan diadakan jasa konsultansi sebagai berikut:

l. Core Team Consultant (CTC)


Tugas utama Konsultan CTC adalah untuk mendukung PMU- RRDP dan Ditjen
Bina Marga dalam pengelolaan/manajemen, monitoring dan pelaporan
terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan-kegiatan sub proyek RRDP
sesuai dengan kesepakatan dalam Naskah Perjanjian Pinjaman dan Tujuan
Proyek yaitu untuk mencapai standar tinggi, efisien dan transparansi, serta
kinerja yang optimal .
Tugas-tugas tersebut antara lain :
a. Menyediakan dukungan untuk PMU didalam Management Proyek;
b. Membantu PMU untuk memonitor, yang berhubungan dengan audit desain
dan Konsultan pengawasan (DSC) untuk kegiatan pengawasan mereka.;
c. Membantu PMU untuk memeriksa dokumen lelang dan proses lelang sesuai
dengan peraturan ADB, IDB dan Pemerintah yang diamati;
d. Membantu Staf Sub Direktorat Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan
(TLKJ) Direktorat Jenderal Bina Marga untuk memantau pengelolaan
dampak lingkungan dan sosial;
e. Membantu PMU melakukan monitoring dan administrasi pinjaman luar
negeri;
f. Membantu PMU melakukan pengelolaan keuangan, termasuk manajemen
kontrak (pencairan dana dan kemajuan pekerjaan);
g. Membantu PMU dalam semua aspek pelaksanaan pedoman anti korupsi;
h. Membantu PMU dalam mengevaluasi indikator kinerja yang ditetapkan;
i. Membantu dalam penyelesaian semua pelaporan yang diperlukan untuk
PMU;
j. Memberikan Bantuan Teknis terkait dengan pelaksanaan proyek;
k. Membantu PMU dalam memverifikasi kinerja kontraktor berdasarkan laporan
yang dihasilkan oleh DSC;
l. Membantu PMU untuk mensosialisasikan prosedur proyek kepada semua
pihak yang terlibat dalam kegiatan ini sesuai tugas dan fungsinya;
m. Memonitor dan mengawasi penyelenggaraan sosialisasi pencegahan HIV-
AIDS dan anti perdagangan manusia;

Manual Manajemen Proyek 2 - 12


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

n. Membantu PMU untuk menyiapkan laporan penyelesaian proyek secara


komprehensif.
Konsultan CTC bertanggung jawab kepada Direktorat Bina Program dan
berkedudukan di Jakarta.

b. Design and Supervision Consultants (DSC)


Untuk Proyek RRDP terdiri dari tiga Design and Supervision Consultants (DSC)
tim terdiri atas DSC- 1 untuk Wilayah Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin
dan DSC-2 (untuk Wilayah Jawa Tengah) berkedudukan di Semarang dan DSC-
3 untuk Wilayah Jawa Timur berkedudukan di Surabaya, ketiganya bertanggung
jawab kepada Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II (Jawa, Kalimantan),
Ditjen Bina Marga dengan tugas utamanya melaksanakan seluruh
pengawasan/supervisi pelaksanaan konstruksi/fisik pada paket-paket konstruksi
dalam RRDP. DSC dalam tugasnya juga berkoordinasi dengan Direktorat Bina
Pelaksanaan Wilayah II dan Direktorat Bina Teknik .
Tanggung jawab umum konsultan DSC adalah:
Memberikan dukungan kepada Direktorat Bina Marga dalam manajemen
pelaksanaan dan pengawasan proyek.
Melakukan pengawasan teknik untuk semua pekerjaan konstruksi, termasuk
kegiatan pengujian laboratorium;
Melakukan Review Design apabila diperlukan;
Membantu PIU untuk mereview dokumen penawaran dan proses tender
(kegiatan pra-kontrak) untuk semua sub - proyek yang berhubungan dengan
ADB dan peraturan Pemerintah Indonesia.
Membantu dalam penyelesaian semua pelaporan yang diperlukan untuk PIU.
Memverifikasi kinerja kontraktor.
Membantu P2JN sehubungan dengan pelaksanaan proyek.
Membantu Bina Marga untuk memantau dan mengaudit pelaksanaan
program keselamatan jalan
Membantu Bina Marga untuk memantau Dampak Lingkungan berdasarkan
EMMP (Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan) yang disiapkan
oleh CTC.
Secara organisasi, hubungan antara berbagai pihak terkait dalam kegiatan RRDP mencakup
hubungan koordinasi, komando maupun kontraktual disajikan dalam diagram seperti yang
tampak pada Gambar 2.3.

Manual Manajemen Proyek 2 - 13


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

BAPPENAS

MINISTRY OF FINANCE
ADB/IDB GOVERNOOR
MINISTRY OF PUBLIC WORKS

DIRECTORATE GENERAL OF HIGHWAY


(EXCETING AGENCY)

DIRECTORATE DIRECTORATE OF
DIRECTORATE
OF TECHNICAL IMPLEMENTATION
OF PLANNING
REGION II DGH

BALAI DINAS
Regional Offfice (SKPD)

SATKER / PPK PMU SATKER/PPK SATKER


PAP 2PHLN Civil Work Design & Supervision

CTC DSC

FIELD TEAM
CATATAN :

Kordinasi :
Komando : CONTRACTOR
Kontraktual :

Gambar 2.3 : Struktur Organisasi RRDP

Manual Manajemen Proyek 2 - 14


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

2.4 PENYEBARAN INFORMASI PUBLIK


Transparansi dalam layanan publik merupakan salah satu prinsip utama dalam
pelaksanaan kegiatan RRDP.

2.4.1 Website Proyek


Kementerian Pekerjaan Umum telah memiliki website pada alamat
(http://www.pu.go.id) sedangkan Proyek RRDP membangun secara tersendiri portal
website untuk PMU-RRDP pada alamat (http://www.pmu-rrdp.com).

Jenis dan kategori data yang dikelola dalam website RRDP serta frekwensi
pemutakhiran (Updating Frequency) data disajikan dalam Tabel berikut ini :

Frekwensi
Jenis Informasi /Dokumen Catatan
Update

Profil & Struktur Organisasi

Pengadaan & Paket

Data Kontrak

Progress Fisik & Keuangan Bulanan

Pengaduan & ACAP Setiap saat bisa dilakukan

Laporan Monthly Progress Report (MPR) Bulanan


Laporan Quarterly Fin. Monitoring Report
3 Bulanan
(QFMR)
Laporan Ad Hoc (Laporan Khusus) Jika dianggap perlu

Galery (Foto Dokumentasi Proyek)

Dokumen PDF

Berita dan Pengumuman Sesuai dengan keperluan

PMU dapat memutuskan untuk menentukan jenis informasi apa saja yang akan
disajikan kepada publik serta kapan dan bilamana diperlukan, demikian juga seberapa
sering informasi tersebut akan disajikan.

Format dan bentuk informasi dibuat semudah dan sefleksibel mungkin sehingga bisa
dilihat diunggah dan diinformasikan kembali sesuai dengan kebutuhan. Format yang
paling umum adalah dokumen PDF, spreadsheet XL ataupun word document.
Sedangkan gambar-gambar akan disajikan dalam format JPG yang terkompressi agar
tidak membebani website yang bisa menurunkan kinerja dan kecepatannya.

Manual Manajemen Proyek 2 - 15


Bab 2 Penyelenggaraan Manajemen Proyek

2.4.2 Diseminasi Informasi proyek


Informasi proyek yang disajikan pada website harus selalu dapat tersedia untuk
diakses oleh setiap orang/organisasi yang berkepentingan, termasuk media dan
organisasi publik lainnya.

2.4.3 Penanganan Pengaduan dan ACAP


Peraturan Menteri PU No.323/PRT/M/2005 terkait dengan penanganan informasi
publik menyangkut Kementerian PU, khususnya menyangkut keterbukaan layanan
dan pengaduan publik, maka RRDP perlu melakukan implementasi sebagai berikuti :
a. Penanganan pengaduan masyarakat yang dilayangkan ke Kementerian PU
melalui Dit Bipran maupun Inspektorat baik melaui surat pos, telepon, maupun e-
mail . Pengaduan tersebut harus segera mendapat tanggapan dan penyelesaian
b. Pengaduan Anonim diperbolehkan
c. Identitas asli pengadu dijaga kerahasiaannya. Diperlukan implementasi prosedur
untuk menjamin hal terebut.
d. Semua pengaduan akan direspon paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pengaduan
diterima.
e. Selanjutnya pengaduan secara tepat waktu akan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak
terkait misalnya untuk proses investigasi lebih lanjut.
f. Pengaduan yang terkait dengan permasalahan yang dianggap sangat serius dapat
ditindaklanjuti untuk diinvestigasi oleh pihak ADB/IDB.
g. Status dari semua pengaduan akan dicatat dan dikonsolidasikan sebagai bagian
dari Monthly Report.

Manual Manajemen Proyek 2 - 16


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

BAB 3
PROSEDUR PERENCANAAN TEKNIS JALAN DAN JEMBATAN

3.1 UMUM
Lingkup kegiatan Proyek RRDP ( Regional Roads Development Project) - ADB LOAN
No. 2817-1NO and IDB FINANCING NO.IND-0161 meliputi perencanaan teknis jalan
dan jembatan sampai dengan penyiapan dokumen pelelangan dilaksanakan oleh
Konsultan Penyiapan Proyek Loan RRDP (Project Preparation Consultant - PPC-TA
RRDP) dimana koordinasi pelaksanaannya dilakukan dengan Subdit Teknik Jalan,
Subdit Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan serta Subdit Teknik Jembatan,
Direktorat Bina Teknik.

Kegiatan perencanaan teknis ini berdasarkan program penanganan jalan yang


dikeluarkan oleh Direktorat Bina Program. Kegiatan perencanaan teknis untuk program
penanganan 11 paket proyek dilaksanakan oleh konsultan perencana (di bawah
kendali Dit. Bina Teknik maupun SNVT P2JN). Sedangkan kegiatan perencanaan teknis
dan review akan dilaksanakan oleh konsultan Design and Supervision Consultant
(DSC).

Standar dan pedoman dokumen pelelangan disiapkan oleh Core Team Consultant
(CTC ) dan disetujui Direktorat Bina Teknik berdasarkan Standard Bidding Document
(SBD) yang dikeluarkan oleh ADB dan IDB. Didalam Perencanaan Teknis harus
memperhatikan rekomendasi yang dihasilkan dalam Dokumen Lingkungan.

Jenis Penanganan Jalan dan Jembatan

Jenis penanganan jalan dan jembatan yang termasuk dalam program RRDP (Regional
Roads Development Project)- ini mencakup pekerjaan :
1. Peningkatan kekuatan struktur jalan dan geometrik jalan (Betterment),
2. Pembangunan Jalan baru
3. Pelebaran (Widening) jalan
4. Pelebaran (Widening) jembatan
5. Duplikasi(Duplication) jembatan
6. Penggantian (Replacement) jembatan

Manual Manajemen Proyek 3-1


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

3.1.1 Jenis Penanganan Jalan


Pekerjaan Peningkatan Kekuatan Struktur Jalan (Betterment).
Pekerjaan peningkatan struktur perkerasan jalan yang ada dengan penambahan
beberapa lapis perkerasan dan atau pelebaran (widenning) dari lebar 4,50 meter
menjadi 6,00 meter atau 7,00 meter dan lebar 6,00 Meter menjadi 7,00 Meter.

3.1.2 Jenis Penanganan Jembatan


Pekerjaan Pelebaran (Widening ) Bangunan Drainase (Box Culvert and Pipe
Culvert)
Yang termasuk pekerjaan ini adalah pembangunan pelebaran/perpanjangan bangunan
drainase disebelah kiri dan kanan dari bangunan drainase yang ada akibat adanya
pelebaran jalan.

Pekerjaan Pelebaran (Widening ) Jembatan


Yang termasuk pekerjaan ini adalah pembangunan pelebaran jembatan disebelah kiri
atau kanan dari jembatan eksisting akibat adanya pelebaran jalan.

Pekerjaan Duplikasi(Duplication) Jembatan


Yang termasuk pekerjaan ini adalah pembangunan duplikasi jembatan disebelah kiri
atau kanan dari jembatan eksisting akibat adanya pelebaran jalan.

Pekerjaan Penggantian (Replacement) Jembatan


Yang termasuk pekerjaan ini adalah pembangunan jembatan baru untuk menggantikan
jembatan lama yang sudah tidak layak pakai dilokasi jembatan eksisting.

3.2 PENYIAPAN DESAIN DAN REVISI DESAIN


3.2.1 Penyiapan Desain dan Revisi Desain Jalan
Kewenangan dan
No. Kategori Mengetahui
Menyetujui
1. Jalan Strategis/Nasional P2JN/Balai Kepala Balai

2. Jalan Strategis/ Nasional dengan Subdit Teknik Jalan Direktur Bintek


penanganan kompleks/khusus*
* Kategori jalan dengan penanganan kompleks/khusus ditentukan oleh Direktorat Bintek

Manual Manajemen Proyek 3-2


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

3.2.2 Penyiapan Desain dan Revisi DesainJembatan


Kewenangan dan
No. Kategori Mengetahui
Menyetujui
1. Jembatan Standar P2JN/Balai Kepala Balai
2. Jembatan Non-Standar/Khusus Subdit Teknik Direktur Bintek
Jembatan

Jembatan Standar: mencakup jembatan rangka, gelagar dua tumpuan dan sistem
lantai.
Jembatan Non-Standar: mencakup jembatan gelagar menerus, pelengkung, sistem
kabel dan jembatan non standar lainnya.

3.3 LEGALISASI GAMBAR PERENCANAAN TEKNIS

Pengesahan setiap lembar gambar


PIHAK KONSULTAN
1 2 3
Direncanakan Oleh Diperiksa Oleh Disetujui,

(Tenaga Ahli Perencana) (Tenaga Ahli Sebagai (Team Leader)


Perencana)

Lembar Pengesahan dibelakang Sampul Depan


Lembar Pengesahan
1 2 3
Diserahkan Oleh Diperiksa Oleh Disetujui,

(Institusi Organisasi
(Direktur Utama Konsultan) (PPK/Kasatker) Struktural yang lebih tinggi)*
*Ditentukan lebih lanjut sesuai wewenang teknis yang berlaku

Manual Manajemen Proyek 3-3


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

3.4 KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN UNTUK JALAN JALAN DALAM


SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER
Kriteria Desain Jalan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19
Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
dan SE Dirjen Bina Marga NO. UM.0103-Db/242 tentang Ketentuan Desain dan Revisi
Desain Jalan Jembatan yang dikeluarkan pada tanggal 21 Maret 2008 dan SE Dirjen
Bina Marga No. 01/SE/Db/2013 tgl 27 Februari 2013 tentang Pedoman Kerangka
Acuan Kerja (KAK) untuk Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan, antara
lain ber-isikan:

3.4.1 Pokok Pokok Perencanaan


Agar struktur Jalan berfungsi dengan baik, maka setiap perencanaan Jalan harus
memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut:
1. Kekuatan/Keawetan dan kelayakan jangka panjang
2. Kenyamanan dan Keselamatan
3. Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan)
4. Ekonomis
5. Pertimbangan aspek lingkungan, sosial, dan aspek keselamatan jalan

3.4.2 Rujukan Perencanaan


1. Perencanaan Jalan Harus Mengacu Pada:
a. Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan (Maret 1992)
b. Petunjuk Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota edisi No. 038/T/BM/1997
September 1997
c. Pedoman Perencanaan Sparator Jalan Pd T-15 2004-B
d. Pedoman Perencanaan Median Jalan Pd T-17 2004-B
e. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk perencanaan dan pengawasan
Teknis Jalan dan Jembatan No. 01/P/BM/2013
f. Ketentuan desain dan Revisi Desain Jalan dan Jembatan, Direktur Jenderal
Bina Marga No UM 0103 Db/242, 21 Maret 2008
g. Petunjuk pelaksanaan/bagan alir Amandemen Kontrak dengan Revisi Desain
dan perubahan/perpanjangan waktu sumber dana APBN dan Loan, Direktorat
Jenderal Bina Marga No.18/SE/Db/2012, 13 Desember 2012
h. Pedoman Interim Desain Perkerasan Jalan Lentur No.002/P/BM/2011
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.19/PRT/M/2011, tentang Persyaratan
Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan

Manual Manajemen Proyek 3-4


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

j. Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2013


k. Panduan Analisa Harga Satuan, No. 008/BM/2008 dan No.008-1/BM/2010,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.

2. Penyiapan Perencanaan Teknik Bidang Jalan yang harus diikuti yaitu:


a. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja

b. Survey Pendahuluan

c. Survei Detail:

1. Survei Topografi

2. Survei Drainase

3. Survei Geoteknik

4. Survei Lalulintas

5. Survei Kondisi perkerasan

d. Penyampaian DED Perencanaan Teknis

Manual Manajemen Proyek 3-5


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

3.4.3 Parameter Perencanaan Geometrik Jalan

Spesifikasi Penyediaan Prasarana Jalan Jalan Raya Jalan Sedang


Datar 82,000 - 110,000 61,000 - 82,000 22,000 - 61,000 22,000
LHRT, SMP/Hari Berbukit 79,900 - 106,600 59,800 - 79,900 21,500 - 59,800 21,500
Gunung 77,700 - 103,400 58,100 - 77,700 20,800 - 58,100 20,800
PERKERASAN JALAN

Beton Aspal
Jenis Perkerasan Perkerasan Ber-Aspal
Perkerasan Ber-Aspal

IRI Maksimal 6 8
Kerataan
RCI Minimal Baik - Sedang Sedang
Datar 60 60
Kecepatan Rencana [Km/J] Berbukit 50 40
Gunung 40 30
Lebar 38,00 31,00 24,00 13,00
RUMAJA Minimal Tinggi, m 5,00 5,00
Dalam, m 1,50 1,50
RUMIJA Minimal, m 25,00 15,00
Datar Bahu luar 2,00 dan bahu dalam 0,50 1,00
Lebar Bahu, m Berbukit Bahu luar 1,50 dan bahu dalam 0,50 1,00
Gunung Bahu luar 1,00 dan bahu dalam 0,50 0,50
POTONGAN MELINTANG

Direndahkan 9,00

1,50; ditinggikan setinggi kereb untuk kecepatan rencana < 60


Lebar Median, m Km/Jam dan menjadi 1,80; jika median dipakai lapak Tanpa Median
Ditinggikan penyeberangan, Konfigurasi lebar bahu dalam + bangunan
pemisah setinggi kereb +bahu dalam: 0,50+0,50+0,50 dan
0,50+0,80+0,50 jika dipakai lapak penyeberangan.

Dengan Rambu 2,00


Lebar Jalur pemisah lajur, m Tanpa Rambu Tanpa Jalur Pemisah
1,00
Utk Sepeda Motor
Lebar Saluran Tepi Minimal, m 1,00 1,00
Ambang Pengaman Minimal, m 1,00 1,00
Kemiringan Perkerasan 3% 3%
Kemiringan Bahu, % 6% 6%
Kemiringan Bahu, % 5% 5%

Untuk mempertahankan Kecepatan arus lalu lintas pada jalan Arteri, agar diupayakan
Jalan Arteri jarak antara jalan masuk terdekat tidak kurang dari 1,00 km dan pada jalan Kolektor
Jarak antara Jalan masuk terdekat, km 0,50 Km. Untuk mengatasi jalan masuk yang banyak pada jalan yang lama, dapat
dibuat jalur samping yang menampung semua jalan jalan masuk dan membatasi
bukaan sebagai jalan masuk ke jalur utama sesuai jarak terdekat diatas.
POTONGAN MEMANJANG

Jalan Kolektor

Jalan Arteri Untuk mempertahankan kecepatan arus lalu-lintas pada jalan Arteri agar diupayakan
Jarak antara persimpangan sebidang
jarak antar persimpangan sebidang terdekat tidak kurang dari 3,00 km dan pada jalan
terdekat, km Jalan Kolektor Kolektor 0,50 km.
Superelevasi maksimum 8%
Datar 110 110
Radius Tikungan Minimal, m Berbukit 80 80
Gunung 50 50
Datar 5% 6%
Kelandaian Maksimum Berbukit 6% 7%
Gunung 10% 10%

Manual Manajemen Proyek 3-6


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

3.4.4. Parameter Perencanaan Perkerasan Jalan


Jenis yang dipakai adalah Perkerasan Lentur didasarkan pada pembebanan rencana
(Cumulative Equivalen Standard Axle Load / CESAL) dengan Subgrade CBR rencana
6% dan untuk Overlay berdasarkan CESAL dengan lendutan Benkleman Beam/Falling
Weight Deflectometer (FWD).
Perencanan Tebal Perkerasan mengacu kepada Pedoman Interim Desain Perkerasan
Jalan Lentur No.002/P/BM/2011.
Lapis perkerasan terdiri:
- AC WC, sebagai lapis permukaan / aus
- AC BC, sebagai lapis antara
- AC Base, sebagai lapis pondasi aspal
- Lapis Pondasi CTB (Cement Treated Based)
- Aggregate Kelas A
- Aggregate Kelas B
- Caping Layer dibutuhkan untuk memperkuat Tanah Dasar jika CBRSubgrade< 6%.

3.5 KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN


Kriteria Desain Jembatan ini sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Bina Marga NO.
UM.0103-Db/242 tentang Ketentuan Desain dan Revisi Desain Jalan Jembatan yang
dikeluarkan pada tanggal 21 Maret 2008 dan Surat Edaran Dirjen Bina Marga No.
01/SE/Db/2013 tgl 27 Februari 2013 tentang Pedoman Kerangka Acuan Kerja(KAK)
untuk Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan, antara lain berisi kan:

3.5.1 Pokok-Pokok Perencanaan


Agar struktur jembatan berfungsi dengan baik, maka setiap perencanaan jembatan
harus memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut:
1. Kekuatan dan Stabilitas struktur
2. Kenyamanan dan Keselamatan
3. Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan)
4. Ekonomis
5. Pertimbangan aspek lingkungan, sosial, dan aspek keselamatan jalan
6. Keawetan dan kelayakan jangka panjang
7. Estetika

Manual Manajemen Proyek 3-7


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

3.5.2 Rujukan Perencanaan


1. Perencanaan jembatan harus mengacu pada
a. Bridge Management System (BMS) bagian BDC (Bridge Design
Code),Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, 1992,
dengan revisi pada :
Bagian 2 dengan Standar Pembebanan untuk Jembatan (SK.SNI T-02-
2005), sesuai dengan Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005
Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI
T-12- 2004) sesuai dengan Kepmen PU No.260/KPTS/M/2004.
Bagian 7 dengan Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan (SK.SNI T-
03- 2005) sesuai dengan Kepmen PU No.496/KPTS/M/2005
b. Bridge Management System (BMS) bagian BDM (Bridge Design Manual),
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, 1992.
2. Spesifikasi pilar dan kepala jembatan sederhana bentang 10 meter -25 meter
dengan pondasi tiang pancang (SNI 03-2451-1991) s/d(SNI 03-2546-1991)
3. Perencanaan drainase permukaan jalan (SNI 03-3424-1994)
4. Tata cara perencanaan teknis pondasi langsung untuk jembatan(SNI 03-3446-1994)

5. Tata cara perencanaan teknis pondasi sumuran untuk jembatan(SNI 03-3447-1994)


6. Persyaratan umum kawat baja beton pratekan(SNI 07-3651.1-1995)
7. Kawat tarik dingin, kawat baja beton pratekan(SNI 07-3651.2-1995)
8. Pilinan kawat baja beton pratekan(SNI 07-3651.4-1995)
9. Baja tulangan beton(SNI 03-2052-1997)
10. Spesifikasi bantalan karet untuk perletakan jembatan(SNI 03-4816-1998)
11. Spesifikasi perletakan elastomer jembatan tipe polos dan tipe laminasi(SNI 03-
3967-2002 )
12. Tata cara perencanaan teknis pondasi tiang untuk jembatan(SNI 03-6747-2002)
13. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Jembatan, dengan Peta Gempa
2010 (SNI 03-2883-2008)
14. Perencanaan jalan pendekat dan oprit, Pd T-11-2003 dan standar perencanaan
jalan yang berlaku
15. Panduan Analisa Harga SatuanNo.008-1/BM/2010, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum.
16. Ketentuan lain yang relevan bila tidak tercakup dalam ketentuan di atas harus
mendapat persetujuan pemberi tugas (P2JN/Balai).

Manual Manajemen Proyek 3-8


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

17. Dalam penyiapan perencanaan teknik, Ada 10 (sepuluh) Standard Operasional


Prosedur (SOP) bidang jembatan yang harus diikuti, yaitu:
a. SOP Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
b. SOP Survey Pendahuluan
c. SOP Survey Lalu Lintas
d. SOP Survey Geodesi
e. SOP Survey Geoteknik
f. SOP Survey Hidrologi
g. SOP Perencanaan Teknis Jembatan
h. SOP Penyampaian DED Perencanaan Teknis
i. SOP Sistematika Pelaporan
j. SOP Penyelenggaraan Jembatan Khusus
k. SOP Mekanisme Penerimaan Dokumen Perencanaan Teknis (Draft).

3.5.3 Parameter-Parameter Perencanaan


Parameter Umum Perencanaan
1. Umur rencana jembatan standar 50 tahun.
2. Pembebanan Jembatan menggunakan BM.100
3. Persyaratan geometrik
- Lebar jembatan jalan nasional adalah 1+7+1m
- Superelevasi melintang 3% dan kemiringan memanjang maksimum 5%
- Ruang bebas vertikal dan horisontal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan
lalu lintas kapal (free-board minimal 1,0m dari muka air banjir)
- Dihindari tikungan di atas jembatan dan oprit
- Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentu/pariwisata, struktur jembatan
dapat berupa bentuk parapet dan railing dengan lebar jembatan dapat dibuat
khusus atas persetujuan pengguna jasa
- Jembatan tidak boleh diletakkan di dasar suatu lengkung cekung (sag curve)
atau di puncak suatu lengkung cembung (crest curve).
- Geometrik jembatan tidak menutup akses penduduk di kiri kanan oprit
(timbunan)
4. Material
Beton
a. Kekuatan nominal

Manual Manajemen Proyek 3-9


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

i). Kuat tekan


Bila tidak disebutkan lain dalam spesifikasi teknik, kuat tekan harus
diartikan sebagai kuat tekan beton pada umur 28 hari, fc, dengan
berdasarkan suatu kriteria perancangan dan keberhasilan sebagai berikut :
Ditetapkan berdasarkan prosedur probabilitas statistik dari hasil
pengujian tekan pada sekelompok benda uji silinder dengan diameter
150 mm dan tinggi 300 mm, dinyatakan dalam satuan MPa, dengan
kemungkinan kegagalan sebesar 5 %.
Sama dengan mutu kekuatan tekan beton yang ditentukan dalam
kriteria perencanaan, dengan syarat perawatan beton tersebut sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan.
Mencapai tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan, berdasarkan hasil
pengujian pada benda uji silinder, dinyatakan dalam satuan MPa, yang
memenuhi kriteria keberhasilan sebagaimana disyaratkan SNI
mengenai Tata Cara Perancangan Struktur Beton untuk Jembatan.

Dalam segala hal, beton dengan kuat tekan (benda uji silinder) yang
kurang dari 20 MPa tidak dibenarkan untuk digunakan dalam pekerjaan
struktur beton untuk jembatan, kecuali untuk pembetonan massa yang
tidak dituntut persyaratan kekuatan. Dalam hal komponen struktur beton
pratekan, sehubungan dengan pengaruh gaya pratekan pada tegangan
dan regangan beton, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,
maka kuat tekan beton disyaratkan untuk tidak lebih rendah dari 30 MPa.

Tabel 3.1.Ketentuan Kuat tekan beton pada umur 28 Hari.

Tabel 3.2.Kelas dan mutu beton serta penggunaan sebagai bahan


konstruksi.
ii). Kuat Tarik
Kuat tarik langsung dari beton, fct, bisa diambil dari ketentuan :
0,4 fc MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar; atau
dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian.

iii). Kuat tarik lentur


Kuat tarik lentur beton, fcf, bisa diambil sebesar :
0,6 fc MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar; atau
Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian.

Manual Manajemen Proyek 3 - 10


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Tabel 3.1.Ketentuan Kuat tekan beton pada umur 28 Hari.


2
Mutu Beton Kuat Tekan Karakteristik (kg/cm )
fc bk Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus
(Mpa) (kg/cm )
2 150mm 300mm 150x150x150mm

50 K600 500 600

45 K500 450 500

40 K450 400 450

35 K400 350 400

30 K350 300 350

25 K300 250 300

20 K250 200 250

15 K175 150 175

10 K125 100 125

Tabel 3.2.Kelas dan mutu beton serta penggunaan sebagai bahan konstruksi.

Jenis
fc bk
Uraian
Beton (MPa) 2
(Kg/cm )

Umumnya digunakan untuk beton


prategang seperti tiang pancang
Mutu
45 K500 beton prategang, gelagar beton
tinggi
prategang, pelat beton prategang
dan sejenisnya.

Umumnya digunakan untuk beton


bertulang seperti pelat lantai
jembatan, gelagar beton bertulang,
Mutu
20 x < 45 K250 x < K500 diafragma, kereb beton pracetak,
sedang
gorong-gorong beton bertulang,
bangunan bawah jembatan, pondasi
bored pile, perkerasan beton semen

Umumya digunakan untuk struktur


beton tanpa tulangan seperti beton
15 x < 20 K175 x < K250 siklop, trotoar dan pasangan batu
Mutu kosong yang diisi adukan, pasangan
rendah batu.

Digunakan sebagai lantai kerja,


10 x < 15 K125 x < K175
penimbunan kembali dengan beton.

Manual Manajemen Proyek 3 - 11


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

b. Kriteria penerimaan kekuatan beton


Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat, apabila dipenuhi
syarat-syarat berikut :
(1) Tidak boleh lebih dari 5% ada di antara jumlah minimum (20 atau 30) nilai
hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari fc atau
bk.
(2) Apabila setelah selesai pengecoran seluruhnya untuk masing-masing
mutu beton dapat terkumpul jumlah minimum benda uji, maka hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut harus memenuhi fck (fcm
1,645.S) atau bk (bm 1,645 S)
(3) Apabila setelah selesai pengecoran beton seluruhnya untuk masing-
masing mutu beton terdapat jumlah benda uji kurang dari minimum,
maka apabila tidak dinilai dengan cara evaluasi menurut dalil-dalil
matematika statistik yang lain, tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4
hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, fcm,4 terjadi kurang dari (fc +
0,82.Sr), di mana Sr = deviasi standar rencana.
(4) Selisih antara nilai tertinggi dan terendah di antara 4 hasil pemeriksaan
benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3.Sr.
(5) Jika benda uji yang terkumpul kurang dari jumlah minimum yang telah
ditentukan, maka nilai standar deviasi (S) harus ditingkatkan dengan
faktor modifikasi yang diberikan dalam Tabel 3.3

Tabel 3.3 : Faktor Modifikasi Standar Deviasi

Untuk Jumlah Hasil Uji Untuk Jumlah Hasil Uji


Minimum 20 Minimum 30

Jumlah hasil Faktor Jumlah hasil Faktor


Uji Modifikasi Uji Modifikasi

- - 10 1,36

- - 11 1,31

- - 12 1,27

- - 13 1,24

- - 14 1,21

- - 15 1,18

- - 16 1,16

Manual Manajemen Proyek 3 - 12


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

- - 17 1,14

8 1,37 18 1,12

9 1,29 19 1,11

10 1,23 20 1,09

11 1,19 21 1,08

12 1,15 22 1,07

13 1,12 23 1,06

14 1,10 24 1,05

15 1,07 25 1,04

16 1,06 26 1,03

17 1,04 27 1,02

18 1,03 28 1,02

19 1,01 29 1,01

20 1 30 1

Baja tulangan non-pratekan


a). Kekuatan nominal
i). Kuat tarik putus
Ditentukan dari hasil pengujian.
ii). Kuat tarik leleh
Kuat tarik leleh, fy, ditentukan dari hasil pengujian, tetapi
perencanaan tulangan tidak boleh didasarkan pada kuat leleh
fy yang melebihi 550 MPa, kecuali untuk tendon pratekan.

Tabel 3.4. : Tegangan leleh baja.

Tegangan Leleh
Jenis 2 Penandaan
(kg/mm )

Baja Tulangan 24 BJTP24


Baja Tulangan Ulir 39 BJTD / BJTS 40

b). Tegangan ijin


i). Tegangan ijin pada pembebanan tetap

Manual Manajemen Proyek 3 - 13


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Tegangan ijin tarik pada tulangan non-pratekan boleh diambil


dari ketentuan di bawah ini :
Tulangan dengan fy = 300 MPa, tidak boleh diambil
melebihi 140 MPa.
Tulangan dengan fy = 400 MPa, atau lebih, dan
anyaman kawat las (polos atau ulir), tidak boleh diambil
melebihi 170 MPa.
Untuk tulangan lentur, diameter 10 mm atau kurang,
untuk pelat satu arah yang bentangnya tidak lebih dari 4
m, tidak boleh diambil melebihi 0,50 fy namun tidak lebih
dari 200 MPa.
ii). Tegangan ijin pada pembebanan sementara
Boleh ditingkatkan 30 % dari nilai tegangan ijin pada
pembebanan tetap.
5. Gambar rencana diusahakan sebanyak mungkin dalam bentuk gambar tipikal/
standar untuk kemudahan validasi/koreksi

3.5.4 Parameter Perencanaan Bangunan Atas Jembatan


1. Perencanaan bangunan atas jembatan harus mengacu antara lain:
- Menggunakan Rencana Keadaan Batas (Limit States), ULS & SLS
- Lawan lendut & lendutan, simple beam < L/800, kantilever L/400)
- Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi sekitar lingkungan
jembatan (selimut beton, permeabilitas beton, tebal elemen baja dan galvanis
terhadap resiko korosi, potensi degradasi material).
2. Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan Bangunan Atas
jembatan standar Bina Marga sesuai bentang ekonomis & kondisi lalu-lintas air
- Box Culvert (single, double, triple), ( 1 - 10m)
- Voided Slab, ( 6 - 16m)
- Gelagar Beton Bertulang Tipe T, ( 6 - 25m)
- Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan Box, (16 - 40m)
- Girder Komposit Tipe I dan Box, (20 - 40m)
- Rangka Baja (40 - 60m)
3. Syarat pemilihan jenis jembatan yang sangat penting ini disarankan memakai jenis
jembatan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a). Persyaratan fungsinya

Manual Manajemen Proyek 3 - 14


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

i. Panjang span : Panjang span jembatan merupakan faktor terpenting dalam


menentukan jenis jembatan. Mengenai seleksi pendekatan jenis struktur
bangunan atas dapat dilihat pada Tabel 3.5.
ii. Perbandingan tinggi gelagar terhadap panjang span : Formula ini dibuat
untuk tujuan mendapatkan biaya konstruksi yang ekonomis. Pada Tabel 3.6,
3.7& 3.8, disajikan formula sebagai pendekatan penentuan tinggi gelagar.
b). Persyaratan lingkungan
Sistem jembatan yang direncanakan estetikanya harus harmonis dengan
lingkungan sekitarnya baik dipandang dari jarak jauh maupun dipandang dari
bawah. Standarisasi jembatan juga dibuat untuk pandangan estetis yang lebih
baik.

Manual Manajemen Proyek 3 - 15


Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Tabel 3.5
Tabel 3.16.10. : Standard
: Standar pendekatan
pendekatan pemilihanjenis
pemilihan jenis gelagar
gelagar bangunan
bangunanatas.
atas.

No. Jenis bangunan atas Bentang efektif (m) Perbandingan


10 20 30 40 50 100 150 200 H/L

I. Struktur prategang
1 Slab berongga 1/22 (1/20 - 1/30)
2 Str. komposit sederhana : gelagar I 1/15 (1/13 - 1/20)
3 Str. komposit menerus : gelagar I 1/18 (1/16 - 1/22)
4 Str. sederhana : gelagar I 1/18 (1/16 - 1/22)
5 Str. menerus : gelagar I 1/20 (1/18 - 1/22)
6 Str. komposit sederhana : gelagar U 1/18 (1/16 - 1/20)
7 Gelagar kotak sederhana 1/20 (1/18 - 1/24)
8 Gelagar kotak menerus * 1/22 (1/20 - 1/27)
9 Gelagar kotak menerus ** 1/18 (1/16 - 1/22)
II. Struktur beton bertulang
1 Gelagar sederhana 1/15
2 Slab berongga 1/20
3 Konstruksi kaku 1/12
4 Slab di tiang 1/20

Catatan :
* = di-ereksi dengan penopang H = tinggi gelagar
** = di-ereksi dengan metoda kantilev er L = bentang

3 - 16
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Tabel 3.6. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton bertulang .

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

3 - 17
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Tabel 3.7. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatanyang menggunakan beton pratekan.

33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.

3 - 18
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Tabel 3.8. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatanyang menggunakan beton pratekan.

3 - 19
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

3.5.5 Parameter Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan


2. Perencanaan struktur bawah jembatan dilakukan dengan menggunakan Limit
States atau Rencana Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan
Serviceability Limit States (SLS).
3. Tinggi abutmen dan pilar tipikal

Abutmen Pilar

Abutmen tipe cap: 1,5 2,0m Pilar balok cap: < 10m

Abutmen tipe kodok: 2,0 3,5m Pilar dinding penuh: 5 - 25m

Abutmen tipe dinding penuh: > 4,0m Pilar portal satu tingkat: 5 - 15m

Pilar portal dua tingkat: 15 - 25m

Pilar kolom tunggal: 5-15m

4. Struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka panjang


material dan kondisi lingkungan. Persyaratan tebal minimal selimut beton yang
digunakan adalah
- Daerah normal = 30 mm
- Daerah agresif = 50 mm

3.5.6 Parameter Perencanaan Pondasi Jembatan


1. Menggunakan Working Stress Design (WSD)
2. Penentuan jenis Pondasi jembatan:

Pondasi Diameter Kedalaman Optimal


(m) (m)

Pondasi Dangkal/Telapak 0,3 3,0 -

Pondasi Caisson 2,5 4,0 3,0 9,0

Pondasi Tiang PancangPipa Baja 0,4 1,2 7,0 50

Pondasi Tiang PancangBeton 0,4 0,6 18 30


Pratekan

Pondasi Tiang Bored 0,8 1,2 18 30

3. Jenis pondasi diusahakan seragam untuk satu lokasi jembatan termasuk


dimensinya. Dihindari pondasi langsung untuk daerah dengan gerusan besar

3 - 20
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

4. Pondasi Tiang Pancang pipa baja Grade-2 ASTM-252 diisi dengan beton
bertulang non-shrinkage (semen type II) atau menggunakan pondasi tiang bor
5. Faktor Keamanan, untuk data tanah sondir:
- Tiang Pancang: End bearing=3, Friction=5;
- Sumuran: DDT=20, Geser=1,5 & Guling=1,5
6. Kalendering terakhir Tiang Pancang 1,0 3,0cm/10pukulan untuk end-bearing
dengan jenis hammer sesuai

3.5.7 Perencanaan Jalan Pendekat


1. Tinggi timbunan jalan pendekat tidak boleh melebihi H izin sebagai berikut:
a. H kritis = (c Nc + D Nq) /
b. H izin = (H kritis / SF) dengan SF = 3
2. Bila tinggi timbunan melebihi H izin harus direncanakan sistem perkuatan tanah
dasar.

3.6 PERENCANAAN TEKNIS JALAN DAN JEMBATAN


3.6.1 Persiapan
a. Tujuan
Tujuan dari tahap persiapan ini adalah untuk mengumpulkan informasi awal
mengenai kondisi topografi, geologi, tata guna lahan, lalu lintas, serta
lingkungan pada koridor lokasi pekerjaan.
b. Lingkup
Lingkup kegiatan pada pengumpulan data sekunder meliputi:
a) Peta Topografi berupa peta kontur, dengan Skala minimum 1 : 50.000
b) Peta jaringan jalan, dokumen leger jalan, data base jaringan jalan, daerah
rawan kecelakaan
c) Peta kondisi tanah, peta geologi dengan Skala minimal1 : 250.000, daerah
rawan bencana, dokumen tanah terdahulu, dan koridor trase
d) Peta wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah
e) Peta tata guna lahan
f) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di sekitar lokasi proyek
c. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dalam persiapan meliputi :
a. Laporan studi koridor (jikadiperlukan),
b. Laporan studi rancang-bangun pendahuluan,

3 - 21
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

c. Rencana pendahuluan dari alternatif perencanaan teknis (desain) yaitu:


profil atau lembar rencana, bagian-bagian yang umum, materi pekerjaan
utama yang dikenali dan dialokasikan, dan
d. Perkiraan biaya konstruksi pendahuluan untuk alternatif desain.

3.6.2 Survey Lapangan


1. Survey Pendahuluan
a. Tujuan
Tujuan Survey Pendahuluan ini adalah untuk mengumpulkan data-data awal
berdasarkan aspek-aspek yang diperlukan yang akan digunakan sebagai
dasar/referensi survey Detail/survey berikutnya dan harus dilakukan oleh
seorang ahli utama.
b. Lingkup kegiatan Survey Pendahuluan
Survey Pendahuluan Geometrik
Menentukan titik awal dan akhir proyek;
Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak;
Mengidentifikasi penerapan desain geometric;
Survey utilitas jalan dan jembatan;
Memperhitungkan kebutuhan alinyemen untuk lokasi galian,
timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong-gorong, jembatan,
dan persimpangan;
Membuat patok-patok sementara dan tanda banjir pada lokasi
proyek;
Menghitung perkiraan volume pekerjaan.
Survey Pendahuluan kondisi existing perkerasan jalan
Inventarisasi terhadap data history penanganan jalan;
Identifikasi jenis pavement;
Identifikasi kerusakan pavement.
Survey Pendahuluan Survey Topografi
Mengamati kondisi topografi;
Menyarankan posisi patok permanen (Bench Marks) pada lokasi
yang aman dan mudah dilihat.
Survey Pendahuluan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
Memperkirakan lokasi bangunan pelengkap jalan yang akan dibuat.

3 - 22
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Survey Pendahuluan Jembatan


Menentukan dan memperkirakan total panjang, lebar, kelas
pembebanan jembatan, tipe konstruksi, dengan pertimbangan
terkait dengan LHR, estetika, lebar sungai, kedalaman dasar sungai,
profil sungai/ada tidaknya palung, kondisi arus dan arah aliran,
sifat-sifat sungai, scouring vertikal/horisontal, jenis material
bangunan atas yang tersedia dan paling efisien;
Menentukan dan memperkirakan ukuran dan bahan tipe abutmen,
pilar, pondasi, bangunan pengaman (bila diperlukan);
Memperkirakan elevasi muka jembatan dengan
mempertimbangkan MAB (banjir), MAN (normal), MAR (rendah) dan
banjir terbesar yang pernah terjadi;
Menentukan dan memperkirakan posisi/letak lokasi jembatan
dengan mempertimbangan situasi dan kondisi sekitar lokasi.
Survey Pendahuluan Geoteknik
Melakukan pengambilan data mengenai karakteristik tanah, perkiraan
lokasi sumber material, dan mengantisipasi dan mengidentifikasi lokasi
yang akan longsor;
Mengidentifikasi lokasi/titik pengujian antara lain Bor, Sondir, DCP,
Test Pit;
Memberikan rekomendasi rencana trase alinyemen jalan;
Mengidentifikasi masalah-masalah geoteknik, bahaya, resiko-resiko, dan
batasan-batasan proyek;
Mencatat pengamatan visual menurut stasiun, patok kilometer atau
informasi lokasi lain seperti GPS.
Survey Pendahuluan Drainase
Melakukan pengumpulan data mengenai curah hujan, luas daerah
tangkapan, drainase eksisting, serta karakterisitik aliran sungai;
Mengamati kondisi lokasi berkaitan dengan kemiringan tanah dan pola
aliran serta tata guna lahan;
Mengamati Muka Air Banjir maksimum yang pernah terjadi.
Survey Pendahuluanldentifikasi Rona Lingkungan Awal dilakukan
apabila tidak terdapat Dokumen Lingkungan pada saat Pra Studi
Kelayakan/StudiKelayakan (Pra FS/FS).
Mengidentifikasi komponen lingkungan dari berbagai aspek (biologi, fisik-
kimia, sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat);
Mengumpulkan data mengenai lokasi bangunan bersejarah/bangunan
budaya serta benda cagar budaya;

3 - 23
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Mengidentifikasi lokasi dan batas-batas wilayah kawasan lindung di sekitar


rencana trase alinyemen jalan;
Memprakirakan kebutuhan lahan untuk ruang milik jalan (rumija)rencana
trase alinyemen jalan;
Menentukan jenis dokumen lingkungan yang harus disusun (AMDAL/UKL-
UPL/SPPL).
c. Keluaran survey pendahuluan meliputi :
Laporan seluruh hasil survey pendahuluan berkaitan dengan konsep desain
yang merupakan koreksi atau review dari desain awal yang akan diterapkan
dengan mempertimbangkan faktor-faktor berdasarkan seluruh hasil survey
pendahuluan termasuk gambar sketsa, foto-foto dan data sekunder yang
dibutuhkan;
Laporan tindak lanjut survey pendahuluan yaitu survey detail yang didalamnya
memuat beberapa survey detail yang harus dilakukan termasuk batasan
koridor pengambilan data;
Laporan kriteria desain perencanaan yaitu konsep desain jalan atau jembatan
berdasarkan kondisi terain, survey, dan lingkungan.
Penerapan Survey Pendahuluan dan lingkup kegiatan survey dapat
disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.

2. Survey Detail
a. Survey Topografi
(1) Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan
data koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana
trase jalan dan jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk
penyiapan peta topografi.

(2) Lingkup Pekerjaan:


1. Pengukuran titik kontrol horisontal;
2. Pengukuran titik kontrol vertikal;
3. Pengukuran situasi;
4. Pengukuran penampang melintang;
5. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan dengan
sungai atau jalan.

(3) Persyaratan
a. Pengukuran Topografi mengacu pada pedoman pengukuran
Topografi untuk Jalan dan Jembatan No. 010/PW/2004;
b. Titik kontrol horisontal diukur dengan menggunakan metode
penentuan posisiGlobal Positioning System (GPS) secara diferensial.

3 - 24
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

GPS atau nama lengkapnya NAVSTARGPS merupakan singkatan


dari Navigation SatelliteTiming and Ranging Global Positioning
System. Metode yang digunakan adalah metode diferensial dengan
menggunakan lebih dari satu receiver GPS dimana minimal satu titik
digunakan sebagai titik referensi (basestation) dan yang lainnya
ditempatkan pada titik yang akan diukur. Titik referensi yang
digunakan adalah titik referensi Bakosurtanal ataupun Badan
Pertanahan Nasional. Untuk merapatkan titik kontrol horisontal
dapat dilakukan pengukuran menggunakan metode poligon
dengan menggunakan alat Total Station;
c. Sistem koordinat proyeksi yang digunakan adalah sebagai Sistem
koordinat proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM).
d. Pengukuran dengan menggunakan GPS dilakukan setiap interval
5000 m (setiap 5 Km).
e. Pengukuran Titik Kontrol Horisontal Harus menggunakan Jenis Total
Station (TS) dengan Ketelitian 10 untuk sudut, 10 untuk jarak.
f. Pengukuran untuk titik kontrol Vertikal harus menggunakan peralatan
Waterpass jenisautolevel dengan ketelitian 2 mm.

(4) 5 Komponen yang berhubungan dengan mutu data:


a. Akurasi posisi. Seberapa dekat koordinat dari suatu objek dengan
lokasi aktualnya.
b. Akurasi atribut. Seberapa detil dan benar penjelasan dari suatu objek.
c. Konsistensi Logis. Tingkatan dari permasalahan geometris dan
inkonsistensi dalam pekerjaan drafting dari kumpulan data.
d. Kelengkapan data. Keputusan-keputusan yang menentukan apakah
isi yang terdapat dalam kumpulan data.
e. Legalitas. Apa sumber yang digunakan untuk menyusun himpunan
data dan apakah langkah-Iangkah yang diambil untuk memproses
data?

(5) Keluaran survey Topografi meliputi :


a. Laporan survey Topografi meliputi
Data pengukuran dan hitungan pengukuran topografi yang telah
diterima;
Data Koordinat dan elevasi Bench Mark;
Foto dokumentasi proses pengukuran dan Bench Mark.

3 - 25
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

b. Peta topografi (peta transies) yang dilengkapi peta kontur terrain


dengan skala yang disesuaikan dengan jenis perencanaan teknis
yang akan dilakukan.

b. Survey Drainase
(1) Tujuansurvei drainase dan hidrolika yang dilaksanakan dalam pekerjaan
ini adalah untuk mengumpulkan data hidrologi dan karakter/perilaku aliran
air pada bangunan air yang ada (sekitar jembatan maupun jalan), guna
keperluan analisis hidrologi, penentuan debit banjir rencana (elevasi
muka air banjir), perencanaan drainase dan bangunan pengaman
terhadap gerusan, river training (pengarah arus) yang diperlukan.

(2) Lingkup:
a. Melaksanakan survai lapangan mengumpulkan informasi yang cukup
untuk menggambarkan tingkat histori banjir, tanggal terjadinya banjir
dan setiap perubahan-perubahan fisik infrastruktur yang berdampak
pada aliran banjir.
b. Pengukuran struktur-struktur hidrolik harus didasarkan pada
kombinasiprosedur-prosedur perkiraan curahan hujan wilayah, teknik-
teknik seperti metode rasional probabilistic serta pengamatan terbaru
dan tingkat histori banjir.
c. Menentukan daerah-daerah tangkapan berdasarkan peta-peta;
d. Mengumpulkan informasi histori banjir yang tersedia (tingkatan dan
penanggalan);
e. Mencatat lokasi-Iokasi drainase yang ada meliputi permasalahan
banjir;
f. Mencatat dan memberi acuan banjir/sumber informasi drainase;
g. Kapasitas aliran air (run off) dan Debit aliran air yang akan diterima
oleh drainase yang akan direncanakan;
h. Data curah hujan yang digunakan dalam desain drainase.

(3) Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) No: 03-3424-1994 atau Standar Nasional Indonesia
(SNI) No: 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1987 (Tata Cara Perencanaan
Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai), Pedoman
Perencanaan Drainase Jalan Pd.T.02-2006-B, Manual Hidrolika untuk

3 - 26
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Jalan dan Jembatan No.01/BM/05, sertapedoman lain yang


dipersyaratkan.

(4) Keluaran Survey Drainase


Keluaran yang dihasilkan dari Survey Drainase berupa Laporan Drainase yang
di dalamnya memuat:
a. Data Identifikasi semua aliran air yang ada dan lintasan-lintasan drainase;
b. Daerah-daerah tangkapan berdasarkan peta-peta topografi;
c. Informasi histori banjir yang tersedia (tingkatan dan tanggal kejadian);
d. Lokasi-Iokasi drainase yang ada meliputi permasalahan banjir;
e. Acuan banjir/sumber informasi drainase;
f. Kapasitas aliran air (runoff) dan Debit aliran air permukaan yang akan
diterima oleh drainase yang akan direncanakan;
g. Data curah hujan yang digunakan dalam desain drainase;
h. Dimensi saluran dan gorong-gorong;
i. Potensi erosi baik erosi tebing maupun erosi dasar sungai/saluran baik erosi
umum (generalscouring) maupun local (localscouring).

c. Survey Geoteknik
(1) Tujuan
a) Tujuan yang utama dari penyelidikan geoteknik lapangan dan bawah
permukaan adalah untuk memberikan informasi tentang kondisi
bawah permukaan tanah, bahaya geoteknik, dan ketersediaan tanah,
agregat dan batuan pada perencana.
b) Sangat disarankan untuk menggunakan Pedoman Geoteknik untuk
penyelidikan tanah lunak Pt.T-9-2002-B dan pengujian laboratorium
untuk tanah lunak Pt.M-01-2002-B bilamana terdapat suatu kondisi
tanah dasar yang lunak (Soft Soil).

(2) Lingkup
a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu
c. Melakukan pemboran mesin dan pemboran tangan
d. Melakukan sondir
e. Pengukuran DCP
f. Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan,
perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan yang
timbul.

3 - 27
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

g. Pengujian TestProperties tanah baik dari contoh tanah tidak


terganggu (undisturbsamples) maupun tanah terganggu
(disturbsample) berupa Unconfined, Kadar air, berat jenis, nilai
kohesi, nilai sudut geser dalam, tekanan air pori tanah, nilai
permeabilitas, dan lain-lain yang diperlukan berkaitan dengan
kebutuhan perencanaan.
(3) Persyaratan

Tabel 3.9. Persyaratan Data Geoteknik

No Jenis Tanah Kebutuhan Data

1. Sub grade CBRLapangan

2. Timbunan

CBR Lapangan, KuatGeser,


a. Lebih Kecilsama dengan 3m
Kompresibility

b. LebihBesardari3m CBRLaboratorium,KuatGeser,
Kompresibility&Test Properties
CBR Laboratorium, KuatGeser,
3. Tanah Asli
Kompresibility &TestProperties
CBR Laboratorium, KuatGeser,
4. Galian
Kompresibility &Test Properties
CBR Laboratorium, KuatGeser,
5. Tanah Lunak *)
Kompresibility&TestProperties
*Penyelidikan Tanah Lunak harus melakukan penyelidikan geohidrologi

(4) Keluaran survey Geoteknik


Keluaran dari survey Geoteknik berupa:
(a) Laporan penyelidikan tanah yang didalamnya memuat:
- Tanah berupa nilai CBR,
- Properties Tanah berupa nilai (Strength and index properties of soil)
- Kadar air,
- Berat Jenis.
- dll
(b) Peta penyebaran tanah yang di dalamnya memuat :
- Kondisi lapisan tanah.
- Daerah rawan longsor
- DII
(c) Foto Dokumentasi

3 - 28
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

d. Survei Lalu lintas


(1) Tujuan
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi lalu lintas,
kecepatan kendaraan rata-rata, menginventarisasi jalan yang ada, serta
menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas
jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas
harian rata- rata sebagai dasar perencanaan peningkatan jalan.

(2) Lingkup
a) Pengumpulan data lalu lintas dilakukan setelah mengetahui koridor
trase lokasi perencanaan yang akan dilakukan, yang merupakan
hasil keluaran dari pengumpulan data awal berupa titik-titik survey.
b) Data lalu lintas yang telah didapatkan harus dianalisis sehingga
mendapatkan data yang siap pakai berupa kondisi LHR eksisting
dalam satuan kendaraan/hari dan smp/hari serta kecepatan
perjalanan pada kondisi tata guna lahan tertentu dalam km/jam.
(3) Persyaratan
Standar pengambilan dan perhitungan data harus mengacu pada buku
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 036/T/BM/1997, Pedoman
Survey Pencatatan Lalulintas dengan cara Manual Pd/T.19-2004-B, atau
Pedoman yang dipersyaratkan.
(4) Keluaran dari Survey Lalu lintas
Keluaran yang dihasilkan dari survey lalu lintas berupa laporan yang
didalamnya memuat :
a. Data LHR untuk perhitungan kapasitas jalan dan perhitungan
perkerasan jalan.
b. Data spektrum beban untuk perhitungan perkerasan jalan.
c. Foto dokumentasi.
d. Data lapangan.
e. Survey Kondisi Perkerasan
(1) Tujuan
Survey kondisi perkerasan bertujuan untuk mengetahui kondisi
perkerasan jalan eksisting, jenis perkerasan, serta permasalahan yang
sering terjadi pada jalan tersebut. Hal ini digunakan sebagai dasar
perencanaan Perkerasan Jalan.

3 - 29
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

(2) Lingkup
1. Menganalisa data lapangan, desain, dan gambar yang diperoleh dari
survey pendahuluan
2. Menentukan variabel-variabel rencana seperti nilai CBR, nilai
lendutan.
3. Melakukan desain perkerasan yaitu tebal dan tipe perkerasan.
(3) Persyaratan
Persyaratan survey kondisi perkerasan harus mengacu pada pedoman
yang berlaku atau sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam Kerangka
Acuan Kerja.

Tabel 3.10. Pengujian perkerasan dan interval sampling

Pengerjaan Pengujian Min Max

DCP 100 500

Rekonstruksi jalan eksisting Test Pit 500 2000


yang beraspal
Defleksi 25 200

(4) Keluaran survey kondisi perkerasan jalan


Keluaran yang dihasilkan dari survey kondisi perkerasan berupa laporan
yang didalamnya memuat:
1. Data history penanganan
2. Data lendutan (Benkleman Beam/Falling Weight Deflectometer)
3. Data CBR eksisting.
4. Jenis lapisan dan ketebalan perkerasan eksisting

3.6.3 Pengendalian Survey Pendahuluan dan Survey Detail.


Pengendalian survey bertujuan sebagai kendali mutu pengambilan data, kendali
mutu tersebut diantaranya:
a. Setiap akan melaksanakan kegiatan survey baik pendahuluan maupun survey
detail pelaksana kegiatan wajib mengajukan jadwal kegiatan yang dilengkapi
dengan konsep perencanaan (Desain) yang akan diterapkan termasuk metode
survey yang akan dilakukan dan kemudian ditindaklanjuti dengan surat ijin
melakukan survey baik pendahuluan maupun detail yang dikeluarkan oleh
Kepala Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen.
b. Proses survey baik pendahuluan maupun survey detail wajib diawasi dimulai
dari persiapan peralatan sampai pada proses survey oleh petugas yang ditunjuk
oleh Kepala Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen.

3 - 30
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

c. Data hasil pengambilan pada survey detail wajib diperiksa kebenarannya


sebelum dilakukan proses desain. Proses desain dapat dilakukan apabila data
hasil survey detail sudah dapat diterima atau disetujui oleh Kepala Satuan Kerja
atau Pejabat Pembuat Komitmen.
d. Adanya berita acara pemeriksaan baik terhadap survey pendahuluan maupun
survey detail yang dikeluarkan oleh Kepala Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat
Komitmen.

3.6.4 Proses Desain/Perencanaan Teknis


1. Tujuan
Menyiapkan dokumen perencanaan teknis yang terdiri dari:
- Gambar Desain
- Engineering Estimate
- Dokumen Lelang dan Spesifikasi
2. Lingkup
a. Merencanakan desain geometrik jalan dengan mengacu pada ketentuaan
Standar Perencanaan Geometrik Jalan baik antar kota maupun perkotaan
b. Merencanakan geometrik dan tipe jembatan dengan mengacu pada
ketentuaan Standar Bangunan Atas Jembatan yang berlaku di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Marga.
c. Melakukan perencanaan tebal perkerasan baik perkerasan kaku maupun
fleksibel dengan mengacu pada pedoman perencanaan tebal perkerasan
lentur dan tebal perkerasan kaku.
d. Melakukan perencanaan drainase dan bangunan perlengkapan jalan.
e. Melakukan perencanaan manajemen dan keselamatan lalu lintas.
f. Melakukan perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) konstruksi
sesuai
Permen PU. 09 tahun 2008.
g. Melakukan analisa resiko yang harus dituangkan dalam laporan
perencanaan teknis yang di dalamnya memuat:
- Identifikasi resiko
- Analisis resiko
- Penilaian resiko
- Mitigasi resiko
- Alokasi resiko
h. Menyiapkan peta penyebaran tanah berkaitan dengan kondisi geologi.

3 - 31
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

3. Persyaratan
Proses perencanaan harus mengacu pada Standar, Pedoman yang berlaku
seperti standar atau pedoman yang tertulis pada acuan normatif atau referensi
lain yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja.
4. Penggambaran
a. Penggambaran Desain Jalan:
Alinyemen Horizontal dengan Skala 1: 1000
Alinyemen Vertikal dengan Skala 1: 100
Potongan Melintang Skala Horizontal: 1:200, Skala Vertikal: 1: 100
b. Penggambaran Desain Jembatan, Longsoran dan Persimpangan Sebidang
Alinyemen Horizontal dengan Skala 1: 500
Alinyemen Vertikal dengan Skala 1: 50
Potongan Melintang Skala Horizontal: 1: 100, Skala Vertikal: 1:50
5. Pengendalian proses perencanaan teknis.
Pengendalian pada saat proses perencanaan teknis dilakukan agar desain yang
dihasilkan memenuhi persyaratan secara teknis, proses pengendalian dilakukan
terhadap:
a. Konsep desain awal berdasarkan data sekunder harus mendapat
persetujuan dari Kepala Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen.
b. Konsep desain berdasarkan data survey pendahuluan dan survey detail
yang review terhadap desain awal harus diperiksa dan diasistensikan
kepada Kepala Satuan kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen.
c. Pemeriksaan dan Asistensi perencanaan secara bertahap wajib
dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada Kepala Satuan Kerja/Pejabat
Pembuat Komitmen
d. Pengecualian terhadap desain yang tidak memenuhi standar harus
mendapat persetujuan dari Pejabat Eselon 1 dengan melampirkan alasan
desain yang dipilih yang dilengkapi dengan perhitungan serta mitigasi resiko.
e. Penggunaan teknologi baru dapat digunakan sesuai dengan surat edaran
Dirjen No. 05/SE/Db/2008 dari Direktorat Jenderal Bina Marga.
f. Penerapan dan penggunaan Spesifikasi Khusus dapat mengikuti Pedoman
No. 006/BM/2009 Tentang Penyusunan Spesifikasi Khusus Jalan dan
Jembatan
6. Keluaran yang dihasilkan dalam proses perencanaan
Keluaran yang dihasilkan pada tahap perencanaan adalah:
a. Laporan Detail Desain

3 - 32
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

- Gambar Perencanaan Teknis (Desain) jalan/jembatan dalam ukuran


kertas A3, agar dapat digunakan pada saat penerapan di lapangan.
- Laporan perencanaan tebal perkerasan lentur/perkerasan kaku termasuk
analisisnya.
- Laporan Geoteknik yang didalamnya memuat seluruh penyelidikan tanah
serta peta penyebaran tanah serta foto dokumentasi.
- Laporan Topografi yang didalamnya memuat seluruh data pengukuran
termasuk hasil perhitungan serta foto dokumentasi.
- Laporan Drainase yang didalamnya memuat seluruh data survey hidrologi
termasuk analisis perhitungan.
b. Laporan Engineering Estimate
c. Laporan konsep metode konstruksi
d. Standar Dokumen Lelang termasuk didalamnya Spesifikasi Teknis.

3 - 33
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Diagram Proses Perencanaan Teknis Jalan Mulai Dari Tahap Persiapan s.d Penyusunan Dokumen Lelang

SURVEY BILA PERLU


PENDAHULUAN EVALUASI OLEH
OLEH PARA PARA AHLI
PEMAHAMAN
KONFIRMASI AHLI (Higway, (Higway, Traffic,
MENYUSUN MASALAH DAN LAKSANAKAN
RUANG Traffic, VALIDASI DATA DATA PERENCANAAN Drainage,
RENCANA MASUKAN SURVEY SECARA OK?
LINGKUP Drainage, SURVEY PERENCANAAN PENDAHULUAN Environment,
SURVEY PARA AHLI DI RINCI
PEKERJAAN Environment, Geodetic,
Lokasi LAPANGAN
Geodetic, Geotech
Jenis Pekerjaan
Lokasi Geotech Waktu Lokasi dan Panjang Engineers)
Jenis survey
Jenis Pekerjaan Biaya Personil Prof/Sub-Prof
Panjang Engineers)
Panjang Lokasi Detil Peralatan Survey
Personil Prof/Sub-Prof
Kriteria Dalam Lokasi Transportasi
Peralatan Survey
Standar yang dipakai Jenis Pekerjaan Waktu
Transportasi
Mutu Produk Jenis survey Biaya
Waktu
Waktu Panjang Persyaratan Output
Biaya
Biaya Persyaratan Output Personil Prof/Sub-Prof Persyaratan Output
Peralatan Survey Permasalahan Detil KAJIAN
INTERNAL
Transportasi Estimasi Solusi MITIGASI
Koordinasi Jenis Survey Detil yang Jenis dan Freq. Survey
REVIEW OK?
LINGKUNGAN
Waktu diperlukan Pengujian Lab
Biaya PersyaratanOutput
Persyaratan Output Mutu data waktu

RUMIJA RUMIJA
DISETUJUI DIAJUKAN
PROSES PEMBEBASAN LAHAN KEPADA OK? KEPADA
PENGGUNA PENGGUNA
JASA JASA

BASIC DESIGN
DIAJUKAN
KONSEP PERENCANAAN DIAJUKAN
KEPADA EVALUASI OLEH
RENCANA OK? DETIL SETIAP OK? KEPADA
PENGGUNA PARA AHLI
AKHIR KOMPONEN PENGGUNA
JASA
JASA

MASTER DOKUMEN
PELELANGAN YANG
OK?
TELAH DISETUJUI

PENYUSUNAN DOKUMEN
RENCANA
DOKUMEN PELELANGAN PELELANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI
AKHIR
PELELANGAN SELESAI

PEMBEBASAN
LAHAN SELESAI

3 - 34
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

3.6.5 Penyiapan Dokumen Lelang


Dokumen lelang berpedoman pada dokumen standar yang telah disetujui Bank
Dunia
Dokumen lelang terdiri atas :
1. Prosedur lelang terdiri dari:
Seksi I Instruksi kepada peserta lelang
Seksi II Data Lelang
Seksi III Evaluasi dan kriteria kualifikasi
Seksi IV Bentuk-bentuk lelang (surat penawaran, informasi kualifikasi,
surat penunjukan pemenang, perjanjian kemitraan dan perjanjian kontrak)
Seksi V Negara-negara yang eligible (memenuhi syarat)
2. Ketentuan pekerjaan
Seksi VI Persyaratan Pekerjaan
Seksi VI 1Lingkup Pekerjaan
Seksi VI 2Spesifikasi
Seksi VI 3Gambar
3. Bentuk kontrak dan syarat-syarat umum kontrak
Seksi VII Syarat-syarat umum kontrak
Seksi VIII Syarat-syarat khusus kontrak
Seksi IX Lampiran pada syarat-syarat khusus bentuk bentuk Form

3.7 PROSEDUR REVISI DESAIN


Perencanaan teknis dengan Detailed Engineering Design (DED) pada hakekatnya
tidak memerlukan Revisi Desain. Revisi Desain dilakukan untuk hal-hal yang sangat
sensitif dan penanganan khusus karena pada saat di lakukan DED tidak dapat
diprediksi, misalnya akibat bencana alam atau penyesuaian produk Original Design
(Jalan dan Jembatan) yang pelaksanaan konstruksinya tidak dimulai tepat waktu
seperti yang dikehendaki didalam perencanaan teknis (tertunda 2-3 tahun) sehingga
jalan eksisting kondisinya sudah berubah secara signifikan dibandingkan dengan
kondisi pada saat Desain dibuat, atau jembatan yang kondisinya sudah berubah
terutama menyangkut lebar bentang.

Prosedur teknis Revisi Desainsecara garis besar dapat digambarkan disini sebagai
berikut:
a. Pengumpulan data dari original design.
b. Survai lapangan untuk kondisi jalan dan jembatan dan lain-lain sesuai kebutuhan
revisi design.

3 - 35
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

c. Melakukan revisi desain berdasarkan hasil dari pengumpulan data-data dari


sumber di atas.
Prosedur Revisi Desain sesuai yang diuraikan pada Bab 7 Implementasi Kontrak.

3.8 KESELAMATAN JALAN (ROADS SAFETY).

3.8.1 Kebijakan Terkait Penyelenggaraan Jalan yang Berkeselamatan


Perserikatan Bangsa Bangsa pada Maret tahun 2010 telah mendeklarasikan Decade
of Action (DoA) for Road Safety 2011 2020 yang bertujuan untuk mengendalikan
dan mengurangi tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas jalan secara global.
Deklarasi PBB ini telah ditindaklanjuti oleh Pemerintah RI dengan menyusun
Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) 2011 2035 yang berisikan 5
(lima) pilar keselamatan jalan, yaitu:
1. Pilar-1: Manajemen Keselamatan Jalan,
2. Pilar-2: Jalan yang Berkeselamatan,
3. Pilar-3: Kendaraan yang Berkeselamatan,
4. Pilar-4: Perilaku Pengguna Jalan yang Berkeselamatan,
5. Pilar-5: Penanganan Korban Pasca Kecelakaan.

Presiden Republik Indonesia, dalam rangka penguatan koordinasi antar pemangku


kepentingan di bidang keselamatan jalan dan untuk pelaksanaan Resolusi PBB No.
64/255 tanggal 10 Maret 2010 tentang Improving Global Road Safety melalui
Program Decade of Action for Road Safety 2011-2020, telah menginstruksikan
kepada Kementerian Pekerjaan Umum dalam hal ini, Menteri Pekerjaan Umum
melalui Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi
Keselamatan Jalan sebagai penyelenggara jalan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan, bertanggung jawab pada Pilar-2:
Jalan yang Berkeselamatan, yang fokus kepada:
a. Badan Jalan yang Berkeselamatan;
b. Perencanaan dan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan yang Berkeselamatan;
c. Perencanaan dan Pelaksanaan Perlengkapan Jalan;
d. Penerapan Manajemen Kecepatan;
e. Menyelenggarakan Peningkatan Standar Kelaikan Jalan yang Berkeselamatan;
f. Lingkungan Jalan yang Berkeselamatan;
g. Kegiatan Tepi Jalan yang Berkeselamatan.

3 - 36
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Tanggung jawab Menteri Pekerjaan Umum dalam menyediakan infrastruktur jalan


yang lebih berkeselamatan dengan melakukan perbaikan mulai tahap perencanaan,
desain, konstruksi dan operasional jalan.

Direktorat Jenderal Bina Marga yang menangani infrastruktur jalan dalam Rencana
Strategis (Renstra) 2010-2014 telah mengindikasikan bahwa lebih dari 30% ruas
jalan nasional yang ada masih memiliki spesifikasi penyediaan prasarana jalan sub-
standar, yang dapat meningkatkan resiko keselamatan jalan. Untuk itu Ditjen. Bina
Marga telah menyusun beberapa kebijakan dan strategi terkait keselamatan jalan,
antara lain, yaitu :

1. Kebijakan penyusunan rencana teknis yang berbasis keselamatan jalan,


2. Kebijakan penanganan segmen rawan kecelakaan (defisiensi jalan), dalam
upaya peningkatan keselamatan jalan,
3. Pemanfaatan manajemen keselamatan jalan selama masa konstruksi.

Untuk mewujudkan kebijakan dan strategi yang tertuang di dalam Renstra 2010-
2014 tersebut di atas, dalam Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga No.
02/IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan, telah
menginstruksikan jajaran di bawahnya antara lain untuk :

1. Mewujudkan infrastruktur jalan yang lebih berkeselamatan bagi pengguna jalan


melalui program Rencana Umum Nasional Keselematan Jalan,
2. Melakukan rekayasa keselamatan jalan pada tahap perencanaan jalan,
konstruksi jalan dan operasional jalan,
3. Dalam melakukan rekayasa keselamatan jalan sebagaimana dimaksud di atas,
berpedoman pada :
a. Panduan Teknis-1 : Rekayasa Keselamatan Jalan
b. Panduan Teknis-2 : Manajemen Hazard Sisi Jalan
c. Panduan Teknis-3 : Keselamatan di Zona Pekerjaan Jalan

3.8.2 Rekayasa Keselamatan Jalan


Salah satu tujuan dari proyek RRDP adalah, penyediaan jalan yang berkeselamatan.
Apa yang dimaksud dengan penyediaan jalan yang berkeselamatan?

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang


Jalan dan Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan adalah, prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

3 - 37
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.

Keselamatan jalan, menurut Permen PU No. 19 Tahun 2011 Tentang Persyaratan


Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan adalah, pemenuhan fisik
elemen jalan terhadap persyaratan teknis jalan dan kondisi lingkungan jalan yang
menghindarkan atau tidak menjadi sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Keselamatan dalam perencanaan geometric jalan mengarah pada tiga sasaran
utama yaitu:
1. Membantu tingkat keseragaman dan konsistensi dijalan, khususnya jalan yang
melewati batas administratif.
2. Membantu menjamin bahwa desain jalan yang dihasilkan memuaskan, bahkan
dalam yurisdiksi yang kurang berpengalaman dalam perancangan jalan.
3. Menghindari desain yang berlebihan dan menjamin bahwa biaya dua poin
pertama khususnya berpengaruh langsung pada keselamatan jalan, keduanya
adalah alas an mengapa standar perancangan geometric harus diikuti.

Dari bahasan di atas, dapat disimpulkan rekayasa keselamatan jalan berupa


pemenuhan fisik elemen jalan, harus meliputi :
a. Bagian jalan, yang meliputi perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan;
b. Bangunan pelengkap jalan, yang meliputi jembatan, gorong gorong, tembok
penahan tanah dan saluran tepi jalan;
c. Perlengkapan jalan, yang meliputi pagar pengaman, rambu lalu lintas, marka
jalan, patok kilometer, patok pengarah, dan lain lain.

Dalam mewujudkan jalan yang berkeselamatan dibutuhkan alat rekayasa


keselamatan jalan yang meliputi :
1. Audit Keselamatan Jalan
2. Manajemen Lalu Lintas
3. Laik dan Fungsi Jalan

3.8.3 Audit Keselamatan Jalan


Audit keselamatan jalan merupakan bagian dari strategi pencegahan kecelakaan lalu
lintas dengan suatu pendekatan perbaikan terhadap kondisi desain geometri,
bangunan pelengkap jalan, fasilitas pendukung jalan yang berpotensi mengakibatkan
konflik lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas melalui suatu konsep pemeriksaan jalan
yang komprehensif, sistematis, dan independen.

3 - 38
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Dalam Permen PU No. 19 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan dijelaskan bahwa audit keselamatan jalan (AKJ)
merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan teknis akhir yang
dilakukan setelah perencanaan teknis rinci dan sebelum perencanaan teknis akhir
difinalkan.

1. Tujuan dan Manfaat Audit Keselamatan Jalan


Tujuan utama audit keselamatan jalan adalah untuk:
a. Mengidentifikasi potensi permasalahan keselamatan bagi pengguna jalan
dan yang pengaruh-pengaruh lainnya dari proyek jalan, dan
b. Memastikan bahwa semua perencanaan/desain jalan baru dapat beroperasi
semaksimal mungkin secara aman dan selamat.

Sedangkan manfaat dari audit keselamatan jalan adalah untuk :


a. Mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan pada
suatu ruas jalan,
b. Mengurangi parahnya korban kecelakaan,
c. Menghemat pengeluaran negara untuk kerugian yang diakibatkan kecelakaan
lalu lintas, dan
d. Meminimumkan biaya pengeluaran untuk penanganan lokasi kecelakaan suatu
ruas jalan melalui pengefektifan desain jalan.

2. Tahapan Audit Keselamatan Jalan


Audit keselamatan jalan dapat dilakukan pada 6 (enam) tahapan, yaitu :
a. Audit tahap pra rencana (pre design stage),
b. Audit pada tahap draft design (draft engineering design stage),
c. Audit pada tahap detail desain (detailed engineering design stage),
d. Audit pada tahap pelaksanaan konstruksi (construction stage),
e. Audit pada tahap pra pembukaan jalan (pre opening stage),
f. Audit pada tahap ruas jalan sudah beroperasi secara penuh/jalan eksisting
(operational road/existing road stage).

Pada proyek RRDP audit keselamatan jalan hanya dilakukan pada dua tahapan,
yaitu: tahap detail desain dan tahap pelaksanaan konstruksi. Audit Keselamatan
Jalan dilakukan oleh CTC RRDP pada semua paket yang ada sebanyak 11 paket,
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pada Tahap Detail Desain dengan melaksanakan pemeriksaan desain yang
meliputi:

3 - 39
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

i). geometrik jalan (vertikal dan horisontal),


ii). lay-out dan desain akses/persimpangan,
iii). fasilitas penyeberangan/pejalan kaki,
iv). bangunan pelengkap jalan,
v). marka jalan dan penempatan rambu,
vi). tata letak lampu penerangan jalan,
vii). pagar pengaman,
viii). dan lain lain.

b. Tahap Pelaksanaan Konstruksi dengan melakukan pemeriksaan dilapangan


terhadap desain yang telah direncanakan dan kondisi actual lapangan untuk
mengetahui :
i). konsistensi penerapan standar geometri jalan secara keseluruhan,
ii). konsistensi penerapan desain akses/persimpangan,
iii). konsistensi penerapan marka jalan, penempatan rambu, dan bangunan
pelengkap jalan,
iv). kondisi penerangan jalan,
v). dan lain lain.

3. Keterkaitan Audit Keselamatan Jalan dengan Pihak Lain dan Sistem Pelaporan
Audit Keselamatan Jalan dilakukan oleh Tim Audit CTC RRDP dan memiliki
keterkaitan dengan Design and Supervision Consultant (DSC), PMU RRDP dan
Satker/PPK Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN).

Hasil audit keselamatan jalan tahap detail desain akan dibuatkan laporannya dan
diserahkan kepada Direktorat Bina Teknik (c.q. Subdirektorat Teknik Lingkungan
dan Keselamatan Jalan) untuk pemeriksaan dan pelaporan, serta diserahkan
kepada PMU RRDP sebagai pelaporan dan kepada DSC untuk ditindak lanjuti
dengan Review DED.

Hasil audit keselamatan jalan tahap pelaksanaan konstruksi akan diserahkan


kepada Direktorat Bina Teknik (c.q. Subdirektorat Teknik Lingkungan dan
Keselamatan Jalan) untuk pemeriksaan dan pelaporan, serta diserahkan kepada
PMU sebagai pelaporan serta kepada DSC untuk diteruskan kepada Satker
Pelaksanaan Jalan untuk dijadikan sebagai bahan untuk Tender Pelaksanaan
Fisik.

Untuk jelasnya keterkaitan audit keselamatan jalan dengan pihak lain dan sistem
pelaporan seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

3 - 40
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Gambar 3.1. Keterkaitan Audit Kesjal dengan Pihak Lain dan Sistem Pelaporan

3.8.4 Manajemen Lalu Lintas Selama Pelaksanaan Konstruksi


Pada umumnya pekerjaan jalan dilaksanakan pada atau dekat dengan arus lalu
lintas, yang berada di daerah manfaat jalan (Rumaja). Apabila tidak dikelola dengan
baik akan berdampak kepada kinerja lalulintas dikarenakan adanya penyempitan
lajur jalan dan hambatan samping yang dapat meningkatkan risiko kemacetan lalu
lintas dan kecelakaan bagi pengguna jalan atau pekerja. Untuk mengantisipasi hal
itu perlu dilakukan manajemen atau pengendalian lalu lintas yang direncanakan
sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai.

Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan mewajibkan Penyelenggara


jalan menjaga kelancaran dan keselamatan lalu lintas selama pelaksanaan
konstruksi jalan. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga
mewajibkan seperti yang tercantum pada pasal 23 ayat 1 yaitu, Penyelenggara Jalan
dalam melaksanakan preservasi jalan dan/atau peningkatan kapasitas jalan wajib

3 - 41
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

menjaga Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan. Pada proyek RRDP, manajemen lalu lintas selama pelaksanaan
konstruksi sudah tercantum dalam General Specification, Division 1 article 1.8.4
tentang Temporary Traffic Control.

Manajemen lalu lintas selama pelaksanaan konstruksi Keselamatan pekerjaan jalan


adalah ketentuan tentang rambu, pagar keselamatan, delineasi dan perangkat
keselamatan lainnya untuk memastikan risiko pengguna jalan dan pekerja pada
lokasi pekerjaan jalan, sekecil dan sepraktis mungkin. Tujuan manajemen lalu lintas
dan perambuan yang efektif dan berkeselamatan pada pekerjaan jalan adalah:

a. memberikan lingkungan kerja yang berkeselamatan bagi pekerja di lapangan;


b. memperingatkan pengguna jalan dan pejalan kaki yang mendekati pekerjaan
jalan;
c. memandu pengguna jalan untuk melintasi, melewati, atau mengelilingi lokasi
pekerjaan dengan berkeselamatan;
d. meminimalkan ketidaknyamanan para pengguna jalan; dan
e. meminimalkan ketidaknyamanan bekerja di lokasi pekerjaan jalan.

Ada dua (2) hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan manajemen lalu lintas
selama pelaksanaan konstruksi jalan, yaitu:
a. Konsep Zona, dan
b. Perangkat pengaturan lalu lintas.

1. Konsep Zona
Konsep Zona adalah suatu metode pembagian lokasi pekerjaan menjadi lima
zona terpisah berdasarkan fungsi, sebagai berikut :
a. Zona Peringatan Dini adalah segmen jalan dimana pengguna jalan
diinformasikan tentang akan adanya pekerjaan jalan dan apa yang harus
dilakukan.
b. Zona Pemandu Transisi (Taper) di zona ini pengemudi/pengendara
diarahkan ke luar dari lintasan perjalanan normal. Zona ini digunakan untuk
memandu pengemudi/pengendara masuk ke lintasan yang benar dan pada
kecepatan yang tepat.
c. Zona Kerja Area Kerja, tempat pekerjaan dilaksanakan secara fisik dan
dimana terdapat pekerja, peralatan, dan material.
d. Zona Kerja - Area Penyangga Keselamatan, area keselamatan sebelum area
kerja untuk meningkatkan perlindungan dan keselamatan pekerja. Area ini
umumnya mempunyai panjang sedikitnya 20 meter.

3 - 42
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

e. Zona Terminasi zona dimana lalu lintas kembali normal setelah melalui
lokasi pekerjaan. Zona ini digunakan untuk mengingatkan
pengemudi/pengendara akan akhir lokasi pekerjaan dan apa yang diperlukan
setelah keluar dari lokasi pekerjaan.

Perlu dipastikan bahwa setiap rambu dalam zona peringatan dini dapat
memberikan pesan bagi pengguna jalan secara jelas, karena akan membantu
pengurangan jumlah kejutan-kejutan dilokasi pekerjaan jalan.

2. Perangkat Pengaturan Lalu Lintas


Perangkat pengaturan lalu lintas sangat dibutuhkan sebagai alat bantu di
dalam manajemen keselamatan dan lalu lintas pada tahap konstruksi. Fungsi
rambu dan perangkat yang digunakan dalam pengaturan lalu lintas di lokasi
pekerjaan jalan secara spesifik adalah untuk :
Memberi peringatan, panduan, dan petunjuk kepada pengguna jalan
tentang pekerjaan jalan yang akan mereka temui,
Memberitahu keberadaan pekerja dan peralatan dekat atau di jalan yang
akan dilewati,
Memastikan pengendalian kecepatan sesuai dengan keperluan
keselamatan,
Memberitahu pengguna jalan jalur yang benar,
Menutup akses ke zona pekerjaan bagi pengguna jalan sehingga menjamin
keselamatan pekerja,
Memberitahu pengguna jalan telah mencapai akhir lokasi pekerjaan jalan.

Perangkat lalu lintas yang diperlukan dalam manajemen keselamatan dan lalu
lintas pada saat pekerjaan jalan/konstruksi, antara lain yaitu :
a. Rambu lalu lintas, sesuai dengan ketentuan Permenhub No. PM 13 tahun
2014 tentang Rambu Lalu Lintas;
b. Rompi dan helm untuk pekerja,
c. Kerucut lalu lintas (Traffic cone),
d. Penghalang lalu lintas plastik (Plastic Barrier),
e. Lampu isyarat,
f. Bendera (Flagman),
g. dan lain lain.

3 - 43
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

Contoh perangkat pengaturan lalu lintas dan rambu lalu lintas dan kosep zona
seperti terlihat pada gambar 3.2, 3.3. dan 3.4. dibawah.

Gambar 3.3. Perangkat Pengaturan Lalu Lintas

Pengurangan batas kecepatan pada zona pekerjaan jalan diberlakukan jika satu
atau lebih kondisi berikut ini ada dilokasi pekerjaan antara lain :
1. Keselamatan pekerja mungkin terancam karena jaraknya dekat dengan lalu
lintas.
2. Peralatan kerja yang bergerak perlu berbagi jalan dengan pengguna jalan.
3. Kemungkinan adanya material atau berbatuan lepas dipermukaan jalan.
4. Standar geometri jalan didaerah lokasi pekerjaan jalan dibawah standar yang
disyaratkan atau lebih rendah dari pada bagaian lain jalan yang berdekatan.
5. Lebar jalan yang tidak terganggu akan sangat berkurang.
6. Keselamatan jalan yang melewati lokasi pekerjaan dengan kecepatan biasa
akan sangat terancam.

3 - 44
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

7. Keselamatan pejalan kaki, pesepeda dan kaum penyandang cacat akan


terancam.

Gambar 3.4. Rambu Lalu Lintas pada Tahap Konstruksi

Konsep Zona dan Penempatan Rambu (Panduan Teknis 1, Rekayasa


Keselamatan Jalan) Manajemen keselamatan dan lalu lintas pada tahap
pelaksanaan konstruksi dilaksanakan oleh Penyedia Jasa/Kontraktor yang
dituangkan dalam Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
dan harus dijelaskan Penyedia Jasa/Kontraktor kepada Pengguna Jasa pada saat
Pre Construction Meeting. Pemeriksaan penerapan manajemen dan keselamatan
lalu lintas dilakukan oleh Supervision Engineer (SE). CTC RRDP akan melakukan
sampling pemeriksaan/audit keselamatan jalan untuk pelaksanaan manajemen
dan keselamatan lalu lintas pada beberapa paket.

3.8.5 Uji Laik Fungsi Jalan


Laik fungsi jalan sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 Tahun
2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan adalah kondisi suatu
ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis kelaikan untuk memberikan
keselamatan bagi penggunanya, dan persyaratan administratif yang memberikan
kepastian hukum bagi penyelenggara jalan dan pengguna jalan, sehingga jalan
tersebut dapat dioperasikan untuk umum.

Lingkup tata cara dan persyaratan Laik Fungsi Jalan meliputi :


a. Persyaratan dan pelaksanaan Uji Laik Fungsi;
b. Kategori Laik Fungsi;
c. Tim Uji Laik Fungsi;
d. Tata cara uju Laik Fungsi;
e. Penetapan Laik Fungsi;

3 - 45
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

f. Pembiayaan; dan
g. Pengawasan.

Pelaksanaan Uji Laik Fungsi meliputi pemeriksaan fisik jalan dan pemeriksaan
dokumen penyelenggaraan jalan. Pemeriksaan fisik jalan adalah menguji
pemenuhan persyaratan teknis laik fungsi jalan, dan pemeriksaan dokumen
penyelenggaraan jalan adalah menguji pemenuhan terhadap persyaratan
administrasi laik fungsi jalan.

Persyaratan teknis Laik Fungsi Jalan meliputi:


a. Teknis geometrik jalan;
b. Teknis struktur perkerasan jalan;
c. Teknis struktur bangunan pelengkap jalan;
d. Teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan;
e. Teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi
pemenuhan terhadap kebutuhan alat-alat manajemen dan rekayasa lalu lintas
yang mewujudkan petunjuk, perintah, dan larangan dalam berlalu-lintas; dan
f. Teknis perlengkapan jalan meliputi pemenuhan terhadap spesifikasi teknis
konstruksi alat-alat manajemen dan rekayasa lalu lintas;

Persyaratan administrasi Laik Fungsi Jalan meliputi pemenuhan kelengkapan


dokumen-dokumen jalan yang terdiri atas :
a. Dokumen penetapan petunjuk, perintah, dan larangan dalam pengaturan lalu
lintas bagi semua perlengkapan jalan;
b. Dokumen penetapan status jalan;
c. Dokumen penetapan kelas jalan;
d. Dokumen penetapan kepemilikan tanah;
e. Dokumen penetapan leger jalan;
f. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Kelaikan fungsi suatu ruas jalan dapat dinyatakan oleh 1 (satu) dari 3 (tiga) kategori:
a. Laik Fungsi;
b. Laik Fungsi Bersyarat; dan
c. Tidak Laik Fungsi.

Uji Laik Fungsi Jalan pada proyek RRDP dilakukan oleh Penyelenggara Jalan dan
akan dilakukan pada saat pemeliharaan jalan setelah serah terima pekerjaan
pertama/PHO (Provisional Hand Over) hingga akhir masa pemeliharaan/FHO (Final
Hand Over).

3 - 46
Manual Manajemen Proyek
Bab 3 Prosedur Perencanaan Teknis Jalan Dan Jembatan

3.8.6 Matrikulasi Pelaksanaan Keselamatan Jalan


Tanggungjawab dan kewenangan yang melakukan pelaksanaan keselamatan jalan
seperti telah dijelaskan sebelumnya, yaitu :
a. Kontraktor, melaksanakan manajemen keselamatan jalan pada ruas jalan dalam
kontrak selama periode pelaksanaan konstruksi;
b. CTC RRDP, melakukan audit keselamatan jalan (AKJ);
c. Supervision Engineer, melakukan pemeriksaan manajemen dan keselamatan
lalu lintas (MKL), dan CTC RRDP akan melakukan pemeriksaan sampling
secara acak pada beberapa paket;
d. Penyelenggara Jalan, melakukan uji laik fungsi jalan (ULFJ).

Matrikulasi penanggung jawab pelaksanaan keselamatan jalan seperti terlihat pada


tabel berikut.

Tabel 3.1. Matrikulasi Pelaksanaan Keselamatan Jalan

Pelaksanaan Audit Manajemen


Keselamatan Jalan Uji Laik Fungsi
Keselamatan Keselamatan &
Jalan
Jalan Lalu Lintas

Penanggungjawab (AKJ) (MKL) (ULF)

CTC RRDP V V

Kontraktor V

Supervision Engineer V

Penyelenggara Jalan V

3 - 47
Manual Manajemen Proyek
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

BAB 4
PENGADAAN JASA KONSULTANSI

4.1 PEDOMAN DAN PERATURAN-PERATURAN


4.1.1. Naskah Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement) : ADB Loan 2817-INO
tanggal 2 Mei 2012,
4.1.2. Istisnaa Agreement dan Istisnaa Agency Agreement tanggal 17 April 2012
; IDB Project No. IND-0161.
4.1.3 Consulting Services Operations Manual, Asian Development Bank, 2008
4.1.4. Guidelines for the Use of Consultants, By Asian Development Bank , April
2010
4.1.5 Standard Request for Proposals Selection of Consultants, Asian
Development Bank, August 2013
4.1.6 Guidelines for the Use of Consultants Under Islamic Development Bank
Financing, May 2009
4.1.7 Standard Request for Proposals Selection of Consultants, The Islamic
Development Bank, March 2012
4.1.8. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Presiden Republik
Indonesia No.70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Presiden Republik Indonesia No.54 Tahun 2010.
.

Manual Manajemen Proyek


4-1
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

4.2 TAHAPAN PELAKSANAAN PENGADAAN DAN REVIEW OLEH BANK

4.2.1 Tahapan dalam pelaksanaan pengadaan jasa Konsultansi sebagai berikut :


- Menentukan metode seleksi
- Penyiapan Term of Reference (TOR)
- Penyiapan Pengumuman Untuk Peserta Yang Berminat (Request Expression
of Interest/REOI)
- Penyusunan Short-List Konsultan
- Penyiapan Request for Proposal (RFP)
- Pengiriman undangan sampai dengan klarifikasi
- Penyampaian Proposal
- Evaluasi Proposal Teknis
- Evaluasi Proposal Biaya
- Evaluasi Kombinasi Proposal Teknis dan Biaya
- Negosiasi dan Penyiapan Draft Kontrak
- Penetapan Pemenang
- Pengumuman Pemenang

4.2.2 Review Oleh Bank.


a) Prior Review
Prior Review adalah proses review oleh ADB maupun IDB sebelum tahapan
dalam rangkaian proses pengadaan dapat dilaksanakan. Sebelum Bank
menerbitkan persetujuannya, tahapan tersebut tidak dibenarkan untuk dimulai.
Dari tahapan pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam Bab 4.2.1 diatas, ada
beberapa tahapan/kegiatan yang harus mendapat persetujuan oleh Bank pemberi
bantuan, baik dari ADB maupun IDB antara lain :
- Term of Reference (TOR)
- Request Expression of Interest/REOI)
- Short-List Konsultan
- Request for Proposal (RFP)
- Evaluasi Proposal Teknis
- Evaluasi Kombinasi Proposal Teknis dan Biaya
- Draft Kontrak dan Modifikasi Kontrak sesuai yang disyaratkan

b) Post Review
Post Review adalah review yang dilaksanakan oleh Bank terhadap rangkaian
tahapan proses pengadaan pada paket-paket kontrak yang tidak memerlukan
prosedur prior review.

Manual Manajemen Proyek


4-2
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

Catatan : Untuk paket-paket kontrak RRDP ini tidak ada paket konsultan yang post
review.

4.3 METODE SELEKSI PENGADAAN JASA KONSULTANSI


Metode Pengadaan Jasa konsultansi untuk paket-paket RRDP baik untuk ADB
maupun IDB sudah ditetapkan dalam Project Administration Manual (PAM) Regional
Roads Development Project (RRDP) Juni 2011, yaitu menggunakan sistem QCBS (
QUALITY AND COST BASED SELECTION ) seperti yang ditunjukkan dalam
Tabel 4.1 sebagai berikut :
Contract Description Mode of Prior or Post
No
Consulting Services Procurement Review By Bank
CSP-1 :
1 QCBS/FTP Prior / ADB
Core Team Consultant
2 CSP-2 : QCBS/FTP Prior/ADB
Design and Supervision
(Kalimantan)
3 CSP-3 : QCBS/STP Prior/ADB
Design and Supervision (Java)
4 CSP-4 : QCBS/STP Prior/ADB
Road Safety Support
5 CSP-5 : QCBS/FTP Prior/ADB
Institutional Development for
Road Network and Management
6 CSP-6 : QCBS/FTP Prior/ADB
Road Safety Awareness and
Campaign and Training
7 CSP-7 : QCBS/FTP Prior/ADB
Overloading and Speed
Enforcement
8 CSP-8 : QCBS/FTP Prior/ADB
Indonesia TYransport Sector
Development Strategy and
Policy Study
9 CSP-9 : QCBS/STP Prior/ADB
Integrated Vehicle Overloading
Control Strategy
10 CSP-10 : QCBS/STP Prior/ADB
HIV/AIDS and anti Trafficking
Program
11 CSP-11 : QCBS/FTP Prior/IDB
Design and Supervision (Central
Java)
Catatan : FTP : Full Technical Proposal, STP : Simplified Technical Proposal

Prosedur seleksi Konsultan dengan QCBS ini dilaksanakan melalui kompetisi antara
perusahaan yang tercantum di dalam short list dengan berdasarkan evaluasi kualitas
proposal teknik dan biaya.

Manual Manajemen Proyek


4-3
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

4.4 TERMS OF REFERENCE (TOR) / KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


Terms of Reference (TOR)/Kerangka Acuan Kerja (KAK) harus disiapkan oleh orang
atau unit yang mempunyai keahlian sesuai dengan bidang penugasan yang akan
dituangkan ke dalam TOR tersebut. Lingkup layanan yang dituangkan dalam TOR
harus sesuai dengan ketersediaan dana. Uraian TOR harus mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Deskripsi yang lengkap tentang obyektif, sasaran akhir, ruang lingkup
penugasan, lokasi, sumber dana, unit penanggung jawab dan informasi lainnya
yang diperlukan.
b. Data yang diperlukan yang berhubungan dengan aktifitas tersebut.
c. Uraian yang menyangkut layanan dan survey yang diperlukan dan hasil yang
diharapkan, misalnya pembuatan laporan, data, peta dan peta survey.
d. Kewajiban tentang pelatihan atau alih pengetahuan.

e. Hal-hal lain yang diperlukan, namun TOR tersebut tidak boleh terlalu detail yang
akan menyebabkan terlalu kaku (inflexible).

4.5 PENGUMUMAN UNTUK PESERTA YANG BERMINAT (Request Expressions of


Interest/REOI)
Penyiapan Pengumuman untuk Peserta yang berminat (Expressions of Interest)
dilaksanakan oleh unit yang menangani pekerjaan/proyek tersebut, dan sebelum
diumumkan maka perlu disampaikan ke ADB/IDB untuk mendapatkan persetujuan (
No Objection Letter = NOL).

Pengumuman dilaksanakan sebagai berikut:


a. General Procurement Notice (GPN) sebagai notifikasi/pemberitahuan awal secara
luas dan bersifat umum mengenai kesempatan paket-paket kontrak yang didanai
baik oleh ADB maupun IDB. Untuk pinjaman ADB ditayangkan di United Nation
Development Business On Line (UNDB), sedangkan untuk IDB ditayangkan di
website IDB.

b. Special Procurement Notice (SPN) berupa permintaan Expressions of Interest


yang spesifik untuk paket/paket-paket tertentu, diumumkan melalui :
- Koran Nasional yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan LKPP
- UNDB On line, untuk paket yang didanai oleh ADB
- Website IDB, untuk paket yang didanai oleh Islamic Development Bank (IDB)
- Untuk Paket IDB, selain koran nasional, juga koran yang bersirkulasi
internasional.

Manual Manajemen Proyek


4-4
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

c. Pengumuman untuk Expression of Interest harus memuat informasi sebagai


berikut:
- Nama peminjam (Pemerintah Republik Indonesia).
- Jumlah & tujuan Loan
- Ruang Lingkup Konsultansi yang dilelangkan
- Nama dan alamat Panitia Pelelangan
- Tanggal pengambilan dokumen
- Tanggal terakhir penyampaian pernyataan minat (Expressions of Interest).
- Waktu minimum untuk penyampaian pernyataan minat adalah 14 hari.

4.6 PENYUSUNAN SHORT LIST KONSULTAN

4.6.1 Penyusunan Short-List menurut ADB


Dengan mengacu pada Paragraph 2.8 Guidelines for the Use of Consultants, By
Asian Development Bank (ADB), March 2013 bahwa Short-List Consultants harus
terdiri dari enam (6) perusahaan yang tersebar secara luas secara geografis, tidak
lebih dari dua (2) perusahaan dari setiap Negara Anggota dan paling tidak satu(1)
perusahaan dari Negara Berkembang Anggota ADB.

4.6.2 Penyusunan Short-List menurut IDB


Dengan mengacu pada Paragraph 2.12 Guidelines for the Use of Consultants, By
Islamic Development Bank (IDB), May 2009 bahwa Short-List Consultants harus
terdiri dari enam (6) delapan (8) perusahaan, yang tersebar secara luas dari
Negara-negara anggota IDB, tidak lebih dari dua (2) perusahaan dari setiap Negara
Anggota IDB.

4.7 PENYIAPAN REQUEST FOR PROPOSAL (RFP)


Isi dokumen REQUEST FOR PROPOSAL (RFP) baik dari paket paket yang dibiayai
oleh ADB maupun IDB adalah sama, yaitu terdiri dari :
a. Letter of Invitation (LOI) termasuk Short List / Daftar Pendek Konsultan
b. Instructions to Consultants (ITC) termasuk Data Sheet.
c. Bentuk Form Standar Usulan Teknis
d. Bentuk Form Standar Usulan Biaya
e. Eligible Countries ( Negara Anggota )
f. Bank Policy Corruption and Fraudulent Practices
g. Terms of Reference (TOR)
h. Conditions of Contract and Contract Form

Manual Manajemen Proyek


4-5
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

4.7.1 Letter of Invitation (LOI)


Surat undangan kepada Konsultan harus memuat informasi tentang keinginan pemilik
proyek untuk penyediaan jasa konsultansi bidang tertentu, sumber dana, data pemilik
proyek, tanggal, waktu dan alamat untuk penyampaian proposal, termasuk didalam
LOI ini memuat Short List Konsultan yang sudah disetujui oleh ADB maupun IDB.

4.7.2 Instructions to Consultants (ITC) and Data Sheet


Dokumen tersebut memuat semua informasi yang diperlukan oleh Konsultan dalam
rangka menyiapkan proposal yang responsive, antara lain : prosedur seleksi, proses
evaluasi, kriteria evaluasi dan faktor-faktor dan bobot minimum untuk bisa lulus dari
evaluasi teknis. Informasi lainnya adalah total kebutuhan layanan untuk Professional
Staff, masa laku proposal dengan rentang waktu 60 120 hari.

Dalam dokumen ini juga memuat lembar data ( Data sheet) , yaitu berisi lnformasi
yang spesifik yang ditambahkan terhadap Instructions to Consultants (ITC), terkait
dengan seleksi konsultan untuk membantu konsultan dalam menyiapkan
proposalnya. Informasi tersebut antara lain meliputi : Penyerahan, pembukaan dan
evaluasi proposal serta negosiasi kontrak dan pengumuman pemenang. Dalam Data
Sheet tersebut juga disebutkan mengenai bentuk/format proposal teknik yang
digunakan, apakah dengan Full Technical Proposal (FTP) , dengan Simplified
Technical Proposal (STP) atau dengan Biodata Technical Proposal (BTP).

Catatan :
- FTP digunakan untuk kontrak paket pekerjaan di atas US$ 1,000,000.
Dalam FTP informasi yang harus disampaikan antara lain : pengalaman
perusahaan, proposal methodologi dan pendekatan yang berisi sampai 50
halaman, dan biodata dari tenaga ahli yang diusulkan.
- STP digunakan untuk paket pekerjaan antara US$ 600,000 dan US$1,000,000.
Dalam STP berisi informasi antara lain : Proposal singkat mengenai
methodologi dan pendekatan yang berisi sampai 10 halaman, biodata dari
tenaga ahli yang diusulkan, dan
- BTP digunakan untuk paket pekerjaan dibawah US$600,000.
Dalam BTP hanya berisi informasi antara lain : grafik rencana kerja , jadwal
staf dan biodata dari tenaga ahli yang diusulkan.

4.7.3 Bentuk Standar Proposal/Usulan Teknis


Berisi bentuk-bentuk format standar yang diperlukan Konsultan untuk penyusunan
proposal teknis .

Manual Manajemen Proyek


4-6
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

4.7.4 Bentuk Standar Proposal/Usulan Biaya


Berisi bentuk-bentuk format standar yang diperlukan Konsultan untuk penyusunan
proposal biaya.

4.7.5 Eligible Countries


Bagian ini berisi informasi mengenai persyaratan Eligilitas Perusahaan Konsultan
yang mengikuti seleksi pengadaan jasa konsultan, sesuai dengan ketentuan dari
masing-masing institusi lembaga pemberi bantuan, baik dari ADB maupun IDB.

4.7.6 Bank Policy Corruption and Fraudulent Practices


Bagian ini berisi informasi mengenai kebijakan dari ADB maupun IDB pada praktek-
praktek kecurangan dan korupsi selama proses seleksi Konsultan berlangsung.

4.7.7 Term of Reference(TOR)/Kerangka Acuan Kerja (KAK)


Pada bagian ini sekurangnya mendeskripsikan lingkup layanan, maksud, tujuan,
tugas-tugas spesifik, dan informasi dasar lainnya. Juga kebutuhan dan kualifikasi
tenaga ahli serta produk laporan

4.7.8 Conditions of Contract and Contract Forms


Bagian ini sekurangnya berisi Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat
Khusus Kontrak serta format-format terkait Kontrak.

4.8 PENGIRIMAN UNDANGAN SAMPAI DENGAN KLARIFIKASI


Setelah ada persetujuan baik dari Asian Development Bank (ADB) maupun dari
Islamic Development Bank (IDB) untuk Standar RFP, maka dilakukan proses sebagai
berikut:
a. Pengiriman Undangan kepada Konsultan yang masuk dalam Short List/Daftar
Pendek.
b. Pengumuman Short-List Konsultan yang termasuk dalam Long List.
c. Pelaksanaan Pre Proposal Conference.
d. Penyampaian minat.
e. Pernyataan assosiasi (jika ada)/harus diinformasikan ke Bank.
f. Klarifikasi terakhir dari Konsultan kepada Panitia Pelelangan/Pokja, klarifikasi ini
dilakukan paling lambat 14 hari sebelum penyampaian proposal.

4.9 PENYAMPAIAN PROPOSAL


a. Waktu yang diberikan kepada Konsultan untuk menyampaikan proposal tidak
kurang dari 4 (empat) minggu dan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sejak tanggal Pre
Proposal Conference.

Manual Manajemen Proyek


4-7
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

b. Proposal yang telah masuk tidak dapat dirubah setelah waktu akhir pemasukan.
c. Penerimaan Proposal:
Dua sampul yaitu satu sampul untuk Proposal Teknik dan satu sampul untuk
Biaya, kedua sampul ini dimasukkan dalam satu sampul Penutup.
Pembukaan proposal teknik harus segera dilakukan setelah waktu akhir
pemasukan.
Proposal biaya harus tetap tertutup dan dijaga keamanannya sampai waktu
pembukaan .

