Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN HASIL HITUNG TROMBOSIT METODE REES ECKER DENGAN METODE ALAT OTOMATIK

PADA PASIEN DBD

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000
trombosit dalam setiap millimeter kubik darah. Peranannya penting dalam penggumpalan darah
(Pearce, 2002).

Trombosit dibentuk dalam sumsum tulang melalui proses fragmentasi sitoplasma megakariosit.
Bentuknya discoid, tak berinti (diameternya sekitar 2-3 m) dan konsentrasinya sebesar 160-450
x 109 /lt di seluruh darah (Jones dan Wickraamasinghe, 1994).
Megakariosit matang ditandai proses replikasi endomiotik inti dan makin besarnya volume
plasma, sehingga pada akhirnya sitoplasma menjadi granular dan terjadi pelepasan trombosit.
Setiap megakariosit mampu menghasilkan 3000-4000 trombosit Waktu dari differensiasi sel asal
(stem cell) sampai dihasilkan trombosit memerlukan waktu sekitar 10 hari. Umur trombosit pada
darah perifer 7-10 hari (Purwanto, 2007).
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respon hemostasis normal
terhadap cedera vaskuler. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui
pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit dapat berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta
aktifitas prokoagulannya sangat penting untuk fungsinya (Hoffbrand, dkk, 2005).

Umumnya, jika morfologi dan fungsi trombosit normal, perdarahan tidak terjadi jika trombosit
lebih dari 100.000/l. Jika fungsi trombosit normal, pasien dengan jumlah trombosit di atas
50.000/l tidak mengalami perdarahan kecuali terjadi trauma atau operasi. Jumlah trombosit
kurang dari 50.000/l digolongkan trombositopenia berat dan perdarahan spontan akan terjadi
jika trombosit kurang dari 20.000/l (Setiabudy, 2007).

Megakariosit yang ada hanya sedikit atau tak ada sama sekali, dapat diartikan bahwa terjadi
gangguan dalam produksi trombosit. Dengan demikian, mungkin terjadi aplasia umum dari
sumsum tulang (anemia aplasia) atau penurunan yang selektif pada megakariosit yang
disebabkan oleh obat-obatan tertentu dan virus. Penyebab lain penurunan produksi trombosit
adalah terjadinya infiltrasi berat dari sumsum oleh sel-sel maligna (contohnya pada leukemia,
limfoma, myeloma, dan karsinoma) atau oleh jaringan fibrosa.

Penurunan produksi trombosit mungkin pula terjadi pada penderita dengan jumlah megakariosit
normal atau bertambah jika terdapat megakariositopoesis yang tidak efektif seperti halnya pada
defisiensi berat vitamin B12 atau asam folat atau pada sindrom mielodisplastik (Jones dan
Wickraamasinghe, 1994).

Infeksi virus umumnya menyebabkan penurunan produksi trombosit. Trombositopenia ringan


umum terjadi (terutama pada anak-anak) pada banyak infeksi virus. Trombositopenia kadang-
kadang terjadi karena destruksi perifer dari antibodi. Infeksi bakteri juga dapat menyebabkan
penurunan produksi (Waterbury, 2001).

Penyakit Demam Berdarah (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit
akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi problem kesehatan masyarakat (Djunaidi, 2006)

Demam Berdarah Dengue (DBD) hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh
penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali).

Trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan dua keadaan yang hampir selalu muncul
pada penyakit akibat virus dengue. Trombositopenia adalah keadaan dimana hitung trombosit
darah tepi ditemukan sebesar 100.000/mm disertai dengan gejala peningkatan permeabilitas
kapiler, peningkatan hematokrit dan serum protein yang rendah (Djunaidi, 2006).

Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana diagnosis klinis DBD. Jumlah
trombosit biasanya masih normal selama 3 hari pertama. Trombositopenia mulai tampak
beberapa hari setelah panas dan mencapai titik terendah pada fase syok. Penyebab
trombositopenia pada DBD kemungkinan disebabkan adanya kompleks imun pada permukaan
trombosit yang berakibat agregasi trombosit. Yang kemudian dimusnahkan oleh sistem fagosit
makrofag dalam limpa dan hati.

Kemungkinan yang lain tentang kejadian Trombositopenia pada kasus DBD diduga terjadi akibat
penurunan produksi trombosit oleh sumsum tulang (penekanan fungsi megakariosit),
peningkatan destruksi trombosit di RES (Retikulo Endothelial System), peningkatan pemakaian
dan destruksi trombosit di perifer, agregasi trombosit akibat endotel vaskular yang rusak.