4.10 EVALUASI PROPOSAL TEKNIK (TER Technical Evaluation Report)


4.10.1 Kriteria dan Pembobotan untuk Proposal Teknik umumnya terdiri sebagai
berikut:
Kriteria Bobot ( % )
a. Pengalaman Konsultan 10 20
b. Pendekatan dan Metodologi 20 40
c. Staff Inti 50 70
Total 100

Manual Manajemen Proyek


4-8
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

4.10.2 Sub-Kriteria dan Pembobotannya:

4.10.2.a Pengalaman Konsultan : dibagi dalam sub-kriteria, antara lain :


Kualifikasi Konsultan 50 - 60 %
Pengalaman pekerjaan sejenis 30 - 40 %
Additional relevant subcriteria (optional) 10 20 %

4.10.2.b Pendekatan Dan Metodologi : dibagi dalam sub-kriteria, antara lain :


Understanding of objectives 10 - 15 %
Quality of Methodologi 20 30 %
Innovation (or comment on the TOR) 10 15 %
Work Program 15 20 %
Personnel Schedule 10 15 %
Proposal Persentation 10 15 %

4.10.2.c Staf/Tenaga Inti : dibagi dalam tiga (3) sub-kriteria, antara lain :
General Qualification 10 - 20 %
Project Related Experience 60 - 70 %
Experience In Region 10 - 20 %

4.10.3 Rating/Penilaian Kriteria.


Dalam proses evaluasi teknis, untuk masing-masing kriteria dilakukan penilaian
terhadap tingkat responsif dari proposal yang diserahkan oleh konsultan, yaitu
dengan memberikan Rating pada masing-masing kriteria tersebut.
Besaran rating yang digunakan oleh ADB dan IDB agak sedikit berbeda, seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel berikut :
Tabel 4.2 : Rating Menurut ADB
Rating Sesuai Tingkat Responsif (ADB)
Tingkat Responsif (Grade) Rating (%)
Sempurna ( Excellent ) 100
Sangat Baik (Very Good) 90
Diatas Rata-Rata (Above Average) 80
Rata-Rata ( Average ) 70
Di Bawah Rata-Rata (Below Average) 50
Non Complaying 0

Manual Manajemen Proyek


4-9
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

Tabel 4.3 : Rating Menurut IDB


Rating Sesuai Tingkat Responsif (IDB)
Tingkat Responsif (Grade) Rating (%)
Sangat Baik (Very Good) 100
Baik ( Good) 90
Memuaskan ( Satisfactory) 70
Poor ( Jelek ) 40

Untuk rating dari Staf/Tenaga Inti, karena ada 3 sub-kriteria yang harus dinilai, maka
cara perhitungan rating untuk masing-masing personil dapat dilihat sebagaimana
ditunjukkan pada contoh dalam Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 : Contoh Perhitungan Rating untuk Staf/Tenaga Inti.


Project Related Experience In
Faktor General Qualification
Experience Region
Bobot 20 65 15
Rating 100 80 90
Bobot Rating 20.0 52.0 13.5
Rating keseluruhan dari 3 Sub-kriteria untuk Personil tersebut = 20.0 + 52.0+13.5 = 85.5

4.10.4 Nilai/Score Hasil Evalusi Teknis.


Nilai/Score hasil evalusi teknis didapatkan dari hasil perkalian antara Bobot
Maksimum dan Rating dari masing-masing kriteria/sub-ktiteria. Contoh Ringkasan
hasil teknis dapat dilihat dalam Tabel 4.5 berikut :

Manual Manajemen Proyek


4 - 10
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

Tabel 4.5 : Contoh Ringkasan Hasil Evaluasi Teknis dengan Full Technical Proposal (FTP)

Bobot Perusahaan A Perusahaan B Perusahaan C


Kriteria Evaluasi
Maksimum Rating Score Rating Score Rating Score
I. I. Pengalaman Konsultan 10 9.20 8.60 8.80
Kualifikasi Konsultan 6 100 6.00 90 5.40 80 4.80
Pengalaman Sejenis 4 80 3.20 80 3.20 100 4.00
II. Pendekatan Dan Metodologi 30 26.40 25.60 25.30
Understanding of objectives 5 100 5.00 90 4.50 80 4.00
Quality of Methodologi 9 80 7.20 90 8.10 100 9.00
Innovation (or comment on 5 80 4.00 80 4.00 70 3.50
the TOR)
Work Program 4 90 3.60 70 2.80 70 2.80
Personnel Schedule 4 90 3.60 80 3.20 90 3.60
Proposal Persentation 3 100 3.00 100 3.00 80 2.40
III. Staf Inti 60 56.90 54.28 53.95
Team Leader 12 99 11.88 98 11.76 98 11.76
Co.Team Leader/Document 9 85.5 11.97 88 7.92 85 7.65
Specialist
Highway Engineer 7 87 6.10 93 6.51 93 6.51
Bridge Engineer 7 93 6.50 89 6.50 92 6.44
Quality Assurance Engineer 7 78 5.45 83 5.81 86 6.02
Social Environment 6 77 4.62 87 5.22 85.5 5.13
Engineer
Procurtement Specialist 6 96 5.76 80 4.80 87 5.22
Training Specialist 6 75 4.50 96 5.76 87 5.22
TOTAL 100 92.50 88.48 88.08
Peringkat ( Ranking ) I II III

Catatan :

Sesuai ketentuan dari Islamic Development Bank ( IDB) , Score/Nilai untuk masing-masing
Perusahaan sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 4.5 tersebut di atas, harus merupakan
nilai rata-rata dari hasil evaluasi dari masing-masing anggota Panitia Lelang dan masing-
masing evaluator tersebut harus bekerja sendiri-sendiri berdasarkan kriteria dan bobot
maksimum yang sudah ditetapkan bersama. Sedangkan untuk Asian Development Bank
(ADB), tidak ada ketentuan khusus yang mengatur hal tersebut..

Manual Manajemen Proyek


4 - 11
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

4.11 EVALUASI FINANSIAL/HARGA


Berdasarkan penetapan Pejabat Pembuat Komitmen/Kepala Satuan Kerja dan
setelah mendapatkan persetujuan dari ADB/IDB terhadap evaluasi teknis , maka
panitia pengadaan mengumumkan urutan peringkat teknis dan melakukan evaluasi
biaya.

Evaluasi biaya dilaksanakan sebagai berikut:


a. Penyampaian undangan untuk pembukaan Usulan Biaya dengan tenggang
waktu minimal 2 (dua) minggu dari tanggal undangan sampai dengan tanggal
pembukaan Proposal Finansial/Harga.
b. Penerimaan kembali Usulan Biaya yang dititipkan di lembaga Independen
disertai dengan Berita Acara Serah Terima.
c. Pembukaan Proposal dibaca dengan jelas.
d. Hasil pembukaan Usulan Biaya segera (paling lambat 2 hari) dikirim ke ADB/IDB
dan salinannya dikirimkan ke Instansi pusat terkait dan PMU.
e. Koreksi Aritmatik.
f. Semua penawaran dikonversi ke dalam Rupiah dengan nilai tukar yang sama
sesuai data yang dinyatakan di dalam RFP.
g. Penilaian proposal biaya yang diperbandingkan tidak termasuk pajak.
h. Usulan Biaya yang terendah diberi skor 100 dan seterusnya dihitung secara
proporsional.
i. Pengembalian Usulan Biaya dalam kondisi tertutup dilakukan kepada Peserta
Pelelangan yang tidak memenuhi persyaratan minimum Proposal Teknik.

4.12 KOMBINASI EVALUASI TEKNIS DAN BIAYA


Total skor diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Nilai Penawaran Teknis x Bobot Penawaran Teknis ditambah Nilai Penawaran
Biaya x Bobot Penawaran Biaya.
Besarnya bobot Penawaran Teknis dan bobot Penawaran Biaya biasanya dipilih
mengingat kompleksibilitas penugasan dan pentingnya kualitas. Untuk pengadaan
yang bersifat technical bobot teknis biasanya 70 80 , sedangkan untuk bobot biaya
antara 20-30 terhadap 100. Pembobotan untuk Teknis dan Biaya ditentukan dalam
RFP. Penawar yang memperoleh Nilai Kombinasi tertinggi dari hasil evaluasi
kombinasi tersebut akan diundang untuk negosiasi.

4.13 NEGOSIASI DAN PENYIAPAN DRAFT KONTRAK


Proses negosiasi dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

Manual Manajemen Proyek


4 - 12
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

a. Mencakup TOR, Metodologi, Staffing, Input Pemilik Proyek, Special Condition of


Contract dan aspek perpajakan.
b. Tidak boleh mengakibatkan perubahan substansi TOR, general condition of
contract dan nilai evaluasi teknis.
c. Tidak boleh merubah Staf Inti.
d. Billing Rates/Fee Rates tidak boleh dinegosiasi.
e. Apabila gagal melaksanakan negosiasi dengan ranking pertama maka
dilaksanakan negosiasi dengan rangking kedua.

4.14 PENETAPAN PEMENANG


a. Usulan Calon Pemenang dari POKJA kepada ketua ULP yang bertanggung
jawab pelaksanaan seleksi jasa konsultansi.
b. Nilai Proyek Rp. 10 milyar.
Usulan dari POKJA disampaikan kepada Direktorat terkait dan tembusan ke
PMU termasuk lampirannya, kemudian diteruskan ke Direktorat Bina Program
untuk mendapatkan NOL dari ADB/IDB.
c. Nilai Proyek > Rp. 10 milyar.
Usulan dari POKJA disampaikan ke Menteri Pekerjaan Umum untuk ditetapkan,
dengan tembusan kepada Direktorat terkait, Direktorat Bina Program dan PMU
termasuk lampirannya dan secara bersamaan diusulkan ke ADB/IDB.
d. Usulan ke ADB/IDB untuk mendapatkan persetujuan dengan berkas sebagai
berikut:
- Laporan Evaluasi Teknis dan Biaya yang sudah digabung
- Hasil negosiasi
- Draft kontrak

4.15 PENGUMUMAN PEMENANG LELANG


Di dalam waktu dua (2) minggu pertama setelah menerima Surat Persetujuan Bank
(Banks No Objection Letter /NOL) perihal rekomendasi Pemenang lelang (Contract
Award), Panitia Lelang harus mengumumkannya sesuai prosedur yang tercantum
dalam Banks Guidelines ( Untuk ADB : Bank Procurement dan Selection and
Employment of Consultants Guidelines, April 2010 dan untuk IDB : Bank Procurement
dan Selection and Employment of Consultants Guidelines, May 2009). Apabila ada
peserta pelelangan meminta debriefing, maka debriefing tersebut harus sudah
dilaksanakan dalam 5 hari setelah diterimanya permintaan tersebut.

Manual Manajemen Proyek


4 - 13
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

Cara pengumuman dan debriefing:


a. Seleksi Konsultan Large Values sekurang-kurangnya harus diumumkan di UNDB
online dan dgMarket, serta Surat Pengumuman Pemenang yang ditujukan
kepada para Peserta lelang yang memasukkan penawaran.
b. Seleksi Konsultan Smaller Values sekurang-kurangnya harus diumumkan lokal
di papan pengumuman publik, PUwebsite: www.pu.go.id, dan Surat
Pengumuman Pemenang yang ditujukan kepada semua Peserta lelang yang
memasukkan penawaran.
c. Isi pengumuman lelang sekurang-kurangnya harus mencantumkan:
Semua nama Peserta lelang yang memasukkan penawaran;
Nilai Penawaran saat pembukaan penawaran;
Nama paket dengan semua nilai penawaran setelah dievaluasi (responsive)
mulai dari urutan terendah;
Nama konsultan pemenang, harga, waktu dan ringkasan lingkup kontrak
Nama-nama Peserta lelang yang penawarannya tidak sah (rejected) disertai
alasan-alasan singkatnya;
d. Debriefing atau Penjelasan dan Tanya-jawab harus dilakukan oleh Panitia
Lelang apabila ada Peserta lelang yang meminta penjelasan terutama pada
alasan mengapa penawarannya tidak terseleksi sebagai pemenang. Penjelasan
dan Tanya-jawab ini harus dilakukan secara tertulis. Penjelasan dan jawaban oleh
Panitia ditandatangani oleh Ketua Panitia Lelang.
Apabila diinginkan suatu pertemuan debriefing atas permintaan Peserta lelang,
maka segala biaya yang dikeluarkan untuk pertemuan ini dibebankan kepada
Peserta lelang.

4.16 BAGAN ALIR PROSES PENGADAAN


Proses pengadaan dapat dilihat pada Bagan Alir berikut ini :

Manual Manajemen Proyek


4 - 14
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

BAGAN ALIR PROSES SELEKSI PEKERJAAN JASA KONSULTANSI DENGAN


PROSEDUR QUALITY AND COST BASED SELECTION (QCBS)-

Kegiatan Dokumen Penanggung Jawab

1. Terms of Reference (TOR) 1. Kasatker/PPK/


2. Jadwal Lelang Pokja
Penyiapan TOR dan 2. PMU
3. Engineer's Estimate
Dokumen Lainnya
4. Jadwal Implementasi
5. Draft Iklan Expression of Interest
.
Kirim TOR dan Dokumen 1. PMU
lainnya ke ADB/IDB 2. Dit. Bina Program

ADB/IDB
Tidak
Ya ( NOL ) 1. Iklan Expression of Interest 1. Pokja
2. iklan di koran Nasional yang 2. ADB/IDB

Iklan Expression of ditetapkan sesuai dengan


Interest
Keputusan LKPP
3. Pengumuman di website PU, UNDB
online, website IDB
4. Waktu pelaksanaan min. 30 hari
kalender sebelum Shortlisting

1. Expression of Interest (EOI) 1. Pokja


Penyampaian Expression of 2
Interest oleh Konsultan 2. Lampiran Dokumen EOI 2. Konsultan
3. Waktu pelaksanaan min. 30 hari

Evaluasi dan Pembuatan Short 1. Expression of Interest (EOI) 1. Pokja


2
List Konsultan dan Penyiapan 2. Lampiran Dokumen EOI
Request for Proposal (RFP) 3. RFP
4. TOR
5. Waktu pelaksanaan mak. 2 bln.
Kirim Short List & RFP 1. Short List 1. PMU
Ke ADB/IDB 2. RFP 2. Dit. Bina Program
3. Waktu pelaksanaan mak. 14 hari

Tidak
1. ADB/IDB

Ya ( NOL )
Undangan ke Konsultan/ 1. Undangan / LOI 1. Pokja
Letter of Invitation (LOI) 2. RFP
3. Waktu pelaksanaan mak. 7 hari

C1

Manual Manajemen Proyek


4 - 15
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

C1

1. Pre Proposal Conference 1. Pokja


2. Penyampaian Minat 2. Konsultan
3. Pernyataan Asisiasi (jika ada)
Persiapan Proposal 4. Klarifikasi Terakhir dari Konsultan
5. Waktu pelaksanaan min 6 minggu
mak.8 minggu

1. Proposal Teknik 1. Pokja


2. Proposal Finansial/Harga 2. Konsultan
Penyampaian Proposal Teknik
dan Finansial/Harga

1. TOR 1. Pokja
Evaluasi Proposal 2. Proposal Teknik 2. Konsultan
Teknik 3. Klarifikasi
4. BA Evaluasi Proposal Teknik
5. Waktu pelaksanaan mak. 6
minggu
1. Pokja
1. Short List
2. Kepala Balai/
Pokja kirim Short List RFP ke ULP 3. RFP
Direktur/Direktorat
Balai/ULP-Direktorat terkait 4. TOR
terkait
5. Waktu Pelaksanaan mak. 14 hari

1. B.A. Evaluasi Proposal Teknik 1. PMU


Kirim B.A. Evaluasi Proposal
Penanggung jawab 2. Dit. Bina Program
Teknik ke ADB/IDB

1.ADB/ IDB
Tidak

1. Undangan ke konsultan yang 1. Pokja


Ya ( NOL) lulus teknik
Waktu pelaksanaan min. 14 hari
2. Mak. 21 hari
Undangan Untuk Pembukaan
Proposal Finansial/Harga 1. BA Pembukaan Proposal 1. Pokja
Finansial/Harga 2. Konsultan
2. Request for Proposal (RFP)
3. Proposal Finansial/Harga
4. Negosiasi
Evaluasi Finansial/Harga dan 5. Penyusunan Ranking Gab.
Penyusunan Ranking Proposal Teknik dan Finansial/
Harga
6. Waktu pelaksanaan mak. 1 bln

1. Laporan Evaluasi Teknik dan


Finansial/Harga 1. PMU
Kirim laporan Hasil Evaluasi 2. Dit. Bina Program
Teknik dan Finansial ke ADB/IDB 2. Hasil Negosiasi
3. Draft Kontrak
4. Waktu pelaksanaan mak. 7 hari

Tidak
1. Komentar/Keberatan ADB/IDB 1. ADB/IDB

Ya ( NOL)

1. Penetapan Lelang 1. PPK/Kasatker


Penetapan Pemenang Lelang 2. Pengumuman Pemenang Lelang 2. Panitia
dan Tanda Tangan Kontrak 3. Penunjukan Pemenang
4. Kontrak
5. lampiran Dokumen Kontrak
6. Waktu pelaksanaan mak. 14 hari

Kirim Kontrak untuk 1. Kontrak 1. PMU


mendapatkan NOL Disburment 2. Waktu pelaksanaan mak. 7 hari 2. Dit. Bipran

C2 C2

Manual Manajemen Proyek


4 - 16
Bab 4 Pengadaan Jasa Konsultansi

C2 c2

Tidak
1. Komentar/Keberatan ADB/IDB 1. ADB/IDB

Ya
1. Form WA (Withdrawal Application ) 1. ADB/IDB
Terbit Form WA

Pelaksanaan 1. Kontrak beserta Lampirannya 1. PPK/KaSatker


Kontrak

Manual Manajemen Proyek


4 - 17
Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

BAB 5
KETENTUAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

5.1 Ketentuan/Pedoman Dasar, Persyaratan Umum


5.1.1 Pedoman Dasar
Ketentuan/pedoman dasar yang digunakan dalam proses Pengadaan Jasa
Konstruksi untuk program Regional Roads Development Project ( RRDP) ini adalah
:
Naskah Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement) : ADB Loan 28 17-INO tanggal 2
Mei 2012,
Istisnaa Agreement dan Istisnaa Agency Agreement tanggal 17 April 2012 ; IDB
Project No. IND-0161.
Procurement Guidelines Asian Development Bank, edisi April 2010, untuk loan
ADB 2817-INO
Guidelines for Prucurement of Goods and Works Under Islamic Development
Bank Financing, edisi May 2009, untuk IDB Project No.IND-0161.
MDB/FIDIC Harmonised Construction Contract , edisi Juni 2010, dimasukkan
dalam Dokumen Lelang Standar (SBD) yang diterbitkan oleh ADB dan IDB.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Presiden Republik Indonesia No.70
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Republik
Indonesia No.54 Tahun 2010.

5.1.2. Eligibilitas

5.1.2.1 Negara Yang Eligible Mengikuti Pelelangan


Seluruh kontrak pekerjaan akan mengikuti kriteria eligibilitas baik dari ADB maupun
IDB, yang mensyaratkan untuk peserta lelang sebagai berikut :
1. Asian Development Bank ( ADB ):
(i) Badan Hukum yang menjalankan usaha di negara yang merupakan Negara
Anggota ADB (Eligible Countries Section 5, Standart Bidding Documents ) .
Daftar negara anggota ADB bisa dilihat di lampiran 5.1
(ii) Badan Hukum yang menjalankan usaha di Republik Indonesia, didirikan
sesuai Undang Undang dan Peraturan Indonesia, yang dalam hal perseroan
terbatas, mayoritas kepemilikan atau saham dipegang oleh pihak Indonesia;

Manual Manajemen Proyek


5-1
Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

dan Kriteria kebangsaan juga berlaku untuk kebangsaan subkontraktor, dan


juga berlaku untuk kebangsaan pemasok barang atau jasa untuk setiap
bagian kontrak.
2. Islamic Development Bank (IDB ) :
(i) Badan Hukum yang menjalankan usaha di negara yang merupakan Negara
Anggota dari IDB (Eligible Countries Section 5, Standart Bidding Documents
) Daftar Anggota IDB dapat dilihat pada Lampiran 5.2
(ii) Badan Hukum yang menjalankan usaha di Republik Indonesia, didirikan
sesuai Undang Undang dan Peraturan Indonesia, yang dalam hal perseroan
terbatas, mayoritas kepemilikan atau saham dipegang oleh pihak Indonesia;
dan Kriteria kebangsaan juga berlaku untuk kebangsaan subkontraktor, dan
juga berlaku untuk kebangsaan pemasok barang atau jasa untuk setiap
bagian kontrak
(iii) Persyaratan Boikot : Jasa Kontraktor, asosiasinya dan sub kontraktor harus
diberikan kepatuhan yang ketat terhadap pemenuhan peraturan boikot dari
organisasi kerjasama Islam (OKI) dan Liga Arab dan juga Uni Afrika.

5.1.2.2 Pembatasan Peserta Lelang


Jika perusahaan asing dinyatakan sebagai Peserta Lelang dengan penawaran
yang dievaluasi terendah, perusahaan tersebut harus diberikan kesempatan yang
layak mendaftar untuk beroperasi di Indonesia.

Perusahaanperusahaan asing tidak dipersyaratkan membentuk suatu kemitraan


(KSO, konsorsium atau sub-kontrak) dengan satu atau lebih perusahaan nasional
sebagai persyaratan penunjukan pemenang. Namun, perusahaan asing tersebut
harus mempunyai sertifikat lisensi BUJKA ( Permen P.U No.05/PRT/M/2011)
sebelum tandatangan kontrak.

Tidak ada preferensi apapun yang diberikan kepada Peserta Lelang. Peraturan
yang diterbitkan oleh kementerian sektoral, peraturan provinsi atau lokal, yang
membatasi prosedur lelang kompetitif nasional kedalam kelas kontraktor atau kelas
pemasok tidak berlaku untuk prosedur pelelangan berdasarkan pinjaman ini.

5.1.2.3 In-eligibilitas berdasarkan Daftar Hitam Rekanan


Peserta Lelang tidak boleh dilarang mengikuti lelang berdasarkan kinerja
sebelumnya, kecuali terdapat bukti proses hukum yang berkaitan dengan
pengaduan atas kinerjanya dan ADB telah memberikan persetujuan tertulis
sebelumnya untuk mengecualikan rekanan tersebut, atau rekanan tersebut masuk

Manual Manajemen Proyek 5-2


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

dalam Cross-Debarred berdasarkan Persetujuan Bersama untuk Keputusan


Pelarangan (Agreement for Mutual Enforcement of Debarment Decisions )

Untuk proyek yang dibiayai IDB, ketentuan mengenai daftar hiitam dan cross-
debarred ini juga berlaku sesuai ketentuan yang berlaku di IDB.

5.1.2.4 Badan Usaha Milik Negara


Badan Usaha Milik Negara di dalam Negara Pengguna Jasa hanya memenuhi
syarat bila secara hukum dan keuangan mandiri dan beroperasi dibawah hukum
dagang. Juga badan usaha tersebut bukan badan yang tergantung kepada
Pengguna Jasa.

5.1.2.5 Konflik Kepentingan


Peserta Lelang untuk pekerjaan atau barang harus tidak memiliki konflik
kepentingan. Peserta Lelang dapat dianggap memiliki konflik kepentingan dengan
satu pihak atau lebih dalam proses lelang, bila:
(i) mereka mempunyai mitra yang dikendalikan bersama; atau
(ii) mereka menerima subsidi langsung maupun tidak langsung dari siapapun di
antara mereka; atau
(iii) mereka mempunyai wakil hukum yang sama untuk tujuan penawaran ini; atau
(iv) mereka mempunya hubungan satu sama lain, baik langsung maupun melalui
pihak ketiga yang sama, yang menempatkan mereka dalam posisi memiliki
akses terhadap informasi tentang atau mempengaruhi penawaran dari Peserta
Lelang lainnya, atau mempengaruhi keputusan Pengguna Jasa berkenaan
dengan proses lelang ini; atau
(v) Peserta Lelang ikut serta lebih dari satu penawaran dalam proses lelang ini.
Keikutsertaan Peserta Lelang pada lebih dari satu Penawaran akan
mengakibatkan gugurnya semua penawaran yang diikutinya. Akan tetapi, hal ini
tidak membatasi keikutsertaan sub-kontraktor yang sama pada lebih dari satu
penawaran; atau
(vi) Peserta Lelang ikut serta sebagai konsultan dalam penyiapan desain atau
spesifikasi teknis pekerjaan yang menjadi dasar penawaran;
(vii) Peserta Lelang telah berafiliasi dengan perusahaan atau badan hukum yang
telah dipekerjakan (atau diusulkan untuk dipekerjakan) oleh Pengguna Jasa
atau Peminjam sebagai Engineer untuk kontrak ini.
(viii) Mereka memiliki hubungan dengan anggota panitia lelang atau pejabat
pemerintah yang terlibat langsung dalam proyek.

Manual Manajemen Proyek 5-3


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

5.1.3 Rencana Pengadaan ( Procurement Plan )


Rencana Pengadaan Proyek disampaikan baik kepada ADB maupun ke IDB untuk
mendapatkan No Objection Letter (NOL) sebelum dapat memulai lelang.
Perubahan-perubahan atas rencana tersebut juga harus disampaikan kepada ADB
maupun IDB untuk memperbarui NOL.

Setelah menerima NOL, PMU akan mengirim Rencana Pengadaan kepada setiap
Satuan Kerja yang ditunjuk untuk mengelola Paket Pekerjaan Konstruksi .

Bila Satuan Kerja mengusulkan revisi lebih dari 7 hari atas tanggal rencana lelang,
Satuan Kerja harus menyampaikan kepada PMU dengan memberikan rincian dan
alasan yang jelas, serta didukung dengan bukti-bukti untuk usulan tersebut. PMU
berkoordinasi dengan Direktorat yang bersangkutan di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Marga, mungkin akan menolak atau meminta persetujuan ADB
maupun IDB.

5.1.4 Pakta Integritas


Formulir kosong Pakta Integritas (tanpa diisi nama PPK atau anggota Panitia
Lelang) akan dimasukkan dalam Dokumen Lelang Standar (SBD) untuk pekerjaan
dan barang . Pakta Integritas tersebut harus ditandatangani oleh Peserta Lelang,
salinan Pakta Integritas yang telah ditandatangani dimasukkan dalam Penawaran
atau Proposalnya, sedangkan aslinya harus dilampirkan dalam amplop terpisah.
Setiap tandatangan harus disertai dengan tanggal.
Pakta Integritas harus ditandatangani sendiri - sendiri oleh semua Peserta Lelang,
karena Ditjen Bina Marga dan Panitia Lelang/ULP harus memegang teguh rahasia
daftar perusahaan yang telah mendaftar untuk mengikuti pelelangan, sampai
dengan pembukaan penawaran.

5.1.5 Kegagalan Pelelangan dan Pelelangan Ulang


Pelelangan tidak boleh dibatalkan dan dilaksanakan pelelangan baru tanpa
persetujuan lebih dahulu dari ADB maupun IDB.

Bila pelelangan ulang diusulkan dengan sesuatu alasan, diperlukan persetujuan


sebelumnya dari ADB maupun IDB. Ketika jumlah penawar yang responsif kurang
dari tiga, hal ini tidak serta merta menjadi alasan untuk mengusulkan pelelangan
ulang.

Bila Panitia Lelang/Kelompok Kerja ULP menyatakan bahwa pelelangan telah


gagal, Pantia tidak dapat segera melaksanakan pelelangan ulang, tetapi harus

Manual Manajemen Proyek 5-4


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

memberi tahu Ditjen Bina Marga dan ADB maupun IDB mengusulkan tindakan
yang diperlukan.

5.1.6 Misprocurement
Misprocurement adalah pengadaan untuk suatu paket kontrak (termasuk untuk
goods, works, services) yang dilaksanakan tidak sesuai dengan prosedur atau
ketentuan-ketentuan di dalam Guidelines dan Loan Agreement.
Akibat dari misprocurement ini, maka konsekuensinya sebagai berikut :
a. Untuk Loan ADB ( Para 1.12 Procurement Guidelines):
Porsi pembiayaan untuk paket kontrak yang dinyatakan misprocurement
akan dibatalkan, dan alokasi biaya tersebut akan dikurangkan dari nilai
total loan. Untuk kasus tertentu yang memadai, ADB dapat mengizinkan
untuk dilakukan tender ulang setelah dinyatakan misprocurement.
Untuk kontrak yang sudah ditetapkan pemenangnya dan telah
mendapatkan NOL dari ADB, ADB berhak untuk menyatakan
misprocurement apabila NOL tersebut dikeluarkan berdasarkan informasi
yang tidak benar , atau apabila persyaratan-persyaratan atau ketentuan-
ketentuan kontrak telah diubah tanpa persetujuan ADB lebih dahulu.
b. Untuk Loan IDB ( Para 1.12 Guidelines for Procurement of Goods and
Works Under IDB ):
IDB tidak akan membiayai pengeluaran untuk pekerjaan dan barang yang
proses pengadaannya tidak sesuai dengan prosedur yang telah disepakati
bersama dalam Perjanjian Pembiayaan (Financing Agreement) atau
apabila persyaratan-persyaratan atau ketentuan-ketentuan kontrak telah
diubah tanpa persetujuan IDB lebih dahulu.

5.1.7 REVIEW DAN PERSETUJUAN ADB DAN IDB


a) Prior Review
Prior Review adalah proses review oleh ADB maupun IDB sebelum tahapan
dalam rangkaian proses pengadaan dapat dilaksanakan. Sebelum Bank
menerbitkan persetujuannya, tahapan tersebut tidak dibenarkan untuk dimulai.
Dokumen-dokumen yang harus melalui prosedur prior review dan harus
mendapatkan persetujuan atau No Objection Letter (NOL) terlebih dahulu sebelum
tahapan selanjutnya dilaksanakan adalah :
(i) Procurement Plan;

Manual Manajemen Proyek 5-5


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

(ii) Dokumen Prakualifikasi Standar (Standar Prequalification Document SPQD),


termasuk draft iklan untuk undangan prakualifikasi.
(iii) Hasil evaluasi prakualifikasi.
(iv) Dokumen Lelang Standar (Standard Bidding Document SBD);
(v) Draft iklan pengumuman lelang;
(vi) Draft adendum dokumen lelang;
(vii) Perpanjangan masa laku penawaran (untuk perpanjangan pertama kali jika
melebihi 4 minggu untuk ADB dan melebihi 45 untuk IDB; dan untuk setiap
perpanjangan berikutnya)
(viii) Hasil evaluasi lelang dan usulan pemenang lelang (BER : Bid Evaluation
Report) ;
(ix) Draft dokumen kontrak; dan
(x) Usulan modifikasi kontrak, yang mencakup :
perpanjangan masa pelaksanaan atau masa kontrak, dengan tambahan
periode yang signifikan;
perubahan Syarat-syarat Kontrak; atau
perubahan kuantitas pekerjaan (change orders) yang mengakibatkan
penambahan biaya dari Nilai Kontrak Awal.
(xi) Usulan Lelang Ulang, karena :
tidak ada peserta lelang yang berminat (tidak ada yang memasukkan
penawaran);
tidak terjadi kompetisi yang efektif; atau
semua penawaran yang masuk dinyatakan tidak responsif.
Butir-butir tersebut di atas diberlakukan terhadap seluruh paket ADB dan IDB.
b) Post Review
Post Review adalah review yang dilaksanakan oleh Bank terhadap rangkaian
tahapan proses pengadaan pada paket-paket kontrak yang tidak memerlukan
prosedur prior review. Pada umumnya prosedur post review diterapkan untuk
paket-paket kontrak NCB di bawah nilai threshold tertentu.
Catatan : Untuk paket-paket kontrak RRDP ini tidak ada post review karena tidak
ada paket kontrak NCB.

5.1.8. Fraud and Corruption


a) Bank pemberi pinjaman menuntut suatu Standar Etika Tertinggi (the highest
standard of ethics) dalam seluruh proses pengadaan dan pelaksanaan kontrak.
Standar ini harus dipenuhi oleh seluruh jajaran Pemerintah dan

Manual Manajemen Proyek 5-6


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

penerima/pemanfaat dana pinjaman tersebut, seperti para Peserta Lelang,


Pemasok, Konsultan, dan Kontraktor.
b) Kasus-kasus yang tergolong fraud and corruption didefinisikan sebagai berikut :
(i) Corrupt practice (praktek korupsi),
adalah tindakan menawarkan, memberikan, menerima atau meminta
secara langsung maupun tidak langsung, apapun yang bernilai untuk
maksud mempengaruhi tindakan Panitia Pengadaan dalam proses
pengadaan atau dalam pelaksanaan kontrak.
(ii) Fraudulent practice (praktek penipuan/curang)
adalah tindakan atau pengabaian apapun termasuk kesalahan presentasi
yang dengan sadar menyesatkan atau berusaha untuk menyesatkan
peserta lelang untuk memperoleh dana atau keuntungan lain atau untuk
menghindari kewajiban.
(iii) Collusive practices (praktek kolusi)
adalah kerjasama di antara dua Peserta Lelang atau lebih, dengan atau
tanpa sepengetahuan Pemerintah, yang dimaksudkan untuk suatu
pengaturan Harga Penawaran sedemikian rupa sehingga Lelang menjadi
tidak murni dan tidak mengandung unsur persaingan atau kompetisi .
(iv) Coercive practices (praktek pemaksaan)
adalah upaya untuk mencederai atau mengancam untuk mencederai orang-
orang atau harta benda miliknya, langsung maupun tidak langsung, untuk
maksud mempengaruhi secara tidak layak keikutsertaan mereka dalam
proses pengadaan.
(v) Obstructive practice (praktek menghalangi)
adalah upaya sengaja merusak, memalsukan, mengubah atau
menyembunyikan barang bukti penyelidikan atau membuat pernyataan-
pernyataan palsu kepada penyelidik sehingga dapat menghambat
penyelidikan Bank terhadap korupsi, penipuan/kecurangan, pemaksaan
atau praktek kolusi; dan/atau menekan, menggangguatau mengintimidasi
pihak manapun untuk mencegah terungkapnya masalah yang berkaitan
dengan penyelidikan atau dari pengejaran penyelidikan.
c) Apabila terbukti bahwa telah terjadi kasus-kasus fraud and corruption, maka
Bank akan :
(i) membatalkan NOL atau award yang sudah atau akan diterbitkan;
(ii) menyatakannya sebagai misprocurement ; atau

Manual Manajemen Proyek 5-7


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

(iii) mengenakan sanksi Daftar Hitam (debarred) kepada pihak-pihak yang


terlibat.

5.1.8.1. Anti Corruption Action Plan (ACAP)


ACAP adalah Rencana Tindak Anti Korupsi yang termuat di dalam Loan Agreement
RRDP ADB Loan 2817-INO . Setiap ketentuan dan prosedur dalam tahap-tahap
proses pengadaan jasa pemborongan yang diuraikan di dalam bab ini harus dibaca
dan diartikan sejalan dengan Rencana Tindak Anti Korupsi tersebut, sebagaimana
diuraikan di dalam Bab 10 dari Manual Manajemen Proyek ini.

5.1.8.2. Pengusulan Penetapan Pemenang Lelang


Atas usulan dari Kelompok Kerja ( Pokja ) ULP, untuk pengadaan Jasa Konstruksi
dengan nilai pekerjaan di atas Rp 100 milyar, maka penetapan pemenang oleh
Menteri Pekerjaan Umum ( Pasal 8, ayat (1),(f) Perpres 54/2010), setelah
sebelumnya mendapat persetujuan ( NOL) dari ADB. Sedangkan untuk paket
pekerjaan yang nilainya di bawah Rp 100 milyar, maka penetapan pemenang
ditetapkan oleh Kelompok Kerja ( Pokja ) ULP( Pasal 17, ayat (2).(g) Perpres
70/2012), dimana sebelumnya harus mendapatkan persetujuan ADB apabila metode
pemilihannya dilaksanakan dengan International Competitive Bidding ( ICB).

5.1.8.3.Penggunaan Sistem E-Procurement


Penggunaan Sistem Semi e-procurement
Sistem semi e-procurement Kementerian PU digunakan pada sebagian besar untuk
semua pelelangan pekerjaan (civil works) pada paket-paket RRDP. Beberapa
tahapan manual diperlukan bersamaan dengan tahapan online, misalnya undangan
lelang harus diumumkan secara online maupun di surat kabar. Ada tahapan
pelelangan yang tidak dilaksanakan secara online, misalnya penyerahan dokumen
penawaran hanya dapat disampaikan dalam bentuk cetak (hard copy).

Karena prosedur lelang RRDP tidak membatasi masa sanggah, maka proses
sanggahan dan keluhan tidak disertakan dalam sistem Semi e-Procurement
Kementerian PU.

Kontraktor yang ingin mendaftar dan mengikuti pelelangan pekerjaan dan barang
RRDP menggunakan Sistem e-Procurement Kementerian PU harus memiliki kode
akses (User-ID dan password).

Kontraktor dapat mengikuti pelelangan dalam bentuk perusahaan tunggal atau KSO
dengan beberapa perusahaan yang berbeda, tetapi mereka tidak boleh mengikuti
pelelangan pada paket kontrak yang sama. Keikutsertaan Kontraktor dengan lebih

Manual Manajemen Proyek 5-8


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

dari satu penawaran dalam satu paket kontrak akan mengakibatkan diskualifikasi
terhadap semua penawaran yang diikuti kontraktor tersebut. Tetapi ini tidak berlaku
bagi subkontraktor yang dimasukkan dalam lebih dari satu penawaran.

Penggunaan Sistem Full e-procurement

Sistem full e-procurement Kementerian PU saat ini sedang diaplikasikan pada salah
satu paket RRDP sebagai pilot project untuk program bantuan ADB berikutnya.
Sistem ini hampir sama dengan sistem semi e-procurement, bedanya hanya pada
saat pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran. Pada saat pemasukan
dokumen penawaran, peserta lelang diharuskan untuk meng-upload dokumen
penawarannya secara online melalui website Kementerian PU, dan Jaminan
penawaran asli harus diserahkan secara langsung kepada panitia sebelum batas
akhir pemasukan penawaran. Dan pada saat pembukaan penawaran, panitia akan
men-dowload semua dokumen penawaran yang sudah masuk, lalu dicatat dan
dibacakan isi dokumen penawaran terutama untuk nama peserta, ada tidaknya
jaminan asli penawaran, besarnya nilai penawaran dan informasi penting lainnya
sesuai yang ada dalam ketentuan dokumen lelang. Pokja akan meminta kepada tiga
penawar terendah untuk menyerahkan dokumen penawaran aslinya.

5.2 METODA PENGADAAN

5.2.1. Metode Pengadaan Asian Development Bank (ADB)


5.2.1.1. International Competitive Bidding
a) International Competitive Bidding (ICB) adalah Lelang yang dilaksanakan
secara internasional, dengan menggunakan Standard Bidding Document
(SBD) atau Dokumen Lelang Standar yang diterbitkan oleh ADB , dan seluruh
prosedurnya mengikuti sepenuhnya ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur
di dalam Procurement Guidelines pada Bab II.
b) ICB diterapkan untuk paket-paket kontrak di atas nilai threshold di atas US$ 5
juta, dengan nilai tukar sebagaimana diatur di dalam Loan Agreement.

5.2.1.2 National Competitive Bidding


National Competitive Bidding (NCB) adalah Lelang yang dilaksanakan mengikuti
prosedur-prosedur yang berlaku secara nasional, tetapi setelah terlebih dahulu
direview dan disesuaikan untuk menjamin implementasi prinsip-prinsip dasar ADB
Penyesuaian prosedur Lelang tersebut, untuk diterapkan pada pengadaan paket-

Manual Manajemen Proyek 5-9


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

paket yang dibiayai ADB, disepakati pada saat Loan Negotiation dan dituangkan di
dalam Loan Agreement . NCB diterapkan untuk nilai kontrak dibawah threshold ICB.
Catatan: untuk proyek RRDP seluruh paket jasa konstruksi tidak ada yang
menggunakan pelelangan NCB.

5.2.1.3 Metoda Lainnya


Metoda-metoda pengadaan lainnya yang tercantum di dalam Guidelines meliputi
antara lain Limited International Bidding, Shopping, Direct Contracting, atau Force
Account. Untuk Loan RRRDP, metoda-metoda tersebut tidak dipergunakan.
Seluruh paket-paket kontrak RRDP ADB menerapkan ICB Contract.

5.2.2 Metode Pengadaan Islamic Development Bank (IDB)


5.2.2.1 International Competitive Bidding (ICB)
Ditinjau dari ruang lingkup dan tujuan, maka metode ICB untuk IDB ini ada dua
metode , yaitu metode ICB/MC dan Open ICB.
a) ICB/MC ( International Competitive Bidding/ Member Countries ) adalah Lelang
yang dilaksanakan secara internasional terbatas pada Negara-negara Aggota
IDB , dengan menggunakan Standard Bidding Document (SBD) atau Dokumen
Lelang Standar yang diterbitkan oleh IDB , dan seluruh prosedurnya mengikuti
sepenuhnya ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur di dalam Guidelines for
Procurement of Goods and Works pada Bab II.
b) Open ICB ( Open International Competitive Bidding ) adalah Lelang yang
dilaksanakan secara internasional, terbuka untuk Negara-negara yang bukan
Aggota IDB, dengan pertimbangan pada Negara-negara Anggota (MC) belum
ada perusahaan yang cukup kompeten untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
yang disyaratkan. Standard Bidding Document (SBD) atau Dokumen Lelang
Standar yang digunakan diterbitkan oleh IDB , dan seluruh prosedurnya
mengikuti sepenuhnya ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur di dalam
Guidelines for Procurement of Goods and Works pada Bab II.
Kedua metode ICB diatas diterapkan untuk paket-paket kontrak di atas nilai threshold
US$ 10 juta.

5.2.2.2 National Competitive Bidding


National Competitive Bidding (NCB) adalah Lelang yang dilaksanakan mengikuti
prosedur-prosedur yang berlaku secara nasional, tetapi setelah terlebih dahulu
direview dan disesuaikan untuk menjamin implementasi prinsip-prinsip dasar IDB .
Catatan: untuk proyek RRDP-IDB tidak ada yang menggunakan pelelangan NCB.

Manual Manajemen Proyek 5 - 10


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

5.2.2.3 Metoda Lainnya


Metoda-metoda pengadaan lainnya yang tercantum di dalam Guidelines meliputi
antara lain Limited International Bidding, Shopping, Direct Contracting, atau Force
Account. Untuk Loan RRRDP, metoda-metoda tersebut tidak dipergunakan.
Catatan : Seluruh paket-paket kontrak RRDP IDB menerapkan ICB Contract.

5.3 PROSEDUR LELANG


Pada umumnya Proses Lelang berlangsung seperti pada Gambar 5.1.a :

Manual Manajemen Proyek 5 - 11


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Gambar 5.1.a : Bagan Alir Proses Lelang Pengadaan Jasa Konstruksi

Kegiatan Dokumen dan Waktunya Penanggungjawab

1. Direktorat Bipran/PMU RRDP


1. Dokumen Lelang Standar 2. Direktorat Bina Teknik
Penyiapan Desain dan 3. Balai
2. Desain Rekayasa detail (DED)
Dokumen Lelang Standar 3. Harga Perkiraan Konsultan (EE) 4. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II

Tidak NOL ADB/IDB untuk Dokumen: 1. ADB/IDB


Persetujuan 2. Direktorat Bipran/PMU RRDP
Waktu 14 hari

Ya
Dikirim ke Satuan Kerja 1. 1.. Dokumen Lelang Standar 1. Direktorat Bipran/PMU RRDP
2. Desain Rekayasa detail (DED)
3. Harga Perkiraan Konsultan (EE)

1. Pokja /ULP
Kesiapan Panitia Lelang, 2. PPK
1. Draft Dokumen Lelang
3. Penasehat Pelelangan
Penyiapan Jadwal Lelang, 2. Draft Jadwal Lelang
HPS, Undangan Lelang, dan 3. Draft HPS (OE)
Dokumen Lelang 4. Draft Undangan Lelang (IFB)
Waktu 14 hari
1. PMU RRDP
Tidak 1. Kesiapan Panitia Lelang 2. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II I
Review PMU 2. Dokumen Lelang
3. Rencana Lelang & Jadwal Lelang
4. Draft Undangan Lelang
Ya 5. HPS&EE
6. Penyaringan Dampak Lingkungan dan Sosial, a. Direktorat Bipran/PMU RRDP
dan studi Pembebasan Tanah (jika ada)
Dikirim ke ADB/IDB untuk
NOL
Ya
1. ADB/IDB
Tidak
NOL ADB/IDB NOL, waktu 7 hari
Ya 1. Pokja ULP
2. PPK
3. PMU RRDP
Undangan Lelang 1. Iklan Undangan Lelang di Surat Kabar 4. PUSDATA
2. Informasi di website
Waktu 1 hari

Penyiapan, Pemasukan &


1. Dokumen Lelang (Bagian 1, 2 & 3)
Pembukaan Penawaran 1. Pokja ULP
2. Gambar, Lingkup Kerja & Syarat Syarat
2. Peserta Lelang
Umum dan Khusus
3. PMU RRDP
Waktu minimum: 42 hari untuk ADB, dan
60 hari untuk IDB

Evaluasi 1. Dokumen Lelang


2. Dokumen Penawaran & Jaminan Penawaran 1. Pokja ULP
Penawaran dari peserta Lelang 2. Peserta Lelang (untuk klarifikasi, jika
3. Catatan Pembukaan Penawaran ada)
4. Klarifikasi
Waktu 28 hari

Manual Manajemen Proyek 5 - 12


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Bagan Alir Pelelangan untuk Pengadaan Jasa Konstruksi - lanjutan

Kegiatan Dokumen dan Waktunya Penanggungjawab

1. Bukti Penyelesaian Pembebasan Tanah


Evaluasi Penawaran (jika ada) 1. PMU RRDP
Pasca Kualifikasi 2. Dokumen Lelang 2. Direktorat Bina Pelaksanaan
3. Dokumen Penawaran untuk tiga Wilayah II dan III
Penawar Terendah
4. Laporan Evaluasi Penawaran (termasuk
Kualifikasi)
5. Usulan Pemenang dan Draft Surat
Penunjukan oleh PPK
Laporan Evaluasi Penawaran ke 6. Draft Kontrak
Ditjen Bina Marga (PPK, PMU, 7. Fotokopi jaminan penawaran dari 3
dan Direktorat atau Balai terkait) penawar terendah
8. Undangan Lelang di setiap media +
surat kabar asli
Waktu 7 hari

Cek untuk penawaran paket paket


di waktu bersamaan, jika ada

1. Dokumen Lelang
2. Dokumen Penawaran untuk tiga
> Rp 100 Penawar Terendah 1. ADB/IDB
milyar ? 3. Laporan Evaluasi Penawaran (termasuk 2. BPKons untuk Kementerian
Kualifikasi) PU* untuk Kontrak>Rp. 100M
Tidak
Ya 4. Usulan Penetapan Pemenang Lelang
5. Draft Surat Penunjukan dari PPK
6. Draft Kontrak
7. Fotokopi jaminan penawaran dari 3
Dikirim ke Dikirim ke penawar terendah
ADB/IDB BPKons 8. Undangan Lelang di setiap media +
surat kabar asli

Tidak
Ya atau Tidak
1. EvaluasiolehBPKons * bersamaan 1. ADB/IDB
Dikirim ke dengan ADB/IDB, waktu 14 hari 2. Kementerian PU*
NOL Menteri PU 2. Evaluasi oleh ADB/IDB, waktu 14 hari
Ya atau
Tidak

Tidak 1. Rekomendasi dariBPKons


2. NOL ADB/IDB 1. PMU RRDP
3. Persetujuan Penetapan Pemenang dari 2. PPK
Ya Persetujuan Menteri PU*
Waktu 5 hari

Ya
* Evaluasi/Pendapat Hukum oleh
1. NOL Penetapan Pemenang dan Draft BPKons - Badan Pembinaan
kontrak oleh ADB/IDB Konstruksi, di Kementerian
NOL ADB/IDB 2. Persetujuan Penetapan Pemenang dari PekerjaanUmum ( Pasal 8 -
&Persetujuan Menteri Menteri PU Perpres 54/2010 untuk
PU diterima PPK Waktu 1 hari persetujuan Menteri Pekerjaan
Umum atas kontrak pekerjaan >
Rp. 100 milyar )

C1

Manual Manajemen Proyek 5 - 13


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Kegiatan Dokumen dan Waktunya Penanggungjawab

C1

Pengumuman Pemenang 1. NOL ADB/IDB untuk Pemenang 1. Pokja ULP


Lelang dan Surat Penunjukan Lelang 2. PPK
2. Persetujuan Menteri PU untuk 3. Peserta Lelang
Pemenang Lelang* 4. PUSDATA
Waktu 3 hari

1. Surat Penunjukan
Review Perjanjian Kontrak, 1. PPK
2. Dokumen Kontrak
Syarat syarat Umum & 2. PMU RRDP
3. Jaminan Pelaksanaan
Khusus, Adendum jika ada,
4. Penyelesaian Sanggahan/Keluhan (jika
lampiran lain yang
ada)
disyaratkan, dan Jaminan
Waktu 5 hari
Pelaksanaan

1. Dokumen Kontrak 1. PPK


Penandatanganan Kontrak
2. Jaminan Pelaksanaan 2. Pemenang Lelang
Waktu maksimum 7 hari

Persetujuan Pembayaran,Mengirim 1. Dokumen Kontrak


1.ADB/IDB
Kontrak ke ADB/IDB untuk NOL 2. Jaminan Pelaksanaan
Waktu 7 hari

NOL Kontrak dan 1. Dokumen Kontrak 1.ADB/IDB


Pembayaran 2. Jaminan Pelaksanaan
Waktu 1 hari
\

Uang Muka
1. Dokumen Kontrak 1. PPK
2. Jaminan Uang Muka 2. Kontraktor
Waktu 5 hari 3. Engineer

1. Perjanjian Kontrak
Pelaksanaan Kontrak 2. Pengaturan Keuangan Pengguna Jasa 1. PPK
Tanggal mulai pekerjaan 3. Kepemilikan lokasi proyek 2. Engineer (DSC)
4. Uang Muka 3. Kontraktor
5. Mobilisasi DSC

Manual Manajemen Proyek 5 - 14


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

5.3.1 Penyiapan dan Persetujuan Dokumen Lelang


Dokumen Lelang Standar RRDP- loan ADB untuk pengadaan International
Competitive Bidding (ICB) mengacu kepada Standard Bidding Document yang
diterbitkan oleh ADB, edisi September 2010, sedangkan Dokumen Lelang Standar
untuk ICB/MC RRDP-IDB mengacu kepada Standard Bidding Document yang
diterbitkan oleh IDB . Untuk Syarat -Syarat Umum Kontrak ( General Conditions of
Contract = GCC) yang merupakan bagian dari SBD tersebut baik dari ADB maupun
IDB menggunakan the MDB/FIDIC Harmonised edisi Juni 2010 . Bahasa yang
digunakan untuk komunikasi yang ditentukan dalam SBD adalah Bahasa Inggris.

Kelengkapan dokumen lelang terutama Detailed Engineering Desaign (DED), harus


sudah mendapat persetujuan dari unit-unit yang berhak mengesahkan, antara lain:
Subdit Teknik Jalan, Dit Bintek.
Subdit Teknik Lingkungan, Dit Bintek
Subdit Penyiapan standar dan Pedoman, Dit. Bintek

Selanjutnya dokumen lelang tersebut dikirim ke ADB atau IDB oleh PMU untuk
mendapat persetujuan , dan dokumen yang telah disetujui tersebut selanjutnya akan
dikirimkan PMU ke masing-masing PIU (KaSatker/PPK) terkait.

5.3.2 Penyiapan Pelelangan dan Pengumuman


5.3.2.1 Dokumen lelang
Dokumen lelang untuk masing-masing paket kontrak harus menggunakan Dokumen
Lelang Standar yang telah disetujui baik oleh ADB maupaun IDB, dengan
menambahkan informasi-informasi yang spesifik untuk paket kontrak yang
bersangkutan, seperti:
Data panitia pengadaan (alamat, telepon, surat elektronik/email)
Jadwal pengadaan.
Kualifikasi untuk masing-masing paket kontrak
Daftar kebutuhan alat dan personil, dll

5.3.2.2 Pengumuman lelang


1. Pengumuman lelang menurut ADB
Jenis Pengumuman :
a) General Procurement Notice (GPN)
General Procurement Notice (GPN) adalah notifikasi atau pemberitahuan
awal secara luas dan bersifat umum mengenai kesempatan Lelang paket-

Manual Manajemen Proyek 5 - 15


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

paket kontrak yang didanai oleh pinjaman ADB. GPN ditayangkan di dalam
website ADB , yaitu http://www.adb.org .
Draft GPN akan dipersiapkan oleh PMU untuk diajukan kepada ADB, yang
selanjutnya akan mengatur pemuatannya di dalam website tersebut di atas.
b) Specific Procurement Notice (SPN)
(i) Specific Procurement Notice (SPN) adalah pengumuman lelang atau
undangan lelang yang bersifat lebih rinci untuk satu atau beberapa
paket kontrak yang akan segera dilelangkan.
(ii) Draft SPN disiapkan PMU (sebagai bagian dari Dokuken Lelang yang
dimintakan persetujuannya kepada ADB, kemudian dirincikan oleh panitia
pengadaan PIU (Satker/PPK) terkait
- Pengumuman lelang dapat dilaksanakan setelah dokumen lelang
disetujui oleh ADB
- Panitia pengadaan selain mengumumkan juga wajib mengupload ke
website PU.
(c) Pengumuman lelang harus dilaksanakan melalui :
(i) media cetak nasional yang ditetapkan sesuai ketentuan LKPP, paling
tidak dalam surat kabar berbahasa Inggris ( jika ada ) .
(ii) wajib diumumkan melalui e-procurement website PU.
(iii) Website ADB, oleh ADB setelah menerima dan menyetujui draft
Pengumuman Lelang yang dikirim oleh PMU RRDP.

Note : Contoh Pengumuman lelang (iklan ) di media cetak untuk ADB dapat
dilihat pada Lampiran 5.3
2. Pengumuman lelang menurut IDB
Jenis Pengumuman :
a) General Procurement Notice (GPN)
General Procurement Notice (GPN) adalah notifikasi atau pemberitahuan
awal secara luas dan bersifat umum mengenai kesempatan Lelang paket-
paket kontrak yang didanai oleh pinjaman Bank Dunia. GPN ditayangkan di
dalam website Islamic Development Bank (IDB) (IDB online), yaitu
http://www.isdb.org .
Draft GPN akan dipersiapkan oleh PMU untuk diajukan kepada IDB, yang
selanjutnya akan mengatur pemuatannya di dalam website IDB tersebut di
atas.
b) Specific Procurement Notice (SPN)

Manual Manajemen Proyek 5 - 16


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

(i) Specific Procurement Notice (SPN) adalah pengumuman lelang atau


undangan lelang yang bersifat lebih rinci untuk satu atau beberapa
paket kontrak yang akan segera dilelangkan.
(ii) Draft SPN disiapkan PMU (sebagai bagian dari Dokumen Lelang yang
dimintakan persetujuannya kepada IDB, kemudian dirincikan oleh Pokja
terkait
- Pengumuman lelang dapat dilaksanakan setelah dokumen lelang
disetujui oleh IDB
- Pokja selain mengumumkan juga wajib mengupload ke website PU.
(c) Pengumuman lelang harus dilaksanakan melalui :
(I) media cetak nasional yang ditetapkan sesuai ketentuan LKPP dan media
cetak international.
(ii) Untuk pengadaan ICB/MB, pengumuman lelang (SPN) harus
dilaksanakan juga melalui website IDB online oleh IDB dan copy SPN
harus didistribusikan kepada Kedutaan/Konsulat dari Negara Negara
anggota IDB yang ada di Indonesia.

Note : Contoh Pengumuman lelang (iklan ) di media cetak untuk IDB dapat
dilihat pada Lampiran 5.4

5.3.3 Registrasi dan Pen-download-an Dokumen Lelang


a) Dokumen lelang harus sudah tersedia (softcopy di website, CD master dan hard
coopy di proyek/PIU terkait) sejak tanggal pengumuman lelang (SPN) dan tetap
tersedia untuk di download/diakses sampai dengan 1 (satu) hari kerja sebelum
akhir pemasukan penawaran.
Untuk pelelangan ICB ADB , periodenya sekurang-kurangnya 6 (enam)
minggu, sedangkan untuk ICB/MB IDB periodenya sekurang-kurangnya 60
hari. Periode ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan waktu yang cukup
bagi calon peserta lelang dalam mempersiapkan dan memasukkan dokumen
penawaran.
b) Selain dokumen lelang juga dapat didownload bebas biaya melalui website PU,
website ADB/Website IDB ( online), Dokumen lelang harus bisa dimintakan
kepada Panitia Lelang, dalam bentuk softcopy di dalam CD, oleh perusahaan-
perusahaan yang berminat baik secara langsung (permintaan melalui elektronik)
ataupun melalui jasa pengiriman pos/ekspedisi.
Untuk soft copy panitia tetap menyarankan dan menginformasikan alamat-alamat
yang dapat digunakan untuk mendownload dokumen dalam bentuk soft copy,

Manual Manajemen Proyek 5 - 17


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

namun jika tetap menjadi kendala, panitia tetap diminta


memberikan/mengirimkan copy CD tanpa dikenakan biaya.
c) Dokumen lelang dalam bentuk hard copy tidak disediakan, hal ini dimaksudkan
untuk tidak dijadikan penyimpangan dalam hal pengadaan dokumen pelelangan,
sebagi pengganti panitia dapat memberikan copy CD tanpa dikenakan biaya
untuk digandakan oleh masing-masing penyedia jasa, dan /atau mengirimkan
copy CD.
d) Panitia Lelang harus membuat daftar perusahaan atau asosiasi perusahaan
yang telah mengambil Dokumen Lelang, tetapi daftar ini tidak dibenarkan untuk
diberikan kepada pihak lain, selain untuk kepentingan Panitia. Daftar tersebut
harus memuat sekurang-kurangnya nama perusahaan atau asosiasi
perusahaan, tanggal dan jam pengambilan, dan nama wakil perusahaan tersebut
yang mengambil Dokumen Lelang.

5.3.4 Penjelasan Pekerjaan dan Peninjauan Lapangan


Pada proyek RRDP tahap penjelasan pekerjaan dan peninjauan lapangan yang
diprakarsai oleh Pokja Lelang, diadakan sesuai dengan jadwal yang
dicantumkan pada dokumen lelang .

5.3.5 Klarifikasi Dokumen Lelang


a) Peserta Lelang yang hendak meminta klarifikasi atas Dokumen Lelang harus
mengajukannya secara tertulis kepada Panitia Lelang (tanggal batas permintaan
klarifikasi harus dicantumkan dalam pengumuman, ditetapkan 21 hari kalender
sebelum batas akhir pemasukan penawaran)
b) Komunikasi hanya dilakukan melalui internet/surat elektronik (email)
c) Panitia Lelang harus memberikan jawaban atau penjelasan atas permintaan
klarifikasi yang diterima selambat-lambatnya 14 hari kalender sebelum Batas
Akhir Pemasukan Penawaran.
Yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan jawaban/penjelasan.
(i) Pertanyaan tidak mencantumkan nama.
(ii) Ditayangkan/diupload di website PU, dan dikirim ke PMU untuk
ditayangkan/diupload di ADB/IDB online.
(iii) Jawaban atau penjelasan tersebut harus didistribusikan juga kepada seluruh
Peserta Lelang yang secara jelas mencantumkan alamat emailnya.
d) Jika sebagai akibat permintaan klarifikasi tersebut dipandang perlu untuk
mengamandemen Dokumen Lelang, maka Adendum Dokumen Lelang harus
dibuat dengan mengikuti prosedur pada paragraf 5.3.6.

Manual Manajemen Proyek 5 - 18


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

5.3.6 Penerbitan Adendum Dokumen Lelang


a) Semua perubahan-perubahan atas Dokumen Lelang yang sebelumnya telah
disetujui harus dituangkan ke dalam Adendum Dokumen Lelang.
b) Sebelum didistribusikan kepada para Peserta Lelang, Adendum Dokumen
Lelang, jika ada perubahan substansi harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu oleh ADB ataupun IDB.
c) Adendum Dokumen Lelang harus sudah diterimakan kepada seluruh Peserta
Lelang yang telah mengambil Dokumen Lelang paling lambat 14 hari kalender
sebelum Batas Akhir Pemasukan Penawaran yang diinformasikan melalui
internet (website PU), juga melalui pengiriman informasi langsung kepada
peserta lelang yang jelas mencantumkan alamat elektroniknya.

5.3.7 Pemasukan Penawaran


5.3.7.1 Dokumen Penawaran
a) Seluruh Dokumen Penawaran harus dimasukkan ke dalam satu sampul
tertutup. Dokumen Penawaran tersebut terdiri atas dua bagian, masing-masing
adalah dokumen harga penawaran dan dokumen informasi kualifikasi.
b) Jumlah Dokumen Penawaran yang dimasukkan harus terdiri atas 1 (satu) set
asli dan 5 (lima ) set salinan (ADB), 3 (tiga) set salinan (IDB). Jaminan
Penawaran asli harus dimasukkan ke dalam berkas dokumen harga penawaran
yang asli.

5.3.7.2 Pemasukan Dokumen Penawaran


a) Pemasukan Dokumen Penawaran dapat dilaksanakan sejak tanggal Dokumen
Lelang tersedia untuk diambil oleh para Peserta Lelang sampai dengan batas
waktu yang ditentukan di dalam Dokumen Lelang.
b) Batas Akhir Pemasukan Penawaran, meliputi tanggal, waktu, dan tempat, harus
tercantum secara jelas di dalam Pengumuman Lelang dan Dokumen Lelang.
c) Dokumen Penawaran, sampai dengan adanya ketentuan mengenai legalisasi
tanda tangan elektronik, harus disampaikan dalam hard copy dengan tanda
tangan basah (asli)
d) Perubahan waktu dan tempat pemasukan penawaran harus diumumkan secara
terbuka melalui surat kabar dan papan pengumuman. Perubahan jadwal
tersebut juga harus dituangkan ke dalam Adendum Dokumen Lelang, yang
selanjutnya disampaikan kepada dan diterima oleh semua perusahaan yang

Manual Manajemen Proyek 5 - 19


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

telah mengambil Dokumen Lelang, paling lambat 14 hari kalender sebelum


Batas Akhir Pemasukan Penawaran yang baru tersebut.
e) Untuk mengadministrasikan pemasukan Dokumen Penawaran, Panitia Lelang
harus mempersiapkan setidak-tidaknya hal-hal sebagai berikut :
Kotak Penawaran, untuk pemasukan penawaran dengan ukuran yang
memadai, dapat dikunci dan disegel, dan selalu dalam pengawasan Panitia
Lelang
Daftar Peserta Lelang yang memasukkan Dokumen Penawarannya ke
dalam kotak penawaran. Pengisian daftar tersebut dilakukan oleh wakil
Peserta Lelang yang bersangkutan (apabila disampaikan secara langsung)
atau pihak lain yang mendapatkan tugas tersebut (apabila disampaikan
melalui pos/ekspedisi). Daftar ini memuat sekurang-kurangnya nama
Peserta Lelang, tanggal dan waktu (jam) pemasukan Dokumen Penawaran,
dan nama wakil Peserta Lelang yang bersangkutan.
f) Penawaran yang terlambat :
Harus ditolak dan dikembalikan kepada Peserta Lelang
Sampul Dokumen Penawaran tidak boleh dibuka
Tanda bukti penyampaian dokumen sekaligus bukti pengembaliannya
ditandatangani bersama oleh Panitia Lelang dan Peserta Lelang. Waktu
(jam) dokumen tersebut diterima dan dikembalikan harus dicantumkan
dengan jelas.
Apabila Dokumen Penawaran disampaikan melalui pos/ekspedisi, maka
sampul luar dibuka untuk mengetahui nama dan alamat Peserta Lelang
yang tertera pada bagian luar sampul dalam (sampul dalam dilarang untuk
dibuka), dan segera mengirimkannya kembali ke alamat Peserta Lelang.
Panitia Lelang wajib menyimpan sampul luar dan copy resi pengiriman dari
Peserta Lelang. Pada sampul luar tersebut dibubuhkan tanggal dan jam
Dokumen Penawaran tersebut diterima oleh Panitia Lelang.

5.3.8. Pembukaan Penawaran


(a) Pada saat Batas Akhir Pemasukan Penawaran, Panitia Lelang menyatakan
bahwa masa pemasukan penawaran ditutup. Penawaran yang disampaikan
setelah Batas Akhir ini dinyatakan sebagai penawaran terlambat.
(b) Segera setelah masa pemasukan penawaran ditutup, Panitia Lelang memulai
proses pembukaan penawaran. Pembukaan penawaran harus dilaksanakan
secara terbuka, dalam arti dihadiri oleh wakil-wakil Peserta Lelang.

Manual Manajemen Proyek 5 - 20


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

(c) Para Peserta Lelang menyepakati minimal 2 (dua) orang di antara wakil-wakil
Peserta Lelang yang hadir untuk bertindak sebagai saksi. Saksi-saksi ini tidak
boleh berasal dari satu Peserta Lelang yang sama. Para saksi akan turut secara
langsung mengecek setiap Dokumen Penawaran yang dibuka dan dibacakan.
Selanjutnya para saksi tersebut dan seluruh anggota Panitia Lelang yang hadir
membubuhkan parafnya masing-masing pada lembar-lembar penting Dokumen
Penawaran, antara lain Surat Penawaran, Rekapitulasi Harga, dan Daftar
Kuantitas dan Harga.
(d) Apabila jumlah wakil Peserta Lelang yang akan ditunjuk sebagai saksi kurang
dari 2 peserta, maka Panitia Lelang menunjuk seseorang atau lebih yang bukan
anggota Panitia Lelang untuk bertindak sebagai saksi dalam acara Pembukaan
Penawaran.
(e) Panitia Lelang menyiapkan Daftar Hasil Pembukaan Penawaran untuk acara
Pembukaan Penawaran.
(f) Urutan dokumen yang dibuka adalah :
(i) Dokumen yang bertandakan PENGUNDURAN/PENARIKAN dibuka paling
awal.
(ii) Dokumen yang bertandakan PERUBAHAN dibuka pada giliran berikutnya.
(iii) Dokumen Penawaran lainnya dibuka pada giliran selanjutnya. Dokumen
Penawaran semula dari Peserta Lelang yang kemudian memasukkan
dokumen PENGUNDURAN/PENARIKAN tidak boleh dibuka atau dibacakan.
(g) Pada acara Pembukaan Penawaran :
(i) Panitia Lelang dan para saksi mengecek setiap Dokumen Penawaran untuk
menyatakan ADA atau TIDAK ADA terhadap sesuatu dokumen yang
dilampirkan atau yang harus dilampirkan menurut Dokumen Lelang.
(ii) Panitia Lelang juga harus membacakan harga penawaran yang dituliskan di
dalam Surat Penawaran dan nilai Jaminan Penawaran yang dicantumkan di
dalam surat jaminan (garansi bank) yang menyertai dokumen harga
penawaran.
(iii) Panitia Lelang tidak dibenarkan untuk memberikan penilaian Gugur atau
Tidak Gugur, Memenuhi Syarat atau Tidak Memenuhi Syarat,
Lengkap atau Tidak Lengkap, Sah atau Tidak Sah, dan
sebagainya.
(iv) Dokumen Informasi Kualifikasi dapat (tetapi tidak diwajibkan) dibuka dan
dibacakan sesuai dengan kebutuhan.

Manual Manajemen Proyek 5 - 21


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

(h) Setelah semua Dokumen Penawaran selesai dibuka dan dibacakan, Panitia
Lelang segera menyiapkan Berita Acara Pembukaan Penawaran. Hal-hal atau
kejadian-kejadian selama acara pembukaan penawaran dilangsungkan harus
dicantumkan di dalam berita acara tersebut. Berita Acara ini harus dilampiri
dengan Daftar Hasil Pembukaan Penawaran, seperti disebutkan di dalam
paragraf 5.3.7.3(e) di atas.
(i) Sebelum acara Pembukaan Penawaran ditutup, Panitia Lelang harus
membacakan isi Berita Acara Pembukaan Penawaran di depan semua yang
hadir pada acara tersebut. Selanjutnya seluruh anggota Panitia Lelang yang
hadir dan para saksi dari Wakil Peserta Lelang harus membubuhkan tanda-
tangan dan paraf pada Berita Acara Pembukaan Penawaran tersebut. Jika ada
yang tidak dapat atau tidak bersedia untuk melaksanakan tanda-tangan dan
paraf, maka harus ada penjelasan yang dimuat di dalam Berita Acara
Pembukaan Penawaran tersebut.
(j) Selesai pelaksanaan Pembukaan Penawaran, Panitia Lelang harus :
(i) segera mengirimkan Berita Acara Pembukaan Penawaran dan lampirannya
(Daftar Hasil Pembukaan Penawaran) dalam tempo 2 x 24 jam sejak
Pembukaan Penawaran melalui e-mail: pmu.rrdp@yahoo.com
ditembuskan ke ADB/IDB dan Direktorat (Unit Eselon II)/Balai yang
bersangkutan.

5.3.9 Evaluasi Penawaran

5.3.9.1 Umum
a) Evaluasi lelang harus semata-mata mengikuti ketentuan yang dipersyaratkan
dalam dokumen lelang dan pemenang lelang harus diberikan kepada peserta
dengan penawaran yang memenuhi persyaratan evaluasi dan harga terendah
responsif.
b) Peserta lelang tidak boleh digugurkan karena kesalahan-kesalahan kecil yang
tidak substansial.
c) Peserta lelang tidak boleh digugurkan dengan alasan bahwa penawaran
melebihi owners estimate dan alokasi anggaran , tanpa persetujuan ADB/IDB.
d) Perpanjangan untuk masa berlaku penawaran Lelang yang melebihi dari masa
berlaku penawaran awal/original, harus mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari ADB/IDB, dengan disertai alas an/justifikasi yang kuat. Untuk
ADB persetujuan tersebut diperlukan untuk perpanjangan pertama kali jika
melebihi 4 minggu dan untuk setiap perpanjangan berikutnya , sedangkan untuk

Manual Manajemen Proyek 5 - 22


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

IDB persetujuan tersebut untuk perpanjangan pertama kali jika melebihi 45 hari
dan untuk setiap perpanjangan berikutnya.

5.3.9.2 Evaluasi Pendahuluan (Preliminary Examination)


Evaluasi dilakukan dalam 3 tahap , mencakup:
Tahap 1: Evaluasi administrasi (Administrative/Legal Requirements) yang
mencakup:
a. Kelengkapan dokumen penawaran (Completeness of Bid
Documents)
b. Verifikasi dokumen penawaran (Verification of Bid Documents)
Tahap 2 : Evaluasi teknis (Technical Requirement)
Bagi penawaran yang lulus evaluasi administrasi dilanjutkan evaluasi
teknis, yang mencakup:
a. Metode Pelaksanaan ( Detailed Construction Methodology)
b. Jadual pelaksanaan (General Construction Time Schedule and S-
Curve
c. Spesifikasi teknis
d. Daftar peralatan
e. Usulan personil inti kontraktor
f. Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan
Tahap 3 : Evaluasi harga (Cost Proposals)
Evaluasi teknis yang penawaran harganya telah dibuka pada saat
pembukaan penawaran.
Evaluasi penawaran harga (cost proposals) mencakup:
a. Koreksi aritmatik (arithmetical correction);
b. Konversi mata uang asing ke mata uang Rupiah harga penawaran
dan pembandingan;
c. Pemeriksaan kewajaran harga dan harga satuan (unrealistic
rates/sums);
d. Pemeriksaan harga timpang (unbalancerd bid price).
e. Front loaded

5.3.9.3 Evaluasi Detil (Detail Examination)


5.3.9.3.1 Evaluasi Administrasi
a. Kelengkapan dokumen penawaran sesuai yang telah ditentukan didalam
dokumen lelang termasuk didalamnya Dokumen Kualifikasi.

Manual Manajemen Proyek 5 - 23


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

b. Kebenaran/verifikasi terhadap dokumen penawaran yang substansial untuk


hal-hal sebagai berikut :
(i) Perjanjian Kemitraan/Affidavit Agreement (jika ada) :
Ditandatangani oleh yang berwenang
Prosentase pembagian kerja sama operasi/gabungan sekurang-
kurangnya sesuai dengan yang telah ditentukan dalam dokumen
lelang.
Perjanjian Kemitraan disahkan oleh notaris.
(ii) Surat Kuasa (jika ada) :
Ditandatangani oleh Penerima Kuasa dan Direktur Utama dengan
syarat nama Penerima Kuasa harus tercantum dalam Akte
Pendirian Perusahaan atau perubahannya atau;
Kepala Cabang yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan
dengan dokumen otentik atau;
Pejabat yang menurut perjanjian kemitraan adalah yang berhak
mewakili perusahaan yang bekerja sama.
Surat Kuasa harus disahkan oleh Notaris.
(iii) Surat Penawaran
Ditandatangani oleh Direktur Utama atau Penerima Kuasa dari
Direktur Utama.
Jangka waktu berlakunya surat penawaran tidak kurang dari waktu
yang ditetapkan dalam dokumen lelang.
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak
melebihi jangka waktu yang ditetapkan dalam dokumen lelang.
Bermaterai cukup dan bertanggal pada materai.
Bagi perusahaan Kerja Sama Operasi (KSO), penawaran ditanda
tangani oleh orang yang berhak sesuai perjanjian kemitraan/KSO.
Isi surat penawaran sesuai yang disyaratkan dalam dokumen
lelang.
(iv) Daftar Kuantitas dan Harga
Harus diisi dengan lengkap.
Kuantitas yang tidak ada harga satuannya, maka tetap dibiarkan
kosong namun pekerjaan harus tetap dikerjakan oleh peserta
lelang.
Jika terdapat kesalahan didalam Daftar Kuantitas dan Harga dari
segi besaran volume/kuantitas, penjumlahan, perkalian antara

Manual Manajemen Proyek 5 - 24


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

kuantitas dan harga serta pemindahan hasil perhitungan ke


rekapitulasi, maka dilakukan Koreksi Aritmatik. Harga satuan tidak
boleh diubah.
(v) Jaminan Penawaran
Pokja melakukan pengecekan kepada Bank yang mengeluarkan
jaminan penawaran tersebut. Pengecekan dilakukan terhadap
semua jaminan penawaran untuk mendapatkan konfirmasi dari
Bank, apakah jaminan tersebut asli atau palsu.
Dikeluarkan oleh Bank yang bereputasi baik.
Masa berlaku jaminan penawaran tidak kurang dari yang ditentukan
dalam dokumen lelang
Nama Peserta lelang yang tercantum dalam surat jaminan
penawaran sama dengan nama yang tercantum dalam surat
penawaran.
Nilai jaminan penawaran tidak kurang 2 (dua) persen dari Harga
Perkiraan Sendiri ( HPS ). Pada paket-paket RRDP sudah
langsung dinyatakan dalan nilai
Besaran nilai jaminan Penawaran dicantumkan dalam angka dan
huruf, jika angka dan huruf berbeda, maka dilakukan klarifikasi
kepada Bank yang mengeluarkan jaminan tersebut.
Nama pemilik yang menerima jaminan penawaran adalah sama
dengan nama pemilik yang mengadakan pelelangan, jika nama
berbeda, maka dilakukan klarifikasi kepada Bank yang
mengeluarkan jaminan tersebut.
Paket pekerjaan yang dijamin sama dengan paket pekerjaan yang
dilelang.
Isi surat jaminan Penawaran harus sesuai dengan ketentuan dan
maksud dalam dokumen jaminan Penawaran tersebut.
(vi) Eligibility
Peserta lelang yang boleh ikut serta didalam pekerjaan ini adalah
yang memenuhi persyaratan kualifikasi.
Peserta lelang sesuai kriteria paragraf 1.6; 1.7 dan 1.8 Guidelines
Procurement Under ADB, April 2010 dan paragraf 1.7 Guidelines
for Procurement of Goods and Works under Islamic Development
Bank Financing, May 2009

Manual Manajemen Proyek 5 - 25


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

5.3.9.3.2 Evaluasi Teknis


Panitia Lelang/Kelompok Kerja ULP akan menguji aspek teknik dari penawaran
yang disampaikan sesuai dengan IPL/ITB 16, Proposal Teknik, khususnya untuk
mengkonfirmasikan bahwa seluruh ketentuan dalam Seksi VI, Syarat-syarat
Pekerjaan telah dipenuhi tanpa ada penyimpangan material atau keberatan.
Dalam proses evaluasi Proposal Teknik, Pokja ULP akan memeriksa persyaratan
dokumen lelang terkait organisasi lapangan, metode pernyataan, jadwal
mobilisasi, jadwal pelaksanaan pekerjaan, personil dan peralatan. Apabila hasil
evaluasi tidak responsif terhadap persyaratan dokumen lelang, Kelompok Kerja
ULP tidak segera mendiskualifikasi peserta lelang, tetapi meminta secara tertulis
untuk melakukan klarifikasi dalam jangka waktu yang wajar sebelum pengeluaran
keputusan responsif. Permintaan informasi atau dokumentasi mengenai
ketidaksesuaian tersebut tidak boleh dikaitkan dengan aspek apapun dari harga
penawaran. Kegagalan peserta lelang untuk memenuhi permintaan tersebut dapat
menyebabkan penawarannnya ditolak.
Evaluasi meliputi aspek aspek berikut:
a. Metode Pelaksanaan
i. Harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam dokumen lelang dan
diyakini menggambarkan penguasaan Teknis Peserta Lelang untuk
menyelesaikan pekerjaan.
ii. Apabila terdapat tidak konsisten/tidak jelas antara metode pelaksanaan
dan dokumen lainnya yang terdapat didalam dokumen Penawaran, maka
Panitia melakukan klarifikasi tertulis kepada peserta lelang sebelum
keputusan penawaran dinyatakan responsive atau tidak responsive.
b. Jadwal Waktu Pelaksanaan
i. Tidak melampaui jangka waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang.
ii. Urutan jenis pekerjaan secara teknis dapat dilaksanakan.
iii. Sebelum Penawar dinyatakan penyimpangan substansial, agar dilakukan
klarifikasi kepada peserta lelang.
c. Spesifikasi Teknis
i. Penawaran, khususnya untuk Mata Pembayaran Utama, telah sesuai
dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam dokumen lelang.
ii. Sebelum Penawaran dinyatakan menyimpang secara substansial, agar
dilakukan klarifikasi kepada peserta lelang.
d. Jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan minimal yang disediakan
Peserta Lelang telah sesuai dengan yang ditentukan dalam dokumen lelang.

Manual Manajemen Proyek 5 - 26


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Sebelum penawaran dinyatakan menyimpang secara substansial, agar


dilakukan klarifikasi kepada peserta lelang.
e. Personil inti yang akan ditempatkan secara penuh, telah sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam dokumen lelang. Sebelum penawaran
dinyatakan menyimpang secara substansial, agar dilakukan klarifikasi kepada
peserta lelang.

5.3.9.3.3 Evaluasi Harga


(a) Koreksi aritmatik meliputi :
(i) Perbaikan perkalian antara kuantitas dengan harga satuan beserta
penjumlahannya.
(ii) Perbaikan penempatan titik dan koma, didalam harga satuan dengan
menganggap yang benar adalah jumlah harga dan kemudian penulisan
harga satuan tersebut diperbaiki.
(iii) Perbaikan kuantitas harus sesuai dokumen lelang.
(iv) Dari hasil Koreksi Aritmatik akan didapat urutan penawaran yang
sebenarnya. Apabila peserta lelang tidak menerima hasil koreksi aritmatik
terhadap penawarannya, maka penawaran tersebut akan ditolak dan
jaminan penawarannya akan disita dan disetor ke kas negara.
(b) Rabat/discount (bila ada) maka akan dilakukan penyesuaian yang tepat untuk
mencerminkan potongan atau perubahan harga lainnya yang ditawarkan.
(c) Mata uang untuk Evaluasi Penawaran akan dilakukan berdasarkan mata uang
rupiah dengan nilai tukar yang ditentukan dalam Instruksi Kepada Peserta
Lelang (Instruction to Bidders/ITB)
(d) Terhadap penawaran yang unbalanced/timpang dan nilai penawarannya
rendah ( kurang 80 % dari HPS/OE ) atau yang bersifat Front Loaded/berat di
depan, dilakukan klarifikasi menyangkut konsistensi harga dengan metoda dan
usulan rencana pelaksanaan. Untuk melindungi Employer terhadap kerugian
finansial jika terjadi kegagalan oleh pemenang lelang pada waktu pelaksanaan
nantinya, maka nilai jaminan pelaksanaan dapat dinaikkan menjadi 10 % dari
HPS/OE.

5.3.10 Penentuan Kualifikasi


Penentuan/penilaian kualifikasi dilakukan terhadap tiga penawar terendah yang
responsif dari semua Peserta Lelang.

Manual Manajemen Proyek 5 - 27


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Dalam penilaian kualifikasi ini dilakukan terhadap data kualifikasi peserta lelang yang
disampaikan bersamaan pada saat menyampaikan penawarannya, dimana data
tersebut berupa :
a. Data kualifikasi sesudah Prakualifikasi ( Following Prequalification),
yaitu berupa data kualifikasi dari peserta lelang sesuai yang disyaratkan , data
tersebut merupakan updating dari data kualifikasi yang disampaikan pada saat
Prakualifikasi. Updating data sesuai yang disyaratkan antara lain :
a.1 Updating data kualifikasi sesuai persyaratan ADB :
- Eligibilitas ( Eligibility )
- Proses Pengadilan yang Tertunda (Pending Litigation)
- Keadaan Keuangan ( Financial Situation)
a.2 Updating data kualifikasi sesuai persyaratan IDB :
- Eligibilitas ( Eligibility), penjelasan lebih rinci bisa dilihat pada Bab 5.1.2
- Riwayat kontrak tanpa kinerja ( Historical Contract Non-Performance)
- Keadaan Keuangan Dan Kinerja ( Financial Situation & Performance)
Penjelasan dari persyaratan kualifikasi diatas bisa dilihat pada uraian
mengenai pasca kualifikasi.
b. Pasca Kualifikasi ( Post- Qualification ),
yaitu berupa data kualifikasi yang merupakan data kualifikasi yang sama seperti
yang disyaratkan pada proses prakualifikasi, hanya saja data tersebut
disampaikan oleh peserta lelang bersamaan pada saat penyampaian dokumen
penawaran, dan penentuan kualifikasi oleh Pokja ULP dilakukan setelah evaluasi
penawaran.
Adapun data kualifikasi yang disyaratkan antara lain ;
b.1 Data kualifikasi pasca kualifikas ADB, terdiri dari :
Eligibilitas, uraian persyaratan lihat pada Bab 5.1.2
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan harus
memenuhi persyaratan ; Syarat kombinasi dari anggota harus
memenuhi persyaratan.
Proses Pengadilan Yang Tertunda ( Pending Litigation) :
Semua proses pengadilan yang tertunda akan diselesaikan terhadap
peserta lelang, dengan niali total tidak melebihi 50 % ( lima puluh persen
) dari net worth ( kekayaan bersih) peserta lelang. Keadaan Dan Kinerja
Keuangan ( Financial Situation And Performance).

Manual Manajemen Proyek 5 - 28


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan harus
memenuhi persyaratan ; Syarat kombinasi dari anggota tidak
digunakan ( Not Applicable ).
Situasi Keuangan :
i. Riwayat Kinerja Keuangan : Peserta Lelang harus menyerahkan Audit
Balanced 3 (tiga) tahun terakhir yang menunjukkan posisi keuangan .
Sebagai syarat minimum, kekayaan bersih ( net worth ) yang dihitung
dari perbedaan antara total asset dan total pertanggungan ( liabilities )
harus positif.
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan
harus memenuhi persyaratan ; Syarat kombinasi dari anggota
tidak digunakan ( Not Applicable ).
ii. Pendapatan Konstruksi Tahunan Rata-rata (Average Annual
Construction Turnover AACTO ) :
Peserta Lelang harus memenuhi syarat minimum AACTO 5 ( lima )
tahun terakhir , dimana syarat AACTO minimum ini dihitung dengan
rumus : 2V/T, V adalah estimasi biaya konstruksi dan T adalah waktu
pelaksanaan ( dalam tahun )
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi 100 %
persyaratan
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan
harus memenuhi 25 %persyaratan, satu anggota harus
memenuhi 40 % persyaratan ; Syarat kombinasi dari anggota
harus memenuhi 100 % persyaratan.
iii. Sumber Keuangan :
Peserta Lelang harus juga menunjukkan kecukupan sumber keuangan
yang cukup kepada Employer akses ketersediaan liquit assets, lines of
credit atau sumber keuangan yang lain ( tidak termasuk uang muka )
untuk memenuhi syarat keuangan seperti yang disyaratkan dalam
Form FIN -4 .

Manual Manajemen Proyek 5 - 29


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi 100 %
persyaratan
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan
harus memenuhi 25 %persyaratan, satu anggota harus
memenuhi 40 % persyaratan ; Syarat kombinasi dari anggota
harus memenuhi 100 % persyaratan.
Pengalaman Pekerjaan Konstruksi:
- Pengalaman Kontrak Sejenis : Peserta Lelang harus mempunyai
pengalaman pekerjaan sejenis untuk kontrak yang sedang dilelangkan
dalam kurun waktu 7 ( tujuh ) tahun terakhir. Pekerjaan sejenis dari
peserta didasarkan pada ukuran fisik, sifat pekerjaan, kompleksitas,
metoda, teknologi atau karakteristik lain yang disyaratkan dalam
dokumen lelang dengan nilai kontrak sebesar kontrak 70 % x estimasi
biaya konstruksi.
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan
harus memenuhi persyaratan tidak digunakan (Not Applicable ).
Kombinasi dari anggota harus memenuhi persyaratan.
- Pengalaman Pekerjaan Utama :
Untuk kontrak sesuai butir (i) dan kontrak yang lain , peserta lelang
harus mempunyai pengalaman minimal produksi tiap bulan sebesar
80 % dari pekerjaan utama dari pekerjaan konstruksi yang
dilelangkan.
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan
harus memenuhi persyaratan tidak digunakan (Not Applicable ).
Kombinasi dari anggota tidak digunakan, satu anggota harus
memenuhi persyaratan.
b.2 Data kualifikasi pasca kualifikas IDB, terdiri dari :
Eligibilitas, uraian persyaratan lihat pada Bab 5.1.2
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan

Manual Manajemen Proyek 5 - 30


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan harus


memenuhi persyaratan ; Kombinasi dari anggota tidak disyaratkan.
Riwayat Kontrak Yang Tidak Dapat Diselesaikan (Historical Contract
Non-Performance), meliputi :
- Dalam lima tahun terakhir tidak boleh terjadi putus kontrak,
- Tidak dalam Penangguhan berdasarkan eksekusi Bid Securing
Declaration sesuai IPL 4.6 atau penarikann penawaran dalam kurun
waktu masa laku penawaran sesuai IPL 9.9.
- Proses Pengadilan Yang Tertunda ( Pending Litigation) :
Semua proses pengadilan yang tertunda akan diselesaikan terhadap
peserta lelang, dimana hal tersebut tidak boleh mengganggu
persyaratan cashflow keuangan kontraktor untuk kegiatan proyek yang
bersangkutan dan komitmen kontrak kedepan.
- Riwayat Proses Pengadilan :
Tidak ada riwayat tetap dari keputusan pengadilan/arbitrase selama
lima tahun terakhir terhadap peserta lelang.
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan harus
memenuhi persyaratan ; Kombinasi dari anggota tidak disyaratkan.
Keadaan Dan Kinerja Keuangan ( Financial Situation And Performance)
- Kemampuan Keuangan :
i. Peserta Lelang harus mampu memenuhi syarat minimum cash flow
pekerjaan konstruksi kontrak yang bersangkutan, net (bersih) dari
komitmen kontrak lain, dimana syarat cash flow minimum dihitung
dengan formula : 4V/T, dimana V adalah estimasi biaya kontrak, T
adalah waktu pelaksanaan kontrak ( bulan ).
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan
harus memenuhi persyaratan ; Kombinasi dari anggota tidak
disyaratkan.
ii. Peserta Lelang harus juga menunjukkan kecukupan sumber
keuangan yang cukup kepada Employer untuk memenuhi

Manual Manajemen Proyek 5 - 31


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

persyaratan cash flow untuk pekerjaan konstruksi yang sedang


berjalan dan komitmen kontrak mendatang.
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan
tidak disyaratkan ; Kombinasi dari anggota harus memenuhi
persyaratan.
iii. Peserta Lelang harus menyerahkan Audit Balanced lima ( 5 ) tahun
terakhir yang menunjukkan profitabilitas jangka panjang.
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan.
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan
harus memenuhi persyaratan ; Kombinasi dari anggota tidak
disyaratkan.
- Pendapatan Konstruksi Tahunan Rata-rata (Average Annual
Construction Turnover AACTO )
Peserta Lelang harus memenuhi syarat minimum AACTO, dimana
syarat AACTO minimum ini dihitung dengan rumus : 2V/T, V
adalah estimasi biaya konstruksi dan T adalah waktu pelaksanaan
( tahun ).
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi 100 %
persyaratan.
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan
harus memenuhi 25 % persyaratan, satu anggota harus
memenuhi 50 % persyaratan; Kombinasi dari anggota harus
memenuhi 100 % persyaratan.
Pengalaman :
- Pengalaman Pekerjaan Konstruksi Secara Umum : Pengalaman
dalam bidang pekerjaan konstruksi, baik sebagai kontraktor utama,
sub-kontraktor atau manajemen konbtraktor , paling tidak dalam lima
tahun terakhir.
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi persyaratan.

Manual Manajemen Proyek 5 - 32


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota kemitraan


harus memenuhi persyaratan ; Kombinasi dari anggota tidak
disyaratkan
- Pengalaman Spesifik kontrak konstruksi :
i. Mempunyai pengalaman jumlah kontrak sejenis yang
memuaskan dan selesai baik sebagai kontraktor utama, anggota
joint venture, manajemen kontraktor dan sebagai sub-kontraktor
selama lima tahun terakhir, yaitu mempunyai minimum 2 (dua)
kontrak masing-masing dengan nilai kontrak 80 % x estimasi
biaya konstruksi.
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi
persyaratan.
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota
kemitraan tidak disyaratkan ; Kombinasi dari anggota harus
memenuhi persyaratan.
ii. Untuk kontrak sesuai butir (i) dan kontrak yang lain baik
sebagai kontraktor utama, anggota joint venture, manajemen
kontraktor dan sebagai sub-kontraktor selama lima tahun
terakhir, mempunyai pengalaman minimal produksi tiap bulan
sebesar 80 % dari pekerjaan utama dari pekerjaan konstruksi
yang dilelangkan .
Pemenuhan Persyaratan :
- Peserta Tunggal (Single Entity) : Harus memenuhi
persyaratan.
- Peserta Kemitraan (Joint Venture ) : Setiap anggota
kemitraan tidak disyaratkan ; Kombinasi dari anggota harus
memenuhi persyaratan, salah satu anggota memenuhi
persyaratan..

5.3.11 Laporan Evaluasi Penawaran


Laporan Evaluasi Penawaran ( Bid Evaluation Report BER ) harus disiapkan dan
disampaikan oleh masing-masing Pokja kepada Ketua ULP serta tembusan ke PMU
paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam ) minggu sejak tanggal pemasukan
penawaran.

Manual Manajemen Proyek 5 - 33


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Pedoman/Formulir standar yang digunakan dalam pembuatan BER adalah sebagai


berikut :
a. Untuk loan Asian Development Bank ( ADB ) berpedoman pada pada Guide On
Bid Evaluation Asia Development Bank, October 2010 dengan susunan
sebagai berikut :
1) Pengantar ( Introduction ), berisi informasi : Umum, Pemasukan
Penawaran, Pembukaan Penawaran, Data Dasar dan Exchange Rate, dan
Panitia Evaluasi Penawaran.
2) Pemeriksaan Kelengkapan Penawaran ( Examination for Completeness of
Bid ), berisi : Kelengkapan Doukumen Penawaran, Kepatutan Tanda
Tangan dan Surat Kuasa
3) Penentuan Responsif Substantif Penawaran ( Determination of Substantive
Responsiveness of Bids ), meliputi : Eligibilitas dari Peserta Lelang,
Kualifikasi Peserta Lelang, Koreksi Aritmatik, Pemenuhan Terhadap
Persyaratan dan Ketentuan Komersial, dan Pemenuhan Terhadap
Persyaratan Teknis.
4) Evaluasi Detil Penawaran ( Detailed Evaluation of Bids ), berisi : Seleksi
Penawaran untuk Detil Evaluasi, Pemenuhan Terhadap Persyaratan dan
Ketentuan Komersial, Evaluasi terhadap Pemenuhan Persyaratan Teknis (
Section 6, Bidding Documents), Analisa Harga, dan Klarifikasi.
5) Perbandingan Penawaran Dan Penentuan Penawaran Terendah Yang
Responsif ( Comparison of Bids and Determination of Evaluation of Lowest
Evaluated Bids), berisi : Evaluasi Penawaran Terendah, Pemeriksaan
Harga Timpang untuk Penawaran Terendah, Kewajaran Harga dari
Penawar Terendah.
6) Kesimpulan Dan Rekomendasi.
7) Lampiran-Lampiran :
- Lampiran 1 : Record of Bid Opening
- Lampiran 2 : Basic Data Sheet
- Lampiran 3 : Table 1 : Examination of Completeness
- Lampiran 4 : Table 2 : Summary of Bid Price
- Lampiran 5 : Table 3 : Substantive Responsivness of Bid
- Lampiran 6 : Table 4 : Time for Completeness of Bids
- Lampirann7 : Table 5 :Bid Price Comparison
- Lampiran 8 : Table 6 : Comparison of Construction Equipment
- Lampiran 9 : Table 7 : Subcontracting

Manual Manajemen Proyek 5 - 34


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

- Lampiran 10 : Table 8 : Payment Schedule


- Lampiran 11 : Table 9 : Construction Facilities
- Lampiran 12 : Table 10 : Prices for Sections of the Works as
Percentages of the Total of Bid Prices

b. Untuk Project Islamic Development Bank (IDB) berpedoman pada pada


Standard Bid Evaluation Form Procurement of Goods or Works, 30 January
2004 dengan susunan sebagai berikut :
1) Pengantar ( Introduction ), berisi identifikasi pyoyek
2) Proses Lelang ( Bidding Process ) :
- Dokumen Lelang
- UndanganLelang
- Pemasukan Penawaran
- Pembukaan Penawaran
3) Pemeriksaan Pendahuluan Penawaran (Preliminary Examination of Bids ),
berisi pemeriksaan :
- Verifikasi
- Eligibilitas
- Jaminan Penawaran
- Kelengkapan dari Penawaran
- Substansi Responsif
4) Evaluasi Detil Penawaran :
- Koreksi dan Unconditional Discounts
- Tambahan ( Addition), Penyesuaian ( Adjustment ), Perbandingan
Penawaran ( Comparison of Bids ), Perbedaan Harga ( Price Deviation )
5) Usulan Pemenang Lelang ( Proposed Contract award )
6) Tabel Tabel :
- Tabel 1 : Identifikasi ( Identification )
- Tabel 2 : Proses Lelang ( Bidding Process )
- Tabel 3 : Pemasukan Penawaran Dan Pembukaan Penawaran
- Tabel 4 : Harga Penawaran ( Bid Prices )
- Tabel 5 : Pemeriksaan Pendahuluan ( Preliminary Examination )
- Tabel 6 : Correction and Unconditional Discount
- Tabel 7 : Nilai Tukar ( Exchange Rate )
- Tabel 8 : Currency Conversion ( Multiple Currency)
- Tabel 9 : Currency Conversion ( Single Currency)

Manual Manajemen Proyek 5 - 35


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

- Tabel 10 : Addition, Adjustment, and Priced Deviations)


- Tabel 11 : Proposed Contract award
- Lampiran :
7) Lampiran Lampiran :
- Bid Opening Record
- Copy korespondensi sanggahan ( kalau ada )
- Copy dari klarifikasi ( kalau ada )

5.3.12 Pengusulan Calon Pemenang


a) Hasil Evaluasi Lelang (dalam Bahasa Inggris untuk paket-paket ICB),
disampaikan oleh Pokja kepada Ketua ULP serta tembusan ke PMU paling
lambat dalam jangka waktu 6 (enam ) minggu sejak tanggal pemasukan
penawaran.
b) Laporan Hasil Evaluasi Lelang (Bid Evaluation Report BE R ), selain
melampirkan sesuai pedoman dari ADB ataupun IDB, harus dilampiri juga
dengan dokumen-dokumen berikut ini :
1. Usulan Pemenan g Lelang
2. Berita Acara Evaluasi Lelang
3. Hasil Penelitian Dokumen Kualifikasi
4. Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Harga
5. Berita Acara Pembukaan Lelang
6. Dokumen Lelang, termasuk Adendum (jika ada)
7. Surat kabar (asli) yang memuat iklan pengumuman lelang
8. Print-out pengumuman lelang pada website PU-net
9. Dokumen Penawaran seluruh Peserta Lelang, meliputi dokumen
penawaran harga dan dokumen informasi kualifikas
10. Fotokopi jaminan penawaran dari calon pemenang lelang
11. Harga Perkiraan Sendiri (Owners Estimate), lengkap beserta lampiranya
12. Draft Kontrak
13. Surat-menyurat menyangkut klarifikasi antara Pokja ULP dan Peserta
Lelang.
c) Apabila Peserta Lelang, yang penawarannya dinyatakan responsif, mempunyai
harga penawaran terevaluasi terendah pada dua paket kontrak atau lebih, tetapi
hanya memenuhi persyaratan kualifikasi tidak untuk semua paket kontrak
tersebut sekaligus, maka Calon Pemenang harus ditentukan berdasarkan kepada

Manual Manajemen Proyek 5 - 36


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

pertimbangan total keseluruhan harga penawaran yang paling minimal pada


seluruh paket-paket kontrak yang bersangkutan.
d) Untuk maksud penentuan Calon Pemenang seperti tersebut dalam paragraf c di
atas, Pokja ULP dapat meminta Peserta Lelang yang bersangkutan untuk
memutakhirkan kembali informasi kualifikasinya.

5.3.13 Review Oleh Direktorat Dan PMU


a. Balai dan/atau Ketua ULP harus memeriksa kelengkapan dan kebenaran
atas Laporan Hasil Evaluasi Lelang yang disampaikan oleh Pokja.
b. Direktorat bersama-sama dengan PMU harus mereview usulan calon
pemenang berkaitan dengan ketentuan tersebut di dalam paragraf
5.3.10.c dan 5.3.10.d di atas, apabila :
1. calon pemenang yang diusulkan tersebut diusulkan juga sebagai calon
pemenang pada paket kontrak ADB/IDB lainnya dari Satuan Kerja yang
berbeda (evaluasi gabungan); atau
2. diketahui bahwa informasi kualifikasi Calon Pemenang yang diusulkan,
yang tersaji di dalam Laporan Hasil Evaluasi Lelang, perlu
dimutakhirkan.
c. Dalam hal usulan calon pemenang perlu direvisi berdasarkan hasil review
menurut ketentuan pada paragraf b diatas, Balai / Direktorat Bina
Pelaksanan Wilayah terkait harus mengembalikan dokumen Laporan Hasil
Evaluasi Lelang kepada Pokja ULP yang bersangkutan untuk diperbaiki.
Pengembalian tersebut harus disertai dengan penjelasan tertulis mengenai
informasi tambahan yang diperoleh pada proses review tersebut. Keputusan
dan tanggung jawab rekomendasi final adalah keputusan ULP.
d. Apabila Laporan Hasil Evaluasi Lelang dinilai telah memenuhi persyaratan
dan ketentuan yang berlaku, maka Balai terkait meneruskan laporan
tersebut kepada PMU dengan tembusan Direktorat Bina Pelaksanaan
Wilayah terkait yang selanjutnya dimintakan persetujuan (No Objection
Letter ) dari ADB/IDB.

5.3.14 Persetujuan ADB/IDB


Sesuai ketentuan ADB/IDB akan mereview dan memberikan respon 7 sampai
dengan 14 hari kerja sejak diterimanya dokumen.

Manual Manajemen Proyek 5 - 37


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

5.3.15 Penetapan Calon Pemenang


a. Setelah No Objection Letter diterbitkan oleh ADB/IDB, selanjutnya untuk paket-
paket kontrak dengan nilai di atas Rp 100 milyar harus diusulkan kepada Menteri
PU untuk penetapan pemenang, berdasarkan Perpres No.54 Tahun 2010 Pasal
8 untuk paket-paket kontrak dengan nilai di atas Rp100 milyar penetapan
pemenang oleh Menteri Pekerjaan Umum selaku Pengguna Anggaran (PA).
Catatan:
Disarankan untuk paket kontrak diatas Rp. 100 milyar , usulan penetapan dapat
dilakukan pararel satu set berkas ke ADB/IDB, satu set berkas lainnya ke
BPKONS untuk dievaluasi dalam rangka penetapan pemenang oleh Menteri PU,
dengan menyebutkan/menginformasikan bahwa secara bersamaan proses
penetapan sedang dilakukan. ADB/IDB mengisyaratkan NOL penetapan
pemenang menjadi 100% jika Menteri Pekerjaan Umum juga menyetujuinya atas
usulan calon pemenang.
b. Untuk paket dibawah RP 100 milyar, penetapan pemenang dilaksanakan oleh
Ketua Pokja ULP setelah No Objection Letter dari ADB/IDB diterima.
c. Untuk paket-paket post review, penetapan pemenang dilaksanakan oleh Ketua
Pokja ULP setelah mendapat persetujuan (surat tidak berkeberatan) dari Dirjen
Bina Marga melalui Direktur Bina Program.

5.3.16 Pengumuman Pemenang Lelang


a. Pengumuman Pemenang Lelang harus dilaksanakan oleh Pokja ULP segera
setelah ada penetapan Pemenang Lelang. Pengumuman Pemenang Lelang ini
harus dikirimkan kepada semua Peserta Lelang yang memasukkan Dokumen
Penawaran.
b. Pengumuman hasil lelang harus juga dimuat di dalam UNDB online dan
dgMarket dalam jangka waktu 2 (dua) minggu sejak No Objection Letter dari
ADB/IDB diterima. Pengumuman ini sekurang-kurangnya memuat :
1. nama-nama Peserta Lelang yang memasukkan penawaran;
2. harga penawaran masing-masing sesuai dengan Pembukaan Penawaran;
3. nama-nama Peserta Lelang yang dievaluasi berikut harga penawaran
terevaluasinya masing-masing.
4. nama-nama Peserta Lelang yang gugur/didiskualifikasi berikut
alasannya masing-masing; dan
5. nama Pemenang Lelang berikut harga penawaran, jangka waktu
pelaksanaan, dan ikhtisar ruang lingkup paket kontrak yang bersangkutan.

Manual Manajemen Proyek 5 - 38


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

5.3.17 Sanggahan dan Debriefing


a. Sanggahan
Dokumen Lelang atau Panitia Lelang tidak dibenarkan untuk memberi batasan
waktu kepada para Peserta Lelang dalam pengajuan sanggahan atas proses
dan hasil pelelangan.
Jika sanggahan diterima, Prosedur Penyelesaian Pengaduan ( Perpres 70/2012
pasal 81 dan 82) yang sesuai harus dilakukan. Kecuali ADB ataupun IDB
memberikan petunjuk tertulis yang lain, apabila sanggahan banding atas
tanggapan sanggapan tersebut dilakukan, maka proses pemilihan Kontraktor
akan ditunda sambil menunggu hasil banding.
Setiap sanggahan yang diajukan oleh Peserta Lelang harus segera ditanggapi
oleh Panitia Lelang atau oleh Pejabat Pembuat Komitmen dalam jangka waktu 5
(lima) hari kerja sejak sanggahan tersebut diterima.
Proses lelang dapat terus dilanjutkan sekalipun ada sanggahan; tetapi apabila
sanggahan tersebut ternyata benar, maka dengan persetujuan ADB/ IDB :
(i) proses lelang harus dievaluasi kembali; atau
(ii) lelang harus diulang; atau
(iii) kontrak yang sudah ditandatangani harus dibatalkan.

b . Debriefing
Debriefing adalah penjelasan, klarifikasi, dan tanya-jawab yang dilaksanakan oleh
Panitia Lelang, baik dilakukan dalam bentuk pertemuan atau dalam bentuk
tertulis sesuai dengan pilihan Panitia Lelang, yang diberikan kepada Peserta
Lelang yang meminta penjelasan menyangkut alasan-alasan mengapa
penawarannya tidak terseleksi sebagai pemenang.
Debriefing harus segera dilaksanakan oleh Panitia Lelang tidak lebih dari 5 (lima)
hari kerja setelah permintaan dari Peserta Lelang diterima.
Apabila debriefing dilaksanakan dengan cara pertemuan atas kehendak Peserta
Lelang, maka segala biaya yang dikeluarkan untuk pertemuan tersebut
dibebankan kepada Peserta Lelang yang bersangkutan.