Hitung trombosit dapat dilakukan dengan cara langsung dan tak langsung. Hitung trombosit cara
langsung dapat dilakukan dengan cara manual, semi otomatik dan otomatik (Setiabudy, 2007).

Penghitungan cara manual, mula-mula darah diencerkan dengan larutan pengencer lalu diisikan
ke dalam kamar hitung dan jumlah trombosit dihitung menggunakan mikroskop. Untuk larutan
pengencer dapat dipakai larutan Rees Ecker atau larutan ammonium oksalat 1 % (Setiabudy,
2007).

Metode penghitungan manual terbaik menggunakan mikroskop fase kontras pada sampel yang
diencerkan 1:100 dalam ammonium oksalat. Hitung trombosit yang diketahui rendah, dapat
digunakan faktor pengenceran yang lebih kecil. Penyebab kesalahan karena faktor tehnis, yaitu :
pengenceran tidak akurat, pencampuran yang tidak merata, dan adanya perlekatan (agregasi)
(Sacher dan Pherson, 2004).

Cara manual mempunyai ketelitian dan ketepatan yang kurang baik, karena trombosit kecil sekali
sehingga sukar dibedakan dari kotoran kecil (Setiabudy, 2007).

Penghitungan cara semi otomatik dan otomatik dipakai alat elektronic particle countersehingga
ketelitiannya lebih baik daripada cara manual. Metode Cell Counter Automatic ini menggunakan
prinsip flow cytometri. Prinsip tersebut memungkinkan sel-sel masuk flow chamber untuk
dicampur dengan diluent kemudian dialirkan melalui apertura yang berukuran kecil yang
memungkinkan sel lewat satu per satu. Aliran yang keluar dilewatkan medan listrik untuk
kemudian sel dipisah-pisahkan sesuai muatannya. Teknik dasar pengukuran sel dalam flow
cytometri ialah impedansi listrik (electrical impedance) dan pendar cahaya (light scattering).
Teknik impedansi berdasar pengukuran besarnya resistensi elektronik antara dua elektrode.
Teknik pendar cahaya akan menghamburkan, memantulkan atau membiaskan cahaya yang
berfokus pada sel, oleh karena tiap sel memiliki granula dan indek bias berbeda maka akan
menghasilkan pendar cahaya berbeda dan dapat teridentifikasi (Purwanto, 2007).
Agar instrument dapat bekerja dengan baik sampel harus tidak mengandung material lain yang
memungkinkan dihitung sebagai trombosit. Cara ini masih mempunyai kelemahan, karena
trombosit yang besar (giant trombocyte) atau beberapa trombosit yang menggumpal tidak ikut
terhitung, sehingga jumlah trombosit yang dihitung lebih rendah (Setiabudy, 2007).

Penghitungan trombosit dengan alat hitung otomatis harus dilengkapi dengan pemeriksaan
contoh darah untuk konfirmasi jumlah trombosit yang dihitung dan untuk mempelajari
morfologinya jika diperlukan. Hitungan jumlah trombosit yang tidak normal atau kurang dari
100.000/mm harus selalu dikonfirmasikan melalui pemeriksaan sampel darah yang akan
memberikan hitungan kasar dari jumlah trombosit dan pengungkapan penyimpangan yang
mungkin terjadi dari penghitungan yang salah. Misalnya penggumpalan trombosit, trombosit
raksasa, dan bukti adanya bekuan parsial. Jumlah trombosit yang lebih akurat memerlukan
metode peghitungan yang berbeda (Jono, dan Ulomo, 2005).

Hitung trombosit cara tak langsung, jumlah trombosit pada sediaan hapus dibandingkan dengan
jumlah eritrosit kemudian jumlah mutlaknya dapat diperhitungkan dari jumlah mutlak eritrosit
(Setiabudy, 2007).

Penghitungan trombosit dilakukan dengan menggunakan spesimen darah yang baru memakai
antikoagulan Ethylene Diaminete Tetra Acetat (EDTA). Darah yang diambil dari pembuluh darah
vena menghasilkan perhitungan yang lebih akurat daripada darah yang diambil dari ujung jari
(pembuluh darah kapiler). Periode 1 hingga 3 jam setelah pengambilan, merupakan saat terbaik
untuk melakukan perhitungan terhadap sampel jika ukuran standar (Jono dan Ulomo, 2005).
Pengambilan darah harus dilakukan dengan cepat melalui pungsi vena yang bersih dan non
traumatik, darah harus segera dicampur secara merata dengan anti koagulan. Apabila rangkaian
proses koagulasi sempat aktif, minimal terjadi penggumpalan trombosit yang mungkin
menempel di dinding tabung reaksi sehingga dihasilkan hitung trombosit yang rendah palsu.
Pengocokan yang berlebihan harus dihindari karena hal ini juga menyebabkan perlekatan (Sacher
dan Pherson, 2004).

di Laboratorium Satkes Denma Mabes TNI, pemeriksaan hitung jumlah trombosit dilakukan
sebagai pemeriksaan penyaring pada kelainan hemostasis pada pasien yang menderita panas dan
didiagnosa suspek Demam Berdarah Dengue atau penyakit lain.

Pemeriksaan hitung jumlah trombosit yang dikerjakan di Laboratorium Satkes Denma Mabes TNI
menggunakan metode otomatis. Keunggulan metode otomatis dibandingkan dengan cara
konvensional (manual) adalah lebih teliti dan tepat, volume spesimen kecil, waktu pemeriksaan
cepat dalam penghitungan sel trombosit. Tetapi apabila sel trombosit berukuran besar, atau sel-
sel trombosit bergerombol, tidak terhitung (ditemukan pada pasien dengan kondisi menderita
sakit panas lebih dari 3 hari). Kemudian dilakukan pemeriksaan hitung jumlah trombosit memakai
hapusan darah.

Pemeriksaan hitung jumlah trombosit cara hapusan darah ini lebih kasar daripada cara langsung,
karena penyebaran trombosit yang tidak merata karena perlekatan trombosit pada kaca obyek
sehingga menyebabkan penilaian jumlah trombosit yang berbeda-beda. Hitung trombosit cara
tak langsung, merupakan cara paling cepat dan sederhana, tetapi kurang akurat untuk menilai
jumlah trombosit, yaitu dengan memeriksa apusan darah yang diwarnai. Pendekatan ini memiliki
keunggulan dalam mengungkapkan ukuran dan morfologi trombosit, tetapi kekurangannya
adalah bahwa perlekatan ke kaca obyek atau distribusi yang tidak merata di dalam apusan darah
dapat menyebabkan perbedaan mencolok dalam perhitungan konsentrasi trombosit (Sacher dan
Pherson, 2004).

Metode Rees Ecker yang merupakan metode manual, kesalahan dalam hal pengukuran dan
pembacaan sampel kurang teliti, dan kotoran pun bisa terhitung sebagai sel trombosit. Tetapi
kelebihannya semua ukuran trombosit terhitung. Kemungkinan kesalahan metode Rees Ecker 16-
25 % (Purwanto, 2007).

Oleh karena itu penulis tertarik meneliti perbedaan hitung jumlah trombosit metode Rees Ecker
dengan metode Alat pada pasien yang menderita panas lebih dari yang memeriksakan diri di
Laboratorium Satkes Denma Mabes TNI
.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan hitung trombosit dalam pemeriksaan hitung trombosit metode Rees
Ecker dengan metode Alat pada pasien DBD di Laboratorium Satkes Denma Mabes TNI

C. Tujuan Penelitian :
1. Mengetahui hasil hitung jumlah trombosit metode Rees Ecker dan metode Alat pada pasien
DBD.
2. Mengetahui selisih hasil hitung jumlah trombosit metode Rees Ecker dan metode Alat pada
DBD.
3. Mengetahui perbedaan hasil hitung trombosit metode Rees Ecker dan metode Alat pada
pasien DBD.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah dibidang hematologi mengenai perbedaan hasil hitung
trombosit metode Rees Ecker dengan metode Alat pada Pasien DBD, Jurusan Analis Kesehatan.

E. Manfaat Penelitian

1. Ilmu Pengetahuan

Mengembangkan ilmu dan tehnologi dalam bidang Analis Kesehatan khususnya bidang
Hematologi.

2. Tenaga Laboratorium :

Memberikan informasi pada tenaga laboratorium tentang perbedaan hasil hitung trombosit
metode Rees Ecker dan metode Alat serta memberi gambaran untuk memilih metode
pemeriksaan hitung trombosit.

3. Menambah wawasan serta ketrampilan dalam penghitungan trombosit baik secara manual
maupun menggunakan Alat.

Anda mungkin juga menyukai