5.3.18 Penunjukkan Kontraktor


a. Penunjukan Kontraktor selaku pelaksana jasa konstruksi harus diterbitkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen setelah proses Pengumuman Lelang, sebagaimana
diuraikan dalam paragraf 5.3.14 di atas dilaksanakan.
b. Apabila kontraktor yang ditunjuk atau akan ditunjuk mengundurkan diri setelah
dikeluarkan Penetapan Pemenang, sebagaimana diuraikan dalam paragraf

Manual Manajemen Proyek 5 - 39


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

5.3.13 di atas, maka jaminan penawarannya akan disita sebagai penerimaan


negara . Untuk selanjutnya Pejabat Pembuat Komitmen akan menunjuk Peserta
Lelang dengan penawaran terendah berikutnya yang responsif sesuai hasil
evaluasi untuk melaksanakan kontrak secara memuaskan.

5.3.19 Penandatanganan Kontrak


a. Segera setelah penunjukan pemenang, Pejabat Pembuat Komitmen
mengirimkan Kontrak/Surat Perjanjian kepada Pemenang Lelang.
b. Dalam waktu 28 hari sejak menerima Surat Perjanjian tersebut Pemenang
Lelang harus menandatangani , memberi tanggal dan mengembalikan kepada
PPK

5.3.20 Pembatalan Lelang

5.3.20.1 Pembatalan lelang dan Lelang ulang tidak dapat dilakukan, kecuali dengan
persetujuan dari ADB/IDB.

5.3.20.2 Pembatalan lelang dan Lelang ulang dengan alasan bahwa jumlah penawaran
yang memenuhi persyaratan kurang dari tiga tidak dapat dilakukan, kecuali
dengan persetujuan ADB/IDB.

Manual Manajemen Proyek 5 - 40


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Lampiran 5.1 : Daftar Eligible Member Countries - ADB

Section 5 Eligible Countries

LIST OF ELIGIBLE MEMBERS OF THE

1. AFG Afghanistan 35. FSM Micronesia, Federated States of


2. ARM Armenia 36. MON Mongolia
3. AUS Australia 37. MYA Myanmar
4. AUT Austria 38. NAU Nauru
5. AZE Azerbaijan 39. NEP Nepal
6. BAN Bangladesh 40. NET The Netherlands
7. BEL Belgium 41. NZL New Zealand
8. BHU Bhutan 42. NOR Norway
9. BRU Brunei Darussalam 43. PAK Pakistan
10. CAM Cambodia 44. PAL Palau
11. CAN Canada 45. PNG Papua New Guinea
12. PRC China, Peoples Republic of 46. PHI Philippines
13. COO Cook Islands 47. POR Portugal
14. DEN Denmark 48. SAM Samoa
15. FIJ Fiji Islands, Republic of 49. SIN Singapore
16. FIN Finland 50. SOL Solomon Islands
17. FRA France 51. SPA Spain
18. GEO Georgia 52. SRI Sri Lanka
19. GER Germany 53. SWE Sweden
20. HKG Hong Kong, China 54. SWI Switzerland
21. IND India 55. TAJ Tajikistan
22. INO Indonesia 56. TAP Taipei, China
23. IRE Ireland 57. THA Thailand
24. ITA Italy 58. TIM Timor-Leste
25. JPN Japan 59. TON Tonga
26. KAZ Kazakhstan 60. TUR Turkey
27. KIR Kiribati 61. TKM Turkmenistan
28. KOR Korea, Republic of 62. TUV Tuvalu
29. KGZ Kyrgyz Republic 63. UKG United Kingdom
30. LAO Lao Peoples Democratic Rep. 64. USA United States
31. LUX Luxembourg 65. UZB Uzbekistan
32.. MAL Malaysia 66. VAN Vanuatu
33. MLD Maldives 67. VIE Viet Nam
34. RMI Marshall Islands

Manual Manajemen Proyek 5 - 41


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Lampiran 5.2 : Daftar Eligible Member Countries - IDB


Section 5 Eligible Countries
LIST OF ELIGIBLE MEMBERS OF THE

1. Guinea Bissau 29 Mozambique


2. Libya 30 Niger
3. Malaysia 31 Palestine
4. Nigeria 32 Qatar
5. Oman 33 Kuwait
6. Saudi Arabia 34 Bahrain
7. Sudan 35 Algeria
8. Suriname 36 Azerbaijan
9. Syria 37 Benin
10. Togo 38 Sierra Leone
11. Turkey 39 Cote dIvoire
12. Uganda 40 Brunei
13. Yemen 41 Djibouti
14. Tajikistan 42 Tunisia
15. Gabon 43 Uzbekistan
16. Indonesia 44 Burkina Faso
17. Gambia 45 Chad
18. Jordan 46 Cameroon
19. Guinea 47 Kazakhstan
20. Iran 48 Egypt
21. Iraq 49 Afghanistan
22. Kyrgyz 50 Turkmenistan
23. Lebanon 51 United Arab Emirates
24. Maldives 52 Albania
25. Mali 53 Bangladesh
26. Mauritania 54 Somalia
27. Morocco 55 Senegal
28. Pakistan 56 Comoros
34. Marshall Islands

Manual Manajemen Proyek 5 - 42


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Lampiran 5.3 : Contoh Iklan di media cetak- Loan ADB


Invitation for Bids
International Competitive Bidding
No. 02/RRDP/ADB-2817INO/CW05/2013

Date :
11 February 2013.
Loan No. and Title 2817 INO.
:
REGIONAL ROADS DEVELOPMENT PROJECT.
Deadline for Submission of Bids : 1 April 2013.

1. The Republic of Indonesia has received financing from the Asian Development Bank (ADB)
towards the cost of the Regional Roads Development Project (RRDP). Part of proceed of this
loan will be used for payment under the contract named in the table below. Bidding is open to all
bidders from eligible source countries of the ADB.
Estimated
Package Road Anticipated Type Procurement Team
No. Package Name
No. Eff.Length of Work (Pokja) Address
(km)
a b c d e f
WEST KALIMANTAN
2. 30-RCP01 SosokTayan, 79.20 Reconstruction, and Procurement Team
Tanjung Sanggau resurfacing (direct (Pokja) of
overlay). Contractors For
Regional Roads
Development
Project (RRDP)
ADB Loan No.
2817-INO in West
Kalimantan
Attention to:
Ir. Endang Sutiyani
(Chairman)
Street Address: Jln.
Subarkah No. 24 A
City: Pontianak
ZIP Code: 78121
Country: Indonesia
Telephone:
+62-561-731249
E-Mail:
snvtpjn_kalbar1
@gmail.com

2. General of Highway, in the Ministry of Public Works of the Government of the Republic of
Indonesia as the owner of the Project, invites sealed bids for construction and completion of the
works mentioned above from all bidders from eligible source countries of the ADB. The
successful Bidder will be required to satisfy evaluation and qualification criteria as follows:
Historical Financial Performance
Submission of audited financial statements or, if not required by the law of the Bidders
country, other financial statements acceptable to the Employer, for the last three (3) years to
demonstrate the current soundness of the Bidders financial position. As a minimum, the
Bidders net worth calculated as the difference between total assets and total liabilities should
be positive.

Manual Manajemen Proyek 5 - 43


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Average Annual Construction Turnover


Minimum average annual construction turnover of US$ 38,470,000 calculated as total certified
payments received for contracts in progress or completed, within the last five (5) years.
Financial Resources
Using Forms FIN 3 and FIN - 4 in Section 4 (Bidding Forms) the Bidder must demonstrate
a
access to, or availability of, liquid assets , lines of credit, or other financial resources, (other
than any contractual advance payments) to meet the Bidders financial resources requirement
indicated in Form FIN-4.
a
Liquid Assets mean cash and cash equivalents, short-term financial instruments, short
term available-for-sale-securities, marketable securities, trade receivables, short-term
financing receivables and other assets that can be converted into cash within ONE YEAR.
Contracts of Similar Size and Nature
Participation in at least one (1) contract within the last seven (7) years that has been
successfully or substantially completed and that is similar to the proposed works, where the
value of the Bidders participation exceeds US$ 40,390,000. The similarity of the Bidders
participation shall be based on the physical size, nature of works, complexity, methods,
technology or other characteristics as described in Section 6, Employers Requirements.
Construction Experience In Key Activities
- Cement Treated Recycler Base (CTRB) : 2,290 m3/month.
- Granular Pavement : 8,640 m3/month.
- Hot Mixed Asphalt Pavement : 5,790 tonne/month.
3. Interested prequalified eligible Bidders may choose to either download a complete set of bidding
documents, in the English language, from the Ministry of Public Works (MPW) website which will
be available on 14 February 2013, or, obtain the bidding documents on free of charge from the
Procurement Team (Pokja) on the submission of a written application via registered e-mail or air-
land mail at address as stated in the table above. The bidding document will be sent to
prequalified eligible bidders on free of charge by registered e-mail or air-land mail. No liability will
be accepted for loss or late delivery.
4. All bidders -Foreign and Domestic interest to bid strongly suggested using the semi e-
procurement system. In order to use this system, the Bidders must register in the system
electronically through the Ministry Public Works website, (www.pu.go.id) under the procurement
section to obtain access code to the system. In particular, for international Bidders, this access
code will only valid for WINRIP/RRDP Project. While for local bidders will follow as usual
registration for APBN procurement (procurement for national budgeting).
Note:
Two registration process will be required:

I. To obtain access code


a. The Bidder can obtain from whether click in the banner of LPSE or Layanan Pengadaan
Secara Elektronik on the box-command of Semi e-Procurement, or
b. Click on direct link http://www.pu.go.id/punetnew2010/subindex.asp?pid=09005 then click
on Registrasi. By this access code, the Bidder can register to the specific package that
interested in. Please follow the instruction hereafter
c. The procedures to obtain the User-ID and Password are as follows:
i. Open the MPW website at http://www.pu.go.id
ii. Click the Semi e-procurement
iii. Select the Language as necessary
iv. Click Registrasi bagi Penyedia Jasa yang belum memiliki User-ID
(Registration for Participant who has yet no User-ID).
v. Click Klik Disini in the right side of Untuk Penyedia Jasa (Badan Usaha)
Nasional (For Domestic Participants (Entities))

Manual Manajemen Proyek 5 - 44


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

vi. Click Click Here in the right side of For Foreign Vendors WINRIP / RRDP
Project.
vii. Clik Agree and then fill the data. Finally, clik send
viii. For Joint Venture (JV), Joint Operation (JO), Consortium or Association, click
Klik Disini in the right side of Untuk Joint Operation (JO), Joint Venture
(JV) dan Association
ix. For Domestic Bidder as leading member, fill the user-ID and password, then click
Login
x. For the Foreign Bidder as leading member, click Klik Disini, then fill the user-ID
and password, and finally click Login
xi. The User-ID and Password will be sent to the Bidder by email.
II. To register to specific package
The procedures to register the related package and download the bidding documents are as
follows:
i. Open the MPW website at http://www.pu.go.id
ii. Click the Semi e-procurement
iii. Select the Language as necessary
iv. Select Tahun Anggaran (Fiscal Year), select Provinsi (Province) and choose
Direktorat Jenderal Bina Marga (Directorate General of Highways) in the menu of
Satminkal (Administration Based Unit). All in the left column. The registration period
can be seen in the right column of Tanggal Pendaftaran (Registration Date).
v. Fill the User ID and Password in the left column, and click Login
vi. Select the Package Name in the column of Nama Paket (Package Name)
vii. Click the icon of Pendaftaran (Registration)
viii. Fill the registration form completely, especially for Kualifikasi (Qualification):
a. Bidang (maximum 50 characters) : Civil Works
b. Sub-bidang (maximum 50 characters) : Road and Bridge Works
c. Lingkup Layanan (maximum 50 characters) : Construction Works
d. and for asterisk (*) in red colour may be filled or unfilled as necessary.
ix. Click Pendaftaran (Registration). The registration receipt will appear and print it as an
evident, and clik Kembali (back).
x. To download the bidding documents, click the file name of bidding documents in the
right side of Dokumen Lelang (Bidding Documents).
xi. Click Save to save the file into the Hard Disk without change the file name
5. Further information can be obtained from the Procurement Team (by request) at the addresses
stated above.

6. Foreign Bidders who are interested to work in Indonesia should have a working license
certification Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing or BUJKA (under the Public Works Ministry
Decree No. 05/PRT/M/2011) from Ministry of Public Works prior to signing the contract (but not
a pre-condition for this bidding).

7. Please deliver your bid in sealed envelope:


To the address as stated in the above table.
Before the deadline: 1 Aril 2013 at 10:00 AM (Middle Indonesia Time).
Together with a Bid Security in amount as stated in the Bidding Data Sheet of the bidding
document.
The number of copies provided shall be: 1 (one) original and 5 (five) copies.

Manual Manajemen Proyek 5 - 45


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

8. Bids will be opened immediately after the deadline in the presence of bidders representatives and
anyone who chooses to attend at the address in the above table. Late bids will be rejected. Bids
shall be valid for a period of one hundred twenty (120) days after the bid submission deadline
date.

9. No margin of preference for the domestic Bidder in bid evaluation.

Jakarta, 11 February 2013.


Chairman of Procurement Committee

Manual Manajemen Proyek 5 - 46


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Lampiran 5.4 : Contoh Iklan di media cetak- IDB

SPECIFIC PROCUREMENT NOTICE


INVITATION FOR PREQUALIFICATION

Republic of Indonesia
Regional Roads Development Project (RRDP)
IDB Financing Agreement: IND 0161

The Republic of Indonesia has received financing from the Islamic Development Bank toward the cost of
the Regional Roads Development Project, and it intends to apply part of the proceeds of this financing to
payments under the contracts for:
- Lot1: Tambak Mulyo to Wawar (24-RCP01)
- Lot2: Giriwoyo to Duwet (24-RCP02)
Prequalification is being invited for Lot 1, Lot 2 (or Lot 1 and Lot 2 combined). Applicants have to specify
in their applications for which lot they want to be prequalified.
The Directorate General of Highways/Ministry of Public Works intends to prequalify contractors and/or
firms for construction of the Tambak Mulyo to Wawar road section (38.7 Km) and reconstruction of the
Giriwoyo to Duwet road section (23.8 Km).
It is expected that invitations to bid will be made in 11 May 2012.
Prequalification will be conducted through prequalification procedures specified in the Islamic
Development Banks Guidelines for Procurement under IDB Financing May 2009, and is open to all
bidders from eligible source member countries (ICB/MC), as defined in the Guidelines.
Interested eligible Applicants may choose to either download prequalification document, in the English
language, from the Ministry of Public Works (MPW) website (to do this will required the access code
mentioned on the paragraph below), or obtain the prequalification document, in the English language,
from the Procurement Team (Pokja) upon submission of a written application via registered e-mail or
air-land mail at address below. In addition to prequalification document, the details of prequalification
information can be obtained from the Procurement Team (Pokja) by request at the address stated
below from 09.00 to 14.00 hours on 18 January, 2012 and up to 7 (seven) days prior to the deadline
of prequalification submission.

All bidders -Foreign and Domestic interested in prequalification are strongly invited to use
the semi e-procurement system. In order to use this system, the Applicants must register in the
system electronically through the Ministry Public Works website, (www.pu.go.id) under the e-
procurement section to obtain access code to the system. In particular, for international Applicants,
this access code will only be valid for WINRIP/RRDP Project. While for local bidders will follow as
usual the registration for APBN procurement (procurement for national budgeting).
Note:
Two registration processes will be required
III. To obtain access code
a. The Applicant can obtain the access code by clicking the banner of LPSE or Layanan
Pengadaan Secara Elektronik in the box-command of Semi e-Procurement, or
b. Click on direct link http://www.pu.go.id/punetnew2010/subindex.asp?pid=09005 then click
on Registrasi. By this access code, the Applicant can register to the specific package of
interest. For this, please follow the instruction hereafter:
c. The procedures to obtain the User-ID and Password are as follows:
xii. Open the MPW website at http://www.pu.go.id
xiii. Click the Semi e-procurement
xiv. Select the Language as necessary

Manual Manajemen Proyek 5 - 47


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

xv. Click Registrasi bagi Penyedia Jasa yang belum memiliki User-ID
(Registration for Participant who does not yet have a User-ID).
xvi. Click Klik Disini in the right side of Untuk Penyedia Jasa (Badan Usaha)
Nasional (For Domestic Participants (Entities)
xvii. Click Click Here in the right side of For Foreign Vendors WINRIP/RRDP
Project.
xviii. Clik Agree and then fill the data. Finally, clik send
xix. For Joint Venture (JV), Joint Operation (JO), Consortium or Association, click
Klik Disini in the right side of Untuk Joint Operation (JO), Joint Venture
(JV) dan Association
xx. For Domestic Applicant as leading member, fill the user-ID and password, then
click Login
xxi. For the Foreign Applicant as leading member, click Klik Disini, then fill the
user-ID and password, and finally click Login
xxii. The User-ID and Password will be sent to the Applicant by email.

IV. To register to specific package


The procedures to register for the related package and download the prequalification
documents as follows:
xii. Open the MPW website at http://www.pu.go.id
xiii. Click the Semi e-procurement
xiv. Select the Language as necessary
xv. Select Tahun Anggaran (Fiscal Year), select Provinsi (Province) and choose
Direktorat Jenderal Bina Marga (Directorate General of Highways) in the menu of
Satminkal (Administration Based Unit). All in the left column. The registration period
can be seen in the right column of Tanggal Pendaftaran (Registration Date).
xvi. Fill the User ID and Password in the left column, and click Login
xvii. Select the Package Name in the column of Nama Paket (Package Name)
xviii. Click the icon of Pendaftaran (Registration)
xix. Fill the registration form completely, especially for Kualifikasi (Qualification):
a. Bidang (maximum 50 characters) : Civil Works
b. Sub-bidang (maximum 50 characters) : Road and Bridge Works
c. Lingkup Layanan (maximum 50 characters) : Construction Works
d. and for asterisk (*) in red colour may be filled or unfilled as necessary.
xx. Click Pendaftaran (Registration). The registration receipt will appear and print it as an
evident, and clik Kembali (back).
xxi. To download the prequalification documents, click the file name of bidding documents
in the right side of Dokumen Prakualifikasi (Prequalification Documents).
xxii. Click Save to save the file into the Hard Disk without change the file name

Applications for prequalification should be submitted in sealed envelopes, delivered to the address below
by 5 March 2012 and be clearly marked Application to Prequalify for Regional Road Development
Project, Lot 1: Tambak Mulyo to Wawar (24-RCP01) and/or Lot2: Giriwoyo to Duwet (24-RCP02).

Manual Manajemen Proyek 5 - 48


Bab 5 Ketentuan Pengadaan Jasa Konstruksi

Procurement Team (Pokja)

Regional Roads Development Project (RRDP)

SNVT of Road Development Central Java

Attention : Mr. Mochamad Subektiyono, Ir, MT.

Number and Street : Jl.Murbei Barat I Sumurboto

City : Semarang, Central Java

ZIP Code : 50269

Country : Indonesia

Telephone : +62 24 7470086

Facsimile number : +62 24 7470086

Electronic mail address: jatengpemel_01@yahoo.com

Manual Manajemen Proyek 5 - 49


Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

BAB 6

KETENTUAN PENGADAAN BARANG

6.1. Dasar Hukum


Pengadaan barang dilakukan sesuai dengan:
1. Naskah Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement) : ADB Loan 28 17-INO tanggal 2
Mei 2012.
2. Istisnaa Agreement dan Istisnaa Agency Agreement tanggal 17 April 2012 ; IDB
Project No. IND-0161.
3. Procurement Guidelines Asian Development Bank, edisi April 2010, untuk loan
ADB 2817-INO.
4. User Guide Procurement of Goods Asian Development Bank, edisi September
2010.
5. Guidelines for Procurement of Goods and Works Under Islamic Development
Bank Financing, edisi May 2009, untuk IDB Project No.IND-0161.
6. MDB/FIDIC Harmonised Construction Contract, edisi Juni 2010, dimasukkan
dalam Dokumen Lelang Standar (SBD) yang diterbitkan oleh ADB dan IDB.
7. Project Administration Manual (PAM) of Regional Roads Development Project
(RRDP), June 2011
8. Perpres No. 54 tahun 2010 dan perubahannya Perpres No. 70 tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Ketentuan Pengadaan Barang yang dananya baik sebagian, atau seluruhnya berasal
dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) berpedoman pada ketentuan Perpres No.
54 tahun 2010 dan perubahannya Perpres No. 70 tahun 2012. Apabila terdapat
perbedaan antara Peraturan Presiden ini dengan ketentuan pengadaan Barang/Jasa
yang berlaku bagi pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri, para pihak dapat
menyepakati tata cara pengadaan yang akan dipergunakan.
Dari sisi ADB/IDB, pemeriksaan (review) terbagi menjadi 2, yaitu: Prior Review dan
Post Review, penjelasan lebih rinci terkait review oleh ADB/IDB disajikan dalam Bab
6.9.1

6.2. Dokumen Lelang Standar


Dokumen Lelang untuk pengadaan barang yang digunakan adalah Standard Bidding
Documents dari ADB maupun IDB.

Manual Manajemen Proyek


6-1
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

Dokumen lelang standar untuk Pengadaan Barang yang digunakan untuk ADB
adalah User Guide Procurement of Goods Standard Bidding Documents , September
2010 Asian Development Bank , sedangkan untuk IDB adalah Islamic
Development Bank Standard Bidding Documents Procurement of Goods, November
2005 .

Dokumen lelang standar dari ADB/IDB harus dilengkapi terlebih dahulu sebelum
dilakukan proses lelang untuk paket-paket yang dibiayai baik sebagian maupun
seluruhnya dari dana Loan ADB tersebut. Dokumen yang sudah disetujui harus
tersedia sebelum proses lelang dilaksanakan oleh masing-masing POKJA-ULP.

Dalam setiap pengumuman lelang harus mencantumkan segala sesuatu yang


berkaitan dengan paket yang akan dilelang secara rinci dan lengkap termasuk
mengenai rapat penjelasan walaupun harus membutuhkan ruang/kolom yang lebih
luas pada Surat Kabar.

Pengumuman lelang sebelum diumumkan melalui surat kabar, terlebih dahulu harus
dikonsultasikan dan atau mendapat persetujuan dari ADB/IDB.

6.3. Kecurangan dan Korupsi


Sudah menjadi kebijakan ADB/IDB bahwa peminjam (termasuk penerima manfaat
dari Pinjaman ADB/IDB), seperti konsultan dan agennya (dinyatakan atau tidak),
personil, sub-kontraktor, sub-konsultan, penyedia jasa atau supplier/pemasok
terhadap kontrak yang dibiayai ADB/IDB, untuk menjalankan standar etika yang
tertinggi selama pengadaan dan pelaksanaan kontrak tersebut.
Sesuai dengan kebijakan ini, ADB/IDB:
a. Dalam mendefinisikan untuk tujuan pengadaan ini, ada 5 hal penting yaitu:
1) Praktek Korupsi adalah menawarkan, memberikan, menerima, atau meminta
secara langsung maupun tidak langsung, apapun yang bernilai untuk
mempengaruhi tindakan yang tidak pantas lainnya;
2) Praktek Penipuan adalah suatu perbuatan atau kelalaian termasuk
gambaran yang keliru, bahwa dengan sengaja atau secara serampangan
menyesatkan atau usaha menyesatkan, usaha untuk memperoleh uang atau
keuntungan lain atau untuk menghindari kewajiban;
3) Praktek kolusi adalah suatu pengaturan yang direncanakan antara dua pihak
atau lebih untuk menyimpangkan tujuan, termasuk mempengaruhi orang lain
untuk melakukan tindakan tidak sesuai dengan yang seharusnya;

Manual Manajemen Proyek


6-2
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

4) Praktek Pemaksaan adalah perbuatan merusak atau merugikan atau


mengancam untuk mengganggu atau membahayakan secara langsung atau
tidak langsung, seseorang, atau benda milik orang guna mempengaruhi
tindakan yang tidak pantas;
5) Praktek Menghalangi
i. dengan sengaja merusak, memalsukan, mengubah atau
menyembunyikan barang bukti untuk penyelidikan atau membuat
pernyataan palsu kepada penyelidik untuk menghindari penyelidikan
Bank atas dugaan praktek korupsi, kecurangan, pemaksaan atau praktek
kolusi: dan/atau mengancam, melecehkan atau mengintimidasi pihak
manapun untuk mencegahnya dari pengungkapan bahan-bahan yang
sesuai dengan penyelidikan atau dari kejaran penyelidikan; atau
ii. tindakan yang dimaksudkan untuk menghalangi hak yang diberikan
kepada Bank untuk memeriksa dan mengaudit sesuai klausul (e)
dibawah ini.
b. ADB/IDB akan menolak permohonan penunjukan pemenang lelang, jika ternyata
bahwa peserta lelang yang direkomendasikan memenangkan lelang atau melalui
agen secara langsung maupun melalui agen terlibat dalam praktek korupsi,
penipuan/curang, kolusi, pemaksaan atau menghalangi dalam persaingan untuk
mendapatkan kontrak;
c. ADB/IDB akan membatalkan porsi pinjaman yang dialokasikan untuk suatu
kontrak jika dinyatakan bahwa wakil peminjam atau penerima manfaat
peminjaman terlibat dalam praktek korupsi, kecurangan, kolusi, atau praktek
pemaksaan selama proses pengadaan atau pelaksanaan kontrak, apabila
peminjam tidak mengambil tindakan secara dini dan memadai untuk memperbaiki
keadaannya yang tepat dan memuaskan;
d. Setiap saat ADB/IDB akan memberikan sanksi kepada perusa-haan atau individu,
sesuai dengan prosedur sanksi ADB/IDB termasuk menyatakan in-eligible, baik
untuk selamanya atau dalam jangka waktu tertentu, apabila dinyatakan bahwa
perusahaan tersebut telah terlibat dalam praktek korupsi, penipuan/curang, kolusi
atau praktek pemaksaan dalam persaingan atau dalam melaksanakan kontrak
yang dibiayai Bank;
e. ADB/IDB berhak bahwa dalam kontrak yang dibiayai oleh Loan (pinjaman)
ADB/IDB, pengadaan termasuk kebutuhan peserta lelang, pemasok dan
kontraktor memberi izin kepada Bank untuk memeriksa rekening dan dokumen

Manual Manajemen Proyek


6-3
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

lain yang berhubungan dengan pemasukan penawaran dan pelaksanaan kontrak


untuk diaudit oleh auditor yang ditunjuk oleh Bank.

6.4. Debarred List:


a. Penyedia barang/Jasa yang masuk dalam debarred list ADB/IDB, tidak
diperkenankan mengikuti pelelangan;
b. Berlaku bagi pekerjaan yang menggunakan metoda Post Review atau Prior
Review;
c. Apabila penyedia barang/jasa yang masuk dalam debarred list merupakan Joint
Venture atau Sub-kontrak atau personilnya, maka yang bersangkutan tidak
diperbolehkan mengikuti pengadaan barang/jasa RRDP, seperti yang tercantum
dalam debarred list ADB/IDB;
d. Apabila sebelumnya penyedia barang/jasa tidak masuk dalam debarred list, tetapi
dalam kurun waktu pelaksanaan pengadaan, penyedia barang/jasa tersebut
termasuk debarred list, maka ADB/IDB akan memberitahukan melalui surat
edaran.

6.5. Misprocurement
Misprocurement adalah pengadaan untuk suatu paket kontrak (termasuk untuk
goods, works, services) yang dilaksanakan tidak sesuai dengan prosedur atau
ketentuan-ketentuan di dalam Guidelines dan Loan Agreement.

Akibat dari misprocurement ini, maka konsekuensinya sebagai berikut :


a. Untuk Loan ADB ( Para 1.12 Procurement Guidelines):
Porsi pembiayaan untuk paket kontrak yang dinyatakan misprocurement
akan dibatalkan, dan alokasi biaya tersebut akan dikurangkan dari nilai
total loan. Untuk kasus tertentu yang memadai, ADB dapat mengizinkan
untuk dilakukan tender ulang setelah dinyatakan misprocurement.
Untuk kontrak yang sudah ditetapkan pemenangnya dan telah
mendapatkan NOL dari ADB, ADB berhak untuk menyatakan
misprocurement apabila NOL tersebut dikeluarkan berdasarkan informasi
yang tidak benar , atau apabila persyaratan-persyaratan atau ketentuan-
ketentuan kontrak telah diubah tanpa persetujuan ADB lebih dahulu.
b. Untuk Loan IDB ( Para 1.12 Guidelines for Procurement of Goods and
Works Under IDB ):
IDB tidak akan membiayai pengeluaran untuk pekerjaan dan barang yang
proses pengadaannya tidak sesuai dengan prosedur yang telah disepakati

Manual Manajemen Proyek


6-4
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

bersama dalam Perjanjian Pembiayaan (Financing Agreement) atau


apabila persyaratan-persyaratan atau ketentuan-ketentuan kontrak telah
diubah tanpa persetujuan IDB lebih dahulu.

6.6. Rencana Pengadaan (Procurement Plan)


Sebagai bagian dari persiapan proyek, peminjam harus mempersiapkan proyek
sebelum dilakukan negosiasi loan, antara lain: melengkapi rencana pengadaan dan
menyerahkan kepada ADB/IDB untuk mendapatkan persetujuan. ADB/IDB akan
mengumumkan sejak awal rencana pengadaan kepada publik setelah loan disetujui,
pekerjaan tambahan, update akan diumumkan setelah ADB/IDB menyetujuinya.
Jika kontrak yang dilakukan oleh PIU tidak termasuk dalam rencana pengadaan yang
disetujui oleh ADB/IDB, maka pembayaran kontrak tidak bisa menggunakan dana
yang berasal dari Loan ADB/IDB. Peminjam akan menyusun rencana pengadaan dan
disetujui ADB/IDB.
Rencana pengadaan (procurement plan) disusun dengan format yang mencakup:
nama paket, pagu dana, metoda Pengadaan Barang/Jasa, institusi yang bertanggung
jawab dalam Pengadaan Barang/Jasa, jadwal kontrak, periode kontrak dan review
Bank.
6.7 Review oleh ADB/IDB
a. Prior Review
Prior Review adalah proses review oleh ADB maupun IDB sebelum tahapan
dalam rangkaian proses pengadaan dapat dilaksanakan. Sebelum Bank
menerbitkan persetujuannya, tahapan tersebut tidak dibenarkan untuk dimulai.
Dokumen-dokumen yang harus melalui prosedur prior review dan harus
mendapatkan persetujuan atau No Objection Letter (NOL) terlebih dahulu sebelum
tahapan selanjutnya dilaksanakan adalah :
(i) Procurement Plan;
(ii) Dokumen Prakualifikasi Standar (Standar Prequalification Document SPQD),
termasuk draft iklan untuk undangan prakualifikasi.
(iii) Hasil evaluasi prakualifikasi.
(iv) Dokumen Lelang Standar (Standard Bidding Document SBD);
(v) Draft iklan pengumuman lelang;
(vi) Draft adendum dokumen lelang;
(vii) Perpanjangan masa laku penawaran (untuk perpanjangan pertama kali jika
melebihi 4 minggu untuk ADB dan melebihi 45 untuk IDB; dan untuk setiap
perpanjangan berikutnya)

Manual Manajemen Proyek


6-5
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

(viii) Hasil evaluasi lelang dan usulan pemenang lelang (BER : Bid Evaluation
Report) ;
(ix) Draft dokumen kontrak; dan
(x) Usulan modifikasi kontrak, yang mencakup :
perpanjangan masa pelaksanaan atau masa kontrak, dengan tambahan
periode yang signifikan;
perubahan Syarat-syarat Kontrak; atau
perubahan kuantitas pekerjaan (change orders) yang mengakibatkan
penambahan biaya dari Nilai Kontrak Awal.
(xi) Usulan Lelang Ulang, karena :
tidak ada peserta lelang yang berminat (tidak ada yang memasukkan
penawaran);
tidak terjadi kompetisi yang efektif; atau
semua penawaran yang masuk dinyatakan tidak responsif.
Butir-butir tersebut di atas diberlakukan terhadap seluruh paket ADB dan IDB.

b. Post Review
Ada 2 macam Post Review yaitu:
1. Kontrak yang masuk dalam batasan Post Review. Untuk kontrak yang masuk
dalam batasan Post Review, instansi pelaksana tidak perlu menyampaikan
dokumen kontrak yang telah ditandatangani beserta laporan hasil evaluasi
kepada ADB/IDB sepanjang sudah diakomodasikan dalam Procurement
Plan. Seluruh dokumentasi pengadaan dari kontrak tersebut diarsipkan
dengan baik selama pelaksanaan pekerjaan sampai dengan dua tahun
setelah berakhirnya Perjanjian Pinjaman/Loan Agreement untuk keperluan
pemeriksaan yang akan dilakukan oleh Misi ADB/IDB. Kontrak semacam ini
digolongkan sebagai Kontrak Post Review dengan pembayaran SOE
(Statement of Expenditure).
2. Kontrak yang masuk dalam batasan Prior Review kontrak pertama.
Setiap dokumen kontrak yang pertama dari instansi pelaksana bersangkutan
yang masuk dalam batasan Prior Review kontrak pertama harus mendapat
No Objection Letter (NOL) dari ADB/IDB untuk tahun pertama dan berlaku
untuk masing-masing paket kontrak NCB ( Barang/Jasa ) dari semua paket
kontrak yang ada.
Jika pada tahun berikutnya terdapat kegiatan pengadaan yang sama, Instansi
Pelaksana tidak perlu lagi mengajukan permohonan NOL ke ADB/IDB

Manual Manajemen Proyek


6-6
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

(kontrak selanjutnya akan mengikuti Post Review sesuai Guidelines


ADB/IDB), dengan ketentuan kontrak selanjutnya tersebut harus mengikuti/
mencontoh dokumen-dokumen yang telah disetujui / mendapat NOL dari
ADB/IDB.
Proses untuk mendapatkan NOL Prior Review kontrak pertama dari
ADB/IDB sama dengan proses yang berlaku untuk mendapatkan NOL Prior
Review. Selanjutnya Instansi pelaksana harus menyimpan kontrak yang telah
ditandatangani beserta dokumen pengadaan dari paket-paket kontrak tersebut
maupun kontrakkontrak berikutnya yang sewaktu-waktu dapat dilakukan
pemeriksaan langsung oleh ADB/IDB.

Catatan : Pada Program RRDP tidak ada paket-paket NCB, jadi post review
yang digunakan adalah jenis yang pertama (1)

6.8. Metoda Pengadaan Barang


Pengadaan Barang-barang pada RRDP sesuai yang tercantum dalam Project
Administration Manual (PAM) Juni 2011 halaman 24 adalah sebagai berikut :
a. Limited International Bidding for Imported Goods (LIB) adalah metoda pemilihan
penyedia barang untuk paket-paket pengadaan barang impor yang mempunyai
nilai HPS (Harga Perhitungan Sendiri) antara US$ 100.000 s/d US$ 1.000.000;
b. Shopping for Goods adalah metoda pemilihan penyedia barang yang mempunyai
nilai HPS lebih kecil US$ 100.000.

Tabel 6.1 : Pengadaan Barang

Metode Pengadaan Kode Batas Ambang Atas Metode Review


Limited International LIB Antara $100,000 s/d Post
Bidding for Imported $1,000,000
Goods
Shopping for Goods - < $100,000 Post

Prosedur pengadaan barang yang digunakan mengacu pada Procurement Guidelines


Asian Development Bank, edisi April 2010, untuk loan ADB 2817-INO dan Guidelines
for Procurement of Goods and Works Under Islamic Development Bank Financing,
edisi May 2009, untuk IDB Project No.IND-0161. Dokumen pengadaan disusun
dalam bahasa Inggris dan diumumkan di website ADB/IDB.

Manual Manajemen Proyek


6-7
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

6.8.1. Pemilihan Pengadaan Barang dengan Metoda Limited International Bidding


LIB)
Limited International Bidding (LIB) / Pelelangan Internasional Terbatas pada dasarnya
adalah ICB dengan undangan langsung tanpa iklan terbuka. Cara ini merupakan
metode pengadaan yang tepat apabila :
(i) kontrak ber nilai kecil, atau
(ii) hanya ada jumlah Pemasok yang terbatas, atau
(iii) alasan-alasan lainnya membenarkan tidak digunakannya prosedur ICB secara
penuh.

Menurut cara Limited International Bidding (LIB), peminjam dalam hal ini POKJA-ULP
harus mencari penawaran dari daftar Pemasok yang mempunyai kemampuan untuk
memastikan harga penawaran bersaing, daftar tersebut mencakup semua pemasok
apabila jumlahnya terbatas.

Domestic preference tidak berlaku dalam evaluasi penawaran menurut Limited


International Bidding (LIB). Dalam segalanya selain pemasangan iklan dan
preference, ketentuan menurut prosedur ICB diberlakukan.

Langkah-langkah prosedur Pengadaan Barang dengan metoda LIB adalah :


a. Undangan Lelang
Undangan lelang ditujuakan kepada pemasok yang sudah dipilih sebelumnya yang
merupakan pemasok dari Negara anggota ADB/IDB . Undangan tersebut memuat
antara lain : mengenai Peminjam (Pemerintah Republik Indonesia), jumlah
pinjaman dan tujuan peminjaman, lingkup pengadaan/pekerjaan yang akan
dilelang dengan prosedur LIB dan nama serta alamat unit/organisasi yang
bertanggung jawab atas pengadaan. Juga diberitahukan jadwal bagi pemasok
untuk bisa mendapatkan dokumen prakualifikasi dan dokumen lelang.
b. Dokumen Lelang
Dokumen lelang memuat informasi yang lengkap bagi peserta lelang agar dapat
menyiapkan dokumen penawaran. Secara umum dokumen lelang berisi:
undangan lelang; instruksi/petunjuk bagi peserta lelang; format penawaran; format
kontrak; syarat-syarat kontrak, baik secara umum dan khusus; spesifikasi dan
gambar desain; data teknis yang penting; daftar barang atau daftar kuantitas
pekerjaan; jadwal pemasukan dokumen lelang; dan lampiran-lampiran yang
diperlukan seperti surat jaminan bank dan lain-lain.

Manual Manajemen Proyek


6-8
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

Kriteria yang digunakan dalam evaluasi penawaran serta pemilihan calon


pemenang hasil evaluasi penawaran yang responsif perlu dicantumkan secara
jelas dalam instruksi bagi peserta lelang.
POKJA-ULP harus menggunakan Standard Bidding Document (SBD) sesuai
dokumen standar ADB/IDB, konsep dokumen lelang dikirim ke ADB/IDB untuk
mendapatkan NOL.
c. Penjelasan Lelang
Dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan, dihadiri oleh calon
penyedia barang yang berminat mengikuti pelelangan. Materi penjelasan
mencakup:
1. Metode pengadaan;
2. Syarat- syarat penawaran;
3. Cara penyampaian penawaran sistim satu sampul;
4. Dokumen yang harus dilampirkan pada dokumen penawaran;
5. Undangan acara pembukaan dokumen penawaran;
6. Metode evaluasi penawaran;
7. Format kontrak;
8. Jaminan penawaran, Jaminan pelaksanaan dan Bank Garansi.
Dokumen lelang memberikan semua informasi yang diperlukan kepada peserta
lelang.
d. Penyampaian Dokumen Penawaran
1) Penawaran harus mempergunakan model dokumen lelang/penawaran yang
telah ditetapkan didalam dokumen lelang;
2) Harus dimasukkan dalam amplop tertutup dan dialamatkan kepada POKJA-
ULP, dengan tulisan yang jelas dan dikirimkan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan, melalui pos atau diantar langsung, serta pada amplop harus
dibubuhkan tulisan Jangan Dibuka;
3) Waktu penyampaian penawaran adalah 42 (empat puluh dua) hari kalender
untuk ADB dan 60 ( enam puluh ) hari kalender untuk IDB terhitung dari
tanggal undangan pelelangan;
4) Pengambilan dokumen lelang masih dapat dilakukan oleh calon penyedia
barang/jasa paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum pemasukan
penawaran;
5) Pada amplop sesuai dengan ketentuan yang akan dijelaskan pada sistem
satu sampul juga dicantumkan alamat lengkap calon penyedia barang/jasa

Manual Manajemen Proyek


6-9
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

sehingga akan mempermudah pengembalian dokumen bila dokumen tersebut


tidak memenuhi syarat;
6) POKJA-ULP dapat melakukan perpanjangan waktu pemasukan dokumen
melalui revisi/addendumdokumen lelang;
7) Tidak ada satupun dokumen yang dapat diterima oleh POKJA-ULP setelah
batas waktu penyampaian dokumen yang telah ditetapkan berakhir dan tidak
ada dokumen yang dapat ditarik kembali dalam tenggang waktu antara
tanggal batas waktu penerimaan dokumen penawaran sampai dengan tanggal
batas waktu berlakunya dokumen penawaran;
8) Peserta lelang diharuskan memasukkan surat penawaran yang berlaku
selama 120 (seratus dua puluh) hari kalender;
9) Jaminan penawaran ditentukan sebesar 2% (dua persen) dari harga perkiraan
sendiri (HPS) dan harus berlaku paling sedikit 28 (dua puluh delapan) hari
setelah masa berlakunya surat penawaran;
e. Pembukaan Dokumen Penawaran dan Evaluasi Surat Penawaran
1) Waktu dan tempat untuk pembukaan dokumen penawaran harus ditentukan
sesaat setelah penutupan pemasukan penawaran, dan diumumkan kepada
semua undangan peserta lelang;
2) POKJA-ULP melakukan pembukaan dokumen penawaran pada waktu dan
tempat yang telah ditentukan, dihadapan semua calon penyedia barang/jasa
yang memasukkan penawaran tepat waktu. Semua yang hadir harus
menanda-tangani daftar hadir dan Berita Acara Pembukaan Dokumen
Penawaran;
3) Semua dokumen penawaran dan kelengkapannya harus diumumkan pada
saat pembukaan dokumen penawaran. Nama dari peserta lelang dan harga
penawaran harus dibaca keras dan dicatat. Salinan dari catatan tersebut
berikut evaluasi dan usulan pemenang lelang akan dikirim ke ADB/IDB untuk
mendapatkan No Objection Letter for Award (NOL) untuk kontrak Prior
Review. Penawaran yang tidak memenuhi persyaratan administrasi yang
ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang, dokumen tersebut
tidak dibuka oleh POKJA-ULP dan dikembalikan dalam keadaan utuh kepada
penawar yang bersangkutan;
4) POKJA-ULP harus menyiapkan Berita Acara Pembukaan Dokumen
Penawaran;

Manual Manajemen Proyek


6 - 10
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

5) Pada waktu evaluasi dokumen penawaran, POKJA-ULP dapat melakukan


klarifikasi dengan pihak penawar dengan tidak mengubah harga serta
substansi yang telah disampaikan;
6) Pada tahap awal evaluasi, kelompok kerja (POKJA-ULP) mengkaji apakah
penawaran:
Telah ditanda tangani pimpinan/direktur utama;
Dilengkapi dengan jaminan penawaran;
Responsif (memenuhi persyaratan) terhadap dokumen lelang.

Apabila penawaran tidak responsif, dimana terdapat Major Deviation


(kesalahan yang prinsipil) dari ketentuan yang tertera didalam dokumen
lelang, maka dokumen tersebut tidak akan dipertimbangkan lagi. Penawar
tidak boleh memperbaiki kesalahan atau menarik kembali dokumen setelah
penawarannya dibuka.
Bila ada kesalahan aritmatik dalam perhitungan harga maka POKJA-ULP
melakukan koreksi/pembetulan terhadap kesalahan tersebut dan
dikonfirmasikan kepada pihak rekanan yang bersangkutan. Apabila penawar
tidak menerima maka dokumen tersebut dapat ditolak. Setiap koreksi harus
didokumentasikan dalam bentuk Berita Acara.
7) Untuk melakukan evaluasi terhadap harga yang diajukan, semua penawaran
dikonversikan pada satu mata uang, yaitu Rupiah.
8) Evaluasi juga dilakukan terhadap:
Asal barang/pabrik untuk barang
Bila barang tersebut dari luar negeri, dicantumkan pula bea cukai, serta
semua pajak yang harus dibayar dalam kontrak.
Kemungkinan penyesuaian harga selama pelaksanaan kontrak tidak dapat
dilakukan, bila persyaratan ini tidak masuk dalam dokumen lelang.
9) POKJA-ULP dalam melakukan evaluasi juga mempertimbangkan faktor-
faktor:
Biaya untuk transportasi, asuransi, dan biaya lainnya.
Jadwal pengiriman barang.
Penyimpangan dari jadwal pembayaran.
Biaya per komponen, suku cadang, dan pemeliharaan.
Ketersediaan suku cadang didalam negeri setelah penjualan.
Perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan.
Penampilan dan produk yang dihasilkan oleh barang yang dibeli.
Kriteria lain yang tercantum dalam lembar data.

Manual Manajemen Proyek


6 - 11
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

10) Semua penyedia barang/jasa yang mengikuti proses lelang tidak boleh
menghubungi POKJA-ULP sejak saat pembukaan dokumen penawaran
sampai dengan penandatanganan kontrak. Semua proses bersifat rahasia;
11) Rekanan tidak diperkenankan mempengaruhi POKJA-ULP dalam evaluasi
penawaran, pembandingan harga maupun kontrak. Hal ini akan berakibat
ditolaknya penawaran;
12) Setelah pembukaan dokumen penawaran, informasi mengenai penelitian,
klarifikasi, evaluasi penawaran dan rekomendasi pemenang lelang harus
dirahasiakan terhadap semua peserta lelang atau kepada siapapun yang
tidak ada hubungannya dengan proses lelang, sampai pemenang lelang
secara resmi diumumkan;
13) POKJA-ULP akan membuat laporan evaluasi secara terperinci disertai
alasan yang mendasari pemberian rekomendasi/usulan pemenang lelang.
Apabila ada penolakan penawaran karena dianggap tidak responsif, alasan
mengenai penolakan tersebut harus juga dijelaskan secara terperinci dalam
laporan tersebut;
14) Dalam waktu dua minggu setelah diterimanya persetujuan ADB/IDB atas
pemenang lelang (NOL), POKJA-ULP mempublikasikan hasil lelang tersebut
di ADB online dengan informasi mengenai:
Daftar penyedia barang/jasa yang memasukkan penawaran;
Daftar harga penawaran;
Daftar harga penawaran hasil evaluasi;
Nama penyedia barang/jasa yang ditolak dan alasannya;
Nama pemenang lelang disertai dengan harga penawaran hasil evaluasi,
jangka waktu kontrak dan ringkasan lingkup kegiatan kontrak.
15) POKJA-ULP akan menyelesaikan evaluasi penawaran serta usulan
pemenang lelang dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam keadaan
memaksa (yang ditetapkan), dimana diperlukan waktu lebih lama untuk
melakukan evaluasi, masa berlakunya penawaran dapat diperpanjang dengan
permohonan tertulis kepada semua peserta lelang sebelum habisnya masa
berlakunya penawaran. Selama perpanjangan masa berlakunya penawaran,
penawar tidak dapat mengubah harga penawaran serta persyaratannya.
Penawar mempunyai hak untuk tidak memperpanjang masa berlakunya
penawaran tanpa dikenakan sanksi terhadap jaminan penawarannya;
16) Penolakan semua penawaran dapat dibenarkan jika tidak ada satupun
penawar yang responsif (memenuhi syarat). Sebelum menolak semua

Manual Manajemen Proyek


6 - 12
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

penawaran dan melakukan pelelangan ulang, harus diminta persetujuan dari


ADB/IDB untuk melaksanakan pelelangan ulang tersebut disertai penjelasan
mengenai alasan penolakan terhadap semua penawaran;
17) Pelelangan ulang dengan alasan untuk menurunkan harga tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan dokumen lelang yang sama (harus dilakukan
modifikasi dulu);
18) Apabila harga penawaran terendah dan responsif jauh diatas HPS atau biaya
yang tersedia, maka POKJA-ULP harus menyelidiki penyebabnya, kemudian
dengan persetujuan ADB/IDB pelelangan ulang dapat dilakukan dengan
merevisi dokumen lelang terlebih dahulu;

f. Penandatanganan Kontrak
Sebelum melakukan penandatanganan kontrak, beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan adalah:
Melakukan pengkajian kembali apakah penyedia barang/jasa yang akan
ditunjuk telah mengajukan penawaran terendah atau paling menguntungkan
bagi pekerjaan yang dilelang;
Keputusan tersebut didasarkan pada pertimbangan keuangan, teknis,
kemampuan rekanan, dan kualitas barang yang dihasilkan;
Hal-hal negatip yang dilakukan oleh penyedia barang/jasa akan sangat
mempengaruhi keputusan POKJA-ULP. Bila hal tersebut terjadi, maka
POKJA-ULP akan memilih alternatif pemenang dengan penawaran terendah
ke-2;

Kontrak akan diserahkan pada penyedia barang yang mempunyai standar kinerja
dan sumber daya yang bagus dan dokumen penawarannya responsif terhadap
dokumen lelang serta harga penawaran hasil evaluasi yang terendah.
POKJA-ULP harus memberitahu pemenang pengadaan secara resmi melalui
surat yang dilampiri draft kontrak. Kontrak harus sudah ditandatangani oleh
pemenang lelang dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender. Penyedia barang
yang tidak ditetapkan sebagai pemenang dalam pengadaan harus diberitahu oleh
POKJA-ULP, serta diperbolehkan mengambil jaminan penawaran.
Pemenang lelang harus menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dengan nilai 5% dari
nilai kontrak dengan masa berlaku 14 (empat belas) hari setelah berakhirnya
masa pemeliharaan.

Apabila pemenang pengadaan gagal dalam memenuhi persyaratan, maka


POKJA-ULP akan menunjuk pemenang ke II sebagai penerima kontrak.

Manual Manajemen Proyek


6 - 13
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

Prosedur dengan Metode Limited International Biding ( LIB)/ Post Review dapat
dilihat seperti yang disakijan pada Gambar 6.1

KEGIATAN DOKUMEN DAN WAKTUNYA PENANGGUNG JAWAB

Penyiapan
- Undangan Lelang - Pokja ULP
Undangan dan
- Dokumen Lelang - PPK
Dokumen Lelang

Pengiriman - Pokja ULP


- Undangan Lelang
Undangan Lelang

- Dokumen Penawaran - Peserta Lelang


Pemasukan - Waktu Minimum
Penawaran 42 hari ADB, 60 hari IDB

- Dokumen Lelang - Pokja ULP


Evaluasi terhadap - Dokumen Penawaran
Penawaran - Klarifikasi
- Waktu 14 hari

- Dokumen Lelang - Pokja ULP


Negosiasi - Dokumen Penawaran - Panitia Lelang
- Waktu 3 hari

Penetapan
- Surat Penentapan Pemenang
Pemenang dan - Pokja ULP
Lelang
Pengumuman
- Waktu 7 hari
Lelang

- Surat Penentapan Pemenang


Penunjukan
Lelang - PPK
Pemenang Lelang

- Surat Penunjukan Pemenang - PPK


Penandatanganan - Pemenang Lelang
- Dokumen Kontrak
Kontrak
- Waktu 7 hari

Pelaksanaan - PPK
- Dokumen Kontrak
Kontrak - Pemenang Lelang

Gambar 6.1. Prosedur Limited International Bidding (LIB) / Post Review

Manual Manajemen Proyek


6 - 14
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

6.8.2. Pemilihan Penyedia Barang Metoda Shopping/Pembelanjaan


Shopping adalah metode pengadaan berdasarkan perbandingan penawaran harga
dari beberapa Pemasok, sekurang-kurangnya 3 (tiga) pemasok yang memiliki
kualifikasi dan berpengalaman dalam melaksanaan pekerjaan sejenis, untuk
memastikan harga bersaing, dan merupakan metode yang memadai untuk
pengadaan barang tersedia di eceran (off-the-shelf) atau komoditas berspesifikasi
standar yang nilainya kecil. Permintaan penawaran harga harus menunjukkan
penjelasan dan jumlah barang, juga waktu dan tempat penyerahan yang diinginkan.
Penawaran harga dapat diserahkan melalui telex atau fax. Evaluasi penawaran harga
akan mengikuti cara yang baik dari praktek sektor pemerintah dan swasta. Ketentuan
dari penawaran yang diterima akan disatukan dengan perintah pembelian.

Shopping International akan meminta harga dari paling tidak 3 (tiga) pemasok di dua
Negara yang berbeda. Berbelanja secara nasional dapat digunakan di mana barang
yang diinginkan tersedia dari lebih dari satu sumber di negara Peminjam pada harga
yang kompetitif.

POKJA-ULP dapat mengundang langsung kepada sekurang-kurangnya tiga rekanan


dan mengirimkan permintaan penawaran (Request for Quotation-RFQ) atau
mengumumkannya di website.

Penggunaan prosedur ini harus dicantumkan dalam Procurement Plan untuk


mendapat persetujuan dari ADB/IDB lebih dahulu.

Permintaan Penawaran dan negosiasi dilakukan sebagai berikut:


1. POKJA-ULP/pejabat pengadaan mengundang penyedia barang/jasa yang sedang
melaksanakan kontrak pekerjaan sejenis dan/atau yang dinilai mempunyai
kemampuan serta kinerja baik dan diyakini dapat melaksanakan pekerjaan, untuk
mengajukan penawaran secara tertulis;
2. Pada Permintaan Penawaran disebutkan jenis dan uraian singkat pekerjaan yang
harus dilaksanakan atau deskripsi dan jumlah barang serta waktu dan
tempat/tujuan barang harus dikirimkan, negara asal barang/jasa, volume
pekerjaan, harga satuan barang/jasa yang akan ditawarkan, harga total
pekerjaan/barang, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak lainnya.
3. Pengiriman penawaran/quotation dilakukan melalui pos atau fax. Apabila rekanan
yang diundang belum memasukkan penawaran, maka POKJA-ULP/pejabat
pengadaan dapat melakukan konfirmasi terhadap rekanan tersebut.
4. Apabila penawaran dinilai memenuhi syarat maka dapat langsung dilakukan
evaluasi, klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga terhadap penawaran yang

Manual Manajemen Proyek


6 - 15
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

diajukan penyedia barang/jasa berdasarkan dokumen pengadaan. Penawaran


harga barang/peralatan termasuk bea masuk, pajak pertambahan nilai dan pajak
lainnya yang dibebankan pada bahan dasar. Pada evaluasi pengadaan barang
harus dipertimbangkan biaya transportasi dan asuransi sampai ke tempat tujuan,
serta kecepatan penyerahan barang.
5. POKJA-ULP/pejabat pengadaan membuat berita acara hasil evaluasi, klarifikasi
dan negosiasi. Prosedur pengadaan dengan metoda Shopping disajikan pada
Gambar 6.2.

Manual Manajemen Proyek


6 - 16
Bab 6 Ketentuan Pengadaan Barang

KEGIATAN DOKUMEN DAN WAKTUNYA PENANGGUNG JAWAB

Penyiapan - Undangan Lelang


Undangan dan - Daftar Request for - Pokja ULP
Daftar Request for Quotation - PPK
Quotation - Waktu 14 hari

Pengiriman
Undangan dan - Undangan Lelang - Pokja ULP
Request for - Waktu 1 hari
Quotation

Pemasukan - Dokumen Penawaran - Peserta Lelang


Quotation - Waktu 10 - 30 hari

- Dokumen Lelang - Pokja ULP


Evaluasi terhadap - Dokumen Penawaran
Quotation - Klarifikasi
- Waktu 14 hari

- Dokumen Lelang - Pokja ULP


Negosiasi - Dokumen Penawaran - Panitia Lelang
- Waktu 3 hari

Penetapan
- Surat Penentapan Pemenang
Pemenang dan - Pokja ULP
Lelang
Pengumuman
- Waktu 7 hari
Lelang

- Surat Penetapan Pemenang


Penunjukan
Lelang - PPK
Pemenang Lelang

- Surat Penunjukan Pemenang - PPK


Penandatanganan - Pemenang Lelang
- Dokumen Kontrak
Kontrak
- Waktu 7 hari

Pelaksanaan - PPK
- Dokumen Kontrak
Kontrak - Pemenang Lelang

Gambar 6.2. Prosedur Shopping / Post Review

Manual Manajemen Proyek


6 - 17
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

BAB 7
MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

7.1. ACUAN HUKUM


Acuan peraturan dan perundang undangan yang digunakan sebagai refrensi
tambahan, terkait hal - hal yang tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah
diatur di dalam Dokumen Kontrak antara lain:
a. Undang Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
b. Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
c. Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ;
d. Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan
Jasa Konstruksi;
e. Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006 tentang Jalan ;
f. Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi;
g. Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010 tentang Usaha dan Peran Masyarakat
Jasa Konstruksi;
h. Loan Agreement No.2817-INO Regional Roads Development Project antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Asean Development Bank
i. Loan Agreement No. IND-0161 Regional Roads Development Project antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Islamic Development Bank
j. Permen PU No. 09/PRT/M/2006, tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 04/PRT/M/2009 tentang Sistem
Manajemen Mutu (SMM) Kementerian Pekerjaan Umum;
l. Permen PU No. 14/PRT/M/2011, tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian PU yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan
Sendiri;
m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 14/PRT/M/2013 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi dan Jasa Konsultasi;
n. SE Ditjen BM No. 03/SE/Db/2012 tanggal 26 Januari 2012 tentang Tata Cara
Perubahan Kontrak Konstruksi;
o. SE Ditjen BM No. 18/SE/Db/2012 tanggal 13-Des- 2012 tentang Prosedur
Standar Pelaksanaan Perubahan (ADDENDUM) Kontrak.

Manual Manajemen Proyek


7-1
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

7.2. PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI


Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi (civil works) pada RRDP akan mengikuti
prosedur yang berlaku secara internasional dengan menciptakan hubungan yang
tepat antara Pengguna Jasa, Enjinir dan Kontraktor sesuai ketentuan dalam
(Fdration Internationale des Ingnieurs-Conseils, or FIDIC) yang telah diterima
secara internasional, sedangkan hal-hal yang belum diatur dalam FIDIC mengikuti
ketentuan yang berlaku pada Direktorat Jenderal Bina Marga. Penyelenggaraan
kontrak pekerjaan konstruksi dan supervisi di dalam RRDP bertujuan untuk
mencapai perbaikan kinerja yang terukur dalam hal kualitas pekerjaan yang akan
dilaksanakan pada proyek ini.

Project Manajemen Unit (PMU) dengan dibantu oleh CTC akan memberikan
penjelasan umum pada saat pra-mobilisasi bagi staf inti DSC termasuk Chief
Supervision Enjinirs dan Supervision Enjinirs pada saat dimulainya layanan jasa
DSC mengenai: (i) peran Enjinir berdasarkan FIDIC; (ii) peran supervisor lapangan
(Field Team) ; (iii) tanggung jawab DSC; (iv) peran CTC; (v) ketentuan tentang
lingkungan dan sosial; dan (v) ketentuan tentang ACAP (Anti Corruption and Action
Plan) RRDP termasuk aturan audit, sanksi, dan sebagainya. Apabila diperlukan PMU
dibantu dengan CTC juga akan memberikan Pelatihan/Training tentang manajemen
pelaksanaan proyek RRDP secara detail untuk semua personil ahli DSC, PPK dan
staffnya yang diberikan secara bertahap atau serentak pada saat pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dimulai.

7.2.1. Pendelegasian Kewenangan


The MDB/FIDIC Harmonised Contract (Juni 2010) akan digunakan pada semua
pekerjaan konstruksi, dengan peran Enjinir dijabat oleh Team Leader/Chief
Supervision Enjinir (CSE) Konsultan DSC (Design and Supervision Consultants)
sebagaimana ditentukan dalam Partcular Conditions of Contract/PCC Pasal 1.1.2.4.
dan 1.3) Pasal pasal yang dirujuk di sini berasal dari MDB/FIDIC Harmonised
Contract (Juni 2010).

Ditjen Bina Marga melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional yang terkait selaku
Employer akan menunjuk Enjinir untuk masing masing kontrak RRDP sesuai pasal
3.1 Syarat syarat Umum (GCC) dan akan menjabarkan wewenang Enjinir menurut
FIDIC (berdasarkan MDB/FIDIC Harmonised Contract) berdasarkan pelimpahan
wewenang yang diberikan oleh Pejabat Pembuat Komitment/PPK. Pendelegasian
wewenang tersebut akan disampaikan secara tertulis kepada Enjinir dan Penyedia
Jasa, Pendelegasian wewenang baru berlaku bila surat pendelegasian tersebut telah

Manual Manajemen Proyek


7-2
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

diterima oleh kedua pihak. Tidak ada perubahan pendelegasian wewenang yang sah
selain yang diterbitkan secara tertulis oleh PPK.

Kewenangan yang tidak diberikan kepada Enjinir adalah :


a. Melakukan amendemen kontrak.
b. Membebaskan salah satu pihak atas tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya
berdasarkan kontrak.

Enjinir harus mendapatkan persetujuan spesifik dari Pengguna Jasa (PPK Fisik)
sebelum mengambil tindakan dalam hal:
a. Menyetujui atau menetapkan tambahan biaya atau perpanjangan waktu. Untuk
kondisi tidak terduga GC. Pasal 4.12
b. Menginstruksi Variasi, kecuali dalam keadaan darurat.
c. Menyetujui usulan Variasi yang diusulkan oleh Penyedia Jasa sesuai GC. Pasal
13.1 & 13.2.
d. Menentukan sejumlah pembayaran dalam masing-masing mata uang yang dapat
dipakai (Payment in Applicable Currencies).

Kewenangan Enjinir yang harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa PC. Pasal 3.1
a. Perpanjangan waktu Pelaksanaan GC. Pasal 8.4
b. Konsekuensi atas resiko Pengguna Jasa GC. Pasal 17.4
c. Penyesuaian akibat Perubahan Peraturan GC. Pasal 13.7
d. Penyesuaian akibat Perubahan Biaya GC. Pasal 13.8

Team Leader (Chief Supervision Enjinir/CSE) sebagai Enjinir, dapat melimpahkan


wewenang yang diperlukan kepada masing masing Supervision Enjinir/SE
sebagai asisten Enjinir menurut pasal 3.2 Syarat Syarat Umum (General
Condition/GCC), termasuk tanggung jawab untuk mengesahkan sertifikat
pembayaran (pasal 14.2, pasal 14.6 Syarat Syarat Umum MDB/FIDIC contract).
Apabila pekerjaan konstruksi yang akan dimulai, namun Supervision Enjinir/SE
belum dimobilisasi, maka pekerjaan konstruksi dapat juga dimulai dan CSE harus
bertindak sebagai Enjinir atau CSE menunjuk sementara Tenaga Ahli lain sebagai
Asisten Enjinir.

Konsultan CTC (Core Team Consultan) akan bertanggungjawab untuk memantau


kinerja konsultan DSC. Tugas ini mencakup pemantauan kemampuan supervisi
untuk semua persyaratan teknis dan administrasi proyek yang digunakan dalam
pengawasan dilapangan.

Manual Manajemen Proyek


7-3
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

7.2.2. Wakil Pengguna Jasa/Employer


Wakil Pengguna Jasa dalam kontrak pekerjaan konstruksi adalah Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK (Contract Officer) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum untuk tiap tiap paket pekerjaan konstruksi.

Tugas dan fungsi Wakil Pengguna Jasa dalam manajemen pekerjaan konstruksi
sebagaimana dijelaskan dalam tabel 7.1. dibawah ini, yang sesuai dengan dokumen
kontrak dalam general condition.

7.2.3. Tanggung Jawab masing masing Pihak


Sebagaimana diuraikan dalam tabel 7.1. dibawah ringkasan tanggung jawab pokok
Pengguna Jasa dan Enjinir dan Kontraktor yang dijelaskan secara rinci dalam Syarat
Syarat Umum dan Khusus Kontrak serta pada Instruction to Bidder (ITB) pada saat
proses pelelangan.

Tabel 7-1 Tanggung Jawab Pokok Pengguna Jasa dan Enjinir Berdasarkan
Kontrak
Pengguna Jasa/ Enjinir
Employer/ Team Leader/CSE/SE Konsultan DSC
Pejabat yang ditunjuk
Pelelangan: Pelaksanaan:
a) Menerbitkan Wewenang Direksi Pekerjaan dijelaskan dalam kontrak:
Undangan Lelang (hal hal lain mungkin tersirat)
(ITB 6.2) 1) Melakukan tindakan sesuai pasal pasal berikut
b) Klarifikasi dengan persetujuan khusus Pengguna Jasa:
dokumen lelang, - Menyetujui atau memutuskan perpanjangan
menyelenggarakan waktu dan/atau tambahan biaya (4.12, 8.4)
kunjungan - Memerintahkan variasi, kecuali dalam situasi
lapangan dan darurat diputuskan sendiri oleh Direksi Pekerjaan
rapat penjelasan
- Menyetujui usulan variasi yang diajukan oleh
lelang, bila
Kontraktor (13.1, 13.2, 13.3).
diijinkan (ITB 7.1)
- Menentukan jumlah yang dapat dibayarkan untuk
c) Merubah dokumen
masing masing mata uang yang diterapkan
lelang (ITB 8.1)
(13.4).
d) Mengelola proses
- Menetapkan sikap atas tuntutan kontraktor
lelang (ITB 22,23)
berdasarkan pasal 17.4 , Akibat dari Resiko
e) Mengevaluasi Pengguna Jasa.
penawaran (ITB
- Menetapkan sikap atas tuntutan kontraktor
34)
berdasarkan pasal 13.7, Penyesuaian untuk
f) Menetapkan Perubahan dalam Perundang undangan.
pemenang lelang
- Menetapkan sikap atas tuntutan kontraktor
(ITB 38,39,40)
berdasarkan pasal 13.8, Penyesuaian untuk
Pelaksanaan: Perubahan dalam Biaya.
g) Menyerahkan 2) Berkonsultasi dengan semua pihak dan membuat
lapangan (psl. 2.1, keputusan terhadap masalah kontraktual antara

Manual Manajemen Proyek


7-4
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Pengguna Jasa/ Enjinir


Employer/ Team Leader/CSE/SE Konsultan DSC
Pejabat yang ditunjuk
4.13) Pengguna Jasa dan Kontraktor ( psl. 3.5).
h) Mengurus perijinan 3) Memberikan arahan dan/atau instruksi kepada
( Psl.2.2) Kontraktor terkait metode kerja, ketepatan waktu,
i) Memberitahu dan kualitas pekerjaan (psl. 4.1).
kontraktor tentang 4) Menyetujui penambahan sub-kontrak untuk setiap
pendanaan proyek bagian pekerjaan (psl. 4.4).
( Psl.2.4) 5) Menerbitkan pemberitahuan formal kepada
j) Menunjuk Enjinir ( Kontraktor untuk memulai pekerjaan (psl. 8.1).
Psl.3.1) 6) Menyetujui atau menolak pekerjaan sebelum ditutup
k) Menyetujui (psl. 7.3, 7.5).
Perintah 7) Menyaksikan pengujian (testing) yang dilakukan
Perubahan yang Kontraktor (psl. 7.4).
mempengaruhi 8) Mengevaluasi usulan kontraktor untuk variasi, dan
pendanaan mengajukan Perintah Perubahan yang berpengaruh
( Psl.3.1) terhadap pendanaan kepada Pengguna Jasa (psl.
l) Menyetujui 13.1, 3.1).
perpanjangan 9) Menyetujui variasi pada kuantitas, dan
waktu ( Psl.3.1) mengevaluasi usulan kontraktor untuk variasi yang
m) Menyediakan data tidak mempengaruhi pendanaan (psl. 13.1).
lapangan 10) Memantau waktu yang telah digunakan Kontraktor
(Psl.4.10) dan mengevaluasi usulan perpanjangan waktu (psl.
n) Mengurus 4.12, 8.4, 3.1).
pembayaran 11) Menyetujui penggunaan hari kerja (day works),
(psl.14.7, 14.9) provisional sums (termasuk biaya cadangan) (psl.
o) Mengambil alih 13.5, 13.6).
lapangan (psl.10.1) 12) Menarik kembali persetujuan terhadap Wakil
p) Berhak untuk Kontraktor (psl. 6.9).
menghapus/ 13) Menerbitkan sertifikat Serah Terima untuk sebagian
membatalkan atau keseluruhan pekerjaan (psl. 10.1).
kontrak (psl.15.2) 14) Mengesahkan Sertifikat Pembayaran (psl. 14.2,
q) Mengembalikan 14.6)
Jaminan 15) Menerbitkan Sertifikat Pertanggungjawaban
Pelaksanaan terhadap Cacat/ Kerusakan (psl. 11.1).
setelah
16) Menerbitkan Sertifikat Kinerja (psl. 11.9)
menerbitkan
Sertifikat 17) Mengesahkan Pernyataan Kontraktor pada saat
Pelaksanaan Penyelesaian Pekerjaan (psl. 14.10)
(psl.4.2) 18) Memberikan bukti sebagai saksi di hadapan
Arbitrators (psl. 20.6).

ITB : Instruction to Bidders (Instruksi kepada Peserta Lelang)


Nomor (misalnya4.1) Mengacu pada pasal pasal dalam Syarat Syarat
: Umum (GCC)
PC-SP : Particular Conditions -Specific Provisions (Syarat
Syarat Khusus, Ketentuan Khusus)

Manual Manajemen Proyek


7-5
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Adapun beberapa batasan wewenang Enjinir yang tidak diberikan oleh Employer/
Pengguna Jasa /PPK yang perlu dipahami sebagaimana ditetapkan dalam syarat
syarat kontrak (GCC) antara lain :
a. Enjinir tidak mempunyai wewenang untuk merubah kontrak, dan tidak
mempunyai wewenang untuk membebaskan salah satu pihak dari tugas,
kewajiban, atau tanggung jawab berdasarkan kontrak;
b. Meskipun demikian, ketika melaksanakan tugas atau menjalankan wewenangnya
seperti yang diatur dalam kontrak, Enjinir harus dianggap bertindak untuk
mewakili PPK;
c. Setiap persetujuan, pemeriksaan, pengesahan, perijinan, pengujian, inspeksi,
perintah, pemberitahuan, usulan, permintaan, test atau tindakan sejenis, Enjinir
tidak dapat membebaskan kontraktor dari setiap tanggung jawab yang dimilikinya
berdasarkan kontrak, termasuk tanggung jawab atas kesalahan, pengabaian,
dan ketidaksesuaian.
d. Menentukan sejumlah pembayaran dari masing-masing mata uang yang dapat
digunakan dalam pembayaran (payment in application currencies).
e. Memberi hak kepada Kontraktor untuk memasuki dan penguasaan lapangan
sesuai waktu yang ditetapkan dalam kontrak (merupakan kewajiban PPK). Dan
Kontraktor dapat memulai pekerjaan (tanggal mulai pekerjaan) setelah tanda
tangan kontrak, mendapatkan penguasaan lapangan dan menerima uang muka
dengan syarat jaminan uang muka telah diserahkan kontraktor.

7.2.4. Penunjukan Enjinir


Direktur Jenderal Bina Marga diwakili oleh PMU dan/atau Balai Pelaksanaan Jalan
Nasional terkait akan memberitahukan tertulis kepada PPK, nama personil yang
ditunjuk sebagai Enjinir untuk setiap paket pekerjaan di RRDP, berikut wewenang
yang dilimpahkan oleh Pengguna Jasa kepada Enjinir. Untuk RRDP, pelimpahan
wewenang diterbitkan untuk seluruh kontrak pekerjaan konstruksi dan tetap berlaku
sampai diubah atau dicabut oleh Ditjen Bina Marga. Pelimpahan wewenang kepada
Enjinir juga akan diubah bila terjadi penggantian atau perubahan personil DSC.

Peran Enjinir akan dilakukan oleh Team Leader/CSE Konsultan DSC. Team Leader
akan melimpahkan wewenang yang diperlukan kepada Supervision Enjinir dan/ atau
staf lainnya untuk masing-masing Kontrak sebagai Asisten Enjinir menurut GCC
Pasal 3.2, termasuk tanggung jawab untuk mengesahkan sertifikat pembayaran oleh
SE (GCC Pasal 14.2 and 14.6). Pelimpahan wewenang dari Enjinir kepada asisten-

Manual Manajemen Proyek


7-6
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

asistennya diberikan tertulis pada setiap penugasan maupun pencabutan


wewenang.

Pelimpahan wewenang tersebut akan disampaikan tertulis kepada PPK dan


Kontraktor, dan baru berlaku bila surat tersebut telah diterima oleh kedua pihak.
Tidak ada perubahan dalam pelimpahan wewenang yang sah selain yang diterbitkan
secara tertulis oleh Enjinir. Asisten Enjinir dari waktu ke waktu (setiap hari) bertugas
melaksanakan supervisi/pengawasan dan tidak boleh bertindak melampaui
wewenang yang dilimpahkan. Adapun hubungan antara Employer/PPK, Enjinir dan
kontraktor sebagaimana dalam gambar 7.2. dibawah.

7.2. Hubungan antara Employer, Enjinir dan Kontraktor.

Employer/DGH/PPK
(Pejabat Pembuat Komiten)
Pendelegasian tanggung jawab teknis
sesuai Clause 3.1.a. General Condition
Sesuai Clause 3.1

The Engineer
Team Leader DSC

Pendelegasian sesuai Clause


Sesuai Clause 3.3 3.2. General Condition

ASISTANTS
(SE/CI/QE)

Contractor
(General Superintendent)

Assistants as Clause 3.2 General Conditions:


- Supervision Engineer (SE)
- Chief Inspector/Quantity Engineer
- Quality Engineer
- Bridge Engineer (Untuk pekerjaan jembatan)

7.3. PELAKSANAAN KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI


Secara garis besar urutan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari awal hingga
penyerahan akhir pekerjaan diuraikan sebagai berikut :
a. Sejak diterbitkannya Surat Penunjukan Penyedia Barang dan Jasa (SPPBJ) oleh
Penguna Jasa (PPK Fisik) (ITB Pasal 39.1), paling lama 28 hari Jaminan
Pelaksanaan harus dikeluarkan oleh Pemenang Lelang (ITB Pasal 41.1);
b. Tandatangan Kontrak (ITB Pasal 40.2 dan GC Pasal 1.6);

Manual Manajemen Proyek


7-7
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Para Pihak harus melakukan Perjanjian Kontrak dalam waktu 28 hari setelah
Penyedia Jasa menerima Surat Penunjukan, kecuali dinyatakan lain dalam
Persyaratan Khusus. PPK Fisik harus memberikan kepada Penyedia Jasa hak
untuk memasuki, penguasaan Lapangan dalam waktu yang ditetapkan Dalam
Kontrak (GCC Pasal 2.1);
c. Setelah penandatanganan Perjanjian Kontrak, PPK Fisik pekerjaan akan
memberitahukan kepada PPK Konsultan DSC untuk mulai melakukan persiapan
mobilisasi Supervisi Lapangan (Field Team-DSC). Surat persiapan mobilisasi ini
juga akan ditembuskan kepada Team Leader-DSC, sehingga pelaksanaan
mobilisasi Field Team-DSC dapat segera dimulai. Diharapkan agar pekerjaan
konstruksi tidak dimulai sebelum Field Team DSC dimobilisasi dan SE ditunjuk
sebagai Asisten Enjinir. Apabila terjadi keterlambatan mobilisasi Field Team-DSC
khususnya personil SE-DSC, maka Team Leader atau Co Team Leader - DSC
akan bertindak sebagai Acting SE hingga Personil definitif SE dimobilisasi.
d. GCC Pasal 4.3 Pengguna Jasa Konstruksi harus menunjuk Wakil Penyedia Jasa
/ Contractors Representive (CR) dan memberinya kewenangan yang diperlukan
untuk bertindak atas nama Penyedia Jasa berdasarkan Kontrak.

Kecuali apabila Wakil Penyedia Jasa yang disebutkan dalam usulan Dokumen
Penawaran berbeda/diganti, maka Penyedia Jasa sebelum Tanggal Mulai
Pekerjaan / Comemencement of Works (COW), harus menyampaikan kepada
Enjinir usulan nama personil pengganti berikut data pendukungnya yang akan
ditunjuk sebagai Wakil Penyedia Jasa untuk diminta persetujuannya. (GCC 6.9).
e. Dalam waktu paling lama 14 hari setelah Penandatanganan Perjanjian Kontrak
maka harus dilaksanakan Rapat Pra-Pelaksanaan/ Pre Construction Meeting
(PCM) (GS Pasal 1.2.2.1);
f. Dalam waktu paling lama 14 hari setelah PCM , Penyedia Jasa harus
menyampaikan kepada Enjinir Program Rinci Mobilisasi (GS Pasal 1.2.2.2);
g. Enjinir harus menerbitkan Surat Instruksi Memulai Pekerjaan/ Instruction to
Commmence of Works (COW), apabila semua persyaratan COW yang telah
ditetapkan sudah dipenuhi ( GCC Pasal 8.1)
h. Sesuai GS Pasal 1.2.2.4 dalam waktu 60 hari terhitung mulai Tanggal Mulai Kerja
peralatan Laboratorium harus sudah selesai dimobilisasi dan dalam waktu 90 hari
dari mulai pekerjaan semua peralatan telah dimobilisasi ke lapangan (periode
mobilisasi selesai);

Manual Manajemen Proyek


7-8
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

i. Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian pada akhir pekerjaan berdasarkan


klausula GCC 9 dan GC sub-klausula 7.4 (masalah pengujian), setelah terlebih
dahulu menyampakan dokumen terlaksana / as-built documents kepada Enjinir
sesuai dengan ketentuan sub-paragrap (d) dari GC Sub Klausula 4.1 (kewajiban
umum Penyedia Jasa).

Penyedia Jasa harus menyampaikan dokumen terlaksana / as-built documents


kepada Enjinir tidak kurang dari 21 hari dari tanggal setelah mana Penyedia Jasa
siap untuk melaksanakan pengujian pada akhir pekerjaan. Kecuali disepakati lain,
pengujian akhir pekerjaan harus dilaksanakan / selesai dalam waktu 14 hari
setelah tanggal tersebut, pada hari atau hari hari sebagaimana di instruksikan
oleh Enjinir. (GCC Pasal 9.1);
j. Penyedia Jasa dapat meminta dengan pemberitahuan kepada Enjinir
diterbitkannya Sertifikat Serah Terima / Taking Over Certificate tidak lebih cepat
14 hari sebelum tanggal, yang menurut pandangan Penyedia Jasa, pekerjaan
akan selesai dan siap untuk dilakukan serah terima.

Adapun bagan alir urutan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang dimulai dari surat
penunjukkan pemenang lelang hingga serah terima pertama pekerjaan (Taking Over
Certificate) sebagaimana pada bagan alir 7.3. dibawah.

Setelah penandatanganan kontrak pekerjaan konstruksi, PPK fisik akan


memberitahukan kepada Satker Konsultan DSC untuk mulai melakukan persiapan
mobilisasi Tim Supervisi Lapangan. Surat persiapan mobilisasi ini juga akan
ditembuskan kepada PMU dan Team Leader CTC, sehingga pelaksanaan mobilisasi
tim supervisi dapat dimulai. Diharapkan agar pekerjaan tidak dimulai sebelum Direksi
Supervisi Lapangan Site Enjinir/SE DSC atau Asisten Enjinir yang ditunjuk CSE
dimobilisasi dan ditunjuk sebagai Asisten Enjinir. Apabila terjadi keterlambatan
mobilisasi dan/atau persetujuan SE, maka CSE akan bertindak sebagai SE sebagai
pelaksana sementara.

Manual Manajemen Proyek


7-9
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Bagan Alir 7.3. Urutan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

SURAT PENUNJUKAN Penetapan Pemenang


PEMENANG LELANG Lelang
ITB Pasal 39.1

28 hari JAMINAN ITB Pasal 41.1


PELAKSANAAN GC Pasal 4.2

PPK phisik memberi informasi


kepada PPK DSC dan Team
Leader DSC mengenai
PENANDATANGANAN
penandatangan kontrak, dan
KONTRAK
ITB Pasal 40.2 menyarankan agar memulai
GC Pasal 1.6 mobilisasi Tim Supervisi
14 hari Lapangan DSC
RAPAT PRA-

pekerjaan tidak di terbitkan dalam waktu 180 hari GC. 8.1


PELAKSANAAN (PCM) Spesifikasi Pasal

Kontraktor berhak membatalkan jika tanggal dimulai


1.2.2.1

Prasyarat kontrak Prasyarat PMM

Pembebasan Lahan dan Kompensasi


GC. 8.1 (a) Penandatangan Kontrak telah selesai
GC. 8.1 (b) Bukti Keuangan Pemilik YA CSE telah ditunjuk
Kelengkapan
GC. 8.1 (c) Kepentingan Lapangan SE dimobilisasi dan ditunjuk sebagai

(e)
Back Up Data
GC. 8.1 (d) Pembayaran Uang Muka Asisten Engineer
Wakil Kontraktor (GS) telah ditunjuk

7 hari

(*) Jika DSC tidak dapat


mencalonkan SE, maka harus
menunjuk SE untuk sementara
berindak sebagai SE

TIDAK SESUAI DENGAN KONTRAK TIDAK SESUAI DENGAN PMM


Penilaian Direksi

YA

Direksi menerbitkan
Surat Intruksi untuk
MEMULAI PEKERJAAN

7 hari

PEKERJAAN DI MULAI

60 hari

90 hari Fasilitas QC selesai Waktu Penyelesaian

Semua peralatan tela


di mobilisasi

SERAH TERIMA

ITB : Instruction to Bidders


GC : General Condition
DSC: Design Supervision Consultant
CSE: Chief Supervision Engineer
SE : Site Engineer
QC : Quality Control

Manual Manajemen Proyek


7 - 10
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Syarat kontraktual berdasarkan pasal 8.1 GCC yang perlu dipenuhi untuk memulai
pekerjaan termasuk penandantanganan perjanjian kontrak, penyampaian bukti wajar
pengaturan keuangan Pengguna Jasa kepada kontraktor berdasarkan pasal 2.4
GCC dan bukti Pembayaran Uang Muka kepada Kontraktor berdasarkan pasal 14.2
GCC. Syarat penting lainnya yaitu tidak ada sengketa atau keberatan terhadap
pembebasan tanah dan kompensasinya, dan lapangan diserahkan-terimakan
kepada Kontraktor.

Pasal 4.3 GCC menetapkan bahwa General Superintendent (GS) sebagai Wakil
Kontraktor (Contractors Representative) harus ditunjuk oleh Kontraktor sebelum
tanggal dimulainya pekerjaan. Selain itu, bila terjadi penggantian GS yang ditunjuk
maka keterangan (kapabilitas) mengenai calon pengganti harus diajukan untuk
memperoleh persetujuan Direksi. Dalam hal nominasi tidak sesuai atau tidak adanya
GS yang sesuai, Kontraktor harus menunjuk GS sementara agar surat tanggal
dimulainya pekerjaan dapat diterbitkan.

Setelah semua persyaratan kontraktual dipenuhi dan data dikirimkan kepada Enjinir,
Direksi akan menyelesaikan penilaian pemenuhan terhadap persyaratan kontrak,
dan dalam waktu tidak lebih dari 7 hari setelah selesainya pemenuhan data
persyaratan kontrak, Enjinir akan menerbitkan surat pemberitahuan dimulainya
pekerjaan (Commencement of Works).

7.3.1. Rapat Pra-Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam rentang waktu yang ditentukan dalam spesifikasi (paling lambat 14 hari
setelah tanda tangan kontrak), Kontraktor harus menghadiri rapat pra-pelaksanaan
pekerjaan (Pre-construction meeting/ PCM) yang dihadiri wakil Pengguna Jasa,
Direksi dan Asisten Direksi (jika ada) untuk membahas baik masalah teknis dan non
teknis yang berkaitan dengan proyek. Agenda rapat PCM termasuk (namun tidak
terbatas) hal hal berikut:
a. Perkenalan antara personil yang terlibat dalam paket pekerjaan konstruksi yang
termasuk dalam struktur organisasi Pengguna Jasa, Enjinir dan Kontraktor.
b. Saling menginformasikan bagan organisasi dan rincian kontrak Pengguna
Jasa, Kontraktor, Enjinir.
c. Permasalahan di lapangan Hak untuk memasuki lapangan, Sumber Material,
Lokasi Base Camp.
d. Perijinan dan permasalahan utilitas (jika ada).
e. Ketentuan pengiriman laporan.
f. Ketentuan pengajuan dan persetujuan pelaksanaan pekerjaan.

Manual Manajemen Proyek


7 - 11
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

g. Tahapan pelaksanaan pekerjaan.


h. Ketentuan tentang pembayaran.
i. Rencana Kerja Kontraktor meliputi :
Garis besar jadwal pelaksanaan yang menunjukkan waktu dan urutan
kegiatan kegiatan pekerjaan utama;
Rencana Mobilisasi;
Rencana Relokasi utilitas (jika ada);
Rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja;
Rencana Mutu Kontrak;
Rencana Keselamatan dan Manajemen Lalu lintas;
Rencana Inspeksi dan Pengujian;
Rencana Manajemen Lingkungan dan Sosial;
j. Komunikasi dan Korespondensi.
k. Rencana Penjaminan Mutu Enjinir.
l. Rapat Koordinasi, Jadwal dan Frekuensinya.
m. Laporan dan Pemantauan.

Dalam waktu 28 hari setelah pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyampaikan


program mobilisasi secara rinci (termasuk program penguatan jembatan, jika ada)
untuk memperoleh persetujuan Direksi berdasarkan pasal 8.3 GCC dan sebagaimana
diatur dalam Seksi 1.2 dan 1.12 Spesifikasi Umum.

Program mobilisasi harus selesai dalam waktu 90 hari setelah tanggal dimulainya
pekerjaan, kecuali fasilitas peralatan untuk layanan kendali mutu harus dapat
dioperasikan dalam waktu 60 hari setelah tanggal mulai kerja.

7.3.2. Penyerahan Lapangan


Pengguna Jasa yang diwakili oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK Fisik) harus
memberikan kepada Penyedia Jasa hak untuk memasuki, penguasaan Lapangan
dalam waktu yang ditetapkan dalam Data Kontrak (GC Pasal 2.1). Hak dan
penguasaan tidak boleh bersifat eksklusif bagi Penyedia Jasa. Apabila ada,
berdasarkan Kontrak, Pengguna Jasa harus memberikan kepada Penyedia Jasa
penguasaan untuk menggunakan pondasi, struktur, instalasi mesin dan akses jalan
masuk. Pengguna Jasa harus menyediakannya dalam waktu dan cara sebagaimana
dinyatakan dalam dokumen kontrak dalam hal ini Syarat Syarat Umum Kontrak.
Sebagaimana diatur dalam Kontrak Data, Syarat-Syarat Khusus/ Particular

Manual Manajemen Proyek


7 - 12
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Conditions of Contract, waktu penyerahan lapangan adalah bersamaan saat Enjinir


menetapkan Tanggal Dimulainya Pekerjaan / Commencement of Date.

Pengguna Jasa dapat menahan pemberian hak dan penguasaan lapangan sampai
diterimanya Jaminan Pelaksanaan (Performance Security).

Hasil Pemeriksaan Lapangan dituangkan dalam berita acara serah terima lapangan
yang ditandatangani kedua belah pihak.

Adapun Prosedur Penyerahan Lapangan sebagai berikut :


a. Pengguna Jasa (PPK Fisik) menyelesaikan permasalahan dengan Pemerintah
Daerah dan Masyarakat setempat (apabila ada);
b. Pemeriksaan lapangan bersama;
c. Menyiapkan Berita Acara Serah Terima Lapangan (Site Take Over), dengan
mencantumkan tanggal efektif berlakunya Serah Terima Lapangan dan
menandatanganinya;
d. Menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (Notice To Proceed).

Pada dasarnya Notice To Proceed (SPMK) tidak dikenal didalam GCC, namun hal ini
dilaksanakan sesuai Permen PU N0.14/2013 untuk itu diharapkan adanya koordinasi
antara PPK dan Enjinir dalam menerbitkan SPMK supaya adanya sinkronisasi dalam
menetapkan tanggal mulai kerja (Commencement of works). Tanggal dimulainya
pekerjaan tidak boleh melebihi 7 hari dari tanggal penerbitan surat perintah memulai
pekerjaan (SPMK) atau Notice to Proceed.

7.3.3. Tanggal Mulai Pekerjaan (Commencement of Works)


Tanggal mulai kerja (Commencement of Works/COW) sebagaimana yang diatur
dalam GCC 8,1, mulai efektif bila hal-hal berikut ini terpenuhi:
a. Kedua belah pihak Pengguna Jasa (PPK Fisik) dan Penyedia Jasa sudah
menandatangani Surat Perjanjian Kontrak;
b. Pengguna Jasa (PPK Fisik) telah menyampaikan kepada Penyedia Jasa,
Employers Financial Arrangements (Pengaturan keuangan Pengguna Jasa) GC
Sub-Klausula 2.4;
c. Kecuali dinyatakan lain dalam Data Kontrak, dan penguasaan lapangan telah
diberikan kepada Penyedia Jasa bersama dengan izin-izin lain yang diperlukan
untuk memulai Pekerjaan ;
d. Telah diiterimanya Uang Muka oleh Penyedia Jasa berdasarkan GC 14.2
dengan syarat bahwa Jaminan Bank untuk pembayaran Uang Muka telah
diserahkan oleh Penyedia Jasa.

Manual Manajemen Proyek


7 - 13
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Berdasarkan ketetentuan tersebut di atas telah terpenuhi, maka Ennjir (dalam hal ini
TL-DSC) akan memberikan instruksi kepada Penyedia Jasa untuk memulai
pekerjaan sesuai tanggal yang ditetapkan oleh Enjinir. Selanjutnya dalam waktu 28
hari setelah menerima instruksi Dimulainya Pekerjaan/COW), Penyedia Jasa harus
menyampaikan rencana kerja secara rinci kepada Enjinir. Penyedia Jasa juga harus
menyampaikan revisi rencana kerja apabila program sebelumnya sudah tidak sesuai
dengan kemajuan pekerjaan sebenarnya atau tidak sesuai dengan kewajiban
Penyedia Jasa.

Jika instruksi Enjinir untuk dimulainya pekerjaan tidak diterima Penyedia Jasa dalam
waktu 180 hari sejak diterimanya Surat Penunjukan Pemenang / Letter of
Acceptance, maka Penyedia Jasa mempunyai hak untuk memutus Perjanjian
Kontrak / Termination by Contract.

7.3.4. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi


Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa harus mengajukan Permohonan Kerja
/Request of Works kepada Enjinir atau Asisten Enjinir dengan dilampiri gambar kerja
(Shop Drawing) baik untuk pekerjaan permanen maupun pekerjaan sementara. Asisten
Enjinir (SE) akan memberikan persetujuan atau menolak Permohonan Kerja /Request of
Works, paling lambat sesuai waktu yang telah disepakati dalam rapat PCM. Permohonan
Kerja/ Request of Works yang diajukan oleh Penyedia Jasa dapat disetujui Enjinir jika :
Rencana Pengendalian Mutu/ Quality Control Plan telah disampaikan dan disetujui
oleh Enjinir;
Metode Kerja telah disampaikan dan disetujui oleh Enjinir
Pekerjaan yang diusulkan telah memenuhi Holding Point.

Asisten Enjinir (SE) harus memastikan bahwa semua hal tersebut di atas telah dipenuhi
Penyedia Jasa (Kontraktor) sebelum memberikan persetujuan terhadap Permohonan
Kerja/ Request of Works.

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Penyedia


Jasa (Kontraktor) dan Enjinir (TL-DSC) dan Para Asisten Enjinir (Field Team-DSC) harus
mematuhi semua ketentuan yang diatur dalam dokumen kontrak dan perubahannya
(Addendum jika ada) termasuk mentaati semua kesepakatan yang telah disepakati
dalam Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak /PCM), sesuai tahapan-tahapan berikut :
a. Sejak 15 hari setelah PCM, Penyedia Jasa harus menyampaikan rincian program
mobilisasi kepada Enjinir, untuk dimintakan persetujuannya (GS.Pasal 1.2.2.2)
termasuk program perkuatan jembatan (jika ada) dan rincian jadwal pelaksanaan

Manual Manajemen Proyek


7 - 14
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

yang memperlihatkan bagaimana semua pekerjaan dapat diselesaikan sesuai waktu


pelaksanaan yang ada. Penyedia Jasa harus menyampaikan rincian program
mobilisasi kepada Enjinir, untuk dimintakan persetujuannya (GS.Pasal 1.2.2.2)
termasuk program perkuatan jembatan (jika ada) dan rincian jadwal pelaksanaan
yang memperlihatkan bagaimana semua pekerjaan dapat diselesaikan sesuai waktu
pelaksanaan yang ada.
b. Penyedia Jasa menyiapkan Rencana Pengendalian Mutu/Quality Control Plan (QCP)
atau yang biasa dikenal dengan Rencana Mutu Kontrak (RMK) sesuai ketentuan
Dokumen Kontrak (GCC. Pasal 4.9 dan GS. Pasal 1.21.2). Di dalam Dokumen QCP,
termasuk didalamnya penyiapan Metoda Kerja.
Rencana Pengendalian Mutu dan Metoda Kerja harus diajukan kepada Enjinir (dalam
hal ini TL- DSC) untuk diminta persetujuannya. Tidak ada satu pekerjaanpun boleh
dikerjakan tanpa terlebih dahulu Rencana Pengendalian Mutu dan Metoda Kerja
telah mendapat persetujuan dari Enjinir. Konsep awal QCP sudah harus disampaikan
kepada Enjinir 7 hari sebelum PCM. QCP berikut Metoda Kerja sudah harus
diserahkan dalam waktu 28 hari setelah Tanggal Mulai Kerja (COW) seusai GCC 8.3.
c. Sebelum melakukan pekerjaan, Penyedia Jasa harus mengajukan Pemohonan
Kerja/ Request of Works kepada Asisten Enjinir (SE-DSC). Berdasarkan persetujuan
terhadap Permohonan Pekerjaan, barulah Penyedia Jasa memulai pelaksanaan
pekerjaan sesuai jenis Pekerjaan yang diminta.
d. Pekerjaan fisik dilaksanakan harus sesuai Proses Manajemen Mutu terkait dengan
Rencana Pengendalian Mutu/ Quality Control Plan dan Rencana Jaminan Mutu/
Quality Assurance Plan, agar semua hasil pekerjaan memenuhi standar mutu yang
disyaratkan dalam Spesifikasi Teknik.
Perlu dicatat bahwa Quality Control merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa,
Quality Assurance merupakan tanggung jawab Enjinir bersama Para Asistennya.
e. Hasil pengendalian mutu disusun dalam bentuk laporan Quality Control.
f. Setiap akhir bulan Penyedia Jasa harus menyiapkan laporan pencapaian progres
pelaksanaan yang dihitung per tanggal 25.
g. Perhitungan volume yang dipakai pada Laporan Kemajuan Pekerjaan per tanggal 25,
diperoleh dari hasil pengukuran bersama antara Penyedia Jasa dan Asisten Enjiner
terhadap hasil pekerjaan Penyedia Jasa yang telah selesai dikerjakan dan telah
memenuhi semua persyaratan Spesifikasi Umum.
h. Setiap bulan, Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menyampaikan Monthly
Statement (MS) kepada Enjinir untuk diminta persetujuannya. Monthly Statement

Manual Manajemen Proyek


7 - 15
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

tersebut harus dilengkapi data pendukung kuantitas dan kualitas termasuk gambar
kerja serta gambar terlaksana.
MS disiapkan oleh Penyedia Jasa berdasarkan format yang telah disetujui oleh
Enjinir (TL-DSC )
i. Jika nilai bersih dari MS setelah dipotong/ dikurangi semua potongan terhadap nilai
kontrak yang disetujui/ Accepted Contract Amount, maka Enjinir atau Asisten Enjinir
(sesuai kewenangannya) akan memberikan pengesahan untuk Sertifikat
Pembayaran Sementara/ Interim Payment Certificate (IPC) atau yang biasa disebut
Monthly Certificate (MC).
j. Pengguna Jasa (PPK Fisik) akan membayar kepada Penyedia Jasa hanya sebesar
nilai IPC yang telah disahkan oleh Enjinir.

Sebelum Pengguna Jasa (PPK Fisik) melakukan pembayaran, harus dipastikan terlebih
dahulu bahwa Jaminan Pelaksanaan/ Performance Security masih berlaku.

Karena Enjinir bertindak selaku Pemilik / Pengguna Jasa, untuk itu Enjinir harus
memastikan dan memeriksa setiap saat bahwa Jaminan Pelaksanaan/ Performance
Security selalu dalam kondisi valid / masih berlaku.

Adapun pelaksanaan pekerjaan konstruksi setelah menerima perintah COW dari


Enjinir, maka Penyedia Jasa harus segera memobilisasi personil dan peralatan
sesuai dengan rencana kerja yang ditentukan. Adapun ketentuan pelaksanaan
kegiatan pekerjaan konstruksi antara lain :

1. Mobilisasi
Sesuai dengan ketentuan General Specification Artikel 1.2.1.1, tentang Ketentuan
Mobilisasi untuk semua Kontrak, sebagai berikut:
i) Penyewaan atau pembelian lahan yang diperlukan sebagai base camp, jalan
masuk sementara untuk penyimpanan peralatan, untuk bangunan kantor, rumah
atau penggunaan lain yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan.

ii) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana
peralatan tersebut akan digunakan menurut Kontrak.

iii) Penyediaan dan pemeliharaan base camp Penyedia Jasa , jika perlu termasuk
kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang, dan sebagainya.

iv) Perkuatan jembatan lama jika diperlukan untuk pengangkutan alat-alat


konstruksi.

Manual Manajemen Proyek


7 - 16
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Program mobilisasi harus selesai dalam waktu 90 hari sejak Tanggal Mulai Kerja/
Commencement of Date. Namun fasilitas dan pelayanan pengendalian mutu harus
sudah terpasang dan beroperasi dalam waktu 60 hari mulai kerja.

Pembayaran Mobilisasi dilakukan sebagai berikut:


a. 50 % dari Harga Total Mobilisasi jika Mobilisasi total selesai 50 % dan pelayanan
serta fasilitas pengendalian Mutu/Pengujian laboratorium telah lengkap
dimobilisasi.
b. 20 % dari Harga Total Mobilisasi jika semua peralatan utama ( sesuai daftar
Peralatan Penawaran Penyedia Jasa) berada di lapangan dan telah diterima/
diverifikasi keberagaman, keberadaan peralatan tersebut oleh Enjinir.
c. 30 % dari Harga Total Mobilisasi jika Demobilisasi.

Jika Penyedia Jasa tidak dapat menyelesaikan mobilisasi sesuai dengan salah satu
dari kedua batas waktu yang disyaratkan di atas, maka jumlah yang disahkan
Asisten Enjinir untuk pembayaran adalah persentase angsuran penuh dari harga
lump sum Mobilisasi dikurangi sejumlah dari 1% (satu persen) nilai angsuran untuk
setiap keterlambatan satu hari dalam penyelesaian sampai maksimum 50 (lima
puluh) hari.

Contoh Perhitungan Keterlambatan Mobilisasi


Contoh 1 :
Penyedia Jasa dalam periode 60 hari, gagal untuk memenuhi memobilisasi 50 %
peralatannya, fasilitas serta pelayanan pengendalian Mutu belum lengkap dan
belum beroperasi. Penyedia Jasa hanya dapat memenuhi semua ketentuan untuk
dapat dibayar angsuran pertama sebesar 50 % dari Harga Total Mobilisasi pada hari
ke 80, maka perhitungan pembayaran pertama Mobilisasi tersebut adalah:

( 50 % x Harga Total Mobilisasi ) ( 1 % x 50 % Harga Total Mobilisasi x ( 80 60 ))

Contoh 2 :
Penyedia Jasa gagal memenuhi ketentuan dalam waktu 90 hari, dimana semua
peralatan sudah 100 % lengkap dimobilisasi dan telah diterima/ diverifikasi
keberagaman, keberadaan peralatan tersebut oleh Enjinir. Penyedia Jasa hanya
dapat memenuhi semua ketentuan ini dalam waktu 120 hari.

Maka perhitungan pembayaran kedua Mobilisasi tersebut adalah:


( 120 90) hari = 30 hari < maximum 50 hari),
( 20 % x Harga Total Mobilisasi ) ( 1 % x 20 % Harga Total Mobilisasi x (120 90 ))

Manual Manajemen Proyek


7 - 17
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

2. Hari Kerja
Tidak diperkenankan melakukan melakukan pekerjaan apapun di Lapangan pada
waktu yang secara lokal diakui sebagai hari-hari libur, atau di luar jam-jam kerja
formal sebagaimana dinyatakan dalam Data Kontrak, kecuali:
(a) Apabila dinyatakan di dalam Kontrak;
(b) Asisten Enjinir memberikan izin, atau

Pekerjaan tidak dapat dihindari atau perlu bagi proteksi terhadap kehidupan atau
harta milik atau demi keselamatan Pekerjaan, untuk hal mana Penyedia Jasa harus
segera memberitahukan kepada Asisten Enjiner. (GCC Pasal 6.5)

3. Keselamatan Kerja
Berdasarkan ketentuan dalam GCC Pasal 6.7. Kesehatan dan Keselamatan
kerja, dimana Penyedia Jasa setiap saat harus mengambil langkah-langkah yang
patut diambil untuk menjaga kesehatan dan keselamatan para personilnya.
Dalam kerja sama dengan instansi kesehatan setempat, Penyedia Jasa harus
memastikan bahwa staf kesehatan, fasilitas Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K), tandu dan layanan Ambulans selalu tersedia setiap saat di
lapangan dan pada setiap akomodasi bagi Personil Penyedia Jasa dan
Pengguna Jasa, dan bahwa telah dibuat perencanaan yang sesuai dengan
semua persyaratan kesejahteraan dan kebersihan yang diperlukan dan untuuk
mencegah timbulnya wabah.

Penyedia Jasa harus menunjuk Petugas Keselamatan Kerja di Lapangan yang


bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan dan mencegah terjadinya
kecelakaan. Petugas yang bersangkutan harus memenuhi syarat untuk tugas
tersebut, dan harus mempunyai wewenang untuk mengeluarkan perintah dan
menetapkan tolok ukur perlindungan untuk mencegah kecelakaan. Selama masa
pelaksanaan Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan apapun yang
diperlukan oleh petugas ini untuk menjalankan tanggung jawab dan wewenang
ini. Untuk Pencegahan HIV-AIDS, Penyedia Jasa harus melakukan program
tanggap/peduli terhadap HIV-AIDS melalui lembaga yang berwenang untuk
mengurangi resiko transfer virus HIV diantara Personil. Penyedia Jasa dan
masyarakat setempat, meningkatkan diagnosis dini dan membantu orang-orang
yang terinfeksi.

Penyedia Jasa selama masa pelaksanaan Kontrak ( termasuk Periode


Pemberitahuan Cacat Mutu) harus:

Manual Manajemen Proyek


7 - 18
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

(i) Melakukan kampanye informasi, Pendidikan dan Komunikasi Konsultansi


sekurang-kurangnya setiap bulan yang berbeda, ditujukan kepada semua
staf dan buruh di lapangan (termasuk semua personil Penyedia Jasa, Sub-
Penyedia Jasa dan Konsultan, semua pengemudi truk dan semua petugas
pengiriman ke Lapangan untuk kegiatan konstruksi) dan kepada masyarakat
sekeliling, mengenai resiko, bahaya dan dampak, dan perilaku pencegahan
yang berkaitan dengan, penyakit yang ditularkan melalui Hubungan Seks
(Sexually Transmitted Diseases/STD) atau infeksi yang ditularkan melalui
hubungan Seks (Sexually Transmitted Infections/STI) secara umum dan
HIV-AIDS secara khusus;
(ii) Menyediakan kondom pria dan wanita untuk semua staf dan buruh lapangan
secukupnya; dan
(iii) Melakukan pengujian, diagnosis, bimbingan dan rujukan pada program
nasional infeksi yang ditularkan melalui Hubungan Seks (STI) dan
HIV/AIDS, (kecuali apabila ditentukan lain) bagi semua staf dan buruh
lapangan.

GCC Pasal 4.22. diatur tentang Keamanan Lapangan, kecuali apabila ditentukan
lain dalam Persyaratan Khusus:
(1). Penyedia Jasa harus bertanggung jawab menjauhkan orang-orang yang
tidak berwenang dari Lapangan, dan
(2). Orang-orang yang diberi wewenang harus dibatasi pada Personil Penyedia
Jasa dan Personil Pengguna Jasa; dan orang lain yang diberitahukan
kepada Penyedia Jasa, oleh Pengguna Jasa atau Enjinir, sebagai personil
Penyedia Jasa lain yang dipekerjakan Pengguna Jasa di Lapangan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sistem manajemen K3 wajib dilaksanakan
oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan;

Pasal 2, tantang Tujuan dan Sasaran Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3):

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem


keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta

Manual Manajemen Proyek


7 - 19
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Pasal 3, tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
(1) Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100
(seratus) orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem
Manajemen K3,
(2) Sistem Manajemen K3 sebagaimana di maksud dalam ayat (1) wajib
dilaksanakan oleh pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai
satu kesatuan

Spesifikasi Umum Artikel 1.17.2.5. (c), tentang Penyedia Jasa harus


memberikan semua peringatan berkala berkaitan tentang kesehatan dan
keamanan dari setiap personil dan harus membuat upaya pencegahan
kecelakaan di lokasi, bertanggung jawab untuk memelihara keamanan dan
perlindungan dari setiap kecelakaan.

4. Instruksi Enjinir dan Asisten Enjinir (SE,CI/Quantity Eng,Quality Eng)


Untuk keperluan pengaturan pekerjaan, Enjinir dan Asisten Enjinir dapat
menginstruksikan kepada Penyedia Jasa secara tertulis melalui surat maupun dalam
buku harian. GCC Pasal 3.3. Enjinir (setiap saat) dapat mengeluarkan instruksi
kepada Penyedia Jasa berupa , perintah dan tambahan atau modifikasi gambar-
gambar yang mungkin diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan dan perbaikan cacat
mutu, sesuai dengan kontrak. Penyedia Jasa hanya boleh mengikuti instruksi dari
Asisten Enjinir (SE) , atau dari seorang Asisten Enjinir (CI/QE/ QltE) yang memiliki
kewenangan yang didelegasikan berdasarkan GCC Pasal 3.3 ini. Apabila suatu
perintah merupakan suatu perubahan, maka GCC Pasal 13.1 [Variasi dan
Penyesuaian] harus digunakan.

Penyedia Jasa harus mengikuti perintah yang diberikan oleh Asisten Enjinir (SE) ,
atau dari seorang Asisten Enjinir (CI/QE, Qlt) yang didelegasikan, untuk segala hal
yang berkaitan dengan Kontrak. Apabila memungkinkan, perintah harus diberikan
secara tertulis. Apabila Asisten Enjinir (SE) , atau dari seorang Asisten Enjinir (CI/QE,
Qlt) yang telah mendapat delegasi:
(a) Memberikan perintah secara lisan;
(b) Menerima konfirmasi perintah secara tertulis, dari (atau atas nama) Penyedia
Jasa, dalam waktu 2 (dua) hari kerja setelah memberikan instruksi; dan

Manual Manajemen Proyek


7 - 20
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

(c) Tidak memberi jawaban dengan mengeluarkan penolakan dan/atau perintah


secara tertulis dalam waktu 2 (dua) hari kerja setelah menerima penegasan
tersebut.

Maka pemberian konfirmasi harus merupakan perintah tertulis dari Asisten Enjinir
(SE) , atau dari seorang Asisten Enjinir (CI/QE/QltE).

5. Komunikasi
Komunikasi antara pihak yang terkait dilapangan hanya diakui bila dibuat secara
tertulis, korespondensi dapat dikirim langsung atau melalui pos, facimile, e-mail dan
menggunakan bahasa sesuai dengan ketentuan dokumen kontrak. Untuk RRDP,
bahasa komunikasi / rulling language adalah bahasa Inggris. GCC Pasal 1.3,
tentang Komunikasi yaitu Bilamana Persyaratan ini berkaitan dengan pemberian atau
penerbitan persetujuan, sertifikat, izin, penetepan, pemberitahuan, permohonan dan
pembebasan dari kewajiban, maka komunikasi harus:
(a) Secara tertulis dan disampaikan dengan tangan/langsung (dengan tanda terima),
dikirim melalui surat atau kurir, atau disampaikan melalui sistem penyampaian
elektronik yang telah disetujui sebagaimana dinyatakan dalam Data Kontrak; dan
(b) Diantarkan, dikirim atau disampaikan ke alamat penerima sebagaimana
dinyatakan dalam Data Kontrak. Akan tetapi:
(i) Bilamana penerima menyampaikan atas alamat lain, komunikasi akan
disampaikan sesuai dengan alamat tersebut; dan
(ii) Bilamana penerima tidak menyatakan lain pada saat mengajukan
permohonan atau izin, maka akan dikirimkan ke alamat darimana
permohonan disampaikan.

Persetujuan, Sertifikat, Izin dan penetapan harus tidak tertahan tanpa alasan maupun
terlambat. Apabila suatu sertifikat diterbitkan untuk suatu Pihak, pembuat sertifikat
harus mengirimkan tembusan ke Pihak lain. Apabila suatu pemberitahuan diterbitkan
untuk suatu Pihak, oleh Pihak lain atau Asisten Enjinir (SE) , atau dari seorang
Asisten Enjinir (CI/QE, Qlt), tembusan harus dikirim kepada Asisten Enjinir (SE) , atau
dari seorang Asisten Enjinir (CI/QE, QltE) atau Pihak lain.

6. Laporan Hasil Pekerjaan


Laporan hasil pekerjaan yang harus dibuat oleh Kontraktor dan disampaikan oleh
Enjinir dan PPK sekurang kurangnya meliputi :
i). Laporan Harian

Manual Manajemen Proyek


7 - 21
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Untuk keperluan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan di


lapangan Penyedia Jasa wajib membuat buku harian. Buku harian diisi oleh
Penyedia Jasa , diketahui dan diperiksa/disetujui oleh Asisten Enjinir
(Lab/Surveyor/Inspektor), laporan harus mencatat seluruh rencana dan realisasi
hasil pekerjaan, material dan peralatan yang digunakan serta cuaca lapangan
dan catatan kejadian penting lainnya.
ii). Laporan Mingguan
Laporan Mingguan terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil
kemajuan fisik pekerjaan mingguan serta catatan - catatan yang dianggap perlu.
Laporan Mingguan dibuat oleh Penyedia Jasa diperiksa oleh Asisten Enjinir
(QE/CI).
iii). Laporan Bulanan
Laporan Bulanan terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan hasil kemajuan
fisik pekerjaan selama satu bulan dibandingkan dengan rencana kerja
(schedule), permasalahan dilapangan, foto hasil kegiatan, serta catatan -
catatan yang dianggap perlu seperti laporan pengujian mutu bahan dan hasil
pekerjaan di lapangan. Laporan Bulanan dibuat oleh Penyedia Jasa , diserahkan
kepada Asisten Enjinir (SE).

7. Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam GCC Pasal 8.6, tentang Tingkat Kemajuan Pekerjaan, apabila :
(a) Kemajuan pekerjaan terlalu lambat untuk dapat selesai sesuai dengan Waktu
Penyelesaian, dan/atau
(b) Kemajuan telah berada (atau akan berada) di belakang rencana kerja yang
berlaku berdasarkan GCC Sub-Klausula 8.3 [Rencana Kerja],

Bukan diakibatkan oleh suatu penyebab sebagaimana tercantum pada GCC Pasal
8.4 [Perpanjangan Waktu Penyelesaian], selanjutnya Asisten Enjinir (SE) dapat
mengintruksikan kepasa Penyedia Jasa untuk menyampaikan, berdasarkan GCC
Pasal 8.3 [Rencana Kerja] , revisi rencana kerja dan data pendukung yang
menguraikan usulan metoda yang direvisi yang akan diterapkan Penyedia Jasa demi
mempercepat kemajuan dan penyelesaian dalam batas Waktu Penyelesaian.

Kecuali Asisten Enjinir (SE) menyatakan lain, Penyedia Jasa harus menerapkan
metoda yang telah direvisi, yang mungkin akan memerlukan penambahan jam
kerja dan/atau jumlah Personil Penyedia Jasa dan/atau Barang-barang, dengan
resiko dan atas biaya Penyedia Jasa . Apabila mengeluarkan tambahan biaya,
Penyedia Jasa berdasarkan GCC Pasal 2.5 [klaim oleh Pengguna Jasa] harus

Manual Manajemen Proyek


7 - 22
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

membayar biaya tersebut kepada Pengguna Jasa ( PPK Fisik ), diluar denda
keterlambatan (apabila ada) berdasarkan GCC Pasal 8.7 [Denda Akibat
Keterlambatan] di bawah ini. Biaya tambahan akibat metoda yang direvisi
termasuk tindakan percepatan, yang diinstruksikan Asisten Enjinir (SE) untuk
mengurangi keterlambatan sebagai akibat dari sebab-sebab yang terdapat dalam
GCC Pasal 8.4 [Perpanjangan Waktu Penyelesaian], harus dibayar oleh
Pengguna Jasa Konstruksi, meskipun demikian, tanpa menyebabkan
pembayaran tambahan lainnya kepada Penyedia Jasa .

Untuk kontrak kritis dalam kontrak RRDP yang dinyatakan dalam PCC Part B
Pasal 8.6. (Rate of Progress), kontrak dinyatakan kritis apabila :

Periode Konstruksi Progress Terlambat


Periode I 0 70% > 10%
Periode II 70 100% > 5%
Apabila kontrak termasuk kategori kritis maka dilaksanakan Rapat Pembuktian
(Show Cause Meeting) sesuai dengan ketentuan dalam Sub-bab 7.4.7. Tingkat
Kemajuan Pekerjaan dalam PMM ini.

8. Peringatan Dini Terkait Klaim


GCC Pasal 20.1. Penyedia Jasa wajib menyampaikan peringatan dini terkait
klaim kepada Enjinir selambat lambatnya 28 hari sejak Penyedia Jasa akan
terjadinya peristiwa peristiwa tertentu atau keadaan yang dapat berakibat buruk
terhadap pekerjaan , kenaikan harga kontrak atau keterlambatan tanggal
penyelesaian pekerjaan. Jika Penyedia Jasa gagal memberi pemberitahuan dini
terkait klaim dalam waktu 28 hari, yang disebutkan di atas waktu untuk
Penyelesaian tidak akan diperpanjang, Penyedia Jasa tidak akan mempunyai hak
menuntut untuk tambahan pembayaran, dan Pengguna Jasa tidak akan
bertanggung-jawab dalam hubungannya dengan tuntutan. Penyedia Jasa juga
akan menyerahkan setiap pemberitahuan yang lain yang diperlukan dalam
pelaksanaan Kontrak, dan keterangan-keterangan pendukung untuk tuntutan itu,
semua relevan dengan peristiwa atau keadaan semacam ini.

Dalam waktu 42 hari sejak Penyedia Jasa menyadari akan terjadinya suatu
keadaan yang menimbulkan klaim atau waktu lain yang mungkin diusulkan oleh
Penyedia Jasa dan disetujui oleh Enjinir (TL-DSC), maka Penyedia Jasa harus
menyampaikan kepada Enjinir (TL- DSC) detil klaim secara rinci disertai dengan
Data Pendukung terkait dengan klaim yang diajukan. Selanjutnya dalam waktu 42
hari setelah meminta suatu klaim atau dalam waktu lain yang mungkin diusulkan

Manual Manajemen Proyek


7 - 23
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Enjinir (TL- DSC) dan disetujui oleh Penyedia Jasa , maka Enjinir (TL- DSC)
harus memberikan tanggapan apakah menerima atau menolak suatu klaim yang
diajukan oleh Penyedia Jasa.

Penyedia Jasa hanya berhak menerima klaim jika Data Pendukung yang
disampaikan cukup mendukung keseluruhan klaim dan klaim tersebut mampu
dibuktikan. Jika Enjinir (TL- DSC) tidak menanggapi klaim yang diajukan dalam
jangka waktu yang ditentukan di atas, maka Penyedia Jasa dapat menganggap
klaim yang di ajukan ditolak. Untuk itu Penyedia Jasa dapat merujuk kepada
Dewan Sengketa/ Dispute Board. Begitu pula dari sisi Pengguna Jasa, dalam
waktu 28 hari sejak Pengguna Jasa menyadari akan adanya kejadian yang terkait
kontrak dan dapat menimbulkan klaim, maka Penguna Jasa dan Enjinir harus
melakukan pemberitahuan kepada Penyedia Jasa.

9. Perbaikan Pekerjaan
Dalam periode waktu Penyelesaian Pekerjaan, jika sebagai akibat dari suatu
pengujian, inspeksi, pengukuran atau pengetesan, dari setiap pelaksanaan
pekerjaan, tidak sesuai dengan ketentuan Kontrak, Pengguna Jasa melalui Enjinir
dapat menolak hasil pekerjaan tersebut, dan memberi tahukan kepada Penyedia
Jasa ketidak sesuaian, dengan alasan-alasannya. Penyedia Jasa kemudian akan
segera memperbaiki ketidak-sempurnaan itu dan meyakinkan bahwa jenis
pekerjaan yang ditolak tersebut telah diperbaiki sesuai dengan Kontrak.

Dalam periode Pemberitahuan Cacat Mutu/ Defect Noticition Period, Penyedia


Jasa berkewajiban untuk melaksanakan semua perbaikan yang diperlukan untuk
memperbaiki cacat mutu atau perbaikan. Apabila Penyedia Jasa gagal untuk
memperbaiki setiap, cacat mutu atau kerusakan sampai dengan tanggal yang
ditentukan oleh Enjinir, berdasarkan GCC Sub- Pasal 11.4 Pengguna Jasa
(PPK) dapat (sesuai pilihannya):
a. Melaksanakan sendiri pekerjaan atau pihak lain, dengan cara yang dianggap
wajar dan atas biaya Penyedia Jasa , tetapi Penyedia Jasa tidak
bertanggung jawab atas pekerjaan tesebut; dan Penyedia Jasa berdasarkan
Sub-Klausula 2.5 [Klaim oleh PPK Fisik] akan membayar kepada Pengguna
Jasa biaya yang ditanggung oleh Pengguna Jasa dalam memperbaiki cacat
mutu atau kerusakan.
b. Meminta Enjinir untuk menyetujui atau menetapkan pengurangan yang sesuai
dari Harga Kontrak berdasarkan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan]; atau

Manual Manajemen Proyek


7 - 24
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

c. Jika cacat mutu atau kerusakan menyebabkan Pengguna Jasa secara


substansial kehilangan keseluruhan manfaat dari Pekerjaan atau bagian
utama dari Pekerjaan, memutuskan Kontrak secara keseluruhan, atau bagian
utama tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Tanpa mengurangi hak-
hal lainnya, berdasarkan Kontrak atau sebaliknya, Pengguna Jasa
selanjutnya berhak untuk memperoleh kembali semua biaya yang dikeluarkan
untuk Pekerjaan atau sebagian dari Pekerjaan (apabila terjadi), ditambah
biaya pendanaan dan biaya pengupasan/pembongkaran, pembersihan
Lapangan dan pengembalian Peralatan dan Bahan kepada Penyedia Jasa .

7.3.5. Revisi Desain/Variasi Order


Setelah kontrak ditandatangani, apabila diperlukan revisi desain yang disebabkan
ketidaksesuaian antara gambar desain dan kondisi aktual di lapangan; atau pada kasus
di mana tambahan investigasi lapangan memerlukan revisi desain atau modifikasi
terhadap desain awal yang dapat menimbulkan variasi pekerjaan. Variasi dapat
diprakarsai oleh Enjinir setiap saat sebelum menerbitkan Sertifikat Serah Terima
Pekerjaan, baik melalui perintah atau permintaan kepada Kontraktor untuk
menyampaikan proposal. Usulan variasi atau revisi desain dapat dilakukan oleh
Pengguna Jasa/PPK atau Kontraktor dan setiap usulan tersebut harus disampaikan
tertulis kepada Enjinir/Asisten Enjinir. Kontraktor tidak akan melanjutkan pekerjaan
dengan usulan perubahan atau variasi atau revisi desain tanpa instruksi dari Enjinir/
Asisten Enjinir.

Penyedia Jasa tidak boleh menolak melaksanakan instruksi variasi kecuali jika Penyedia
Jasa segera memberitahukan Enjinir menyatakan (dengan bukti-bukti pendukung)
bahwa :
a. Tidak mampu menyediakan bahan untuk melaksanakan variasi.
b. Variasi tersebut memicu perubahan mendasar dalam urutan atau kemajuan
pelaksanaan Pekerjaan.

Pada semua kasus, Enjinir (melalui Tim Supervisi Lapangan/Asisten Enjinir) akan
bertanggungjawab terhadap evaluasi awal dan penyiapan justifikasi teknis atas
usulan revisi desain atau variasi sebelum usulan tersebut disampaikan kepada PPK
untuk proses selanjutnya. Setiap usulan revisi desain atau variasi harus dibuat
Justifikasi Teknis di bawah arahan dan tanggung jawab Enjinir dan disahkan oleh
Team Leader DSC sebagai Enjinir. Persetujuan Justifikasi Teknis untuk revisi
desain atau variasi akan mengikuti prosedur yang diuraikan dalam Surat Edaran
Ditjen Bina Marga No. No.18/SE/Db/2012 tanggal 13 Desember 2012 yang

Manual Manajemen Proyek


7 - 25
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

disesuaikan dengan ketentuan GCC, PCC dan Loan Agreement. Adapun prosedur
usulan revisi desain atau variasi kontrak sebagai berikut :

1. Untuk usulan variasi kontrak dengan target tetap, harga tetap, desain tidak
berubah, tidak ada harga baru dan waktu tetap, Enjinir/Asisten Enjinir setelah
mengevaluasi variasi kontrak tersebut, kemudian disampaikan kepada PPK
untuk dilakukan pembahasan bersama (PPK, Enjinir dan Kontraktor). Hasil
pembahasan tersebut, PPK mengusulkan kepada Kasatker fisik terhadap variasi
kontrak. Kemudian Kasatker fisik memeriksa kelengkapan dokumen variasi
kontrak dan mengujinya sesuai kewenangannya, apabila memenuhi ketentuan,
Kasatker menyetujui variasi kontrak yang diusulkan PPK. Berdasarkan
persetujuan tersebut PPK menerbitkan Addendum Kontrak dan disampaikan
kepada Kasatker, Kepala BBPJN, PMU, Direktorat Wilayah II dan CTC.

2. Usulan revisi desain atau variasi yang berdampak adanya penambahan biaya
dan/atau waktu pelaksanaan dan/atau harga baru dan/atau target berubah, maka
setelah dibahas dalam tingkat Satker (terdiri dari Satker, PPK, Enjinir, Kontraktor,
Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak/PPPK dan P2JN) kemudian disampaikan
ke Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) terkait. Selanjutnya BBPJN
membentuk Tim Teknis dan melakukan pembahasan usulan Justifikasi Teknis,
dan hasil pembahasan Tim Teknis BBPJN, disampaikan kepada Kepala Balai
dan dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh PPPK. Risalah Rapat
akan mencakup pernyataan bahwa "Design and Supervision Consultants (DSC)
bertanggung jawab untuk aspek teknis variasi yang diusulkan." Kemudian Kepala
Balai menyampaikan usulan justifikasi teknis kepada Ditjen Bina Marga cq.
Direktur Wilayah II.

3. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II Ditjen Bina Marga menugaskan Tim


Teknis ( terdiri dari Subdit Wilayah terkait, Sisdal, Bintek, Bipran, PMU dan CTC)
serta mengundang Konsultan Perencana/Desain membahas tentang usulan
revisi desain atau perubahan kontrak yang diusulkan oleh Kepala Balai.
Berdasarkan hasil pembahasan Tim Teknis Ditjen Bina Marga dan dilengkapi
Berita Acara PPPK serta Justifikasi Teknis kemudian disampaikan ke Direktur
Bina Program selaku Ketua PMU dan selanjutnya disampaikan kepada pihak
Pemberi Pinjaman (ADB/IDB) untuk pertimbangan dan pengajuan NOL.

4. Setelah diterbitkan NOL dari ADB atau IDB tentang perubahan kontrak,
kemudian PPK menyampaikan Draft Adendum kepada PMU untuk disampaikan
kepada pihak pemberi pinjaman untuk mendapatkan NOL. Addendum hanya

Manual Manajemen Proyek


7 - 26
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

boleh ditandatangani PPK dan Kontraktor setelah NOL dari ADB/IDB telah
diterbitkan, dan menjadi bagian dari kontrak yang sah.

Agar proses pelaksanaan administrasi yang benar tercapai, urutan waktu yang
diperlukan untuk justifikasi teknik hingga Addendum sebagai berikut:
PERIODE PELAKSANAAN KONTRAK
NO KEGIATAN KETERANGAN
< 24 BULAN 24 BULAN

1 Pengukuran Topografi dan Enjinir dan


2 Bulan 3 Bulan
Kondisi Lapangan Kontraktor
2 Analisa Data Hasil Pengukuran Enjinir dan
1 Bulan 1 Bulan
Topografi dan Kondisi Lapangan Kontraktor
3 Pembahasan Tingkat PPK dan
2 Minggu 2 Minggu PPK dan Satker
Satker
4 Pembahasan Tingkat Balai 2 Minggu 2 Minggu PPK dan Balai

5 Pembahasan Tingkat Ditjen Bina Marga 1 Bulan 1 Bulan PPK, Balai dan DJBM

Catatan :
1. Setiap usulan Variasi Kontrak (bukan Final Addendum) harus selesai dalam waktu
3 bulan sebelum serah terima pertama pekerjaan (Taking Over)
2. Tidak ada Addendum yang diperbolehkan setelah Taking Over (PHO) kecuali
akibat Price Adjustment (Escalation)
3. Enjinir/Asisten Enjiniir harus bertanggungjawab melaksanakan evaluasi teknis terhadap
semua usulan variasi kontrak/perubahan desain yang diusulkan PPK atau Kontraktor.
4. PPK bertanggungjawab atas ketepatan waktu setiap tahapan dalam proses addendum

Adapun prosedur pelaksanaan perubahan kontrak sesuai jenis perubahan sebagaimana


diuraikan diatas, dapat dilihat dalam tabel 7.4. dibawah.

Manual Manajemen Proyek


7 - 27
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Tabel 7.4. PROSEDUR PERUBAHAN KONTRAK


KEWENA NGAN
NO URAIAN
ENJINIR PPK SATKER DAN PPPK BALAI DITJEN BINA MARGA

1 Target Melakukan evaluasi Tetap Tetap Tetap Berubah


2 Desain setiap usulan variasi Tetap Berubah Berubah Berubah
3 Mata Pembayaran baru atau revisi desain dari Tidak ada Diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan
4 Nilai Kontrak PPK atau Kontraktor Tetap Tetap Bertambah <15% Bertambah
5 Waktu Pelaksanaan Tetap Tetap Tetap Bertambah
- Target berubah
- Variasi kontrak - Variasi kontrak - Variasi kontrak - Variasi kontrak
6 Addendum - Revisi desain - Revisi desain - Revisi desain
- Nilai bertambah - Nilai bertambah
- Waktu bertambah
7 PPPK / Pembahasan PPPK Pembahasan Tim Pembahasan Tim
Tim Teknis Teknis Balai Teknis DJBM
8 PMU Tembusan Tembusan Tembusan Tembusan

9 Lender ADB/IDB Tembusan Tembusan Tembusan dan NOL Tembusan dan NOL

Catatan : 1. Pembahasan Tim Teknis Balai meliputi Unsur Bidang Pelaksanaan, Perencanaan, P2JN dan DSC
2. Pembahasan Tim Teknis DJBM meliputi Unsu Sisdal, Subdit Terkait, Bintek, Bipran, PMU, CTC dan Konsultan Perencana (jika perlu)
3. Setiap perubahan biaya dan waktu pelaksanaan harus mendapatkan pesetujuan dari DJBM dan NOL dari ADB/IDB terlebih
dahulu sebelum addendum kontrak ditandatangani para pihak.
4. Setiap Addendum harus dilengkapi dengan Schedule Addendum yang ditandatangani para pihak.

PPK setelah memeriksa hasil evaluasi variasi kontrak dari Enjinir/Asisten Enjinir serta
menguji terhadap kewenangan PPK dalam melaksanakan perubahan kontrak, PPK
dapat menerbitkan Variasi Kontrak sebagaimana diatur didalam Spesifikasi Teknis Seksi
1.13. Berita Acara Variasi Kontrak disampaikan kepada Kasatker, Balai terkait dan PMU,
selanjutnya dibuat Addendum Kontrak.

Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional terkait harus memfasilitasi proses
revisi desain atau variasi kontrak yang diusulkan PPK atau Satker. Dalam
pembahasan Tim Teknis di Balai maupun Ditjen Bina Marga Enjinir, PPK dan
Kontraktor menyiapkan dokumen pendukung Justifikasi Teknis untuk variasi kontrak
atau revisi desain. Sedangkan bagan alir perubahan kontrak akibat variasi atau revisi
desain sebagaiman dalam tabel 7.5. dibawah ini.

Manual Manajemen Proyek


7 - 28
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Gambar 7.5. Bagan Alir Perubahan Kontrak


BAGAN 7.5.11 (a) PROSES PENGATURAN PERUBAHAN V0 (ADDENDUM) KONTRAK

ENJINIR PPK SATKER BALAI DIT.WILAYAH II DIT.BIPRAN ADB/IDB

6
Mulai Menerima
usulan
perubahan
1
Usulan kontrak
perubahan dari Enjinir
kontrak dari
13
Enjinir atau
7 Menerima
kontraktor Bahas usulah
Usulan & perubahan
2 JASTEK kontrak dari
Penugasan Asis bersama PPK
Enjinir pem Enjinir &
bahasan usulan Kontraktor
JASTEK 14
9 Penugasan
8 Usulan PPPK unt
3
Uji thd Perubahan melakukan
Kirim berkas wewenang Kontrak Pembahasan
usulan & PPK Tdk kpd
JASTEK kpd Ka.Satker
TL DSC Ya
15
Pembahasan usulan perubahan Kontrak bersama PPPK dg
Tim Teknis Balai, Enjinir & Kontraktor
Review 4
Tdk chek
oleh 17
TL DSC Usulan
16 Uji thd Tdk perubahan Menerima Usulan 19
Ya
wewenang kontrak Perubahan Kontrak
5 Ka. Satker
Usulan kpd dari Ka. Satker
Perubahan Ka. Balai
10
Ya
Kontrak
Menerbitkan
kpd PPK
Variasi Kontrak
18 23
Persetujuan 20 21
Ka. Satker Usulan Berkas
Uji thd
Tdk Perubahan Usulan
wewenang
Ka. Balai Kontrak Perubahan
kpd DJBM Kontrak
Ya

22 24
Persetujuan Penugasan
Ka. Balai Tim Tek DJBM
unt Bahas
Perubahan
Kontrak

25
Pembahasan Usulan Perubahan Kontrak Pada Tingkat Direktorat Jenderal Bina Marga
29
28 Menerima
26 Memo Memo
Uji thd Tdk Usulan Usulan
wewenang Peruba Perubahan
DJBM han Kontrak dari
Ya Kontrak Dir.Wil II
11 27
Penyusunan Persetujuan 30 31
Penyiapan Menerima
adendum Dirjen Bina
berkas berkas
Kontrak Marga
Usulan Usulan
Perubahan Perubahan
Kontrak Kontrak dari
Dir.Bipran
34
Catatan 32
Tdk
pendapat Review
ADB/IDB
Ya
33
NOL
IDB/
ADB
12 12b
12a 12c 12d 12e 12f
Penandatangan
Tembusan an Adendum Tembusan Tembusan Tembusan Tembusan Tembusan
Kontrak

Selesai

Manual Manajemen Proyek


7 - 29
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

7.4. ADMINISTRASI KONTRAK


Dalam kegiatan kontrak pekerjaan konstruksi, semua administrasi kontrak harus
memenuhi ketentuan ketentuan dasar dalam Syarat Syarat Umum (GCC) dan
Syarat Syarat Khusus Kontrak (PCC). Prosedur administrasi pelaksanaan kontrak
harus mengacu pada Dokumen Kontrak yang telah disepakati Para Pihak (PPK
dengan Kontraktor).

7.4.1. Harga Kontrak


Sebagaimana telah ditetapkan dalam GCC Pasal 14 mencakup Harga Kontrak dan
pembayaran, dan Pasal 12.3 GCC tentang evaluasi penetapan harga baru (apabila
diperlukan) dan harus dibuat addendum kontrak.

Untuk setiap item pekerjaan, harga satuan yang berlaku adalah harga satuan atau
harga yang disebutkan untuk mata pembayaran tersebut dalam kontrak atau apabila
item tersebut tidak ada, maka ditentukan dari pekerjaan yang sejenis.

Setiap mata pembayaran yang tidak memiliki harga satuan yang terdapat di dalam
Daftar Kuantitas, akan dianggap telah termasuk dalam harga satuan pekerjaan lain
dalam Daftar Kuantitas dan tidak akan dibayar terpisah.

Meskipun demikian, harga satuan baru dapat ditetapkan untuk suatu mata
pembayaran bila memenuhi empat kriteria di bawah ini (GCC ayat 12.3):
a. Kuantitas untuk mata pembayaran tersebut berubah lebih dari 25% dari kuantitas
awal/original yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, DAN
b. Perubahan kuantitas, jika dikalikan harga satuan untuk mata pembayaran
tersebut melebihi 0.25% dari Nilai Kontrak awal, DAN
c. Perubahan kuantitas ini akan langsung mengubah biaya per satuan kuantitas
untuk mata pembayaran tersebut lebih dari 1%, DAN
d. Mata pembayaran tersebut tidak dinyatakan dalam kontrak sebagai mata
pembayaran yang harganya tetap/Lump sum

Atau apabila memenuhi tiga kriteria berikut:


a. Pekerjaan ini diperintahkan dalam Pasal 13 GCC (Variasi dan Penyesuaian),
DAN
b. Tidak ada harga satuan atau harga untuk mata pembayaran ini di dalam kontrak,
DAN
c. Tidak ada harga satuan atau harga yang tepat karena mata pembayaran untuk
pekerjaan ini tidak memiliki kesamaan sifat, atau tidak dilaksanakan dalam
kondisi yang sama dengan setiap mata pembayaran dalam kontrak.

Manual Manajemen Proyek


7 - 30
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Setiap harga satuan atau harga baru harus berdasarkan dari setiap harga satuan
yang relevan dalam Kontrak, dengan penyesuaian yang layak yang disebabkan oleh
dampak akibat perubahan volume. Jika tidak terdapat harga satuan atau harga dasar
yang relevan untuk mendapatkan harga satuan atau harga yang baru, harus berasal
dari Biaya yang wajar untuk melaksanakan pekerjaan atau membandingkan dengan
harga kontrak pada paket pekerjaan terdekat, ditambah keuntungan, dengan
mempertimbangkan hal-hal lain yang relevan. Jika mata pembayaran baru harga
satuannya (kenaikan atau penurunan) memenuhi syarat, dan juga termasuk dalam
penyesuaian harga akan diterapkan ke dalam mata pembayaran tersebut sesuai
dengan GCC Pasal 13.8. jika menggunakan harga satuan dasar kontrak awal,
namun apabila menggunakan harga satuan dasar baru, maka item pekerjaan
tersebut tidak mendapatkan penyesuaian harga.

7.4.2. Uang Muka


Pasal 14.2 GCCC mensyaratkan agar Pengguna Jasa memberikan uang muka
sebagai pinjaman tanpa bunga untuk mendukung mobilisasi dan cash flow, ketika
Kontraktor telah menyerahkan jaminan uang muka sebesar uang muka yang
diterima. Total pembayaran uang muka, tahapan dan waktu pemberian (jika lebih
dari satu kali), dan mata uang yang digunakan sesuai dengan mata uang yang
tercantum dalam kontrak, serta proporsinya (sharing) harus sebagaimana dinyatakan
dalam data kontrak. GCCC Pasal 14.7 Pengguna Jasa membayar Uang Muka dalam
waktu 42 hari sejak surat penunjukan (Letter of Acceptance) atau 21 hari sejak
menerima dokumen kelengkapan uang muka (jaminan uang muka).

Kontraktor harus memastikan bahwa jaminan uang muka sesuai yang disyaratkan
dan berlaku sampai uang muka tersebut dibayar kembali, tetapi jumlahnya dapat
dikurangi secara bertahap sesuai dengan jumlah yang telah dibayar kembali oleh
Kontraktor seperti yang ditunjukkan dalam Sertifikat Pembayaran. Jika ketentuan
ketentuan dalam jaminan uang muka menyebutkan tanggal berakhirnya, dan 28 hari
sebelum tanggal berakhir uang muka belum dilunasi, maka Kontraktor harus
memperpanjang masa berlaku jaminan tersebut sampai uang muka dapat dilunasi.

Tata cara melakukan pemotongan adalah sebagai berikut:


a. Pemotongan akan dilakukan pada Sertifikat pembayaran berikutnya setelah
jumlah semua pembayaran sementara yang disahkan (tidak termasuk uang
muka, potongan - potongan, dan pembayaran kembali uang yang ditahan)
melampaui 30% dari nilai kontrak yang disetujui, dikurangi Provisional sum; dan

Manual Manajemen Proyek


7 - 31
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

b. Pemotongan dilakukan mengikuti besaran angsuran dari masing masing nilai


Sertifikat Pembayaran Sementara yang tercantum dalam data kontrak (tidak
termasuk uang muka, pemotongan untuk pembayaran kembali uang muka dan
pemotongan untuk uang yang ditahan/retensi) dalam mata uang dan proporsi
uang muka sampai uang muka tersebut telah dilunasi; asalkan uang muka
tersebut telah lunas pada bobot 90 persen (90 %) dari Nilai Kontrak yang
disetujui dikurangi Provisional Sum telah disahkan pembayarannya.
c. Apabila uang muka masih belum dilunasi menjelang penerbitan Sertifikat Serah
Terima Pekerjaan atau sebelum pemutusan kontrak berdasarkan Pasal 15 SU
[Pemutusan oleh Pengguna Jasa], Pasal 16 SU [Penangguhan dan Pemutusan
oleh Kontraktor] atau Pasal 19 [Keadaan Kahar] (apabila terjadi), seluruh sisanya
kemudian harus segera dibayar. Dan dalam hal pemutusan kontrak berdasarkan
Pasal 15 SU [Pemutusan oleh Pengguna Jasa] dan Pasal 19.6 [Pilihan
Pemutusan, Pembayaran dan Pembebasan Tugas], dibayar oleh Kontraktor
kepada Pengguna Jasa

Dalam Data Kontrak RRDP dengan dana pinjaman ADB untuk besarnya Uang Muka
10% dari Nilai Kontrak, maka besarnya pengembalian uang muka yang harus
dibayarkan melalui pemotongan sebesar 20% dari pembayaran interim (MC) yang
ditentukan oleh Enjinir. Untuk besarnya uang muka 15% dari Nilai Kontrak, maka
besarnya pengembalian uang muka yang harus dibayarkan melalui pemotongan
sebesar 25% dari pembayaran interim (MC) yang ditentukan oleh Enjinir,
pembayaran kembali uang muka harus disesuaikan sehingga uang muka lunas
sebelum atau pada saat pembayaran MC sebesar 90 persen (90%) dari Nilai
Kontrak yang disetujui dikurangi Provisional Sum telah disertifikasi untuk
pembayaran. Untuk dana pinjaman dari IDB besarnya Uang Muka 20% dari Nilai
Kontrak yang disetujui, maka besarnya pengembalian uang muka yang harus
dibayarkan melalui pemotongan sebesar 30% dari pembayaran interim (MC) yang
ditentukan oleh Enjinir.

7.4.3. Pembayaran Sementara


Sertifikat Pembayaran Sementara (Interim Payment Certificate: IPC) berdasarkan
GCC Pasal 14.3 atau sebagaimana juga disebut Sertifikat Bulanan (Monthly
Certificates) sesuai dengan Seksi 1.6 Spesifikasi Umum, dan umumnya disingkat
dengan MC. Ketentuan dalam hirarki urutan kekuatan hukum kontrak Syarat Umum
Kontrak memiliki prioritas lebih tinggi dari Spesifikasi Umum (GCC pasal 1.5).

Manual Manajemen Proyek


7 - 32
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Kontraktor harus menyampaikan Laporan sebanyak 6 salinan kepada Enjinir setiap


akhir bulan dalam format yang disetujui Direksi, menunjukkan dengan rinci jumlah
uang yang menurut pendapatnya sendiri menjadi haknya, disertai dokumen
pendukung yang di dalamnya termasuk laporan kemajuan pekerjaan pada bulan
tersebut sesuai dengan Pasal 4.21 [Laporan Kemajuan Pekerjaan].

Setiap Laporan Bulanan akan diberi tanggal hari terakhir pada bulan kalender
tersebut, tetapi jumlah yang ditagihkan akan berdasarkan nilai pekerjaan yang telah
selesai sampai dengan dan termasuk hari kedua puluh lima periode bulan tersebut.
Laporan bulanan akan diberikan kepada Enjinir selambat lambatnya pada hari
terakhir dari setiap bulan kalender. (Spesifikasi Umum 1.6.2).

Apabila kontraktor tidak dapat memberikan data pendukung yang relevan kepada
Enjinir atau terlambat dalam menyampaikannya, maka tanggal pembayaran aktual
akan terlambat dan Enjinir tidak bertanggungjawab atas keterlambatan pembayaran
tersebut. (Spesifikasi Umum 1.6.1).

Terdapat batas waktu bagi Pengguna Jasa untuk membayar pembayaran sementara
bulanan (GCC Pasal 14.7) yaitu 56 hari setelah Berita Acara Pembayaran dan
pendukungnya diterima dan disetujui oleh Enjinir dan PPK , dan bila terlambat
Pengguna Jasa akan dikenakan ganti rugi (GCC Pasal 4.8) sebesar suku bunga
tahunan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia Plus 3% atau 3% lebih tinggi dari suku
bunga tahunan Bank Indonesia pada saat tagihan.

7.4.4. Addendum Kontrak


Selama pelaksanaan pekerjaan, perubahan dalam kontrak mungkin diperlukan untuk
mengatasi perubahan kuantitas atau karakteristik setiap mata pembayaran
pekerjaan, perubahan karena ketidaksesuaian gambar desain dengan kondisi aktual
lapangan, perubahan dalam desain, modifikasi yang dihasilkan dari kajian lapangan,
penghapusan mata pembayaran pekerjaan, penambahan mata pembayaran
pekerjaan, perubahan biaya dan perubahan urutan atau waktu pelaksanaan
pekerjaan. Semua perubahan perubahan tersebut akan dilakukan melalui variasi
GCC Pasal 13 memberikan ketentuan kontrak penanganan variasi. Setiap variasi
yang telah memenuhi ketentuan dan telah disepakati para pihak harus dibuat dalam
Addendum Kontrak.

Berdasarkan Project Administration Manual ADB pada Bab VI Pasal 36 tentang


Modification of Civil Works Contracts, untuk variasi kontrak yang mengakibatkan
penambahan nilai kontrak awal dan/atau perpanjangan waktu pelaksanaan harus

Manual Manajemen Proyek


7 - 33
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

mendapatkan NOL dari ADB Indonesia Office, untuk penambahan biaya lebih besar
15% dari kontrak awal harus ada persetujuan (NOL) dari ADB Philipine Office dan
setiap perubahan atau variasi kontrak harus mendapatkan validasi dan justifikasi
teknik dari Enjinir.

Berdasarkan Istisnaa Agency Agreement antara GOI dengan IDB pada Artikel IV
Alterations and Amendments of The Contract yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga
tidak dapat merubah kontrak sebelum mendapatkan persetujuan (NOL) dari IDB,
perubahan kontrak tersebut meliputi :
a. Penambahan Harga Kontrak;
b. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan;
c. Perubahan Spesifikasi.

Untuk perubahan kontrak akibat penyesuaian harga harus dilengkapi dokumen


pendukung perhitungan penyesuaian harga (eskalasi harga) yang telah disetujui oleh
Enjinir dan telah mendapatkan persetujuan/NOL dari ADB/IDB.

7.4.5. Penyesuaian Harga


Jumlah yang dibayarkan kepada Kontraktor harus disesuaikan dengan kenaikan
atau penurunan biaya untuk tenaga kerja, barang, dan input pekerjaan lainnya
dengan waktu penyelesaian awal yang melebihi 12 bulan, dengan penambahan atau
pengurangan terhadap jumlah yang ditentukan dalam rumus di bawah, merujuk
kepada pasal 13.8 [Syarat Syarat Umum dan Syarat Syarat Khusus].
Penyesuaian terhadap jumlah uang selain yang dibayarkan kepada kontraktor, dinilai
berdasarkankesesuaian jadwal dan disahkan dalam Sertifikat Pembayaran, harus
ditentukan menggunakan rumus ini untuk setiap mata uang asing dimana harga
kontrak dibayarkan. Tidak ada penyesuaian terhadap pekerjaan yang dinilai
berdasarkan biaya atau harga sekarang (Pasal 13.8 SU). Rumusan penyesuaian
harga sebagai berikut :

K = V x [ l(Ln-Lo)/Lo + f(Fn-Fo)/Fo + m1(M1n-M1o)/M1o + m2(M2n-M2o)/M2o +


m3(M3n-M3o)/M3o + e(En-Eo)/Eo ]

dimana:
K = Penyesuaian jumlah mata pembayaran yang relevan
V = Nilai pekerjaan yang disahkan untuk pembayaran atas pekerjaan
yang telah diselesaikan selama bulan yang dipertimbangkan
berdasarkan kuantitas bersih produk dan harga satuan di dalam
Daftar Kuantitas untuk mata pembayaran tersebut, namun tanpa

Manual Manajemen Proyek


7 - 34
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

pemotongan terhadap uang yang ditahan dan setiap


pembayaran material di lapangan (MOS).
Valuation of work certified for payment as having been
completed during the month under consideration based on the
product of the net certified quantity and the Unit Prices entered in
the Bill of Quantities for the Pay Item concerned but without
deduction of any Retention Money and excluding any advances
made for materials on site.
Ln = Indeks umum untuk ibu kota propinsi yang relevan, diterbitkan
setiap bulan dalam Indikator Ekonomi, Tabel 1.3 Indeks Umum
yang berlaku pada waktu n.
Lo = Indeks seperti dijelaskan dalam L di atas, tetapi berlaku 28 hari
sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
Fn = Harga industri bahan bakar diesel berkecepatan tinggi yang
dikeluarkan oleh Pertamina, berlaku pada waktu n.
Fo = Harga industrI seperti dijelaskan dalam F di atas, tetapi berlaku
28 hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
M1n = Indeks harga untuk semua jenis hasil quarry dan galian yang
diterbitkan setiap tahun dalam Indeks Harga Perdagangan
Besar Indonesia diutamakan sektor konstruksi, berlaku pada
waktu n. Sumber indeks yang berlaku untuk setiap unsur biaya
dijelaskan dalam tabel tabel yang tercantum di Sumber Indeks
Harga Material. Data sementara dapat diperoleh langsung dari
Badan Pusat Statistik (BPS).
M1o = Indeks seperti dijelaskan dalam M1 di atas, tetapi berlaku 28 hari
sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
M2n = Indeks harga untuk semen, aspal dan semua jenis logam, yang
diterbitkan setiap tahun dalam "Indeks Harga Perdagangan
Besar Indonesia diutamakan sector konstruksi, berlaku pada
waktu n. Sumber indeks yang berlaku untuk setiap unsur biaya
dijelaskan dalam tabel tabel yang tercantum di Sumber Indeks
Harga Material. Data sementara dapat diperoleh langsung dari
Badan Pusat Statistik (BPS).
M2o = Indeks seperti dijelaskan dalam M2 di atas, tetapi berlaku 28
hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
M3n = Indeks harga untuk additive, cat, karet, listrik, baja (bila M2

Manual Manajemen Proyek


7 - 35
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

adalah semen), dsb, yang diterbitkan setiap tahun dalam "Indeks


Harga Perdagangan Besar Indonesia diutamakan sector
konstruksi, berlaku pada waktu n. Sumber indeks yang berlaku
untuk setiap unsur biaya dijelaskan dalam tabel tabel yang
tercantum di Sumber Indeks Harga Material. Data sementara
dapat diperoleh langsung dari Badan Pusat Statistik (BPS).
M3o = Indeks seperti dijelaskan dalam M3 di atas, tetapi berlaku 28 hari
sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
En = Indeks harga untuk peralatan yang diterbitkan setiap tahun
dalam "Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan
Bangunan/Konstruksi Indonesia, item 23, Mesin dan Suku
Cadang, berlaku pada waktu n. Data sementara dapat
diperoleh langsung dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Eo = Indeks seperti dijelaskan dalam E di atas, tetapi berlaku 28 hari
sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
n = Waktu indeks sekarang, baik yang diterbitkan pada bulan
kalendar saat pekerjaan sebenarnya dilaksakanan atau indeks
yang diterbitkan untuk bulan di mana pekerjaan dijadwalkan
akan dilaksanakan, tergantung waktu mana yang lebih awal.
Pada saat revisi jadwal pekerjaan telah disetujui dengan
addendum kontrak, jadwal baru tersebut efektif berlaku dari
bulan ditandatanganinya addendum. Jadwal kemajuan kontrak
belum tentu sama dengan setiap revisi program yang disiapkan
untuk memenuhi persyaratan pasal 8.3 Syarat syarat Kontrak,
dan hanya memasukkan jadwal kemajuan yang disetujui dalam
Addendum resmi. Dalam hal Material di lapangan, waktu berlaku
n untuk indeks harga material (M) adalah periode di mana
material lapangan telah disahkan untuk pembayaran.

Faktor - faktor l, f, m1, m2, m3, dan e merupakan faktor standar yang termasuk
dalam Tabel Koefisien Komponen Harga untuk Pekerjaan Jalan dan Jembatan pada
Seksi VIII-Syarat syarat Khusus (SK) untuk koefisien komponen harga meliputi (l)
tenaga kerja, (f) bahan bakar dan pelumas, (m1) semua jenis material quarry dan
galian, (m2) material pabrikan, (m3) material pabrikan khusus dan (e) peralatan.
Pada semua kasus l + f + m1 + m2 + m3 + e = 0.85 dimana a = 0.15 adalah

Manual Manajemen Proyek


7 - 36
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

komponen yang tidak disesuaikan dan 0.85 adalah komponen harga dapat yang
disesuaikan.

Koefisien komponen harga atau yang digunakan dalam perhitungan penyesuaian


harga harus sesuai dengan koefisien komponen harga yang diusulkan dalam
penawaran kontraktor yang dihitung berdasarkan analisa harga masing-masing
pekerjaan yang sesuai dengan harga penawaran/kontrak. Jika sumbernya
diragukan, indeks akan ditentukan oleh Enjinir.

Sebelum masing masing indeks biaya sekarang tersedia, Enjinir harus


menentukan indeks sementara untuk menerbitkan Sertifikat Pembayaran
Sementara. Apabila indeks biaya sekarang telah tersedia, dilakukan perhitungan
kembali untuk menyesuaikan harga. Adapun diagram perhitungan koefisien
komponen harga sebagaimana dalam table 7.6. dibawah.

Tabel 7.6. Diagram Perhitungan Koefisien Harga

DIAGRAM PERHITUNGAN KOEFISIEN KOMPONEN HARGA

KOEFISIEN KOMPONEN
KOMPONEN HARGA
SATUAN PEKERJAAN

BIAYA LANGSUNG
BIAYA TIDAK LANGSUNG

HARGA BIAYA PERALATAN BIAYA TENAGA Biaya Overhead dan


MATERIAL (m) (e) KERJA ( l ) Keuntungan

Material Alam Material Pabrikan Material Bahan Biaya Tetap Biaya Pemeliharaan Biaya Bahan Bakar Biaya Operator
seperti agregat, seperti Semen , seperti Bahan meliputi : meliputi :
material timbunan Aspal, bahan besi Kimia, Karet , Biaya Pasti Biaya Perawatan,
galian dsb. dan sejenisnya cat, elektrikal dan Asuransi dan Perbaikan Operator Mandor Tidak diperhitungkan dalam
dan sejenisnya BBM SOLAR Pembantu Opr. Tukang Komponen Faktor Harga
Pekerja untuk keperluan eskalasi

m-1 m-2 m-3 e f l A

Keterangan :
Rumusan Penyesuaian Harga menjadi : Pn = A + l (Ln/Lo) + m1 (M1n/M1o) + m2 (M2n/M2o) + m3 (M3n/M3o) + e (En/Eo) + f (Fn/Fo)
dimana :
a. l, m1, m2, m3, e, f1 dan f2 merupakan komponen faktor harga berdasarkan tabel yang telah ditetapkan dengan perhitungan diatas, jika A = 0.15 maka l+m1+m2+m3+e+f1+f2 = 0.85
b. l = Tenaga Kerja (Labour)
c. m1 = Material Alam
d. m2 = Material Pabrikan seperti semen, aspal, besi beton dan sebagainya
e. m3 = Material karet, plastik, elektrikal, bahan kimia dan turunannya.
e. e = Peralatan (Equipment)
f. f = Bahan Bakar Solar (Fuel)

Penyesuaian harga hanya diterapkan untuk pekerjaan dengan Mata Pembayaran


dengan harga satuan, sedangkan untuk pekerjaan dengan harga lump sum tidak
mendapatkan penyesuaian harga.

Manual Manajemen Proyek


7 - 37
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

PENTING SEBAGAI PEDOMAN


Untuk paket pekerjaan konstruksi Dana Pinjaman ADB, Penawar harus
mencantumkan sebuah Tabel yang disebut Koefisien Komponen Harga dari setiap
item pembayaran berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan. Untuk mata
pembayaran yang tidak dirinci dengan besarnya koefisien komponen harga,
dianggap tidak ada penyesuaian harga atau Peserta Lelang dianggap telah
memasukkan penyesuaian harga dalam Harga Penawarannya.

Ringkasan prosedur penentuan penyesuaian harga sebagai berikut :


1. Menetapkan Base Line untuk Penyesuaian Harga yaitu 28 hari kalender sebelum
tanggal terakhir untuk pemasukan penawaran. Indeks untuk bulan pada 28 hari
sebelum tanggal terakhir pemasukan penawaran yang digunakan. Sebagai
contoh, paket 30 RCP-03 (Sp.Tanjung - Galing), pemasukan penawaran pada
tanggal 23 May 2013. Untuk 28 hari sebelum pemasukan penawaran adalah 20
April 2013, sehingga indeks Bulan April 2013 digunakan sebagai indeks nol (0).
2. Menetapkan jadwal bulanan dan kuantitas aktual untuk jenis pekerjaan yang
mendapatkan Penyesuaian Harga dari Jadwal Pelaksanaan Kontrak Awal
(Original yang telah disepakatu para pihak), harus diterapkan untuk bulan
dimana pekerjaan tersebut benar-benar dilaksanakan atau bulan di mana jenis
pekerjaan tersebut dijadwalkan akan dilaksanakan, diambil mana yang lebih
dahulu.
3. Dalam hal jadwal pelaksanaan direvisi dan telah disetujui oleh Addendum
Kontrak, jadwal baru akan berlaku efektif dari bulan ketika Addendum tersebut
disetujui para pihak terkait.
4. Progres aktual didasarkan pada Laporan Progress Bulanan yang telah disetujui
para pihak.
5. Menetapkan Indeks Harga berdasarkan IHPB Indeks Harga Perdagangan Besar,
Sektor Bangunan/Konstruksi, kecuali untuk Indeks Harga yang tidak terdapat
pada Sektor Konstruksi dapat diambil pada Sektor Industri atau Sektor Pertanian
atau Indeks Konsumen Tenaga Kerja. Seperti contoh untuk Bahan Bakar
diambil dari Sektor Industri dan sebagainya.
6. Menerapkan Indeks Harga ke dalam formula yang disediakan setiap bulan, untuk
masing-masing jenis pekerjaan pada bulan yang sesuai pada setiap bulan. Hal
ini dapat mengakibatkan kenaikan harga atau penurunan harga.
Sedangkan untuk paket pekerjaan konstruksi untuk Dana Pinjaman IDB nilai
koefisien komponen harga telah ditetapkan didalam dokumen lelang. Indeks dan
bobot untuk rumus penyesuaian harga yang terdapat di Syarat Syarat Khusus

Manual Manajemen Proyek


7 - 38
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

13.8 yang harus digunakan yaitu Penyesuaian Harga diberlakukan mulai bulan
ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan. Jenis pekerjaan baru dengan
Harga Satuan baru sebagai akibat adanya adendum kontrak dapat diberikan
penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak adendum kontrak
tersebut ditandatangani. Indek Dasar atau indek nol (base line) penyesuaian
harga ditetapkan bulan ke-12 (dua belas) sejak pelaksanaan pekerjaan.

Untuk Final pembayaran dari perhitungan Penyesuaian Harga dapat dibayarkan


setelah mendapatkan Rekomendasi Audit dari BPK atau BPKP dan dibuat Adendum
terhadap dokumen kontrak yang berlaku.

7.4.6. Perpanjangan Waktu Penyelesaian


Berdasarkan Pasal 18.4 GCC, Kontraktor berhak, menurut pasal 20.1 GCC
[Tuntutan Kontraktor], atas perpanjangan waktu penyelesaian jika dan selama
penyelesaian yang dilakukan untuk keperluan pasal 10.1 [Serah Terima Pekerjaan
dan Seksi seksi] telah atau akan terlambat karena salah satu dari sebab sebab
berikut:
a. Variasi (kecuali penyesuaian terhadap Waktu Penyelesaian telah disetujui
berdasarkan pasal 13.3 GCC [Prosedur Variasi]) atau perubahan mendasar
lainnya terhadap kuantitas suatu mata pembayaran yang termasuk dalam
kontrak,
b. Penyebab keterlambatan memberikan hak perpanjangan waktu berdasarkan
pasal pasal dalam Syarat Syarat Umum, termasuk Keterlambatan yang
disebabkan oleh pihak berwenang,
c. Kondisi iklim yang sangat merugikan,
d. Kelangkaan yang tidak terduga dalam ketersediaan personel atau barang yang
disebabkan oleh epidemik atau tindakan pemerintah, atau
e. Setiap keterlambatan, rintangan atau pencegahan yang disebabkan atau
dihubungkan dengan Pengguna Jasa, Personel Pengguna Jasa atau kontraktor
lain dari Pengguna Jasa.

Jika kontraktor merasa berhak atas perpanjangan waktu penyelesaian,


Kontraktor harus memberitahu Enjinir sesuai dengan pasal 20.1 GCC [Tuntutan
Kontraktor]. Ketika memutuskan setiap perpanjangan waktu berdasarkan pasal
20.1 GCC, Enjinir akan meninjau keputusan keputusan sebelumnya dan
mungkin menambah, tetapi tidak akan mengurangi, jumlah perpanjangan waktu.

Manual Manajemen Proyek


7 - 39
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Peninjauan terhadap keputusan keputusan sebelumnya dilakukan untuk menjamin


konsistensi terhadap evaluasi dan untuk menghindari tuntutan yang tumpang tindih
atas perpanjangan waktu.

Kontraktor pada umumnya berhak mendapatkan perpanjangan waktu jika mengalami


keterlambatan bukan karena kesalahan sendiri. Kontraktor tidak berhak atas
perpanjangan waktu karena keterlambatan dan progres yang lambat yang
disebabkan oleh kinerjanya sendiri yang buruk sehingga dia tidak akan dapat
menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang telah ditentukan. Perpanjangan waktu
harus dievaluasi menurut kontrak, didukung oleh data aktual yang jelas tentang
bagaimana suatu peristiwa telah memperlambat kinerja kontraktor dan dampaknya
pada program pekerjaan. Jangka waktu yang diberikan seharusnya hanya waktu
yang diperlukan untuk mengkompensasi dampak tersebut yang ditunjukkan dalam
lintasan kritis.

Kontraktor juga berhak untuk mengklaim biaya tambahan yang timbul karena
perpanjangan waktu. Kontraktor hampir pasti akan mengeluarkan biaya tambahan
yang tidak ditemukan dalam mata pembayaranyang ada jika ia harus tinggal di lokasi
lebih lama dari periode kontrak asli. Adalah praktek yang buruk dalam pemberian
perpanjangan waktu dengan mengabaikan biaya dan akan menimbulkan pertanyaan
tentang proses transparansinya.

Prosedur yang harus diikuti dalam mengevaluasi klaim untuk perpanjangan waktu
(jika tidak termasuk dalam klaim variasi) akan ditunjukkan berdasarkan prosedur
Variasi sebagaimana dalam Sub-bab 7.3.4. diatas.

7.4.7. Tingkat Kemajuan Pekerjaan


Kontrak pekerjaan konstruksi jalan harus dikelola sedemikian rupa untuk
memastikan bahwa Kontraktor menjaga progress yang memuaskan, dan ini dapat
melibatkan intervensi baik dari Enjinir dan Pengguna Jasa.

Berdasarkan GCC Pasal 8.6, jika pada suatu waktu kemajuan aktual terlalu lambat
untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai Waktu Penyelesaian Pekerjan,
dan/atau kemajuan pekerjaan telah jatuh (atau akan jatuh) di belakang program yang
sedang berjalan berdasarkan GCC pasal 8.3, selain disebabkan oleh hal hal yang
disebutkan dalam GCC pasal 8.4 GCC [Perpanjangan Waktu Penyelesaian
Pekerjaan], kemudian Enjinir dapat memerintahkan kepada Kontraktor sesuai
dengan GCC pasal 8.3, untuk menyerahkan revisi program dan tindakan perbaikan
yang berisi uraian metode yang direvisi, yang diusulkan kontraktor agar dilaksanakan

Manual Manajemen Proyek


7 - 40
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

dalam rangka mempercepat kemajuan pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaan


dalam Waktu Penyelesaian.

Sedangkan kriteria penilaian terhadap kondisi keterlambatan pekerjaan berdasarkan


Tata cara Penanganan Paket Kritis merujuk pada Permen PU No. 14/PRT/M/2013,
tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2011,
mengenai Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan
Jasa Konsultasi.Penanganan pekerjaan kritis dilakukan melalui tahapan surat
peringatan, rapat pembuktian, dan masa percobaan bagi Kontraktor. Apabila setelah
tiga kali kesempatan masa percobaan kemajuan kontrak masih kritis, PPK dapat
memutus kontrak berdasarkan hukum perdata. Prosedurnya adalah sebagaiberikut:
1. Suatu Kontrak dinyatakan Kritis apabila realisasi fisik pekerjaan terlambat 10%
dari rencana (dalam periode 0-70%) atau terlambat 5% dari rencana (dalam
periode 70 100%), sehingga dalam waktu 3 hari kalender saat kejadian
tersebut, PPK harus mengeluarkan surat peringatan pertama kepada Kontraktor
dan melaporkannya secara tertulis kepada Kepala Satker.
2. Selambat lambatnya 7 hari kalender setelah menerima laporan dari PPK, Show
Cause Meeting tingkat 1 harus diselenggarakan oleh Kepala Satker untuk
memberikan kesempatan kepada kontraktor untuk mempercepat program kerja,
dan Masa Percobaan tingkat 1 diberikan kepada Kontraktor. Lama masa
percobaan maksimum yang dapat diberikan adalah 30 hari kalender. PPK
memantau pelaksanaan Masa Percobaan Pertama, dan bila Kontraktor tidak
berhasil/gagal maka selambat lambatnya 3 hari setelah masa percobaan
berakhir, PPK akan segera mengeluarkan surat peringatan kedua kepada
Kontraktor dan melaporkannya kepada Kepala Satker.
3. Selambat lambatnya 3 hari kalender setelah menerima laporan dari PPK,
Kepala Satker akan mengusulkan kepada Kepala Balai Besar/ Balai untuk
menyelenggarakan Show Cause Meeting Tingkat 2.
4. Selambat lambatnya 7 hari setelah menerima laporan dari Kepala Satker,
Kepala Balai Besar/Balai menyelenggarakan Show Cause Meeting tingkat 2
untuk memberikan kesempatan bagi Kontraktor untuk mempercepat program
kerjanya dan Masa Percobaan Kedua diberikan kepada Kontraktor. Lama masa
percobaan maksimum yang dapat diberikan untuk Masa Percobaan Kedua
adalah 30 hari kalender. PPK memantau pelaksanaan Masa Percobaan Kedua
dan bila Kontraktor tidak berhasil/gagal maka selambat lambatnya 3 hari
setelah Masa Percobaan berakhir, PPK akan segera mengeluarkan surat

Manual Manajemen Proyek


7 - 41
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

peringatan ketiga kepada Kontraktor dan melaporkannya kepada Kepala Satker


dan Kepala Balai Besar/Balai.
5. Dalam waktu tiga hari kalender setelah menerima laporan dari PPK, Kepala Balai
Besar/Balai melaporkan kepada Direktur Jenderal melalui Direktur Bina
Pelaksanaan Wilayah II.
6. Selambat lambatnya 7 hari setelah menerima usulan dari Kepala Balai
Besar/Balai, Direktur Bina Pelaksanaan Wilayah II atas nama Ditjen Bina Marga
harus menyelenggarakan Show Cause Meeting tingkat 3 untuk memberikan
kesempatan bagi kontraktor untuk mempercepat program kerjanya dan Masa
Percobaan Ketiga diberikan kepada Kontraktor. Lama masa percobaan
maksimum yang dapat diberikan untuk Masa Percobaan Ketiga adalah 30 hari
kalender. PPK memantau pelaksanaan Masa Percobaan Ketiga, dan bila
Kontraktor tidak berhasil/gagal maka dalam waktu 3 hari setelah masa
percobaan berakhir, PPK dengan sepengetahuan Kepala Satker segera melapor
kepada Ditjen Bina Marga melalui Direktor Bina Pelaksanaan Wilayah II dan
salinannya diberikan kepada Kepala Balai Besar/Balai, untukmeminta sarannya
dalam mengatasi paket kritis.
7. Direktur Bina Pelaksanaan Wilayah II atas nama Ditjen Bina Marga akan
memberikan saran untuk mengatasi paket kritis dalam waktu 14 hari setelah
laporan PPK mengenai Masa Percobaan Ketiga diterima. Selambat lambatnya
7 hari setelah menerima saran dari Direktur Bina Pelaksanaan Wilayah II atas
nama Ditjen Bina Marga, PPK harus memberikan keputusannya kepada
Kontraktor.

Tata cara yang diuraikan di atas adalah prosedur yang ada dalam internal Ditjen Bina
Marga yang harus dilakukan oleh setiap Pengguna Jasa (PPK Fisik) dalam
menangani kontrak kritis.

Jika opsi yang dipilih setelah Penyedia Jasa gagal memenuhi target yang diberikan
dalam SCM ke III adalah Pemutusan Kontrak, maka pelaksanaannya harus mengikuti
ketentuan yang diatur dalam Dokumen Kontrak khususnya GC 15.2 (a), (b) dan (c).

Prosedur SCM memang tidak dikenal dalam kontrak FIDIC, namun apa yang
dilakukan dalam SCM masih sejalan dengan ketentuan yang ada dalam GC. 8.3.
Untuk itu paralel ketika Pengguna Jasa melaksanakan SCM, maka setiap tahapan
SCM Penyedia Jasa gagal memenuhi target yang disepakati, maka Enjnir harus
mengeluarkan Intruksi Untuk Perbaikan / Notice to Correct kepada Penyedia Jasa
sebagaimana yang diatur dalam GC. 15.1 dan seterusnya sampai pada SCM ke III.

Manual Manajemen Proyek


7 - 42
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Setelah Penyedia Jasa gagal memenuhi target SCM ke III, dalam kondisi tersebut
berarti juga Penyedia Jasa gagal memenuhi Intruksi Untuk Perbaikan / Notice to
Correct yang dikeluarkan oleh Enjinir. Selanjutnya Enjinir memberikan rekomendasi
kepada Pengguna Jasa, bahwa akibat Penyedia Jasa gagal untuk memenuhi Intruksi
Untuk Perbaikan / Notice to Correct, sesuai dengan ketentuan GC. 15.2 (a), maka
Pengguna Jasa mempunyai hak untuk melakukan Pemutusan Kontrak.

Prosedur inilah yang harus dilakukan oleh Pengguna Jasa jika hasil keputusan
terhadap kegagalan Penyedia Jasa dalam SCM ke III adalah Pemutusan Kontrak.

Semua Bahan, Perlengkapan, Peralatan, Hasil Pekerjaan Sementara yang masih


berada di lokasi kerja setelah pemutusan Kontrak akibat kelalaian atau kesalahan
Penyedia Jasa, dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh Pengguna Jasa tanpa
kewajiban perawatan/pemeliharaan. Pengambilan kembali semua peninggalan
tersebut oleh Penyedia Jasa hanya dapat dilakukan setelah mempertimbangkan
kepentingan Pengguna Jasa.

Manual Manajemen Proyek


7 - 43
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Gambar 7.7. Bagan Alir Penanganan Keterlambatan Pekerjaan

K e m a ju a n S E m e la p o r ke P P K
K o n tra kto r sa n g a t
la m b a t a ta u P e rsya ra ta n K o n tra k P a sa l 8.6
te rtin g g a l d i P erin g atan
PPK
ketig a
b e la ka n g ja d w a l

3 h a ri

T in g ka t K ritis K o n tra kto r K e S a tke r K e p a la B a la i


S E m e n ila i d a n K e te rla m b a ta n -1 0 % d a ri re n ca n a
m e n yim p u lka n (P e rio d e P ro g re s 0 7 0 % )
K o n d isi K ritis K e te rla m b a ta n -5 % d a ri re n ca n a
(P e rio d e P ro g re s 7 0 1 0 0 % )
3 h a ri
K e p a la B a la i m e la p o r ke D ire ktu r Je n d e ra l
m e la lu i D ire ktu r B in a P e la ksa n a a n
W ila ya h II te n ta n g ko n d isi T e st C a se II
S E m e n g irim su ra t ke
P P K m e n g e n a i ko n d isi
kritis d a n 7 h a ri
m e n ya ra n ka n D ire ktu r B in a P e la ksa n a a n W ila ya h II a ta u
tin d a ka n ya n g p e rlu III m e n ye le n g g a ra ka n S C M N o .3
d ila ku ka n

P erin g atan P ertam a


PPK K o n tra kto r T e st C a se II d ib e rika n
ke p a d a K o n tra kto r u n tu k L a m a T e s t C a s e m a k s im u m 3 0 h a ri
m e n u n ju ka n ke m a m p u a n ya
3 h a ri M e la p o rka n ko n d isi ke te rla m b a ta n ke m a ju a n m e n ca p a i p ro g re s ya n g
d ite n tu ka n d a la m S C M 3.
K e S a tke r

7 h a ri
K e S a tke r P P K d ib a n tu S E
m e n ye le n g g a ra ka n L u lu s K o n tra kto r lu lu s T e st
m e m a n ta u d a n
S h o w C a u se C a se . K o n tra kto r
m e n g e va lu a si
M e e tin g N o .1 m e la n ju tka n K o n tra k
T e st C a se III

T e st C a se I d ib e rika n p a d a G agal
K o n tra kto r u n tu k m e n u n ju ka n L a m a T e s t C a s e m a k s im u m 3 0 h a ri
ke m a m p u a n ya m e n ca p a i P P K m e la p o r ke
PPK
p ro g re s ya n g d ite n tu ka n
d a la m S C M 1 .

K e S a tke r K e p a la B a la i
3 h a ri

P P K d ib a n tu S E
L u lu s K o n tra kto r lu lu s T e st
m e m a n ta u d a n
C a se . K o n tra kto r D ire ktu r B in a
m e n g e va lu a si
m e la n ju tka n K o n tra k P e la ksa n a a n II te n ta n g
T e st C a se 1
ko n d isi T e st C a se III d a n
m e m in ta sa ra n tin d a ka n
G agal S E m e la p o r ke P P K 1 4 h a ri

P erin g atan K ed u a D ire ktu r B in a


PPK K o n tra kto r P e la ksa n a a n W ila ya h II
3 h a ri a ta u III m e m b e ri
P P K m e la p o r ke S a tke r ke p u tu sa n a ta u
re ko m e n d a si ke P P K
K e S a tke r
3 h a ri 7 h a ri

K a S a tke r m e la p o r ke K e p a la B a la i d a n
m e n g u su lka n p e n ye le n g g a ra a n S C M N o .2
P P K m e n ya m p a ika n
ke p u tu sa n ke K o n tra kto r
K o n tra kto r
K e p a la B a la i
7 h a ri

K e p a la B a la i m e n ye le n g g a ra ka n
SCM No. 2 R e fe re n s i :
- P e rsya ra ta n K o n tra k P a sa l 1 .4
- P e rm e n P U N o : 0 7 /P R T /M /2 0 1 1
- S E D irje n B M N o . 0 2 /S E /D b /2 0 1 0
T e st C a se II d ib e rika n
ke p a d a K o n tra kto r u n tu k
m e n u n ju ka n ke m a m p u a n ya L a m a T e s t C a s e m a k s im u m 3 0 h a ri
m e n ca p a i p ro g re s ya n g
d ite n tu ka n d a la m S C M 2 .

P P K d ib a n tu S E
L u lu s K o n tra kto r lu lu s T e st
m e m a n ta u d a n
C a se . K o n tra kto r
m e n g e va lu a si
m e la n ju tka n K o n tra k
T e st C a se II

G agal

Manual Manajemen Proyek


7 - 44
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

7.4.8. Denda Keterlambatan


Jika Kontraktor gagal memenuhi ketentuan GCC pasal 8.2 [Waktu Penyelesaian
Pekerjaan], Kontraktor harus mematuhi GCC Pasal 2.5. [Tuntutan Pengguna Jasa]
tentang pembayaran keterlambatan kepada Pengguna Jasa untuk kegagalan
tersebut. Denda keterlambatan ini merupakan jumlah yang dinyatakan dalam data
kontrak sebesar 1 dari Harga Kontrak per hari keterlambatan, dihitung sejak
tanggal yang tercantum dalam Sertifikat Serah Terima Pertama (PHO). Meskipun
demikian, jumlah yang disebutkan dalam pasal ini tidak boleh melebihi nilai
maksimum denda keterlambatan yaitu 5% dari harga kontrak, sebagaimana
tercantum dalam data kontrak. Pengguna Jasa berhak memutuskan kontrak apabila
denda keterlambatan melebihi nilai maksimum denda berdasarkan PCC Pasal 8.7.

7.4.9. Penyelesaian Pekerjaan


Dalam proyek-proyek Ditjen Bina Marga yang didanai oleh APBN dan pinjaman luar
negeri, istilah yang umum digunakan untuk penyelesaian pekerjaan biasa disebut
Serah Terima Pertama Pekerjaan atau Provisional Hand Over (PHO) yang mengacu
pada penyelesaian pekerjaan dan untuk dimulainya masa pemeliharaan yang
disebut Defects Liability Period dan untuk Serah Terima Akhir biasa dinyatakan
dengan Final Hand Over (FHO) pada akhir masa pemeliharaan dan termasuk proses
untuk diterbitkannya Sertifikat Kinerja (Performance Certificate).

Sebagaimana dinyatakan dalam Syarat Umum Kontrak yang digunakan dalam


RRDP, istilah Taking-Over Certificate (Berita Acara Serah Terima Pertama
Pekerjaan) atau disebut PHO dan Performance Certificate (Sertifikat Kinerja) atau
biasa disebut FHO. Masa Pemeliharaan menggunakan istilah Defects Notification
Period (Masa Pemberitahuan Cacat Mutu).

Prosedur Penerimaan Pekerjaan, Serah Terima and Penyelesaian Kontrak oleh


Enjinir harus sesuai dengan ketentuan GCC Pasal 9, 10 dan 11, dan Spesifikasi
Umum, Bagian 1.14 dan 1.21.

a) Serah Terima Pekerjaan


Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam serah terima pertama
pekerjaan (PHO) atau Taking Over Certificate adalah:
i) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan hanya dapat diterbitkan untuk seluruh
pekerjaan kecuali untuk pekerjaan kecil yang belum terselesaikan dan cacat
mutu yang minor.

Manual Manajemen Proyek


7 - 45
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

ii) Untuk setiap pekerjaan kecil yang belum terselesaikan, sifatnya harus
sedemikian rupa sehingga hal ini tidak akan mempengaruhi manfaat jalan
yang dimaksud dan semua pekerjaan tersebut wajib diselesaikan dalam
jangka waktu yang ditentukan dalam Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.
Waktu yang wajar dapat diberikan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut
tidak melebihi 14 hari kalender, dalam proyek RRDP, PPK harus menetapkan
jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut tetapi
tidak melebihi 14 hari kalender.
iii) Semua Pengujian pada Akhir Pekerjaan (Tests on Completion) harus
diselesaikan sebelum Berita Acara Serah Terima Pekerjaan diterbitkan.
iv) Enjinir akan menerbitkan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan apabila
Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Kontrak (telah lulus
dalam pengujian akhir).
v) Hanya Pengujian pada Akhir Pekerjaan yang terhambat oleh Pengguna Jasa
yang dapat diselesaikan sesegera mungkin, sebelum tanggal berakhirnya
Defects Notification Period (PCC Pasal 1.1.3.7). Semua Pengujian pada
Akhir Pekerjaan yang tersisa harus diselesaikan sebelum Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan diterbitkan.
vi) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan harus menunjukkan tanggal Pekerjaan
dianggap selesai sesuai dengan Kontrak. Tanggal pekerjaan dianggap siap
untuk diserah terimakan dapat sebelum, pada atau setelah akhir dari waktu
penyelesaian pekerjaan.
vii) Jika Pekerjaan dianggap terlambat dari waktu yang ditetapkan dalam kontrak
berdasarkan GCC Ayat 8.2, maka denda keterlambatan akan diterapkan
setiap hari sesuai dengan GCC Ayat 8.7.
viii) Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan telah diterbitkan,
pemeliharaan rutin menjadi tanggung jawab Pengguna Jasa. Kontraktor
hanya diwajibkan untuk melaksanakan semua pekerjaan yang diperlukan
untuk memperbaiki cacat mutu atau kerusakan terhadap pekerjaan konstruksi
yang dilaksanakan dan perbaikan cacat mutu atau kerusakan harus dapat
diselesaikan sesuai surat pemberitahuan cacat mutu yang diberikan oleh
PPK. sebelum tanggal berakhirnya Masa Pemberitahuan Cacat Mutu
(Defects Notification Period).

Gambar 7.8. dibawah menyajikan urutan langkah yang diperlukan untuk


menyelesaikan proses Serah Terima Pertama Pekerjaan, sedangkan gambar 7.9

Manual Manajemen Proyek


7 - 46
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

dan gambar 7.10. menyajikan Proses Serah Terima Pekerjaan dengan atau tanpa
Denda Keterlambatan.

Gambar 7.8. Proses Serah Terima Pertama Pekerjaan


Pemberitahuan untuk
Pelaksanaan
Pengujian Akhir Pekerjaan

21 Hari

Penyerahan Dokumen
Pengusulan Tanggal Terlaksana dan Manual
Pengujian Akhir Pekerjaan Pemanfaatan dan
Pemeliharaan

Keterlambatan Pengujian oleh Keterlambatan Pengujian oleh


Pengguna Jasa Kontraktor:
GC 7.4 (Pengujian) dan -Kontraktor Melaksanakan
GC 10.3 (Gangguan Terhadap Pengujian Dalam 21 hari
14 Hari
Pengujian Pada Akhir Pekerjaan) -Jika Masih Gagal, Dilanjutkan
Diterapkan oleh Personil Pengguna Jasa

Pengujian Akhir
Lulus Gagal
Pekerjaan

Proses Serah Terima


Pengujian Ulang

Gagal

Pengujian Ulang Menolak Pekerjaan/Bagian Menerbitkan TOC Jika


Selanjutnya Pekerjaan Diminta Pengguna Jasa

TOC (Taking Over Certificate) : Berita Acara Serah Terima Pekerjaan

Gambar 7.9. Proses Serah Terima Pekerjaan Tanpa Denda Keterlambatan

Awal Akhir dari Waktu


Pekerjaan Melaksanakan
Pemberitahuan kontraktor = 21 Hari Pekerjaan
kepada Engineer Bahwa Siap
untuk Test On Completion
(GC 9.1)

Kontraktor Menyerahkan
Dokumen terlaksana ( GC 4.1
GS 21.5)

Test On Completion
(GC 9.1)

> 14 Hari
Taking Over Certificated
dikeluarkan oleh Engineer,
Tanggal Penyelesaian Sama
Dengan Tanggal
Pemberitahuan Kontraktor kepada Penyelesaian Pekerjaan
Engineer Bahwa Dikerluarkan
Permohonan Taking Over Certicate
(GC 10.1)

Waktu Engineer untuk Merespon Permintaan


Kontraktor (Mengeluarkan atau Menolak Aplikasi
Kontraktor)

28 Hari

Waktu Melaksanakan Pekerjaan (GC 8.2) DNP

730 Hari

Manual Manajemen Proyek


7 - 47
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

7.10. Proses Serah Terima Pekerjaan Dengan Denda Keterlambatan

Awal Akhir dari Waktu


Pekerjaan = 21 Days Melaksanakan
Pemberitahuan = 21 Days
(GC 8.1) kontraktor kepada Pekerjaan Pemberitahuan
Engineer Bahwa kontraktor kepada
Siap untuk Test On Engineer Bahwa
Completion (GC 9.1) Siap untuk Test On
Completion (GC 9.1)
Kontraktor
Menyerahkan Kontraktor Taking Over
Dokumen terlaksana Menyerahkan Certificated
( GC 4.1 GS 21.5) Dokumen terlaksana dikeluarkan oleh
Test On ( GC 4.1 GS 21.5) Engineer, Tanggal
Completion Test On Penyelsaian Sama
(GC 9.1) Completion Dengan Tanggal
(GC 9.1) Penyelesaian
14 Hari Engineer
14 Hari Pekerjaan
Menolak
Aplikasi
Kontraktor
Pemberitahuan Kontraktor kepada
Engineer Bahwa Dikerluarkan Contractor Noticed to Engineer
> 14 Hari re-request issued Taking Over
Permohonan Taking Over Certicate
(GC 10.1) Certificate (GC 10.1)

Waktu Engineer untuk Waktu Engineer untuk


Merespon Permintaan Merespon Permintaan
Kontraktor (Mengeluarkan Kontraktor (Mengeluarkan
atau Menolak Aplikasi atau Menolak Aplikasi
Kontraktor) Kontraktor)

28 Hari 28 Hari

Delay Damages (GC 8.7) Diberlakukan, 0.1%


Waktu Melaksanakan Pekerjaan (GC 8.2) perhariu, maks.5% dari Harga Kontrak DNP
730 Hari

b) Aturan Serah Terima Pekerjaan oleh Pengguna Jasa.


Meskipun Enjinir bertanggung jawab untuk proses Serah Terima Pekerjaan
sesuai dengan Kontrak, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) juga harus
melengkapi formalitas Serah Terima Pekerjaan sesuai dengan peraturan Ditjen
Bina Marga. PPK membentuk Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/PPHP
(Handling-Over Committee) yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan, PPHP terdiri dari 3 kelompok yaitu:
i) Kelompok Inspeksi Visual melaksanakan inspeksi visual dari hasil
pekerjaan di lapangan termasuk tata cara pengujian.
ii) Kelompok Inspeksi Teknis melaksanakan pemeriksaan terhadap kualitas
pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Kontraktor melalui serangkaian
pengujian kualitas (pengujian pada akhir pekerjaan) sesuai Spesifikasi
Teknik.
iii) Kelompok Pemeriksaan Administrasi melaksanakan pemeriksaan terhadap
dokumen tertulis kontrak dan dukungan administrasi.

c) Pengujian pada Akhir Pekerjaan (Tests on Completion)


Pengujian pada Akhir Pekerjaan merupakan bagian dari proses Serah Terima
Pekerjaan.

Manual Manajemen Proyek


7 - 48
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Menurut GCC pasal 1.1.3.4 dan pasal 9, kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
Enjinir dalam Pengujian pada Akhir Pekerjaan adalah sebagai berikut:
Evaluasi dari semua dokumen terlaksana (as-built document) yang
menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan sesuai dengan persyaratan pekerjaan
dan seluruh Laporan Ketidakpatuhan (Non-Conformance Reports)/NCRs
telah diselesaikan.
Penyampaian perintah-perintah tertulis Enjinir
Persetujuan, bila dokumen terlaksana (as-built document) menyimpang dari
persyaratan pekerjaan.
Mengecek kinerja secara keseluruhan dari pekerjaan final yang telah selesai
yang menunjukkan kesesuaian dengan persyaratan secara keseluruhan yang
diminta oleh Pengguna jasa atau maksud dari desain/gambar, sebagai
contoh dimensi, ketinggian, fungsi seperti kekasaran permukaan perkerasan,
aliran air, dan sebagainya.
Sampel random minimum untuk pengetesan bila diperlukan oleh Enjinir.

Berhubung obyek yang dievaluasi dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Enjinir
dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) yang dibentuk oleh Satker/Balai
hampir sama, maka sangat diperlukan koordinasi yang baik antara PPHP dan
Enjinir.

Sebelum Pengujian Penyelesaian Pekerjaan dan proses Serah Terima


Pekerjaan dimulai, Enjinir harus memberitahukan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) tentang rencana Jadwal Pengujian pada Akhir Pekerjaan
sebagaimana diusulkan oleh Kontraktor.

Berdasarkan pemberitahuan Enjinir, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) akan


menerbitkan surat kepada Satker, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan dan Balai
serta ditembuskan kepada Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II dan PMU
yang memberitahukan tentang jadwal Pengujian pada Akhir Pekerjaan dan
proses Serah Terima Pekerjaan. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II, PMU
dan CTC dapat dilibatkan sebagai observer.

Sertifikat lulus dalam Tes Pengujian Akhir Pekerjaan akan dikeluarkan dan
ditandatangani oleh Panitia Penerima hasil Pekerjaan dan Team Leader/CSE
DSC sebagai Enjinir.

Manual Manajemen Proyek


7 - 49
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

d) Dokumen terlaksana/As built Document


Dalam GCC 4.1.(d). dan Spesifikasi Umum Seksi 1.21.5 menyatakan bahwa
Kontraktor akan menyerahkan dokumen terlaksana termasuk gambar terlaksana
dan dokumentasi Quality Control (QC) sebelum tanggal pengujian penyelesaian
pekerjaan. Merujuk pada Spesifikasi Umum Seksi 1.15 dan persyaratan umum
yang biasanya dilaksanakan oleh Ditjen Bina Marga, dokumen terlaksana paling
sedikit harus memuat tentang hal-hal sebagai berikut:
Dokumen yang berhubungan dengan Pengendalian Mutu
Laporan Uji Mutu dan evaluasi dari semua dokumen mutu termasuk
laporan ketidaksesuaian (NCR) yang telah diselesaikan.
Job Mix Formula dan Uji Sifat Bahan
Uji mutu material produksi pabrik (bitumen, semen, geotextile, geogrid,
baja tulangan,fitting elastomeric bearing pad, stopper pad, corrugated
steel pipe, additive, paint, steel truss bridge, pre-cast concrete, glass
bead, guard rail, flexible guide post, grouting materials, sealing materials,
epoxy material, PVC drain material, Fibre Cement, dll)
Dokumen Administrasi
Perjanjian Kontrak/Adendum/Amandemen, termasuk perubahan apapun
terhadap Syarat Umum Kontrak atau Spesifikasi Umum.
Spesifikasi Umum Kontrak dan Spesifikasi Khusus
Variation Order termasuk Justifikasi Teknis untuk setiap Variation Order
dan seluruh dokumen administratif seperti penunjukkan Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak, Berita Acara, dll.
Riwayat dari masing-masing VO yang telah dikeluarkan
Persetujuan NOL dari ADB/IDB untuk seluruh perubahan kontrak
termasuk korespondensi.
Seluruh Interim Payment Certificate atau Monthly Certificate.
Ringkasan MC, pengembalian Uang Muka dan pemotongan Uang
Retensi.
Data pendukung untuk perhitungan MC.
Perhitungan untuk Penyesuaian Harga.
Rekomendasi Audit BPKP untuk Penyesuaian Harga.
Dokumen untuk Jaminan Pelaksanaan/ Jaminan Pelaksanaan
Laporan Dokumen Polis Asuransi
Metode pekerjaan Kontraktor untuk setiap pekerjaan.

Manual Manajemen Proyek


7 - 50
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Dokumen Quality Control Plan (QAP) yang disiapkan oleh Kontraktor


Gambar rencana
Gambar kerja
Permohonan dimulainya pekerjaan/Request
Surat-menyurat implementasi Kontrak.
Laporan Ketidaksesuaian (NCR) dan tindak lanjut NCR yang telah
diselesaikan.
Foto-foto (0% sebelum pelaksanaan, 50% sedang dilaksanakan dan
100% telah dilaksanakan)
Gambar terlaksana
Dokumen mobilisasi peralatan termasuk bukti denda keterlambatan
mobilisasi (bila ada)
Bukti telah membayar seluruh kewajiban Kontraktor kepada seluruh Sub
Kontraktor.
Bukti bahwa Kontraktor harus memenuhi seluruh kewajibannya yang
berhubungan dengan retribusi penggalian tanah pemerintah daerah.
Dokumen-dokumen lainnya
Rencana dan Laporan Pengelolaan Lingkungan.
Rencana dan Laporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi.
Rencana dan Laporan Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.
Laporan Pengujian pada Akhir Pekerjaan.
Laporan-laporan tindak lanjut Audit Teknik dan Keuangan (Technical and
Financial Audit/TFA).
Laporan Kampanye Kepedulian HIV/AIDS (jika ada).

Sebagaimana dimaksud dalam GCC Pasal 4.1., Kontraktor harus


mempersiapkan satu set Dokumen Terlaksana secara lengkap (hard and soft
copy) sebagai master dalam waktu 28 hari setelah Berita Acara Serah Terima
Pertama Pekerjaan dikeluarkan.

e) Masa Pemberitahuan Cacat Mutu


Masa Pemberitahuan Cacat Mutu (Defect Notification Period) atau masa
pemeliharaan selama 730 hari dan dinyatakan dalam Sertifikat Serah Terima
Pekerjaan. Jika pekerjaan perbaikan cacat mutu atau kerusakan dapat
mempengaruhi kinerja pekerjaan, Enjinir dapat meminta pengulangan pengujian
sebagaimana dinyatakan dalam Kontrak. (GCC Pasal 11.6).

Manual Manajemen Proyek


7 - 51
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

f) Berita Acara Pembayaran Sementara Pekerjaan


Kontraktor harus menyerahkan kepada Enjinir enam rangkap Berita Acara
Pembayaran Sementara Pekerjaan (Pernyataan Tagihan) dengan dokumen
pendukung setiap akhir bulan, sesuai GCC Pasal 14.3 (Aplikasi untuk Sertifikat
Pembayaran Sementara) yang menunjukkan:
a) Nilai dan seluruh pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan Kontrak
sampai dengan tanggal yang dinyatakan dalam Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan,
b) Setiap jumlah uang tambahan yang menurut kontraktor berhak dibayarkan,
dan
c) Perkiraan setiap jumlah lainnya yang menurut Kontraktor akan berhak untuk
dibayarkan kepadanya berdasarkan kontrak. Perkiraan jumlah harus
ditunjukkan terpisah dalam Berita Acara Pembayaran Pekerjaan ini.

g) Pengembalian Uang Retensi


GCC Pasal 14.9 mengatur bagaimana uang retensi harus dibayarkan. 50%
dibayarkan setelah Berita Acara Serah Terima Pekerjaan diterbitkan. 50%
sisanya dibayarkan setelah berakhirnya Masa Pemberitahuan Cacat Mutu.
Meskipun demikian pasal tersebut juga memberikan ketentuan lain: Kontraktor
dapat menyerahkan jaminan yang cukup sebagai pengganti uang retensi dan
uang retensi tersebut dapat dibayarkan. Selanjutnya, bila nilai Jaminan
Pelaksanaan melebihi nilai sisa uang retensi maka jaminan terpisah untuk uang
retensi tidak diperlukan dan uang dapat dibayarkan langsung (setelah Berita
Acara Serah Terima Pekerjaan diterbitkan) asalkan Jaminan Pelaksanaan masih
berlaku.

Berdasarkan Kontrak, Jaminan Pelaksanaan harus masih berlaku sampai 28 hari


setelah akhir Masa Pemberitahuan Cacat Mutu dan seluruh uang retensi dapat
dibayarkan dengan diterbitkannya Berita Acara Serah Terima Pekerjaan, asalkan
nilai jaminan pelaksanaan (dalam bentuk jaminan pembayaran on demand)
melebihi 50% uang retensi.

h) Sertifikat Kinerja (Performance Certificate)


Kontraktor belum dapat dianggap telah menyelesaikan seluruh kewajibannya
sampai Enjinir menerbitkan Sertifikat Kinerja (Berita Acara Serah Terima Akhir
Pekerjaan) kepada Kontraktor, yang menyatakan tanggal ketika Kontraktor telah
menyelesaikan kewajiban-kewajibannya berdasarkan kontrak (GCC Pasal 11.9).
Meskipun Enjinir bertanggung jawab untuk proses Serah Terima Akhir Pekerjaan

Manual Manajemen Proyek


7 - 52
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

sesuai dengan Kontrak, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) juga harus


melengkapi formalitas Serah Terima Akhir Pekerjaan sesuai dengan peraturan
Ditjen Bina Marga. PPK membentuk Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/PPHP
yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.

PPHP harus menerbitkan Sertifikat Kinerja (Berita Acara Serah Terima Akhir
Pekerjaan) dalam waktu 28 hari setelah tanggal berakhirnya Masa
Pemberitahuan Cacat Mutu, atau segera setelahnya. Rekaman Sertifikat Kinerja
harus diberikan kepada PPK/Satker, Balai, PMU, Direktorat Wilayah II dan CTC.
PPK harus mengembalikan Jaminan Pelaksanaan kepada Kontraktor dalam
waktu 21 hari setelah menerima Sertifikat Kinerja (GCC Pasal 4.2).

Hanya Sertifikat Kinerja yang harus dianggap sebagai penerimaan akhir


pekerjaan.

i) Berita Acara Pembayaran Akhir


Dalam waktu 56 hari setelah menerima Sertifikat Kinerja, Kontraktor harus
menyampaikan kepada PPK dan/atau Enjinir enam rangkap konsep Tagihan
Akhir dengan dokumen-dokumen pendukung yang menunjukkan secara rinci
dalam bentuk yang telah disetujui Enjinir. (GCC Pasal 14.11). Ketika
menyampaikan Tagihan Akhir, Kontraktor harus menyampaikan Pernyataan
Pembebasan dari kewajiban yang memastikan bahwa total Tagihan Akhir
merupakan penyelesaian secara penuh dan final atas seluruh uang yang menjadi
hak Kontraktor berdasarkan atau dalam kaitannya dengan kontrak. (GCC Pasal
14.12).

Dalam waktu 28 hari setelah menerima Tagihan Akhir dan Pernyataan


Pembebasan, Enjinir harus menyampaikan Berita Acara Pembayaran Akhir
kepada Pengguna Jasa dan Kontraktor (GCC Pasal 14.13). Meskipun Enginer
bertanggung jawab untuk proses Serah Terima Akhir Pekerjaan sesuai dengan
Kontrak, sesuai dengan peraturan Ditjen Bina Marga, Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) juga harus melengkapi formalitas Berita Acara Pembayaran
Akhir setelah terdapat rekomendasi dari Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/PPHP
yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.

Dalam waktu 56 hari setelah menerima Berita Acara Pembayaran Akhir,


Pengguna Jasa harus membayar kepada Kontraktor sebesar yang dicantumkan
dalam Berita Acara Pembayaran Akhir atau mengembalikan Jaminan
Pelaksanaan apabila uang retensi diganti dengan jaminan pelaksanaan.

Manual Manajemen Proyek


7 - 53
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Jika Kontraktor tidak mengajukan Berita Acara Pembayaran Akhir sesuai GCC
Pasal 14.11 [Pengajuan Berita Acara Pembayaran Akhir] dan GCC Pasal 14.12
[Pembebasan dari Kewajiban], PPK dan/atau Enjinir harus meminta kepada
Kontraktor untuk melakukannya. Jika Kontraktor tidak dapat menyampaikan
pengajuan dalam waktu 28 hari, Enjinir harus menerbitkan Berita Acara
Pembayaran Akhir yang diputuskan layak untuk dibayarkan.

Sebelum menerbitkan dan menyampaikan Berita Acara Pembayaran Akhir,


Enjinir dan/atau PPK harus memastikan seluruh kewajiban kedua belah pihak
(Pengguna Jasa dan Kontraktor) berkaitan dengan seluruh jumlah uang yang
sebelumnya telah dibayarkan oleh Pengguna Jasa dan untuk seluruh jumlah
uang yang menjadi hak Pengguna Jasa, sisanya (jika ada), dibayarkan dari
Pengguna Jasa kepada Kontraktor atau dari Kontraktor kepada Pengguna Jasa
tergantung kasusnya.

Setelah Final Payment Certificate dikeluarkan oleh Enjinir, tidak ada pembayaran
yang akan diklaim lagi oleh pihak manapun.
Setelah PPK membayar sejumlah uang di dalam Berita Acara Pembayaran Akhir
kepada Kontraktor, Kontrak diantara kedua pihak dianggap telah berakhir.

Gambar 7.11. menunjukkan urutan Pengakhiran Kontrak.

Akhir Masa Engineer Mengeluarkan Kontraktor Menyampaikan Engineer Mengeluarkan Employer Membayar
Pemberitahuan Cacat Performance Certificate Final Statement dan Final Payment Kepada Kontraktor
Mutu (GC.11.9) Discharge (GC.14.11) Certificate (GC.14.11) (GC.14.7)

Periode Engineer Periode Kontraktor Periode Engineer


Periode Employer
Mengeluarkan Menyiapkan Draft Menyampaikan
Membayar
DNP Performance Certificate Final Statement Final Payment
Kontraktor
(GC.11.9) (GC.14.11) Certificate
(GC.14.7 (c))
(GC.14.13)

730 hari Dalam waktu 28 hari Dalam waktu 56 hari Dalam waktu 28 hari Dalam waktu 56 hari

Maksimum 168 hari

Periode Akhir
Kontrak

Manual Manajemen Proyek


7 - 54
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

7.4.10. Penangguhan dan Pemutusan Kontrak


Ketentuan penangguhan atau pemutusan kontrak yang diatur dalam syarat umum
kontrak antara lain:
- GCC Pasal 15 (Pemutusan Kontrak oleh Pengguna Jasa);
- GCCPasal 16 (Penangguhan dan Pemutusan Kontrak oleh Kontraktor);
- GCC Pasal 19 (Keadaan Kahar).
Tujuan ketentuan tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik, tetapi juga
memberikan perlakuan yang adil bagi kedua belah pihak jika terjadi kegagalan pada
salah satu pihak, atau dalam hal terjadi peristiwa yang tidak diharapkan seperti
terjadinya keadaan kahar.
A. Pemutusan Kontrak oleh Pengguna Jasa:
Apabila Kontraktor gagal melaksanakan setiap kewajiban dalam Kontrak, Enjinir
akan secara tertulis meminta Kontraktor untuk memperbaiki kegagalan tersebut
dalam waktu yang ditentukan (GCC Pasal 15.1). Pengguna Jasa (Employer)
berhak memutus kontrak jika Kontraktor gagal atau menelantarkan pekerjaan
atau melakukan praktek korupsi, pada setiap atau lebih dari sepuluh keadaan
yang disebutkan secara rinci dalam GCC. Pada kondisi ini, PPK harus
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direktur Jenderal Bina Marga.

Tergantung dari peristiwa atau keadaannya, Pengguna Jasa dapat memutus


kontrak dan mengeluarkan Kontraktor dari lapangan, baik setelah menyampaikan
pemberitahuan dalam waktu 14 hari kepada Kontraktor, atau dalam keadaan
tertentu dapat memutus kontrak secepatnya.

Keputusan Pengguna Jasa untuk memutus kontrak tidak akan mengurangi hak
hak lain Pengguna Jasa menurut Kontrak, atau lainnya.

Setelah pemutusan kontrak, Pengguna Jasa dapat mencairkan seluruh jumlah


Jaminan Pelaksanaan dan menyelesaikan pekerjaan dan/atau menugaskan
setiap badan hukum lain untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengguna Jasa dan
badan hukum tersebut dapat menggunakan setiap barang, dokumen kontraktor
dan dokumen desain lain yang dibuat oleh atau atas nama Kontraktor (GCC
Pasal 15.2).

Pengguna Jasa juga berhak memutus kontrak setiap saat demi kebaikan
Pengguna Jasa, sesuai dengan GCC Pasal 15.5 [Hak Pengguna Jasa untuk
Memutus Kontrak demi Kebaikan].

Manual Manajemen Proyek


7 - 55
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

B. Penangguhan atau Pemutusan Kontrak oleh Kontraktor:


Setelah menyampaikan pemberitahuan tidak kurang dari 21 hari kepada
Pengguna Jasa, Kontraktor dapat menangguhkan pekerjaan (atau
memperlambat pekerjaan) kecuali Kontraktor telah menerima Sertifikat
Pembayaran, atau bukti pembayaran yang layak, apabila:
a. Enjinir dalam waktu 56 hari setelah menerima laporan tagihan dan dokumen
pendukungnya (lengkap) tidak dapat memberi pengesahan berdasarkan
GCC Pasal 14.6 [Penerbitan Sertifikat Pembayaran Sementara] atau
b. Pengguna Jasa tidak dapat memenuhi ketentuan GCC Pasal 2.4
[Pengaturan Keuangan Pengguna Jasa] atau GCC Pasal 14.7
[Pembayaran], atau
c. Bank telah menangguhkan/menghentikan pembayaran atas pinjaman dan
tidak ada dana lain yang tersedia.

Tindakan Kontraktor tersebut tidak akan mengurangi hak haknya atas beban
keuangan berdasarkan GCC Pasal 14.8 [Keterlambatan Pembayaran] dan
pemutusan kontrak berdasarkan GCC Pasal 16.2 [Pemutusan Kontrak oleh
Kontraktor]. Kontraktor berhak memutus kontrak berdasarkan salah satu dari
Sembilan keadaan yang ditentukan dalam GCC Pasal 16 .

Tergantung dari peristiwa atau keadaannya, Kontraktor dapat memutus kontrak


baik setelah menyampaikan pemberitahuan sekurang kurangnya 14 hari
kepada Pengguna Jasa, atau dalam keadaan tertentu dapat memutus kontrak
secepatnya.

Keputusan Kontraktor untuk memutus kontrak tidak akan mengurangi hak hak
lain Kontraktor berdasarkan kontrak atau sebaliknya. Apabila ada indikasi
tersebut, Pengguna Jasa akan menjalankan prosedur Sengketa.

7.4.11. Sengketa
Ketentuan dalam Syarat Syarat Umum Kontral adalah adanya Dewan
Penyelesaian Sengketa Dispute Board (DB) yang terdiri dari satu atau tiga orang
anggota, atau sejumlah orang anggota yang ditunjukkan dalam data kontrak dalam
GCC Pasal 20 (Tuntutan, Sengketa dan Arbitrasi).

Dewan Penyelesaian Sengketa harus dibentuk untuk setiap kontrak dalam waktu 28
hari setelah Tanggal Dimulainya Pekerjaan (GCC Pasal 20.2). Di dalam proyek
RRDP, DB hanya terdiri dari satu anggota saja. Jika anggota DB tidak dicalonkan
dalam rentang waktu sebagaimana ditentukan dalam kontrak, BANI atau ICC

Manual Manajemen Proyek


7 - 56
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

merupakan pilihan badan hukum yang ditunjuk. Calon DB yang harus merupakan
anggota BANI yang mendapatkan honorarium (retainer fee) apabila terjadi sengketa
dam sudah dinyatakan pengangkatannya (tidak ada biaya tunggu (retention fee)di
dalam RRDP). Pembiayaan DB adalah 50% dari Pengguna Jasa dan 50% dari
Kontraktor (GCC Ayat 20.2). Baik Pengguna Jasa ataupun Kontraktor sendiri tidak
dapat mengganti anggota DB yang sudah disepakati, apabila ada penggantian harus
disetujui bersama.

Kriteria untuk keanggotaan DB, hak dan kewajiban anggota DB, Pengguna Jasa dan
Kontraktor, dan metode pembayaran anggota DB dijelaskan dalam Lampiran Syarat
Syarat Umum, termasuk Syarat Syarat Umum Perjanjian Dewan Penyelesaian
Perselisihan dan Aturan aturan Prosedural. Diharapkan agar anggota DB
memiliki pengalaman dalam Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa.

Di dalam lampiran syarat-syarat khusus kontrak terdapat model perjanjian DB


dengan masing masing anggota, yang harus ditandatangani oleh ketiga pihak yaitu
Pengguna Jasa, Kontraktor, dan anggota DB. Pembayaran mencakup Imbalan
Harian (bila bekerja untuk menyelesaikan sengketa) dan Pengeluaran (termasuk
perjalanan ke lapangan). Pemilihan anggota DB dan negosiasi biaya tergantung
pada Pengguna Jasa dan Kontraktor.

Porsi 50% yang dibayarkan Kontraktor merupakan merupakan mata pengeluaran


tambahan (overhead), bukan mata pembayaran. Porsi 50% yang dibayarkan
Pengguna Jasa akan ditambahkan ke dalam nilai Kontrak, sehingga dapat
dibayarkan kepada Kontraktor melalui Laporan Pembayaran apabila terjadi sengketa
yang melibatkan arbiter.

7.5. MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU


Pekerjaan harus dilaksankan berdasarkan Program Pengendalian Mutu yang telah
disepakati agar dapat menghasilkan pekerjaan yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam dokumen kontrak.

Terdapat 2 komponen dalam Majemen Pengendalian Mutu yaitu :


a. Quality Control/ Pengendalian Mutu:
Merupakan proses pemeriksaan terhadap pekerjaan agar hasil pekerjaan untuk
menentukan apakah pekerjaan tersebut memenuhi standar mutu yang ditetapkan
atau tidak memenuhi standar dan juga sebagai evaluasi dan mengindentifikasi
kinerja pekerjaan sebagai usaha untuk mengurangi terjadinya pekerjaan yang tidak
memuaskan.

Manual Manajemen Proyek


7 - 57
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Quality Control/ Pengendalian Mutu merupakan tanggung Jawab Penyedia Jasa

b. Quality Assurance / Jaminan Mutu:


Merupakan proses evaluasi untuk meyakinkan bahwa hasil pekerjaan telah
memenuhi Standar Mutu yang ada.
Quality Assurance / Jaminan Mutu merupakan tanggung Jawab Enjinir (bersama
para Asitennya.
Pengendalian mutu terhadap material dan pekerjaan yang rawan terhadap
penyalahgunaan kewenangan dilapangan yang menyangkut mutu bahan dan
pekerjaan harus mendapatkan perhatian khusus oleh pengawaslapangan/DSC dan
auditor di dalam RRDP. Enjinir wajib mengamati pelaksanaan pengujian mutu bahan
dan pekerjaan yang dilakukan Kontraktor maupun yang dilakukan pihak lain. Setiap
pelaksanaan pengujian mutu harus dilakukan personil yang profesional dan
mempunyai sertifikasi sebagai teknisi laboratorium, dan peralatan laboratorium yang
digunakan harus dikalibrasi.
7.5.1. Pengendalian Mutu oleh Kontraktor
Penyedia Jasa harus menyiapkan Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) atau pada
umumnya disebut Rencana Mutu Kontrak (RMK) sebagai sistem jaminan kualitas
untuk menjamin kesesuaian dengan persyaratan kontrak (GCC.4.9) dan harus
diserahkan dan mendapatkan persetujuan Enjinir. Rencana pengendalian mutu
merupakan proses dalam memeriksa hasil produk pekerjaan untuk menentukan
apakah hasil-hasil pekerjaan tersebut memenuhi standar mutu yang disyaratkan dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan dari mutu yang lebih rendah dari yang
disyaratkan serta cara-cara untuk mengidentifikasi penyebab hasil pekerjaan yang
tidak memenuhi syarat.

Setiap jenis pekerjaan (termasuk pekerjaan sementara) harus tertuang dalam


Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) secara detail yang harus disampaikan
kepada Enjinir, dan dapat diterima sebagai bagian prinsip dari Rencana Pengedalian
Mutu (QC Plan) dari setiap jenis pekerjaan. Struktur Dokumen QCP harus memenuhi
ISO 9001:2000/ SNI-9001-2001 dan secara jelas harus memperlihatkan pemahaman
dan komitment Penyedia Jasa terhadap prinsip Manajemen Mutu. Rencana
Pengendalian Mutu (QC Plan) juga harus mencakup pekerjaan secara
keseluruhannya, termasuk tanpa pembatasan terhadap semua bahan yang dipasok
Penyedia Jasa dan Sub-Penyedia Jasa, dan semua jenis dan tahap pelaksanaan
pada Kegiatan. Program Pengendalian Mutu Penyedia Jasa (QC Plan) harus dikelola
dengan baik dan hasil pengujian yang mewakili hasil pekerjaan aktual dilapangan

Manual Manajemen Proyek


7 - 58
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

sesuai ketentuan yang disyaratkan didalam spesifikasi teknis, hasil-hasil tersebut


akan dilaporkan secara akurat dan dalam suatu waktu tertentu.

Rincian daftar peralatan laboratorium sebagaimana yang ditentukan dalam lampiran


spesifikasi teknik pada setiap paket pekerjaan harus dipenuhi oleh Kontraktor.
Meskipun demikian, ketentuan dalam kontrak tidak melarang Kontraktor untuk
menggunakan fasilitas pengujian dari luar, baik miliknya sendiri maupun komersial.
Enjinir berhak mengamati pengujian yang dilakukan Kontraktor tetapi tidak ada
kewajiban kontraktual bagi Kontraktor untuk menyediakan fasilitas pengujiannya bagi
Enjinir.

7.5.2. Titik Tunggu - Hold Points (Tahap dimana pekerjaan dapat dilanjutkan bila
pekerjaan sebelumnya telah disetujui)
Dalam spesifikasi umum seksi 1.21.4. mensyaratkan agar setidaknya Kontraktor
memberitahu Enjinir bahwa tahapan tahapan pekerjaan berikut apabila telah
dilaksanakan, dan Enjinir atau yang diberi wewenang akan memeriksa dan
menyetujui sebelum Kontraktor melanjutkan pekerjaan selanjutnya yang titik-titik
tunggu kelanjutan pekerjaan yaitu:
a. Pengukuran (Setting out).
b. Ketinggian Permukaan (setelah pembersihan dan pengupasan).
c. Pile tests.
d. Penggalian pondasi jembatan.
e. Pembesian dan pemasangan acuan/cetakan sebelum pembetonan.
f. Permukaan subgrade.
g. Permukaan lapis pondasi B yang telah dipadatkan.
h. Permukaan lapis pondasi A yang telah dipadatkan, termasuk proof rolling, impact
hammer atau tes lain yang diminta Enjinir.
i. Penyiapan lapisan permukaan aspal lama untuk pelapisan ulang.
j. Setiap lapisan aspal.
k. Struktur gorong gorong dan drainase.
l. Saluran subgrade, saluran pembuang dan timbunan permeable (tidak kedap air).
m. Bangunan utilitas bawah tanah.

Enjinir dapat mengusulkan kegiatan kegiatan lain yang perlu diperiksa sebagai titik-
titk tunggu. Untuk setiap titik tunggu, Enjinir dan Kontraktor akan menyetujui
prosedur, waktu dan tempat untuk memberikan perintah inspeksi.

Manual Manajemen Proyek


7 - 59
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

7.5.3. Jaminan Mutu oleh Enjinir


Di dalam RRDP, Team Leader/CSE DSC selaku Enjinir akan bertanggungjawab
terhadap penjaminan mutu untuk seluruh pekerjaan konstruksi. Asisten Enjinir/SE
sesuai pelimpahan wewenang yang diberikan secara tertulis dari CSE akan
bertanggungjawab untuk sejumlah kontrak pekerjaan. Dan Enjinir akan selalu
mengarahkan dan memonitor Tim Supervisi Lapangan untuk masing masing
kontrak terhadap keandalan laporan jaminan mutu. Tujuan Rencana Jaminan Mutu
dan kegiatan-kegiatan inspeksi adalah untuk memastikan bahwa pembayaran yang
dibuat hanya untuk pekerjaan yang telah diterima di lapangan, dan dapat
berdasarkan pengambilan benda uji dan pengujian dalam jumlah yang terbatas.

Team Leader DSC akan menyiapkan dan melaksanakan Rencana Jaminan Mutu
(Quality Assurance Plan) yang akan mengidentifikasi tindakan tindakan untuk
menjamin hasil pekerjaan secara konsisten memenuhi standar mutu yang ditetapkan
dalam kontrak. Rencana Jaminan Mutu ini akan dilaksanakan di lapangan oleh SE,
di bawah pengawasan CSE mengikuti prosedur yang akan diuraikan dalam Rencana
Penjaminan Mutu (QA). CTC akan memonitor, dan melaporkan pelaksanaan dan
keefektifan rencana penjaminan mutu / quality assurance (QA) dilapangan.

CSE/SE akan memantau operasi Penyedia Jasa dan program Pengendalian Mutu
untuk memastikan bahwa standar tersebut telah dipenuhi dan untuk mengakses
pembayaran apa yang telah diperoleh menurut ketentuan-ketentuan dalam Kontrak.
Setiap jenis pekerjaan yang Tidak Diterima berdasarkan persyaratan mutu yang
ditetapkan harus dibuat dalam Laporan Ketidak-sesuaian (NCR) yang diterbitkan
untuk Penyedia Jasa. Kegiatan program Pengendalian Mutu tidak akan melepaskan
tanggungjawab Pengendalian Mutu Penyedia Jasa menurut ketentuan-ketentuan
dalam Kontrak.

Frekwensi inspeksi dan pengujian Jaminan Mutu umumnya sekitar 0 10% (nol
sampai sepuluh persen) dari frekwensi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa dalam
Rencana Pengendalian Mutunya dan pada awalnya akan ditetapkan pada tingkat
yang setaraf dengan keyakinan Enjinir dalam keefektifitan yang diantisipasi dari
program Pengendalian Mutu Penyedia Jasa. Enjinir dapat menaikkan atau
menurunkan frekwensi dari inspeksi dan pengujian Jaminan Mutu selama
pelaksanaan Pekerjaan, yang merupakan bagian dari keefektifan aktual dari
Rencana Pengendalian Mutu Penyedia Jasa.

Manual Manajemen Proyek


7 - 60
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

7.6. MANAJEMEN LAYANAN KONSULTAN

7.6.1. Manajemen Layanan CTC


Aspek aspek penting layanan CTC yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi mencakup hal hal berikut:
A. Jaminan Mutu
CTC akan melakukan progress monitoring dan auditing atas kinerja DSC, untuk
menjamin keefektifan Rencana Jaminan Mutu (Quality Assurance Plan QAP)
yang dilakukan DSC, yang harus sesuai dengan ketentuan jaminan mutu dalam
Syarat Syarat Umum Kontrak, Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Khusus
termasuk jenis pengujian mutu bahan, frekuensi pengujian, metode inspeksi
pekerjaan dan syarat penerimaan pada titik tunggu (Hold Points) sesuai
Spesifikasi Umum Seksi 1.21.

CTC akan mengevaluasi dokumen Jaminan Mutu dari DSC yang dilengkapi
dengan dokumen Penyedia Jasa untuk memastikan bahwa semua pekerjaan
yang telah selesai memenuhi ketentuan-ketentuan yang disyaratkan dan semua
Laporan Ketidak-sesuaian telah diselesaikan.

B. Pelaporan Bulanan dan Triwulan


Pelaporan yang harus disiapkan oleh CTC antara lain :
- Laporan Bulanan yang berisi tentang kemajuan progress phisik dan
progress keuangan, status pengadaan (jika ada), pemantauan lingkungan
dan catatan tentang permasalahan dilapangan dan rekomendasi
penyelesaiannya;
- Laporan Triwulan yang berisi tentang ringkasan progress phisik dan
keuangan dalam triwulan terkait, ringkasan laporan penjaminan mutu
pekerjaan civil works serta kejadian-kejadian penting lainnya.

C. Laporan Khusus
Laporan khusus yang harus disiapkan oleh CTC dalam RRDP meliputi :
- Laporan pemantauan lingkungan;
- Laporan pemantauan sosial; dan
- Laporan Pengamat Pihak Ketiga (Third Party Monitoring);
- Laporan kampanye pencegahan HIV-AIDS;
- Laporan ACAP (Anti Corruption and Action Plan); dan
- Laporan Akhir Proyek (Project Completion Report).

Manual Manajemen Proyek


7 - 61
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

D. Monitoring Kegiatan Layanan Konsultan RRDP


CTC juga membantu PMU selaku Executing Agency RRDP, untuk melakukan
monitoring atau pemantauan kegiatan layanan konsultan lainnya (diluar DSC)
dan melaporkan hasil pemantauan. Adapun kegiatan layanan konsultan lain yang
pada RRDP antara lain :
1. Kegiatan Road Safety Support;
2. Layanan Institutional Development for Road Network Management;
3. Road Safety Awareness Campaign and Training;
4. Overloading and Speed Enforcement;
5. Indonesia Transport Sector Development Strategy and Policy Study;
6. Integrated Vehicle Overloading Control Strategy;
7. HIV/AIDS and Anti Trafficking Program.

7.6.2. Manajemen Layanan DSC


Didalam RRDP terdapat 3 Tim DSC yang meliputi :
1. DSC 1 yang berkedudukan di Banjarmasin dan wilayah pengawasan meliputi
Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur yang merupakan pinjaman dari
ADB;
2. DSC 2 yang berkedudukan di Surabaya dan wilayah pengawasan di Propinsi
Jawa Tengah yang merupakan pinjaman dari IDB;
3. DSC 3 yang berkedudukan di Surabaya dan wilayah pengawasan di Propinsi
Jawa Timur yang merupakan pinjaman dari ADB.

Layanan kontrak DSC dikelola oleh Satuan Kerja BBPJN V (di Surabaya) untuk DSC-
2 dan 3 dan BPPJN VII (di Banjarmasin) untuk DSC-1, karena luasnya distribusi
layanan supervisi/ pengawasan dalam beberapa propinsi, maka untuk kemudahan
dalam komunikasi BBPJN menunjuk seorang staff selaku Project Officer untuk
menangani kegiatan pengawasan pada setiap propinsi. Tugas Project Officer untuk
mencatat kegiatan kegiatan staff konsultan di propinsi terkait dan tugas lainnya
yang diberikan untuk mengelola Satuan Kerja dalam kontrak DSC.

Aspek aspek penting dalam pelaksanaan layanan DSC mencakup hal hal berikut:
A. Mobilisasi
PMU dibantu oleh CTC akan memberikan penjelasan secara umum tentang
tugas-tugas CTC dan peranan CSE/SE - DSC mengenai :
(i) peranan Enjinir menurut FIDIC;
(ii) peranan supervisor lapangan;
(iii) tanggung jawab DSC;

Manual Manajemen Proyek


7 - 62
Bab 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

(iv) monitoring masalah Lingkungan dan Sosial dan


(v) ACAP RRDP, termasuk ketentuan audit, sanksi, dsb.

B. Pelaporan Bulanan
Laporan Bulanan DSC akan berisi data data berikut:
a. Nilai masing masing kontrak pekerjaan konstruksi, nilai kontrak awal,
adendum kontrak yang telah disetujui, dan perkiraan nilai total tuntutan
(klaim) yang belum selesai.
b. Ringkasan aktual dan rencana kemajuan proyek untuk masing masing
kontrak, dengan representasi kemajuan dalam bentuk grafik selama
keseluruhan periode kontrak.
c. Tanggal tanggal penting kontrak, membandingkan tanggal aktual dan
rencana.
d. Parameter fisik yang penting untuk kontrak, membandingkan aktual dan
rencana.
e. Jumlah Pembayaran Sementara yang disetujui Enjinir, yang telah
disesuaikan untuk Uang Muka, Uang yang ditahan, dsb, berikut tanggal
persetujuannya.
f. Ringkasan laporan penjaminan mutu.
g. Ringkasan laporan pemantauan dan pengelolaan lingkungan.
h. Permasalahan permasalahan utama yang terjadi dilapangan (bila ada).
i. Narasi untuk masing masing kontrak, termasuk peristiwa peristiwa
penting, penjelasan atas perubahan kontrak, masalah penjadwalan dan mutu
pekerjaan, jika ada.

C. Laporan Khusus
Laporan khusus yang harus disiapkan oleh DSC dalam RRDP meliputi :
- Laporan Teknis seperti Justifikasi Teknis untuk revisi desain;
- Laporan Penjaminan Mutu untuk pekerjaan kontruksi (civil works);
- Laporan Pemantauan Lingkungan;
- Laporan Pemantauan Sosial; dan
- Laporan Akhir Proyek.

Manual Manajemen Proyek


7 - 63
BAB 7 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

7 - 64

Kontrak ditutup
14.9 Pembayaran Uang yang 4.2 Pengembalian Jaminan Pelaksanaan
ditahan (Retention)
(Paruh Kedua)
hari
<21

11.9 Penerbitan Sertifikat


Pelaksanaan Pekerjaan
Pemeliharaan
Urutan Umum Kegiatan Kegiatan Kontrak Pekerjaan Konstruksi

Periode

730
hari

DNP

14.9 Pembayaran Uang yang akan


ditahan (Retention)
(Paruh Pertama) 10.1 Penerbitan Sertifikat Serah Terima
URUTAN UMUM KEGIATAN KEGIATAN POKOK SELAMA KONTRAK PEKERJAAN

9.1 Tes atas Penyelesaian


dari Kontraktor
Keterlambatan

Pekerjaan
8.7

Serah Terima
berdasarkan Dokumen Lelang Standar

PERIODE KONTRUKSI
8.2 Waktu Penyelesain Pekerjaan

8.1 Tanggal Mulai Pekerjaan


Tabel 7.12.

Uang Muka

MAX 180 HARI


1.6 Perjanjian Kontrak Pengaturan Keuangan Pemilik
4.2 Penerbitan Jaminan Pelaksanaan

<28
hari
Penerbitan Surat Penunjukan/LOA
Pemasukan Penawaran

hari
28

Manual Manajemen Proyek


Tanggal Awal
Penerbitan Dokumen Lelang
Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

BAB 8
MANAJEMEN KEUANGAN DAN PELAPORAN

8.1. PENDAHULUAN
Dalam suatu kegiatan proyek, baik berskala besar, sedang maupun kecil,
memerlukan adanya tatanan sistem dan prosedur untuk pengelolaan dan
pengadministrasian keuangannya. Sistem dan prosedur pengelolaan dan
pengadministrasian keuangan proyek ditentukan oleh ketentuan-ketentuan
darimana sumber dana yang digunakan untuk membiayainya berasal. Dana yang
berasal dari APBN dan/atau APBD, ketentuan sistem dan prosedurnya mengacu
pada Keputusan Presiden (Keppres). Dana yang berasal dari Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri (PHLN), ketentuan sistem dan prosedurnya mengacu pada
ketentuan dari Lembaga Donor yang bersangkutan, dimana setiap Lembaga Donor
memiliki ketentuan sistem dan prosedur sendiri-sendiri, yang pada umumnya
diwujudkan dalam bentuk Buku Pegangan (Handbooks). Ketentuan sistem dan
prosedur untuk pengelolaan dan pengadministrasian suatu proyek dengan sumber
pendanaan PHLN, secara lebih spesifik dituangkan dalam Naskah Perjanjian
Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (NPHLN).

Regional Roads Development Project (RRDP) diselenggarakan dengan dukungan


pendanaan dari Asian Development Bank (ADB) sebesar USD 180,0 juta, dengan
Loan No. 2817-INO dan Islamic Development Bank (IDB) sebesar USD 65 juta
dengan Financing No.0161-IND. Loan ADB dalam Loan Agreement ditandatangani
pada 7 Mei 2012, mulai efektif loan 3 Juli 2012 sedangkan Financing IDB dalam
Istisnaa Agreement ditandatangani pada 17 April 2012, dan mulai efektif 2 Mei
2013 penutupan loan (closing date) 31 Agustus 2016. Tata cara yang digunakan
dalam pencairan dana ADB loan 2817-INO dijelaskan dalam Project Administration
Manual (PAM) adalah dengan menggunakan tata cara pembayaran langsung
(direct payment). Dalam pedoman ADB, tata cara ini secara lebih operasional
dijelaskan dalam Loan Disbursement Handbook, July 2012.

Penataan sistem dan prosedur pengelolaan dan pengadministrasian keuangan


RRDP ini mengacu pada produk peraturan perundangan Indonesia, disamping
mempertimbangkan Loan Agreement, Istisnaa Agreement, Project Administration
Manual, Disbursement Manual IDB ....dan Loan Disbursement Handbook ADB.

Manual Manajemen Proyek 8-1


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.2. PERATURAN PERUNDANGAN BIDANG KEUANGAN


Peraturan perundangan bidang keuangan yang menjadi dasar pedoman
pelaksanaan RRDP adalah :
1. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
4. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah.
5. Peraturan Menteri Keuangan No. 151/PMK.05/2011 tentang Tata Cara
Penarikan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar Negeri.
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
7. Peraturan Menteri Keuangan No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
8. Peraturan Menteri Keuangan No.120/PMK-06/2007 tentang Penatausahaan
Barang Milik Negara
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.14/PRT/M/2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan
kewenangan pemerintah dan dilaksanakan sendiri
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2006 tanggal 3 Maret 2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penarikan Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri di
Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2006 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembukuan dan Penyusunan Laporan Keuangan di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2006 Tanggal 4 September
2006 tentang Petunjuk Teknis Pengendalian Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri Bidang Pekerjaan Umum.
13. Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. 66/PB/2005 tanggal 28 Desember 2005
tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban APBN.
14. Surat Edaran Deputy Kepala BPKP No.SE-137/DI/04/2004 tentang Pedoman
Audit atas Laporan Keuangan Proyek-proyek yang dibiayai Pinjaman / Hibah
Luar Negeri

Manual Manajemen Proyek 8-2


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.3 GAMBARAN UMUM PENYUSUNAN DOKUMEN ANGGARAN DAN


PELAKSANAANNYA
Direktorat Bina Program menginformasikan pagu dana untuk masing-masing paket
kepada Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) dibawah proyek RRDP
antara lain :
1. Core Team Consulant : Satker NVT Pembinaan Administrasi dan Pelaksanaan
Pengendalian PHLN untuk paket konsultan
2. DSC-1 : Satker Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII untuk paket
konsultan Desain dan Pengawasan wilayah Kalimantan
3. DSC-2 : Satker Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V untuk paket
konsultan Desain dan Pengawasan wilayah Jawa Tengah
4. DSC-3 : Satker Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V untuk paket
konsultan Desain dan Pengawasan wilayah Jawa Timur
5. Paket 28-RCP01A : Satker NVT Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Propinsi
Jawa Timur untuk paket pekerjaan sipil Jolosutro Sendangbiru
6. Paket 24-RCP01 : Satker NVT Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Propinsi
Jawa Tengah untuk paket pekerjaan sipil Tambakmulyo - Wawar
7. Paket 24-RCP02 : Satker NVT Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Propinsi
Jawa Tengah untuk paket pekerjaan sipil Giriwoyo - Duwet
8. Paket 24-RCP03 : Satker NVT Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Propinsi
Jawa Tengah untuk paket pekerjaan sipil Wawar Congot
9. Paket 30-RCP01 : Satker NVT Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Propinsi
Kalimantan Barat untuk paket pekerjaan sipil Sosok Tayan, Tanjung Bts.
Kota Sanggau
10. Paket 30-RCP02 : Satker NVT Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Propinsi
Kalimantan Barat untuk paket pekerjaan sipil Tebas Singkawang (Section 1
dan 2), bypass Sambas, Galing - Tanjung Harapan
11. Paket 30-RCP03 : Satker NVT Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Propinsi
Kalimantan Barat untuk paket pekerjaan sipil Galing Tanjung, Tanjung Aruk
(Bts. Serawak) Sp. Tanjung
12. Satker NVT Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Propinsi Kalimantan Timur
untuk pekerjaan sipil :
a. Paket 34-RCP01 : Tanjung Selor Sp. 3 Tanjung Palas ; Sp. 3 Tanjung
Palas Sekatak Buji (Section 1)
b. Paket 34-RCP02 : Paket Sp. 3 Tanjung Palas Sekatak Buji (Section 2)
c. Paket 34-RCP03 : Paket Sp. 3 Apas Simanggaris (Section 1)

Manual Manajemen Proyek 8-3


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

d. Paket 34-RCP04 : Paket Sp. 3 Apas Simanggaris (Section 2) ;


Simanggaris Bts. Negara (Serudong)
Berkaitan dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), alokasi dana
diajukan ke Direktorat Bina Program melalui Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah
II, selanjutnya Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II memberikan rekomendasi
kepada Direktorat Bina Program atas pengajuan DIPA tersebut. Direktorat Bina
Program akan memproses DIPA ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJA)
Kementerian Keuangan. Pembahasan DIPA akan dilakukan oleh Satker yang
bersangkutan di Direktorat Jenderal Anggaran cq Direktorat Anggaran III Jakarta.
Pengesahan DIPA oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan cq Direktur Pelaksana
Anggaran.

Garis besar proses penyusunan dokumen anggaran dapat dilihat pada bagan alir
dibawah ini :
DPR RI Presiden

4 5 6
3a 7
DJA

3 8
Kementerian/
Lembaga

2 9

Unit 10 SATKER
Organisasi
1

Keterangan :
1. Konsep Rencana Kerja Anggaran (RKA) Satker sesuai dengan Pagu
Sementara
2. Konsep RKA Ditjen Bina Marga sesuai Pagu Sementara
3. Kementerian PU menyusun Konsep RKA K/L sesuai Pagu Sementara yang
ditetapkan dalam Surat Edaran Bersama Menteri Perencanaan dan Menteri
Keuangan (pertengahan bulan Juni)

Manual Manajemen Proyek 8-4


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

4. RKA-KL hasil pembahasan DPR disampaikan kepada Kementerian Keuangan


cq Direktorat Jenderal Anggaran dan Bappenas untuk ditelaah (Pertengahan
bulan Juli). Kementerian Keuangan menelaah kesesuaian RKA-K/L hasil
pembahasan DPR dengan pagu sementara yang telah disetujui sedangkan
Bappenas menelaah kesesuaian RKA-K/L hasil pembahasan DPR dengan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Kegiatan penelaahan tersebut diselesaikan
paling lambat pada pertengahan bulan Juli. Rencana Undang Undang APBN ,
Nota Keuangan dan Himpunan RKA-KL dibahas dalam sidang kabinet dan
disampaikan ke DPR pada pertengahan bulan Agustus
5. RUU APBN disahkan menjadi UU APBN paling lambat akhir Oktober
6. Konsep Keppres Rincian APBN disiapkan oleh Menteri Keuangan.
7. Keppres Rincian APBN ditetapkan paling lambat akhir bulan Nopember dan
DIPA disahkan paling lambat 31 Desember
8. a. Pemberitahuan Pagu Definitif K/L
b. Keppres Rincian APBN + Data RKA-KL
9. Pemberitahuan Pagu Definitif Unit Organisasi dari KL
10. Pemberitahuan Pagu Definitif Satuan Kerja dari Unit Organisasi

8.4 PENYIAPAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUNAN (DIPA)


8.4.1 Siklus Pelaksanaan APBN
Sesuai dengan Undang Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada suatu tahun
anggaran dimulai dengan penyusunan dan pengesahan dokumen pelaksanaan
anggaran. Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut sebagai
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), disusun oleh Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) berdasarkan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL) yang telah disetujui oleh DPR dan Peraturan
Presiden mengenai Rincian Anggaran Belanja pemerintah pusat.

Siklus pelaksanaan APBN dalam satu tahun anggaran adalah sebagai berikut:
1. Januari-April (Pagu Indikatif)
Januari - April merupakan tahap penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
sebagai acuan dalam penyusunan RAPBN dan merupakan rentang waktu bagi
Pemerintah untuk menyusun dan menetapkan Pagu Indikatif. Pagu Indikatif K/L
ditetapkan dengan Surat Edaran Bersama (SEB) antara Menteri Perencanaan

Manual Manajemen Proyek 8-5


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dengan Menteri Keuangan. Dari


Pagu tersebut kemudian dituangkan ke dalam aplikasi RKA-KL.

2. Mei-Agustus (Pagu Sementara)


Periode ini merupakan rentang waktu bagi Pemerintah dalam menyusun dan
menelaah RKA-KL Pagu Sementara K/L serta menyiapkan RUU APBN.
Pemerintah akan menyesuaikan pagu indikatif dengan perkiraan kemampuan
fiskal sesuai asumsi makro dan kebijakan fiskal untuk menjadi pagu
sementara, yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh K/L melalui Surat
Edaran Menteri Keuangan. Berdasarkan SE Pagu Sementara tersebut, K/L
menyusun RKA-KL Pagu Sementara, dan kemudian menyampaikannya ke
Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran. K/L segera
menyesuaikan RKA-KL berdasarkan Pagu Sementara tersebut, dan segera
menyusun data pendukung yang dibutuhkan.
Pada periode ini dilakukan penelaahan terhadap RKA-KL Pagu sementara
antara lain :
Kesesuaian Pagu dalam RKA-KL;
Kesesuaian antara output masing-masing kegiatan dengan sasaran
Program;
Ketepatan Volume kegiatan;
Kesesuaian Standar Biaya dalam RKA-KL dengan SBU dan SBK.
Ketepatan penggunaan akun belanja berdasarkan BAS (Bagan Akun
Standar)
Kelengkapan data pendukung untuk masing-masing kegiatan;
Kesesuaian antara kegiatan dengan data pendukung yang dilampirkan.
RKA-KL tersebut selanjutnya dihimpun dan menjadi dasar penyusunan Nota
Keuangan (NK) dan RAPBN beserta RUU-nya dan selanjutnya disampaikan
Presiden kepada DPR di depan Sidang Paripurna Luar Biasa DPR.

3. September-Desember (Pagu Definitif)


September-Desember merupakan rentang waktu bagi Pemerintah untuk
membahas RUU APBN menjadi UU APBN (Pagu Definitif) dan menyusun
KEPRES tentang Rincian APBN serta menerbitkan dokumen pelaksanaan
Anggaran (DIPA). Pemerintah dan DPR membahas NK dan RAPBN beserta
RUU-nya, untuk disahkan menjadi UU APBN (Pagu Definitif). Setelah UU
APBN ditetapkan, Pemerintah menyusun Rincian Anggaran Belanja K/L.
Rincian Anggaran Belanja K/L tersebut ditetapkan dengan Peraturan Presiden,
dan akan menjadi lampiran yang tidak terpisahkan dari UU APBN.

Manual Manajemen Proyek 8-6


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.4.2 Proses Penyusunan dan Pengesahan DIPA


DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh PA/KPA. DIPA
disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan. DIPA berlaku
untuk satu tahun anggaran dan memuat informasi satuansatuan terukur yang
berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan perumusan anggaran. Selain
itu, DIPA dapat dimanfaatkan sebagai alat pengendali, laporan pelaksanaan,
pengawasan dan sekaligus perangkat akuntansi pemerintah. Batas pagu dalam
DIPA adalah nilai pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan
pelaksanaannya harus dapat dipertanggung jawabkan.
Penyusunan Konsep DIPA harus memperhatikan standar dalam Bagan Akun
Standar untuk memastikan bahwa Rencana Kerja telah dibuat sesuai dengan
standar kode dan uraian yang diatur dalam ketentuan tentang akuntansi
pemerintahan.

Proses ini merupakan sebuah mekanisme yang dilaksanakan setelah disahkannya


Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian / Lembaga (RKA-KL) melalui terbitnya
Surat Pengesahan RKA-KL (SP-RKA-K/L) dari Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
Kementerian keuangan setelah sebelumnya dilakukan penelaahan terhadap RKA
yang disusun oleh Kementerian/Lembaga. Berikut ini proses yang dilakukan dalam
penyusunan dan pengesahan DIPA :

Keterangan :

Manual Manajemen Proyek 8-7


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

1-2) DJA meneliti kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan Kementerian Negara/
Lembaga dan dengan Pagu Definitif untuk mengakomodir perubahan-perubahan yang
ditetapkan dalam UU APBN.
3) Jika tidak ada perubahan atas RKA-K/L maka Kementerian Keuangan mengesahkan
Dokumen RKA-K/L dengan mengeluarkan SP RKA-K/L.
4) SP-RKA-K/L disampaikan oleh DJA kepada Kementerian/Lembaga dan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) yg berisi data Keppres mengenai rincian APBN
dari Direktorat Jenderal Anggaran bersamaan dengan up-load Arsip Data Komputer
RKA ke server bersama DJA-DJPBN sehingga DJPBN dapat men-download ADK
tersebut sebagai bahan validasi data.
5) DJPBN wajib menyampaikan Daftar Nominatif Anggaran (DNA) kepada Kantor Wilayah
(Kanwil) DJPBN yang berisi nama-nama satker dan alokasi anggarannya dalam
wilayah kerja provinsi Kanwil.
6-7) Validasi DIPA
a. Proses validasi DIPA dilakukan untuk DIPA Satker Kantor Pusat yang berlokasi di
DKI Jakarta, DIPA Satker Kantor Perwakilan/Atase di Luar Negeri;
b. Petugas Direktorat Pelaksanaan Anggaran menerima DIPA dan Arsip Data
Komputer (ADK) Satker, selanjutnya melakukan validasi dengan:
Mencocokkan DIPA dengan ADK Satker;
Mencocokkan ADK dengan data Keppres mengenai rincian APBN yang
terdapat dalam database Aplikasi DIPA 2011;
Jika kode validasi sama, akan diterbitkan SP DIPA;
Jika kode validasi tidak sama, DIPA dan ADK dikembalikan kepada
Satker K/L untuk diperbaiki.
DIPA dilengkapi Generate Code (12 digit) yang bersifat random (acak) dan akan
berubah apabila isi DIPA dan/atau ADK berubah. Generate Code tersebut terletak
pada sudut kiri bawah DIPA, Contoh : 2589 3258 5169
8) Pengesahan DIPA

Apabila validasi data ADK DIPA Satker cocok dengan data Keppres maka akan
segera diterbitkan Surat Pengesahan DIPA (SP DIPA). Pengesahan DIPA dilakukan
oleh:
a. Direktur Jenderal Perbendaharaan a.n. Menteri Keuangan, untuk Satker Kantor
Pusat yang berlokasi di DKI Jakarta, dan DIPA Bagian Anggaran Bendahara
Umum Negara (BA BUN)
b. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan a.n. Menteri Keuangan, untuk Satker
Vertikal/Unit Pelaksana Teknis termasuk Satker Kantor Pusat di luar DKI Jakarta
dan satker pusat yang ada di daerah, DIPA Dekonsentrasi, DIPA Tugas
Pembantuan, dan DIPA Urusan Bersama.

Manual Manajemen Proyek 8-8


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.4.3. Pelaksanaan DIPA

1. Pejabat Perbendaharaan
Terhadap DIPA yang disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/ Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Menteri/ Pimpinan
Lembaga selaku Pengguna Anggaran menunjuk pejabat Kuasa Pengguna
Anggaran sebagai Satuan Kerja di lingkungan instansi yang bersangkutan
dengan menerbitkan Surat Keputusan.

Pejabat Perbendaharaan terdiri dari Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat


Penandatangan SPM (Pejabat yang bertanggung jawab memeriksa invoice dan
menandatangani SPM) dan Bendahara (Pejabat yang bertanggung jawab
menangani pembayaran).

2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran untuk melaksanakan program dan kegiatan, dan diberi
wewenang untuk menggunakan anggaran dalam DIPA.

Tugas dan wewenang KPA meliputi :

a. Menyusun DIPA
b. Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara;
c. Menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan perintah
pembayaran atas beban anggaran belanja Negara;
d. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan
pengelola anggaran/keuangan;
e. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
f. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana;
g. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
h. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Tanggung Jawab KPA meliputi :


a. Mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
b. Merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;

Manual Manajemen Proyek 8-9


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

c. Menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses


penyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
d. Melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan
barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA;
e. Melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak
pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah
ditetapkan;
f. Merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan
g. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan
laporan keuangan.

3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat
yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambil keputusan
dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.

Tugas dan tanggung jawab PPK meliputi :


a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA;
Menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana
penarikan dananya;
Menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan
SPP-UP/TUP
Mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA
b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
c. Membuat, menandatanganidan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan
Penyedia Barang/Jasa
d. Melaksanakan kegiatan swakelola
e. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang
dilakukannya
f. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
g. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara
h. Menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak
tagih kepada negara; dan/atau

Manual Manajemen Proyek 8 - 10


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

i. Membuat dan menandatangani SPP


j. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA meliputi
pelaksanaan dan Penyelesaian kegiatan dan penyelesaian tagihan kepada
negara
k. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan
Berita Acara Penyerahan
l. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan
m. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
Memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;
Mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi
kegiatan;
Memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada
negara; dan
Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
penyedia barang/jasa

4. Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM)


Pejabat Penandatangan SPM adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
PA/KPA untuk melaksanakan verifikasi atas permintaan pembayaran tagihan
kepada Negara, dan selanjutnya menerbitkan SPM atas beban DIPA terkait.

Tugas dan wewenang PPSPM:


1. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;
kelengkapan dokumen pendukung SPP
kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK
kebenaran pengisian format SPP
kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana
Kerja Anggaran Satker;
kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai
kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa

Manual Manajemen Proyek 8 - 11


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP


sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan
kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan
dari pihak yang mempunyai hak tagih;
kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan
kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak
2. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan;
3. Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;
4. Menerbitkan SPM;
mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa
dana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA
menandatangani SPM; dan
memasukkan Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai
tanda tangan elektronik pada ADK SPM
5. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;
6. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA;
dan
7. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.

5. Bendahara
Bendahara adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh PA/KPA yang
bertugas :
1. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat
berharga dalam pengelolaannya
2. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK
3. Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK yaitu:
a. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak yang ditunjuk
untuk menerima pembayaran, nilai tagihan yang harus dibayar,
jadwal waktu pembayaran, dan menguji ketersediaan dana yang
bersangkutan.
b. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi
teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi
teknis yang disebutkan dalam dokumen perjanjian/kontrak; dan

Manual Manajemen Proyek 8 - 12


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

c. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata


anggaran pengeluaran (akun 6 digit).
4. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan
5. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran
yang dilakukannya
6. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas
negara
7. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP
8. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN
selaku kuasa BUN

2. Penyusunan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)


Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam DIPA setelah
pengesahan DIPA oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, PA/KPA menerbitkan Petunjuk
Operasional Kegiatan (POK) yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari
DIPA.

3. Revisi DIPA
Dalam hal diperlukannya perubahan DIPA, PA/KPA dapat melakukan revisi
DIPA untuk selanjutnya diajukan pengesahannya kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan/ Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Tata cara penyelesaian dan pengesahan revisi DIPA diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan tentang Tata Cara Perubahan Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran. (lihat
lampiran 8.1)

8.4.4 Hal hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyusunan DIPA


a. Angka Netto atau Bruto
Angka alokasi DIPA untuk pinjaman RRDP (ADB No Register: 10846401 dan
IDB No.Register : 10848804) harus merupakan angka Netto atau angka DIPA
tidak termasuk pajak yang terkait dengan pengeluarannya seperti Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak lainnya sesuai ketentuan perpajakan.

DIPA Pendamping harus merupakan angka Bruto atau angka DIPA termasuk
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Hal ini disebabkan oleh peraturan yang
menyebutkan bahwa PPN tidak ditagihkan dalam pinjaman apapun.

Manual Manajemen Proyek 8 - 13


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

b. Sumber Dana
Angka yang tercantum dalam DIPA harus secara jelas menunjukkan sumber
dananya yaitu sumber APBN Rupiah Murni (untuk dana pendamping) atau
sumber Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN).

Hal ini penting untuk diketahui karena hal tersebut berkaitan dengan adanya
hal-hal khusus dalam pelaksananaannya dan dana pendamping Rupiah Murni.

c. Tata Cara Pengadaan


Pencantuman angka angka anggaran dalam DIPA sangat dipengaruhi oleh
cara pelaksanaan anggaran yang akan dilakukan melalui pengadaan
barang/jasa. Pencantuman angka angka dalam DIPA yang akan
dilaksanakan akan berbeda dengan angka angka yang akan dilakukan
secara swakelola atau dengan cara pemborongan.

d. Pembebanan Pengeluaran
Pengeluaran akan dinyatakan memenuhi syarat apabila pembebanannya ke
dalam alokasi pembiayaan tertentu sesuai dengan klasifikasi anggarannya.
Meskipun demikian, dalam hal pengeluaran sebagian atau seluruhnya dibiayai
oleh PHLN (Pinjaman) maka perlu diperhatikan pula porsi yang dibebankan
pada APBN Rupiah Murni atau anggaran lainnya. Kategori pinjaman tidak akan
disebutkan dalam DIPA tetapi dalam Naskah Perjanjian Luar Negerinya (NPLN)
sehingga perlu perhatian khusus saat membuat komitmen.

e. Cara Pembayaran Pengeluaran


Dalam hal pengeluaran yang dibebankan pada APBN, pembayarannya
dilakukan melalui tata cara Pembayaran Langsung (LS) dan/atau pembayaran
tunai melalui Uang Persediaan (UP) yang tersedia di dalam kas bendahara
pengeluaran.

Cara pembayaran pengeluaran yang dibebankan pada PHLN rekening khusus,


umumnya sama dengan tata cara pembayaran dalam APBN Rupiah Murni
hanya dimungkinkan untuk meminta pembayaran dalam bentuk mata uang
asing dan/atau membuka letter of credit (LC).

f. Aspek Perpajakan
Dasar hukum perpajakan atas proyek pemerintah yang dibiayai dengan dana
pinjaman/hibah luar negeri adalah:

Manual Manajemen Proyek 8 - 14


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

Undang Undang No.16 tahun 2000 tentang Perubahan kedua atas


Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.
Undang - undang No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan
Undang undang No. 18 tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas
Undang undang No. 8 tahun 1983 mengenai PPN & PPn BM.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001 tentang Peraturan Ketiga atas
peraturan pemerintah Nomor 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea
Masuk Tambahan, Pajak Pertambahan Niliai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Merah dan Pajak Penghasilan dalam rangka Pelaksanaan Proyek
Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar Negeri
sebagaimna telah diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : 239 /KMK.01/1996 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995 tentang Bea
Masuk Bea Masuk Tambahan (BM/BMT), Pajak Pertambahan Nilai dan
Penjualan k atas Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam rangka
Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah atau Dana
Pinjaman Luar Negeri sebagaimna telah diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor 486/KMK.04/2000;
Surat Edaran Jenderal Pajak Nomor SE -19/PJ.53/1996 tanggal 4 Juni 1996
tentangl Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dalam rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang dibiayai dengan
Hibah/Dana Pinjaman Luar negeri.
Surat Edaran Bersama DJA, DJP dan DJBC Nomor SE-64/A/71/0596; SE-
32/PJ/1996; SE-19/BC/1996 tanggal 13 Mei 1996 perihal pedoman
Pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 239/KMK.01/1996
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 1995 tentang
Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, PPN, dan PPnBM dan PPh dalam
rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau
dana pinjaman luar negeri.

Di dalam proses penarikan/pencairan dana baik dari APBN Rupiah Murni atau
APBN PHLN, dan di dalam penyusunan kontrak atau SPK perlu diperhatikan
perhitungan pajak dan penyediaannya dalam kontrak/SPK. Peraturan di bidang
perpajakan khususnya perpajakan atas kontrak/SPK yang didanai dari PHLN
akan diperhatikan oleh Kasatker sebagai pengguna anggaran dalam badan
pelaksana. Aspek perpajakan yang perlu diperhatikan adalah:

Manual Manajemen Proyek 8 - 15


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

a. Pajak yang terkait pembayaran, yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Bea Masuk/Bea Masuk Tambahan
(BM/BMT) dan Pajak Penghasilan (PPh).
b. Secara umum, PPN, PPnBM dan BM/BMT merupakan unsur biaya di dalam
kontrak sehingga menjadi beban pengguna barang/jasa. Biaya untuk PPN,
PPnBM dan BM/BMT harus disediakan dananya di dalam DIPA. Sebaliknya,
PPh bukam merupakan komponen biaya dalam kontrak sehingga menjadi
beban penyedia barang/jasa.
c. Untuk pembayaran/penarikan dana dari kontrak yang seluruhnya atau
sebagian dibiayai dari PHLN, PPh tidak dipungut.

8.4.5 Mekanisme Pembayaran Beban APBN


Pada saat ini, cara penarikan/pencairan dana yang bersumber dari APBN mengacu
pada Peraturan Menteri Keuangan No. 190/PMK.05/2012 tanggal 29 November
2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN.

Dalam pencairan dana pengeluaran negara dikenal 2 mekanisme pembayaran,


yaitu mekanisme pembayaran langsung kepada pihak ketiga (LS) dan melalui Uang
Persediaan (UP). Mekanisme LS menyalurkan pencairan dana dari Bendahara
Umum Negara (BUN) kepada pihak ketiga sebagai penerima hak tagih kepada
negara atas prestasi/kemajuan pekerjaan yang telah diselesaikan dari pemberi
pekerjaan (Kementerian/satuan kerja (satker)). Mekanisme UP yaitu melakukan
pembayaran kepada penerima hak tagih melalui bendahara pengeluaran masing-
masing satker. Dalam hal penggunaan mekanisme UP, bendahara pengeluran
terlebih dahulu mengajukan permintaan uang muka kerja (UP) kepada Kuasa BUN
(KPPN).

8.4.6 Mekanisme Pembayaran Langsung (LS) Non Belanja Pegawai


Sesuai dengan kategori dan persyaratan pinjaman RRDP maka tidak terdapat
pembayaran-pembayaran untuk akun belanja pegawai. Pembayaran hanya
dilakukan untuk non belanja pegawai meliputi belanja modal jalan dan jembatan
(Civil Works), belanja jasa konsultan dan belanja barang (untuk operasional PMU).

Pembayaran langsung adalah pembayaran yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan


Perbendaharaan Negara (KPPN) kepada yang berhak berdasarkan SPM-LS yang
diterbitkan oleh KPA sesuai dengan bukti pengeluaran yang sah. Pembayaran atas
beban APBN tidak boleh dilakukan sebelum barang/jasa diterima, pembayaran
menggunakan mekanisme LS (selain pembayaran gaji) menuntut prestasi terlebih
dahulu kemudian dilakukan pembayaran Oleh KPPN selaku Kuasa BUN. Karena itu

Manual Manajemen Proyek 8 - 16


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

diharapkan seluruh pencairan dana dalam rangka pengeluaran negara dilakukan


melalui mekanisme pembayaran ini. Dengan demikian pembayaran atas hak tagih
kepada negara dipastikan langsung diterima oleh penerima hak yang telah
menyelesaikan pekerjaannya.

Pembayaran langsung kepada yang berhak umumnya didahului dengan tahapan


sebagai berikut:
a. Pembuatan Komitmen / Perikatan
Pejabat Pembuat Komitment (PPK) melaksanakan rencana kerja yang
ditetapkan dalam DIPA dengan melakukan proses pengadaan barang/jasa
sampai dengan ditandatanganinya kontrak pengadaan barang/jasa dengan
pihak ketiga.
Untuk mengetahui tingkat penyelesaian kontrak barang/jasa oleh pihak ketiga,
harus dilakukan pemeriksaan terhadap tingkat kemajuan proyek yang ditunjuk
oleh PPK. Hasil pemeriksaan tersebut dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Hasil Pekerjaan yang dilengkapi dengan pernyataan kesaksian
atas prestasi kerja yang telah diselesaikan.

b. Pengajuan Tagihan dari Penerima Hak (Bendahara/ Kontraktor/ Konsultan)


Penerima hak mengajukan tagihan (invoice) kepada negara atas komitmen
berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran (Kuitansi,
Daftar Hadir, IPC, Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan,dll).
Untuk tagihan hasil pelaksanaan pekerjaan kontraktor teridiri dari tagihan uang
muka dan tagihan untuk pembayaran hasil pelaksanaan pekerjaan (tagihan
pembayaran pekerjaan dalam.
Untuk tagihan hasil pelaksanaan pekerjaan konsultan terdiri dari dua jenis, yaitu
Tagihan Uang Muka dan Tagihan untuk Pembayaran hasil pelaksanaan
pekerjaan. Tagihan atas hasil pelaksanaan pekerjaan terdiri dari tagihan
langsung personil (Remuneration), dan tagihan non personil serta kegiatan
lainnya yang terdiri dari duty travel, office equipment, office operational, rental
expenses, reporting, training dll.

c. Pembuatan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP LS)


Berdasarkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan, pejabat
yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan menyampaikan SPP
kepada Pejabat Pembuat Surat Perintah Membayar (PPSPM).
SPP dilengkapi dengan:
1. Dokumen kontrak/SPK (Surat Perjanjian Kontrak),
2. Kuitansi tagihan yang disetujui oleh PPK

Manual Manajemen Proyek 8 - 17


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

3. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan yang berisi identitas pekerjaan, nomor


dan tanggal kontrak, lokasi pekerjaan, nilai kontrak, nomor dan tanggal
DIPA, tahap penyelesaian pekerjaan, dan rekomendasi pembayaran
hak/tagihan atas penyelesaian pekerjaan.
4. Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan.
5. Berita Acara Pembayaran
6. Faktur pajak yang dilampiri dengan SPP
7. Jaminan Bank (untuk uang muka dan/atau uang yang ditahan).
8. Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam kontrak yang
sebagian/seluruhnya bersumber dari PHLN.
9. Ringkasan kontrak yang dibuat sesuai dengan ketentuan.

d. Pembuatan Surat Perintah Membayar Langsung (SPMLS)


Pejabat yang berwenang menerbitkan SPM (PPSPM) melakukan
pengujian/pemeriksaan atas SPP berikut lampirannya untuk mengetahui:
a. Keabsahan dokumen lampiran
b. Ketersediaan pagu anggaran yang tersedia pada Mata Anggaran Keluaran
(MAK) yang sesuai dalam DIPA.
c. Kesesuaian hasil pekerjaan dengan rencana kerja dalam DIPA.
d. Kebenaran hak tagihdari pihak ketiga (menyangkut nama yang berhak
menerima pembayaran, nilai tagihan, ketepatan atas jadwal waktu
pembayaran untuk memastikan bahwa tagihan belum kadaluarsa)
e. Pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuai dengan indikator
kinerja yang tercantum di dalam DIPA atau spesifikasi teknis di dalam
kontrak.
Apabila SPP berikut dokumen lampirannya dinyatakan memenuhi syarat, oleh
pejabat yang berwenang menguji/menerbitkan SPM LS menyampaikannya
kepada kantor KPPN yang ditunjuk.

SPM LS tersebut dilampiri dokumen berikut:


a. Resume Kontrak/ SPK atau daftar nominatif perjalanan dinas.
b. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB).
c. Faktur Pajak disertai SPP yang telah ditandatangani oleh pejabat
penandatangan SPM dan wajib pajak (termasuk pajak yang tidak
dipungut/ditanggung pemerintah untuk beban PHLN).
Lampiran SPP asli disimpan oleh KPA/Pembuat SPM
d. Jaminan Bank (untuk uang muka dan/atau uang yang ditahan)

Manual Manajemen Proyek 8 - 18


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

e. Peraturan Dirjen Perbendaharaan (dan perubahannya) mengenai tata cara


pencairan dana loan.
Khusus untuk SPM LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka atas
perjanjian/kontrak, dilampiri juga dengan:
Asli Surat Jaminan Uang Muka;
Asli Surat Kuasa Bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN
untuk mencairkan jaminan; dan
Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan bank atau perusahaan penerbit
Jaminan Uang Muka.
Khusus untuk penyampain SPM-LS atas beban PHLN, juga dilampiri
dengan Faktur Pajak
Hal yang perlu diperhatikan terkait petunjuk penyusunan SPM atau input data
pada program aplikasi SPM yang bersumber dari loan RRDP adalah:
Sumber Dana :
Pinjaman Luar Negeri yaitu untuk pembayaran yang dananya berasal dari
USD. Jumlah yang dibayar harus sesuai porsi yaitu 70% dari total tagihan
(nilai fisik).
Rupiah Pendamping yaitu untuk dana pendamping yang berasal dari
Pemerintah Indonesia. Jumlah yang dibayar adalah 11% dari nilai fisik
ditambah PPN 10%.
Cara Penarikan (CP) : Pembayaran Langsung
Nomor Register Pinjaman : 10846401 (ADB) dan 10848804 (IDB)

Manual Manajemen Proyek 8 - 19


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

Gambar 8-1 Mekanisme Penerbitan SPM Non Belanja Pegawai

2 5
PANITIA/
PEJABAT KPA/PPK PPSM
PENGADAAN

3 4
1 6 7

PENERIMAAN
BENDAHARA
HAK/ KPPN
PENGELUARAN
REKANAN

9
BANK
BANK OPERASINAL
TUJUAN
8

Keterangan :
1) Penerima Hak/Rekanan menyerahkan barang dan/atau mengajukan kuitansi
atau tagihan yang dilengkapi dokumen pendukung yang syah Kepada
Pejabat/Panitia Pengadaan.
2) Pejabat/Panitia Pengadaan menyampaikan kuitansi dan/atau Berita Acara Serah
Terima Barang/Pemeriksaan Pekerjaan kepada KPA/PPK.
3) PPK/KPA menyetujui pembayaran melalui Berita Acara Serah Terima Barang/
Pembayaran.
4) Bendahara membuat dan menyampaikan SPP kepada KPA/PPK.
5) PPK/KPA menyampaikan SPP kepada PPSPM
6) PPSPM menguji SPP dan menerbitkan SPM dan menyampaikan kepada KPPN
(lembar kesatu dan kedua)
7) KPPN menguji SPM dan menerbitkan SP2D kepada:
Bank Operasional (lembar kesatu)
KPA/PPK (lembar kedua)
8) Bank Operasional memindahbukukan ke rekening penerima pada bank tujuan.
9) Bank Operasional memberitahukan adanya pemindahbukuan penerimaan
kepada Pihak ketiga/rekanan.

e. Pembayaran oleh KPPN.


KPPN setelah menerima SPMLS dari KPA, KPPN melakukan pengujian
substansi dan pengujian formal atas SPM LS beserta lampirannya. Apabila
SPM LS tersebut dinyatakan memenuhi syarat, maka KPPN menerbitkan
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada Bank Operasional terkait
untuk memindahbukukan dari rekening KPPN ke Rekening
Rekanan/Rekening Bendahara. SPM LS yang tidak memenuhi syarat akan
dikembalikan kepada pembuat SPM.

Manual Manajemen Proyek 8 - 20


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

KPPN tidak dapat menerima SPM dan tidak dapat menerbitkan SP2D
apabila satuan kerja belum menyampaikan data perjanjian/kontrak beserta
ADK (Arsip Data Komputer) untuk pembayaran melalui SPM-LS kepada
penyedia barang/jasa

8.5 RENCANA PENDANAAN RRDP


8.5.1 Jumlah Pinjaman dan Porsi Pembiayaan RRDP
Sesuai dengan ADB Loan Agreement dan IDB Istisnaa Agreement untuk
membiayai proyek RRDP senilai USD 380.5 juta terdiri dari ADB senilai USD 180
juta, IDB senilai USD 65.0 juta dan Pemerintah Indonesia senilai USD 135.5 juta
yang dibutuhkan untuk 4 (empat) kategori yaitu :

Tabel 8-1 Kategori Pembiayaan Proyek RRDP

Nilai dalam Jutaan USD


No Kategori Pemerintah
ADB IDB Jumlah
Indonesia
1 Pekerjaan Sipil 155.0 53.5 88.5 297.0
2 Barang 1.3 0 0 1.3
3 Layanan Konsultan 21.1 3 0 24.1
Biaya yg belum di
2.6 8.5 47 58.1
4 alokasikan
Jumlah 180.0 65.0 135.5 380.5

Kategori 1 : (Pekerjaan Sipil/ Civil Works) adalah kategori untuk membiayai pekerjaan sipil
(Jalan)
Kategori 2 : (Barang/ Goods) adalah kategori untuk membiayai pengadaan peralatan
Kategori 3 : (Pelayanan Konsultan/ Consultant Services) adalah kategori untuk membiayai
pengeluaran penyediaan layanan konsultasi
Kategori 4 : (Biaya yang belum dialokasikan) adalah kategori untuk membiayai pengeluaran

8.5.2 Porsi Pendanaan Pendamping (Pemerintah Indonesia)


Dalam RRDP Loan Agreement mencantumkan kontribusi (porsi) Pemerintah
Indonesia berjumlah USD 135,5 juta (atau ekuivalen dalam rupiah) yag nilainya
dapat diperbaharui sesuai dengan peraturan perpajakan di Indonesia. Disamping
itu, Pemerintah Indonesia juga harus menyediakan dana untuk membiayai
pengeluaran lainnya untuk kegiatan yang berkaitan dengan proyek. Kegiatan
pembebasan tanah dan pelatihan merupakan kegiatan penting dalam proyek
RRDP yang akan didanai sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. Biaya untuk
pengadaan tanah termasuk pemukiman kembali.

Manual Manajemen Proyek 8 - 21


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.6 TATA CARA PENULISAN KONTRAK


8.6.1. Penulisan Nomor Kontrak
a. Sebagaimana diketahui bahwa untuk paket pekerjaan yang lelangnya secara
ICB, maka penawaran harga dapat dilakukan dalam Rupiah (untuk komponen
lokal) plus valuta asing (untuk komponen asing). Untuk keperluan evaluasi
lelang, maka valuta asing tersebut diekuivalenkan ke Rupiah dengan kurs
sesuai ketentuan dokumen pelelangan. Pencantuman nilai/harga pada
dokumen kontrak juga harus dalam masing-masing nilai Rupiah plus nilai valuta
asingnya, tanpa/tidak boleh menyebutkan total ekuivalen Rupiahnya. Demikian
pula kontrak dalam Rupiah tidak boleh mencantumkan nilai ekuivalen US
Dollar-nya. Pencantuman nilai USD ekuivalen pada Form 2B (English Contract
Summary) dimaksudkan hanya untuk keperluan monitoring.
b. Tatacara penulisan kontrak dan perhitungannya mengacu pada Surat Edaran
Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-84/A/71/0696 tanggal 11 Juni 1996
tentang : Penulisan Nilai Kontrak dan Berita Acara Pembayaran (BAP).
c. Untuk tujuan keseragaman dan tertib administrasi maka penomoran kontrak
dibakukan sebagai berikut :

nn/PP-RCP-xx/TT/ADB/2817/MMYY

dimana :
nn : Nomor urut Kontrak
PP : Kode Propinsi, sesuai dengan Kode Propinsi pada
Ditjen Bina Marga
xx : Nomor urut Paket
QQQ-RR : Nomor Paket
TT : Kode Jenis Pekerjaan, terdiri dari :
NR : New Road
RB : Road Betterment,
PM : Periodic Maintainance,
BR : Bridge Replacement,
TR : Truck Overloading
E : Equipment

Sumber dana pinjaman terdiri dari


ADB : Asian Development Bank
IDB : Islamic Development Bank

No Loan / Financing
ADB : 2817
IDB : 0161

Manual Manajemen Proyek 8 - 22


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

Tanda Tangan Kontrak


MM : Bulan Penandatanganan Kontrak (01 s/d 12)
YY : Tahun Penandatanganan Kontrak (13, 14, 15, 16)
Contoh nomor kontrak :
01 / 28 - RCP-01A / RB / ADB / 2817 / 0813

Agustus 2013

No Loan ADB

ADB

Road Betterment

Kode Paket

Kode Propinsi

Nomor urut 1 (satu)



Catatan : Apabila dalam satu paket terdapat dua kegiatan pekerjaan, seperti Periodic Maintenance dan Road
Betterment, maka diambil kegiatan pekerjaan sebagai mayor works.

8.6.2. Penulisan Nilai Kontrak


1. Kategori Pekerjaan Sipil (Cathegory of Civil Works)
Dalam RRDP, untuk paket-paket pekerjaan Jalan dan Jembatan (Kategori 1), porsi
pendanaan 70% Loan dan 30% GoI, sehingga penulisan Nilai Kontraknya diatur
sebagai berikut:
(i) Contoh kontrak dalam Rupiah
Nilai Kontrak: (NK)
Fisik = Rp. 10.000.000.000
PPN 10% = Rp. 1.000.000.000
Total Nilai Kontrak = Rp. 11.000.000.000
Porsi Bank 70/110 x NK = Rp. 7.000.000.000
Porsi GOI 40/110 x NK = Rp. 4.000.000.000
Porsi GOI terdiri dari :
- Dana pendamping
(Rp. 10.000.000.000 - Rp. 7.000.000.000) = Rp. 3.000.000.000 27,27%
- Pajak tidak ditagih
(10% x porsi Bank Rp 7.000.0000.000) = Rp. 700.000.000 6.36%
- Pajak ditagih
(10% x porsi Pendamping Rp 3.000.000.000) = Rp. 300.000.000 2,73%
= Rp. 4.000.000.000 36,36%

Manual Manajemen Proyek 8 - 23


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

(ii) Contoh kontrak dalam Rupiah plus US Dollar


Nilai Kontrak (NK) :
Fisik = Rp. 10.000.000.000 + USD 1.000.000
PPN 10% = Rp. 1.000.000.000 + USD 100.000
Total Nilai Kontrak = Rp. 11.000.000.000 + USD 1.100.000

Porsi Bank 70/110x NK = Rp. 7.000.000.000 + USD 700.000*


Porsi GOI 40/110x NK = Rp. 4.000.000.000 + USD 400.000**

Porsi GOI terdiri dari :


- Dana pendamping = Rp. 3.000.000.000 + USD 300.000 27,27 %
- Pajak tidak ditagih:
(10% x Porsi Bank = Rp. 700.000.000 + USD 70.000 6,36 %
- Pajak ditagih:
(10% x Porsi GOI) = Rp. 300.000.000 + USD 30.000 2,73 %
= Rp. 4.000.000.000 + USD 400.000 36,36 %
Catatan: * dibayar dalam USD di KPPN VI
** dibayar dalam ekivalen Rp. (kurs saat pembayaran) oleh KPPN PPN 10%
dibayarkan hanya PPN Pendamping.

2. Kategori Barang (Goods)


Porsi Loan 100% maka beban ADB harus diperhitungkan dari netto kontrak (diluar
PPN)
Fisik = Rp. 10.000.000.000
PPN (10%) = Rp. 1.000.000.000
Total Nilai Kontrak = Rp. 11.000.000.000
Porsi Bank 100/110x NK = Rp. 10.000.000.000
(terhadap netto)
Porsi GOI 10/110x NK = Rp. 1.000.000.000
(untuk pajak yang tidak ditagih)

3. Kategori Konsultan (Consultant Services)


Fisik = Rp. 10.000.000.000
PPN (10%) = Rp. 1.000.000.000
Total Nilai Kontrak = Rp. 11.000.000.000
Porsi Bank 100% x NK = Rp. 10.000.000.000
(terhadap bruto)
Porsi GOI 10% x NK = Rp. 1.000.000.000
(untuk pajak yang tidak ditagih)

Manual Manajemen Proyek 8 - 24


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.7. TATA CARA PENARIKAN PHLN DENGAN PEMBAYARAN LANGSUNG


8.7.1. Jenis Tata Cara Penarikan Dana PHLN
Penarikan dana PHLN pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat)
macam cara, yaitu :
Tata Cara Pembiayaan Pendahuluan (Reimbursement). Pembiayaan
Pendahuluan (Reimbursement) merupakan tata cara penarikan dana untuk
pembiayaan pendahuluan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia,
kemudian pembayaran tersebut dimintakan penggantian kembali kepada
Pemberi Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PPHLN).
Tata Cara Pembayaran Langsung (Direct Payment). Pembayaran Langsung
(Direct Payment) merupakan pembayaran secara langsung oleh PPHLN
kepada pihak ketiga/rekanan, yang dilakukan dengan cara mengajukan Aplikasi
Penarikan Dana (Withdrawal Application WA) oleh KPPN Khusus Jakarta VI
atas permintaan Satuan Kerja (Satker).
Tata Cara Pembukaan Letter of Credit (Opening L/C). Pembukaan LC
merupakan tata cara penarikan dana melalui pembukaan L/C pada Bank
Indonesia Pusat, dimana PPHLN akan membayar langsung kepada Bank
Komersial yang ditunjuk. Prosedur ini digunakan khusus untuk pengadaan
barang/peralatan dari luar negeri.
Tata Cara Rekening Khusus (Special Account). Rekening Khusus (Reksus)
merupakan tata cara penarikan dana PHLN melalui rekening Pemerintah pada
Bank Indonesia atau bank lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan yang
disediakan khusus untuk menampung dana PHLN tertentu yang merupakan
initial deposit dan bersifat revolving fund. Istilah tata cara Reksus untuk masing-
masing PHLN tidak sama, dimana untuk ADB digunakan istilah imprest fund.

8.7.2. Tata Cara Penarikan PHLN dengan Pembayaran Langsung (Direct Payment)
8.7.2.1 Dokumen-dokumen Dasar Pembayaran
Dokumen-dokumen yang dijadikan sebagai dasar pembayaran atas pengajuan
penarikan dana PHLN adalah :
1. Loan Agreement (LA)
2. Nomor register loan yang bersangkutan
3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
4. Surat Edaran Ditjen Perbendaharaan mengenai tata cara pembayaran
5. Surat Edaran Ditjen Perbendaharaan mengenai eligibilitas paket-paket yang
akan dibiayai dengan loan bersangkutan

Manual Manajemen Proyek 8 - 25


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

6. Invoice (untuk Konsultan dan Supplier) / Monthly Certificate MC (untuk


Kontraktor), Berita Acara Pembayaran dan SPP/SPM
7. Withdrawal Application (WA) (lihat lampiran 8.2 & 8.3)

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 190/PMK.05/2012


tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara, dijelaskan bahwa pembayaran tagihan kepada
penyedia barang/jasa, dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah yang
meliputi :

1. Bukti perjanjian/kontrak;

2. Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia


barang/jasa;

3. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

4. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;

5. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;

6. Berita Acara Pembayaran;

7. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK,


yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;

8. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani
oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;

9. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum, perusahaan penjaminan atau


perusahaan asuransi sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah;
dan/atau

10. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak


yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau
hibah dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah
perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.
Sedangkan pra syarat dalam Penerbitan SP2D oleh KPPN untuk keperluan
pembayaran langsung non belanja pegawai adalah :
1. Resume Kontrak/ SPK atau Daftar Nominatif Perjalanan Dinas
2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB)
3. Faktur Pajak dan SSP (Surat Setoran Pajak)

Manual Manajemen Proyek 8 - 26


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.7.2.2 Mekanisme Penarikan PHLN dengan Pembayaran Langsung (Direct Payment)


Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Pembayaran Langsung (Direct Payment)
merupakan pembayaran secara langsung oleh PPHLN kepada pihak
ketiga/rekanan, yang dilakukan dengan cara mengajukan Aplikasi Penarikan Dana
(Withdrawal Application WA) oleh KPPN Khusus Jakarta VI atas permintaan
Satuan Kerja (Satker).

Dalam RRDP ini, mekanisme pengajuan aplikasi ditentukan secara seragam


dengan melalui satu pintu, yang dalam hal ini adalah PMU RRDP sebagai
administrator aplikasi ke ADB maupun IDB. Dalam kapasitasnya sebagai
administrator ini, PMU RRDP dalam rangka memenuhi permintaan Kementerian
Keuangan agar nomor aplikasinya urut berdasarkan tanggal penerbitan, maka
penomoran Withdrawal Application (WA) ditentukan oleh PMU.

Adapun standar penomoran WA yang ditentukan oleh PMU adalah Nomor Urut
yang terdiri dari 1 (satu) karakter (huruf) dan 4 (empat) angka. Karakter (huruf)
terdiri dari :
K : untuk Kontraktor (paket-paket pekerjaan sipil)
C : untuk Consultant (paket-paket pekerjaan Consultant Services)
E : untuk Equipment (paket-paket pekerjaan pengadaan barang)

Misalnya : Aplikasi untuk Kontraktor (paket pekerjaan sipil) dengan nomor urut
pengajuan WA ke 10 (sepuluh).
K 0 0 1 0

Tahapan penarikan PHLN (Loan ADB 2817-INO) dengan tata cara Pembayaran
Langsung, adalah sebagai berikut :
Berdasarkan Kontrak (Konsultan/ Kontraktor/ Supplier), Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) atau Pihak Proyek menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK) kepada Rekanan (Konsultan/ Kontraktor/ Supplier). Untuk pekerjaan
sipil (civil work), sebelum SPMK diterbitkan, dibuatkan Berita Acara Serah
Terima Lapangan.
Berdasarkan SPMK, Rekanan (Konsultan/ Kontraktor/ Supplier) membuat Surat
Permohonan Pembayaran (uang muka/ termin) dan disampaikan kepada PPK
atau Pihak Proyek, dengan dokumen pendukung meliputi : Jaminan Bank atau
yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Bank atau Non Bank (jaminan
pembayaran uang muka/ pelaksanaan), Surat Pernyataan Rekening Bank dan
Kwitansi Pembayaran.

Manual Manajemen Proyek 8 - 27


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

Untuk paket pekerjaan sipil work dengan dana pendamping, maka pencairan
dana pendamping dilakukan lebih dahulu, dan dilanjutkan dengan pencairan
dana Loan.
Untuk pencairan dana pendamping, berdasarkan Surat Permohonan
Pembayaran Rekanan (Kontraktor), PPK atau Pihak Proyek menerbitkan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) dana pendamping dan dilanjutkan dengan
penerimaan dan penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) oleh Pejabat
Penerbit SPM, dan selanjutnya dikirimkan ke KPPN setempat. Atas pengajuan
SPM, KPPN akan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Berkas
SP2D ini menjadi lampiran untuk pencairan dana Loannya.
Untuk pencairan dana Loan, disiapkan :
(a). MC yang ditandatangan oleh Kontraktor / Konsultan Supervisi dan PPK
(untuk Pekerjaan sipil),
(b). Menyiapkan Invoice yang ditandatangani oleh Konsultan dan PPK (untuk
pekerjaan Konsultan dan Pengadaan Barang).
BAP yang ditandatangani Rekanan (Kontraktor/ Konsultan/ Supplier) dan
PPK.
SPPP (Surat Permintaan Pembayaran Pembangunan) Lembar A, untuk
diajukan ke KPPN Khusus Jakarta VI dan permohonan kepada PMU untuk
mengajukan nomor WA.
Berkas WA yang telah mendapatkan nomor dari PMU, beserta Summary Sheet
dan kelengkapan dokumen lainnya, diajukan ke KPPN Khusus Jakarta VI.
PHLN (ADB) mentrasfer langsung ke Bank Rekanan di luar negeri atau di
dalam negeri. Atas transfer ini, PHLN (ADB) mengirimkan Payment Advice (PA)
/ Debt Advice (DA) / Withdrawal Authorization KPPN Khusus Jakarta VI, dan
mengirimkan copy PA/DA/WA ke Bank Indonesia.

Manual Manajemen Proyek 8 - 28


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

Skema Penarikan PHLN melalui Pembayaran Langsung

5. Proses dan Persetujuan


ADB
ADB - IRM
(PUSAT)

4. Persetujuan WA dan Summary


Sheet untuk penagihan
dilampiri dengan dokumen

Pembayaran (Rupiah)
pendukung yang relevan
diajukan ke ADB-IRM
8. Otorisasi
Pembayaran
Kantor Pelayanan (Valuta Asing)

6. Otorisasi
Perbendaharaan
Negara
(KPPN Jakarta VI) Bank
Penyandang
ADB (Jakarta)
3. Summary Sheet dan WA
yang sudah diberi nomor Bank
dan dokumen relevan 9. Transfer dana
Penyandang ke Rekening
diajukan ke KPPN VI)
ADB (Jakarta) Rekanan

Satuan Kerja
(Satker)
7. Transfer dana Bank
ke Rekening Koresponden
2. Siapkan Summary Sheet Rekanan
dan WA (Withdrawal
Application) dilampiri
dengan dokumen
pendukung yang relevan
Bank
Koresponden
PMU - RRDP
DJ Bina Marga

1.Menyerahkan Klaim
dengan dokumen
pendukung yang
relevan

Rekanan
(Kontraktor atau
Konsultan)

Sedangkan tahapan penarikan pembiayaan Islamic Development Bank (IDB No.0616-IND)


melalui pembayaran langsung kepada rekanan (Konsultan / kontraktor). Rekanan
mengajukan tagihan kepada pelaksana kegiatan dan diteruskan kepada Kementerian
dengan melengkapi dokumen pendukung yang diperlukan antara lain:
Foto kopi kontrak;
Advance Payment Guarantee;
Performance Guarantee; dan
Tanda bukti pembayaran yang bisa dalam bentuk receipt atau bank statement

Manual Manajemen Proyek 8 - 29


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

Skema pembayaran Iangsung dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Keterangan:

1. Rekanan mengajukan tagihan kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran


(PA/KPA).
2. Berdasarkan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa (KPBJ), PA/KPA menyampaikan Surat
Permintaan Penarikan Aplikasi Penarikan Dana Pembayaran Langsung (SPP APD-PL)
kepada KPPN
3. Berdasarkan SPP APD-PL, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
menerbitkan APD-PL/ Withdrawal Application (WA) dan mengirimkannya kepada Pemberi
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PPHLN).
4. Berdasarkan APD-PL, PPHLN melakukan pembayaran Iangsung kepada rekening rekanan
5. Atas pembayaran tersebut Dit. PPHLN, BI dan KPPN menerima Pemberitahuan Pencairan
atau Notice of Disbursement (NOD) dengan tembusan kepada Dit. Pengelolaan Penerusan
Pinjaman (PPP) dalam hal pinjaman diteruspinjamkan.
6. Atas dasar NOD, KPPN menerbitkan dan menyampaikan Surat Perintah
Pembukuan/Pengesahan (SP3) kepada 61 dan PA/KPA.

Manual Manajemen Proyek 8 - 30


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.8. PELAPORAN
8.8.1. Pelaporan Satuan Kerja (Satker)
Pelaporan Satuan Kerja (Satker) diatur dalam Permen PU No. 02/PRT/M/2006
tentang Pembukuan dan Penyusunan Laporan Keuangan dan Permen PU No.
14/PRT/M/2013 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
dan Jasa Konsultasi. .

8.8.2. Kegunaan dan Tujuan Pelaporan


Dalam Permen PU No. 02/PRT/M/2006 dijelaskan bahwa Laporan yang dihasilkan
oleh Satuan Kerja (Satker) yang mencakup laporan realisasi anggaran pendapatan
dan belanja Negara digunakan sebagai masukan dalam menyusun Realisasi
Anggaran yang dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Laporan-laporan tersebut disusun dengan tujuan :
Sebagai pertanggungjawaban keuangan (financial accountability) atas
penggunaan dan pengelolaan dana yang dianggarkan;
Sebagai informasi manajemen dalam proses pemantauan, evaluasi,
pengendalian dan penyusunan kebijakan untuk masa mendatang.

8.8.3 Laporan Bulanan


Kepala Satuan Kerja (Ka Satker) wajib menyelenggarakan pembukuan atas uang
yang dikelolanya dan penatausahaan barang yang dikuasainya, serta membuat
laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan uang dan barang yang
dikuasainya kepada kepala instansi vertikal atasannya.
Laporan bulanan yang disusun oleh Ka Satker meliputi :
Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
Laporan Keadaan Kredit Anggaran (per sumber dana dan per nomor PHLN)
Laporan Keadaan Kas (per sumber dana dan per nomor PHLN)
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca

8.8.4 Laporan Bulanan dan Semesteran


1. Kepala Satuan Kerja (Ka Satker) disamping wajib menyusun Laporan
Keuangan Bulanan, juga diwajibkan menyusun Laporan Semesteran,
sebagaimana ketentuan yang berlaku.

2. Laporan Keuangan Proyek yang disiapkan oleh Satuan Kerja (Satker)


merupakan (Dukungan) Laporan Keuangan Proyek, yang merupakan bahan
untuk menyusun Laporan Keuangan Proyek Konsolidasi, yang disiapkan oleh
Executing Agency c.q. PMU dengan bantuan CTC.

Manual Manajemen Proyek 8 - 31


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.8.5 Sistem Akuntansi Instansi (SAI)


Untuk tujuan akuntabilitas, menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang
posisi keuangan suatu instansi, tentang anggaran dan kegiatan instansi serta
menjaga aset instansi, dilakukan pencatatan dan pemrosesan dan pelaporan
transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktik akuntansi
yang diterima secara umum.
Tata cara pencatatan dan pemrosesan dalam penyusunan laporan keuangan
mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 233/PMK.05/2011
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, yang dalam
pelaksanaannya menggunakan program komputer Sistem Akuntansi Pemerintah
Pusat (SAPP) yang baku. Setiap Kementerian/ Lembaga wajib melaksanakan
pencatatan dan pemrosesan tersebut melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
sebagai bagian dari SAPP.

SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang
Milik Negara (SABMN). SAI menghasilkan Laporan berupa Neraca dan Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) yang perlu dilengkapi dengan penjelasan dan informasi
tentang Laporan yang disajikan. Laporan tersebut dibuat pada setiap Semester
(tengah tahunan) dan akhir tahun anggaran.

Proses penyusunan laporan disusun secara berjenjang, dimulai dari laporan tingkat
Satuan Kerja oleh Unit Akuntansi Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA),
laporan tingkat Wilayah oleh Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran
Wilayah (UAPPA-W), laporan tingkat Satminkal (Eselon I) oleh Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-EI) sampai dengan laporan
tingkat Kementerian oleh Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA).

8.9. Pelaporan Manajemen RRDP


8.9.1. Jenis Laporan Manajemen RRDP
Permen PU No. 02/PRT/M/2006 dalam Pasal 28 ayat 2 menjelaskan bahwa Sekjen
melalui Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (PKLN) melakukan
koordinasi dengan Satminkal untuk penyiapan laporan pemantauan pelaksanaan
Kegiatan Triwulanan (Pasal 28 ayat 2), yang meliputi :
Laporan pemantauan triwulanan 1, paling lambat 31 Maret
Laporan pemantauan triwulanan 2, paling lambat 30 Juni
Laporan pemantauan triwulanan 3, paling lambat 30 September
Laporan pemantauan triwulanan 4, paling lambat 31 Desember

Manual Manajemen Proyek 8 - 32


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Pendanaan Pembangunan Bappenas secara


rutin setiap 3 bulan menyelenggarakan rapat koordinasi pemantauan proyek
dengan dukungan pendanaan PHLN, dengan form-form laporan meliputi (lihat
lampiran 8.4 dan 8.4.1):
Formulir A :
Umum, meliputi Bagian A : Deskripsi dan Bagian B : Petugas yang dapat
dihubungi.
Formulir B :
Ringkasan Pelaksanaan pada Tahun Anggaran , meliputi : Bagian A :
Keuangan (dalam ribuan valas) dan Bagian B : Pelaksanaan Fisik (dalam %)
Formulir C :
Status permasalahan
Formulir D :
Status Paket Kontrak, yang melipti D1 : Nama Paket Kontrak, D2 : langkah-
langkah kegiatan, D3 : status kontrak dan D4 : status terakhir.
Formulir E :
Rincian dokumen anggaran

Project Administration Manual (PAM) menyebutkan beberapa laporan yang harus


dibuat Core Team Consultant sesuai TOR (Kerangka Acuan), yaitu :
Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Laporan Kemajuan Bulanan (Monthly Progress Report)
Laporan Pemantauan Keuangan Triwulanan (Quarterly Financial Monitoring
Report)
Draft Laporan Akhir (Draft Final Report)
Final Report (Including Executive Summary)
Laporan Teknis (Technical Reports)
Laporan Penyelesaian Proyek (Project Completion Report)

8.9.2 Lingkup Laporan Manajemen Keuangan RRDP


Permen PU No. 18/PRT/M/2006 tentang Petunjuk Teknis Pengendalian Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri Bidang Pekerjaan Umum secara jelas mendeskripsikan
lingkup atau batasan dari kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap
program/proyek yang di danai dengan PHLN. Dari segi tahapannya, monitoring
hanya mencakup tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Untuk tahap persiapan
diperlukan Rencana Keuangan Tahunan (Yearly Financial Plan) yang dibuat di
akhir tahun sebelumnya, monitoring keuangan terkait dokumen-dokumen persiapan

Manual Manajemen Proyek 8 - 33


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

(PAM, estimasi dari DED dan perubahan) hingga DIPA. Untuk tahap pelaksanaan,
monitoring keuangan lebih fokus pada perkembangan proses penyerapan dana
dan dokumen-dokumen terkait yang relevan dengan proses monitoring.

Namun demikian, monitoring perkembangan realisasi penyerapan dana dan proses


pencairannya, tidak dapat dipisahkan dari pemantauan perkembangan proses
pengadaan (barang dan jasa) dan pemantauan perkembangan realisasi fisik.
Dengan perkataan lain bahwa pemantauan keuangan proyek (RRDP) merupakan
bagian dari pemantauan proyek (RRDP) secara menyeluruh, demikian juga dengan
sistem pemantauan keuangan proyek (RRDP) merupakan sub sistem dari sistem
pemantauan proyek (RRDP) secara menyeluruh. Dan pada akhirnya, bahwa
Laporan Pemantauan Keuangan (Financial Monitoring Report FMR) merupakan
bagian dari Laporan Pemantauan Proyek (Project Monitoring Report).
Financial Monitoring Report (FMR) adalah :
a. Suatu mekanisme laporan triwulanan yang dibuat untuk membantu PMU,
Satker / SNVT dalam mengelola dan memantau proyek.
b. Disusun dalam kerangka sistem manajemen keuangan yang dapat diterima
oleh Bank dan disampaikan dengan format yang telah ditetapkan.
c. Keberhasilan proyek dan KaSatker (Kepala Satuan Kerja) salah satunya
tercermin pada kinerja Satker dalam laporan Financial Monitoring
Reportnya.

FMR terdiri atas 3 bagian yaitu : (lihat lampiran 8.5)


a. Financial Reports : laporan keuangan yang terdiri dari form 1A sd 1F
b. Project Progress Reports : Laporan Kemajuan Proyek terdiri dari form 2A sd
2C
c. Procurement Management Report : Laporan Manajemen Pengadaan dan
Penyerapan dana terdiri atas form 3A sd 3D

Sistem Pelaporan Financial Monitoring Report (FMR)


a. KaSatker membuat FMR setiap 3 bulan sekali (Maret, Juni, September,
Desember) yang kemudian disampaikan kepada PMU, dengan dilampiri SP3,
SPM /SP2D, baik dana Loan RRDP dan Dana Pendamping APBN, selambat-
lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan.
b. Penyusunan FMR pada dasarnya diwajibkan untuk peminjam yang
menggunakan sistem pembayaran langsung.

Manual Manajemen Proyek 8 - 34


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.9.3. Laporan Manajemen Keuangan RRDP


8.9.3.1 Pengorganisasian
Direktorat Jenderal Bina Marga berkedudukan sebagai Executing Agency (EA),
yang bertanggung jawab atas manajemen proyek secara keseluruhan dan dalam
pelaksanaan hariannya. Tanggung jawab atas manajemen proyek secara
keseluruhan dilimpahkan ke Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II. Sedangkan
untuk pelaksanaan harian, dibentuk Project Management Unit (PMU), yang
memiliki tugas dan tanggung jawab : ... Responsible for day-today implementation
and preparation of progress reports, ensuring that financial and reporting
requirements are met and ADB procurement procedures followed with full
coordination with Project Implementation Unit (PIU).. .

Untuk melaksanakan tugas tersebut, PMU didukung oleh Core Team of Consultant
(CTC) dan 3 Design and Supervision Consultant (DSC), yaitu DSC-1 (Wilayah
Kalimantan), DSC-2 (Wilayah Jawa Tengah) dan DSC-3 (Wilayah Jawa Timur).
Dalam tatanan operasional, 5 unit organisasi dalam Organisasi Manajemen Proyek
(RRDP), yaitu PMU, CTC, DSC-1, DSC-2 dan DSC-3 yang akan berperan didalam
melakukan pengumpulan data / informasi monitoring dan penyiapan laporannya.
Jaringan atau hubungan kerja antara kelima unit tersebut untuk mendukung
Executing Agency dalam penyiapan laporan pemantauan keuangan RRDP, dimana
CTC menyiapkan sistem database dan pengolahan data / informasi untuk laporan
pemantauan keuangan.

Sistem database keuangan RRDP, diharapkan dapat mendukung PMU dalam


melaksanakan tugas hariannya, terutama didalam menyiapkan data / informasi
yang up to date dan menyiapkan laporan-laporan untuk unit-unit organisasi
diatasnya atau yang terkait sesuai dengan periode laporannya secara tepat waktu
(bulanan, triwulanan dan tahunan), maka CTC idealnya dapat mengoptimalkan dua
jalur dari aliran proses dokumen serta aliran data / informasi, yaitu :
a. Jalur Satker PMU (untuk semua kategori pekerjaan : sipil, pengadaan barang
dan jasa konsultan).
b. Jalur Kontraktor - DSC (1,2 dan 3) - (untuk kategori pekerjaan sipil dan jasa
konsultan DSC nya sendiri)

Pertimbangan penggunaan Jalur Satker PMU karena dokumen proses


penyelenggaraan kegiatan RRDP, terutama dokumen proses pencairan dana Loan
ADB 2817-INO dan IDBFinancing No. IND - 0616 atau dokumen proses Withdrawal
Application (WA) akan melalui PMU, guna mendapatkan nomor WAnya. CTC akan
memanfaatkan data/informasi dan/atau proses dokumen yang ada pada PMU

Manual Manajemen Proyek 8 - 35


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

dalam penyiapan laporan monitoring keuangan. Pada jalur hanya dibuatkan form-
form pengolahan dan/atau form-form output.

Pertimbangan penggunaan Jalur DSC (1, 2 dan 3) Kontraktor karena DSC


memiliki peran memonitor dan mensupervisi Kontraktor, termasuk persetujuan
Monthly Certificate (MC) oleh Supervision Engineer (SE), yang merupakan personil
dalam Sub Tim DSC pada site level. Disamping itu, CTC memiliki tugas untuk
memonitor dan mensupervisi DSC. Oleh karena itu, CTC idealnya dapat
memperoleh data / informasi keuangan RRDP dari laporan-laporan DSC, baik yang
bersifat bulanan, triwulanan maupun tahunan. Dengan demikian, untuk jalur ini
perlu disiapkan form-form input data/informasi monitoring keuangan, dimana form-
form input dimaksud idealnya diisi secara rutin oleh DSC dan disampaikan secara
periodik (pada akhir bulan) ke CTC. Secara lebih sederhana, Sistem Monitoring
Keuangan merupakan pengorganisasian dalam rangka penyusunan Laporan
Monitoring Keuangan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar. di bawah ini.

PENGORGANISASIAN LAPORAN MONITORING KEUANGAN RRDP

STEERING COMMITTE
BAPPENAS
Ministry of Public Works
Ministery of Finance ADB / IDB
Ministery of Transportation
Indonesian Policy

DIRECTORATE GENERAL OF HIGHWAYS


(Executing and Lead Implementing Agency)

DIRECTORATE OF
DIRECTORATE OF DIRECTORATE OF IMPLEMENTATION
TECHNICAL PLANNING REGION II

Technical
Assistance & Civil Work
Dokumen Proses Dokumen Proses
Equipment Pelaksanaan dan Pencairan Dana PMU Projects
Pelaksanaan dan Pencairan Dana
Projects

DGH, DGLT, 1. Laporan Monitoring Triwulanan untuk Jawa and


Dukungan Penyediaan Dokumen/
DGNTP, Bappenas kebutuhan SC (Form Bappenas terlampir) Kalimantan
Data/ Informasi Proses Pelaksanaan
2. Laporan Monitoring Bulanan, Triwulanan dan Pencairan Dana
dan Tahunan sesuai PAM dan Kontrak
CTC (Form-form FMR terlampir)

CTC Form Pengolahan Data Monitoring


Kemajuan Pencairan Dana per
Pengolahan Data Nomor Kontrak Pekerjaan (terlampir)
dan Pelaporan

1. Laporan kemajuan DSC ( Bulanan,Triwulanan, Tahunan


2. Form Input Data Monitoring Keuangan yang sudah terisi Form Input Data Monitoring Keuangan DSC
sebagai lampiran laporan kemajuan dan kontraktor di wilayah DSC ( DSC 1,2 &
3) (Form Input FMR terlampir)

DSC
- Kalimantan
- Central Java
- East Java

Manual Manajemen Proyek 8 - 36


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

8.9.3.2 Laporan Pemantauan / Kemajuan Proyek Secara Menyeluruh


Peraturan Menteri PU No. 18/PRT/M/2006, Form Pemantauan Bappenas
(Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Pendanaan Pembangunan) dan dokumen
Project Administration Manual (PAM), menggambarkan substansi atau materi
pemantauan penyelenggaraan proyek secara keseluruhan dan secara per bagian
(tahapan dan/atau aspek). Dari ketiganya terlihat bahwa aspek keuangan pada
bagian tertentu menyatu dengan aspek-aspek yang lainnya dari proyek, dan pada
bagian-bagian lainnya aspek keuangan merupakan bagian tersendiri. Dengan
pertimbangan ini, maka Laporan Manajemen Keuangan disusun sebagai bagian
dari Laporan Manajemen Proyek secara menyeluruh, dengan penekanan pada
tabel-tabel tertentu yang lebih khusus pada aspek keuangan.

8.9.3.3 Laporan Pemantauan Keuangan DSC 1, 2 & 3


Laporan Pemantauan Keuangan yang akan disiapkan atau disusun oleh DSC 1
(Kalimantan), DSC-2 (Jawa Tengah) & DSC 3 (Jawa Timur) merupakan bagian
dari Laporan Pemantauan Proyek (Civil Work) secara keseluruhan; dan sekaligus
merupakan bagian dari Laporan Kemajuan (Bulanan, Triwulanan dan Tahunan)
DSC. Laporan Pemantauan Keuangan yang akan disiapkan atau disusun oleh DSC
1 (Sumatera) dan DSC 2 (Kalimantan) yang meliputi periode Bulanan, Triwulanan
dan Tahunan berupa form-form Pemantauan Kemajuan Pencairan Dana, baik yang
berkaitan dengan tahapan proses pencairan (mulai dari tanggal pengajuan
pencairan dana sampai dengan terkirimnya dana ke rekening rekanan) maupun
jumlah dana yang telah dicairkan sampai status tanggal tertentu dari semua paket
pekerjaan sipil (civil works) yang ada di wilayah DSC, termasuk kontrak pekerjaan
DSCnya sendiri.

8.9.3.4 Laporan Pemantauan Keuangan CTC


Sebagaimana disebut di atas, bahwa Laporan Pemantauan Keuangan disusun
sebagai bagian dari Laporan Pemantauan Proyek secara menyeluruh, dengan
penekanan pada tabel-tabel tertentu yang lebih khusus pada aspek keuangan.
Adapun Laporan Pemantauan Keuangan yang ada didalam MPR/QPR CTC
meliputi :
1. Disbursement Status
2. Current Loan Allocation and Disbursement (%) to date
3. The Overall of Financial Status
4. Project Cost and Financing Plan
5. S Curve_Planned and Actual Disbursement

Manual Manajemen Proyek 8 - 37


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

Disamping itu, Laporan Monitoring Keuangan RRDP yang disiapkan oleh CTC
antara lain:
1. Laporan Keuangan Tahunan sebagai bahan Audit Keuangan oleh Auditor
Independen (BPK).
2. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (LPK-PHLN)
terdiri dari form-form Monitoring dari Direktorat Pemantauan dan Evaluasi
Pendanaan Pembangunan Bappenas dan
3. Quarterly Financial Monitoring Report (QFMR) yang meliputi keseluruhan
kegiatan proyek yang disusun setiap triwulan terdiri dari
a. Financial Report (Laporan Keuangan)
Form 1A. The Overall of Financial Status (Status Keuangan
Keseluruhan)
Form 1B. Worksheet for Quarterly & Yearly Contract Awards /
Commitments & Disbursement Projections (USD Million) for ADB and
IDB (Lembaran Kerja untuk Penghargaan Kontrak Triwulanan &
Tahunan Pemenng Kontrak / Komitmen & Proyeksi Pencairan dalam
USD Juta untuk ADB dan IDB)
Form 1C. S Curve_Planned and Actual Disbursement (Kurva S_
Rencana dan Realisasi Pencairan)
Form 1D. Project Cost and Financing Plan (Biaya Proyek dan Rencana
Pembiayaan)
Form 1E. Summary Statement Expenditures for Contract Civil Works
(Ringkasan Laporan Pengeluaran untuk Kontrak Pekerjaan Sipil)
Form 1F. Summary Statement Expenditures for Contract Consultant
Services and Goods (Ringkasan Laporan Pengeluaran untuk Kontrak
Konsultan dan Barang)
b. Project Progress Report (Laporan Kemajuan Proyek(
Form 2A. Unit of Output by Project Activity (Unit Keluaran dari Kegiatan
Proyek)
Form 2B. Actual and Planned Contract Packaging for Civil Works
Rencana dan Realisasi paket kontrak untuk Pekerjaan Sipil)
Form 2C.Actual and Planned Contract Packaging for Consultant
Services and Goods (Rencana dan Realisasi paket kontrak untuk
Layanan Konsultan dan Barang)
c. Procurement Management Report (Laporan Manajemen Pengadaan)
Form 3A. Procurement Process Monitoring for Works and Goods
(Monitoring Proses Pengadaan untuk Pekerjaan Sipil dan Barang)

Manual Manajemen Proyek 8 - 38


Bab 8 Manajemen Keuangan dan Pelaporan

Form 3B. Procurement Process Monitoring for Consultant Services


(Monitoring Proses Pengadaan untuk Layanan Jasa Konsultan)
Form 3C. Contract Expenditures Report for Civil Works (Laporan
Pengeluaran Kontrak untuk Pekerjaan Sipil)
Form 3D. Contract Expenditures Report for Consultant Services and
Goods (Laporan Pengeluaran Kontrak untuk layanan Konsultan dan
Barang)

Hubungan Substansi dalam Laporan Monitoring Kemajuan Proyek dengan Laporan Monitoring Keuangan
Core Team Consultant (CTC)
Tahapan Monitoring Dit. Pemantauan dan Evaluasi
Project Administration
Berdasarkan Permen PU Pendanaan Pembangunan - Quarterly Financial Monthly Progress Annual Financial
Manual (PAM-RRDP)
No.18/PRTM/2006 Bappenas Monitoring Report (QFMR) Report (MPR) Statement

A TAHAPAN PERSIAPAN
1 Program Calon RRDP
Program RRDP Hasil
2 Form A. UMUM
Negosiasi (PAM & LA)
Form 1B. Worksheet for
Form A : Umum & Form B :
Rencana Pelaksanaan Quarterly & Yerarly Contract Consolidated Annual Plan
Pelaksanaan Keuangan & Fisik
3 Kegiatan (DIPA, Dok Awards/ Commitments & and Actual Project
& Form E: Rincian Dokumen
Persiapan Tender) Disbursement Projection Expenditure and Financing
Anggaran
(US$ Million)
B TAHAP PELAKSANAAN
Form B: Pelaksanaan Keuangan
Proses Pengadaan Form 2A. Unit aof Qutput by
1. & Fisik & Form D : Status Paket
Barang dan Jasa Project Activeru
Kontrak
Table 4. Cost Estimates Form 1A. The Overall of The Overall of Financial
(US$ Million) Financial Status Status
Table 5. ASB Financing Form 1C. S_Curve Planned S Curve_Planned and
by Expenditure Category and Actual Disbursement Actual Disbursement
Consolidated Annual Plan
Proses Pembayaran Form B: Pelaksanaan Keuangan Form 1E. Summary
2. and Actual Project
Pencairan Dana & Fisik Statement Expenditure for
Expenditure and Financing
Table 6. Allocation and Contract Civil Works Current Loan Allocation
Withdrawal of Loan Form 1F. Summary and Disbusement (%) to
Proceeds Statement Expenditure for Date
Contract Consultant Services
and Goods
Table 7. Summary
Form 1D. Project Cost and
Financing Plan of the
Finanicng Plan
Project
Form 3C. Contract
Realisasi Penyerapan Form B: Pelaksanaan Keuangan Table 8. Detailed Cost Project Cost and
3. Expenditures Report for Civil
Dana & Fisik Estimates by Financier Finanicng Plan
Works
Form 3D. Contract
Figure 4. Project
Expenditures Report for
Disbursement S_Curve
Consultant and Goods
Form 2B. Actual and Planned
Figure 3. Project Physical
Contract Packaging for Civil
Progress S_Curve
Works
Table 15.Tentative Form 2C. Actual and Planned
Contract Packaging (IDB Contract Packaging for
Pencapaian Pelaksanaan Form B: Pelaksanaan Keuangan funded) Consultant Services
4. Status of Disbursement
Fisik & Fisik Table 16. Proposed Form 3A. Procurement
Detailed Contract Process Monitoring for Civil
Packaging (IDB funded) Works and Goods
Table 17. Proposed Form 3B. Procurement
Detailed Contract Process Monitoring for
Packaging (ADB funded) Consultant Services

5. Kendala dan Masalah Form C : Status Permasalahan

Manual Manajemen Proyek 8 - 39


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

BAB 9
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL (RPPLS)

9.1. UMUM
Peran Jalan 1) sebagai bagian dari prasarana transportasi mempunyai peran penting
dalam eksosbudpolhan-kam dan lingkungan hidup serta wajib dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, 2) Sebagai prasarana distribusi barang dan jasa
merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, dan 3) Sebagai
satu kesatuan sistem jaringan jalan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia
Dokumen Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RRPLS)
merupakan acuan pengelolaan lingkungan dan sosial dalam Regional Roads
Development Project (RRDP). Dokumen ini disusun berdasarkan rekomendasi
lingkungan dan sosial yang dikembangkan selama Studi Persiapan Proyek/Project
Preparatory Technical Assistance (PPTA) for the Regional Roads Development
Project.

Secara umum, dokumen RPPLS terdiri atas:


a. Umum
b. Gambaran Umum Proyek
c. Kebijakan Perlindungan Lingkungan dan Sosial
d. Prosedur Penyaringan Lingkungan dan Sosial
e. Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Sosial
f. Penyebaran Informasi, Konsultasi dan Partisipasi
g. Mekanisme Penanganan Keluhan
h. Pemantauan dan Evaluasi Lingkungan dan Sosial
i. Organisasi Pelaksanaan

9.2. GAMBARAN UMUM PROYEK


Berdasarkan sasaran dari RRDP yang telah disepakati serta kriteria seleksi dan
evaluasi sub proyek, sejumlah 19 ruas jalan menjadi prioritas usulan melalui
kegiatan persiapan TA-RRDP yang kemudian dikelompokan menjadi 11 paket sub
proyek.

Seluruh pekerjaan fisik dari sub proyek yang diusulkan dalam RRDP merupakan
jalan provinsi, sebagai bagian dari jaringan jalan strategis nasional. Oleh sebab itu,

Manual Manajemen Proyek 9-1


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

ruas jalan yang diusulkan dalam sub proyek biasanya memiliki tingkat kepadatan lalu
lintas dan kemacetan yang sedang.

a. Tipe Proyek
RRDP akan melebarkan, merekonstruksi, merehabilitasi atau membangun sekitar
476 km (3.390 m di antaranya adalah untuk rehabilitasi atau penggantian
jembatan) jalan nasional, provinsi dan kabupaten (kabupaten), dan struktur
drainase yang terkait. ADB akan membiayai sekitar 399 km dari jalan proyek
sedangkan pembiayaan IDB akan mencakup sekitar 77 km dari jalan (470 m
berupa jembatan).
Pekerjaan sipil di bawah RRDP akan mencakup pelebaran dan rekonstruksi
sebagian dari ruas jalan dengan lebar minimal 6 m. Semua jalan subproyek
dirancang sebagai jalan dua jalur dua arah, yang terdiri dari 6 m badan jalan
ditambah 2 x 1 m perkerasan bahu dan 2 x 1 m saluran samping. Pekerjaan sipil
yang akan dilakukan di bawah RRDP adalah sebagai berikut:
(i) Peningkatan kekuatan struktur jalan dan geometrik jalan (betterment)
(ii) Pembangunan Jalan Baru (New Road)
(iii) Pelebaran (Widening) Jalan dan Jembatan
(iv) Duplikasi (Duplication) Jembatan
(v) Penggantian (Replacement) Jembatan

Pekerjaan sipil akan melibatkan sejumlah kegiatan terkait. Ini termasuk kegiatan
penggalian, pengoperasian quarry, ekstraksi bahan untuk tanggul menggunakan
prosedur cut and fill, perlindungan kawasan longsor dan jatuhan batu, langkah-
langkah untuk melindungi sisi-lereng yang kritis, ekstraksi dan pasir untuk
campuran agregat, perkerasan dengan semen, pengolahan aspal, dan
pembuatan bengkel kontraktor dan lokasi penyimpanan.

b. Kategori Proyek
Kategorisasi lingkungan dari subpryek jalan dilakukan sesuai dengan SPS ADB
untuk menentukan keseluruhan kategorisasi lingkungan RRDP. Hasil dari proses
penyaringan menunjukkan bahwa jalan proyek akan menimbulkan beberapa
dampak lingkungan yang merugikan tapi dalam jangka pendek, sementara,
reversibel, dan dapat dikelola dengan menerapkan langkah-langkah mitigasi
sehingga RRDP diklasifikasikan oleh ADB sebagai kategori lingkungan B.

c. Lokasi Proyek
Proyek ini terletak di Pulau Jawa (di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan
Kalimantan (Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara). Lokasi subproyek

Manual Manajemen Proyek 9-2


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

jalan untuk masing-masing provinsi ditunjukkan pada Gambar 9.1 dan Gambar
9.2. Rincian jalan subproyek yang diusulkan ditunjukkan pada Tabel 9.1. Jalan
sub-proyek adalah jalan raya nasional dan jalan strategis (i) dalam area di dekat
perbatasan Malaysia bagian Barat dan Provinsi Kalimantan Timur; dan (ii)
selatan dari Jalur Lintas Selatan Jawa di Pulau Jawa. Pada keduanya tidak
dikembangkan koridor baru tetapi diharapkan untuk menciptakan koridor
fungsional dan efisien di daerah-daerah yang saat ini tidak dilayani oleh jaringan
jalan yang memadai.

Manual Manajemen Proyek 9-3


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Gambar 9.1. Peta lokasi Subproyek RRDP Di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur

Manual Manajemen Proyek 9-4


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Gambar 9.2. Peta Lokasi Subproyek RRDP Di Provinsi Kalimantan Barat dan
Kalimantan Timur/Utara

Manual Manajemen Proyek 9-5


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Tabel 9.1. Detil Sub Proyek RRDP


Panjang Lebar Disain
No. No. Paket Ruas Item Panjang (km) Lebar (m)
Disain (km) (m)
Jawa Timur
1. 28-RCP 01A (CW-01) Jolosutro-Sendangbiru Jalan 21,3 21,3 4,5-6 6
Jawa Tengah
2. 24-RCP 01 (CW-02) Tambak Mulyo-Wawar Jalan, 38,6 38,6 4 6
Saluran dan
Jembatan
3. 24-RCP 02 (CW-03) Giriwoyo-Duwet Jalan dan 27,3 23,75 5,4 7
(Seksi-1) Saluran
4. 24-RCP 03 (CW-04) Wawar-Congot Jalan dan 24 14,13 4 6
Saluran
Kalimantan Barat
5. 30-RCP 01 (CW-05) Sosok-Tayan Jalan 46,1 41,6 6 6
Tanjung-Batas Kota Jalan 39 37,3 5,9 6
Sanggau
Tebas-Singkawang Jalan 3,6 3,6 5,5-7,2 6-7,2
(Section-1)
6.
30-RCP 02 (CW-06) Tebas-Singkawang Jalan 43,6 26,2 4,7 6
(Section-2)
Bypass Sambas Jalan 6,1 6,1 0 6
Galing-Tanjung Jalan 20,1 20,1 6 6
Harapan
Simpang Tanjung- Jalan dan 41,4 20 4,5 6
Galing (Section 1) Jembatan
Simpang Tanjung- Jalan dan 21,4 4 6
7. 30-RCP 03 (CW-07)
Galing (Section 2) Jembatan
Aruk (Batas Sarawak)- Jalan 11,3 11,2 6 6
Simpang Tanjung
Kalimantan Timur
Tanjung Selor- Jalan 12,9 12,8 6 6
Simpang Tiga Tanjung
Palas
8. 34-RCP 01 (CW-08)
Simpang Tiga Tanjung Jalan 22 22 6 6
Palas-Sekatak Buji
(Section-1)
Simpang Tiga Tanjung Jalan 65,1 65,1 6 6
9. 34-RCP 02 (CW-09) Palas-Sekatak Buji
(Section-2)
Simpang Tiga Apas- Jalan 45 45 6 6
10. 34-RCP 03 (CW-10)
Simanggaris (Seksi-1)
Simpang Tiga Apas- Jalan 33,1 33,1 6 6
Simanggaris (Seksi-2)
11. 34-RCP 04 (CW-11)
Simanggaris-Batas Jalan 14,5 14,5 6 6
Negara (Serudong)

9.3. KEBIJAKAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL


9.3.1. Peraturan Perundangan-undangan/Landasan Hukum
1) Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1960, tentang Peraturan
Dasar Pokok Pokok Agraria;
2) Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970, tentang Keselamatan
Kerja;
3) Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1990, tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Manual Manajemen Proyek 9-6


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

4) Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992, tentang Kesehatan


5) Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
6) Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003, tentang
Ketenagakerjaan;
7) Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya
Air;
8) Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
9) Undang-undang No. 19 Tahun 2004 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-
undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Menjadi Undang-undang.
10) Undang-Undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009, tentang Lalu - Lintas
dan Angkutan Jalan.
11) Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
12) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2007 tentang
Perkeretaapian.
13) Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
14) Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
15) Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
16) Peraturan Pemerintah RI No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas
jalan.
17) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1998 Tentang
Prasarana Dan Sarana Kereta Api.
18) Peraturan Pemerintah Republik Indoensia No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
19) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
20) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 tentang Jenis dan
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berasal Dari
Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Kepentingan Pembangunan Di Luar
Kegiatan Kehutanan Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan;
21) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan.
22) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Manual Manajemen Proyek 9-7


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

23) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan.
24) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas PP No.24 Tahun 2012 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
25) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
26) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 37 Tahun 2012 Pengelolaan
Kawasan Aliran Sungai.
27) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 71 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum.
28) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014, tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia No.71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaam Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum;
29) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 99 Tahun 2014, tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia No.71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaam Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum;
30) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 Tentang
Jenis dan Tarif AtasJenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementerian Lingkungan Hidup;
31) Keputusan Presiden Republik Indonesia No.32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung.
32) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Penundaan Pemberian Izin Baru Dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam
Primer Dan Lahan Gambut.
33) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 Tentang
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
34) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Th 2011 tentang Pedoman
Umum KLHS.
35) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2011 Tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan/ atau Kerusakan
Lingkungan Hidup.

Manual Manajemen Proyek 9-8


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

36) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang
Jenis Rencana Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
37) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
38) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak
Lingkungan Hidup.
39) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2013 Tentang Tata Laksana
Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penertbitan Izin
Lingkungan
40) Peraturan Menteri Kehutanan No. 19 Tahun 2004 Tentang Kolaborasi
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
41) Peraturan Menteri Kehutanan No. 148 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan.
42) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.16/Menhut-II/2014
tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
43) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: Pm. 36 Tahun 2011 Tentang
Perpotongan Dan/Atau Persinggungan Antara Jalur Kereta Api Dengan
Bangunan Lain.
44) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden No 36 Tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 65/2006 tentang perubahan atas
Peraturan Presiden No.36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
45) Peraturan Kepala BPN No.5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pengadaan
Tanah.
46) Keputusan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air.
47) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.KEP-48/MENLH/XI/1996
tentang Baku Tingkat Getaran.
48) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.KEP-49/MENLH/XI/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan.
49) Keputusan Kepala BAPEDAL No.Kep-056 Tahun 1994, tentang Pedoman
Penentuan Dampak Penting.

Manual Manajemen Proyek 9-9


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

50) Keputusan Kepala BAPEDAL No. 229 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis
Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL.
51) Safeguard Project Statement (SPS) ADB June 2009.
52) Petunjuk Praktis Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, Cetakan 1, Mei
2014, Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum.

9.3.2. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia


9.3.2.1. Penyaringan
Penyaringan lingkungan hidup bidang jalan menjelaskan (1) Perundang-
undangan dan Peraturan Lingkungan Hidup terkait persyaratan penyaringan
dalam menentukan jenis dokumen lingkungan hidup (AMDAL/UKL-UPL/SPPL)
serta perizinan lainnya yang dibutuhkan (misal: izin meningkatkan jalan di
kawasan hutan, mekanisme kolaborasi dll) sebelum dilaksanakannya pekerjaan
fisik. (2) Prosedur penyaringan. (3) Pelaporan hasil penyaringan.

1) Kriteria Rencana Pembangunan Jalan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL


Penentuan kegiatan jalan yang wajib dilengkapi AMDAL didasarkan atas
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
(i) Berdasarkan jenis dan skala/ besaran rencana kegiatan.
Kriteria jenis dan skala/ besaran rencana kegiatan jalan yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL mengacu pada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012, tercantum pada
Tabel 9.2.
(ii) Berdasarkan sensitifitas lingkungan di lokasi alinyemen jalan dan
sekitarnya.
Berdasarkan Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung. Pada dasarnya, semua jenis rencana
kegiatan pembangunan jalan yang melalui atau berbatasan langsung
dengan kawasan lindung dan daerah sensitif lain, potensial menimbulkan
dampak penting sehingga wajib dilengkapi AMDAL, walaupun skala/
besaran rencana kegiatannya tidak memenuhi kriteria yang tercantum
pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
No. 5 Tahun 2012.
Untuk mengetahui apakah kegiatan yang direncanakan berdekatan atau
berada pada kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011), Kawasan Lindung
(Keputusan. Presiden No.32 Tahun 1990) dan Kawasan Hutan Alam

Manual Manajemen Proyek 9 - 10


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Primer dan Lahan Gambut (Instruksi Presiden No.06 Tahun 2013). Untuk
jenis-jenis kawasan lindung dan daerah sensitif lainnya tercantum pada
Tabel 9.3.

Tabel 9.2. Kriteria Rencana Pembangunan Jalan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus


1. Pembangunan dan/atau peningkatan a. Luas wilayah kegiatan operasi
jalan tol yang membutuhkan produksi berkorelasi dengan luas
pengadaan lahan diluar RUMIJA penyebaran dampak
(ruang milik jalan) dengan
b. Memicu alih fungsi lahan
skala/besaran panjang (km) dan
skala/besaran luas pengadaan lahan beririgrasi teknis menjadi lahan
(ha): permukiman dan industri
a. Di kota metropolitan/besar c. Bangkitan lalu lintas, dampak
- Panjang jalan dengan luas lahan 5 km dengan pengadaan kebisingan getaran, emisi yang
pengadaan lahan; atau lahan >10 ha tinggi, gangguan visual dan
- Luas pengadaan lahan 30 ha dampak sosial

b. Di kota sedang a. Bangkitan lalu lintas, dampak


- Panjang jalan dengan luas 5 km dengan pengadaan kebisingan getaran, emisi yang
pengadaan lahan; atau lahan tinggi, gangguan visual dan
> 20 ha dampak sosial
- Luas pengadaan lahan 30 ha
b. Ahli fungsi lahan

c. Di pedesaan a. Bangkitan lalu lintas, dampak


- Panjang jalan dengan luas 5 km dengan pengadaan kebisingan getaran, emisi yang
pengadaan lahan; atau lahan >30 ha tinggi, gangguan visual dan
- Luas pengadaan lahan 40 ha dampak sosial
b. Ahli fungsi lahan

2. Pembangunan dan/atau peningkatan Bangkitan lalu lintas, dampak


jalan dengan pelebaran yang kebisingan, getaran, emisi
membutuhkan pengadaan lahan (di yang tinggi, gangguan visual
luar Rumija): dan dampak sosial
a. Di kota metropolitan/besar
- Panjang jalan dengan luas 5 km denganpengadaan
pengadaan lahan; atau lahan >20 ha
- Luas pengadaan lahan 30 ha
b. Di kota sedang
- Panjang jalan dengan luas 5 km dengan pengadaan
pengadaan lahan; atau lahan >30 ha
- Luas pengadaan lahan 40 ha

c. Pedesaan
- Panjang jalan dengan luas 5 km dengan pengadaan
pengadaan lahan; atau lahan >40 Ha
- Luas pengadaan lahan 50 ha
3. a. Pembangunan subway/ underpass, Berpotensi menimbulkan dampak
terowongan/ tunnel, jalan layang / > 2 km berupa perubahan kestabilan lahan
flyover, dengan panjang. (land subsidence), air tanah serta
b. Pembangunan jembatan, dengan > 500 m gangguan beupa dampak terhadap
panjang. emisi, lalu lintas, kebisingan, getaran,

Manual Manajemen Proyek 9 - 11


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus


gangguan pandangan, gangguan
jaringan prasarana sosial (gas, listrik,
air minum, telekomunikasi) dan
dampak sosial disekitar kegiatan
tersebut
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012

Tabel 9.3. Daftar Kawasan Lindung


No. Jenis Kawasan Lindung
1. Kawasan hutan lindung;
2. Kawasan bergambut; dan
3. Kawasan resapan air;
4. Sempadan pantai;
5. Sempadan sungai;
6. Kawasan sekitar danau atau waduk;
7. Suaka margasatwa dan suaka alam;
8. Cagar alam dan cagar alam laut;
9. Kawasan pantai berhutan bakau;
10. Taman nasional dan taman nasional laut;
11. Taman hutan raya;
12. Taman wisata alam dan taman wisata alam laut;
13. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk Daerah Karst Berair, Daerah
dengan Budaya Masyarakat Istimewa, Daerah Situs Lokasi Purbakala atau Peningkatan
Sejarah Bernilai Tinggi);
14. Kawasan cagar alam geologi ;
15. Kawasan imbuhan air tanah;
16. Sempadan mata air;
17. Kawasan perlindungan plasma nutfah;
18. Kawasan pengungsian satwa;
19. Terumbu karang; dan
20. Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi;
21. Kawasan Rawan Bencana.
B. Daerah Sensitif lain
22. Komunitas Rentan ( Komunitas Adat Terpencil dan Kelompok Miskin )
23. Daerah Pemukiman Padat
24. Daerah Komersial
25. Lahan Produktif
26. Daerah berlereng curam
Sumber: Lampiran: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012, Keputusan Presiden
No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan Peraturan Pemerintah No. 28
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

2) Kriteria Rencana Pembangunan Jalan yang Wajib Dilengkapi UKL-UPL


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab kegiatan yang
tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL). Kriteria jenis dan skala/ besaran kegiatan jalan yang wajib
dilengkapi UKL-UPL adalah yang tidak termasuk dalam Tabel 9.2. dan 9.3.
akan tetapi masuk dalam Konsep Revisi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Manual Manajemen Proyek 9 - 12


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

No.10 Tahun 2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau


Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan UKL/UPL (lihat Tabel 9.4.)

Tabel 9.4. Konsep Revisi Peraturan Menteri PU Nomor 10/PRT/M/2008 tentang


Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang pekerjaan
Umum yang wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan
hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL)

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran


1 Pembangunan dan/atau Peningkatan Jalan Tol Yang Membutuhkan Pengadaan Lahan Di Luar
Rumija (Ruang Milik Jalan) Dengan Skala/Besaran Panjang (km) dan Skala/Besaran Luas Pengadaan
Lahan (ha)
a. Di kota metropolitan/besar: a. 5 km denganpengadaan lahan<10 ha; atau
- Panjang jalan dengan luas b. < 5 km denganpengadaan lahan< 30 ha;
pengadaan lahan; atau
atau
- Luas pengadaan lahan < 30 ha
b. Di kota sedang: a. 5 km denganpengadaan lahan<20 ha; atau
- Panjang jalan dengan luas b. < 5 km denganpengadaan lahan< 30 ha;
pengadaan lahan; atau
atau
- Luas pengadaan lahan <30 ha

c. Di pedesaan: a. 5 km dengan pengadaan lahan<30 ha; atau


- Panjang jalan dengan luas b. < 5 km dengan pengadaan lahan< 40 ha;
pengadaan lahan; atau
Atau
- Luas pengadaan lahan <40 ha
2 Pembangunan dan/atau Peningkatan Jalan dengan Pelebaran yang Membutuhkan Pengadaan Lahan
(di Luar Rumija)
a. Di kota metropolitan/besar: a. 5 km dengan pengadaan lahan1 ha X< 20 ha; atau
- Panjang jalan dengan luas b. < 5 km denganpengadaan lahan1 ha X< 30 ha;
pengadaan lahan; atau
Atau
- Luas pengadaan lahan c. 1 ha X<20 ha
b. Di kota sedang: a. 5 km dengan pengadaan lahan1 ha X<30 ha; atau
- Panjang jalan dengan luas b. < 5 km denganpengadaan lahan1 ha X< 40 ha;
pengadaan lahan; atau
atau
- Luas pengadaan lahan 1 ha X< 30 ha
c. Di pedesaan: a. 5 km dengan pengadaan lahan 1 ha X<40 ha; atau
- Panjang jalan dengan luas b. < 5 km dengan pengadaan lahan1 ha X< 50 ha;
pengadaan lahan; atau
atau 1 ha X<40 ha
- Luas pengadaan lahan
Pembangunan Subway / Underpass, Jalan Layang / Flyover, Terowongan / Tunnel, dan Jembatan

a. Pembangunan < 2 km
subway/underpass,
terowongan/tunnel, jalan
layang/flyover, dengan panjang
b. Pembangunan/rehabilitasi/pengg a. Panjang bentang jembatan 100 m < Y 200
antian/duplikasi jembatan, m; atau
dengan panjang b. Panjang total jembatan 200 m < Z < 500
m

Keterangan:
1. Pembagian kawasan terdiri atas:
a. Metropolitan, dengan jumlah penduduk 1.000.000 jiwa.

Manual Manajemen Proyek 9 - 13


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

b. Kota besar, dengan jumlah penduduk > 500.000 s/d 999.999 jiwa.
c. Kota sedang, dengan jumlah penduduk > 100.000 s/d 500.000 jiwa
d. Kota kecil, dengan jumlah penduduk > 50.000 s/d 100.000 jiwa.
Kota kecil dikategorikan sama dengan pedesaan.
Sumber: PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
2. Kriteria untuk Penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan - Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) ini telah
menyesuaikan dengan kriteria yang lebih tinggi yaitu kriteria Penyusunan Dokumen AMDAL sesuai dengan Permen
Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki AMDAL.
3. Arti notasi:
a. X adalah luas pengadaan lahan (dalam hektar/ha)
b. Y adalah panjang bentang jembatan (dalam meter/m)
c. Z adalah panjang total jembatan (dalam meter/m)

Manual Manajemen Proyek 9 - 14


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Gambar 9.3. Bagan Alir Proses Penyaringan Lingkungan

Pemrakarsa Mengisi Ringkasan


Informasi Pekerjaan Jalan
(Lampiran 2-2)

Ya
Uji Keseuaian INPRES No.
6 Tahun 2013 tentang PIPIB - Tidak dapat diproses
- Ajukan pengusulan
RTR ke BAPPEDA

Tidak
Tidak
Uji Keseuaian RTRW

Ya

Uji Permeneg LHRI Ya


No.05/2012 tentang Jenis
Rencana Kegiatan yang
AMDAL

Tidak

Ya
Uji Lokasi Kegiatan Apakah
berada di dalam dan/atau
berbatasan langsung dengan
kawasa lindung ) PP No. 28 Thn 2011 ttg Pengelolaan Kw Suaka
Alam & Kw Pelestarian, Kawasan Lindung No.
32 Tahun 2012 Lampiran III)

Tidak +) Lakukan koordinasi/konsultasi dengan instansi


lingkungan
Ya
Apakah memiliki dampak
penting ) Konsep Revisi Permen PU No. 10/PRT/M/2008
ttg Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau
Keg. Bidang PU Yg Wajib Dilengkapi dgn
Tidak+) UKL/UPL

Wajib UKL- Wajib


UPL AMDAL

Sumber: Petunjuk Praktis Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan 2014 , Kementerian PU Ditjen Bina Marga, Dit
Bintek

Keterangan:
- PIPIB: Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (sesuai Inpres No.6 Tahun 2013 tentang Penundaan Pemberian
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan gambut)
- RTR : Rencana Tata Ruang
- BAPPEDA: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
- SPPL tidak berlaku untuk pekerjaan jalan dilihat dari jenis kegiatan

Manual Manajemen Proyek 9 - 15


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Penjelasan dari bagan alir pada gambar diatas adalah sebagai berikut:
a) Pemrakarsa mengisi ringkasan informasi awal atas rencana kegiatan
yang diusulkan. Informasi awal ini dapat diperoleh dari Kajian
Kelayakan Jalan (Feasibility Study) untuk rencana pembangunan
jalan baru ataupun data perencanaan awal lainnya maupun
perencanaan teknis rinci (DED) untuk rencana peningkatan jalan atau
pembangunan jalan baru.
b) Uji kesesuaian lokasi rencana dengan rencana tata ruang yang
berlaku. Apabila tidak sesuai maka kegiatan tidak dapat dilanjutkan.
c) Uji ringkasan informasi dengan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru
yang ditetapkan melalui Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2013
tentang Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB) (Peta dapat
diperoleh di Kementerian Kehutanan). Jika lokasi rencana kegiatan
tersebut berada dalam PIPIB kecuali untuk kegiatankegiatan tertentu
yang dikecualikan seperti yang tercantum dalam Inpres Nomor 6
Tahun 2013, maka dokumen tidak dapat diproses lebih lanjut.
Kesesuaian terhadap lokasi rencana kegiatan berdasarkan peta
indikatif penundaan izin baru yang tercantum dalam Inpres Nomor 6
Tahun 2013, berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung sejak Instruksi
Presiden ini dikeluarkan. Oleh karena itu, lokasi rencana kegiatan
yang berada dalam PIPIB, sebaiknya dialihkan ke lokasi alternatif
lainnya. (Peta PIPIB direvisi setiap 6 bulan sekali oleh Kementerian
Kehutanan).
d) Uji ringkasan informasi dengan daftar jenis rencana kegiatan yang
wajib memiliki AMDAL (Tabel 9.2). Jika rencana kegiatan yang
diusulkan; atau terdapat kegiatan pendukung atas kegiatan yang
diusulkan yang TERMASUK dalam daftar pada Tabel 9.2, maka
terhadap rencana kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib memiliki
AMDAL.
e) Jika rencana kegiatan yang diusulkan; atau terdapat kegiatan
pendukung atas kegiatan yang diusulkan TIDAK TERMASUK dalam
daftar pada Tabel 9.2, maka uji lokasi rencana kegiatan apakah lokasi
tersebut berada di dalam dan/ atau berbatasan langsung dengan
kawasan lindung.
f) Jika rencana kegiatan yang diusulkan; atau terdapat kegiatan
pendukung atas kegiatan yang diusulkan BERADA di dalam dan/atau

Manual Manajemen Proyek 9 - 16


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

berbatasan langsung dengan kawasan lindung, maka terhadap


rencana kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib memiliki AMDAL.
g) Jika rencana kegiatan yang diusulkan; atau terdapat kegiatan
pendukung atas kegiatan yang diusulkan TIDAK BERADA di dalam
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung, maka
periksa apakah kegiatan tersebut memiliki dampak penting terhadap
lingkungan sesuai Permeneg LH RI No. 5 Tahun 2012 Lampiran I
Butir I. Apabila hasil analisis dalam 10 tahun terakhirmenunjukkan
bahwa implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
dari jenis kegiatan dimaksud menimbulkan dampak lingkungan yang
tidak dikenali karakter dampaknya dan tidak tersedia ilmu
pengetahuan, teknologi dan tata cara untuk mengatasi dampak
penting negatifnya, maka kegiatan dimaksud yang semula tergolong
tidak wajib memiliki AMDAL dapat digolongkan sebagai usaha
dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL.
h) Jika rencana kegiatan yang diusulkan; atau terdapat kegiatan
pendukung atas kegiatan yang diusulkan TIDAK MEMILIKI DAMPAK
PENTING, maka terhadap rencana kegiatan yang diusulkan
disimpulkan wajib memiliki UKL-UPL.

1) Identifikasi Komponen Lingkungan Hidup dan Sosial yang Sensitif


Identifikasi karakteristik lingkungan dan sosial serta komponen lingkungan
hidup yang sensitif dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan yang
direncanakan berdekatan atau berada pada kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam (PP No. 28 Tahun 2011), Kawasan Lindung
(Kep. Pres. No.32 Tahun 1990) dan Kawasan Hutan Alam Primer dan
Lahan Gambut (Ins. Pres No.06Tahun 2013).

2) Format Laporan Hasil Penyaringan Lingkungan


Hasil penyaringan lingkungan disusun menjadi sebuah laporan sebagai
berikut :
a) Deskripsi rencana kegiatan dan rona lingkungan secara singkat.
b) Kesimpulan hasil penyaringan.
c) Alasan (dasar pertimbangan) kesimpulan.
d) Isu-isu pokok lingkungan.
e) Perkiraan biaya studi lingkungan selanjutnya.
f) Jadwal penyusunan studi lingkungan.
g) Jadwal rencana penyusunan desain teknis rinci.

Manual Manajemen Proyek 9 - 17


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

h) Jadwal rencana pembangunan fisik.

Pelaksanaan penyaringan lingkungan untuk jalan nasional sesuai Tugas


dan Fungsi (TUSI) dilakukan oleh Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan
Nasional sedangkan untuk jalan provinsi/kabupaten/kota dilakukan oleh
Instansi Perencanaan/Unit Perencanaan Jalan Pemda terkait. Sedangkan
untuk jalan tol dan jalan bebas hambatan serta jalan strategis nasional
ataupun hal yang bersifat khusus, penyaringan dapat dilakukan oleh
Direktorat Bina Teknik.

Hasil penyaringan untuk jalan nasional, berupa Laporan sebagaimana,


disampaikan kepada Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah dan
ditembuskan kepada:
a) Direktorat Bina Program, Ditjen Bina Marga (dengan maksud untuk
pemeriksaan Readines Criteria*) untuk kemudian diteruskan kepada
ADB.
b) Direktorat Bina Teknik, Ditjen Bina Marga (dengan maksud untuk
pendataan dan pembinaan)
Keterangan:
*) Readines Criteria merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi sebelum
pekerjaan fisik/konstruksi dilakukan, yaitu berupa:
1. Kesiapan perencanaan teknis rinci / detail engineering design(DED)
2. Izin Lingkungan dan/atau Dokumen Lingkungan untuk kegiatanyang
wajib dilengkapi AMDAL/UKL-UPL
3. Perizinan lainnya dan Perjanjian Kerjasama (kolaborasi) yang
diperoleh setelah Izin Lingkungan diterbitkan
4. Ketersediaan tanah/lahan.

9.3.2.2. Kelayakan Lingkungan dan Izin Lingkungan


Kelayakan lingkungan diterbitkan setelah dokumen KA-ANDAL, ANDAL,RKL
atau RPL melalui pengujian tahap kegiatan, uji kualitas dokumen dan telaahan
atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dari rencana kegiatan oleh
tim teknis.

Penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dilakukan melalui


penyelenggaraan rapat Komisi Penilai AMDAL (KPA) yang wajib dihadiri oleh :
- pemrakarsa atau wakil yang ditunjuk oleh pemrakarsa yang memiliki
kapasitas untuk pengambilan keputusan, yang dibuktikan dengan surat
penunjukan

Manual Manajemen Proyek 9 - 18


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

- ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen amdal (apabila tim penyusun
berhalangan hadir,wajib dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan
ketidakhadirannya)

Hasil kesimpulan dari rapat KPA dapat berupa :


1) Rencana kegiatan dinyatakan layak/tidak layak lingkungan hidup;
2) Rencana kegiatan dinyatakan layak lingkungan hidup namun terdapat
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota selaku pengambil keputusan.

A. Izin Lingkungan dan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup (PPLH)
1) Izin Lingkungan
Prosedur permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan didasarkan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
(Bab IV pasal 42-49) dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata Laksana dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin Lingkungan (pasal 24, 26, 28).
a) Prosedur Permohonan Izin Lingkungan
Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh
Pemrakarsa kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Permohonan Izin Lingkungan disampaikan bersamaan dengan
pengajuan penilaian Andal, RKL-RPL.
Uji administrasi permohonan Izin Lingkungan dilakukan
berdasarkan kelengkapan KA-Andal yang telah disetujui,
Dokumen Andal dan RKL-RPL, Dokumen pendirian kegiatan,
Deskripsi kegiatan.
Penerbitan Izin Lingkungan dilakukan secara bersamaan dengan
penerbitan surat keputusan kelayakan/ketidaklayakan lingkungan
hidup.
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan
kewenangan pemeriksaan, penerbitan SKKLH, dan penerbitan Izin
Lingkungan kepada: pejabat yang ditunjuk oleh Menteri; Kepala
Instansi Lingkungan Hidup Provinsi; atau Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.

Manual Manajemen Proyek 9 - 19


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

b) Prosedur Pengumuman Permohonan Izin Lingkungan


Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan, Menteri,
Gubernur, atau Bupati/Walikota wajib mengumumkan permohonan
Izin Lingkungan.
Pengumuman dilakukan melalui multimedia dan papan
pengumuman di lokasi kegiatan paling lama 5 (lima) hari kerja
terhitung sejak Andal, RKL-RPL yang diajukan dinyatakan lengkap
secara administrasi.
Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan
terhadap pengumuman dalam jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) hari kerja sejak diumumkan.
Saran, pendapat, dan tanggapan dapat disampaikan kepada
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Izin Lingkungan diterbitkan setelah dilakukannya pengumuman
permohonan Izin Lingkungan dan dilakukan bersamaan dengan
diterbitkannya SKKLH.
Izin Lingkungan paling sedikit memuat: persyaratan dan kewajiban
yang harus dipatuhi oleh penerima izin lingkungan yang dimuat
dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup, persyaratan dan
kewajiban yang ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota, dan berakhirnya Izin Lingkungan.
Dalam hal kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa wajib memiliki
izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Izin
Lingkungan mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup (PPLH) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Izin Lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin
kegiatan. Izin lingkungan ini masih berlaku selama kegiatan pada
ruas jalan tersebut ada, termasuk kegiatan-kegiatan pada pasca
konstruksi seperti kegiatan pemeliharaan.
Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Menteri, Gubernur,
atau Bupati/Walikota wajib diumumkan melalui media massa
dan/atau multimedia.
Pengumuman dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja
sejak diterbitkan.

Manual Manajemen Proyek 9 - 20


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Masa berlaku Izin Lingkungan, sesuai dengan Peraturan Menteri


Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata
Laksana dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta
Penerbitan Izin Lingkungan (pasal 17, ayat 1, huruf (h)), Izin
Lingkungan berlaku selama kegiatan berlangsung sepanjang tidak
ada perubahan atas kegiatan.

Apabila kegiatan yang telah memperoleh Izin Lingkungan


direncanakan untuk dilakukan perubahan, maka sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (pasal 50), pemrakarsa wajib mengajukan
permohonan perubahan Izin Lingkungan. Perubahan kegiatan yang
dimaksud meliputi:
Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;
Perubahan yang memenuhi kriteria:
- Perubahan spesifikasi teknik;
- Perubahan jenis konstruksi;
- Perubahan sarana kegiatan;
- Perubahan lahan kegiatan;
- Perubahan waktu atau durasi kegiatan;
- Kegiatan di dalam kawasan yang belum tercakup dalam Izin
Lingkungan;
- Perubahan kebijakan pemerintah;
- Perubahan lingkungan hidup yang mendasar akibat peristiwa
alam atau akibat lain.
Perubahan dampak dan/atau risiko terhadap lingkungan hidup
berdasarkan hasil kajian analisis risiko lingkungan hidup dan/atau
audit lingkungan hidup yang diwajibkan;
Tidak dilaksanakannya rencana kegiatan dalam jangka waktu 3
(tiga) tahun sejak diterbitkannya Izin Lingkungan.
Sebelum mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan,
pemrakarsa wajib mengajukan permohonan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup kepada Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Penerbitan
perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dilakukan
melalui penyusunan dan penilaian Amdal baru. Penerbitan

Manual Manajemen Proyek 9 - 21


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

perubahan Izin Lingkungan dilakukan bersamaan dengan


penerbitan perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup.

2) Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)


Apabila Izin Lingkungan diterbitkan sebagai prasyarat untuk mendapatkan
izin usaha dan/atau kegiatan, maka Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH) diterbitkan sebagai persyaratan yang
tercantum di dalam Izin Lingkungan dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

Izin PPLH sudah mulai diidentifikasi jumlah dan jenisnya pada saat
penyusunan dokumen lingkungan dan dimasukkan ke dalam RKL-RPL
berikut matriks RKL-RPL yang kemudian akan ditetapkan dalam Surat
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH) serta Izin Lingkungan.
Contoh Jenis Izin PPLH dapat dilihat pada Tabel 9.5 di bawah ini:

Tabel 9.5. Contoh jenis Izin PPLH


No. Jenis Perizinan No. Jenis Perizinan
1. Izin pembuangan limbah cair, 11. Izin dumping,
2. Izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi 12. Izin reinjeksi ke dalam formasi,
ke tanah,
3. Izin penyimpanan sementara limbah bahan 13. Izin venting,
berbahaya dan beracun (B3),
4. Izin pengumpulan limbah bahan berbahaya 14. Izin operasional alat berat
dan beracun (B3),
5. Izin pengangkutan limbah bahan 15. Izin laik operasi AMP
berbahaya dan beracun (B3),
6. Izin pemanfaatan limbah bahan 16. Izin lingkungan AMP
berbahaya dan beracun (B3),
7. Izin pengolahan limbah bahan 17. Izin Quarry
berbahaya dan beracun (B3),
8. Izin Penyimpanan sementara limbah bahan 18. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
berbahaya dan beracun (B3) (apabila melintasi hutan lindung)
9. Izin penimbunan limbah bahan berbahaya 19. Izin peningkatan jalan dalam
dan beracun (B3), kawasan Taman Nasional
Izin PPLH diterbitkan sebelum dimulainya
kegiatan dimana merupakan
10. Izin pembuangan air limbah ke laut,

Izin PPLH diterbitkan sebelum dimulainya kegiatan dimana merupakan


persyaratan teknis yang lebih rinci seperti indeks atau parameter
lingkungan kuantitatif, kewajiban kelola dan pantau lingkungan untuk
menjamin tercapainya PPLH, dan masa berlaku PPLH (Sumber: Biro
hukum dan Humas Kementerian Lingkungan Hidup).

Manual Manajemen Proyek 9 - 22


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Pelanggaran terhadap izin lingkungan maupun Izin PPLH dapat


menyebabkan pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan atas
rekomendasi Menteri Lingkungan Hidup

9.3.2.3. Perizinan Terkait Kawasan Hutan


Pembukaan hutan diperlukan sesuai dengan peraturan kehutanan jika proyek
berada dalam kawasan lindung. Proyek diwajibkan untuk mengajukan
permohonan izin dari Kementerian Kehutanan. Undang-undang Kehutanan,
menyebutkan bahwa untuk melaksanakan setiap proyek dengan "status prioritas"
dan "dengan tidak ada alternatif lain selain menggunakan hutan", "hanya dalam
situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga tidak akan ada efek lingkungan
yang merugikan dengan menerapkan skema tersebut", dapat diberikan izin untuk
menggunakan beberapa bagian dari hutan (hutan lindung/hutan produksi) untuk
melaksanakan proyek tersebut. Peraturan tersebut juga mensyaratkan bahwa
semua biaya yang berkaitan dengan pembukaan hutan, transportasi ke lokasi
dan pekerjaan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan ditanggung oleh
proyek itu sendiri.

Penggunaan hutan dapat dilaksanakan setelah mendapatkan Izin Pinjam Pakai


Kawasan Hutan. Prosedur dan persyaratan untuk Hutan disewa secara jelas
diuraikan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.16/Menhut-II/2014
tentang Pedoman tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Peraturan ini
menyebutkan bahwa dalam rangka untuk kepentingan umum, beberapa bagian
hutan (hutan produksi dan hutan lindung) dapat digunakan untuk keperluan lain.
Beberapa persyaratan administratif dan teknis yang dibutuhkan untuk penerbitan
izin pinjam pakai, seperti kompensasi, dokumen-dokumen dan lain-lain..

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan


kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan
strategis yang tidak dapat dielakkan, termasuk kegiatan pembangunan jalan
umum dan jalan tol.

Perizinan untuk infrastruktur yang melintasi kawasan hutan harus dilengkapi


dengan Izin Lingkungan yang diterbitkan oleh Menteri Lingkungan Hidup atau
Kepala Daerah.

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan


kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan

Manual Manajemen Proyek 9 - 23


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

strategis yang tidak dapat dielakkan, termasuk kegiatan pembangunan jalan


umum dan jalan tol.

Penggunaan kawasan hutan dapat dilakukan di dalam:


1. kawasan hutan produksi; dan/atau
2. kawasan hutan lindung.

Pada dasarnya kegiatan pembangunan jalan tidak diijinkan apabila melintasi


kawasan konservasi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990
Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya mengatur
bahwa :
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam. (pasal 19 ayat 1)
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional. (pasal 35 ayat 1)
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan
fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan
raya, dan taman wisata alam (pasal 35 ayat 3)

Selain mengacu pada peta kawasan hutan, rencana pembangunan atau


peningkatan jalan juga harus mengacu kepada Instruksi Presiden (Inpres)
No.10/2011 tentang Penundaan Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola
Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut atau lebih dikenal sebagai Moratorium,
yang dituangkan ke dalam Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru
(PIPIB). Inpres No. 10/2011 yang berakhir pada Mei 2013 telah dilanjutkan oleh
Inpres No. 6/2013 dengan isi serupa, tentang Penundaan Izin Baru dan
Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut.

Kedua Inpres ini bertujuan memberikan kesempatan bagi Kementerian dan


Lembaga terkait untuk melakukan berbagai upaya penyempurnaan tata kelola
hutan dan lahan gambut untuk menurunkan emisi dari deforestasi dan degradasi
hutan selama jangka waktu tertentu. Peta Indikatif ini direvisi setiap enam bulan
sekali melalui pembahasan Tim Teknis Gabungan Pembuatan PIPIB.

Tim ini beranggotakan Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Badan


Pertanahan Nasional, Badan Informasi Geospasial, dan Unit Kerja Presiden
bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP) serta
masukan dari para pihak terkait lainnya.

Manual Manajemen Proyek 9 - 24


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Sebelum memulai kegiatan infrastruktur jalan yang bersinggungan atau melintas


di dalam kawasan hutan, yang meliputi kegiatan pemeliharaan, pelebaran di
dalam rumija, rehabilitasi dan peningkatan, diperlukan koordinasi dengan Balai
Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Kementerian Kehutanan, yang
berwenang dalam pengelolaan hutan pada suatu wilayah. Juga, diperlukan
konsultasi dengan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)/ atau Ditjen
Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan untuk memperoleh peta kawasan
hutan yang paling mutakhir dan untuk mengetahui apakah trase pada rencana
pembangunan atau peningkatan jalan melewati kawasan hutan. BPKH adalah
unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan
Kementerian Kehutanan Indonesia. Lembaga ini memiliki tugas melaksanaan
pemantapan kawasan hutan, penilaian perubahan status dan fungsi hutan, serta
penyajian data dan informasi sumberdaya hutan.

Perkiraan kawasan hutan yang akan dilalui oleh rencana trase jalan sudah harus
diketahui sejak tahap perencanaan teknis awal (Studi Kelayakan). Apabila telah
diindikasikan bahwa trase jalan akan melewati kawasan hutan, B(B)PJN atau
Direktorat Bina Teknik atau pemrakarsa lainnya di lingkungan Ditjen Bina Marga
sebagai penanggungjawab penyiapan dokumen lingkungan (AMDAL/UKL UPL)
perlu Mengajukan Permohonan Telaahan Kawasan Hutan Lindung/Konservasi
kepada Instansi Kehutanan (Balai Pemantapan Kawasan Hutan /BPKH) untuk
mendapatkan kepastian luas kawasan hutan yang akan terkena rencana jalan.
Pengajuan Telaahan Kawasan Hutan ini dapat dilakukan bersamaan dengan
proses AMDAL/UKL UPL, tapi harus setelah mendapatkan kepastian titik-titik
koordinat trase jalan, lebar rumija, jenis konstruksi yang akan menjadi bagian dari
keseluruhan jalan, rencana kegiatan yang menggambarkan: trase jalan, rumija,
jenis konstruksi, tahapan pembangunan, rencana/upaya pengelolaan lingkungan
dan rencana/upaya pemantauan lingkungan), karena proses telaahan di Instansi
Kehutanan memerlukan koordinat rencana trase jalan yang pasti. Berdasarkan
hasil telaahan kawasan hutan dari BPKH, maka

B(B)PJN dan/atau Dit. Bina Teknik atau pemrakarsa di lingkungan Ditjen Bina
Marga kemudian menindaklanjuti prosedur perizinan kehutanan yang diperlukan.
Perizinan untuk infrastruktur yang melintasi kawasan hutan harus dilengkapi
dengan Izin Lingkungan yang diterbitkan oleh Menteri Lingkungan Hidup atau
Kepala Daerah.

Manual Manajemen Proyek 9 - 25


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Penyelenggaraan jalan di kawasan hutan bisa melalui dua macam prosedur


perizinan yaitu:
1) Rencana kegiatan yang akan melalui hutan lindung, dan/atau hutan produksi,
maka rencana kegiatan ini perlu proses izin pinjam pakai kawasan hutan.
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, yaitu penggunaan atas sebagai kawasan
hutan kepada pihak lain untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan tanpa mengubah status, peruntukan dan fungsi kawasan hutan.
Objek pinjam pakai kawasan hutan yang dapat diberikan izin yaitu hanya
kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung.
Tujuan izin pinjam pakai adalah membatasi dan mengatur pengunaan
sebagian kawasan hutan untuk kepentingan strategis atau kepentingan
umum terbatas di luar sektor kehutanan tanpa mengubah status, fungsi dan
peruntukan kawasan hutan, serta menghindari terjadinya enclave di dalam
kawasan hutan.
2) Rencana kegiatan yang melalui kawasan cagar alam, suaka alam, dan
daerah hutan konservasi lainnya diperlukan proses kolaborasi.
Kolaborasi dalam rangka pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam adalah proses kerjasama yang dilakukan oleh para pihak
yang bersepakat atas dasar prinsip-prinsip saling menghormati, saling
menghargai, saling percaya dan saling memberikan kemanfaatan.
Kolaborasi hanya dapat dilakukan apabila jalan sudah ada sebelum
penetapan kawasan cagar alam, suaka alam, dan daerah hutan konservasi
lainnya.

Berikut ini diuraikan prosedur penggunaan kawasan hutan.


a. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) adalah izin yang diberikan untuk
menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan.
1) Prosedur pengajuan permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH).
Permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) untuk
penyelenggaraan jalan diajukan kepada Menteri Kehutanan oleh Menteri
Pekerjaan Umum, atau Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan
status kewenangan penyelenggaraan infrastruktur jalan yang disiapkan.

Manual Manajemen Proyek 9 - 26


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Ketentuan mengenai izin pinjam pakai kawasan hutan tertuang dalam


Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.16/Menhut-II/2014 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
2) Prosedur IPPKH di dalam Kementerian Kehutanan hingga terbit
Persetujuan prinsip.
Setelah seluruh persyaratan IPPKH diserahkan ke Kementerian
Kehutanan, B(B)PJN dan/atau Dit. Bina Teknik atau pemrakarsa lainnya
di lingkungan Ditjen Bina Marga selaku perwakilan Kementerian PU
sebagai pemohon dapat memantau perkembangan proses perizinannya
di internal Kementerian Kehutanan sesuai dengan Peraturan Menteri
Kehutanan No. P.16/Menhut-II/2014 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan, dimana diperlukan waktu hingga 90 hari kerja untuk
menerbitkan izin prinsip kehutanan.
3) Pemenuhan Kewajiban Persetujuan Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan.
Persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan adalah persetujuan
penggunaan sebagian kawasan hutan yang memuat ketentuan dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon sebagai dasar untuk
diterbitkan izin pinjam pakai kawasan hutan. Persetujuan prinsip
penggunaan kawasan hutan diberikan selama 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang. Setelah terbitnya surat persetujuan prinsip penggunaan
kawasan hutan, B(B)PJN atau unit pelaksana teknis lainnya selaku
penanggungjawab kegiatan konstruksi perlu memenuhi kewajiban yang
tertuang dalam persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan.
4) Prosedur Penerbitan IPPKH Setelah Persetujuan Prinsip Penggunaan
Kawasan Hutan.
Setelah mendapatkan persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan,
maka B(B)PJN atau unit pelaksana teknis lainnya, selaku pemrakarsa
kegiatan konstruksi jalan harus melakukan pemenuhan kewajiban
persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan. Berdasarkan
pemenuhan kewajiban dalam persetujuan prinsip penggunaan kawasan
hutan yang telah dilakukan, B(B)PJN menyiapkan pengajuan permohonan
penerbitan IPPKH dari Menteri PU kepada Menteri Kehutanan. Setelah
menyerahkan permohonan penerbitan IPPKH melalui loket informasi
perizinan di bidang kehutanan sebagaimana dijelaskan pada butir 10 di
atas, B(B)PJN dapat memantau prosedur yang berlangsung di

Manual Manajemen Proyek 9 - 27


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Kementerian Kehutanan selama 90 (sembilan puluh) hari kerja hingga


terbitnya IPPKH
5) Kewajiban Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
B(B)PJN atau unit pelaksana teknis lainnya, selaku pemrakarsa kegiatan
konstruksi jalan yang mewakili Menteri PU sebagai pemegang IPPKH
untuk penyelenggaran jalan, memiliki kewajiban:
a) melaksanakan reboisasi pada lahan kompensasi bagi pemegang izin
pinjam pakai kawasan hutan dengan kewajiban menyediakan lahan
kompensasi;
b) melaksanakan reklamasi dan revegetasi pada kawasan hutan yang
sudah tidak dipergunakan tanpa menunggu selesainya jangka waktu
izin pinjam pakai kawasan hutan;
c) memenuhi kewajiban keuangan sesuai peraturan perundang-
undangan, meliputi:
(1) Membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak Penggunaan
Kawasan Hutan;
(2) Membayar penggantian nilai tegakan, Provisi Sumber Daya
Hutan (PSDH), Dana Reboisasi (DR);
(3) Membayar ganti rugi nilai tegakan kepada pemerintah apabila
areal yang dimohon merupakan areal reboisasi;
(4) Mengganti biaya investasi pengelolaan/pemanfaatan hutan
kepada pengelola/pemegang izin pemanfaatan hutan apabila
kawasan hutan yang diberikan izin pinjam pakai kawasan hutan
berada pada areal yang telah dibebani izin pemanfaatan
hutan/pengelolaan;
d) melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai
sesuai ketentuan sebagai berikut, sebagai contoh dari Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.16/Menhut-II/2014 Pasal 6 huruf b:
(1) penggunaan untuk nonkomersial dikenakan kompensasi
membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan dan melakukan
penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai
dengan ratio 1:1;
(2) penggunaan untuk komersial dikenakan kompensasi membayar
PNBP Penggunaan Kawasan Hutan dan melakukan penanaman
dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai dengan ratio 1:1
ditambah dengan luas rencana areal terganggu dengan kategori

Manual Manajemen Proyek 9 - 28


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

L3. penanaman tersebut di atas dilaksanakan sebelum jangka


waktu izin pinjam pakai kawasan hutan berakhir;
e) melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar areal izin pinjam pakai
kawasan hutan;
f) melakukan pemeliharaan batas areal pinjam pakai kawasan hutan;
g) melaksanakan perlindungan hutan sesuai peraturan perundang-
undangan;
h) mengamankan kawasan hutan konservasi dan hutan lindung dalam
hal areal pinjam pakai kawasan hutan berbatasan dengan kawasan
hutan konservasi dan hutan lindung, dan berkoordinasi dengan:
(1) Kepala Balai Besar/Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang
membidangi urusan kawasan hutan konservasi, untuk kawasan
hutan konservasi;
(2) Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi urusan
kehutanan atau Direktur Utama Perum Perhutani pada wilayah
kerja Perum Perhutani, untuk kawasan hutan lindung; atau
(3) Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dalam hal sudah
terbentuk KPH di wilayah tersebut;
i) memberikan kemudahan bagi aparat kehutanan baik pusat maupun
daerah pada saat melakukan monitoring dan evaluasi di lapangan;
j) mengkoordinasikan kegiatan kepada instansi kehutanan setempat
dan/atau kepada pemegang izin pemanfaatan hutan atau pengelola
hutan;
k) menyerahkan rencana kerja pemenuhan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada butir a sampai dengan butir h, selambat-lambatnya
100 (seratus) hari kerja setelah ditetapkan keputusan izin pinjam
pakai kawasan hutan;
l) membuat laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada
Menteri mengenai penggunaan kawasan hutan yang dipinjam pakai,
dengan tembusan:
(1) Direktur Jenderal Planologi Kehutanan;
(2) Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan;
(3) Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam;
(4) Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Perhutanan Sosial;

Manual Manajemen Proyek 9 - 29


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

(5) Kepala Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi


kehutanan;
(6) Direktur Utama Perum Perhutani, apabila berada dalam wilayah
kerjanya;
(7) Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan; dan
(8) Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Laporan mengenai penggunaan kawasan hutan yang dipinjam pakai,


memuat:
rencana dan realisasi penggunaan kawasan hutan;
rencana dan realisasi reklamasi dan revegetasi;
rencana dan realisasi reboisasi lahan kompensasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
pemenuhan kewajiban membayar Penerimaan Negara Bukan
Pajak Penggunaan Kawasan Hutan;
rencana dan realisasi penanaman dalam wilayah daerah aliran
sungai sesuai peraturan perundang-undangan; dan
pemenuhan kewajiban lainnya sesuai izin pinjam pakai kawasan
hutan.
Pelaporan dilakukan selama jangka waktu IPPKH berlaku.

b. Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian


Alam
Peraturan Menteri Kehutanan No. 19 Tahun 2004 tentang Kolaborasi
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam menjadi
acuan pelaksanaan apabila rencana jalan akan melintasi Taman Nasional
(dan kawasan sejenisnya) yang merupakan hutan konservasi, jalan yang
akan dibangun harus sangat dibutuhkan untuk kepentingan umum (membuka
daerah terisolir, menghubungkan kawasan pemukiman (adat) yang
sebelumnya sudah ada di kawasan Taman Nasional.

Bila tidak, maka trase jalan harus menghindari kawasan taman nasional,
sesuai dengan ketentuan pada pasal 3 PP 24 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan yang menyebutkan bahwa penggunaan
kawasan hutan hanya diizinkan di dalam kawasan hutan produksi dan/atau
kawasan hutan lindung.

Permohonan untuk pembangunan infrastruktur jalan/kegiatan berkaitan


dengan jalan pada Taman Nasional atas sejenisnya dilaksanakan oleh

Manual Manajemen Proyek 9 - 30


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Menteri Pekerjaan Umum (atau Dirjen Bina Marga atas nama Menteri
Pekerjaan Umum) melalui surat yang ditujukan kepada Menteri Kehutanan
dengan persyaratan yang sama dengan untuk izin pinjam pakai kawasan
hutan.

Kementerian Kehutanan akan mengundang untuk menjelaskan rencana


kegiatan dan jenis konstruksi yang akan dibangun. Hasil dari diskusi
menghasilkan kajian lebih lanjut yang diperlukan, misalnya flora dan fauna
atau ekosistem yang ada pada kawasan tersebut, jenis konstruksi jalan atau
jenis konstruksi lainnya untuk pengamanan kawasan. Kajian ini menjadi
acuan penerbitan kesepakatan para pihak yang dituangkan dalam naskah
kolaborasi untuk mengakomodir kegiatan pembangunan jalan tersebut.

Naskah kolaborasi berisikan kesepakatan para pihak yaitu antara pelaksana


kegiatan konstruksi (Kepala B(B)PJN Kementerian PU) dengan Kepala Balai
Taman Nasional (TN) atau Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(KSDA), Kepala Pemerintah Daerah (sesuai dengan wilayah yang dilintasi
rencana jalan), dan diketahui oleh Dirjen masing-masing.
1) Ketentuan Kolaborasi
Para pihak yang dapat terlibat dalam Kolaborasi Kawasan Konservasi,
antara lain :
a) Pemerintah Pusat termasuk Kepala Unit Pelaksana Teknis Taman
Nasonal/Konservasi Sumber Daya Alam (UPT TN /KSDA)
b) Pemerintah Daerah
c) Kelompok Masyarakat setempat
d) Perorangan baik dari dalam maupun luar negeri
e) Lembaga Swadaya Masyarakat setempat, nasional, dan internasional
yang bekerja di bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
f) BUMN, BUMD, BUMS, atau
g) Perguruan Tinggi/lembaga ilmiah/lembaga pendidikan

Dalam proses terwujudnya kolaborasi pengelolaan Kawasan Suaka Alam


dan Kawasan Pelestarian Alam masing-masing pihak sebagaimana
dimaksud di atas dapat bertindak sebagai inisiator, fasilitator maupun
pendampingan.

Kriteria para pihak selain pengelola Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam sebagaimana dimaksud di atas yang dapat
berkolaborasi antara lain:

Manual Manajemen Proyek 9 - 31


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

a) Merupakan representasi dari pihak-pihak yang berkepentingan atau


peduli terhadap kelestarian Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam.
b) Memiliki perhatian, keinginan dan kemampuan untuk mendukung
pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Dukungan para pihak sebagaimana dimaksud di atas dalam melakukan


kolaborasi dapat berupa :
a) Sumberdaya manusia
b) Sarana dan prasarana
c) Data dan informasi
d) Dana, atau
e) Dukungan lain sesuai kesepakatan bersama.

Pelaksanaan kolaborasi oleh para pihak sebagaimana dimaksud di atas


dituangkan secara tertulis dalam bentuk kesepakatan bersama yang
berisi materi-materi kesepakatan, antara lain :
a) Kegiatan-kegiatan pengelolaan suatu Kawasan Suaka Alam dan atau
Kawasan Pelestarian Alam yang akan dikolaborasikan;
b) Dukungan, hak dan kewajiban masing-masing pihak;
c) Jangka waktu kolaborasi;
d) Pengaturan sarana dan prasarana yang timbul akibat adanya
kolaborasi setelah jangka waktu berakhir.

Pelaksanaan kolaborasi pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan


Pelestarian Alam dalam bentuk kesepakatan bersama sebagaimana
dimaksud di atas mencakup tahapan :
a) Persiapan pelaksanaan;
b) Pelaksanaan kolaborasi;
c) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi.

Persiapan pelaksanaan kolaborasi berupa :


a) Melakukan inventarisasi dan identifikasi atas jenis kegiatan
pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
yang akan dikolaborasikan.
b) Koordinasi dan konsultasi antara para pihak.
c) Penandatangan kesepakatan bersama.

Manual Manajemen Proyek 9 - 32


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Kolaborasi dilaksanakan dengan ketentuan :


a) Dapat membentuk kelembagaan guna memperlancar pelaksanaan
kolaborasi.
b) Menyusun perencanaan kegiatan sesuai jangka waktu kesepakatan.
c) Melaksanakan kegiatan sesuai rencana.
d) Monitoring dan evaluasi.

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kolaborasi dilakukan dengan


ketentuan :
a) Melakukan monitoring secara bersama agar kegiatan dapat mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
b) Melakukan evaluasi secara bersama pada setiap akhir suatu kegiatan
untuk mengetahui pencapaian hasil kolaborasi.

Seluruh kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan menjadi proses


pembelajaran bersama, sebagai masukan untuk meningkatkan aktivitas
dan efektivitasnya.

Kolaborasi pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian


Alam dapat dilaksanakan dengan ketentuan:
a) Tidak mengubah status Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam sebagai kawasan konservasi,
b) Kewenangan penyelenggaraan pengelolaan Kawasan Suaka Alam
dan Kawasan Pelestarian Alam tetap berada pada Menteri
Kehutanan,
c) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka kolaborasi yang dilakukan tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip kolaborasi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang konservasi.

Pendanaan pelaksanaan kegiatan kolaborasi pengelolaan Kawasan


Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam didasarkan pada
kesepakatan antar para pihak yang tidak berasal dari hutang dan tidak
mengikat.

Kolaborasi pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian


Alam berakhir apabila :
a) Jangka waktu kolaborasi telah habis,
b) Berdasarkan kesepakatan para pihak untuk mengakhiri kolaborasi
sebelum jangka waktu habis.

Manual Manajemen Proyek 9 - 33


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

2) Pelaporan
a) Para pihak yang berkolaborasi melaporkan hasil kegiatan kolaborasi
pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(KSDA) secara periodik kepada Kepala Balai TN/ Balai KSDA yang
bertindak bukan sebagai pihak yang berkolaborasi.
b) Kepala Balai TN/ Balai KSDA wajib membantu dan memfasilitasi
kelancaran proses penyusunan dan memantau langsung untuk
mengetahui kebenaran Laporan Periodik Hasil Kegiatan Kolaborasi.
c) Kepala Balai TN/ Balai KSDA berdasarkan laporan sebagaimana
dimaksud dalam butir a, melaporkan keluaran dan manfaat (outcome)
kegiatan kolaborasi, serta saran dan rekomendasi untuk
meningkatkan kinerja kolaborasi kepada Direktur Jenderal PHKA.

3) Jenis-jenis kegiatan yang dapat dikolaborasikan


Jenis-jenis kegiatan yang dapat dikolaborasikan dalam rangka
pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
adalah:
a) Penataan Kawasan
(1) Dukungan dalam rangka percepatan tata batas
kawasan/pemeliharaan batas.
(2) Penataan Zonasi.
b) Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan atau
Kawasan Pelestarian Alam
c) Pembinaan Daya Dukung Kawasan
(1) Inventarisasi/ monitoring flora fauna dan ekosistem.
(2) Pembinaan populasi dan habitat jenis.
(3) Monitoring populasi dan habitat jenis.
(4) Rehabilitasi kawasan di luar cagar alam dan zona inti taman
nasional.
d) Pemanfaatan Kawasan
(1) Pariwisata alam dan jasa lingkungan
Studi potensi dan obyek wisata alam dan jasa lingkungan
Perencanaan aktivitas wisata alam
(2) Pendidikan bina cinta alam dan interpretasi
Menyusun program interpretasi
Pengembangan media, sarana-prasarana interpretasi
e) Penelitian dan Pengembangan

Manual Manajemen Proyek 9 - 34


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

(1) Pengembangan program penelitian flora, fauna dan


ekosistemnya
(2) Identifikasi/ inventarisasi sosial, budaya masyarakat
f) Perlindungan dan Pengamanan Potensi Kawasan
(1) Penguatan pelaksanaan perlindungan dan pengamanan
(2) Penguatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
g) Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam rangka mendukung
pengelolaan KSA dan KPA
(1) Pendidikan dan Pelatihan terhadap petugas.
(2) Pendidikan dan Pelatihan terhadap masyarakat setempat.
h) Pembangunan Sarana dan Prasarana dalam rangka menunjang
pelaksanaan kolaborasi
(1) Sarana pengelolaan
(2) 2. Sarana pemanfaatan
i) Pembinaan Partisipasi Masyarakat
(1) Program peningkatan kesejahteraan masyarakat
(2) Program peningkatan kesadaran masyarakat

9.3.2.4. Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali


1) Kegiatan Konsultasi Masyarakat
Pemerintah Indonesia telah menetapkan serangkaian kegiatan konsultasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pengadaan tanah yang relevan dengan
perencanaan dan desain proyek jalan, yaitu:
a. Konsultasi pada saat persiapan suatu program jalan nasional dan pada
saat perencanaan dan desain untuk setiap ruas jalan
b. Konsultasi untuk pengadaan tanah dan kompensasi terhadap tanah,
bangunan, dan aset yang tidak bergerak lainnya
c. Konsultasi untuk pemukiman kembali
d. Konsultasi untuk rehabilitasi

Konsultasi pada tahapan persiapan dapat berupa kegiatan pemberitahuan


rencana pembangunan kepada masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung. Contoh pada saat penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah, konsultasi publik dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan tentang
lokasi rencana pembangunan tersebut dari Pihak yang berhak, dan
pengumuman penetapan lokasi pembangunan.

Manual Manajemen Proyek 9 - 35


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Konsultasi pada tahapan pelaksanaan pengadaan tanah dapat berupa


kegiatan pemberitahuan kepada yang berhak melalui kepala desa/lurah;
pemberitahuan rencana dan jadwal pelaksanaan pengumpulan data, pihak
yang berhak dan obyek pengadaan tanah; dan pengumuman hasil
inventarisasi dan identifikasi; serta pelaksanaan musyawarah antara
Pelaksana Pengadaan Tanah (atau Panitia Pengadaan Tanah) dengan Pihak
yang berhak untuk menetapkan bentuk dan besarnya ganti kerugian, dan
pelaksanaan musyawarah penetapan rencana lokasi tanah pengganti atau
permukiman kembali (jika ada).

2) Pengadaan Tanah dan Ganti Kerugian


Proses kegiatan pengadaan tanah untuk paket-paket Program RRDP yang
telah dimulai sebelum waktu mulai berlakunya Peraturan Presiden No. 71
Tahun 2012 (7 Agustus 2012) dilaksanakan sesuai Peraturan Presiden No.
36 Tahun 2005 Jo Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 dengan batas
akhir penyelesaiannya 31 Desember 2014. Sementara itu, proses kegiatan
pengadaan tanah untuk paket-paket Program RRDP yang akan dimulai akan
mengacu kepada Undang-Undang No. 2 Tahun 2012, Peraturan Presiden
No. 71 Tahun 2012 dan Peraturan Kepala BPN No 5 Tahun 2012.

Pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum (termasuk


pembangunan jalan) yang luasnya tidak lebih dari 1 (satu) hektar dapat
dilakukan langsung oleh Instansi yang memerlukan tanah dengan para
pemegang hak atas tanah, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau
cara lain yang disepakati kedua belah pihak. Jika pelaksanaan pengadaan
tanah dengan luasan lebih dari 1 (satu) hektar dilakukan oleh Panitia
Pengadaan Tanah (Perpres No. 36/2005 Jo Perpres No. 65/2006) atau
Pelaksana Pengadaan Tanah/BPN (Perpres No. 71/2012).

Pemerintah Indonesia telah menetapkan peraturan tentang proses


pengadaan tanah termasuk kelayakan ganti kerugian. Pada pasal 5 Undang-
Undang No. 2 Tahun 2012 bahwa Pihak yang berhak wajib melepaskan
tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum
setelah pemberian ganti kerugian. Pada pasal 6 Undang-Undang No. 2
Tahun 2012 bahwa kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum
diselenggarakan oleh Pemerintah.

Di dalam Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 Jo Peraturan Presiden No


65 Tahun 2006 mensyaratkan penyelenggaraan konsultasi masyarakat dan

Manual Manajemen Proyek 9 - 36


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

persetujuan kesepakatan atas ganti rugi yang layak atas tanah dan hak milik
tak bergerak lainnya. Juga di dalam Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012
bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan dengan
pemberian ganti kerugian yang layak dan adil.

Ketentuan pokok pengadaan tanah dan ganti kerugian menurut Peraturan


Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah
dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan tanah,
bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah
(Perpres 36/2005). Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan
tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak kepada pihak yang
berhak. Pihak yang berhak pada pasal 17 ayat (2) Perpres 71/2012)
adalah Pihak yang menguasai atau memiliki obyek pengadaan tanah.
b. Seluruh warga yang terkena proyek akan menerima ganti kerugian untuk
seluruh tanah dan bangunan berdasarkan nilai nyata. Dalam Peraturan
Presiden No. 36 Tahun 2005, nilai nyata untuk tanah akan ditentukan
berdasarkan NJOP tahun berjalan berdasarkan penetapan oleh Tim
Penilai Harga Tanah, nilai jual bangunan ditaksir oleh perangkat daerah
yang bertanggung jawab di bidang bangunan, dan nilai jual tanaman
ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang
pertanian. Dalam Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012, penetapan
besarnya nilai ganti kerugian dilakukan oleh Ketua Pelaksana Pengadaan
Tanah berdasarkan hasil penilaian Jasa Penilai. Penilaian besarnya ganti
kerugian bidang per bidang yang dilakukan oleh Penilai meliputi tanah,
ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang
berkaitan dengan tanah, kerugian lain yang dapat dinilai.
c. Peraturan lainnya adalah Surat Edaran Badan Pertanahan Nasional No
3127/15.1-300/VII/2009, yang menentukan tingkat kompensasi; Peraturan
Badan Pertanahan Nasional Nomor 1/2010 yang mengatur jangka waktu
untuk sertifikasi lahan yang tersisa setelah pembayaran kompensasi;
Undang-Undang Jalan Nomor 38/2004 yang mengakui orang-orang yang
menempati tanah negara (Tanah Negara), termasuk penghuni liar; dan
UU Nomor 9/2009 tentang Ketahanan Pangan, yang mengharuskan pihak
memperoleh lahan produktif untuk memberikan penggantian lahan tiga
kali lebih besar dari lahan produktif yang dibebaskan.

Manual Manajemen Proyek 9 - 37


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

3) Pemukiman Kembali
Pada Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 Jo Peraturan Presiden No. 65
tahun 2006 disebutkan bahwa salah satu bentuk ganti rugi adalah
pemukiman kembali tetapi tidak ada penjelasan tentang pelaksanaannya
secara rinci. Demikian juga dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 3/2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden No
36/2005 belum mengatur prosedur yang rinci untuk pemukiman kembali bagi
warga terkena proyek. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No 5
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Tanah dan Peraturan
Presiden No 71 Tahun 2012 telah mengatur lebih lanjut tentang pemukiman
kembali seperti penjelasan mengenai Pihak pelaksana kegiatan pemukiman
kembali, lokasi pemukiman kembali, dan besarnya nilai pemukiman kembali.

Beberapa prinsip dalam Peraturan Presiden No 71 Tahun 2012 dan


Peraturan Kepala BPN No 5 Tahun 2012 adalah unsur kesepakatan dan
keterbukaan, seperti (1) Dalam hal disepakati ganti kerugian dalam bentuk
pemukiman kembali, Instansi yang memerlukan tanah menyediakan
permukiman kembali paling lama 1 (satu) tahun sejak penetapan bentuk ganti
kerugian oleh pelaksana pengadaan tanah; (2) Pelepasan hak oleh Pihak
yang berhak dilakukan pada saat telah disepakati lokasinya; (3) Pelepasan
hak oleh Pihak yang berhak dilakukan tanpa menunggu selesainya
pembangunan pemukiman kembali; (4) Penyerahan pemukiman kembali
dilakukan setelah validasi dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.

Ketentuan-ketentuan lainnya meliputi lokasi pemukiman kembali didasarkan


atas kesepakatan dalam musyawarah bentuk ganti kerugian, nilai ganti
kerugian dalam bentuk pemukiman kembali sama dengan nilai ganti kerugian
dalam bentuk uang, pemberian ganti kerugian dalam bentuk permukiman
kembali dilakukan oleh Instansi yang memerlukan tanah setelah mendapat
permintaan tertulis dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.

4) Penduduk Asli/Masyarakat Adat


Prosedur ANDAS Pembangunan Jalan secara rinci mengacu pada Pedoman
Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan No. 09/BM/2009.
Suatus kegiatan pembangunan jalan jika melalui/berdekatan dengan
komunitas adat dalam radius 10 km, diperlukan studi ANDAS yang
difokuskan pada aspek sosial-budaya (dan ekonomi), namun jika tidak

Manual Manajemen Proyek 9 - 38


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

melalui/berdekatan dengan komunitas adat maka tidak diperlukan studi


ANDAS.

Prosedur Analisis Dampak Sosial Pembangunan Jalan di Daerah Komunitas


Adat digunakan untuk melakukan pelaksanaan studi ANDAS.

Studi ANDAS yang menyimpulkan potensi dampak sosialnya penting akan


diikuti dengan hasil akhir studi berupa rekomendasi Rencana Tindak
Pemberdayaan Komunitas Adat (RT-PKA). Sedangkan jika potensi
dampaknya kurang penting akan diikuti dengan hasil akhir studi berupa
rekomendasi Rencana Tindak Rehabilitasi Sosial (RT-RS).

9.3.3. Kebijakan Asian Development Bank (ADB)


Pernyataan Kebijakan Perlindungan (Safeguard Project Statement) ADB, Juni 2009
menetapkan tiga kebijakan kunci:
a) upaya perlindungan lingkungan (Environmental);
b) upaya perlindungan pemukiman kembali tidak secara sukarela (Involuntary
Resettlement); dan
c) upaya perlindungan Penduduk Asli/Masyarakat Adat (Indigenous People).

Semua dokumen lingkungan (AMDAL/UKL&UPL) dan dokumen sosial


(LARAP/LARP Study) pada program RRDP harus sudah selesai saat pengusulan
sub proyek/sebelum proses Lelang dan disetujui oleh ADB (AMDAL dan
LARAP/LARP) serta sudah diimplementasikan sebelum pelaksanaan pekerjaan fisik.

9.3.3.1. Lingkungan
ADB memerlukan pertimbangan isu-isu lingkungan dalam segala aspek operasional
Bank, dan persyaratan untuk penilaian lingkungan dijelaskan dalam Safeguard
Project Statement dari ADB, Tahun 2009. Dinyatakan bahwa ADB mensyaratkan
kajian lingkungan dari semua pinjaman proyek, pinjaman program, pinjaman sektor,
pinjaman program pembangunan sektor, pinjaman yang melibatkan perantara
keuangan, dan pinjaman sektor swasta.

Bank mengelompokkan sub-proyek ke dalam 3 kategori dalam kaitannya dengan


dampak lingkungan dan sosial, berdasarkan jenis kegiatan, lokasi, sensitivitas,
skala, besaran dan jenis dampak, serta ketersediaan teknologi penanganan
dampak yang efektif dari segi biaya, yaitu:
1) Kategori A : sub-proyek yang mempunyai dampak negatif lingkungan yang
besar dan penting, maka harus menyusun Environmental Impact
Assessment (EIA).

Manual Manajemen Proyek 9 - 39


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

2) Kategori B : sub-proyek yang mempunyai beberapa dampak negatif lingkungan


yang derajat pentingnya lebih kecil dari kategori A diatas, maka
Initial Environmental Examination (IEE) harus disusun untuk
menentukan apakah dampak penting tersebut perlu dianalisis
lebih lanjut dalam EIA atau cukup dengan IEE tersebut sebagai
dokumen kajian lingkungan yang final.
3) Kategori C : sub-proyek yang tidak mempunyai dampak negatif lingkungan
yang penting, maka tidak perlu menyusun EIA ataupun IEE,
walaupun implikasi terhadap lingkungan masih perlu dikaji.

Prinsip-prinsip kebijakan dan cakupan upaya perlindungan lingkungan berkembang


dari fokus awal untuk melakukan satu pengkajian teknis dan langkah-langkah
mitigasi menjadi penekanan pada penyusunan dan pelaksanaan satu rencana
pengelolaan lingkungan (environment management plan/EMP) yang menyeluruh.
Unsur-unsur kunci EMP adalah langkah-langkah mitigasi, program-program
pemantauan, perkiraan biaya, anggaran dan pengaturan kelembagaan untuk
pelaksanaan. Selain daripada itu, proses pengkajian lingkungan menekankan pada
konsultasi publik dan pengungkapan informasi serta pertimbangan akan alternatif.

Safeguard Project Statement (SPS) ADB menetapkan Prinsip-Prinsip Kebijakan


sebagai berikut:
1. Menggunakan satu proses penyaringan untuk masing-masing usulan proyek
sedini mungkin, untuk menentukan cakupan dan jenis pengkajian lingkungan
sehingga kajian-kaijan yang tepat bisa dilakukan sesuai dengan nilai penting
potensi dampak dan risiko.
2. Melakukan satu pengkajian lingkungan untuk setiap usulan proyek untuk
mengidentifikasi potensi dampak dan risiko langsung, tidak langsung, kumulatif
dan yang didorong oleh aktivitas proyek terhadap sumber daya fisik, biologi,
sosial ekonomi (termasuk dampak pada penghidupan melalui media lingkungan,
kesehatan dan keselamatan, kelompok-kelompok rentan, dan isu-isu gender)
dan sumber daya budaya fisik dalam konteks pengaruh wilayah proyek.
Mengkaji potensi dampak lintas batas dan global, termasuk perubahan ikilim.
Menggunakan pengkajia lingkungan strategis bila perlu.
3. Menelaah alternatif-alternatif bagi lokasi, rancangan, teknologi dan komponen
proyek dan potensi dampak lingkungan dan sosial yang diakibatkannya dan
mendokumentasikan latar belakang pemikiran untuk memilih alternatif tertentu
yang diusulkan. Juga mempertimbangkan untuk memilih alternatif tidak
dilakukannya proyek.

Manual Manajemen Proyek 9 - 40


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

4. Menghindari, dan apabila menghindari tidak memungkinkan, meminimalkan,


meredam, dan/atau menyeimbangkan dampak-dampak merugikan dan
meningkatkan dampak positif melalui perencanaan dan pengelolaan lingkungan.
Menyusun satu rencana pengelolaan lingkungan (environmental management
plan/EMP) yang mencakup usulan-usulan langkah-langkah mitigasi,
pemantauan lingkungan dan persyaratan pelaporan, penyelenggaraan
kelembagaan atau organisasional terkait, pengembangan kapasitas dan
pelatihan, jadwal pelaksanaan, perkiraan biaya, dan indikator-indikator kinerja.
Pertimbangan-pertimbangan kunci untuk menyusun EMP mencakup mitigasi
potensi dampak-dampak yang merugikan hingga sampai pada tingkat dimana
tidak ada dampak yang signifikan pada pihak ketiga dan diberlakukannya prinsip
bahwa yang melakukan pencemaran harus bertanggung jawab (polluter pays
principle).
5. Melakukan konsultasi yang bermakna dengan penduduk yang terkena dampak
dan memfasilitasi partisipasi yang didasarkan pada pemberian informasi
sebelumnya. Memastikan partisipasi perempuan dalam konsultasi. Melibatkan
para pemangku kepentingan, termasuk penduduk yang terkena dampak dan
lembaga-lembaga nonpemerintah yang mempunyai kepedulian sedini mungkin
dalam proses penyiapan proyek dan memastikan bahwa pandanganpandangan
dan kepedulian mereka diberitahukan kepada dan dipahami oleh para pengambil
keputusan dan dipertimbangkan. Melanjutkan konsultasi dengan para pemangku
ekpentingan di seluruh pelaksanaan proyek sesuai kebutuhan untuk menjawab
isu-isu yang berkaitan dengan pengkajian lingkungan. Menyusun satu
mekanisme penanganan keluhan untuk menerima dan memfasilitasi resolusi
kekhawatiran dan keluhan penduduk yang terkena dampak berkenaan dengan
kinerja lingkungan proyek.
6. Menyampaikan satu konsep pengkajian lingkungan (termasuk EMP) secara
tepat waktu sebelum penilaian proyek di tempat yang bisa dijangkau dan dalam
bentuk dan bahasa(bahasa) yang dipahami oleh penduduk yang terkena
dampak dan para pemangku kepentingan lainnya. Menyampaikan pengkajian
lingkungan akhir dan pembaharuannya, jika ada, kepada para penduduk yang
terkena dampak dan pemangku kepentingan lainnya.
7. Melaksanakan EMP dan memantau keefektifannya. Mendokumentasikan hasil-
hasil pemantauan, termasuk pengembangan dan pelaksanaan tindakan-tindakan
perbaikan dan pengungkapan laporan-laporan pemantauan.

Manual Manajemen Proyek 9 - 41


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

8. Tidak melakukan aktivitas-aktivitas proyek di kawasan-kawasan dengan habitat


kritis, kecuali (i) tidak ada dampak merugikan yang terukur terhadap habitat kritis
yang dapat merusak kemampuan fungsinya, (ii) tidak ada pengurangan jumlah
spesies yang terancam punah (endangered) atau sangat terancam punah, dan
(iii) segala dampak yang lebih kecil diredam. Jika sebuah proyek terletak di
dalam satu kawasan lindung, lakukan program-program tambahan untuk
mendorong dan meningkatkan tujuan-tujuan pelestarian kawasan lindung
tersebut. Di sebuah kawasan habitat alam, tidak boleh ada pengalihan fungsi
yang berarti atau perusakan, kecuali (i) tidak ada alternatif lain, (ii) manfaat
keseluruhan proyek jauh lebih besar dari biaya lingkungan, dan (iii) pengalihan
atau kerusakan diredam dengansemestinya. Menggunakan satu pendekatan
yang hati-hati dalam pemanfaatan, pengembangan dan pengelolaan sumber
daya alam yang terbarukan.
9. Menggunakan teknologi dan praktik-praltik pencegahan dan pengendalian polusi
yang sejalan dengan praktik-praktik internasional dan unggulan seperti tercermin
dalam standar-standar Panduan kelompok Bank Dunia tentang Lingkungan,
Kesehatan dan Keselamatan (Environmental, Health and Safety Guidelines)
yang diakui secara internasional. Menghindari polusi, atau jika tidak
dimungkinkan, minimalkan atau kendalikan intensitas atau kandungan emisi
pencemar atau limbah, termasuk emisi gas rumah kaca secara langsung dan
tidak langsung, penghasilan limbah, dan pelepasan bahan-bahan berbahaya dari
produksi, transportasi, penanganan dan penyimpanannya. Menghindari
penggunaan bahan-bahan berbahaya yang secara internasional dilarang untuk
digunakan atau harus mulai dihentikan penggunaannya. Pembelian,
penggunaan dan pengelolaan pestisida dengan menggunakan pendekatan
pengelolaan hama terpadu dan kurangi ketergantungan pada pestisida kimiawi
sintetis.
10. Menetapkan kondisi-kondisi kerja yang aman dan sehat bagi para pekerja dan
cegah kecelakaan, cedera dan penyakit. Membuat langkah-langkah pencegahan
dan kesiapsiagaan dan respons keadaan darurat untuk menghindari, dan jika
penghindaran tidak memungkinkan, untuk meminimalkan dampak-dampak dan
risiko-risiko merugikan terhadap kesehatan dan keselamatan penduduk
setempat.
11. Melestarikan sumber daya budaya fisik dan hindari penghancuran atau
perusakannya dengan menggunakan survei berbasis lapangan yang
menggunakan tenaga ahli yang mempunyai kualifikasi dan pengalaman selama

Manual Manajemen Proyek 9 - 42


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

pengkajian lingkungan. Mengembangkan prosedur temuan kebetulan yang


mencakup satu pendekatan pengelolaan dan pelestarian yang disetujui
sebelumnya untuk bahan-bahan yang mungkin ditemukan selama pelaksanaan
proyek.

9.3.3.2. Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali .


Untuk sebuah proyek yang menimbulkan pengadaaban tanah dan/atau
pemukiman kembali tidak secara sukarela, akan disusun sebuah rencana
pengadaan tanah pemukiman kembali (LARAP/LARP).

Safeguard Project Statement (SPS) ADB menetapkan 12 prinsip dalam penerapaan


Pengadaan Tanah dan/atau Pemukiman Kembali Tidak Secara Sukarela yaitu:
a. Menyaring proyek sejak awal untuk mengidentifikasi dampak dan risiko
terjadinya pemukiman kembali tidak dengan sukarela di masa lalu, saat ini dan
di masa mendatang. Menentukan cakupan perencanaan pemukiman kembali
melalui satu survei dan/atau sensus tentang orang-orang yang tergusur,
termasuk analisis gender, terutama yang berkaitan dengan dampak dan risiko
pemukiman kembali.
b. Melakukan konsultasi yang bermakna dengan penduduk yang terkena dampak,
masyarakat tempatan, dan lembaga-lembaga nonpemerintah yang mempunyai
kepedulian. Memberitahukan kepada orang-orang yang harus dipindahkan akan
hak-hak mereka serta pilihan-pilihan untuk pemukiman kembali. Memastikan
agar mereka berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
serta evaluasi program-program pemukiman kembali. Memberi perhatian khusus
pada kebutuhan kelompok-kelompok rentan, khususnya mereka yang hidup di
bawah garis kemiskinan, penduduk yang tidak memiliki lahan, kaum lanjut usia,
perempuan dan anak-anak, dan masyarakat adat, dan mereka yang tidak punya
kepemilikan sah terhadap lahan, dan memastikan peran serta mereka dalam
konsultasi. Membuat satu mekanisme penanganan keluhan untuk menerima dan
memfasilitasi penyelesaian terhadap kekhawatiran penduduk yang terkena
dampak Membantu lembaga-lembaga sosial dan budaya dari orang-orang yang
dipindahkan dan masyarakat tempatan mereka. Apabila muncul dampak yang
sangat kompleks dan peka akibat pemukiman kembali tidak dengan sukarela,
keputusan-keputusan dalam pemberian ganti rugi dan pemukiman kembali harus
didahului oleh satu tahap persiapan sosial.
c. Meningkatkan, atau paling tidak memulihkan, penghidupan orang-orang yang
dipindahkan melalui (i) strategi pemukiman kembali sedapat mungkin berbasis

Manual Manajemen Proyek 9 - 43


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

lahan jika mata pencaharian orang-orang yang terkena dampak berbasis lahan
atau memberikan ganti rugi uang tunai sesuai dengan nilai penggantian jika
kehilangan lahan tidak mengurangi penghidupan mereka, (ii) segera
memberikan ganti rugi atas aset dengan akses atas aset yang bernilai setara
atau lebih tinggi, (iii) segera memberikan penggantian secara penuh untuk aset-
aset yang tidak bisa dipulihkan, dan (iv) tambahan penghasilan dan layanan
melalui skema pembagian manfaat jika memungkinkan
d. Memberikan bantuan yang diperlukan kepada penduduk yang dipindahkan
secara fisik dan ekonomi, termasuk berikut ini: (i) jika ada relokasi, menyediakan
lahan relokasi, perumahan yang lebih baik di lokasi pemukiman kembali dengan
akses terhadap pekerjaan dan peluang produksi yang sebanding, integrasi
penduduk yang dimukimkan kembali secara ekonomi dan sosial ke dalam
masyarakat tempatan, (ii) bantuan transisional dan bantuan pembangunan,
seperti misalnya pengembangan lahan, fasilitas kredit, pelatihan, atau peluang
pekerjaan; dan (iii) prasarana untuk warga dan layanan masyarakat, sesuai
kebutuhan.
e. Meningkatkan standar-standar hidup penduduk miskin yang dipindahkan dan
kelompok-kelompok rentan lainnya, termasuk perempuan, paling tidak hingga
memenuhi standar-standar minimum di tingkat nasional. Di kawasan pedesaan,
menyediakan akses yang sah dan terjangkau terhadap lahan dan sumber daya,
dan di kawasan perkotaan memberikan sumber-sumber penghasilan dan akses
yang sah dan terjangkau terhadap perumahan yang memadai.
f. Menyusun prosedur-prosedur secara transparan, konsisten dan setara jika
penyelesaian dalam pembebasan lahan dilakukan melalui perundingan untuk
memastikan bahwa mereka yang terlibat dalam upaya mencapai penyelesaian
lewat perundingan akan tetap mempunyai penghasilan dan status penghidupan
yang sama atau lebih baik.
g. Memastikan bahwa penduduk yang dipindahkan yang tidak punya sertifikat hak
milik atas lahan atau hak-hak atas lahan yang diakui secara hukum mempunyai
hak untuk mendapatkan bantuan pemukiman kembali dan ganti rugi atas
hilangnya aset non-lahan.
h. Menyusun satu rencana pemukiman kembali yang merinci hak penduduk yang
dipindahkan, strategi untuk memulihkan penghasilan dan penghidupan,
pengaturan kelembagaan, kerangka kerja pemantauan dan pelaporan, anggaran
dan jadwal pelaksanaan yang terikat waktu.

Manual Manajemen Proyek 9 - 44


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

i. Mengungkapkan satu draft rencana pemukiman kembali, termasuk dokumentasi


proses konsultasi secara tepat waktu, sebelum dilakukan penilaian proyek, di
tempat yang dapat dijangkau dan dalam bentuk dan bahasa (bahasa-bahasa)
yang bisa dipahami penduduk yang terkena dampak dan para pemangku
kepentingan lainnya. Mengungkapkan rencana akhir pemukiman kembali dan
pembaharuannya kepada penduduk yang terkena dampak dan para pemangku
kepentingan lainnya.
j. Menyusun dan melakukan pemukiman kembali tidak secara sukarela sebagai
bagian dari satu proyek atau program pembangunan. Memasukkan seluruh
biaya pemukiman kembali dalam presentasi tentang biaya dan manfaat proyek.
Untuk sebuah proyek yang memiliki dampak besar dalam pemukiman kembali
tidak dengan sukarela, mempertimbangkan agar komponen pemukiman kembali
tidak secara sukarela dilaksanakan sebagai satu operasi yang terpisah.
k. Membayar ganti rugi dan menyediakan hal-hal lain yang menjadi hak penduduk
dalam pemukiman kembali sebelum dilakukan pemindahan secara fisik dan
ekonomi. Melaksanakan rencana pemukiman kembali dengan pengawasan yang
ketat di seluruh pelaksanaan proyek.
l. Memantau dan menilai hasil-hasil dari pemukiman kembali, dampaknya
terhadap standar-standar hidup penduduk yang dipindahkan, dan apakah
tujuan-tujuan rencana pemukiman kembali telah tercapai dengan
mempertimbangkan kondisi awal (baseline) dan hasil dari pemantauan terhadap
pemukiman kembali. Mengungkapkan hasil pemantauan.

9.3.3.3. Penduduk Asli/Masyarakat Adat


ADB telah melakukan pembaharuan terhadap kebijkana perlindungan terhadap
Penduduk Asli/Masyarakat Adat dengan: (i) memperjelas bagian-bagian dalam
Kebijakan tentang Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang ambigu atau dipahami
secara salah, termasuk definisi tentang Penduduk Asli/Masyarakat Adat; (ii)
mengintegrasikan isu-isu tentang Penduduk Asli/Masyarakat Adat ke dalam
Rencana pemukiman kembali atau Rencana Pengelolaan Lingkungan (EMP)
dimana risiko yang dihadapi Penduduk Asli/Masyarakat Adat terutama berkaitan
dengan pemukiman kembali atau kerusakan lingkungan; (iii) mengklarifikasi
persyaratan-persyaratan mengenai proses konsultasi selama persiapan dan
pelaksanaan proyek; (iv) mengembangkan pendekatan yang berurutan untuk
pengembangan kapasitas dalam penerapan upaya perlindungan Penduduk
Asli/Masyarakat Adat; dan (v) mengembangkan satu pendekatan lanjutan untuk

Manual Manajemen Proyek 9 - 45


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

pengembangan kapasitas dalam menerapkan perlindungan Penduduk


Asli/Masyarkat Adat.

Untuk proyek-proyek yang menimbulkan dampak pada Penduduk Asli/Masyarakat


Adat, akan disusun satu rencana Penduduk Asli/Masyarakat Adat. Tingkat rincian
rencana dan kelengkapannya akan sesuai dengan tingkat dampak yang timbul.
Tingkat dampak ditentukan dengan mengevaluasi (i) besarnya dampak terhadap
hak-hak adat Penduduk Asli/Masyarakat Adat dalam penggunaan dan akses
terhadap lahan dan sumber daya alam; status sosial ekonomi; integritas budaya
dan komunal; kesehatan, pendidikan, sistem penghidupan, dan status jaminan
sosial; atau kearifan adat; dan (ii) kerentanan Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang
terkena dampak.

SPS ADB menetapkan prinsip-prinsip berikut untuk perlindungan Penduduk


Asli/Masyarakat Adat (Indigenous Peoples):
a. Penyaringan awal untuk menentukan (i) apakah masyarakat adat yang hadir
dalam, atau memiliki keterikatan kolektif, wilayah proyek; dan (ii) apakah dampak
proyek terhadap masyarakat adat.
b. Melakukan penilaian sesuai dengan budaya dan peka gender dari dampak sosial
atau menggunakan metode serupa untuk menilai dampak proyek potensial, baik
positif maupun negatif, terhadap masyarakat adat. Memberikan pertimbangan
penuh terhadap pilihan masyarakat adat yang terkena dampak lebih dalam
kaitannya dengan penyediaan manfaat proyek dan desain langkah-langkah
mitigasi. Mengidentifikasi manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat adat
yang terkena dampak yang sesuai dengan budaya dan gender dan antar
generasi inklusif dan mengembangkan langkah-langkah untuk menghindari,
meminimalkan, dan / atau mengurangi dampak merugikan terhadap masyarakat
adat.
c. Melakukan konsultasi bermakna dengan masyarakat adat yang terkena dampak
dan perhatian organisasi masyarakat adat untuk meminta partisipasi mereka (i)
dalam merancang, melaksanakan, dan langkah-langkah untuk menghindari
dampak merugikan atau, jika penghindaran tidak memungkinkan, untuk
meminimalkan, mengurangi atau memberikan kompensasi untuk efek seperti
pemantauan; dan (ii) dalam menyesuaikan manfaat proyek bagi komunitas
masyarakat adat yang terkena dampak dengan cara yang sesuai dengan
budaya. Untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat adat, proyek yang
mempengaruhi mereka akan menyediakan pembangunan kapasitas inklusif
budaya dan gender. Membentuk mekanisme keluhan inklusif sesuai dengan

Manual Manajemen Proyek 9 - 46


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

budaya dan jenis kelamin untuk menerima dan memfasilitasi resolusi


kekhawatiran Masyarakat Adat.
d. Memastikan persetujuan dari komunitas masyarakat adat yang terkena dampak
kegiatan proyek berikut: (i) pembangunan komersial sumber daya budaya dan
pengetahuan masyarakat adat; (ii) pemindahan secara fisik dari lahan tradisional
atau adat; dan (iii) pembangunan komersial sumber daya alam di tanah adat
yang digunakan yang akan berdampak pada mata pencaharian atau
penggunaan budaya, upacara, atau spiritual yang menentukan identitas dan
komunitas masyarakat adat. Untuk tujuan penerapan kebijakan, persetujuan dari
komunitas masyarakat adat yang terkena dampak mengacu pada ekspresi
kolektif oleh komunitas masyarakat adat yang terkena dampak, melalui individu
dan / atau wakil mereka yang diakui, dukungan masyarakat luas untuk kegiatan
proyek tersebut. Dukungan masyarakat luas mungkin ada bahkan jika beberapa
individu atau kelompok yang menentang kegiatan proyek.
e. Hindari, semaksimal mungkin, akses terbatas dan fisik perpindahan dari
kawasan lindung dan sumber daya alam. Dimana penghindaran tidak
memungkinkan, pastikan bahwa komunitas masyarakat adat yang terkena
dampak berpartisipasi dalam perancangan, implementasi, dan monitoring dan
evaluasi pengaturan pengelolaan untuk daerah tersebut dan sumber daya alam
dan manfaatnya dibagi merata.
f. Siapkan Rencana Masyarakat Adat (Indigenous Peoples Plan-IPP) yang
didasarkan pada [penilaian dampak sosial] dengan bantuan ahli yang berkualitas
dan berpengalaman dan yang menarik pada pengetahuan lokal dan partisipasi
dipengaruhi komunitas masyarakat adat. IPP mencakup kerangka kerja untuk
konsultasi lanjutan dengan komunitas masyarakat adat yang terkena dampak
selama pelaksanaan proyek; menentukan langkah-langkah untuk memastikan
bahwa masyarakat adat menerima manfaat sesuai dengan budaya;
mengidentifikasi langkah-langkah untuk menghindari, meminimalkan,
mengurangi atau memberikan kompensasi atas setiap dampak proyek yang
merugikan; dan termasuk prosedur yang sesuai dengan budaya pengaduan,
monitoring dan evaluasi pengaturan, dan anggaran dan tindakan terikat waktu
untuk melaksanakan langkah-langkah yang direncanakan.
g. Mengungkapkan konsep IPP, termasuk dokumentasi proses konsultasi dan hasil
[penilaian dampak sosial] secara tepat waktu, sebelum penilaian proyek, di
tempat yang dapat diakses dan dalam bentuk dan bahasa (s) dipahami oleh
komunitas masyarakat adat yang terkena dampak dan pemangku kepentingan

Manual Manajemen Proyek 9 - 47


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

lainnya. IPP final dan update-nya juga akan diungkapkan kepada komunitas
masyarakat adat yang terkena dampak dan pemangku kepentingan lainnya.
h. Siapkan rencana aksi untuk pengakuan hukum atas hak-hak adat atas tanah
dan wilayah atau domain leluhur ketika proyek melibatkan (i) kegiatan yang
tergantung pada pengadaan hak yang diakui secara hukum atas tanah dan
wilayah masyarakat adat yang secara tradisional dimiliki atau yang dipergunakan
atau ditempati, atau (ii) akuisisi paksa lahan tersebut.
i. Memantau pelaksanaan IPP menggunakan ahli yang berkualitas dan
berpengalaman; mengadopsi pendekatan pemantauan partisipatif, sedapat
mungkin; dan menilai apakah tujuan dan hasil yang diinginkan IPP ini telah
tercapai, dengan mempertimbangkan kondisi awal dan hasil pemantauan IPP.
Menginformasikan laporan pemantauan.

9.3.3.4. Perhatian Terhadap Keselamatan, Kesehatan dan Gender


Rencana pencegahan HIV / AIDS and Human Anti-Trafficking. Proyek ini akan
menimbulkan beberapa dampak sosial yang merugikan. ADB dan Pemerintah telah
sepakat bahwa proyek harus mengupayakan pencegahan HIV / AIDS dengan
sasaran pekerja konstruksi dan orang-orang yang berinteraksi dengannya,
khususnya penanganan dampak dari HIV / AIDS pada perempuan, yang lebih
rentan dibandingkan pria. Disarankan bahwa rencana pencegahan ini dilaksanakan
melalui kerja sama dengan Komite Penanggulangan AIDS Nasional Indonesia
(KPAN) dan Komite Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP). Instansi-instansi ini
akan mengambil peran utama untuk merencanakan, mengkoordinasikan,
mengawasi dan melaporkan kegiatan di masing-masing provinsi.

Untuk komponen Perdagangan Manusia akan difokuskan pada peningkatan


kesadaran akan permasalahan, pengalaman KPA dengan informasi dan program
edukasi yang dimiliki akan mempermudah pelaksanaan kegiatan ini. Kegiatan untuk
mengawasi dan mencegah HIV / AIDS dan Perdagangan Manusia akan meliputi (i)
survei baseline, (ii) Advokasi, (iii) kampanye dan edukasi, (iv) Penyediaan Paket
medis (tes klinik HIV / AIDS dan IMS di lokasi konstruksi), (v) Pelaporan dan
Pemantau Independen.

Untuk mengurangi risiko ini, dalam kontrak konstruksi akan mensyaratkan


kontraktor untuk mengijinkan pekerja mereka untuk menghadiri sesi edukasi
dimana bahan-bahan seperti kondom dan brosur akan didistribusikan. Pelaksanaan
kegiatan ini akan dimulai minimal 3 bulan sebelum dimulainya pekerjaan sipil.

Manual Manajemen Proyek 9 - 48


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

9.3.3.5. Penyaringan Sosial


ADB akan menyaring semua proyek untuk menentukan apakah proyek-proyek
tersebut akan menimbulkan pengadaan tanah dan pemukiman kembali tidak secara
sukarela, maka akan disusun sebuah rencana pengadaan tanah dan pemukiman
kembali (LARP) sesuai dengan cakupan dan tingkat dampak yang ditimbulkan.
Tingkat dampak harus ditentukan berdasarkan (i) cakupan pemindahan secara fisik
dan ekonomi, dan (ii) kerentanan penduduk yang terkena dampak.
Hal ini penting untuk dilaksanakan agar tidak ada warga yang menjadi menderita
akibat terkena proyek dikarenakan tanpa pembayaran kompensasi yang memadai
dan prosesnya dilaksanakan secara transparan. Jika pembebasan lahan sudah
dilaksanakan sebelum paket ruas jalan diprogramkan, maka diperlukan Kajian
Ulang (Due Delligence). Penyaringan sosial dapat digambarkan seperti Gambar
berikut.
Gambar 9.4. Bagan Alir Proses Penyaringan Sosial

RENCANA
KEGIATAN

Ya - INVENTARISASI
KEHILANGAN
MEMERLUKAN - SURVEI SOSIAL EKONOMI LARAP
LAHAN - SURVEI BIAYA / LARP
PENGGANTIAN
Ya

TERKENA MASYARAKAT IPP


Tidak ADAT

LAHAN SUDAH SURVEI SOSIAL


DUE DELLIGENCE
BEBAS EKONOMI
DELLIGENCE

Keterangan:
LARP = Land Acquisition and Resettlement Plan
IPP = Indigenous People Plan

9.4. PROSEDUR PENYARINGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL


9.4.1 Langkah-langkah Penyaringan
Secara garis besar halhal yang perlu dilakukan pada kegiatan penyaringan
(penapisan) adalah sebagai berikut:

Manual Manajemen Proyek 9 - 49


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

1. Mengisi ringkasan informasi awal atas rencana usaha dan/ atau kegiatan yang
akan dilakukan penyaringan dan mengidentifikasi jenis dan besaran rencana
kegiatan.

Informasi awal ini dapat diperoleh dari Kajian Kelayakan Jalan (Feasibility Study)
untuk rencana pembangunanjalan baruataupun data perencanaan awal lainnya
maupun data perencanaan teknis rinci (DED) untuk rencana peningkatan jalan
maupun pembangunan jalan baru dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Identifikasi Jenis dan Besaran Rencana Kegiatan
Identifikasi jenis dan rencana besaran kegiatan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Jenis Kegiatan yang berlokasi di Kota besar/metropolitan, Kota Sedang
dan Kota Kecil.
- Pembangunan dan/ atau peningkatan jalan tol yang membutuhkan
pengadaan lahan di luar RUMIJA (ruang milik jalan).
- Pembangunan dan/ atau peningkatan jalan dengan pelebaran yang
membutuhkan pengadaan lahan (di luar RUMIJA).
- Pembangunan subway / underpass, terowongan/ tunnel, jalan layang/
flyover.
- Pembangunan Jembatan.
Besaran Rencana Kegiatan
Jenis dan besaran kegiatan yang diperlukan terkait dengan deskripsi
rencana kegiatan adalah:
- Panjang ruas jalan (funsional dan efektif)
- Status Jalan (Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota)
- Fungsi Jalan
- Kelas Jalan
- Lebar badan jalan (eksisting dan rencana)
- Jenis lapisan perkerasan (eksisting dan rencana)
- Lebar RUMIJA (eksisting dan rencana)
- Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHRT) dalam satuan mobil
penumpang (smp) per hari (eksisting dan rencana)
- Kecepatan Desain (eksisting dan rencana)
- Luas area pengadaan tanah yang diperlukan

Manual Manajemen Proyek 9 - 50


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

b. Identifikasi Komponen Lingkungan Hidup dan Sosial yang Sensitif


Identifikasi karakteristik lingkungan dan sosial serta komponen lingkungan
hidup yang sensitif dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan yang
direncanakan berdekatan atau berada pada kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam (PP No. 28 Tahun 2011), Kawasan Lindung (Kep.
Pres. No.32 Tahun 1990) dan Kawasan Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut (Ins. Pres No.10 Tahun 2011).
Serta identifikasi keberadaan daerah sensitif lainnya seperti cagar budaya,
areal pemukiman padat, daerah komersial, lokasi prasarana umum (rumah
sakit, sekolah, tempat ibadah), lahan pertanian produktif serta areal berlereng
curam. Data mengenai keberadaannya dapat diperoleh dengan cara yang
diuraikan di atas.
2. Penentuan kegiatan jalan dan jembatan yang wajib dilengkapi AMDAL atau UKL-
UPL.
Untuk menentukan apakah rencana kegiatan pembangunan Jalan dan Jembatan
perlu dilengkapi dengan AMDAL atau UKL- UPL,dilakukan tahapan penyaringan
yang secara skematis dapat dilihat pada Gambar 9.3.
3. Penentuan kebutuhan perizinan atau kerjasama (kolaborasi) lainnya yang perlu
dilengkapi.
4. Penyusunan laporan hasil penyaringan lingkungan.

9.4.2 Ringkasan Hasil Penyaringan Lingkungan dan Sosial


Studi kelayakan dari segi lingkungan dan sosial sudah dilakukan pada tahap
persiapan proyek. Dari hasil penyaringan yang dilaksanakan pada tahap tersebut,
semua paket perlu dilengkapi dokumen pengaman baik berupa AMDAL, UKL-UPL,
IEE ataupun LARAP/LARP. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan akan
ada paket proyek yang memerlukan penambahan lahan sehingga harus disiapkan
dokumen pengadaan tanah dan pemukiman kembali (LARAP/LARP) serta adanya
perubahan terhadap design sehingga harus dilakukan pembaharuan terhadap
dokumen lingkungan.

Berdasarkan pelaksanaan proses penyaringan, studi pendukung yang diperlukan


adalah sebagai berikut:

Manual Manajemen Proyek 9 - 51


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Tabel 9.6. Ringkasan Hasil Penyaringan Pada RRDP


Intial Safeguard Docum ent
No. Package No. Project Nam e Length (Km ) District Type of Works Environm ental
Exam ination (IEE) Environm ental Social

EAST JAVA

New Road Construction incl. raising grade and


1 28-RCP01 Jolosutro - Sendang Biru 21.30 Malang Yes AMDAL LARAP/LARP
New Bridge Construction

CENTRAL JAVA

Widening, Resurfacing and New Bridge


2 24-RCP01 Tambak Mulyo Waw ar 38.46 Kebumen Yes
Construction
New Road Construction, Widening and New
3 24-RCP02 Giriw oyo - Duw et (Section-1) 23.75 Wonogiri Yes AMDAL LARAP/LARP
Bridge Construction

4 24-RCP03 Waw ar Congot 14.13 Purw orejo Widening and Resurfacing Yes

WEST KALIMANTAN

Sosok - Tayan; UKL/UPL


Reconstruction and Resurfacing (Direct
5 30-RCP01 79.20 Sanggau Yes
Overlay)
Tanjung-Batas Kota Sanggau UKL/UPL

Tebas - Singkaw ang (Section-1); Singkaw ang


AMDAL LARAP/LARP
Tebas - Singkaw ang (Section-2);
6 30-RCP02 55.97 Reconstruction, Resurfacing and Widening Yes
Bypass Sambas; Sambas UKL/UPL

Galing-Tanjung Harapan; UKL/UPL

Sp.Tanjung-Galing (Section-1)-(21,4 km); Sambas UKL/UPL

New Road Construction incl. raising grade and


7 30-RCP03 Sp.Tanjung-Galing (Section-2)-(11,3 km); 52.04 Yes UKL/UPL LARAP/LARP
Reconstruction

Aruk (Bts.Seraw ak)-Sp. Tanjung UKL/UPL

EAST KALIMANTAN

Tanjung Selor - SP. 3 Tanjung Palas;


New Road Construction incl. raising grade and
8 34-RCP01 34.82 Bulungan Yes
Reconstruction
Tanjung Palas - Sekatak Buji (Sec.1) UKL/UPL LARAP/LARP

9 34-RCP02 SP.3 Tanjung Palas - Sekatak Buji (Sect 2) 65.03 Bulungan Grade Improvement and Resurfacing Yes

New Road Construction incl. raising grade and


10 34-RCP03 SP.3 Apas - Simaranggis (Sect 1) 45.00 Nunukan Yes UKL/UPL
Reconstruction

LARAP/LARP
SP.3 Apas - Simaranggis (Sect 2) (21,4 km) UKL/UPL
11 34-RCP04 43.04 Nunukan Widening and Reconstruction Yes
Simanggaris-Bts Negara (Serudong) (20,7 km) UKL/UPL

Salinan seluruh studi LARAP yang telah selesai dikirimkan kepada ADB untuk dikaji
dan mendapatkan persetujuan dan penerbitan No Objection Letter oleh Bank.
Sedangkan seluruh studi lingkungan (AMDAL, UKL&UPL) diserahkan kepada
BLH/BLHD Provinsi, Kab/Kota untuk dikaji dan disetujui untuk mendapatkan
rekomendasi dan Surat Kelayakan Lingkungan dari BLH/BLHD serta Izin Lingkungan
dari Gubernur atau Bupati/Walikota untuk kemudian salinan studi tersebut diteruskan
kepada ADB.

9.5. PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN SOSIAL


Penyusunan dokumen kajian lingkungan (AMDAL/UKL-UPL) dan sosial
(LARAP/LARP) sesuai dengan format yang telah ditentukan baik dari GOI maupun
dari ADB.

Berdasarkan hasil penyaringan terhadap paket - paket proyek yang termasuk dalam
program RRDP maka dokumen kajian lingkungan yang diperlukan berupa laporan
AMDAL/UKL-UPL atau LARAP/LARP sudah disiapkan pada saat persiapan proyek
termasuk dokumen Initial Environmental Examination (IEE) yang disusun
berdasarkan ketentuan ADB.

Manual Manajemen Proyek 9 - 52


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

9.5.1. Penyusunan Dokumen AMDAL


a. Penyusunan Dokumen ANDAL, RKL dan RPL
Beberapa paket pekerjaan pada program RRDP diperlukan penyusunan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), penyusunan dokumen tersebut
mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012.
Sebagaimana disepakati untuk proyek ini, semua studi AMDAL harus melalui
kajian dan persetujuan tentang Kelayakan Lingkungan dari BLH dan
mendapatkan Izin Lingkungan dari Gubernur/Bupati/Walikota, kemudian dikirim
ke ADB.

Penyusunan dokumen AMDAL bidang Jalan menguraikan tentang proses


penyusunan dokumen AMDAL mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 27
tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup. secara garis besar penyusunan dokumen AMDAL ini terdiri
dari kegiatan pengumuman di media massa dan papan pengumuman, konsultasi
publik, pelingkupan, prakiraan dampak penting, evaluasi prakiraan dampak
penting, rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Gambar 9.5. Tahapan Penyusunan dan Penilaian AMDAL

Manual Manajemen Proyek 9 - 53


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

b. Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL


Sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012
Tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak
Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, bahwa dalam proses AMDAL,
masyarakat dilibatkan melalui pengikutsertaan dalam penyusunan dokumen
melalui proses pengumuman, penyampaian saran, pendapat dan tanggapan
masyarakat dan konsultasi publik serta pengikutsertaan masyarakat dalam
Komisi Penilai AMDAL, bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki AMDAL.

Pengumuman studi AMDAL dilakukan segera setelah ditetapkannya


DIPA.Pengumuman ini dilakukan selama 10 hari kerja untuk menampung saran,
pendapat dan tanggapan dari masyarakat, melalui media berupa:
1. Surat kabar lokal dan/atau nasional (wajib)
2. Papan pengumuman yang mudah dijangkau masyarakat terkena dampak
(wajib).
3. Pamflet, brosur, spanduk (opsional).
4. Media elektronik dan media komunikasi lainnya (opsional).

Masyarakat yang diikut sertakan dalam proses AMDAL mencakup:


1. Masyarakat terkena dampak
2. Masyarakat pemerhati lingkungan
3. Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses
AmdalKonsultasi publik harus dilakukan dengan memperhatikan kesetaraan
dan keadilan gender.

9.5.2. Penyusunan Dokumen UKL&UPL


Formulir UKL-UPL disusun untuk kegiatan pembangunan dan/atau peningkatan jalan
yang tidak masuk dalam kriteria wajib Amdal. Hal ini sesuai dengan pasal 34
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH) bahwa Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk dalam kriteria wajib Amdal, wajib memiliki UKL-UPL, dan pasal 59 ayat 2
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan
Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan bahwa Setiap perencanaan
teknis jalan harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL atau UKL-UPL atau SPPL
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Manual Manajemen Proyek 9 - 54


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

A. Penyusunan UKL-UPL
Penyusunan UKL-UPL Bidang Jalan menguraikan tentang proses penyusunan
UKL-UPL dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup.
B. Pemeriksaan UKL-UPL
1. Penerimaan dan pemeriksaan formulir UKL-UPL secara administratif.
Pemrakarsa akan menerima tanda bukti penerimaan permohonan
pemeriksaan UKL-UPL dan permohonan Izin Lingkungan dari Pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri/Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi/Kepala
Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya,
dilengkapi dengan hari dan tanggal penerimaan permohonan pemeriksaan
UKL-UPL dan permohonan Izin Lingkungan.
2. Pemeriksaan UKL-UPL secara teknis
Pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL dilakukan dengan mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2013 Lampiran
VIII Panduan 02.
3. Output UKL-UPL
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, maka Pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri/Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi/Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya menerbitkan
rekomendasi persetujuan/penolakan UKL-UPL.

Tahapan penyusunan dan pemeriksaan dokumen UKL-UPL dapat dilihat pada


Gambar 9.6.

Manual Manajemen Proyek 9 - 55


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Koordinasi & Survei

Pengisian Formulir UKL-UPL

Pengajuan Pemeriksanaan UKL-


UPL & Permohonan Izin
Lingkungan

Pemeriksanaan Kelengkapan
Administrasi Formulir UKL-UPL

Tidak
Melengkapi Administrasi
Lengkap?
Formulir UKL-UPL
Ya

Pemeriksaan Substansi UKL-UPL

Tidak
Sesuai? Perbaikan Formulir UKL-UPL

Ya

Penerbitan Rekomendasi
Persetujuan UKL-UPL dan Izin
Lingkungan

Gambar 9.6. Tahapan Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL

9.5.3. Integrasi Pertimbangan Lingkungan Ke Dalam Desain


Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 Tahun 2011, agar proses
pengelolaan lingkungan dapat berjalan efektif, perlu adanya kesempatan dalam
setiap tahapan pelaksanaan untuk mengkaji ulang desain serta memasukkan
langkah-langkah untuk menghilangkan potensi dampak lingkungan. Untuk itu,
penting bagi ahli-ahli lingkungan CTC dan DSC untuk terlibat aktif dengan kajian
desain dan proses pemeriksaan serta berhubungan erat dengan konsultan
perencana, Ditjen Bina Marga dan BLHD.

Beberapa aspek lingkungan yang dapat dipertimbangkan selama kajian ulang desain
dan proses pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Kajian ulang terhadap usulan ruang milik jalan (Rumija) berkaitan dengan
struktur bangunan yang ada dan/atau wilayah sensitif .
b. Kajian ulang terhadap kuantitas dan penanganan terhadap galian dan timbunan
(embankment) untuk menilai dampak keperluan quarry dan transportasi, dan juga
memperhatikan kemungkinan erosi, tanah longsor, dan stabilitas areal
penggalian dan penimbunan.

Manual Manajemen Proyek 9 - 56


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

c. Menjamin bahwa pola aliran air, drainase dan habitat kawasan hutan
dipertimbangkan secara tepat pada kegiatan yang diusulkan dan,
d. Menjamin ketersediaan akses pada area sekitarnya.
e. Aspek keselamatan pengguna jalan harus diakomodir/diintegrasikan dalam
desain jalan, termasuk didalamnya pemasangan rambu-rambu lalu lintas, marka
jalan dan guadrails.

Penugasan Ahli lingkungan CTC/DSC dengan pendampingan teknis dari Subdit


Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan (TLKJ) untuk melakukan kunjungan
lapangan diperlukan untuk melakukan verifikasi terhadap rekomendasi AMDAL atau
UKL & UPL, berdasarkan kondisi yang ada saat ini. Kunjungan lapangan ini akan
dilaksanakan bersama tenaga ahli rekayasa (engineer) dari DSC guna memberikan
informasi-informasi yang dibutuhkan dan penjelasan aspek desain. Kegiatan
integrasi rekomendasi dokumen lingkungan harus dilaksanakan pada tahap
perencanaan dan diimplementasikan pada tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Penyedia Jasa (Kontraktor) harus memenuhi setiap rekomendasi yang telah
dipersyaratkan dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL-UPL).

Rekomendasi pertimbangan lingkungan adalah komponen pengelolaan lingkungan


yang diambil dari RKL/UKL yang berisi daftar mengenai lokasi (stasiun ruas yang
ditinjau), deskripsi lokasi dan rencana teknik mitigasi atau penanganan.
Rekomendasi pertimbangan lingkungan kemudian diintegrasikan dalam desain dan
dijabarkan dalam dokumen perencanaan teknis.
A. Langkah Langkah Pengintegrasian Lingkungan ke dalam Desain
Pengintegrasian Lingkungan ke dalam Desain dilakukan oleh penyusun dokumen
desain (pada tahap desain teknis rinci) oleh seorang Ahli Teknik Jalan, Teknik
Jembatan, Ahli Geoteknik, Ahli Teknik Terowongan, atau ahli teknik bangunan
konstruksi lainnya dibantu oleh Ahli Teknik Lingkungan.
Pengintegrasian Lingkungan ini dilakukan dengan memasukan rekomendasi
pertimbangan lingkungan yang disusun oleh penyusun dokumen lingkungan ke
dalam desain teknis rinci. Pengintegrasian Lingkungan ke dalam Desain, dapat
dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:
1) Persiapan Penjabaran Dokumen RKL/ UKL
Kegiatan penjabaran dokumen RKL maupun UKL dilakukan setelah dokumen
AMDAL atau UKL/ UPL selesai dibuat (ditetapkan/ disahkan).
Persiapan penjabaran dokumen RKL/UKL meliputi:
a) Mengumpulkan dokumen lingkungan ruas jalan terkaittermasuk izin
lingkungannya (apabila ada sesuai ketentuan).

Manual Manajemen Proyek 9 - 57


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

b) Mempelajari dokumen lingkungan apakah masih relevan dengan kondisi


lapangan atau tidak.
c) Apabila dokumen sudah tidak relevan, maka dapat dilanjutkan dengan
survei detil lingkungan pada tahap pelaksanaan desain rinci dan
memberikan rekomendasi yang relevan.
d) Apabila dokumen masih relevan dengan kondisi lapangan, maka
dilanjutkan dengan melakukan inventarisasi dan mempelajari butir-butir
rekomendasi lingkungan dalam dokumen lingkungan.

2) Pemantapan Dokumen RKL/ UKL


Pemantapan dokumen RKL/ UKL pekerjaan jalan harus didahului dengan
kegiatan pengkajian ulang dokumen RKL/UKL untuk melihat apakah
dokumen masih sesuai dengan kondisi saat ini. Apabila terdapat
rekomendasi yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan, maka tenaga Ahli
Teknik Lingkungan dapat memberikan perbaikan rekomendasi sehingga
dapatdigunakan dalam desain. Terkait dengan pengintegrasian lingkungan di
dalam desain maka dalam hal ini pemantauan dan evaluasi terfokus pada
tahap pra-konsruksi dimana pemrakarsa desain bersama dengan konsultan
desain melakukan kegiatan survei lingkungan untuk melihat:
a) Adanya kemungkinan terjadi perubahan alinyemen jalan, dan atau
perubahan luas lahan yang diperlukan, yang dapat mempengaruhi jenis
dan besaran dampak yang timbul, termasuk penanganannya.
b) Adanya kemungkinan terjadi perubahan kondisi lingkungan hidup di tapak
kegiatan, seperti jumlah jenis bangunan dan tanaman yang perlu
dibebaskan, serta jumlah penduduk atau KK yang harus dipindahkan.
c) Adanya kemungkinan kebijakan baru dari pemerintah yang harus diacu
dalam melaksanakan kegiatan seperti pengadaan tanah/pembebasan
lahan.

3) Penjabaran Dokumen RKL/ UKL Kegiatan Jalan dalam Perencanaan


Teknis
Dalam tahap perencanaan teknis rinci (desain teknis rinci) terdapat gambar
kerja, spesifikasi, dan persyaratan teknis pelaksanaan konstruksi yang
merupakan tahap awal dari penyiapan dokumen pengadaan, yang
selanjutnya akan menjadi bagian dalam dokumen kontrak pekerjaan.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, antara lain:
a) Mempelajari butir-butir rekomendasi yang tercantum pada Dokumen
Lingkungan terkait kegiatan.

Manual Manajemen Proyek 9 - 58


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

b) Menuangkan rekomendasi tersebut ke dalam gambar rencana.


c) Menambahkan penggunaan spesifikasi yang memuat tentang lingkungan
hidup.
d) Menghitung biaya yang timbul akibat kegiatan pengelolaan lingkungan
hidup.
e) Menambahkan klausul pengelolaan lingkungan ke dalam Syarat-Syarat
Khusus Kontrak (SSKK) pada standar dokumen pengadaan.

Penjabaran pertimbangan rencana pengelolaan lingkungan hidup ke dalam


desain tersebut juga dapat menghindari terjadinya perbedaan persepsi dari
pelaksana konstruksi dalam menangani dampak yang terjadi yang tercantum
dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan/ Upaya Pengelolaan
Lingkungan (RKL/UKL), seperti misalnya dalam RKL/UKL dikemukakan perlu
membuat perkuatan tebing untuk mencegah timbulnya longsoran tanah,
apabila tidak diterjemahkan ke dalam gambargambar teknis, sangat sulit bagi
pelaksana konstruksi untuk mengimplementasikannya secara tepat sesuai
keinginan perencana. Selain itu dimaksudkan pula untuk dapat menghitung
dimensi dan volume struktur, serta biaya yang diperlukan untuk menangani
dampak yang timbul, seperti misalnya berupa dinding penahan tanah yang
sesuai dengan arahan lingkungan dengan dimensi dan jenis struktur tertentu.

B. Pencantuman Persyaratan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dalam


Dokumen Pengadaan dan Dokumen Kontrak
a) Rumusan persyaratan pengelolaan lingkungan secara umum
Untuk menjamin agar persyaratan pengelolaan lingkungan yang tercantum
dalam RKL atau UKL benar-benar dilaksanakan pada tahap konstruksi, hal
itu harus dicantumkan baik dalam dokumen pengadaan maupun dokumen
kontrak pekerjaan konstruksi.
Perumusan ketentuan atau persyaratan pengelolaan lingkungan hidup dalam
penyiapan dokumen pengadaan merupakan tangung jawab perencana dan
harus dikemukakan dengan jelas dan rinci, agar tidak terjadi salah penafsiran
atau salah pengertian.
b) Rumusan persyaratan pengelolaan lingkungan secara rinci
Untuk dapat memberi jaminan, bahwa kegiatan pengelolaan lingkungan hidup
yang telah dikemukakan dalam dokumen kontrak tersebut akan dilaksanakan
oleh kontraktor pelaksana dalam menyusun rencana kegiatan (work plan),
harus mencantumkan rekomendasi pengelolaan lingkungan hidup,
sebagaimana yang tercantum dalam dokumen kontrak.

Manual Manajemen Proyek 9 - 59


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Bila dalam dokumen kontrak, belum atau tidak tercantum rekomendasi


pengelolaan lingkungan secara rinci, maka kontraktor pelaksana akan
menyusun rencana kerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan RKPPL,
dengan bantuan tenaga Ahli Teknik Lingkungan. Dalam menyusun rencana
kerja harus memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan hidup yang ada di
sekitar lokasi kegiatan dan berpotensi terkena dampak pekerjaan jalan.
Rencana kerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKPPL) tersebut
harus disetujui oleh Pemilik Pekerjaan/PPK pekerjaan konstruksi.

Dasar penyusunan RKPPL mengacu pada Ketentuan dari Spesifikasi Umum


Bab V dari Dokumen Kontrak, pasal: 1.17.1.(1) yang menyebutkan:
Kontraktor harus memahami dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat
pelaksanaan kegiatan konstruksi, serta cara penanganannya sesuai dengan
petunjuk dari Direksi Pekerjaan.Sebelum melaksanakan kegiatan fisik di
lapangan,Kontraktor harus menyusun program pelaksanaan manajemen
lingkungan yang harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan

Pada saat Prebid meeting PPK/Satker harus menyampaikan dokumen


lingkungan kepada penyedia jasa (kontraktor) dan/atau Direksi teknik sebagai
rujukan pelaksanaan pengamanan lingkungan hidup untuk menyusun RKPPL
sesuai Spesifikasi Umum dokumen kontrak pekerjaan jalan dan jembatan.
RKPPL dilaksanakan oleh kontraktor dan dilaporkan setiap bulan sebagai
lampiran Monthly Progress Report (MPR).

Format RKPPL adalah sebagai berikut:


Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pada latar belakang menguraikan rencana kerja pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang akan dilakukan mengacu
pada klausul dalam spesifikasi umum dokumen kontrak
pekerjaan jalan.
1.2. Tujuan dan Sasaran
Menguraikan tujuan dan sasaran dari pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang akan dilakukan.
1.3. Lokasi Kegiatan
Menyebutkan lokasi proyek (lengkapi dengan peta yang jelas)
dan uraikan dengan singkat deskripsi proyek (Klasifikasi jalan,
Panjang, Rumija, dll)

Manual Manajemen Proyek 9 - 60


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Bab II Rencana Kerja Pengelolaan Lingkungan


2.1. Struktur Organisasi Proyek/Kontraktor
2.2. Rona Awal
Menguraikan rona awal lingkungan secara umum sepanjang
ruas jalan yang dikerjakan sesuai hasil survai lapangan,
mencakup kawasan sensitif dll).
2.3. Pengelolaan Lingkungan
Rencana pengelolaan lingkungan dapat dibuat dengan mengisi :
Tabel Pengelolaan Lingkungan oleh Kontraktor, disajikan pada
lampiran.
Bab III Rencana Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan
Pemantauan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dapat dilakukan
dengan menggunakan Tabel Pemantauan Lingkungan oleh
Kontraktor.

Manual Manajemen Proyek 9 - 61


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Gambar 9.7. Proses Pengelolaan Lingkungan ke dalam Pelaksanaan Kontruksi

1. Pemrakarsa (Satker/PPK) menjelaskan perlunya pengelolaan dan pemantauan


Prebid lingkungan dalam pelaksanaan fisik termasuk kewajiban penyusunan RKPPL.
2. Menyediakan copy (AMDAL/UKL-UPL dan diserahkan kepada Penyedia Jasa.
Meeting

Kontraktor mempertimbangkan pengelolaan dan pemantauan lingkungan


hidup dalam penawaran (RAB) berdasarkan rekomendasi dokumen
Tender lingkungan (AMDAL/ UKL&UPL)

1. Kontraktor mempresentasikan konsep rencana pengelolaan dan


pemantauan lingkungan (RKPPL) hidup dalam rencana kerja pelaksanaan
konstruksi
PCM*) 2. Konsultan Supervisi /DSC mereview dan menyusun rencana pengawasan
pelaksanaan RKPPL dan dikonsultasikan kepada CTC . kemudian CTC akan
berkonsultasi kepada Sub Direktorat Teknik Lingkungan dan Keselamatan
Jalan.

1. Kontraktor melaksanakan RKPPL dan membuat laporan pelaksanaan RKPPL


Pelaksanaan sebagai lampiran dalam MC
2. Konsultan Supervisi (DSC) mengawasi pelaksanaan RKPPL dan menyiapkan
Konstruksi laporan monitoring internal bulanan dan laporan monitoring ekternal,
kemudian dikirimkan ke Balai untuk ditindak lanjuti sesuai amanat yang
tertulis pada Izin lingkungan.
3. CTC mereview dan mengevaluasi Laporan Monitoring Lingkungan Internal
Bulanan dan laporan ekternal yang disiapkan DSC Konsultan Supervisi (DSC).
dan memeriksa pelaksanaannya di lapangan yang akan dilakukan
bersamaan dengan monitoring lingkungan
4. Pemrakarsa harus melaporkan hasil pemantauan.

9.5.4. Prosedur Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali


Ditjen Bina Marga akan memastikan bahwa LARAP/LARP akan disiapkan sesuai
dengan Kerangka Kebijakan Pemukiman Kembali yang disepakati setelah selesainya
desain rinci dan akan diserahkan kepada ADB untuk ditinjau dan persetujuan. Tidak
ada pelaksanaan pembebasan lahan atau pembersihan lahan sampai LARAP/LARP
final telah disepakati antara Bina Marga dan ADB, dan ketentuan dalam
LARAP/LARP final telah dilaksanakan secara memuaskan. Dalam kasus perbedaan
antara peraturan perundang-undangan pihak Peminjam dengan SPS ADB (Juni
2009), maka kebijakan ADB yang berlaku.

Prosedur pengadaan tanah untuk kepentingan umum (termasuk pembangunan jalan)


diselenggarakan sesuai Perpres No. 71 Tahun 2012 melalui tahapan:
a. Perencanaan;
b. Persiapan;
c. Pelaksanaan; dan
d. Penyerahan hasil.

Manual Manajemen Proyek 9 - 62


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Instansi-instansi terkait dalam kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan


dalam program RRDP meliputi Direktorat Jenderal Bina Marga (Bina
Program/Koordinator PMU, Bina Pelaksanaan/PMU, Bina Teknik, dan B(B)PJN
termasuk Satker PJN dan P2JN); Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota; BPN
(termasuk Kanwil dan Kantor Pertanahan); dan Masyarakat (warga terkena proyek).

9.5.4.1. Tahapan Perencanaan Pengadaan Tanah


Tahapan perencanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan pada program
RRDP dilakukan pada tahap perencanaan teknis (akhir) didalam Siklus Tahap
Pembangunan Jalan.

Pada tahapan perencanaan teknis akhir ini dilakukan kegiatan Penyusunan


Dokumen LARAP/LARP (sesuai ketentuan ADB), dan Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (sesuai Peraturan Indonesia/Perpres No. 71
Tahun 2012) atau Proposal Rencana Pembangunan (Perka BPN No. 7 Tahun
2007). Penyusunan Dokumen LARAP/LARP dan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah atau Proposal Rencana Pembangunan dilakukan oleh B(B)PJN
atau Satker PJN/P2JN yang dapat dibantu oleh Konsultan.

Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah didasarkan pada RTRW,


RPJMN, Renstra, Studi Kelayakan (termasuk dokumen lingkungan) atau Rencana
Kerja Direktorat Jenderal Bina Marga.

Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah minimal memuat:


a. Maksud dan tujuan rencana proyek/pembangunan
b. Kesesuaian dengan RTRW & RPJM
c. Letak tanahmenurut wilayah administrasi (desa, kecamatan, kab/kota, provinsi)
d. Luas tanah yang dibutuhkan
e. Gambaran umum status tanah
f. Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah
g. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan
h. Perkiraan nilai tanah
i. Rencana penganggaran
j. Studi lain yang diperlukan

Sesuai ketentuan ADB, untuk paket program RRDP yang memerlukan kegiatan
pengadaan tanah harus dilengkapi dengan Land Acquisition and Resettlement Plan
(LARAP/LARP).

Manual Manajemen Proyek 9 - 63


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Tahapan penyusunan Dokumen LARAP/LARP meliputi:


a. Persiapan Penyusunan LARAP/LARP
1) Konsultasi berjenjang dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dan instansi
terkait dengan:
a). Kebijakan Pemda (Kabupaten/Kota) dalam penanganan kegiatan
pengadaan tanah dan pemukiman kembali
b). Kesiapan perangkat pelaksanaan dan kerangka kelembagaannya,
c). Kesiapan/rencana pelaksanaan pengadaan tanah,
2) Pengumpulan data sekunder, meliputi:
a). Dokumen akhir perencanaan teknis (DED)
b). Peta persil tanah dan data status kepemilikannya
c). Peta dasar dan/atau peta situasi/konfigurasi bangunan
d). Data (dokumen) tentang kebijakan Pemda setempat dalam menangani
kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali serta perangkat
pelaksanaannya
e). Dokumen rencana tata ruang kabupaten/kota (RUTR/RTRK) di Kantor
Bappeda.
3) Briefing Tim Penyusun LARAP/LARP (termasuk surveyor), tentang manfaat
dan dampak rencana kegiatan jalan, dan data primer kependudukan yang
perlu dikumpulkan.

b. Konsultasi Tidak Langsung


Konsultasi tidak langsung ini bertujuan untuk menjalin kerjasama sekaligus untuk
menyamakan persepsi serta menampung saran/tanggapan dari para tokoh
masyarakat/ketua adat mengenai manfaat pembangunan jalan dan upaya
penanganan dampak sosial ekonomi dari kegiatan pengadaan lahan.

c. Survai Sosial Ekonomi


1) Tujuannya memperoleh gambaran rinci mengenai kondisi sosial ekonomi
warga terkena proyek sebelum pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah.
2) Metode sensus dengan menggunakan perangkat survai (kuesioner).
Uraian jenis data sosial ekonomi yang perlu dikumpulkan, antara lain:
1. Luas, kondisi, dan status tanah, bangunan, dan benda-benda lain yang
berkaitan dengan tanah yang terkena proyek,
2. Identitas penduduk terkena proyek (meliputi: jumlah, umur, jenis kelamin,
pendidikan, mata pencaharian, standar hidup, lama tinggal).
3. Informasi tentang kelompok rentan (seperti: fakir miskin, kepala rumah
tangga perempuan, janda, kelompok jompo, anak-anak, kelompok

Manual Manajemen Proyek 9 - 64


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

minoritas, komunitas adat, dan orang-orang yang tidak dilindungi oleh


hukum terutama yang berkaitan dengan kompensasi atas tanah).
4. Pola penguasaan tanah dan sistem pengalihannya.
5. Informasi harga pasar dan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) tanah, harga
bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
Informasi didasarkan atas informasi tertulis dari instansi berwenang
seperti Keputusan Bupati, Keputusan Instansi Teknis terkait.
6. Dampak kegiatan pembangunan jalan terhadap pola-pola interaksi sosial
dalam komunitas penduduk termasuk jaringan sosial dan sistem
dukungan sosial.
7. Krakteristik budaya, seperti sistem kepercayaan, upacara adat dan
keagamaan/ kepercayaan, kelompok-kelompok budaya.
8. Jika diperlukan pemukiman kembali, perlu pengumpulan data karakteristik
sosial budaya dari penduduk yang tinggal di sekitar lokasi baru, seperti: (i)
peta lokasi, (ii) jumlah dan kepadatan penduduk, kondisi sosial budaya
dan ekonomi, (iii) tataguna dan status kepemilikan tanah, (iv) potensi
pengembangan ekonomi, (v) infrastruktur sosial yang ada, (vi) kesediaan
penduduk setempat menerima pendatang.

d. Diskusi dan Konsultasi dengan Pemerintah Daerah


1) Diskusi dan konsultasi ini membahas hasil survai sosial ekonomi. Pemerintah
daerah terdiri dari Bupati/Walikota atau Sekretaris kabupaten/kota, Dinas PU,
Kantor Pertanahan, Dinas Sosial, Dinas Pertanian, Bappeda, Dinas
Kesehatan, Dinas UKM/Koperasi, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, dan
Instansi lain yang relevan.
2) Sasaran dari diskusi dan konsultasi ini adalah perumusan konsep
penanganan dampak sosial pengadaan tanah untuk pembangunan jalan.

e. Penyusunan Laporan Studi dan Konsep LARAP/LARP


Aspek-aspek substantif secara dalam garis besar dalam menyusun rencana-
rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali (LARAP/LARP) meskipun
tidak dengan urutan seperti ditunjukkan di bawah ini.
1) Cakupan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali
Bagian ini:
(i) Membahas potensi dampak proyek dan menyertakan peta-peta
kawasankawasan atau zona-zona dampak yang diakibatkan komponen
atau aktivitas proyek;

Manual Manajemen Proyek 9 - 65


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

(ii) Menjelaskan cakupan pembebasan lahan (menyediakan peta) dan


menjelaskan mengapa perlu untuk proyek investasi utama;
(iii) Memberi ringkasan dampak-dampak kunci terkait dengan aset-aset yang
diperlukan dan tentang pendduk yang dipindahkan; dan
(iv) Memberikan rincian tentang segala sumber daya properti umum yang
akan dibebaskan.

2) Informasi dan Profil Sosial Ekonomi


Pada bagian ini memberi garis besar tentang hasil-hasil pengkajian dampak
sosial, survei sensus dan kajian-kajian lain, dengan informasi dan/atau data
terpilah dari segi gender, kerentanan dan pengelompokan sosial lainnya,
termasuk:
(i) Menentukan, mengidentifikasi, dan menghitung penduduk dan komunitas
yang akan terkena dampak;
(ii) Menjelaskan dampak-dampak pembebasan lahan dan aset yang
mungkin timbul pada penduduk dan komunitas yang terkena dampak
dengan menggunakan parameter-parameter sosial, budaya, dan ekonomi
sebagai pertimbangan;
(iii) Membahas dampak-dampak proyek pada penduduk miskin, Penduduk
Asli/Masyarakat Adat dan/atau etnis minoritas; dan kelompok-kelompok
rentan lainnya; dan
(iv) Mengidentifikasi dampak-dampak gender dan keberhakan serta situasi
sosial ekonomi dan dampak, kebutuhan dan prioritas perempuan.

3) Penyebaran Informasi, Konsultasi dan Partisipasi


(i) Mengidentifikasi para pemangku kepentingan proyek; khususnya
pemangku kepentingan utama;
(ii) Menjelaskan mekanisme konsultasi dan partisipasi yang akan digunakan
selamaberbagai tahap siklus proyek;
(iii) Menjelaskan aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menyebarkan
informasi tentang proyek dan pemukiman kembali selama rancangan
proyek dan persiapan untuk melibatkan para pemangku kepentingan;
(iv) Memberi ringkasan tentang hasil-hasil konsultasi dengan para penduduk
yang terkena dampak (termasuk masyarakat tempatan) dan membahas
bagaimana permasalahan yang diangkat dan rekomendasi yang dibuat
ditangani dalam rencana pemukiman kembali; Menegaskan
pengungkapan konsep rencana pemukiman kembali kepada penduduk

Manual Manajemen Proyek 9 - 66


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

yang terkena dampak dan mencakup penyelenggaraan untuk


mengungkapkan rencana-rencana selanjutnya; dan
(v) Menjelaskan perencanaan langkah-langkah pengungkapan informasi
(termasuk jenis informasi yang akan disebarkan dan metode diseminasi)
dan proses konsultasi dengan penduduk yang terkena dampak selama
pelaksanaan proyek.

4) Mekanisme Penanganan Keluhan


Bagian ini menjelaskan mekanisme untuk menerima dan memfasilitasi
pemecahan permasalahan dan keluhan penduduk. Ia menjelaskan
bagaimana prosedur bisa dijangkau oleh penduduk yang terkena dampak
dan peka gender.

5) Kerangka Kerja Hukum


Bagian ini:
(i) Menjelaskan undang-undang dan peraturan nasional dan lokal yang
berlaku pada proyek dan mengidentifikasi kesenjangan antara peraturan
setempat dengan persyaratan kebijakan ADB; dan membahas
bagaimana kesenjangan tersebut akan ditangani.
(ii) Menjelaskan komitmen hukum dan kebijakan dari lembaga pelaksana
untuk semua jenis penduduk yang dipindahkan;
(iii) Memberi garis besar tentang prinsip-prinsip dan metodologi yang
digunakan untuk menentukan pemberian nilai dan tingkat ganti rugi
sebagai biaya pengganti untuk aset-aset, penghasilan dan penghidupan;
dan menetapkan kriteria kelayakan untuk mendapakan ganti rugi dan
bantuan dan bagaimana serta kapan ganti rugi dan bantuan akan
diberikan.
(iv) Menjelaskan proses pembebasan lahan dan menyiapkan satu jadwal
untuk memenuhi persyaratan prosedural kunci.

6) Keberhakan, Bantuan dan Manfaat


Bagian ini:
(i) Mengidentifikasi keberhakan dan kelayakan penduduk yang dipindahkan
dan menjelaskan semua langkah-langkah bantuan pemukiman kembali
(termasuk satu matriks hak-hak);
(ii) Menjelaskan semua bantuan untuk kelompok rentan, termasuk
perempuan dan kelompok-kelompok khusus lain; dan

Manual Manajemen Proyek 9 - 67


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

(iii) Memberi garis besar tentang peluang-peluang untuk para penduduk yang
terkena dampak untuk mendapatkan manfaat pembangunan yang
semestinya dari proyek.

7) Relokasi Perumahan dan Pemukiman


Bagian ini:
(i) Menjelaskan pilihan-pilihan untuk merelokasi perumahan dan struktur-
struktur lain, termasuk perumahan pengganti, ganti rugi tunai pengganti,
dan/atau pemilihan sendiri (memastikan bahwa permasalahan gender
dan dukungan untuk kelompok rentan teridentifikasi);
(ii) Menjelaskan alternatif lokasi-lokasi relokasi yang menjadi pertimbangan;
konsultasi dengan masyarakat dilakukan; dan justifikasi untuk memilih
lokasi, termasuk rincian tentan glokasi, pengkajian lingkungan tentang
lokasi dan kebutuhan pembangunan;
(iii) Memberikan jadwal untuk persiapan dan transfer lokasi;
(iv) Menjelaskan penyelenggaraan hukum untuk mensahkan penguasaan
lahan dan memindahkan hak kepemilikan ke penduduk yang dimukimkan
kembali;
(v) Memberi garis besar tentang langkah-langkah untuk membantu
pemindahan dan menetapnya penduduk yang dipindahkan di tempat
baru;
(vi) Menjelaskan rencana-rencana untuk menyediakan prasarana umum
[civic infrastructure]; dan
(vii) Menjelaskan bagaimana integrasi dengan penduduk setempat akan
dilakukan.

8) Pemulihan dan Rehabilitasi Penghasilan


Bagian ini:
(i) Mengidentifikasi risiko-risiko terhadap penghidupan dan menyusun
tabel-tabel terpilah berdasarkan pada data demografi dan sumber-
sumber penghidupan;
(ii) Menjelaskan program pemulihan penghasilan, termasuk berbagai
pilihan untuk memulihkan semua jenis penghidupan (contoh
mencakup pembagian manfaat proyek, pengaturan pembagian
pendapatan, saham gabungan untuk kontribusi penyertaan modal
seperti lahan, membahas keberlanjutan dan jaring pengaman);

Manual Manajemen Proyek 9 - 68


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

(iii) Memberi garis besar tentang langkah-langkah untuk memberikan


jaring pengaman sosial melalui asuransi sosial dan/atu dana khusus
proyek;
(iv) Menjelaskan langkah-langkah khusus untuk mendukung kelompok
rentan;
(v) Menjelaskan pertimbangan-pertimbangan gender; dan
(vi) Menjelaskan program-program pelatihan.

9) Anggaran Pemukiman Kembali dan Rencana Pendanaan


Bagian ini:
(i) Memberikan satu anggaran yang dirinci per item untuk semua
aktivitas pemukiman kembali, termasuk untuk unit pemukiman
kembali, pelatihan staf, pemantauan dan evaluasi, dan penyusunan
rencana pemukiman kembali selama pelaksanaan pinjaman;
(ii) Menjelaskan aliran dana (anggaran pemukiman kembali tahunan
harus menunjukkan pengeluaran dibandingkan anggaran untuk item-
item kunci);
(iii) Menyertakan satu justifikasi untuk semua asumsi yang dibuat dalam
menghitung tingkat kompensasi dan perkiran biaya lain (dengan
mempertimbangkan baik kontinjensi fisik maupun biaya), termasuk
biaya-biaya penggantian;
(iv) Menyertakan informasi tentang sumber pendanan untuk anggaran
rencanapemukiman kembali.

10) Penyelenggaraan Kelembagaan


Bagian ini
(i) Menjelaskan tanggung jawab dan mekanisme penyelenggaraan
kelembagaan dalam melaksanakan langkah-langkah rencana
pemukiman kembali;
(ii) Menyertakan program pengembangan kapasitas lembaga, termasuk
bantuan teknis, jika perlu;
(iii) Menjelaskan peran LSM-LSM, jika terlibat, dan organisasi-organisasi
penduduk yang terkena dampak dalam perencanaan dan pengelolaan
pmkb; dan
(iv) Menjelskan bagaimana kelompok perempuan akan terlibat dalam
rencana dan pengelolaan pemukiman kembali,

Manual Manajemen Proyek 9 - 69


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

11) Jadwal Pelaksanaan


Bagian ini mencakup satu jadwal pelaksanaan yang rinci dan terikat
waktu untuk semua aktivitas kunci dalam pemukiman kembali dan
rehabilitasi. Jadwal pelaksanaan harus mencakup semua aspek aktivitas
pemukiman kembali yang disinkronkan dengan jadwal proyek dalam
konstruksi kerja sipil dan memberikan proses dan kerangka waktu
pembebasan lahan.

12) Pemantauan dan Pelaporan


Bagian ini menjelaskan mekanisme dan tolok ukur yang tepat untuk
memantau dan mengevaluasi pelaksanaan rencana pemukiman kembali.
Ia menetapkan pengatuan untuk partisipasi penduduk yang terkena
dampak dalam proses pemantauan. Bagian ini akan juga
menggambarkan prosedur pelaporan.

f. Konsultasi Langsung (Pleno).


Forum pleno ini untuk menyepakati konsep rencana tindak pengadaan tanah
dan pemukiman kembali.
Peserta Pleno ini meliputi: Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Bappeda,
Ditjen Bina Marga/Satker PJN, Instansi terkait, WTP atau perwakilannya, dan
pemangku kepentingan lainnya, termasuk kalau diperlukan anggota DPRD.

g. Finalisasi konsep LARAP/LARP


1. Berdasarkan Pleno, penyusun LARAP/LARP memfinalkan Dokumen
LARAP/LARP. Konsep LARAP/LARP selanjutnya dikirim oleh B(B)PJN
atau Satker ke PMU/CTC untuk diperiksa (review) sebelum dimintakan No
Objection Letter (NOL) dari ADB.
2. Setelah mendapatkan NOL, LARAP/LARP ditetapkan oleh Satker PJN
sehingga program pengadaan tanah dan permukiman kembali dapat
dilaksanakan oleh Satker dan instansi penanggung jawab lainnya.
3. Dokumen LARAP/LARP ini dapat dilampirkan dalam Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah yang akan dikirimkan oleh B(B)BJN /
Satker PJN ke Gubernur untuk mendapatkan penetapan lokasi
pembangunan untuk kepentingan umum.
Contoh Sistematika LARAP/LARP
A. Ringkasan Eksekutif
B. Deskripsi Proyek
C. Cakupan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali

Manual Manajemen Proyek 9 - 70


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

D. Informasi dan Profil Sosial Ekonomi


E. Pengungkapan Informasi, Konsultasi dan Partisipasi
F. Mekanisme Penanganan Keluhan
G. Kerangka Kerja Hukum
H. Keberhakan, Bantuan dan Manfaat
I. Relokasi Perumahan dan Pemukiman
J. Pemulihan dan Rehabilitasi Penghasilan
K. Anggaran Pemukiman Kembali dan Rencana Pendanaan
L. Penyelenggaraan Kelembagaan
M. Jadwal Pelaksanaan
N. Pemantauan dan Pelaporan

9.5.4.2. Tahapan Persiapan Pengadaan Tanah


Tahapan persiapan pengadaan tanah dilakukan pada tahap pra-konstruksi dalam
Siklus Tahap Pembangunan Jalan. Gubernur melaksanakan tahapan kegiatan
persiapan pengadaan tanah setelah menerima Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah(termasuk Lampiran berupa Dokumen LARAP/LARP) dari
Direktorat Jenderal Bina Marga c/q B(B)PJN atau Satker PJN/P2JN. Gubernur
dapat mendelegasikan kewenangan pelaksanaan persiapan pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan umum kepada Bupati/Walikota.

Gubernur/Bupati/Walikota membentuk Tim Persiapan, yang akan bertugas:


a. Melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan (proyek jalan)
b. Melakukan pendataan awal lokasi proyek jalan
c. Melaksanakan konsultasi publik rencana proyek jalan
d. Menyiapkan penetapan lokasi proyek jalan
e. Mengumumkan penetapan lokasi proyek jalan

Berdasarkan Penetapan Lokasi Pembangunan(proyek jalan)dari Gubernur, Ditjen


Bina Marga c/q B(B)PJN atau Satker PJN/P2JN mengajukan pelaksanaan
pengadaan tanah kepada Kepala Kantor Wilayah BPN/Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten selaku Ketua Pelaksana Pengadaaan Tanah (Prepres
71/2012) atau Bupati sebagai Panitia Pengadaan Tanah (Perpres 36/2005 Jo
Perpres 65/2006). Pengajuan pelaksanaan pengadaan tanah dilengkapi dengan:
a. Keputusan Penetapan Lokasi Proyek Jalan
b. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (termasuk Lampiran Dokumen
LARAP/LARP)
c. Data awal Pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah.

Manual Manajemen Proyek 9 - 71


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Tim Monitoring Internal yang dibentuk oleh Kepala Satker PJN akan melakukan
penyusunan laporan implementasi LARAP/LARP selama proses tahapan
persiapan pengadaan tanah. Laporan

9.5.4.3. Tahapan Pelaksanaan Pengadaan Tanah


Tahapan pelaksanaan pengadaan tanah (termasuk di dalamnya tahapan
implementasi LARAP/LARP) dilakukan pada tahap pra-konstruksi dalam Siklus
Tahap Pembangunan Jalan. Pelaksanaan pengadaan tanah diselenggarakan
oleh Kepala Kantor Wilayah BPN selaku Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah
(Perpres No 71/2012) atau oleh Panitia Pengadaan Tanah (Perpres 36/2005 Jo
Perpres 65/2006).Dalam hal kompensasi/ganti kerugian bukan dalam bentuk
uang, Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah menugaskan kepada instansi yang
memerlukan tanah atau instansi terkait lain sesuai bidangnya untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Kepala Kantor Wilayah BPN dapat
menugaskan Kepala Kantor Pertanahan sebagai Ketua Pelaksana Pengadaan
Tanah. Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah dapat membentuk Satuan Tugas
Pelaksana Pengadaan Tanah.

Proses kegiatan pengadaan tanah pada tahapan pelaksanaan pengadaan tanah


meliputi:
1. Sosialisasi rencana pengadaan tanah
2. Inventarisasi dan identifikasi aset terkena
3. Penetapan Penilai
4. Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian
5. Pemberian ganti kerugian
6. Pelepasan obyek pengadaan tanah

Pada tahapan ini, Tim Monitoring Internal yang dibentuk oleh Kepala Satker PJN
melakukan penyusunan laporan implementasi LARAP/LARP selama proses
pelaksanaan pengadaan tanah hingga selesai pemberian ganti rugi/pelepasan
obyek pengadaan tanah dan pemecahan surat tanah (splitzing

9.5.4.4. Tahapan Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah


Tahapan penyerahan hasil pengadaan tanah dilakukan menjelang tahap
konstruksi dalam Siklus Tahap Pembangunan Jalan. Ketua Pelaksana
Pengadaan Tanah (Panitia Pengadaan Tanah) menyerahkan hasil pengadaan
tanah kepada Ditjen Bina Marga c/q B(B)PJN/Satker PJN disertai data

Manual Manajemen Proyek 9 - 72


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Pengadaan Tanah paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak pelepasan hak obyek
pengadaan tanah.

Pada tahap pasca konstruksi hingga tahap evaluasi pasca konstruksi dalam
Siklus Tahap Pembangunan Jalan, BPN melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan hasil
pengadaan tanah untuk kebutuhan paket ruas jalan yang bersangkutan dan
menyerahkan hasil laporan pemantauan dan evaluasi tersebut kepada Ditjen
Bina Marga/Dinas PU Provinsi/Kabupaten/Kota

Manual Manajemen Proyek 9 - 73


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Gambar
Gambar 10.5
10.5 PROSEDUR
9.8. Prosedur
Gambar PENGADAAN
Pengadaan
PROSEDUR Tanah danTANAH
PENGADAAN DAN
DAN LARAP
LARAP/LARP
TANAH PADA
PADA WINRIP
pada Program
LARAP WINRIP
RRDP
Peran Ditjen Bina Marga Peran PEMDA terkait dengan Penyusunan
Tahap BPN (termasuk Kanwil dan
No Tahapan LARAP Bina Program Bina Pelaksanaan B(B)PJN (termasuk dan Pelaksanaan LARAP dan Pengadaan Masyarakat / WTP Keterangan
Pembangunan Jalan Bina Teknik Kantor Pertanahan)
(Koordinator PMU) (PMU) Satker PJN & P2JN Tanah

PERENCANAAN
PERENCANAAN UMUM
UMUM

Persiapan Loan Agreement (dalam kaitan tabel ini hanya untuk penyusunan LARAP), Tim
PERENCANAAN
PERENCANAAN TEKNIS
TEKNIS Konsultan Persiapan PHLN (PPTA) yang dikoordinir oleh Bipran melakukan identifikasi
AWAL
AWAL kebutuhan LARAP (Penyaringan Sosial) berdasar FS dan/atau Pra FS

Alternatif 1 :Penyusunan Dok. Lingk dan/


atau izin lingk. berdasarkan FS (belum
ada DED dan tanpa data sosekbud detil)
Penyusunan Dokumen LARAP oleh Tim
Konsultan (CTC) yang dikoordinir oleh
PMU dengan tetap koordinasi bersama
Bipran, Binlak, Bintek, dan B(B)PJN DED jadi
PERENCANAAN
PERENCANAAN TEKNIS
TEKNIS
AKHIR
AKHIR Persiapan Penyusunan LARAP
1.
1. a.Konsultasi awal dgn Pemda Membuat kesepakatan dukungan Teknis
b.Pengumpulan data sekunder

Mendukung & menyaksikan/ memantau mendukung mengetahui


Konsultasi tidak langsung Tokoh Masyarakat diharapkan
2.
2. (dengan Tokoh masyarakat dapat mendukung
Menyepakati jumlah WTP, juga
perkiraan besaran, pilihan dan
bentuk ganti kerugian. Termasuk
3.
3. Survai sosial ekonomi
rencana pemukiman kembali dan
Mendukung & menyaksikan/ memantau rehabilitasi

mengetahui untuk
Diskusi & konsultasi
menjadi catatan dalam
4.
4. pemrakarsa/tim survai dengan
pelaksanaan Pengadaan
Pemda tentang hasil survai sosek
Tanah (PT)

Alternatif 2: Penyusunan Dok.


5.
5. Penyusunan Laporan Studi dan Lingkungan dan/atau izin
konsep LARAP , minimal berisi: lingkungan dilakukan
a. kerangka program rehabilitasi bersamaan / paralel dengan
sosial ekonomi/ pembinaan, Penyusunan LARAP
b. mekanisme monitoring & (berdasarkan DED dan data lebih
evaluasi, detil) Menyepakati bentuk dan besaran
c. jadwal waktu pelaksanaan ganti kerugian (perkiraan),
(termasuk pembangunan jalan), kerangka Program rehabilitasi/
d. anggaran & sumber pembinaan , mekanisme monev,
pembiayaan; kerangka kelembagaan, jadwal
waktu pelaksanaan, dan anggaran mengetahui untuk menjadi
Mendukung, menghadiri /menyaksikan Pleno ini
dalam LARAP catatan dalam pelaksanaan PT
Menyepakati bentuk dan
Konsultasi langsung (pleno) besaran ganti kerugian
6.
6. untuk menyepakati konsep termasuk kerangka Program
LARAP (termasuk penetapan cut rehabilitasi/ pembinaan dan
off date) jadwal waktu pelaksanaan

Setelah mendapatkan NOL, LARAP


ditetapkan oleh Gubernur/ Bupati/
Finalisasi konsep LARAP Bina Marga mengirimkan konsep LARAP Final ke Lembaga
7.
7. (perbaikan hasil pleno bila ada Donor untuk mendapatkan No Objection Letter (NOL)
Walikota untuk dilaksanakan oleh
berbagai instansi terkait di Pemda ,
Ditjen Bina Marga dan/atau BPN

Salinan Penetapan Dokumen LARAP didistribusikan oleh PMU ke Bintek, B(B)PJN, Satker
PJN, P2JN, serta instansi-instansi di bawah Pemda yang terkait,

Tahap
Dokumen LARAP menjadi lampiran dari
Gubernur menerima Dok. Perencanaan
Dok. Perencanaan Pengadaan Tanah (PT)
Perencanaan PT Pengadaan Tanah
untuk dikirimkan ke Gubernur
(PT)

A B

Manual Manajemen Proyek 9 - 74


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

PRA-KONSTRUKSI
PRA-KONSTRUKSI A B

Gubernur / Bupati/ Walikota Membentuk mengetahui untuk


8.
8. Implementasi LARAP Tim Persiapan untuk melakukan : menjadi catatan dalam
pelaksanaan PT
B(B)PJN dan/ atau Bina Teknik
mendukung PMU untuk memantau dan
mencatat proses persiapan PT di 1. pemberitahuan rencana pembangunan
lapangan. Sebagai bagian dari laporan
implementasi LARAP yang disusun oleh
PMU 2. pendataan awal (dapat mengacu pada
PMU melalui CTC / DSC melakukan data LARAP) menghasilkan daftar
penyusunan laporan implementasi sementara lokasi rencana pembangunan
9.
9. Monitoring implementasi LARAP LARAP selama proses Pengadaan
Tahap Persiapan
Tanah hingga selesai pemberian
PT
ganti kerugian. 3. Konsultasi Publik, untuk mendapatkan
kesepakatan lokasi rencana pembangunan Menyepakati bentuk ganti
kerugian, (untuk besaran ganti
kerugian akan ditentukan oleh
Jika diperlukan Relokasi dan Revisi DED maka Penilai di tahap Pelaksanaan
Laporan monitoring internal ini di
diserahkan kembali ke Bina Marga (namun bila PT) termasuk kerangka
berikan ke Lembaga Donor dalam dikabulkan Masyarakat
LARAP dilakukan secara benar, maka Program rehabilitasi/
bentuk Laporan bulanan, Laporan keberatan ?
seharusnya disini sudah tidak ada keberatan pembinaan dan jadwal waktu
triwulanan, Laporan per tahun, dan
masyarakat pelaksanaan. (kesepakatan ini
Laporan Akhir (Lap. akhir termasuk ditolak
laporan data Hasil PT yang seharusnya mengacu/
diserahkan oleh BPN di akhir 4. Menyiapkan & mengumumkan berdasarkan pada LARAP
proses). Penetapan Lokasi Pembangunan
Ketua Pelaksana PT
Berdasarkan Penetapan Lokasi
(Kepala Kantor
Laporan/ hasil Monitoring (terkait Pembangunan, Bina Marga mengajukan
Pertanahan)
progress implementasi) secara pelaksanaan Pengadaan Tanah kepada
membentuk Satuan
berkala harus dapat diakses dan Ketua Pelaksanaan PT
Tugas Pelaksana PT
ditanggapi oleh masyarakat
(terutama WTP)

B(B)PJN dan/ atau Dit. Bina Teknik Pelaksana Pengadaan Tahap Pelaksanaan
mendukung PMU untuk memantau dan Tanah melakukan: Menyepakati bentuk dan
besaran ganti kerugian yg Pengadaan Tanah
mencatat proses pelaksanaan PT di 1. Inventarisasi dan (PT)
lapangan. Sebagai bagian dari laporan Identifikasi ditentukan oleh Penilai
implementasi LARAP yang disusun oleh 2. Penetapan Penilaian termasuk kerangka Program
PMU 3. Musyawarah dan rehabilitasi/ pembinaan dan
Penetapan Ganti jadwal waktu pelaksanaan.
Pada tahap Pelaksanaan PT Kerugian
Tim Monitoring internal melakukan B(B)PJN dan/ atau Dit. Bina Teknik
pemutakhiran dokumen LARAP mendukung PMU untuk memantau dan
terkait besaran harga ganti mencatat proses penyerahan ganti Penyerahan Ganti
kerugian yang ditetapkan Tim menerima ganti kerugian
kerugian . Sebagai bagian dari laporan Kerugian
Penilai (Appraisal) implementasi LARAP yang disusun oleh
PMU Penyerahan Ganti
Penyerahan Hasil Kerugian
Pengadaan Tanah ke menerima sertifikat tanah sisa
Bina Marga
Bina Marga mengajukan
permohonan sertifikat hak atas
tanah
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI
Menyelesaikan
Permohonan Sertifikat

PASKA
PASKA KONSTRUKSI
KONSTRUKSI monitoring dan evaluasi Bina Marga (PMU) menugaskan tim Monitoring Independen (Konsultan/ Akademisi/ LSM) untuk Mendukung WTP terkait memberikan
10.
10. eksternal melakukan monitoring hasil implementasi LARAP yang telah dilakukan (1-2 tahun sebelumnya) informasi tentang
perubahan kondisi sosial
Tim Monitroring Independen tetap berkoordinasi dengan PMU, Bintek, dan B(B)PJN dalam ekonominya pasca terkena
pelaksanaan monitoring eksternal ini dampak PT
Monev dilakukan oleh BPN
EVALUASI
EVALUASI terhadap penggunaan dan
Bina Marga menerima hasil monitoring pemanfaatan hasil PT bagi
PASKA
PASKA KONSTRUKSI
KONSTRUKSI 11.
11. dan evaluasi BPN pembangunan untuk
kepentingan umum

KETERANGAN
KETERANGAN SIMBOL
SIMBOL // GAMBAR
GAMBAR :: Sumber
Tahapan
Tahapan Inti
Inti Prosedur
Prosedur LARAP
LARAP Tahapan
Tahapan Penyerahan
Penyerahan Ganti
Ganti Kerugian
Kerugian Sumber :: Petunjuk
Petunjuk Praktis
Praktis Pengelolaan
Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan Bidang
Bidang Jalan
Jalan 2014,
2014, Kementerian
Kementerian PU
PU Ditjen
Ditjen
Bina
Bina Marga,
Marga, Dit
Dit Bintek
Bintek dan
dan Perpres
Perpres No
No 71
71 Thn
Thn 2012
2012
Prose
Prose Pengadaan
Pengadaan Tanah
Tanah berdasarkan
berdasarkan UU
UU no.2
no.2 thn
thn 2012
2012 Prose
Prose Paralel
Paralel lainnya
lainnya
Tahap
Tahap Perencanaan
Perencanaan Pengadaan
Pengadaan Tanah
Tanah Proses
Proses Paralel
Paralel yanh
yanh terkait
terkait // mendukung
mendukung LARAP
LARAP
Tahap
Tahap Persiapan
Persiapan Pengadaan
Pengadaan Tanah
Tanah Garis
Garis Proses
Proses
Tahap
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan Pengadaan
Pengadaan Tanah
Tanah Garis
Garis Dukungan
Dukungan

Manual Manajemen Proyek 9 - 75


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

9.5.5. Perencanaan Penduduk Asli/Masyarakat Adat


Aspek-aspek yang akan dikaji dalam penyiapan Perencanaan untuk Penduduk
Asli/Masyarakat Adat adalah sebagai berikut:
1) Deskripsi Proyek
Bagian ini memberikan satu gambaran umum tentang proyek; membahas
komponenkomponen dan aktivitas-aktivitas proyek yang bisa menimbulkan
dampak pada Penduduk Asli/Masyarakat Adat; dan mengidentifikasi wilayah
proyek.

2) Pengkajian Dampak Sosial


Bagian ini:
(i) meninjau kerangka kerja hukum dan kelembagaan yang berlaku untuk
Penduduk Asli/Masyarakat Adat dalam konteks proyek;
(ii) memberikan informasi dasar tentang karakteristik demografi, sosial,
budaya dan politik tentang komunitas Penduduk Asli/Masyarakat Adat
yang terkena dampak; lahan dan teritori yang secara tradisional telah
mereka miliki atau secara adat mereka manfaatkan atau tempati; dan
sumber daya alam yang menjadi gatungan mereka;
(iii) mengidentifikasi pemangku kepentingan kunci dalam proyek dan
menjabarkan satu proses yang selaras budaya dan peka gender dalam
melakukan konsultasi yang bermakna dengan Penduduk Asli/Masyarakat
Adat di setiap tahap persiapan dan pelaksanaan proyek, dengan
mempertimbangkan tinjauan dan informasi dasar.
(iv) mengkaji, dengan didasarkan pada konsultasi yang bermakna dengan
komunitas Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang terkena dampak, potensi
dampak yang positif maupun merugikan yang ditimbulkan proyek. Penting
dalam penentuan potensi dampak merugikan adalah analisis peka gender
tentang kerentanan relatif dan risiko Penduduk Asli/Masyarakat Adat
mengingat kondisi khusus mereka dan keterikatan mereka yang erat
dengan lahan dan sumber daya alam serta kurangnya akes mereka ke
peluang-peluang yang secara relatif tersedia untuk kelompok sosial lain
dalam komunitas , kawasan atau masyarakat nasional dimana mereka
tinggal;
(v) mencakup satu pengkajian peka gender tentang persepsi Penduduk
Asli/Masyarakat Adat yang terkena dampak tentang proyek dan
dampaknya pada status sosial, ekonomi dan budaya mereka;

Manual Manajemen Proyek 9 - 76


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

(vi) mengidentifikasi dan merekomendsikan, dengan didasarkan pada


konsultasi bermakna dengan Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang
terkena dampak, langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindari
dampak yang merugikan atau, jika penghindaran seperti itu tidak mungkin
dilakukan, untuk mengidentifikasi langkah-langkah untuk meminimalkan,
meredam, dan atau memberi ganti rugi untuk dampak-dampak seperti itu
dan untuk memastikan bahwa Penduduk Asli/Masyarakat Adat menerima
manfaat proyek yang selaras dengan budaya.

3) Pengungkapan Informasi, Konsultasi dan Partisipasi


Bagian ini:
(i) menjelaskan pengungkapan informasi, konsultasi dan proses partisipasi
dengan Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang terkena dampak, yang
dilakukan selama persiapan proyek;
(ii) meringkas komentar-komentar Penduduk Asli/Masyarakat Adat tentang
hasil-hasil pengkajian dampak sosial dan mengidentifikasi permasalahan
yang diangkat selama konsultasi dan bagaimana permasalahan-
permasalahan tersebut telah ditangani dalam rancangan proyek;
(iii) apabila aktivitas-aktivitas proyek memerlukan dukungan masyarakat
secara luas, mendokumentasikan proses dan hasil konsultasi-konsultasi
dengan Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang terkena dampak dan
segala kesepakatan yang dihasilkan dari konsultasi-konsultasi semacam
itu untuk aktivitas proyek dan langkah-langkah perlindungan yang
dilakukan untuk menangani dampak-dampak aktivitas-aktivitas seperti itu;
(iv) menjelaskan mekanisme-mekanisme konsultasi dan partisipasi yang akan
digunakan selama pelaksanaan untuk memastikan partisipasi Penduduk
Asli/Masyarakat Adat selama pelaksanaan; dan
(v) menegaskan pengungkapan konsep IPP dan versi akhirnya pada
komunitas Penduduk Asli/Masyarakat Adat.

4) Langkah-Langkah yang Memberi Manfaat


Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil untuk
memastikan bahwa Penduduk Asli/Masyarakat Adat menerima manfaat
sosial dan ekonomi yang selaras budaya dan peka gender.

5) Langkah-Langkah Peredaman
Bagian ini menjelaskan langkah-langkah untuk menghindari dampak
merugikan pada Penduduk Asli/Masyarakat Adat; dan apabila penghindaran

Manual Manajemen Proyek 9 - 77


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

tidak mungkin dilakukan, menjelaskan langkah-langkah untuk meminimalkan


dan memberikan ganti rugi untuk dampak merugikan yang tak terhindarkan
yang telah teridentifikasi untuk masing-masing kelompok Penduduk
Asli/Masyarakat Adat yang terkena dampak.

6) Pengembangan Kapasitas
Bagian ini memberikan langkah-langkah untuk memperkuat kemampuan
sosial, legal dan teknis (a) badan (badan) pemerintah untuk menangani
permasalahan Penduduk Asli/Masyarakat Adat di wilalayah proyek; dan (b)
organisasi Penduduk Asli/Masyarakat Adat di wilayah proyek untuk
memungkinkan mereka mewakili Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang
terkena dampak dengan lebih efektif.

7) Mekanisme Penanganan Keluhan


Bagian ini menjelaskan prosedur-prosedur untuk menangani keluhan oleh
Penduduk Asli/Masyarakat Adat. Ia juga menjelaskan prosedur-prosedur
yang bisa dijangkau oleh Penduduk Asli/Masyarakat Adat dan yang selaras
budaya dan peka gender.

8) Pemantauan, Pelaporan dan Evaluasi


Bagian ini menjelaskan mekanisme dan tolok ukur yang tepat untuk proyek
untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan IPP. Ia juga menjelaskan
pengaturan untuk partisipasi Penduduk Asli/Masyarakat Adat dalam
persiapan dan validasi laporan pemantauan dan evaluasi.

9) Penyelenggaraan Kelembagaan
Bagian ini menjelaskan tanggung jawab dan mekanisme penyelenggaraan
kelembagaan untuk melaksanakan berbagai langkah dalam IPP. Ia juga
menjelaskan proses memasukan lembaga-lembaga setempat dan LSM-LSM
yang relevan untuk melaksanakan langkah-langkah IPP.

10) Anggaran dan Pendanaan


Bagian ini memberikan anggaran per item untuk semua aktivitas yang
dijelaskan di dalam IPP.
Contoh Sistematika IPP
A. Ringkasan Eksekutif Rencana Penduduk Asli/Masyarakat Adat
B. Deskripsi Proyek
C. Pengkajian Dampak Sosial
D. Langkah-Langkah yang Memberi Manfaat

Manual Manajemen Proyek 9 - 78


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

E. Langkah-Langkah Peredaman
F. Pengembangan Kapasitas
G. Mekanisme Penanganan Keluhan
H. Pemantauan, Pelaporan dan Evaluasi
I. Penyelenggaraan Kelembagaan
J. Anggaran dan Pendanaan

9.5.6. Penyiapan Studi-Studi Lanjutan RRDP


Jika untuk selanjutnya diperlukan studi-studi yang lebih rinci, seperti misalnya studi
LARAP/LARP atau AMDAL/UKL & UPL, sumber pendanaan harus disediakan oleh
Pemerintah Indonesia (Pusat/Daerah) sesuai dengan keperluan proyek. Konsultan
eksternal tambahan mungkin diperlukan untuk melaksanakan studi tersebut. CTC
akan bertanggung jawab atas penyiapan Kerangka Acuan Kerja untuk studi-studi
tersebut dan konsultan lokal yang terpisah dapat ditunjuk untuk melaksanakan studi
atau memberikan bantuan teknis sesuai yang dibutuhkan dan disetujui oleh proyek.

9.6. PENYEBARAN INFORMASI, KONSULTASI, DAN PARTISIPASI


A. Penyebaran Informasi.
Sesuai dengan Kebijakan Konsultasi Publik ADB, ADB mempunyai komitmen
bekerjasama dengan para peminjam/klien untuk memastikan bahwa informasi
yang terkait (apakah positif atau negatif) mengenai isu upaya perlindungan sosial
dan lingkungan tersedia tepat waktu, di tempat yang terjangkau, dan dalam
bentuk dan bahasa (bahasa-bahasa) yang dipahami oleh masyarakat yang
terkena dampak dan oleh para pemangku kepentingan lainnya, termasuk
masyarakat umum, sehingga mereka dapat memberikan masukan yang berarti
ke dalam rancangan dan pelaksanaan program.
B. Konsultasi dan Partisipasi.
Konsultasi dan partisipasi sangat penting dalam pencapaian tujuan-tujuan
kebijakan upaya perlindungan. Kebijakan-kebijakan ADB yang ada saat ini
tentang upaya perlindungan mempunyai persyaratan-persyaratan konsultasi
yang beragam. Semuanya secara tidak langsung menyatakan perlunya
perundingan awal dan konsultasi yang didasarkan pada pemberian informasi
sebelumnya dengan orang-orang yang terkena dampak serta masyarakat dalam
konteks perencanaan upaya perlindungan dan konsultasi berkelanjutan selama
pelaksanaan proyek untuk mengidentfikasikan dan membantu menangani isu-isu
upaya perlindungan yang mungkin timbul. ADB perlu secara jelas menyatakan

Manual Manajemen Proyek 9 - 79


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

bahwa mereka mensyaratkan para peminjam/klien untuk melakukan konsultasi


yang bermakna dengan oang-orang dan masyarakat yang terkena dampak
dalam pelaksanaan kebijakan upaya perlindungan tersebut. Selain itu, ADB perlu
untuk memperjelas apa yang dimaksud dengan konsultasi yang bermakna.
Untuk penerapan kebijakan, konsultasi bermakna akan mengacu pada satu
proses yang (i) dimulai pada tahap dini persiapan proyek dan dilakukan secara
berkelanjutan dalam seluruh siklus proyek; (ii) memberikan pengungkapan
informasi yang relevan dan memadai serta tepat pada waktunya yang bisa
dipahami dan langsung bisa dijangkau oleh penduduk yang terkena dampak; (iii)
dilakukan dalam suasana yang bebas dari intimidasi atau pemaksaan; (iv) inklusif
dan peka gender dan diselaraskan dengan kebutuhan kelompok-kelompok yang
kurang beruntung dan rentan; dan (v) memungkinkan dimasukkannya
pandangan-pandangan yang relevan dari para penduduk yang terkena dampak
dan para pemangku kepentingan lain dalam pengambilan keputusan, seperti
perancangan proyek, langkah-langkah mitigasi, pembagian manfaat dan peluang
pembangunan, dan isu-isu pelaksanaan.

Selain itu, ADB mengakui bahwa Penduduk Asli/Masyarakat Adat kemungkinan


secara khusus menjadi rentan dalam situasi proyek tertentu. Oleh karena itu, ijin
dari Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang terkena dampak akan dipastikan
diperoleh melalui konsultasi yang bermakna untuk aktivitas-aktivitas proyek
berikut ini: (i) pengembangan sumber daya budaya dan pengetahuan Penduduk
Asli/Masyarakat secara komersial, (ii) relokasi fisik dari lahan tradisional atau
adat; dan (iii) pengembangan sumber daya alam di dalam lahan adat secara
komersial untuk penggunaan yang akan berdampak pada penghidupan atau
pemanfaatan budaya, seremonial atau spiritual yang menegaskan identitas
Penduduk Asli/Masyarakat Adat. Untuk tujuan penerapan kebijakan, ijin dari
Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang terkena dampak mengacu pada ekspresi
kolektif Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang terkena dampak, melalui
perorangan dan/atau wakil mereka yang diakui, yang menunjukkan dukungan
masyarakat secara luas terhadap aktivitas-aktivitas proyek seperti itu.
Peminjam/klien akan memastikan apakah Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang
terkena dampak memberikan dukungan mereka yang luas pada aktivitas-
aktivitas proyek dan jika ada dukungan semacam itu, rencana penduduk
asli/masyarakat adat akan dengan jelas mendokumentasikan proses konsultasi.
ADB akan mengevaluasi dokumentasi peminjam/klien mengenai proses

Manual Manajemen Proyek 9 - 80


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

pelibatan, dan selain itu, melalui investigasinya sendiri, ADB akan memastikan
bahwa dukungan masyarakat yang luas terhadap aktivitas proyek telah
ditunjukkan oleh Penduduk Asli/Masyarakat Adat yang terkena dampak. ADB
tidak akan mendanai proyek jika tidak ada dukungan masyarakat luas seperti itu.

9.7 MEKANISME PENANGANAN KELUHAN


Sebuah diagram mekanisme penanganan keluhan yang diketuai oleh Ditjen Bina
Marga melalui Direktorat Bina Program, dibentuk untuk mencatat keluhan dari
masyarakat mengenai aspek teknis, sosial dan lingkungan. Proses ini akan
dirancang untuk agar transparan, responsif gender, sesuai dengan budaya dan
sepadan dengan risiko dan dampak merugikan dari proyek, serta mudah diakses
oleh semua lapisan masyarakat yang terkena dampak. Orang yang terkena dampak
diinformasi tentang mekanisme tersebut melalui media massa. Proses partisipatif ini
harus memastikan bahwa semua pandangan masyarakat layak untuk dikaji dan
sesuai untuk dimasukkan dalam proses desain dan implementasi.

Kelompok Konsultasi Lokal (KKL) adalah kelompok tersebut akan diwakili oleh
Kepala Desa, LSM, dan masyarakat lokal. Peran kelompok akan menjadi sangat
penting selama perencanaan dan pelaksanaan kegiatan subproyek. Pandangan
mereka akan dipertimbangkan dalam setiap tahap pelaksanaan proyek. Selama
pelaksanaan kelompok tersebut akan mengamati / memantau pekerjaan yang
dilakukan oleh kontraktordan berpartisipasi dalam prosedur penyelesaian keluhan.

Seperti disajikan dalam Gambar 9.8, alur prosedur penanganan keluhan adalah
sebagai berikut:
1. Warga yang terkena dampak akan mengirimkan keluhan / pengaduan ke
Kelompok Konsultasi Lokal (KKL) seperti Kepala Desa, LSM atau Pihak lainnya
untuk diselesaikan.
2. Jika keluhan tidak dapat diselesaikan di tingkat KKL dalam waktu tiga hari, maka
pengaduan tersebut akan diteruskan kepada Satker Perencanaan dan
Pengawasan Jalan Nasional (P2JN).
4. Jika keluhan tidak dapat diselesaikan pada tingkat P2JN dalam waktu tiga hari,
maka akan dirujuk ke Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional B(B)PJN) untuk
diselesaikan. B(B)PJN , dengan bantuan ahli Lingkungan dan / atau Pemukiman
Kembali DSC akan berkoordinasi dengan KKL dan pelapor untuk menyelesaikan
keluhan. Disamping itu pihak B(B)PJN juga akan berkoordinasi dengan Ditjen
Bina Marga.

Manual Manajemen Proyek 9 - 81


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

5. Hasil verifikasi akan diinformasikan kepada WTP tidak lebih dalam 12 hari kerja
untuk berdiskusi dengan WTP guna mencari solusi dan
kesepakatan/persetujuan.

Gambar berikut ini menunjukkan alur prosedur penanganan keluhan WTP pada
program RRDP.

Gambar 9.9. Bagan Alir Mekanisme Penanganan Keluhan

Orang yang Terkena


Dampak/Komunitas

Keluhan/Komplain

Kelompok Kosultasi Lokal


(Kepala Desa. LSM atau
Pihak Lainya) Penanganan
Keluhan

3 hari

Perencanaan dan
Pengawasan Jalan Nasional
12 hari kerja
(P2JN)

3 hari

Balai Besar Pelaksanaan


Jalan Nasional (BBPJN) Design Supervision Consultants (Ahli
Lingkungan dan/ atau Pemukiman Kembali)

Direktorat Jenderal Bina


Marga Dit. Bina Program

9.8. PEMANTAUAN DAN EVALUASI LINGKUNGAN DAN SOSIAL


Pemantauan merupakan salah satu unsur penting dari keseluruhan proses,
mencakup Pemantauan Lingkungan dan Pemantauan LARAP/LARP.

Tujuan utama pemantauan dan evaluasi dalam hal ini adalah:


Memastikan bahwa persyaratan-persyaratan Pemerintah Indonesia dan Bank
Pembangunan Asia diikuti secara keseluruhan selama proses pembangunan
jalan dengan mempertimbangkan secara khusus proses penyaringan, konsultasi,

Manual Manajemen Proyek 9 - 82


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

penilaian dampak lingkungan, pengelolaan lingkungan, pengadaan tanah dan


pemukiman kembali.
Ketepatan langkah-langkah pengelolaan lingkungan yang diterapkan
berdasarkan persyaratan terkait yang disusun dalam dokumen kontrak RRDP,
atau prosedur pengelolaan dan pemantauan khusus yang disiapkan sebagai
bagian dari studi UKL & UPL, AMDAL, LARAP/LARP untuk sub proyek yang
sensitif.
Memastikan bahwa penduduk yang terkena dampak langsung oleh
pembangunan jalan, menerima ganti rugi dan bantuan yang layak dalam proses
pemukiman kembali sesuai kebijakan kerangka pengadaan tanah dan
pemukiman kembali.
Adanya kekurangan dalam proses atau hasil kegiatan, akan ditangani dalam
proyek yang akan datang melalui perubahan dan peningkatan proses
pelaksanaan dan perbaikan lainnya.

9.8.1. Pemantauan Lingkungan


Pemantauan dilakukan secara berkala oleh CTC, sedang pemantauan rutin terhadap
pelaksanaan RKPPL oleh Kontraktor dilaksanakan DSC. Laporan pemantauan ini
tercakup dalam persyaratan laporan proyek yang disiapkan oleh PMU dan tim
konsultan, dan diserahkan ke ADB; beberapa aspek kunci sistem pemantauan
disajikan pada bagian berikut:
Pemantauan Internal (dilakukan oleh DSC setiap bulan)
Laporan Kemajuan Bulanan masing-masing sub proyek, akan:
a. Dibuat oleh Design Supervision Consultant (DSC)
b. Diperiksa oleh Core Team Consultant (CTC) yang kemudian akan
dikonsultasikan dengan Subdit TLKJ
1) Pemantauan External (Pelaksanaan RKL dan UKL)
a. Dibuat dan diserahkan oleh Pemrakarsa/Satker Pelaksanaan Jalan Nasional
ke BLH/BLHD terkait.
b. Dikaji oleh Design Supervision Consultant (DSC) dan Core Team Consultant
(CTC)
c. Diperiksa oleh Subdit TLKJ sebagai bahan pembinaan

A. Laporan Pemantauan Lingkungan


Bina Marga, dengan bantuan dari Design and Supervision Consultant (DSC) dan
dukungan Core Team Consultant (CTC), akan (i) melakukan pemantauan
berkala kinerja lingkungan kontraktor dalam hal pelaksanaan langkah-langkah

Manual Manajemen Proyek 9 - 83


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

mitigasi yang ditunjukkan dalam RKPPL; (ii) memantau dan melaporkan dampak
lingkungan selama konstruksi, dan merekomendasikan langkah-langkah yang
diperlukan untuk memperbaiki situasi; (iii) melakukan pemantauan dampak
lingkungan terhadap kualitas udara, kebisingan, kualitas air, dan lain-lain
berdasarkan RKPPL; dan (iv) menyiapkan laporan pemantauan semi-tahunan
untuk diserahkan kepada ADB.

Selain pemantauan lingkungan yang dijelaskan di atas, untuk kategori


lingkungan, Bina Marga juga akan melibatkan ahli eksternal yang handal dan
berpengalaman, diterima ADB, untuk mengkaji dan melakukan verifikasi atas
kebenaran, kedalaman, dan relevansi informasi yang diberikan oleh Ditjen Bina
Marga kepada ADB berkaitan dengan implementasi RKPPL. Tenaga ahli
eksternal akan melaksanakan pemantauan tersebut setiap tahun dan wajib
menyampaikan laporan pemantauan tahunan kepada Ditjen Bina Marga dan
ADB

B. Waktu Pemantauan
1. Pemantauan Rutin terhadap pelaksanaan RKPPL dilaksanakan oleh DSC.
2. Pemantauan Berkala: Laporan Pemantauan berkala terhadap subproyek
wajib AMDAL dilakukan setiap 4 bulan sekali dan sub proyek wajib UKL&UPL
setiap 6 bulan sekali.

9.8.2. Pemantauan Pelaksanaan LARAP/LARP


Pemantauan (monitoring) pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah dan penanganan
terhadap dampak dari kegiatan pengadaan tanah sebagaimana termuat dalam
dokumen LARAP/LARP.
1) Pemantauan Internal:
a. Dilakukan oleh B(B)PJN/Satker PJN guna kebutuhan pelaporan untuk
mendapatkan persetujuan ADB, PMU/CTC melakukan pemantauan
implementasi LARAP/LARP.
b. Dilakukan sejak Persiapan Pengadaan Tanah
c. Pelaporan dilakukan secara bulanan, triwulanan dan tahunan
d. PMU/CTC melakukan update dokumen LARAP/LARP antara lain mengenai
besaran ganti kerugian, perbedaan nama dan lainya.

Manual Manajemen Proyek 9 - 84


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

2) Pemantauan dan Evaluasi Eksternal


Pemantauan secara eksternal terhadap pelaksanaan LARAP/LARP untuk
mengkaji hasil pemantauan internal akan dilakukan untuk paket-paket RRDP
oleh Tim Pemantau Indipenden dibawah koordinasi PMU dengan tugas:
a. Melakukan kajian hasil pemantauan internal.
b. Menilai proses pengadaan tanah dan pemukiman kembali sudah sesuai
yang disyaratkan, khususnya apakah mata pencaharian dan taraf hidup
WTP telah terpulihkan atau ditingkatkan.
c. Menilai tingkat efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan serta dampak dari
kegiatan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan, yang
hasilnya akan menjadi acuan untuk pembuatan dan perencanaan
kebijaksanaan dalam penyelenggaraan kegiatan pengadaan tanah,
pemukiman kembali dan pemberdayaan di masa mendatang;
d. Memastikan apakah kelayakan ganti kerugian dan bantuan yang diberikan
telah memenuhi tujuan, dan apakah tujuan tersebut sesuai dengan kondisi
WTP saat ini.

9.8.3. Pelaporan Pemantauan Pelaksanaan LARAP/LARP


1) Laporan pemantauan internal akan menggambarkan tingkat kemajuan
implementasi LARAP/LARP
2) Laporan pemantauan internal dibagi dalam 4 (empat) tahapan, yakni laporan
bulanan, triwulanan, tahunan dan laporan akhir kegiatan.
3) Laporan pemantauan internal disampaikan oleh Satker PJN sesuai periode
pemantauan untuk selanjutnya disampaikan PMU. Laporan pemantauan internal
(implementasi LARAP/LARP) tersebut akan diperiksa oleh PMU/CTC sebelum
disampaikan ke ADB.
4) Sebuah lembaga pengawasan eksternal (lndependent Monitoring Agency-IMA)
juga akan dilibatkan oleh Ditjen Bina Marga untuk melakukan pemantauan dan
penilaian independen. Lembaga pengawasan eksternal akan menyerahkan
laporan pemantauan tengah tahunan (semi annual) kepada Ditjen Bina Marga
untuk diteruskan ke ADB.
5) Semua laporan pemantauan akan diunggah dalam website ADB.

9.8.4. Pemantauan Program Kampanye Pencegahan HIV-AIDS dan Human Trafficking


Secara umum program ini adalah sebagai upaya untuk mencegah atau
menanggulangi penyebaran Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno

Manual Manajemen Proyek 9 - 85


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Deficiency Syndrom (HIV-AIDS) pada pekerja di sektor konstruksi khususnya


pembangunan jalan dan jembatan.

Upaya tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran, dan


perhatian para pekerja terhadap kesehatan, serta untuk peningkatan perhatian atau
kepedulian terhadap permasalahan human trafficking. PMU akan menyerahkan
laporan triwulanan kepada.

Ditjen Bina Marga akan memastikan bahwa semua kontrak pekerjaan Proyek
memasukkan ketentuan dan anggaran yang menyatakan bahwa kontraktor: (a)
mematuhi undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia dan kewajiban
perjanjian internasional terkait dan tidak mempekerjakan pekerja anak; (b)
menyiapkan kondisi kerja yang aman, dan air dan fasilitas sanitasi terpisah untuk
pekerja laki-laki dan perempuan; (c) memberikan upah sama dengan pekerja laki-laki
dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya; (d) menyediakan layanan
penitipan untuk pekerja konstruksi perempuan; dan (e) melaksanakan program
pencegahan HIV/AIDS dan Human Trafficking.

Program ini dilaksanakan oleh Sub Direktorat Teknik Lingkungan dan Keselamatan
Jalan yang dibantu oleh lembaga yang berkompeten di bidangnya sebagai
narasumber. Dalam pelaksanaannya akan berkoordinasi bersama DSC untuk
membantu pelaksanaan kegiatan, sementara CTC membantu PMU dalam penyiapan
pelaporan.

9.8.5. Evaluasi
ADB akan melaksanakan sebuah misi awal dalam waktu 3 bulan setelah
penandatanganan perjanjian pinjaman untuk proyek. Kunjungan misi akan dilakukan
secara semesteran bersama oleh perwakilan dari ADB, Peminjam, dan Ditjen Bina
Marga. Kunjungan misi akan menilai status pelaksanaan proyek termasuk
pengadaan pekerjaan konstruksi, progress financial, ketaatan terhadap
perlindungan lingkungan dan sosial, dan keberlanjutan pembangunan jalan.
Kunjungan lapangan yang diperlukan untuk semua proyek yang berdampak
lingkungan atau sosial. Sebuah misi jangka menengah akan dilakukan 2 tahun
setelah pinjaman efektif. Setiap kajian jangka menengah akan mengevaluasi
ketaatan terhadap persyaratan, rencana kerja, ketentuan, dan upaya yang
ditetapkan dalam perlindungan lingkungan dan sosial, dan persyaratan yang
ditetapkan dalam perjanjian pinjaman. Kajian ini akan memungkinkan untuk

Manual Manajemen Proyek 9 - 86


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

melakukan perbaikan yang diperlukan di tengah jalan untuk memastikan


keberhasilan pelaksanaan dan pencapaian tujuan proyek.

Dalam waktu 6 bulan setelah penyelesaian pekerjaan fisik, Ditjen Bina Marga akan
menyerahkan laporan penyelesaian proyek kepada ADB.

9.9. ORGANISASI PELAKSANAAN


Beberapa lembaga di tingkat nasional dan provinsi akan terlibat dalam pelaksanaan
program RRDP seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.10. Peran dan
tanggungjawab masing-masing lembaga dalam hal pelaksanaan proyek dan
pengelolaan lingkungan dijelaskan pada Tabel 9.7. Ditjen Bina Marga akan menjadi
badan pelaksana yang bertanggung jawab atas pelaksanaan RRDP keseluruhan.
Unit pengelolaan proyek (Project Management Unit-PMU) dibentuk untuk
memfasilitasi pembebasan lahan, pemukiman, dan langkah-langkah pengamanan
lingkungan dan akan memastikan bahwa keprihatinan lokal ditangani memadai. Unit
akan dipimpin oleh seorang ketua, yang akan mengawasi sehari-hari kegiatan
pelaksanaan fisik dan menyiapkan laporan kemajuan. PMU akan bekerja dengan
Sub-Direktorat Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan (TLKJ) berkaitan dengan
pelaksanaan dan pemantauan rencana pengelolaan lingkungan, bersama dengan
Konsultan baik dari CTC (Core Team Consultant) dan DSC (Design and Supervision
Consultant) akan mengawasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
selama pekerjaan sipil.

Manual Manajemen Proyek 9 - 87


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Gambar 9.10. Organisasi Pelaksanaan Proyek

Direktorat Bina
Pelaksanaan Wilayah II
Sub Direktorat
Teknik
Direktorat Jenderal Direktorat Bina Teknik Lingkungan dan
Bina Marga Keselamatan
Jalan

Direktorat Bina
Program
Core Team
PMU (Project Consultant (CTC)
Management
Unit)

Balai Besar Pelaksanaan


Jalan Nasional Design and Supervision
P2JN
Consultant (CTC)

Dinas Pekerjaan Umum


Provinsi

BLHD Provinsi Kontraktor

: Garis Komando Pelaksanaan


: Garis Koordinasi Konstruksi

Tabel 9.7. Peran dan Tanggungjawab Lembaga dalam Pelaksanaan Pengelolaan


Lingkungan
Instansi Peran Tanggungjawab
Direktorat Jenderal Instansi Pelaksana, Mengawasi secara langsung Project Management
Bina Marga Pengelolaan proyek Unit (PMU).
keseluruhan, Memastikan bahwa dana yang tersedia cukup untuk
perencanaan dan melaksanakan EMP (Environmental Management
pemrograman proyek Plan) atau Rencana Kerja Pengelolaan Lingkungan.
jalan Memastikan bahwa ketentuan EMP dilaksanakan
untuk seluruh proyek.
Pastikan bahwa pelaksanaan proyek sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan dan persyaratan lingkungan
dari Pemerintah Indonesia dan ADB.
Memastikan bahwa dokumen tender dan kontrak
termasuk EMP.
Menetapkan mekanisme penanganan keluhan
sebagaimana dijelaskan dalam IEE (Intital
Environmental Examination).
Menyerahkan laporan pemantauan tengah tahunan
pelaksanaan EMP kepada ADB.
Sub Direktorat Teknik Pemantauan Menetapkan prosedur untuk pengelolaan dan
Lingkungan dan Lingkungan dan Sosial pemantauan lingkungan sesuai persyaratan
Keselamatan Jalan Pemerintah Indonesia dan ADB.
Berkoordinasi dengan PMU untuk memastikan
bahwa EMP dilaksanakan dengan benar, dan
diperlukan pemantauan dan pelaporan sesuai yang
disyaratkan dalam EMP.

Manual Manajemen Proyek 9 - 88


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Instansi Peran Tanggungjawab


Memberikan pelatihan kepada para pejabat provinsi
dan Kabupaten tentang sistem pengelolaan
lingkungan dan sosial untuk proyek jalan.
Berkoordinasi dengan kantor Bapedalda/BLHD di
tingkat Kabupaten/Kota, dan Provinsi yang berkaitan
dengan ketaatan persyaratan lingkungan di
Indonesia.
Project Pelaksanaan Menyertakan EMP di dokumen tender dan kontrak.
Management Unit pengelolaan Memastikan bahwa ketentuan EMP dilaksanakan
(PMU) proyek pada berbagai tahapan proyek secara ketat.
Melakukan pemantauan pelaksanaan EMP (langkah-
langkah pengelolaan dan pemantauan) dengan
bantuan dari DSC.
Pastikan bahwa DSC menyiapkan laporan laporan
pemantauan lingkungan bulanan untuk diserahkan
kepada PMU / CTC.
Dengan dukungan dari CTC, menyiapkan laporan
pemantauan lingkungan tengah tahunan untuk
diserahkan kepada ADB.
Core Team Mendukung PMU dalam Menyiapkan laporan tengah tahunan pelaksanaan
Consultants pengelolaan proyek EMP (langkah-langkah pengelolaan, penyediaan data
(CTC) dasar, pemantauan lingkungan, dll) berdasarkan
laporan pemantauan bulanan yang disampaikan oleh
DSC. Laporan pemantauan lingkungan tengah
tahunan wajib disampaikan kepada ADB melalui
Ditjen Bina Marga / PMU.
Melaksanakan program pengembangan kapasitas/
pelatihan lingkungan yang diusulkan dalam IEE.
Pelatihan dilakukan untuk Sub Dit Teknik Lingkungan
dan Keselamatan Jalan, Dinas PU, P2JN, dan staf
Bina Marga di kantor propinsi dan kabupaten, dan
staf lingkungan di tingkat provinsi dan kabupaten
dari pemerintah daerah melalui lokakarya pelatihan
tentang persyaratan perlindungan lingkungan ADB
dan pengalaman internasional dalam pengelolaan
dan pemantauan lingkungan.
Mengembangkan panduan audit lingkungan pada
masa konstruksisebagai pedoman DSC.
Design and Mengawasi desain Melakukan pemantauan secara rutin terhadap
Supervision proyek jalan dan kontraktor dalam pelaksanaan pengelolaan
Consultants pengawasan konstruksi lingkungan sesuai yang ditentukan dalam EMP.
(DSC) pekerjaan sipil Menyiapkan laporan pemantauan lingkungan bulanan
untuk diserahkan kepada Bina Marga / PMU dan
CTC. Laporan tersebut menjadi dasar bagi laporan
pemantauan tengah tahunan yang harus disiapkan
oleh CTC untuk diserahkan ke ADB.
Melibatkan laboratorium atau lembaga terakreditasi /
berlisensi untuk melakukan penyediaan data dasar
kualitas udara, kebisingan dan kualitas air
permukaan sebelum dimulainya pekerjaan lapangan
berdasarkan EMP. Menyiapkan laporan untuk
dikirimkan ke Bina Marga / PMU dan CTC.
Mengkaji dan menyetujui rencana pengelolaan
lingkungan
Rencana Pengelolaan Limbah Cair, Rencana
Pengelolaan Limbah Padat) harus disiapkan oleh
kontraktor sebagaimana ditentukan dalam EMP.
Mengadakan on-the-job training untuk staf SDEA,
Dinas PU, P2JN, Bapedalda/BLHD provinsi dan
kabupaten dalam pemantauan kinerja lingkungan
kontraktor
dan penyiapan laporan.

Manual Manajemen Proyek 9 - 89


Bab 9 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial (RPPLS)

Instansi Peran Tanggungjawab


Mengawasi pekerjaan sipil untuk memastikan
ketaatan terhadap EMP.
Kontraktor Pelaksanaan konstruksi Merekrut manajer kesehatan, keselamatan dan
lingkungan
yang akan bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa langkah-langkah pengelolaan lingkungan
yang ditentukan dalam EMP diterapkan dengan
benar.
Melaksanakan dan menyediakan dana yang cukup
dan manusia sumber daya untuk implementasi yang
tepat dan tepat waktu langkah-langkah mitigasi yang
diperlukan dalam EMP

Dinas Pekerjaan Umum Bertanggung jawab Melaksanakan pemantauan EMP selama operasional
dalam operasional dan
pemeliharaan jalan
nasional dalam provinsi
setelah selesai
konstruksi

Bapedalda/BLHD Berperan dalam Mengkaji ulang dan menyetujui laporan analisis


pengelolaan lingkungan, lingkungan yang disyaratkan oleh Pemerintah.
pemantauan Melakukan pemantauan kinerja lingkungan proyek
dan konsultasi di sesuai kewenangan mereka
masing-masing wilayah
administratif.

Manual Manajemen Proyek 9 - 90


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

BAB 10
RENCANA TINDAK ANTI KORUPSI DAN UPAYA PENYELENGGARAAN PROYEK
DENGAN MENINGKATKAN TRANSPARANSI

10.1 DASAR HUKUM


1) UU No 2 tahun 2012 Tentang Penggunaan Tanah untuk Kepentingan Umum
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan
United Natlons Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003)
3) UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi;
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan,
terutama pasal 3, dan pasal 62 tentang peran masyarakat
6) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
7) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999;
8) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;
9) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
10) Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
11) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
12) Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan
Presiden Nomor 101 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara
Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Keputusan
Presiden Nomor 47 Tahun 2003.
13) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara;
14) Keppres 74/2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah

Manual Manajemen Proyek 10 1


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

15) Keppres 44/2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional


16) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Strategi
Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun
2012-2025 Dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014
17) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Aksi
Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2013
18) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 323/Prt/M/2005 Tentangtata Cara
Penanganan Masukan Dari Masyarakat di Lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum
19) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor : 14/Prt/M/2013
Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/Prt/M/2011
Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa
Konsultansi.
Untuk RRDP menggunanakan semi e-procurement (terlampir)

10.2. RENCANA TINDAK ANTI KORUPSI (RTAK)

10.2.1. Definisi Korupsi


Praktek Kecurangan dan Korupsi (KKN)
praktek korupsi berarti menawarkan, memberikan, menerima, atau
mengupayakan, langsung maupun tidak langsung, segala sesuatu yang bernilai
agar dapat mempengaruhi keputusan seorang penjabat publik di dalam proses
pengadaan atau pelaksanaan kontrak;
praktek penipuan dan penggelapan berarti memalsukan atau mengabaikan
fakta agar dapat mempengaruhi proses pengadaan atau pelaksanaan suatu
kontrak;
praktek persekongkolan/kolusi berarti berkomplot atau mengatur antara dua
peserta lelang atau lebih, dengan atau tanpa sepengetahuan peminjam,
merancang untuk menghasilkan harga penawaran semu, pada tingkat yang
tanpa persaingan;
praktek pemaksaan berarti merugikan atau mengancam untuk merugikan,
langsung atau tidak langsung, orang, atau harta mereka untuk mempengaruhi
keikutsertaan mereka di dalam proses pengadaan, atau mempengaruhi
pelaksanaan suatu kontrak.

Dalam Proyek RRDP akan diberikan penekanan pada penguatan terhadap semua
aspek pengelolaan dan pelaksanaan proyek, demikian juga dengan memaksimalkan

Manual Manajemen Proyek 10 2


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

efektifitas pengeluaran dana publik dengan meminimalkan risiko penyalahgunaan


dana masyarakat melalui perbuatan-perbuatan penyimpangan atau praktek-praktek
korupsi. Sebagai bagian dari hal ini, Rencana Tindak Anti Korupsi atau Anti
Corruption Action Plan (ACAP) telah dipersiapkan oleh Pemerintah, dan diterapkan
oleh semua institusi yang berpartisipasi di dalam RRDP sesuai dengan ketentuan
ADB (Asian Development Bank) dan IDB (Islamic Development Bank).

Ketentuan-ketentuan dalam ACAP akan diuraikan dibawah ini, dan akan diikuti oleh
seluruh Proyek serta pemenuhan ketentuan-ketentuan ini akan dimonitor sepanjang
pelaksanaan Proyek serta merupakan prasyarat untuk berpartisipasi dalam Proyek.
Proyek RRDP merupakan penanganan terhadap jalan-jalan nasional di koridor
utama pulau Jawa dan sebagian wilayah pulau Kalimantan.

Pelaksana kegiatan unsur-unsur pemerintah pusat adalah Direktorat Bina Program,


Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan satuan-satuan
kerja wilayah yang ditunjuk/dan ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Sehingga
secara keseluruhan tanggung jawab pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan ini akan
terletak pada Direktorat Jenderal Bina Marga, dan Kepala satuan kerja baik di
pemerintahan pusat maupun setiap Provinsi yang berpartisipasi.

PMU RRDP sebagai kepanjangan tangan dari Direktorat Jenderal Bina Marga cq
Direktorat Bina Program bertanggung jawab untuk memonitor pelaksanaan dari
ketentuanketentuan ini dan melaporkan hasilnya. Dokumen ACAP/RTAK yang
menjadi rujukan dapat dilihat pada lampiran 1 (yang merupakan kopian dari
Kesepakatan Dokumen ACAP Program RRDP).

10.3 PENUNJUKAN WAKIL PENGAMAT MASYARAKAT (WPM)

10.3.1. PENUNJUKAN WAKIL PENGAMAT MASYARAKAT (WPM) DALAM PROSES


PENGADAAN
Keterlibatan masyarakat setempat untuk membantu dan menjamin bahwa dana
digunakan secara benar, dan pekerjaan pembangunan/peningkatan jalan
dilaksanakan secara tepat, merupakan mekanisme yang sangat kuat untuk
mendapatkan manfaat Proyek yang maksimal. Karena itu penting untuk mendorong
masyarakat setempat dan masyarakat sipil pada umumnya untuk berpartisipasi aktif
dalam Proyek ini.

Salah satu tempat dimana wakil masyarakat dapat memainkan peranan adalah
sebagai pengamat dalam proses pengadaan. Dengan membuka proses pengadaan

Manual Manajemen Proyek 10 3


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

ini kepada pengawasan publik akan meningkatkan transparansi, dan secara


signifikan akan mengurangi kesempatan penyalahgunaan dana publik.

10.3.1.1 Penunjukan Wakil Pengamat Masyarakat (WPM).


Dalam Proyek RRDP, sebagai bagian dari komponen ACAP telah disetujui untuk
mengikut sertakan masyarakat atau wakil dari masyarakat sipil sebagai pengamat
dalam pertemuanpertemuan panitia pengadaan yang dibentuk untuk setiap satuan
kerja, dan memberi kesempatan kepada wakilwakil masyarakat ini menjalankan
peran mereka. Setiap panitia pengadaan wajib mengikut sertakan Wakil Pengamat
dari Masyarakat (WPM)/Community Representative Observer (CRO), Apabila WPM
utama tidak dapat hadir maka dapat diwakilkan kepada anggota WPM untuk
berperan sebagai pengganti melalui proses seleksi.

Karena kondisi setiap wilayah Provinsi, maka tidaklah tepat untuk memberikan
prosedur yang kaku untuk memilih wakil masyarakat ini. Di bawah ini akan diuraikan
mengenai prinsip-prinsip umum dalam memilih wakil masyarakat. Setiap wilayah
Provinsi diharapkan dapat melaksanakan pemilihan WPM yang difasilitasi oleh
Satker paket terkait dengan koordinasi dari PMU berdasarkan prinsip-prinsip
tersebut sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

Direktorat Jenderal Bina Marga dan Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional/ Kepala Satuan Kerja baik dipusat dan disetiap Provinsi bertanggung jawab
untuk menjamin pemilihan WPM secara partisipatif untuk panitia pengadaan
Nasional di Provinsi. WPM akan dicalonkan dan ditunjuk sebagai pengamat pada
kegiatan panitia pengadaan sesuai dengan prosedur di bawah ini.

Laporan singkat untuk menegaskan bahwa pemilihan WPM sudah dilakukan, dan
usulan mengenai nama-nama dan alamat dari perwakilan yang ditunjuk, harus di
sampaikan kepada PMU. Pengesahan WPM akan diterbitkan oleh PMU sebelum
proses pengadaan dimulai (sebelum Pengumuman Pelelangan). Pemberitahuan
tertulis dari PMU akan disampaikan dalam waktu 5 hari setelah laporan itu diterima
dan memenuhi syarat.

Perwakilan-perwakilan masyarakat akan ditunjuk sebagai pengamat untuk mengikuti


kegiatan panitia pengadaan yaitu informasi pengumuman lelang, pemasukan
penawaran, pembukaan penawaran serta pengumuman pemenang lelang termasuk
debriefing setiap proyek. Untuk menjaga kemungkinan terjadinya perselisihan
kepentingan, maka perwakilan masyarakat tersebut tidak boleh terkait langsung atau

Manual Manajemen Proyek 10 4


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

tidak langsung dengan setiap perusahaan yang terlibat dalam pelelangan.

10.3.1.2 Pemilihan Wakil Pengamat Masyarakat (WPM)


a. Kualifikasi WPM.
Orangorang yang mempunyai posisi sebagai abdi masyarakat atau seseorang
yang mempunyai peran yang sama dalam masyarakat, dan memenuhi
ketentuanketentuan khusus di bawah ini, yaitu:
1. Warga Negara Indonesia
2. Sehat jasmani dan rohani, serta jujur
3. Tidak terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan kontraktor,
konsultan, supplier atau pegawai yang menjadi bagian pengelola RRDP
4. Berusia minimal 25 tahun
5. Pendidikan minimal SLTA atau sederajat;
Catatan : apabila yang bersangkutan berasal dari latar belakang
pendidikan teknik bangunan atau yang sejenis lebih diutamakan.
6. Melampirkan Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae)
7. Berpengalaman di bidang pengadaan barang dan jasa
8. Bukan PNS/Militer/Polisi aktif, kecuali yang berprofesi sebagai pendidik
(guru/dosen) dan bukan anggota partai politik.
Calon WPM berdasarkan keanggotaan dalam Organisasi non Pemerintah harus
memiliki reputasi yang baik dalam Organisasi tersebut atau Organisasi
Masyarakat; calon WPM juga bisa berasal dari perguruan tinggi (prioritas).

b. Prosedur Pemilihan WPM


Untuk proyek RRDP yang menangani Jalan Nasional yang akan berpengaruh
pada masyarakat setempat sebagai pengguna akhir atas manfaat proyek, maka
tidak mudah untuk menentukan dari kelompok masyarakat setempat mana yang
dapat dipilih menjadi WPM. Dalam kondisi seperti ini, pilihan terbaik adalah
kelompok Perguruan Tinggi yang berskala regional/nasional. Pemilihan dapat
dilakukan melalui kesepakatan peserta rapat secara aklamasi (mufakat) atau
dapat pula melalui pemungutan suara. Apabila kesepakatan aklamasi tidak dapat
dicapai maka pemungutan suara dapat dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Tahap I
untuk menetapkan 2 (dua) orang calon dengan jumlah suara terbanyak, yang
dapat dilakukan secara mufakat atau pemungutan suara. Selanjutnya dilakukan
pemilihan Tahap II, yaitu untuk memilih salah satu dari kedua orang Calon
tersebut. Apabila dilakukan melalui pemungutan suara, maka Calon yang

Manual Manajemen Proyek 10 5


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

memperoleh suara 50% plus 1 (satu) adalah WPM terpilih. Orang yang mendapat
suara kurang dari 50% menjadi Orang Terpilih Kedua. Walaupun pada dasarnya
WPM yang dibutuhkan hanya satu orang untuk setiap paket proyek, namun
Orang Terpilih Kedua perlu disiapkan, sebagai pengganti apabila WPM Terpilih
berhalangan memenuhi undangan Panitia Lelang untuk menghadiri proses
lelang. Dalam hal ini, WPM terpilih, dengan pemberitahuan tertulis kepada Panitia
Lelang, dapat langsung menunjuk Orang Terpilih Kedua sebagai WPM Pengganti
untuk menghadiri proses lelang.

c. Prosedur Pemilihan Wakil Pengamat dari Masyarakat:


1. Calon WPM mendaftarkan diri kepada Satker setempat sesuai undangan
menghadiri pemilihan WPM dan persyaratan yang telah ditentukan
2. Hadirin memilih Ketua dan Sekretaris untuk pelaksanaan PILWPM
3. Melaksanakan pemungutan suara Tahap I, untuk memilih 2 (dua) orang
dengan jumlah suara terbanyak satu dan dua
4. Menetapkan 2 (dua) orang dengan suara terbanyak satu dan dua
5. Melaksanakan pemungutan suara Tahap II, untuk memilih 1 (satu) dari dua
yang terpilih pada Tahap I.
6. Calon yang mendapat suara terbanyak (50% plus 1 suara) pada Tahap II
menjadi WPM terpilih
7. Menetapkan WPM terpilih menjadi Wakil Pengamat dari Masyarakat (WPM).

d. Peran WPM Yang Diharapkan


Kehadiran pengamat dari wakil masyarakat pada kegiatan Panitia Pengadaan
bermaksud untuk mempromosikan transparansi dan proses pengadaan lebih
terbuka. Dengan kehadiran pengamat untuk mengamati kepentingan
masyarakatnya maka prosedur yang benar akan diikuti. Pengalaman
menunjukkan bahwa peningkatan efisiensi secara menyeluruh dapat dicapai.

Wakil Pengamat masyarakat bertanggungjawab kepada PMU, sifat penyertaan


WPM sukarela tetapi keberadaannya wajib.

Peran pengamat dari wakil masyarakat adalah pasif dan bukan aktif. Sebagai
pengamat, mereka tidak berhak untuk memberikan suara atau aktif berpartisipasi
dalam diskusi atau memberi keputusan kepada panitia, kecuali kalau pendapat
mereka diminta atau diminta memberikan komentar oleh ketua panitia. Komentar
atau pendapat mengenai tata cara kerja atau keputusan panitia dapat
disampaikan secara formal atau tidak formal kepada salah satu atau lebih dari

Manual Manajemen Proyek 10 6


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

daftar pejabat di bawah ini:


1. Ketua Panitia.
2. Pejabat Pembuat Komitmen
3. Kepala Satuan Kerja
4. Kepala Dinas PU
5. PMU
6. Direktorat Jenderal Bina Marga
7. Menteri Pekerjaan Umum
Semua pengamat dari wakil masyarakat akan diberi daftar alamat lengkap yang
dapat dihubungi. Alamat PMU yang dapat dihubungi:
Project Management Unit (PMU) RRDP
Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum
Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telp. 0217220260 Faximile 0217220260
email: pmu.rrdp@yahoo.com
up. Ketua PMU RRDP/Ketua Pelaksana Harian PMU RRDP

e. Prosedur untuk memfasilitasi partisipasi pengamat yang efektif.


WPM dapat berperan efektif bila mereka dapat mengetahui keseluruhan tentang
Proyek tersebut secara rinci serta mereka dilibatkan dalam proses
implementasinya. Diharapkan pemilik proyek dapat menunjang pengamat dengan
memfasilitasi agar mereka dapat berpartisipasi efektif.
Prosedur di bawah ini akan membantu tingkat partisipasi pengamat:
1. WPM akan diundang untuk menghadiri penjelasan ringkas proyek yang
diorganisir oleh PMU, dan didorong untuk berpartisipasi dalam pelatihan
formal dan informal yang diadakan melalui Proyek ini. Pembiayaan untuk
pelatihan tersebut akan disediakan oleh pemrakarsa Proyek.
2. WPM/Pengamat akan diundang untuk menghadiri Pertemuan Panitia
Pengadaan untuk meningkatkan kemampuan mereka. Pemberitahuan
tentang waktu dan tempat pertemuan harus diberikan kepada WPM satu
minggu sebelum pertemuan dilaksanakan.
3. Biaya langsung yang layak yang dikeluarkan oleh WPM untuk mengikuti
pertemuan (contoh biaya transport) akan disediakan oleh pemrakarsa proyek
sesuai dengan alokasi dana yang ada.

Manual Manajemen Proyek 10 7


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

f. Pemantauan dan Pelaporan


Keefektifan dari kebijakan ini secara berkala akan dikaji oleh PMU berdasarkan
diskusi dengan semua pihak termasuk WPM dan masyarakat lebih luas, serta staf
pemerintah yang terlibat dalam pengadaan

g. Langkahlangkah Pemilihan Wakil Pengamat Masyarakat (WPM)


Ringkasan langkahlangkah pemilihan WPM seperti pada Gambar 1. di bawah ini:

Manual Manajemen Proyek 10 8


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi Dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
Dengan Meningkatkan Transparansi

Langkah langkah Pemilihan Wakil Pengamat Masyarakat (WPM)


Gambar 1. Ringkasan Langkahlangkah Pemilihan Wakil Pengamat Masyarakat (WPM)

Pelaksana Kegiatan ini adalah Direktorat Bina Pelaksana II ( Kalimantan , Jawa) untuk
Ditjen Bina Marga Pelaksana di Direktorat Bina Pelaksana II(sesuai wilayahnya
Cg. Direktorat Bina Program dan perencanaan di Direktorat Bina Teknik Subdit Teknik
Jalan dan Jembatan.

Tahap 1 Identifikasi & Penyaringan


Tahap 2 Diseminasi

1 Identifikasi elemen elemen Akademis 1 Undang Kelompok Terpilih


(perguruan tinggi)/ LSM / kelompok 2 Diseminasikan kepada mereka melalui workshop
masyarakat yang ada di Provinsi wilayah
tersebut
kecil dengan bahan-bahan
Maksud dan tujuan workshop
Disarankan bekerjasama dengan Kesbang Penjelasan tentang RRDP
Linmas & Dinas Sosial
Penjelasan Kriteria WPM
Beberapa point kriteria penyaringan adalah
bahwa calon WPM tersebut 3. Sampaikan kepada mereka
> Penjelasan tentangbahwa
ACAP diusahakan
a Peduli tentang Good Governance pemilihan WPM diantara mereka sendiri,usulan
> Penjelasan tentang pelibatan WPM
b Peduli masalah jalan/angkutan/transport criteria WPM 2 orangpaket
> Penjelasan (ketua dan wakilnya)
- paket proyek melibatkan WPM
c Peduli Pemberantasan korupsi 4. Usahakan agar ketua rapat pemilihan WPM di pilih
d Peduli utuk membela konsumen Pemakai dari antar mereka semua
e.Peduli tentang pembangunan daerahnya
dalam skala nasional Pendidikan minimal setimgkat SLTA. (criteria wajib
calon WPM)
Poin-poin tersebut diatas kalau dapat
Tidak terkait dengan kontraktor dan konsultan dan atau
dipenuhi semua akan baik.
panitia lelang yang mengikuti proyek RRDP baik
Organisasi masyarakat lainnya yang perlu langsung atau tidak langsung
diundang (jika wakil prioritas perguruan
tinggi) tidak atau kurang calon adalah : Kriteria Tambahan Calon WPM
Sebagai penerima manfaat langsung proyek tsb
Tokoh masyarakat/agama (jika wakil Tinggal didekat lokasi proyek
prioritas perguruan tinggi) laiannya ecara memahami kegiatan proyek (pelelangan proyek)
langsung tidak langsung menggunakan mempunyai networking dengan masyarakat madani
proyek bersangkutan
Didalam surat undangan sebaiknya dilampirkan
bahan - bahan untuk workshop tersebut

Manual Manajemen Proyek 10 9


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi Dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
Dengan Meningkatkan Transparansi

Pelaksana Kegiatan ini adalah Direktorat Bina Pelaksana II ( Kalimantan , Jawa) untuk Pelaksana di
Ditjen Bina Marga Cg Direktorat Bina Pelaksana II(sesuai wilayahnya dan perencanaan di
Direktorat Bina Program Direktorat Bina Teknik Subdit Teknik Jalan dan Jembatan.

Tahap 3 Pemilihan WPM Tahap 4 Peningktan Kapasitas WPM

1. Ketua rapat memimpin jalannya 1. Kumpulkan WPM terpilih dalam satu Provinsi
pemilihan WPM 2. Selenggarakan workshop untuk peningkatan
kapasitas WPM terpilih
2. Metoda Pemilihan dimulai dengan
menampilkan usulan kriteria wajib
3. Materi workshop antara lain:
dan tambahan dari PU Pemahaman
3. Apabila ada upaya merngubah Pemahaman proses pelelangan Kontraktor dan
dan menambah kriteria, Konsultan (diusahakan dalam bahasa yang
diakomodasi dan dikaji bersama mudah dimengerti oleh orang awam)
tingkat efektifitasnya Jelaskan di bagian mana WPM harus terlibat
4. Apabila ada banyak calon, dapat Sarankan agar mereka menulis sesuatu
diseleksi berdasarkan pemenuhan tentang korupsi dalam proses lelang
terhadap kriteria tambahan
5. WPM terpilih ditentukan
berdasarkan kriteria terbanyak
yang dapat dipenuhi oleh calon
WPM

Manual Manajemen Proyek 10 10


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

10.4 TINJAUAN KEBIJAKAN KETERBUKAAN KEPADA PUBLIK.


Komponen penting dalam ACAP adalah peningkatan trasparansi dalam segala
aspek pelaksanaan proyek termasuk aspek dokumen, rencana kegiatan proyek,
informasi yang terkait dengan semua aspek pada pelelangan, penetapan pemenang
lelang dan materimateri lainnya.
Keterbukaan kepada Publik artinya menjadikan sesuatu tersedia untuk dilihat oleh
publik. Keterbukaan dilaksanakan melalui penyediaan materi yang berkaitan dengan
proyek sehingga masyarakat dapat melihat apabila mereka menghendaki, dan juga
pemberitahuan kepada publik tentang materi apa yang tersedia, di mana dapat
dilihat dan bagaimana mendapatkan penjelasan.
Dalam Keppres No. 70 Tahun 2012 dan Bab Pengadaan di PMM, telah disusun
persyaratan persyaratan formal untuk informasi publik sebagai bagian dari
ketentuan untuk pengadaan. Persyaratan umum dibawah ini hanya merupakan
pelengkap dari persyaratan tersebut. Prosedur di bawah ini mengidentifikasi materi
yang akan dibuka, metode dan prosedur yang diusulkan untuk keterbukaan kepada
publik. Pelaksanaan kebijakan dan prosedur ini merupakan wewenang dari
Pemerintah, dan akan dimonitor oleh Executing Agency untuk menjamin bahwa hal
ini sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut di atas.

10.4.1 Tanggung Jawab Pelaksanaan.


Tanggung jawab pelaksanaan prosedur di bawah ini tergantung pada apakah
informasi yang akan dibuka berhubungan dengan proyek Satuan Kerja
masingmasing atau secara keseluruhan pada wilayah tersebut. Umumnya
keterbukaan informasi proyek adalah tanggung jawab dari Kepala Satuan
Kerja/Pejabat Pelaksana Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen. Direktorat Jenderal
Bina Marga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa elemen kebijakan
keterbukaan kepada publik telah dilaksanakan di seluruh kegiatan terkait.
Disarankan agar Direktorat Jenderal Bina Marga memberikan tanggung jawab
tersebut kepada personal yang mampu dalam pelaksanaan dan kelanjutannya. PMU
akan memonitor setiap saat mengenai fungsi, dan memberi saran kepada Direktorat
Jenderal Bina Marga dan/atau Ka Satker bila ditemukan kelemahan kelemahan
serta inefisiensi.

10.4.2 Metode Keterbukaan kepada Publik


Beberapa metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Pengumuman kepada Publik:

Manual Manajemen Proyek 10 11


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

Melalui surat kabar setempat untuk pemberitahuan yang meliputi kegiatan proyek
yang akan dilaksanakan atau kegiatan terkait (misalnya pertemuan dengan
masyarakat), dan lokasi dimana dokumen proyek tersedia untuk dapat dilihat.
Media surat kabar resmi sekarang untuk nasional adalah melalui koran TEMPO,
sedangkan di daerah tergantung pada daerah masing-masing.

b. Papan Nama Proyek:


Semua proyek harus mempunyai papan pengumuman yang memuat nama
proyek, pemilik pekerjaan, dan nama kontraktor. Informasi ini termasuk nama,
alamat dan nomor telepon petugas yang berwewenang pada proyek, yaitu:
1. Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen
2. Kepala Balai
3. DirektoratJenderal Bina Marga
4. PMU

c. Ruang Informasi Proyek:


Berlokasi di ibukota Provinsi, dan di kota yang terdekat dengan lokasi proyek,
dimana semua dokumen proyek dapat disediakan untuk dikaji pada setiap saat,
seperti:
1. Rencana Proyek
2. Informasi Pemenang Kontrak
3. Hasil Audit Tahunan, laporan kajian proyek (Audit oleh BPK)

d. Dokumen yang tersedia sesuai Permintaan:


Tidak semua laporan dan dokumen diletakkan di tempat umum, tetapi
masyarakat diizinkan untuk meminta dokumen pada kantor proyek PMU atau
instansi terkait. Ketersediaan dokumen sesuai permintaan akan diberitahukan
bila telah tersedia, dan daftar materi yang tersedia di tempat untuk diakses oleh
publik.

e. Website/Situs:
Executing Agency RRDP telah mempunyai website yang akan menyediakan
informasi mengenai aktifitas proyek dan dapat didownload yang akan
diperbaharui setiap bulan, termasuk proyek di wilayah Provinsi terkait dengan
uraian sebagai berikut:
1. Rincian dari kontrak-kontrak yang telah terkontrak
2. Kemajuan proyek
3. Pengumuman dan informasi umum lainnya.

Manual Manajemen Proyek 10 12


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

4. Informasi tentang bagaimana memberikan informasi balik misalnya berupa


keluhan dan saran.
5. Informasi dan dokumen lainnya tentang RRDP.

TAHAPAN PELELANGAN DENGAN SEMI e-PROCUREMENT


KEGIATAN e PROSES MANUAL
Undangan Lelang * V Iklan di Koran Wajib
Upload (Ul) Dokumen lelang V Hard copy tersedia Wajib
Pendaftaran Peserta V Tidak ada Tidak
Download (Dl) Dokumen Lelang V Hard copy, email atau CD ada
Penyampaian Penawaran X Hard copy saja Boleh
Ul BA. Pembukaan Penawaran V Tersedia untuk Peserta Lelang Wajib
Dl Laporan Pembukaan Penawaran V Peserta Lelang menerima BA Wajib
Laporan Status Adm dan Kualifikasi V Laporan internal (& ke Donor) Boleh
Klarifikasi Penawaran X Tertulis (bukan email) Wajib
Pengumuman Calon Pemenang V Papan Pengumuman dan Surat Wajib
Penyampaian Sanggahan X Tertulis (atau email) Wajib
Tanggapan Sanggahan X Tertulis (atau email) Boleh
Pengumuman Pemenang V Papan Pengumuman & Surat Boleh
Wajib

*) Dilayangkan dalam formulir standar, bila menginginkan formulir tertentu dapat dilakukan dengan bantuan
PUSDATA
V Proses oleh Panitya Lelang, V Proses oleh (calon) Peserta lelang X Tidak melalui Semi e-Proc

10.4.3 Prosedur Keterbukaan kepada Publik


a. Pengumuman kepada Publik
PMU akan memberikan informasi kepada publik yang meliputi kegiatan utama
proyek dengan cara pengumuman publik misalnya dalam bentuk iklan dan proses
pelelangan melalui web site. Informasi di dalam pengumuman harus menjelaskan
hal-hal sebagai berikut:
1. Bagian proyek yang sedang di-iklankan untuk kegiatan pelelangan
2. Dokumen pelelangan dan yang lainnya yang masih berlaku untuk dapat
dipelajari atas dasar permintaan
3. Ikhtisar secara periodik (tiga bulanan) kegiatan Pusat Pengaduan
4. Pertemuan publik yang dilaksanakan untuk keperluan pemilihan Wakil-wakil
Masyarakat Sipil untuk bertindak sebagai Pemantau dalam Panitia Pengadaan
5. Pemberitaan Pers dari Executing Agency atau ADB yang berkaitan dengan
proyek.

b. Stan Informasi Proyek


Stan Informasi Proyek (Project Information Booth/PIB) agar dapat disediakan di

Manual Manajemen Proyek 10 13


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

lokasi kantor pusat, PMU, dan masingmasing proyek. PIB terbuka selama jam
kerja dan tersedia staf yang dapat membantu pertanyaan dari publik. Semua
dokumen yang disediakan melalui PIB tersedia dalam jumlah cukup, disimpan di
rakrak yang aman dalam jangka waktu 12 bulan setelah kegiatan terkait selesai.
PIB disarankan berupa papan pengumuman dimana informasi proyek yang
berjalan dapat ditayangkan.

Dokumen yang tersedia dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipakai dalam
rangka keterbukaan kepada publik serta dapat di gandakan dengan besaran
biaya sesuai biaya fotokopi dan pengirimannya.
Stan Informasi Proyek yang ada di Pusat terbuka untuk jangka waktu selama
pelaksanaan proyek dan harus dipelihara selama jangka waktu pelaksanaan
proyek.

Informasi minimal yang ada di Stan Informasi Proyek:


1. Audit akhir resmi dari auditor independen
2. Semua dokumen lelang dan usulan pemenang lelang harus tersedia paling
sedikit satu tahun setelah penyelesaian kontrak;
3. Laporan Semester/Enam bulanan dari Bank yang terintegrasi dengan hasil
kegiatan pemantauan dan evaluasi
4. Dokumen resmi proyek: fotocopy Project Appraisal Document (PAD), Loan
Agreement, PAM dan telah disetujui Bank
5. Informasi Kontrak Pemenang dan ikhtisarnya dengan uraian sebagai berikut:
6. Nama pemenang
7. Harga kontrak
8. Peserta lelang yang dinyatakan tidak menang disertai alasan, tanggapan
serta pengaduan dari Kontraktor
9. Penjelasan umum sehubungan dengan kemajuan proyek dan laporan dari
Executing Agency, Bank atau konsultannya.
10. Informasi tersedia dalam bentuk dokumen di kantorkantor tersebut di atas
serta situs internet dan akan dimutahirkan sebulan sekali.

c. Bahan yang tersedia untuk publik.


PMU Pusat dan Direktorat Jenderal Bina Marga, serta Satuan Kerja terkait
membuat materi dari dokumen proyek yang dapat diakses oleh publik dengan
mengajukan permohonan. Permohonan tersebut dibuat secara tertulis ditujukan
kepada Kepala Satuan Kerja terkait dan/atau PMU. Dokumen/materi tersebut

Manual Manajemen Proyek 10 14


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

mencakup:
1. Semua dokumen lelang, Request For Proposal (RFP), dokumen yang
tersedia untuk publik hanya tersedia setelah perusahaan dinyatakan menang.
Dokumen ini tersedia selama paling sedikit satu tahun setelah penyelesaian
kontrak;
2. Daftar pendek konsultan dan daftar kontraktor serta para supplier;
3. Ikhtisar evaluasi semua penawaran dan khususnya usulan kontrak, tersedia
setelah pengumuman pemenang kepada kontraktor/konsultan telah
ditetapkan;
4. Informasi pemenang kontrak untuk semua supplier dan kontraktor untuk
barang dan pekerjaan tetap di informasikan ke publik.
5. Daftar semua kontrak per tiga bulanan mulai tanggal masingmasing kontrak,
nama kontraktor/konsultan, nilai kontrak, metode pengadaan yang dilakukan
dan data kontrak.

Dokumendokumen yang dapat di fotocopy adalah dokumen lelang, RFP,


Dokumen kontrak, Laporan evaluasi pelelangan, Laporan evaluasi teknis dan
harga (Konsultan), Pengumuman pemenang lelang, dan dokumen lainnya yang
telah disebutkan didalam butir tersebut di atas. Dokumen berupa fotocopy dikirim
ke publik paling lambat 7 hari sejak tanggal diterimanya permohonan dengan
penggantian biaya riil fotocopy dan pengirimannya.

d. Situs Internet
Executing Agency (Direktorat Jenderal Bina Marga) telah menyiapkan situs
internet dan PMU akan mengatur update informasi bulanan masing-masing
proyek.
Dengan alamat: - www. pu. go.id

10.4.4 Kebijakan Keterbukaan Informasi Kepada Publik


Ringkasan kebijakan keterbukaan Informasi kepada publik dapat lihat pada uraian
dibawah ini.

Manual Manajemen Proyek 10 15


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

10.4.4 Kebijakan Keterbukaan Informasi Kepada Publik


Diseminasi dokumen publik

Metoda Jenis dokumen/ informasi yang dipublikasikan Penanggung Jawab Waktu Koran Apa?

1. Laporan mengenai kegiatan pelelangan yang


telah,sedang & akan dilakukan oleh Satker. PMU
2
1. Satker (Koran
Melalui Surat 2. Dokumen yang tersedia pada Stan Informasi Proyek melakukannya 1x
lokal)
Kabar Lokal 3. Ikhtisar secara periodik (triwulan) kegiatan Pusat setahun dalam
2. Koran tingkat
dalam bentuk pengaduan bentuk siaran pers, Kalbar : Pontianak Pos,dan
Provinsi
siaran pers 4. Dokumen2 pelelangan dan dokumen lainnya yang kecuali iklan yg Metro Pontianak.
3. PMU (Koran Kaltim : Tribun Kaltim.
(Pers masih berlaku u/ dapat dipelajari (atas dasar jadwalnya
nasional) Jateng : Suara Merdeka
Release) permintaan). menyesuaikan Jatim : Jawa Post
sesuai
atau 5. Laporan mengenai rencana dan hasil pertemuan Project
dengan
bentuk publik u/ keperluan pemilihan wakilwakil pengamat procurement plan
ketetapan
iklan. masyarakat (WPM), konsultasi AMDAL, LARAP dll. atau kasus2
Bappenas
6. Pemberitaan pers/Asean Dev Bank yang khusus.
berkaitan dengan proyek.

Nama proyek, Pemilik Pekerjaan, nama Kontraktor Ketika akan


Kontraktor atas
termasuk nama, alamat dan no telp yang berwenang dimulai pekerjaan/
instruksi dari Ka. Lokasi proyek
pada proyek yaitu Ka. Satker/ Satker, Ka. Dinas PU, rencana mobilisasi/
Satker terkait.
Dirjen Bina Marga, PMU pematokan.

Manual Manajemen Proyek 10 16


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

b. Penyediaan Ruang Informasi Proyek

Yang
Jenis dokumen/ informasi yg dipublikasikan Kapan Dimana
Melakukan
Dokumen yang siap dibaca di stan informasi proyek PMU Sejak Di kantor
1. Audit akhir yang resmi dari auditor independen dimulainya proyek/
2. Rencana pengadaan tahunan dan seleksi konsultan naskah kantor Dinas
3. Semua lelang dan usulan pemenang lelang harus tersedia paling sedikit satu tahun setelah perjanjian PU/
penyelesaian proyek pinjaman Provinsi /
4. Laporan semesteran dari WB yg terintegrasi dengan hasil kegiatan pemantauan dan evaluasi. /hibah Pusat
5. Copy Project Appraisal Document; Loan Agreement; PMM ditanda
6. Program Kerja tahunan (Annual Work Programs) yang disetujui oleh ADB/IDB. tangani
7. Informasi kontrak pemenang & ikhtisarnya dengan uraian sbb:
Nama Pemenang
Harga Kontrak
Lelang yang dinyatakan tidak menang disertai alasan, tanggapan serta pengaduan dari
kontraktor.
8. Penjelasan umum sehubungan dengan kemajuan proyek / laporan konsolidasi
Dokumen yang dapat diminta sesuai dengan permintaan.

Manual Manajemen Proyek 10 17


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

Syaratsyarat
Mengirim surat resmi kepada Kepala Satuan Kerja cc. Kepala Dinas PU, Dirjen Bina Marga terkait
dengan menyebutkan jelas identitas pemohon dan keperluannya.
Bersedia Mengganti biaya fotocopy/ ongkos kirim
Proyek akan secepatnya (maksimal 1 minggu) menyediakan datadata yang diinginkan oleh pemohon
Jenis datadata yang dapat diminta :
1. Arsip semua dokumen lelang, RFP setelah ditetapkan pemenangnya (paling tidak satu tahun setelah
penyelesaian kontrak)
2. Daftar Pendek konsultan dan daftar pra kualifikasi kontraktor serta para supplier
3. Ikhtisar evaluasi semua penawaran dan khususnya usulan kontrak; setelah pengumuman
pemenang kepada kontraktor konsultan telah ditetapkan.
4. Informasi pemenang kontrak u/ semua supplier dan kontraktor.
5. Daftar semua kontrak per tiga bulanan mulai (a) tanggal masingmasing kontrak (b) nama
kontraktor/ konsultan (c) nilai kontrak (d) metoda pengadaan yang dilakukan.
Dengan fasilitas (a) Stan Informasi Proyek (b) Tim Penyediaan Dokumen sesuai Permintaan

Manual Manajemen Proyek 10 18


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

c. Melalui Website

Jenis Dokumen/ Informasi yg dipublikasikan Yang melakukan Kapan Dimana

PMU PMU harus Sesuai lokasi


Website Pusat sekurang-kurangnya berisi sudah
1. Konsolidasi Kemajuan proyek secara menyeluruh (rencana dan melakukannya
realisasi) setelah loan
2. Daftar proyek (civil work, goods, consultant) yang akan ditenderkan, efektif. (dengan
3. Status Penyerapan Loan asumsi sudah
4. Dokumen-dokumen petunjuk pelaksanaan : ( PIP, PMM, standar- mempunyai
standar teknis, RFP, Bid document, safeguard) (status dokumen bisa di website)
download)
5. Catatan-catatan komplain dan tindak lanjutnya yang dianggap cukup signifikan
6. Audit Report dari Auditor Independen
7. Aide Memoire & its follow up
8. Pengumuman-pengumuman tentang Pengadaan dari Ditjen Praswil

Manual Manajemen Proyek 10 19


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

10.4.5 Meningkatkan Keterbukaan yang Berhubungan dengan Prosedur Pelelangan


a. Pengumuman Pelelangan
1. Media cetak dengan sirkulasi International, nasional dengan oplag/tiras
minimal 150.000 per hari.
2. Media elektronik melalui www.pu.go.id;
3. Papan pengumuman di Dep. PU, Ditjen Bina Marga, Dinas PU/Bina Marga/PU
Provinsi, Satker dan di institusi lainnya sesuai peraturan yang berlaku.
4. Untuk ICB, selain ketentuan di atas, dilaksanakan pengumuman pada United
Nation Development Bussiness Online, Development Gateway
Market/dgMarket dan koran yang berbahasa Inggris. ICB dengan nilai paket
besar (> 10juta US$) diumumkan pada koran dengan sirkulasi Internasional.

b. Pembukaan Penawaran
Hasil Pembukaan Penawaran pelelangan harus segera disampaikan kepada ADB
dengan tembusan kepada Direktorat terkait dan PMU melalui Faksimili atau
Email untuk semua proses post dan prior review (paling lambat 24 jam setelah
tanggal dan jam Pembukaan Penawaran). Nomor faksimili adalah (021) 7220260
dan PMU adalah pmu.rrdp@yahoo.com

c. Informasi Kepada Publik


Executing Agency (Ditjen Bina Marga) secara teratur/periodik menyiapkan
informasi kepada publik berupa informasi dari rencana proyek, anggaran, rencana
pelelangan, data pelelangan secara spesifik (nama pemenang dan harga) dan
resume informasi untuk amandemen kontrak. Penyampaian informasi tersebut
melalui PU net.
Direktorat Jenderal Bina Marga cq. Direktorat Bina Program cq. Sub Direktorat
Program dan Anggaran akan menyiapkan informasi kepada publik melalui website
yang akan ditentukan kemudian.
Data yang tersedia melalui website adalah:
1. Data Rencana Proyek dan Anggaran
a) Nama Paket
b) Lokasi Proyek
c) Uraian singkatjenis pekerjaan
d) Pagu Proyek
e) Alamat Kantor yang membawahi proyek tersebut
f) Contact Person
g) Sumber Dana

Manual Manajemen Proyek 10 20


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

h) TahunAnggaran
2. Data Pelelangan
a) Tanggal Pengumuman Pelelangan
b) Tanggal Pengambilan Dokumen Pelelangan
c) Tanggal Pemasukan Penawaran
d) Pengumuman Pemenang Lelang 1, Cadangan 1 dan 2 meliputi nilai
penawaran, nama dan alamat rekanan.
3. Data Kontrak
a) Nama Paket
b) Lokasi Proyek
c) Nama rekanan
d) Nilai Kontrak awal
e) Nilai Addendum terakhir
f) Tanggal dimulai pekerjaan
g) Tanggal selesai pekerjaan
h) Tanggal Berita Penyerahan Pekerjaan Sementara (PHO)
i) Nilai pekerjaan yang dibayar setiap bulan
j) Prosentase fisik setiap bulan
k) Nilai denda (jika ada).

Data tersebut di atas diperbaharui satu kali sebulan sesuai tanggal dan siklus
pelaporan melalui Sistem Informasi Pemantauan Proyek (SIPP).

d. Informasi Melalui Media Internet


Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
nomor 02/IN/M/2002 tanggal 29 April 2002 tentang Peningkatan Informasi
Pengadaan Barang/Jasa melalui Media Internet di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum, maka Pengumuman yang juga harus diumumkan di media
internet adalah:
1. Pengumuman Pelelangan
2. Sanggahan dan jawaban atas sanggahan
3. Undangan pelelangan dan pengambilan dokumen lelang
4. Berita Acara/penjelasan pelelangan (Aanwijzing)
5. Berita Acara Pembukaan Penawaran
6. Pengumuman penetapan pemenang lelang
7. Sanggahan dan jawaban atas sanggahan
8. Sanggahan banding dan jawaban atas sanggahan banding

Manual Manajemen Proyek 10 21


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

10.5 KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN (COMPLAINT


HANDLING SYSTEM)
Tinjauan Umum
Aspek penting dalam manajemen proyek RRDP adalah penekanan dalam
peningkatan efektifitas proyek dengan cara mengurangi kesempatan timbulnya
penyalahgunaan dana publik. Sebagai bagian dari hal ini, ditekankan juga adanya
prosedur yang meningkatkan transparansi pengambilan keputusan publik dan
partisipasi masyarakat. Mekanisme penanganan pengaduan yang efektif merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari suatu prosedur keterbukaan kepada publik.
Perhatian dan pengaduan anggota masyarakat pada setiap aspek pelaksanaan
proyek harus ditindak-lanjuti oleh pihak yang berwenang. Selanjutnya, bukti bahwa
pihak yang berwenang memperhatikan setiap masukan dari masyarakat adalah
dengan bertindak cepat, sungguh-sungguh dan transparan. Hal ini akan
memberikan dorongan kuat bagi masyarakat dalam meningkatkan partisipasinya
karena masyarakat yakin bahwa masukan mereka dinilai dan ditindak-lanjuti.
Dengan demikian, akan membantu terbentuknya kerjasama yang akan memberikan
keuntungan besar baik pada proyek maupun dukungan peningkatan pelayanan
pemerintah di masa mendatang.

Penanganan pengaduan yang benar memerlukan perhatian, kebijaksanaan dan


kepekaan. Yang penting adalah Pelapor perlu dilindungi dan identitasnya
dirahasiakan, jika tidak demikian mereka tidak akan memberikan informasi.
Pengungkapan yang terlalu dini terhadap isi pengaduan, berpotensi merusak dan
harus dihindari. Setiap individu yang dituduh melakukan kesalahan diberi hak penuh
sampai pengaduannya terselesaikan masalahnya.

Pemerintah Pusat dan Satker setuju bahwa prosedur penanganan pengaduan yang
mendukung pelaksanaan Rencana Tindakan Anti Korupsi (ACAP) dalam RRDP
harus ditetapkan. Dalam kaitannya dengan RRDP, PMU sesuai dengan fungsinya
akan menyiapkan prosedur tersebut yang dapat memberikan nilai tambah bagi
derajat independensi WPM (Wakil Pengamat Masyarakat). Kegiatan ini di bawah
supervisi PMU yang akan mengkaji rekomendasi dan temuan temuan yang
berkaitan dengan setiap penyelidikan - khususnya Ditjen Bina Marga - dan PMU
akan membuat rekomendasi tentang sanksi dan penalti yang diperlukan sesuai
tanggung jawab dan kewenangannya.

Prosedur yang diuraikan di bawah ini adalah kerangka kerja pengaduan yang akan
ditangani, namun hasil identifikasi dapat diperbaiki sesuai kebutuhan. Tujuan secara

Manual Manajemen Proyek 10 22


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

keseluruhan adalah untuk membuka akses pada masyarakat yang akan ditangani
secara efisien, responsif, dan menyeluruh untuk semua pengaduan atas
pelaksanaan RRDP. Tingkat efektiftas prosedur ini akan dipantau di setiap daerah
dan akan disesuaikan sesuai pelaksanaan proyek. Referensi Peraturan Menteri PU
no. 323/2005 tentang Tata Cara Penanganan Masukan dari Masyarakat di
Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

10.5.1 Prosedur Penanganan Pengaduan


a. Tanggung Jawab Penanganan Pengaduan, Investigasi dan Keputusan
PMU akan bertanggung jawab untuk menfasilitasi dalam penanganan semua
pengaduan didalam wilayah tanggung jawabnya secara professional dan
menyeluruh, menjaga hak penuh dalam kerahasiaan kegiatan ini. Tanggung
jawab PMU juga meliputi fasilitasi pelaksanaan investigasi dan membuat
rekomendasi kepada orang yang diduga sebagai pelaku (jika diperlukan). Untuk
tindakan lebih lanjut, hasil rekomendasi PMU dapat digunakan untuk
pelaksanakan serangkaian tindak aksi termasuk sanksi atau penalti apabila
diperlukan oleh Ditjen Bina Marga

b. Penanganan Pengaduan pada RRDP


Penyampaian Pengaduan Provinsi di sampai ke Satker masing masing paket
dalam bentuk Surat secara resmi, sedangkan ke Pusat disampaikan ke PMU-
RRDP.

c. Registrasi Pengaduan: Penetapan Register Pengaduan (disesuaikan


dengan website RRDP)
Suatu sistem registrasi yang lengkap sangat esensial untuk mencatat keadaan
yang sebenarnya bahwa suatu pengaduan telah diterima dan menjadi arsip yang
terbuka untuk bahan yang berkaitan dengan pengaduan sebagai dokumen awal.
Register harus digunakan untuk menyimpan catatan status penanganan
pengaduan sesuai dengan setiap tahapan proses tindak lanjutnya. Dalam hal ini
register menyediakan semua data yang diperlukan untuk pemantauan dan
menghindarkan adanya keperluan untuk memeriksa setiap arsip aktif untuk
pemantauan biasa.

Register harus sesuai dengan Nomor Arsip yang disiapkan untuk pengaduan.
Identitas pelapor tidak dicatat dalam sistim register agar informasi pelapor hanya
dapat diketahui oleh kalangan terbatas. Register akan mencatat informasi untuk
setiap pengaduan yang diterima sebagai berikut:

Manual Manajemen Proyek 10 23


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

1. Registrasi awal:
Nomor Register (masukkan juga kedalam Arsip)
Nomor arsip yang disediakan
Tanggal penerimaan pengaduan
2. Klasifikasi Pengaduan:
Tipe pengaduan (14: lihat halaman berikut) Pokok
pengaduan (lihat halaman berikut) Nomor Paket
Proyek RRDP
3. Pencatatan Penanganan Pengaduan
Tanggal Laporan Awal Penyelidikan, dikirim ke PMU
Tanggal Surat Advis, dikirim ke Pelapor
Rekomendasi investigasi lebih jauh ? (Ya/Tidak)
Tanggal Laporan Investigasi, dikirim ke PMU
4. Hasil investigasi:
Tanggal kesimpulan investigasi
Pengaduan yang dijumpai masih berlaku? (Ya/Sebagian/Tidak)
Tanggal sanksi yang diusulkan oleh PMU
Tipe sanksi yang diusulkan oleh PMU (Katagori pencatatan ditetapkan)
Tanggal sanksi yang dijatuhkan
Tipe sanksi yang dijatuhkan (Katagori pencatatan ditetapkan)

d. Klasifikasi Pengaduan
Untuk memudahkan pelaporan, setiap pengaduan harus diklasifikasikan atas
tipe pengaduan, kategori dan referensi oleh pelapor. Penetapan kategori
pengaduan seperti dicatat pada Register

1. Tipe Pengaduan (Kategori pengaduan berdasartipe masalah):


a) Prosedur Terutama terkait dengan kesalahan prosedur sesuai
observasi atau peraturan yang berlaku
b) Penyalahgunaan Dana Terutama terkait dengan kegiatan korupsi,
kecurangan atau kolusi, pemaksaan, serta penyalahgunaan dana
c) Kinerja Terutama terkait dengan kinerja yang rendah atau tidak
memenuhi syarat untuk hasil pekerjaan fisik, termasuk aspek lingkungan
dan sosial
d) Lainlain
2. Kategori (Pihak yang terlibat/bertanggungjawab/diadukan)
Untuk institusi serta perorangan yang terlibat, meliputi Nama Kementerian,

Manual Manajemen Proyek 10 24


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

Pemerintah Provinsi dan/atau Nama orang yang terlibat.


3. Referensi Proyek RRDP
Nama/nomor paket proyek RRDP yang diadukan (kosongkan apabila
pengaduan tidak ada kaitannya dengan proyek tertentu)

10.5.2 Penyidikan Awal Pengaduan


Langkah awal dalam proses investigasi adalah penyidikan awal atas pengaduan
untuk mengidentifikasi apakah kasus yang dilaporkan layak untuk diinvestigasi atau
apakahpengaduan muncul akibat perbedaan pengertian atau kurangnya informasi
yang diperoleh pelapor.

Staff PMU/konsultan independen diminta untuk mengawali penyidikan pengaduan


yang sudah diterima secepatnya dan hasilnya dilaporkan ke PMU. Penyidikan awal
harus mengkaji secara hati hati keadaan sebenarnya berdasarkan materi
pengaduan dan orang yang diduga terlibat. Pada tahap ini, kerahasiaan secara
penuh harus dijaga dan tidak ada pembahasan yang harus dilakukan dengan
pihak pihak yang terlibat di dalam kasus ini. Harus secepatnya diketahui apakah
pengaduan adalah syah untuk dilakukan investigasi lebih lanjut atau hanya karena
salah pengertian.

Apabila investigasi lebih lanjut diperlukan, lingkup kerja yang disyaratkan untuk
menangani investigasi harus diidentifikasi. Tindakan yang diperlukan untuk di
tangani oleh Tim Kecil PMU dapat diuraikan di bawah ini dan dilaksanakan untuk
setiap pengaduan yang diterima:

a. Menangani penyidikan awal secara rahasia atas pengaduan serta membuat


kesimpulan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau apakah pengaduan
terjadi karena salah pengertian;
b. Menyiapkan Laporan Penyidikan Awal (Initial Inquiry Report (IIR) secara singkat
dengan uraian investigasi yang ditangani, gambaran, kesimpulan dan sumber
daya yang diperlukan untuk investigasi berikutnya. Mengirimkan laporan
penyidikan awal ke PMU (berikut lampiran kopi pengaduan awal). Target tanggal
untuk menyelesaikan laporan tersebut tidak lebih dari 14 hari setelah
diterimanya pengaduan awal;
c. Bilamana identitas telah diketahui, memberikan informasi secara tertulis (tidak
lebih dari 7 hari setelah diterimanya pengaduan awal) kepada pelapor bahwa
pengaduannya telah diterima PMU, investigasi lebih lanjut akan dilakukan oleh
Satker/Panitia terkait dan pihak pelapor akan diberi informasi lebih lanjut oleh

Manual Manajemen Proyek 10 25


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

PMU setelah investigasi selesai ditangani.


d. Mencatat kegiatan ini di Register.

10.5.3. Prosedur Investigasi rinci


Target Tanggal untuk Penyelesaian Investigasi
Secepat mungkin setelah Laporan Penyidikan Awal dikirim ke PMU, ditindaklanjuti
dengan melakukan investigasi atas pengaduan tersebut. Waktu yang diperlukan
untuk investigasi yang rinci tidak lebih dari 14 hari, kecuali ada persetujuan PMU
dimana waktu yang diperlukan lebih panjang sesuai kebutuhan. Target waktu
penyelesaian yang akan diterapkan dalam tahap ini adalah:
a. Pengaduan tanpa tambahan sumber daya dari Tim Kecil. Target Tanggal
penyelesaian dalam waktu 1 bulan setelah tanggal pengaduan awal
b. Pengaduan dengan tambahan sumber daya dari Tim Kecil. Target Tanggal
penyelesaian dalam waktu 2 minggu setelah PMU meminta kepada Perwakilan
PMU untuk memulai kegiatan tersebut.

10.5.4 Prosedur Investigasi


Ketentuan tentang prosedur terinci yang diberlakukan dalam investigasi detail untuk
suatu pengaduan sangat tergantung kepada cakupan dan jenis pengaduan.
Beberapa petunjuk untuk proses secara keseluruhan yang menjadi rujukan Petugas
Investigasi dapat diuraikan di bawah ini.
a. Pengumpulan Informasi.
Kumpulkan semua informasi yang relevan tentang keadaan yang menjadi pokok
pengaduan, termasuk identifikasi semua pihak yang terlibat
b. Lakukan klarifikasi awal.
Wawancarai pihakpihak yang terkait untuk menerima lebih banyak informasi
terinci, penjelasan peran dan/atau kegiatan seseorang yang dilaporkan, dsb.
c. Investigasi terinci.
Berdasarkan pada semua informasi yang relevan, lakukan kajian terinci atas
pengaduan dan menarik kesimpulan tentang kebenarannya serta langkah
berikutnya yang diperlukan. Siapkan Laporan Investigasi dan laporkan ke PMU
untuk kajian lebih lanjut.
d. Kajian temuan dan menentukan tindakan.
Hasil dan rekomendasi setiap investigasi akan dikaji oleh Ditjen Bina Marga dan
PMU atau oleh tim kecil untuk kegiatan khusus ini. Tugasnya adalah
merekomendasi langkahlangkah selanjutnya termasuk sanksi dan penalti serta

Manual Manajemen Proyek 10 26


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

mempersiapkan prosedur banding yang tepat.


e. Laporan Hasil Investigasi.
Publikasi laporan atas hasil temuan setiap penyelidikan sangat diperlukan, tetapi
prosedur resmi perlu disiapkan untuk meyakinkan bahwa keseluruhan
pengumuman tidak mengganggu investigasi lebih lanjut atau meyalahi hak
perorangan atau hukum yang ada. Keputusan akan dibuat atas dasar kasus per
kasus oleh PMU.
Kesimpulan setiap investigasi akan dicatat di Register:
a. Hasil investigasi:
1. Tanggal kesimpulan investigasi
2. Pengaduan yang dijumpai apakah berlaku? (Ya/Sebagian/Tidak)
3. Tanggal sanksi yang diusulkan oleh PMU
4. Tipe sanksi yang diusulkan oleh PMU
5. Tanggal sanksi yang dijatuhkan
6. Tipe sanksi yang dijatuhkan
b. Penyelesaian Register
PMU dan Tim Kecil menyelesaikan masukan kedalam register untuk setiap
pengaduan, sekaligus hasil yang telah diselesaikan. Oleh sebab itu, adalah
tanggung jawab PMU untuk menjamin bahwa hasil akhir dimasukkan
kedalam Register.
c. Pemantauan
Pemantauan keseluruhan kinerja atas mekanisme penanganan pengaduan
merupakan monitoring untuk menilai efektifitas penerapan ACAP, dan
dalamhal ini akan ditangani oleh PMU sebagai bagian dari pelaporan bulanan
kemajuan proyek. Pengukuran kinerja mencakup:
1. Jumlah pengaduan yang diterima atas dasar kategori (bulanan; kumulatif)
2. Prosentase (%) penanganan pengaduan untuk penerimaan pengaduan
yang telah disampaikan oleh pengadu dalam periode target (dua minggu)
3. Jumlah masalah pada pengaduan
4. Prosentase (%) pengaduan yang ditindaklanjuti dengan Laporan
Penyidikan Awal yang telah diserahkan dalam periode target (dua
minggu)
5. Jumlah kasus yang direkomendasikan untuk penanganan lebih lanjut
(tanpa investigasi lebih lanjut, investigasi lebih lanjut) secara bulanan dan
kumulatif.

Manual Manajemen Proyek 10 27


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

6. Jumlah investigasi akhir yang terselesaikan dalam periode (bulanan;


kumulatif)
7. Jumlah kasus untuk investigasi yang sedang berjalan
8. Prosentase (%) investigasi yang tereselesaikan dalam periode target (1
bulan dari data penerimaan pengaduan)
9. Jumlah investigasi akhir menurut sanksi yang dijatuhkan (bulanan,
kumulat if).
Ringkasan langkahlangkah penanganan pengaduan, dapat dilihat pada
Gambar di bawah ini.

Manual Manajemen Proyek 10 28


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

Langkah Langkah Penanganan Pengaduan

PELAPOR PO.BOX TIM KECIL Complaint/Pengadua


BOXBOX PMU n
Langkah - langkah
1 Mem eriks a P. O B O X t i ap hari
2 Registrasi surat kom plain yang meliputi
2.1 Registrasi awal
a Nom or Register
b Nomor A rsip
c Tanggal penerimaan pengaduan
2.2 Klasifikasi Pengaduan
a Apakah keluhan masalah prosedur?
b Apakah keluhan penyalahgunaan dana?

By email & by Fax


c Apakah keluhan masalah kinerja?
d Apakah keluhan lain2 (diluar diatas?)
3 Lakukan investigasi awal
3.1 Identifikasi & pastikan bahwa keluhan tsb

max/hari
Disebabkan oleh : 1. Menerima laporan hasil investigasi
a Kurang inform asi 2. Kaji laporan hasil investigasi
b Salah pengertian 3. Memberikan kajian paling tidak berisi
c atau ada m asalah yang cukup signifikan untuk keputusan perlu tidaknya invertigasi yang
dilakukan investigasi lebih dalam lebih dalam atau tidak
3.2 Buat laporan Investigasi Awal 4. Berdasarkanhasil kajian dan butir2 PMU
dan rekomendasikan tindakan berikutnya kepada memberikan rekomendasi tentang
Tim Kecil
PMUm enerim a hasil kajian dari PMU kebutuhan sumber daya, waktu, biaya dan
1. melakukan proses pencatatan
Laporan investigasi awal berisi /: registrasi lain-lain.
2. Mengkaji hasil "catatan" dari PMU
a. hasilnya
3. Jika Gambarantidak ringkasan
perlu complain
tindak lanjut yang
b. Rekomendasi
asum sinya bisa salahkebutuhan waktu atau kurang
pengertian
pengertian
c. Sumber / informasi maka
daya rencana segeraapayang akan
tindakan
konsepkan surat penjelasan kepada Pelapor
dilakukan Rekomendasi dan Perwakilan PMU akan
4. Jika hasilnya perlu rekomendasi lebih lanjut dikaji oleh PMU
dan menentukan pilihan (a) langsung
maka perlu dilakukan memberikan sanksi kepada pihak yang
investigasi rinci bersalah dan mem berikan kesempatan
Investigasi lebih rinci banding atau (b) menugaskan perwakilan
1. Kum pulkan informasi - informasi lebih rinci PMU u/ melakukan kajian lebih rinci lagi
2. M elakukan klarifikasi melalui wawancara pihak guna mendapatkan oyektifitas yang lebih
- pihak yang terkait jelas.

14 hari maksimal
3. Tentukan dan simpulkan kebenaran yang Maksimal 1 bulan
ada
4. Laporkan ke PMU dan berikan rekomendasi Jika ada yang naik banding maka perlu
diputuskan oleh kom isi
Penyelesaian Penanganan Pengaduan
dibawah Inspektorat Jenderal PU

Manual Manajemen Proyek 10 29


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

10.5.5 Komisi Penyelesaian Penanganan Pengaduan


Diusulkan untuk menetapkan 5anggota Komisi Penyelesaian Penanganan
Pengaduan dibawah Inspektorat Jenderal PU. Susunan struktur dibawah diusulkan
untuk keperluan ini.
Ketua : InspektoratJenderal Pekerjaan Umum
Wakil Ketua : Executing Agency (Ditjen Bina Marga)
Sekretaris : Dit. Bina Program Ditjen Bina Marga
Anggota : Direktorat terkait
Setditjen Bina Marga
Unsur lain yang diperlukan

10.5.6 Perbaikan atas Monitoring Proses dan Hasil Pelelangan


a. Executing Agency harus menyiapkan prosedur untuk menangani protes/keberatan/
komplain dan prosedur pengumuman sanksisanksi yang dilaksanakan.
Semua rekanan yang mengikuti pelelangan jika ada Pengaduan/Sanggahan
wajib mengisi format yang telah tersedia dalam Dokumen Lelang dan
disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Marga dengan tembusan kepada
PMU. Format tersebut berisi pertanyaan (kuesioner) untuk menampung adanya
protes/keberatan/komplain atau laporan penyimpangan lainnya yang merugikan
rekanan.

Di dalam menyampaikan kuesioner tersebut, jika ada protes/ keberatan/komplain


dan laporan penyimpangan lainnya, pelapor wajib memberikan identitas yang
lengkap sesuai isian dan harus disertai bukti atau saksi atau pernyataan tertulis
di atas kertas segel/bermeterai cukup sebagai lampiran dari kuesionair tersebut.

Laporan kuesionair dan komplain lainnya disampaikan kepada alamat berikut:


Direktur Jenderal Bina Marga
Gedung Sapta Taruna Lt.2
Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12110
Telp : (021) 7253358
Project Management Unit (PMU) RRDP ADB/ IDB
Direktorat Bina Program
Gedung Sapta Taruna Lt.5
Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12110

Manual Manajemen Proyek 10 30


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

Telp. : (021) 7220260 dan Fax: (021) 7220260 E-mail address:


pmu.rrdp@yahoo.com

Penanganan atas protes/keberatan/komplain atau laporan penyimpangan-


penyimpangan lainnya dilaksanakan bersama-sama Direktorat Jenderal Bina
Marga dan Inspektorat Jenderal.

Jika laporan dari rekanan tersebut benar, Direktorat Jenderal Bina Marga setelah
berkoordinasi dengan unit-unit terkait dan setelah adanya persetujuan ADB/IDB,
maka proses pelelangan tersebut dapat dibatalkan/ditunda/diulang serta akan
memberikan sanksi PP 30 kepada Panitia Pelelangan atau kepada pejabat yang
terkait proses pengadaan tersebut. Pemberian sanksi sesuai butir e akan
dilaporkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga kepada Bank Dunia dan
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum.
b. Executing Agency akan mengembangkan kerangka dan prosedur untuk
melaksanakan survei tahunan pada Kontraktor, Supplier, Konsultan, Pengamat
Pihak Ketiga (P2K) /TPM dan kelompok masyarakat yang terkait dengan proyek
untuk mendapatkan pandangan, informasi, saran, kritik, pengalaman yang
berhubungan dengan pelaksanaan proyek dan hasilnya diumumkan kepada
masyarakat. Dari hasil pengembangan tersebut di atas, maka akan dilaksanakan
uji coba atas pengembangan kerangka dan prosedur tersebut di atas sebagai
percontohan.
c. Executing agency akan mengembangkan Kajian Independen Tahunan terhadap
proses pelelangan dan hasilnya (berupa harga, kuantitas dan kualitas dari
barang dan hasil pekerjaan, jasa yang disediakan, membandingkan harga
kontrak dengan harga di pasar untuk jenis pekerjaan yang sama dan
pengecekan akhir dari penggunaan hasilnya). Untuk belanja/shopping, evaluasi
ini terhadap verifikasi dari perusahaan yang menyediakan penawaran/quoting,
independensi dari setiap perusahaan dan eksistensi mereka, regular vendors dari
setiap item yang telah dilelangkan. Dari hasil pengembangan tersebut diatas,
maka akan dilaksanakan uji coba atas Kajian Independen Tahunan sebagai
percontohan.
d. Kode Etik dan Tindakan yang benar harus dijalankan oleh Institusi Pelaksana
(Implementing Agencies), Penawar, Supplier, Kontraktor dan Konsultan. Kode
Etik dan tindakan yang benar yang harus diterapkan berbagai pihak adalah
sebagai berikut:

Manual Manajemen Proyek 10 31


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

1. Melaksanakan kewajiban secara tertib yang disertai rasa penuh tanggung


jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan
pengadaan barang/jasa.
2. Bekerja secara profesional, mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga
kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa yang seharusnya
dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan
ba rang/jasa.
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk
mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat.
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kesepakatan para pihak.
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak
yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan
barang/jasa.
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan
Negara dalam pengadaan barang/jasa.
7. Menghindari dan mencegah penyalah gunaan wewenang dan atau
melakukan kegiatan bersama dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan Negara.
8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi
atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang
diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.

10.6 SANKSI DAN PENALTI


a. Tanggung Jawab
Idealnya, detail ACAP berisi suatu daftar sanksi dan penalti yang ditetapkan
secara jelas untuk diterapkan kepada perusahaan, individu dan/atau staf
pemerintahan yang didapati telah bertindak secara tidak benar atau terbukti
bersalah melakukan kecurangan dan korupsi. Daftar terinci sepenuhnya belum
disiapkan untuk versi awal Prosedur Pelaksanaan ACAP ini. Untuk hal ini,
diusulkan untuk menetapkan suatu Penyelesaian Pengaduan di bawah
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum yang berstatus sebagai
temuan yang perlu ditindaklanjuti dengan mengkaji hasil investigasi, membuat
keputusan dan temuantemuan apakah pelanggaran telah terjadi serta

Manual Manajemen Proyek 10 32


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

menerapkan atau merekomendasi sanksi atau penalti sesuai dengan prosedur


baku.

Beberapa kemungkinan penanganan dapat diidentifikasi dalam hal perorangan


terbukti telah berbuat sesuatu yang tidak benar:
1. Jika hasil investigasi menjumpai adanya masalah kriminal yang dilakukan
oleh perusahaanperusahaan atau perorangan yang melakukan korupsi,
maka Inspektorat Jenderal akan menangani dan menyerahkan masalah
tersebut kepada Polisi untuk penanganan lebih lanjut.
2. Apabila pelanggar adalah staf PU, maka Inspektorat Jenderal secara
langsung memberikan penalti kepada staf terkait
3. Apabila pelanggar adalah staf pemerintah Provinsi, masalahnya wajib
ditangani pada tingkat pemerintahan tersebut dengan mempertimbangkan
rekomendasi dari Inspektorat Jenderal PU.
4. Dalam hal kasus perusahaan swasta, sanksi harus diterapkan oleh
Executing Agency pada semua tingkat pemerintahan (Pusat dan Provinsi)

10.7 MENINGKATKAN PENGAWASAN PADA PELAKSANAAN KONSTRUKSI


a. Kepala Satker (pejabat pembuat komitmen) melaksanakan sosialisasi di awal
pelaksanaan kepada masyarakat di sekitar Proyek.
b. Menyebarkan leaflet kepada masyarakat dan pihakpihak terkait, tentang proyek
yang akan dilaksanakan.
c. Satker (pejabat pembuat komitmen) wajib memberitahukan alamat, nama
pimpinan, nama pengawas, nama pelaksana, nilai kontrak, jangka waktu
pelaksanaan dan data proyek lainnya didalam leaflet tersebut.
d. Satker (pejabat pembuat komitmen) harus memasang papan proyek di kedua
ujung proyek yang ditanganinya.
e. Hasil pengawasan atau pengaduan oleh masyarakat dan pihakpihak terkait,
oleh Satker (pejabat pembuat komitmen) harus ditindak lanjuti dan diklarifikasi
kepada pihak yang terkait serta diberi penjelasan yang faktual dan aktual.
Pengaduan dan jawaban tersebut oleh Satker disampaikan juga ke Pembina
Proyek dan PMU untuk dicatat dan ditindak lanjuti (jika diperlukan).
f. Jika pengaduan masyarakat dan pihakpihak terkait tersebut benar, maka Satker
(pejabat pembuat komitmen) serta Pembina Proyek, wajib menindak lanjuti dan
memberi teguran tertulis untuk yang melaksanakan kesalahan tersebut dan
pekerjaan harus di tolak di diperbaiki sesuai dokumen kontrak.

Manual Manajemen Proyek 10 33


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

LAMPIRAN 1
AntiCorruption Action Plan as adopted by Ministry of Public Rencana Tindakan Anti Korupsi yang digunakan oleh Kementerian PU
Works
Enhanced Disclosure Transparansi/Keterbukaan

1. The MPW will provide the following information in the PIP, PMM, 1. Kementerian PU akan menyediakan informasi di bawah ini didalam
the MPW website, and in the bidding documents: Rencana Pelaksanaan Proyek/Project Implementation Plan (PIP),
Pedoman Pengelolaan Pelaksanaan Proyek/Project Management
Manual (PMM), website Kementerian PU dan di dalam dokumen
penawaran.
The contact point for complains related to the Strategic Roads Unit kerja yang dapat dihubungi untuk pengaduan yang berhubungan
Infrastructure Project: dengan RRDP adalah:
To: Directorate of Planning Ministry of Public Works Kepada: Direktorat Bina Program, Kementerian PU
Tel: 62-21-7393928 Tel : 62-21-7393928
Fax: 62-21 -7393928 Fax: 62-21-7393928
e-mail : pmu.rrdp@yahoo.com e-mail : pmu.rrdp@yahoo.com
To: Inspectorate General Ministry of Public Works Kepada: Inspektorat Jenderal, Kementerian PU
Tel : 021-7397770 Tel :021-7397770
Fax: 021-72797851 Fax : 021-72797851
e-mail : e-mail :
To the : ADB/IDB Fraud and Corruption Unit Kepada: ADB/IDB cq. Fraud and Corruption Unit
Email : anticorruption@adb.org e-mail : anticorruption@adb.org
Website: http://www.adb.org/integrity/complaint.asp Website: http://www.adb.org/integrity/complaint.asp
If you prefer to remain anonymous, you may wish to make use of a Bila anda lebih menginginkan tidak diketahui namanya (anonim), maka
free email service (such as Hotmail or Yahoo) to create an email anda dapat menggunakan pelayanan email yang bebas/gratis (seperti
account using a pseudonym. This way, we could correspond with Hotmail atau Yahoo) untuk membuat sebuah email dengan nama
you as necessary, to seek clarification or additional information. samaran. Dengan cara ini maka dapat dilakukan korespondensi sesuai
kebutuhan dan untuk klarifikasi atau informasi tambahan.

Manual Manajemen Proyek 10 34


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

3. MPW will publish a quaterly newsletter on the official website of 3 Kementerian PU akan menerbitkan laporan tiga bulanan pada website
MPW including information concerning the list of contracts, Kementerian PU termasuk informasi berkaitan dengan daftar kontrak,
implementation progress, project-related workshops and the kemajuan pelaksanaan, pelaksanaan workshop, jenis type dan status
number, typology and status of complaints for each location. MPW pengaduan dari setiap lokasi proyek. Kementerian PU akan mengirim
will send the quaterly newsletter to the civil society (e.g. NGO) laporan tiga bulanan kepada forum masyarakat (spt NGO) di Provinsi-
forum in each project province in hardcopy or through an Provinsi terkait baik dalam bentuk hard copy maupun melalui e-mail
electronic mailing list.
4. Guidelines on disclosure of information to the public on project and 4. Pedoman untuk transparansi penyampaian informasi kepada
procurement activities shall be incorporated in the PMM, and will masyarakat tentang kegiatan proyek dan pelelangan akan dituangkan di
include the following key actions : dalam PMM, termasuk kegiatan utama sebagai berikut
a. The MPW will and the ADB/IDB may make publicly available, a. Kementerian PU dan ADB/IDB sesuai dengan Loan Agreement
promptly after completion of a mid-term review of the project akan menyiapkan tersedianya informasi, segera setelah selesainya
carried out in accordance with the loan agreement, the mid- pemeriksaan mid-term pada proyek, juga laporan pemeriksaan mid-
term review report and the aide memoire prepared for this term dan aide memoire. Kementerian PU akan menayangkan
purpose. MPW will also post this on the MPW official website laporan ini pada website Kementerian dalam waktu kurang dari 2
within 2 months of the completion of the mid-term review. bulan setelah selesai pemeriksaan mid-term ini.
b. The MPW will and the ADB/IDB may make publicly available b. Kementerian PU danb ADB/IDB sesuai dengan Loan Agreement
promptly after receipt all BPKPs final financial audit reports akan menyiapkan tersedianya informasi, segera setelah menerima
(including qualified audit reports)and all technical audit reports semua laporan akhir audit keuangan BPKP (termasuk laporan audit
for the Project prepared in accordance with the loan yang masih bersyarat) dan semua laporan audit teknik proyek dan
agreement and all formal responses of the government in semua tanggapan/tindak lanjut resmi dari Pemerintah dalam
relation to such reports. MPW will also post this on the MPW hubungannya dengan laporan ini. Kementerian PU akan
official website within 1 month of the report being accepted as menayangkan pada website Kementerian dalam waktu kurang dari 1
final. bulan dari penerimaan terakhir laporan ini.

c. The MPW will and the ADB/IDB may: c. Kementerian PU dan ADB/IDB akan :
Make publicly available promptly after finalization all annual Menyiapkan tersedianya informasi, segera setelah semua Rencana
Procurement Plans and schedules, including all updates there dan Jadwal Pelelangan tahunan selesai, termasuk semua
to ; MPW will also post this on the official website of MPW perubahannya; Kementerian PU akan menayangkan laporan ini
within one month of the end of the fiscal year. pada website Kementerian PU dalam waktu kurang dari 1 bulan dari
akhir tahun fiskal.

Manual Manajemen Proyek 10 35


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

Make vailable to any member of the public promptly upon Menyiapkan tersedianya informasi kepada masyarakat, sesuai
request all bidding documents and requests for proposal (this dengan Loan Agreement, berdasarkan permintaan, terhadap semua
provision does not include actual bids and proposals) issued in dokumen penawaran jasa konstruksi dan barang/jasa konsultansi
accordance with the procurement provisions of the loan Request For Proposal (penyediaan ini tidak termasuk dokumen
agreement, subject to payment of a reasonable fee to cover penawaran/proposal rinci) yang diterbitkan berkaitan dengan
the cost of printing and delivery. Each such document will pelaksanaan pelelangan, dengan memberikan biaya penggantian
continue to be made available until a year after completion of sewajarnya untuk menggandakan dan pengiriman. Setiap dokumen
the contract entered into for the goods, works, or services in tersebut akan terus tersedia sampai dengan 1 (satu) tahun setelah
question. selesainya kontrak.
make available to any member of the public promptly upon Menyiapkan berdasarkan permintaan, semua daftar pendek (short
request all shortlists of consultants. list) konsultan.
Actively encourage representatives of civil society groups to Dengan aktif mengajak wakil pengamat masyarakat (WPM) untuk
attend the public bid openings and other key procurement hadir dalam pembukaan penawaran dan tahapan tahapan inti dari
steps. Representatives of civil society will be included as pelelangan.WPM akan dimasukkan sebagai pengamat dan
observes and sign the attendance list for the menandatangani daftar hadir pada proses seleksi/pelelangan.
Procurement/Selection process.
For Works : (i) For the first six civil work contracts, if the Untuk Jasa Konstruksi : (i) Untuk 6 (enam) paket pekerjaan fisik
Procurement Advisor has not been hired, then a public notary pertama, dimana Procurement Advisor belum tersedia, maka akan
will (A) attend the opening of bids, and certify the Minutes of digunakan notaris publik yang akan (A) hadir pada pembukaan
opening of bids; (B) send one copy of the bids (after the bid penawaran dan memberi paraf pada Berita Acara pembukaan
opening) to the PMU within 24 hours; and (C) keep in safe penawaran; (B) mengirim 1 (satu) copy dari dokumen penawaran
place one copy of the sealed bids (after the bid opening) and (setelah pembukaan penawaran) kepada PMU dalam waktu kurang
make available upon request the copy of the bids and the dari 24 jam; dan (C) menyimpan pada tempat yang aman 1(satu)
minutes of the opening of bids to the Procurement Advisor copy dari dokumen penawaran yang disegel (setelah pembukaan
when hired. (ii) For the remaining civil works contracts, the penawaran) dan akan menyerahkan copy dokumen penawaran dan
Procurement Advisor will do all the above steps. berita acara pembukaan penawaran kepada Procurement Advisor
ketika telah tersedia. (ii) Untuk paket pekerjaan fisik yang tersisa,
Procurement Advisor akan melakukan semua tahapan diatas.

Manual Manajemen Proyek 10 36


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

For Consultants services : (i) For the CTC consultants, the Untuk Jasa Konsultansi : (i) Untuk pengadaan konsultan CTC, CSC,
CSC consultants and the Procurement Advisor, a Procurement dan Procurement Advisor, akan menggunakan Procurement Agent.
Agent will be used (ii) For the procurement of the other (ii) untuk pengadaan jasa konsultan lain dimana Procurement Agent
consultants services contracts where a Procurement Agent is tidak digunakan, seorang notaris publik akan diundang sebagai
not used, a public notary will be invited to officially witness the saksi resmi pada pembukaan usulan teknis dan biaya dan memberi
opening of technical and financial proposals, and certify the paraf pada berita acara pembukaan usulan teknis dan biaya. Notaris
Minutes of Opening of technical/financial proposals. The public juga akan menyimpan di tempat yang aman 1 (satu) copy usulan
notary will also keep in safe place one copy of the technical teknis yang disampaikan setiap konsultan (segera setelah dibuka),
proposals submitted by each consultant (once they are open), usulan biaya yang disegel (sebelum dibuka), dan 1 (satu) copy dari
the sealed financial proposals (before they are open), and one usulan biaya yang diserahkan (setelah dibuka).
copy of the financial proposals submitted (after they are open).
In line with the Procurement Guidelines, within two weeks of Sesuai dengan Petunjuk Pelelangan, kurang dari 2 minggu dari
contract award (Banks no objection) publish on MPW website, penyerahan kontrak (NOL Bank), harus diumumkan di website
and send to those who submitted bids, contract award Kementerian PU, dan dikirim kepada semua peserta yang
information identifying the bid and lot numbers and the mengajukan penawaran, tentang Informasi Penyerahan Kontrak,
following information (a) name of each bidder who submitted a dan informasi lainnya sebagai berikut : (a) nama semua penawar
bid (b) bid prices as read out at the bid opening , (c) name and yang mengajukan penawaran (b) harga penawaran pada saat
evaluated prices of each bid taht was evaluated; (d) name of pembukaan penawaran (c) nama penawar dan harga penawaran
bidders who bids were rejected and the reason for their yang telah dievaluasi; (d) nama penawar yang penawarannya
rejection; and (e) name of the winning bidders, and the price it ditolak dan alasan penolakan; dan (e) nama pemenang penawaran,
offered, as well as the duration and summarry scope of the dan harga yang ditawarkan juga jadwal/waktu pelaksanaan dan
contract awarded. rangkuman lingkup penawaran yang dimenangkan.
Make available, promptly upon request by any person or Menyiapkan tersedianya informasi, berdasarkan permintaan
campany, a list of all contracts awarded in the three months perseorangan atau perusahaan tentang daftar semua penyerahan
preceding the date of such request in respect of a project, kontrak dalam 3 bulan sebelum permintaan dibuat, termasuk nama
including the name of contractor/ supplier/ consultant, the kontraktor/ supplier/konsultan, besarnya kontrak, jumlah peserta
contract amount, the number of bidders/proposes, the yang memasukan penawaran, metoda pelelangan yang digunakan,
procurement method followed and the purpose of the contract. dan tujuan dari kontrak.

Manual Manajemen Proyek 10 37


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

5. The MPW will establish a webpage within the official RRDP 5. Kementerian PU akan membuat webpage khusus RRDP bagian dari
website of MPW that provides monthly updated information on website Kementerian yang menyediakan informasi kegiatan proyek
project activities. This information would include, for each province yang diperbarui setiap bulan sesuai dengan kegiatannya. Dalam
or district, inter alia : nature of contracts awarded (estimated cost, informasi ini di tingkat Provinsi/kota diantaranya mencakup yaitu :
scope of works, contractor details); current estimate of the Informasi kontrak yang diserahkan (perkiraan biaya, lingkup pekerjaan,
progress of implementation (e.g. gross estimate of completion as a keterangan tentang kontraktor); perhitungan kemajuan pelaksanaan
percentage of works to be carried out); other projectrelated pekerjaan saat ini (perkiraan kasar penyelesaian pekerjaan dari
activities such as workshops; data concerning complaints and keseluruhan pekerjaan sebagai persentase pekerjaan yang telah
remedial actions. dilaksanakan); halhal lain, yang berhubungan dengan kegiatan proyek
seperti workshop; data mengenai keluhan dan tindakan perbaikan.

Civil Society Oversight Wakil Pengamat Masyarakat (WPM)


MPW will actively encourage representatives of civil society groups Kementerian PU dengan aktif mengajak wakil pengamat masyarakat
to attend public bid openings and other key procurement steps. untuk hadir pada pembukaan penawaran dan pada tahapan-tahapan inti
Civil society observers may be invited from local universities or pelelangan. Wakil pengamat masyarakat yang diundang dapat berasal
oyher independent institutions. Experience in other projects dari universitas setempat atau institusi independen lainnya.
strongly suggests that the unit being monitored should not control Pengalaman di proyek-proyek lain sangat disarankan bahwa unit yang
the selection and briefing of such representatives, therefore a third- akan dimonitor/diawasi sebaiknya tidak mengontrol pemilihan dan
party, the Inspectorate General, acting on behalf of the Project, menjelaskan kepada para wakil pengamat masyarakat, oleh karena itu
amy be required to perform these roles. Dtails concerning the pihak ketiga seperti Inspektorat Jenderal, akan bertindak mewakili
selection and briefing of representatives must be recorded at the proyek, mungkin diperlukan untuk berperan. Perincian/detail berkaitan
national level. Guidelines on appropriate procedurs will be provided dengan pemilihan dan penjelasan kepada wakil pengamat masyarakat
in PMM. harus dicatat pada tingkat Nasional/Pusat. Petunjuk tentang prosedur
pemilihan dan penjelasan kepada para WPM akan dituangkan dalam
PMM.
The MPW will establish a mechanism wherby the media and civil Kementerian PU akan membuat sebuah mekanisme dimana media dan
society groups can become involved in monitoring the progress of group wakil masyarakat dapat dilibatkan dalam memonitor kemajuan
the project including implementation. This mechanism will include dari proyek termasuk pelaksanaan pekerjaan. Mekanisme ini juga akan
regular sharing of information with the media. Copies of press mengatur tukar menukar informasi yang teratur dengan media. Salinan
clippings (etc.) will be sent to the national level for discussion and dari kliping koran dan lain-lain akan dikirim ke Kementerian di tingkat
filling. Nasional/Pusat untuk dibahas dan diarsip.

Manual Manajemen Proyek 10 38


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

Regular (e.g.annual) Accountability Meetings will be held to Rapat-rapat yang berkaitan untuk meningkatkan akuntabilitas dan
enhance accountability and sharing of information. The first of pertukaran informasi perlu dilakukan secara reguler/berkala. Yang
these will ocur at the province level, before procurement of pertama akan dilaksanakan di tingkat pusat/Provinsi, yaitu sebelum
contractors or service providers, so that any civil society and pengadaan jasa konstruksi, sehingga para WPM yang akan memonitor
community representatives required for the procurement proses pelelangan dapat dipilih secara transparan, setiap
processes (etc.) can be selected in a transparent manner. Each rapat/pertemuan-pertemuan harus diselenggarakan secara baik dan
meeting must be properly organized and the agenda widely agendanya disebarluaskan kepada semua pihak yang terkait.
distributed amongst interested parties.
Mitigation of Collusion Risks Pencegahan Resiko Kolusi
Works contracts. MPW will hire a Procurement Advisor to support Pengadaan Jasa Konstruksi. Kementerian PU akan menggunakan
the management of the procurement of goods and works for the Procurement Advisor untuk mendukung pengadaan pelelangan barang
Project. dan jasa konstruksi.
- MPW will usesemi e-procurement and publish on its official - Kementerian PU akan menggunakan semi e-procurement dan
website for all works contracts: mengumumkan pada website Kementerian untuk semua
pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi fisik:
o All Invitations to Bid, o Semua undangan penawaran,
o Bidding documents and drawings, o Dokumen penawaran dan gambar desain,
o Clarification of bids o Klarifikasi penawaran,
o Bid opening minutes, o Berita Acara pembukaan penawaran,
o Information on contract award o Informasi penandatanganan dan penyerahan kontrak
Manual system will continue to run in parallel for contractorswho Secara paralel sistem manual masih akan dilakukan untuk kontraktor
wish to use it. yang ingin menggunakan ini.
Bidding documents will be avilable for download on-line No Dokumen kontrak dapat didownload secara on-line dengan gratis.
charge for electronic documents.
Procurement Advisor to confirm the documents are on-line Procurement Advisor memastikan bahwa dokumen kontraksudah
prior to the issuance of the Invitation to Bid and remain tersedia secara on-line sebelum dikeluarkan undangan penawaran
available to bid opening. dan akan tetap tersedi sampa denganpembukaan penawaran.
No pre-qualification. Tidak ada pra kualifikasi

Manual Manajemen Proyek 10 39


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

List of bidders remains confidential until bid opening Daftar peserta penawar tetap akan dirahasiakan sampai pembukaan
penawaran..
No pre-bid meetings. The specifications shall be defined clearly Tidak ada rapat penjelasan (Pre-bid/aanwizjing). Spesifikasi
in the bidding documents. Clarifications can be sought through persyaratan dan lain-lain akan ditetapkan dengan jelas di dengan
written correspondence and replies will be sent to all bidders. korespondensi tertulis dan jawaban/penjelasan akan dikirim kepada
Appropriate guidelines providing for this will be prepared. semua peserta penawar. Panduan untuk prosedur klarifikasi ini akan
disiapkan.
Procurement Advisor to be present to observe the bidding Procurement Advisor hadir untuk memonitor proses pelelangan
process and opening Bids to be under control of Procurement dan pembukaan penawaran. Dokumen penawaran dibawah kontrol
Advisor during the Bid Submission Period Procurement Advisor selama Bid Submission Period.
Two sealed copies of the bids submitted to be kept by Dua copy dokumen penawaran yang disegel, diserahkan untuk
Procurement Advisor, which will send one sealed copy to disimpan oleh Procurement Advisor, 1 copy dokumen yang disegel
PMU within 24hours to be kept in PMU tersebut akan dikirim kepada PMU kurang dari 24 jam dan disimpan
di PMU.

Procurement Advisor to immediately check the bids for any Procurement Advisor memeriksa dengan segera apabila ada tanda-
signs of collusion (using tracking software) and to certfy the tanda kolusi (menggunakan piranti-piranti penelusuran/ tracking
minutes to be submitted to Procurement Committee, and copy software) dan memberi paraf pada berita acara yang akan
to the PMU diserahkan kepada Panitia Pelelangan, dan dicopykan kepada PMU.

Bid Evaluation Report to be complete and submitted within 4 Laporan evaluasi penawaran harus diselesaikan dan diserahkan
weeks and prepared by Procurement Advisor to be submitted sekurang-kurangnya 4 minggu dan disiapkan oleh Procurement
to Procurement Committee, and copy to the PMU Advisor untuk diserahkan kepada Panitia Pelelangan, dan
dicopykan kepada PMU.

Bids awarded within original bid validity period. Any extension of Penanda-tanganan/penyerahan dokumen-dokumen harus dalam
bid validity period for the second time or for cumulatively kurun waktu validitas penawaran. Setiap perpanjangan masa
greater than 8 weeks requires Bank no objection. Bank would berlaku validitas dokumen penawaran untuk kedua kali atau
not provide such no objections. seterusnya akumulasi lebih lama dari 8 minggu harus mendapatkan
persetujuan NOL Bank.

Manual Manajemen Proyek 10 40


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

No rebids. If needs a rebid due to corruption and/or collusion, Tidak ada pelelangan ulang. Jika ada pelelangan ulang disebabkan
sub-project is not eligible for financing. karena korupsi dan kolusi, sub-proyek tersebut tidak memenuhi
syarat untuk dilaksanakan/dibiayai.
MPW to use FIDIC arrangments with the independent Kementerian PU akan menggunakan ketetapan FIDIC bahwa
supervision consultants having responsibility as the Engineer konsultan pengawas yang independen mempunyai tanggung jawab
in the works contract. sebagai Engineer di dalam kontrak kerja.

MPW will track the following indicators from the bill of eight Kementerian PU akan memonitor indikator dari BOQ dari kontrak-
randomly selected APBN financed contracts and report in the kontrak RRDP dan 8 kontrak APBN yang dipilih secara acak dan
quaterly Progress Report: bid price of concrete, bitumen. melaporkan di dalam laporan tiga bulanan kemajuan pekerjaan :
harga penawaran beton, aspal bitumen.
Consultant services. MPW will hire a Procurement Agent to assist Pengadaan Jasa Konsultan. Kementerian PU akan menggunakan
Procurement Committee to undertake the procurement of the Procurement Agent untuk membantu Panitia Pelelangan untuk
consulting services for the project. This is expected to apply to melakukan pengadaan jasa konsultansi. Khususnya direncanakan
three key consulting contracts for consulting services.MPW will /diaplikasikan pada tiga kontrak konsultan utama.
use semi e-procurement and publish on its official website for all Kementerian PU akan menggunakan semi e-procurement dan
consultant contracts mengumumkan pada website Kementerian untuk semua pelaksanaan
kontrak pengadaan jasa konsultansi
Shortlisting: New process for shortlistting Daftar pendek: proses baru untuk membuat daftar pendek
Request for Proposals. Only the CVs of key personnel with be Permintaan Usulan penawaran. Hanya CV tenaga inti yang diminta
requested and evaluated up to about 10 staff. (Currenly up to dan yang akan dievaluasi sampai dengan maksimum 10 staf
100CVs have been requested and evaluated making this a (Sekarang ini lebih dari 100 CV dievaluasi yang menjadikan proses
very mechanical process) ini seperti mekanikal proses)
NCB procedures. No NCB procurement of works is expected. The Prosedur Pengadaan National Competitive Bidding (NCB). Pada RRDP
clarification of NCB procedures following Keppres 80/2003 to be diharapkan tidak ada pelelangan pekerjaan dengan NCB. Klarifikasi
acceptable by the Bank is included in the Legal Agreements. prosedur pengadaan NCB mengikuti Keppres 80/2003 yang harus
Following such clarifications, the implementation plan includes: dapat diterima oleh Bank seperti yang dituangkan di dalam Loan
Agrreement. Seperti halnya klarifikasi, rencana pelaksanaan pekerjaan
termasuk:
Advertisement in national newspapers Pemasangan iklan pada surat kabar nasional

Manual Manajemen Proyek 10 41


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

Removal of geographic and other restrictions Use of post- Peniada batasan lokasi geografi dan batasan-batasan lainnya.
qualification which allows participation by bidders without any Menggunakan pasca-kualifikasi dimana mengijinkan partisipasi para
restriction penawar tanpa ada batasan.
Advertisement of bids. The MPW will employ a standard agreed Pengumuman Pelelangan. Kementerian PU akan menggunakan sebuah
format (minimum column size =20x10) of advertisement and place format standar yang disetujui (ukuran kolom minimum=20x10) untuk
in nationally circulated newspaper, on the MPW official website, on iklan dan ditayangkan pada suratkabar nasional, website Kementerian,
the ADB/IDB on-line and dg Market websites. ADB/IDB on-line dan dg Market websites.
Project Managers. Project Managers to be assigned based on Pemimpin Proyek. Pemimpin Proyek dipilih berdasarkan kriteria
agreed qualifications as stated in MPW criteria requirements to be kualifikasi yang disyaratkan dan disetujui Kementerian PU dan
put in the Project Management Manual. dituangkan didalam PMM.
Guidelines for preparation of spesifications/selection criteria in the Pedoman untuk penyiapan spesifikasi/seleksi kriteria pada dokumen
Bidding Documents/request for proposal will be prepared to penawaran /Usulan akan disiapkan untuk memastikan sesuai dengan
ensure compliance with Bank guidelines. This will include pedoman Bank. Termasuk didalamnya adalah usulan untuk
suggestions to conduct simple surveys on available products in mengadakan survey sederhana pada produk-produk yang terdapat di
the market and the alternative of hiring consultants for pasar dan alternatif-alternatif konsultan untuk pelelangan barang dan
procurement of works/services to define the specification/terms of jasa dalam menetapkan spesifikasi/TOR.
reference.
Guidelines to prepare owner estimates, particularly for consultancy Pedoman untuk menyiapkan OE, terutama untuk pekerjaan jasa
work will bw defined. This will include the requirement to provide a konsultansi akan ditetapkan. Termasuk didalamnya persyaratan untuk
detailed breakdown of estimates, suggestions to conduct simple melengkapi perhitungan dengan perincian yang detail, usulan untuk
market price surveys, maintaining data base of survey results and mengadakan survey sederhana tentang harga pasar, memelihara
previous purchases under EIRTP-1 and EIRTP-2, which will be database hasil survey dan pembelian peralatan sebelumnya melalui
accessible to all Implementing Units. EIRTP-1 dan EIRTP-2, dimana mungkin dapat digunakan untuk unit-unit
pelaksanaan RRDP.
A narrative justification of each shortlisting will be required for Narasi justifikasi (penjelasan) dari setiap daftar pendek disyaratkan
proposing shortlists for prior review contracts. Guidelines on untuk pengusulan daftar pendek sebelum kontrak diperiksa. Pedoman
preparing these justification will be prepared. untuk membuatjustifikasi ini akan disiapkan.
Public openings for ICB and QCBS processes will be attended by Pengumuman proses ICB dan QCBS akan dihadiri oleh Panitia
the Procurement Officer/Treasurer/Civil Society Representatives. Pelelangan/bendaharawan/dan wakil pengamat masyarakat.

Manual Manajemen Proyek 10 42


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

The reports/records of public openings for all prior review Laporan/catatan dari pengumuman kepada masyarakat untuk semua
contracts shall be submitted promptly to the Bank (2 x 24 hours). kontrak yang akan diperiksa oleh ADB/IDB harus diserahkan kepada
Bank sekurang-kurangnya (2 x 24jam).
The MPW will provide guidelines and training on how to conduct Kementerian PU akan melengkapi dengan pedoman dan pelatihan
clarifications/negotiations that are in line with the Bank guidelines. tentang tata cara klarifikasi/negosiasi yang sesuai dengan pedoman
Bank.
The MPW will prepare guidelines and training on monitoring Kementerian PU akan menyiapkan pedoman dan pelatihan untuk
contract implementation. monitoring pelaksanaan kontrak.

Mitigation of Forgery and Fraud Risks Pencegahan Resiko Pemalsuan dan Kecurangan
Each Project Implementation Unit will include a qualified Setiap Unit Pelaksana Proyek harus dilengkapi panitia pelelangan dan
procurement specialist/officer and financial management bendahara yang memenuhi syarat.
specialist/officer
The MPW will establish procedures to maintain proper project and Kementerian PU akan membuat prosedur untuk pemeliharaan dan
procurement filing including filing of advertisements, bidding pengarsipan file proyek yang baik termasuk pengarsipan pengumuman
documents, evaluation reports, contract award and final contract lelang, dokumen penawaran, laporan evaluasi, penyerahan kontrak dan
documents. dokumen kontrak final.
Timelines for procurement decisions will be agreed between GOI Rencana jadwal pelelangan harus disetujui antara GOI dan ADB/IDB
and the ADB/IDB to establish service standards and avoid untuk menciptakan standar pelayanan yang baik dan menghindari
procurement delays to reduce opportunities for corruption. These penundaan proses pelelangan dan untuk mengurangi kemungkinan
will be clearly stated in the Project Management Manual. tindak korupsi. Hal ini akan dimuat di dalam PMM.
The MPW will establish procedures for regular review of Kementerian PU akan membuat prosedur untuk pemeriksaan
accounting reports including all supporting documents (i.e. travel rutin/berkala terhadap laporan akuntansi termasuk semua laporan
report, receipts, etc.) pendukungnya (laporan perjalanan, bukti pembayaran, dll).
Guidelines for submission of complete documentation required for Pedoman/tata cara untuk penyampaian kelengkapan dokumen sebagai
requests for payments to KPPN will be prepared by MOF via syarat pengajuan pembayaran ke KPPN akan dibuat oleh Kementerian
Circulated Letter of DG Treasury MOF to all KPPN. Keuangan melalui Surat Edaran dari Ditjen. Perbendaharaan,
Kementerian Keuangan untuk semua KPPN.

Manual Manajemen Proyek 10 43


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

The MPW shall conduct regular interim audits by BPKP, which will Kementerian PU akan melakukan audit rutin/berkala melalui BPKP,
include review of procurement process and procurement results dimana termasuk pemeriksaan proses pelelangan dan hasilnya (tanda
(end use checks, quality and quantity of acquired terima keuangan/pembayaran/pembelian, kualitas dan kuantitas dari
goods/works/services, verification of payments, price comparison pengadaan barang/pekerjaan/jasa yang diperoleh, verifikasi
between contract price and market price, etc.) pembayaran, perbandingan harga antara kontrak harga satuan dan
harga pasar, dll).
The MPW shall conduct training as needed to improve the Kementerian PU akan mengadakan pelatihan sesuai kebutuhan untuk
capability of key personnel at all levels. This will include, as meningkatkan kemampuan pegawai inti pada semua tingkat . Hal ini
necessary, aspects of procurement, financial management, termasuk jika diperlukan seperti, aspek pelelangan, manajemen
design, and supervision of implementation. The design capability keuangan, desain, dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
and the quality of design will be improved in order to avoid any Kesempurnaan dan kualitas perencanaan/desain perlu ditingkatkan
design review in post contract signing. dengan tujuan menghindari perencanaan desain ulang setelah
penandatangan kontrak.
The MPW shall delegate the authority for supervision of works by Kementerian PU akan mendelegasikan tanggung jawab teknis
stating clearly and in detail the bidding/contract document the pengawasan pelaksanaan pekerjaan yang akan dimuat dengan jelas
aithority for Engineers and Engineers Representative dan terinci di dalam dokumen kontrak berkaitan kewenangan Engineer
dan Engineer Representatif
Complaint Handling System Sistim Penanganan Keluhan
A complaints handling mechanism, which includes maintaining a Mekanisme penanganan keluhan, termasuk didalamnya cara
project complaint log and filing to monitor status of follow up of penyimpanan catatan keluhan proyek dan arsip untuk memonitor
each received complaints, will be established by the implementing kelanjutan dari status keluhan yang sudah diterima, akan dibuat oleh
Agency and the Bank. The mechanism will include provision for Ditjen Bina Marga dan Bank. Mekanisme ini termasuk ketentuan untuk
follow up investigations of substantial complaints by the internal menindak lanjuti investigasi dari substansi keluhan oleh Audit internal,
Auditors, or third party audit to ensure independency and reliability atau audit pihak ketiga untuk menjamin kebebasan dan kelayakan dari
of the system. All complaints received shall be responded to by sistem.Semua keluhan yang diterima akan ditanggapi oleh
the Project Implementation Unit (PIU) within 7 days of receipt, with masingmasing Unit Pelaksana Proyek kurang dari 7 hari sejak diterima,
copy to PMU, ADB/IDB and DGRI. dengan mengirimkan copy ke PMU, ADB/IDB, dan Ditjen. Bina Marga.

Manual Manajemen Proyek 10 44


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

All complaints handling component will be included in the website Semua hal dalam penanganan keluhan akan diumumkan di website
to be established for the project. This will be updated on a monthly yang akan dibuat untuk proyek RRDP. Website ini akan
basis. For the complaints mechanism to function, it is essential diperbarui/diupdate setiap bulan. Agar mekanisme penanganan keluhan
that information concerning the alternative conduits for complaint ( ini berfungsi, yang utama adalah penyebar luasan informasi mengenai
telepohone hotline, dedicated email ad+ and PO Box) is widely alternatif penyaluran keluhan (juga dilengkapi dengan informasi telpon
disseminated. Strict procedures to ensure anonymity of informants khusus/hotline, alamat email tersendiri yang digunakan dan PO Box).
will be enforced. Prosedur yang tepat khususnya untuk menjamin pemberi informasi
tanpa nama perlu disiapkan.
Recording and appropiate referral of all incoming complaints will Pencatatan dan referensi yang tepat terhadap semua keluhan yang
be undertaken by the Implementing Agency with each case masuk akan dilaksanakan oleh Ditjen. Bina Marga, dimana setiap kasus
generating an automatic, standard format report to the Bank. akan direferensikan secara otomatis dengan format standar laporan
untuk Bank.
Tracking of the status of investigations and measures taken will be Penelusuran status investigasi dan evaluasi yang diambil akan
reported in monthly reports to management and the Bank. dilaporkan dalam laporan bulanan kepada pihak pengelola dan Bank.
Complaints deemed possible serious infringements may be further Keluhan yang dianggap sebagai pelanggaran yang serius akan
investigated by the Bank. dilanjutkan dengan investigasi oleh Bank.

Sanctions and Remedies Sanksi dan Perbaikan


Remedies for non compliance with agreed time lines for Penyelesaian/perbaikan terhadap tidak terpenuhinya
procurement decisions/service standards will be established and keputusan/pelayanan pada proses pelelangan akan dibuat, dan
will include the following remedies: mencakup perbaikan sebagai berikut:
An Evaluation report must be submitted to the ADB/IDB within Laporan evaluasi harus diserahkan kepada ADB/IDB dalamwaktu
four weeks of bid/proposal submission. Failure to do so will be kurang dari 4 minggu dari pemasukan penawaran/usulan. Jika tidak
deemed to be a failure of due diligence; timely and appropiate dipenuhi dianggap suatu kegagalan karena menyalahi ketentuan
action acceptable to the bank will be required to remedy the hukum. Untuk memperbaiki keadaan ini, harus dilakukan tindakan
situation. dan usulan waktu yang dapat diterima oleh Bank.

Request for extension of bid validity for 8 weeks beyond the Permohonan untuk perpanjangan masa berlakunya penawaran
original validity will quire the Banks prior approval. Bank will untuk 8 minggu melebihi masa berlaku penawaran asli harus melalui
not give such no objections. persetujuan Bank terlebih dahulu. Jika tidak Bank tidak akan
memberikan NOLnya.

Manual Manajemen Proyek 10 45


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

The MPW will establish the remedial actions and sanctions for Kementerian PU akan membuat tindakan perbaikan dan sanksi untuk
cases of fraud and corruption that are reported and for which setiap kasus kecurangan dan korupsi yang dilaporkan dan terbukti. Hal
evidence is found. This will include sanctions to staff proven to be ini termasuk sanksi untuk pegawai yang terbukti terlibat.
involved in such cases.
In all contracts, sufficient evidence of fraud, corruption, collusion Dalam semua kontrak, bukti yang cukup dari tindakan kecurangan,
and coercive practices will result in termination of the relevant korupsi, kolusi, dan pemaksaan akan menyebabkan penghentian dari
contract, possibly with additional penalties imposed such as fines, kontrak terkait, yang dimungkinkan dengan tambahan hukuman yang
blacklisting, etc. In accordance with Bank and/or Government dijatuhkan seperti denda, masuk daftar hitam, dll sesuai dengan
regulations and may result in suspension of disbursement of funds peraturan Bank dan/atau Pemerintah dan juga akan mengakibatkan
with respect to that contract. Any entity that is found to have pengskorsan dalam pengeluaran pembayaran yang terdapat di dalam
misused funds may be excluded from subsequent funding. kontrak terkait. Setiap hal dimana ditemukan kesalahgunaan dana akan
Information regarding such cases, where lessons are learned and dikeluarkan dari pinjaman berikutnya. Informasi berkenaan dengan
funds are retrieved, will be widely disseminated setiap kasus, dengan permasalahan dan besaran dana yang
diselamatkan, akan disebarluaskan
Disbursement to any given contract/loction can be suspended or Pembayaran untuk setiap kontrak yang telah dialokasi dapat
stopped completely if cases of corruption are not dealt with ditangguhkan atau dihentikan seterusnya jika kasus korupsi terkait tidak
effectively. ditangani dengan efektif.

Manual Manajemen Proyek 10 46


Bab 10
Rencana Tindak Anti Korupsi dan Upaya Penyelenggaraan Proyek
dengan Meningkatkan Transparansi

Manual Manajemen Proyek 10 47


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

BAB 11
AUDIT KETEKNIKAN DAN KEUANGAN

11.1. AUDIT KETEKNIKAN

11.1.1 Umum
Audit Keteknikan (Technical Audit) dimaksudkan dalam rangka pengendalian mutu
pelaksanaan pada proyek RRDP dan untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan
terutama pekerjaan konstruksi sesuai dengan ketentuan dan dokumen kontrak
yang ditetapkan. Pelaksanaan Audit Teknik pada pekerjaan konstruksi
dilakukan untuk pekerjaan yang sedang dilaksanakan atau pada pekerjaan
yang belum dilaksanakan serah terima pertama pekerjaan (PHO). Sedangkan
untuk pekerjaan yang sudah dilaksanakan PHO namun belum dilaksanakan
serah terima akhir pekerjaan (FHO) hanya dapat dilakukan Audit Mutu atau
Audit Pasca Konstruksi. Audit atau pengawasan oleh pihak di luar lingkungan
proyek merupakan bagian dari system pengendalian secara menyeluruh dan
bentuk dari pengawasan instansi di luar lingkungan proyek berupa Audit baik
Keteknikan dan Keuangan.

Audit Keteknikan berupa inspeksi dan pemeriksaan terhadap administrasi proyek,


administrasi mutu pekerjaan dan data kuantitas hasil pekerjaan. Sedangkan Audit
Mutu/Pasca Konstruksi lebih banyak dilakukan terhadap mutu dan kuantitas hasil
pekerjaan apakah sesuai dengan dokumen mutu yang ditetapkan. Audit Keteknikan
dan Mutu harus dilakukan oleh pihak Auditor yang berwenang yaitu Internal Auditor
oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Eksternal Auditor
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

11.1.2 Sasaran
Sasaran pelaksanaan audit adalah pekerjaan konstruksi pada proyek RRDP
ADB Loan NO. 2817INO dan IDB No.IND-0161 sebagai berikut:
1. Dalam masa konstruksi dan telah dilaksanakan penarikan pembayaran
sementara (interm Payment Certificate / MC) dan
2. Pekerjaan yang telah dinyatakan selesai 100% tetapi masih dalam masa
pemeliharaan belum dilakukan serah terima akhir pekerjaan (FHO).

Manual Manajemen Proyek 11 - 1


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

11.1.3 Tujuan
Tercapainya sasaran akhir proyek untuk pekerjaan rehabilitasi
jalan,rekonstruksi jalan dan peningkatan kapasitas maupun peningkatan jalan
sesuai dengan desain, dan tercapainya kualitas konstruksi sesuai dengan umur
layanan jalan yang direncanakan.
Dalam mendukung sasaran audit tersebut diperlukan langkahlangkah sebagai
berikut :

a. Melakukan Pemeriksaan Hasil Kegiatan Proyek terhadap sasaran yang


dicapai/target;
b. Melakukan Perbaikan kerusakan yang terjadi dalam masa pemeliharaan;
c. Memberikan Rekomendasi Penilaian Kinerja Proyek;
d. Menghindari terjadinya pekerjaan yang tidak sesuai dokumen kontrak;
e. Menghindari kerugian Negara akibat kesalahan perhitungan Kuantitas dari
pelaksanaan;

11.1.4 Metode Pelaksanaan Audit Keteknikan


Pelaksanaan kegiatan audit keteknikan dilakukan menurut metode yang
dirancang dapat mewakili dan diterima oleh semua pihak yang terkait. Unsur terkait
terdiri atas Auditor (Inspektorat dan BPK), Satker/Pejabat Pembuat Komitmen,
Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan pihak lain yang berkepentingan
dalam pelaksanaan audit keteknikan.
a. Tata Cara pelaksanaan Audit Keteknikan
Teknis pelaksanaan audit keteknikan dalam hal menentukan titik lokasi
pemeriksaan selayaknya mengacu kepada langkah dan metode yang sudah
dilakukan oleh pihak proyek, hal ini untuk menghindari sanggahan maupun
munculnya ketidak sepakatan seluruh unsur terkait terhadap hasil
pemeriksaan bersama dilapangan.
Setiap unsur terkait ( Satker/PPK,Kontraktor,Konsultan Supervisi )
diwajibkan hadir dalam pelaksanaan audit keteknikan yang bersifat mengikat
dan mempunyai ketetapan hukum.
Surat Pemberitahuan pelaksanaan audit berikut jadwal tentatif disampaikan
kepada unsur terkait selambatlambatnya 15 hari sebelum pelaksanaan dan
dinyatakan kepastiannya telah diterima oleh instansi yang bersangkutan (
Bukti tanda terima ditanda tangani ). Selambatlambatnya dalam waktu 7 hari
setelah menerima surat pemberitahuan, pihak Satker/PPK menjawab
kesediaan dilakukan audit keteknikan termasuk kesiapan unsur proyek yang
lain (Kontraktor, Konsultan Supervisi ). Sebelum melakukan audit keteknikan,

Manual Manajemen Proyek 11 - 2


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

terlebih dahulu diadakan rapat awal rencana pelaksanaan audit keteknikan


yang dihadiri oleh pihak terkait ( Pihak auditor dan pihak proyek, Kontraktor
dan Konsultan Supervisi).

b. Bahan Rujukan
1. Pekerjaan yang sedang dikerjakan (on going) dengan bahan rujukan yang
digunakan yaitu dokumen kontrak, daftar pekerjaan (progress phisik) yang telah
selesai dikerjakan termasuk data pendukung (back up data) kualitas dan
kuantitas serta sertifikat pembayaran (Interim Payment) .
2. Pekerjaan yang telah dilaksanakan serah terima sementara (PHO) bahan
rujukan yang digunakan dokumen kontrak, daftar periksa dokumen PHO yang
meliputi dokumen mutu, dokumen kuantitas pekerjaan, gambar terlaksana (as
built drawing) dan sertifikat pembayaran dan dokumen administrasi proyek.
3. Sebagai bahan rujukan dalam melaksanakan audit keteknikan pada saat
kunjungan lapangan adalah :
a. Dokumen pendukung pembayaran pekerjaan 100 % sesuai kemajuan
meliputi:
1. Data Paket termasuk lokasi item pekerjaan;
2. Data dukung Final Kuantitas;
3. Data dukung Final Kualitas;
4. Gambar Terlaksana (as built drawing);
5. Spesifikasi dan Gambar Rencana;
6. Sertifikat Pembayaran.
b. Perlengkapan Pendukung
1. Jack Hammer
2. Hammer Test
3. Mesin Core Drill (aspal dan beton)
4. Jangka Sorong
5. Pengukur Temperatur
6. Mistar kerataan, Meteran 7,5m, 100m
7. Cat/penanda
8. Odometer jalan (Manual)
9. Perlengkapan pendukung lain (Stamper dll)
c. Fasilitas Pendukung
1. Laboratorium
2. Base Camp
3. Kendaraan Operasional

Manual Manajemen Proyek 11 - 3


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

4. Institusi lain yang berwenang dan berkaitan dengan Pekerjaan yang


kehadiran maupun perannya dibutuhkan dalam pelaksanaan audit atas
kesepakatan semua pihak yang terkait).
d. Pengambilan sampel hasil pekerjaan untuk pengujian mutu dapat dilakukan
secara acak dengan melihat kondisi lapangan dan membandingkan hasil
pengujian mutu yang telah dilaksanakan pada saat pelaksanaan. Jumlah dan
cara pengambilan sampel hasil pekerjaan tidak harus sesuai dengan
ketentuan dalam spesifikasi teknik.
e. Perangkat pendukung lain adalah segala peraturan dan perundang-
undangan terkait yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia

.c. Prosedur Pelaksanaan Audit Keteknikan:


Pelaksanaan audit keteknikan dilakukan menurut prosedur maupun tatacara
ketentuan audit dan untuk pengujian mutu hasil pekerjaan yang secara
substansi sesuai dengan rujukan dari Spesifikasi Teknik Pekerjaan dan
dokumendokumen yang berkaitan dengan kontrak pekerjaan konstruksi.
Pengambilan sampel (benda uji) dilapangan untuk keperluan audit diambil pada
lokasi yang mewakili, jumlahnya disesuaikan menurut ketentuan audit dan tidak
merujuk dari spesifikasi teknis. Penjelasan Prosedur Pelaksanaan Audit sebagai
berikut :
1. Auditor mengirimkan Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Audit termasuk
jadwal tentative kepada Pengguna Jasa, tembusan kepada PMU dan
Direktorat Wilayah terkait, 15 hari sebelum pelaksanaan.
2. Pengguna Jasa membuat surat balasan selambat-lambatnya 7 hari setelah
menerima Surat Pemberitahuan.
3. Pengguna Jasa menyiapkan bahan untuk audit ( from Daftar Periksa
Dokumen TO, untuk yang 100%, dan Daftar Periksa Pekerjaan yang sedang
berjalan) dan Dokumen pendukung pembayaran.
4. Rapat Tim Auditor Keteknikan dan Administrasi dengan pihak Pengguna
Jasa, Penyedia Jasa dan Enjinir (rapat ke1)
5. Setelah melakukan Audit Keteknikan dan Administrasi didapat Hasil dari tim
Audit.
6. Pembahasan Hasil Audit dengan Pengguna Jasa, Penyedia Jasa dan Enjinir
(rapat ke2)
7. Auditor menyimpulkan hasil dari Audit Keteknikan dan Administrasi.

Manual Manajemen Proyek 11 - 4


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

8. Pengguna Jasa membuat laporan tindak lanjut Hasil Audit dilampiri bukti dan
berkas pendukung kepada Auditor termasuk tembusan ke PMU dan
Direktorat Wilayah terkait.

Prosedur Pelaksanaan Audit dapat dilihat pada bagan berikut ini.

6 Hasil Audit Administrasi


Auditor mengirimkan dan Keteknisan
Surat Pemberitahuan
Pelaksanaan Audit
1 termasuk jadwal tentatif
kepada Kasatker,
tembusan kepada Pembahasan hasil audit
Ketua PMU 7 antara Auditor, Satker
dan Unsur Proyek

Kasatker membuat
2 Surat Jawaban Tindak Lanjut Hasil
1. Rapat Tim Administrasi 8 Temuan Audit
4 Auditor dengan pihak
Proyek
2..Audit Administrasi di
kantor Satker didampingi
unsur proyek Satker membuat laporan
Tindak Lanjut Hasil
Kasatker menyiapkan Audit dilampiri bukti dan
3 dokumen pendukung
9 berkas pendukung
diserahkan kepada
Auditor, tembusan ke
1. Rapat Tim Teknis Auditor PMU
dengan pihak proyek
2..Audit Teknik ke lapangan
5 didamping unsur proyek

Surat hasil penilaian


Tindak Lanjut Hasil
10 Audit dilampiri Laporan
Akhir Proyek dari
Auditor kepada Satker

Hasil Audit
Produk dari pelaksanaan audit di lapangan ada beberapa hal sebagai berikut :
1. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan bersama;
2. Daftar hasil pengukuran bersama;

3. Hasil Pengujian / Test Laboratorium yang dilakukan dan disaksikan secara


bersama;
4. Foto pelaksanaan audit;
5. Laporan awal hasil audit termasuk rekomendasi;
6. Surat hasil audit dari Auditor ke Kepala Satker;

11.1.5 Rekomendasi
Untuk mencapai keberhasilan sasaran proyek maka diperlukan perangkat
utama terhadap hasil temuan audit yaitu berupa rekomendasi yang bersifat

Manual Manajemen Proyek 11 - 5


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

mensukseskan penyelesaian proyek secara tepat dan dapat


dipertanggungjawabkan.

Rekomendasi harus dapat segera ditindaklanjuti / dilaksanakan dengan cepat,


memuaskan dan diselesaikan sebelum periode kontrak berakhir.
Beberapa rekomendasi yang diberikan untuk dilakukan oleh proyek
diantaranya:
a. Melengkapi kekurangan dan ketidaksesuaian yang terjadi
b. Melakukan perbaikan kerusakan/kekurangan karena adanya cacat mutu
ringan.
c. Melakukan pembongkaran dan pembuatan ulang pekerjaan di lokasi tertentu
karena hasil investigasi menyatakan tidak dapat diterima menurut spesifikasi
dan membahayakan pengguna jalan.
d. Mengembalikan kelebihan pembayaran karena adanya kekurangan volume
pekerjaan dan kualitas yang dibayarkan (jika ada) dengan catatan bahwa hal
tersebut tidak mengakibatkan penurunan kualitas dan sasaran proyek.
e. Membuat teguran maupun peringatan secara tertulis kepada penyedia jasa karena
kelalaian dalam menyelesaikan pekerjaan
f. Memasukkan penyedia jasa kedalam Daftar Hitam karena melakukan unsur
perbuatan melawan hukum secara sengaja dan mengandung tindak pidana korupsi
maupun kriminal (setelah diputuskan melalui proses hukum yang berlaku).

11.1.6. Tindak Lanjut Audit


Rekomendasi yang diterbitkan dan disepakati seperti yang dituangkan dalam berita
acara harus direspon dengan segera menindaklanjuti temuan dan rekomendasi
tersebut oleh pihak pelaksana Paket Pekerjaan Konstruksi baik yang bersifat
administratif maupun teknis. Segala konsekuensi dari temuan merupakan
tanggungjawab Pelaksana Pekerjaan (Satker, Kontraktor, Konsultan Supervisi)
termasuk didalamnya penyediaan alat pendukung pelaksanaan kegiatan audit
tersebut.

Tindak lanjut dilaksanakan dan diselesaikan dengan memuaskan sehingga


dapat diterima Auditor dan semua pihak terkait. Bentuk dari tindak lanjut adalah
berupa Laporan Tindak Lanjut Temuan Auditor yang berisi antara lain:
a. Laporan Perbaikan Administrasi maupun Teknis.
b. Membongkar dan mengerjakan ulang pekerjaan jika diperlukan.
c. Pengembalian Kelebihan Pembayaran dilampiri bukti setor ke Kas Negara.
d. Surat Teguran atau Peringatan akibat kelalaian dalam melaksanakan

Manual Manajemen Proyek 11 - 6


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

pekerjaan (Pengawasan, Pelaksanaan, Kesalahan Administrasi dll).


e. Foto pelaksanaan Tindak Lanjut (Sebelum Perbaikan, Sedang Perbaikan,
Sesudah Perbaikan).
f. Hasil Pengujian Laboratorium termasuk foto proses pengujian disaksikan
bersama.
g. Rekapitulasi rekomendasi dan tindak lanjut.
h. Berita Acara Tindak Lanjut.
i. Lampiran lampiran.
Langkah lain adalah berkoordinasi dengan Auditor dan pihak lain yang terkait
setelah pihak Pelaksana Pekerjaan selesai melaksanakan tindaklanjut temuan
dan rekomendasi.

11.2. AUDIT KEUANGAN


Salah satu kewajiban Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan Loan RRDP
dengan dukungan pendanaan Loan ADB No. 2817-INO dan pembiayaan IDB
No.IND-0161 adalah menyampaikan General Audit kepada ADB dan IDB selambat-
lambatnya 9 (sembilan) bulan dari akhir tahun anggaran. General Audit disepakati
dilaksanakan oleh Auditor Independen, yang dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).

11.2.1 Penyiapan Bahan Audit


Penyiapan bahan audit merupakan penyiapan bahan yang diperlukan Auditor
Independen (BPK) untuk dapat melaksanakan tugasnya melakukan audit atas
paket-paket proyek atau pekerjaan RRDP berbantuan ADB Loan No. 2817-INO dan
IDB Financing No. IND-0161. Pedoman Audit Atas Laporan Keuangan Proyek-
proyek Berbantuan Luar Negeri dijelaskan bahwa bahan yang diperlukan tersebut
meliputi Laporan Keuangan Proyek (Project Account) serta dokumen-dokumen,
peraturan-peraturan dan pedoman yang terkait dengan RRDP ADB Loan No. 2817-
INO dan IDB Financing NO.IND-0161
a. Laporan Keuangan Proyek (Project Account)
Laporan Keuangan Proyek (Project Account) merupakan Laporan Keuangan
yang menggambarkan pertanggungjawaban keuangan proyek setiap tahun
anggarannya,yang juga merupakan salah satu kewajiban Pemerintah terhadap
Pemberi Pinjaman. Sumber dana yang dicakup dalam Laporan Keuangan
Proyek (Porject Account) meliputi dana dari Loan ADB No. 2817-INO dan dana
dari Pemerintah Indonesia (GoI) sebagai dana pendamping lainnya.
Laporan Keuangan Proyek (Project Account) terdiri dari :

Manual Manajemen Proyek 11 - 7


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

Laporan Keuangan Proyek menggunakan SAI yang merupakan laporan


keuangan penggunaan DIPA, yang disiapkan oleh Satuan Kerja (Satker)
Laporan Keuangan Proyek Konsolidasi Tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota.
(Laporan ini untuk proyek-proyek relatif kecil, jumlahnya banyak dan
tersebar di banyak daerah).
Laporan Keuangan Proyek Konsolidasi, yang disiapkan oleh Executing
Agency.

Dari ketiga jenis Laporan Keuangan tersebut, yang disiapkan oleh Executing
Agency c.q. Project Management Unit (PMU) adalah Laporan Keuangan
Konsolidasi RRDP ADB Loan No.2817-INO dan IDB Financing No.IND-0161. Untuk
penyiapan laporan ini, PMU dibantu oleh Core Team Consultant (CTC).

Prosedur penyiapan Laporan Keuangan Konsolidasi ini memanfaatkan


pengorganisasian pelaporan manajemen, sebagaimana disebut di atas. Oleh
karena penyiapan laporan untuk keperluan audit ini perlu dilengkapi dengan
dokumen-dokumen pendukungnya, sementara tidak semua dokumen tersedia di
PMU, antara lain Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) dan Surat Perintah Pembukuan/ Pengesahan (SP3), maka perlu adanya
kegiatan tambahan dalam pengorganisasian pelaporan manajemen untuk sekaligus
dapat menghasilkan laporan untuk keperluan audit. Kegiatan tambahan tersebut
adalah pengambilan dokumen yang diperlukan pada masing-masing satuan kerja
RRDP, baik di Jakarta, Kalimantan, Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Kegiatan ini
dapat dilakukan oleh PMU, CTC atau PMU dan CTC.

Adapun susunan fisik dari Laporan Keuangan Konsolidasi RRDP ADB Loan No.
2817-INO dan Financing IDB No.IND-0161 adalah :
Kulit Depan
Lembaran Judul Laporan
Daftar Isi
Bagian I :
1) Laporan Keuangan Pokok, terdiri dari :
(1) Consolidated Annual Plan and Actual Project Expenditure and
Financing
(2) Consolidated Cumulative Project Expenditure and Financing
2) Informasi tambahan yang diperlukan sebagai bagian dari Laporan
Keuangan Pokok :
(1) Kebijakan Akuntansi

Manual Manajemen Proyek 11 - 8


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

(2) Penjelasan Laporan Keuangan Pokok dan daftar yang


mendukungnya
Bagian II : Informasi Tambahan yang Disajikan Manajemen
1) Informasi Manajemen
2) Struktur Organisasi
3) Administrasi Proyek
4) Tujuan Proyek
5) Sasaran Tahunan Proyek
6) Penyerapan Dana Proyek, Pencapaian Target Fisik/ Kegiatan Proyek
dan hambatannya
Lampiran-lampiran :
Consolidated Annual Plan Project Expenditure and Financing by Province
Cumulative Project Expenditure and Financing by Province
Surat Persetujuan ADB (No Objection Letter)
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Dokumen Pembayaran

b. Dokumen, Peraturan dan Pedoman


Auditor Independen (BPK) didalam melaksanakan tugasnya, akan memerlukan
dokumen-dokumen, peraturan dan pedoman yang terkait, yang perlu
dipersiapkan, antara lain meliputi :
Loan Agreement (LA)
Project Administration Manual (PAM)
Struktur Organisasi Proyek
Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa
Risalah-risalah rapat, persetujuan-persetujuan pejabat berwenang dan
surat-surat keputusan
DIPA, PO dan Lembaran Kerja (LK), termasuk revisi-revisinya
Dokumen Kontrak, surat menyurat, dsb
Dokumen terkait dengan pencairan dana (antara lain SP2D untuk porsi GoI,
serta WA dan SP3 untuk porsi Loan).

11.2.2 Pelaksanaan dan Pelaporan Audit


Pelaksanaan dan pelaporan audit RRDP Loan ADB No. 2817-INO dan IDB
Financing No.IND-0161 dilakukan oleh Auditor Independen, yang dalam hal ini
adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Audit yang akan dilakukan sesuai
dengan jenis Laporan Keuangannya, yaitu :

Manual Manajemen Proyek 11 - 9


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

Audit atas Laporan Keuangan Proyek yang disiapkan oleh Satuan Kerja
(Satker)
Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi RRDP Loan ADB No.2817-INO dan
IDB Financing No. IND-0161 yang disiapkan oleh Executing Agency c.q. PMU.

Susunan fisik dari Laporan Hasil Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) atas Laporan Keuangan Konsolidasi terdiri atas 3 (tiga) laporan sebagai
berikut :
1. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Kulit Depan
Lembaran Judul Laporan
Daftar Isi
Daftar Tabel
o Rincian Anggaran Kegiatan
o Rincian Penerimaan Dana
o Rincian Pengeluaran Dana
o Rincian Sisa Dana
Daftar Gambar
o Struktur Organisasi Pelaksana
Sistematika Hasil Pemeriksaan
Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan
Laporan Keuangan
Consolidated Annual Plan and Actual Project Expenditure and Financing
Catatan Atas Laporan Keuangan
a. Gambaran Umum Loan ADB No,2817-INO RRDP
b. Kebijakan Akuntansi
c. Penjelasan Laporan Keuangan
Gambaran Umum Pemeriksaan
a. dasar hukum pemeriksaan,
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan
Keuangan
5. Rencana Kerja Pemeriksaan Tahun 2014 dan

Manual Manajemen Proyek 11 - 10


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

6. Loan Agreement Regional Roads Development Project between


Republic of Indonesia and Asian Development Bank (ADB) No.2817-
INO Article IV (Particular Covenants) section 4.05 (a)
b. tujuan pemeriksaan,
Untuk memberikan opini dilakukan dengan memperhatikan
1. Penilaian atas sistem pengendalian intern dan kesesuaiannya
dengan standar akuntansi yang berlaku umum berkaitan dengan
pengeluaran dan transaksi lainnya.
2. Penilaian atas kecukupan bukti yang mendukung pelaksanaan
prosedur pencairan dana;
3. Penilaian atas kepatuhan pelaksanaan proyek dengan perjanjian
pinjaman dan ketentuan yang ditetapkan oleh Loan Agreement
c. sasaran pemeriksaan,
1. Pelaksanaan kegiatan tingkat pusat oleh Satker Direktorat Bina
Program dan Direktorat Bina Teknik pada Ditjen Bina Marga.
2. Pelaksanaan kegiatan tingkat wilayah oleh Direktorat Bina
Pelaksanaan Wilayah Kalimantan dan Jawa, dan Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah Kalimantan dan Jawa
3. Pelaksanaan kegiatan tingkat provinsi oleh Satker Pelaksanaan
Jalan dan Jembatan (Satker PJN) dan Satker Perencanaan dan
Pengawasan Jalan dan Jembatan Nasional (Satker P2JN)
4. Pendukung kegiatan RRDP yang dilakukan oleh Design and
Supervision Consultant (DSC)
d. standar pemeriksaan,
1. Peraturan BPK RI No.1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) Tahun 2007 dan
2. Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) Tahun 2008
e. metodologi pemeriksaan,
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dilakukan dengan pendekatan
sebagai berikut :
1. Pendekatan Risiko
Metodologi yang diterapkan dalam melakukan pemeriksaan
keuangan menggunakan pendekatan risiko, yang didasarkan pada
pemahaman dan pengujian atas efektifitas Sistem Pengendalian
Intern (SPI) penyusunan Laporan Keuangan. Hasil pemahaman dan
pengujian tersebut akan menentukan tingkat keandalan asersi
manajemen dan ketentuan yang berlaku. Penetapan risiko

Manual Manajemen Proyek 11 - 11


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

pemeriksaan simultan dengan tingkat keandalan pengendalian risiko


serta tingkat risiko bawaan entitas yang akan diperiksa dapat
digunakan sebagai acuan dalam menentukan risiko deteksi yang
diharapkan dan jumlah pengujian yang akan dilakukan serta
menentukan fokus pemeriksaan.
2. Materialitas
3. Uji petik pemeriksaan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara
uji petik atas transaksi dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan
pemeriksaan akan diperoleh berdasarkan hasil uji petik yang
dijadikan dasar untuk menggambarkan kondisi dari populasinya.
Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa menentukan luas sampel
berdasarkan hasil penilaian resiko yang telah dilakukan dengan
memperhatikan kecukupan jumlah sampel yang dipilih baik dari segi
nilai atas jenis transaksinya.
4. Pelaporan
5. Pemeriksa menyusun Konsep Temuan Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan apabila menemukan permasalahan yang perlu
dikomunikasikan kepada entitas. Permasalahan tersebut meliputi (1)
Ketidakefektifan sistem pengendalian intern, (2) Penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan dan (3) Ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang signifikan.
f. waktu pemeriksaan,
g. obyek pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan atas Laporan Keuangan berupa Consolidated
Annual Plan and Actual Project Expenditure and Financing per 31
Desember setiap tahunnya.
h. batasan pemeriksaan
Semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan
tanggung jawab manajemen. Oleh karena itu, BPK tidak bertanggung
jawab terhadap salah interpretasi dan kemungkinan pengaruh atas
informasi yang tidak diberikan baik yang sengaja maupun tidak
disengaja oleh manajemen.

2. Laporan Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern


Kulit Depan
Lembaran Judul Laporan

Manual Manajemen Proyek 11 - 12


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

Daftar Isi
Resume Laporan Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI)
BAB 1 . Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern
Hasil pemeriksaan atas penatausahaan keuangan, terkait ketertiban
dokumen realisasi pembayaran paket pekerjaan, petunjuk teknis yang
mengatur manajemen proyek, kebijakan akuntansi, struktur organisasi.
BAB 2. Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan Atas Sistem
Pengendalian Intern Sebelumnya
Temuan Pemeriksaan SPI
Tindak lanjut temuan pemeriksaan SPI sebelumnya

3. Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-


undangan
Kulit Depan
Lembaran Judul Laporan
Daftar isi
Daftar Tabel
Resume Laporan Atas Kepatuhan
BAB 1. Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang
Undangan
BAB 2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sebelumnya

11.2.3 Tindak Lanjut Temuan Hasil Audit


Atas Laporan hasil pemeriksaan oleh Auditor Indenpenden (BPK) atas Laporan
Keuangan Konsolidasi tersebut di atas, memuat tentang Temuan Audit, serta
rekomendasinya. Temuan Auditor dan rekomendasinya tersebut perlu
ditindaklanjuti oleh masing-masing Satuan Kerja terkait, yang dikoordinir oleh PMU
dengan bantuan CTC. Tindak lanjut yang telah dilakukan atas temuan dan
rekomendasi auditor indenpenden dituangkan dalam Laporan Tindak Lanjut, yang
dibuat oleh PMU dan CTC, yang selanjutnya oleh PMU disampaikan ke pihak ADB
dan IDB.

11.2.4. Jenis-jenis Opini Dalam Penilaian Terhadap Laporan Keuangan


Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukannya, BPK memberikan penilaian dalam
bentuk empat kategori opini yaitu :
1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP atau Uniqualified Opinion) adalah opini
yang menyatakan bahwa laporan keuangan pihak yang diperiksa telah disajikan

Manual Manajemen Proyek 11 - 13


Bab 11 Audit Keteknikan dan Keuangan

dengan wajar. Dengan kata lain, pelaporan dinilai telah disusun dengan
memuaskan.
2. Opini Wajar dengan Pengecualian (WDP atau Qualified Opinion) adalah opini
bahwa pada umumnya laporan keuangan telah disajikan secara wajar namun
terdapat sejumlah bagian tertentu yang belum memenuhi standar.
3. Opini Tidak Wajar (TW) atau Adverse Opinion adalah opini bahwa laporan
keuangan disusun tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
penyusun laporan keuangan tidak mau melakukan perbaikan meski sudah ada
koreksi yang diajukan auditor dalam pemeriksaan.
4. Menolak Memberikan Pendapat atau Tidak Memberikan Pendapat atau
Disclaimer Opinion adalah opini bahwa auditor tidak dapat memberikan
kesimpulan atau pendapat atas laporan keuangan, karena berbagai hal,
misalnya karena pihak yang diperiksa membatasi ruang lingkup pemeriksaan.

Manual Manajemen Proyek 11 - 14

Anda mungkin juga menyukai