Anda di halaman 1dari 22

Hernia Reponibel

o Isi hernia dapat keluar masuk, keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala abstruksi
usus.

Hernia Irreponibel

o Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.

Hernia Inkarserata

o Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, sehingga isi kantong tertangkap tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan
pasase usus. Terdapat keluhan nyeri dan sumbatan usus.

o Dapat juga diartikan hernia irreponible yang sudah disertai dengan gejala ileus
yaitu tidak dapat flatus. Jadi pada keadaan ini terjadi obstruksi jalan makan.

Hernia Strangulata

o Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, sehingga isi kantong tertangkap tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan
pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis.

o Hernia irreponible dengan gangguan vaskulerisasi mulai dari bendungan sampai


nekrosis.

o Bila yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus, disebut hernia
Richter. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus terlipat
sehingga disertai obstruksi usus.1
A. TATALAKSANA

Penanganan DI IGD
Mengurangi hernia.
Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus
istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
Menurunkan tegangan otot abdomen.
Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap hernia inguinalis.
Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan
proses analgesia.
Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti kaki
kodok)
Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjutselam
proses reduksi penonjolan
Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan isis
hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis hernia
keluar dari pintu hernia.
Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm
Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan posisikan
Trendelenburg, dan kompres dingin selama20-30 menit.7
Konsul bedah jika :
Reduksi hernia yang tidak berhasil
Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi .
penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan strangulasi
hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito
mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi
traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka
operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia
inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di beri
.analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.
Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala
strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih
hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7
Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa penundaan,
karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi, yang termasuk
gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi
yang mengikuti tindakan operatif.
pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan inkarserata dan
strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko) bahwa
lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah
jika dilakukan pembedahan segera (Cito).
Hernia Diafragmatika

Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu
lubang pada diafragma. Salah satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada
abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma tumpul abdomen, baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Mekanisme dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada diafragma
atau yang paling sering akibat trauma tumpul abdomen. Hernia isi perut ke dalam rongga toraks
bisa terjadi sebagai akibat defek trauma atau kongenital pada diafragma.

Gejala dan prognosisnya tergantung pada lokasi defek dan anomali yang menyertainya.
Defek ini bisa terjadi pada hiatus esofageus (hernia hiatus), berdekatan dengan hiatus (hernia
paraesofagus), retrosternal (Morgagni), atau posterolateral (Bochdalek). Walaupun semua
defek ini kongenital, istilah hernia kongenital diafragmatika (HKD) menjadi sinonim dengan
herniasi melalui foramen posterolateral Bochdalek. Lesi ini biasanya terdapat pada distres
respirasi berat pada masa neonatus, yang disertai dengan anomali sistem organ lain dan
mempunyai mortalitas yang berarti (40-50%).

ETIOLOGI

Penyebab pasti hernia masih belum diketahui. Hal ini sering dihubungkan dengan
penggunaan thalidomide, quinine, nitrofenide, antiepileptik, atau defisiensi vitamin A selama
kehamilan. Pada neonatus hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Seperti
diketahui diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum transversum
dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu
dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan
gangguan pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia,
sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan
menimbulkan eventerasi. Janin tumbuh di uterus ibu sebelum lahir, berbagai sistem organ
berkembang dan matur. Diafragma berkembang antara minggu ke-7 sampai 10 minggu
kehamilan. Esofagus (saluran yang menghubungkan tenggorokan ke abdomen), abdomen, dan
usus juga berkembang pada minggu itu.Pada hernia tipe Bockdalek, diafragma berkembang
secara tidak wajar atau usus mungkin terperangkap di rongga dada pada saat diafragma
berkembang. Pada hernia tipe Morgagni, otot yang seharusnya berkembang di tengah diafragma
tidak berkembang secara wajar.

Pada kedua kasus di atas perkembangan diafragma dan saluran pencernaan tidak terjadi
secara normal. Hernia difragmatika terjadi karena berbagai faktor, yang berarti banyak faktor
baik faktor genetik maupun lingkungan. Pada Hernia kongenital gangguan difusi bagian sentral
dan bagian kostal diafragma di garis median mengakibatkan defek yang disebut foramen
Morgagni. Tempat ini dapat menjadi lokasi hernia retrosternal yang disebut juga hernia
parasternalis. Jika penutupan diafragma tidak terganggu, foramen morgagni dilalui oleh a.
Mammaria interna dengan cabangnya a.epigastrika superior. Gangguan penutupan diafragma di
sebelah posterolateral meninggalkan foramen Bochdalek yang akan menjadi lokasi hernia
pleuroperitoneal. Ruptur diafragma traumatik dapat terjadi karena cedera tajam atau cedera
tumpul. Hernia karena trauma tumpul kebanyakan terjadi di bagian tendineus kiri karena di
sebelah kanan dilindungi oleh hati. Visera seperti lambung dapat masuk ke dalam toraks segera
setelah trauma atau berangsur-angsur dalam waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Salah satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada abdomen, baik
trauma penetrasi maupun trauma tumpul abdomen., baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Mekanisme dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada diafragma atau yang paling
sering akibat trauma tumpul abdomen. Pada trauma tumpul abdomen, penyebab paling seering
adalah akibat kecelakaan sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi penigkatan tekanan
intraabdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada otot-otot diafragma.Tekanan dalam
perut yang meningkat dapat disebabkan oleh batuk yang kronik, susah buang air besar, adanya
pembesaran prostat pada pria, serta orang yang sering mengangkut barang-barang berat. Penyakit
hernia akan meningkat sesuai dengan penambahan umur. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan tekanan
di dalam perut meningkat
PATOFISIOLOGI

Hernia diafragmatik dapat terjadi karena abnormalitas kongenital dan traumatik .


Berdasarkan lokasi abnormalitasnya, hernia diafragmatik congenital dapat dibedakan menjadi
dua bagian yaitu hernia morgagni dan hernia Bochdalek. Pada hernia morgagni defek terjadi
pada bagian retrosternal yaitu di dekat xyphoid prosesus atau di bagian anterior dari
diafragma.Disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Diafragma dibentuk dari 3 unsur
yaitu membrane pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal
dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan
seperti diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan gangguan pembentukan seperti pembentukan
otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan
pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi.

Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia
diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua. Hernia hiatus yaitu
sebagai herniasi bagian lambung ke dalam dada melalui hiatus esofagus diafragma. Terdapat 2
jenis hernia hiatus yang sangat berbeda, bentuk yang paling sering adalah hernia hiatus direk
(sliding) dengan perbatasan lambung-esofagus yang bergeser dalam rongga thoraks, terutama
penderita dalam keadaan posisi berbaring. Kompentensi sfingter esofagus bagian bawah dapat
rusak dan menyebabkan terjadinya esofangitis refluks. Kelainan ini sering bersifat asimtomatik
dan di temukan secara kebetulan sewaktu pemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya
berbagai gangguan epigastrium, atau pemeriksaan rutin pada radiografi saluran gastrointestinal.

Pada hernia hiatus paraesofageal (rolling hernia), bagian fundus lambung menggulung
melewati hiatus, dan perbatasan gastro-esofagus tetap berada di bawah diafragma. Tidak di
jumpai adanya insufisiensi mekanisme sfingter esofagus bagian bawah, dan akibatnya tidak
terjadi asofangitis refluks. Penyulit pertama hernia para-esofageal adalah stranggulasi. Pada
hernia diafragmatika traumatika, banyak kasus yang mengenai diafragma kiri adalah akibat dari
efek buttressing dari liver. Organ abdomen yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster,
omentum, usus halus, kolon, lien, hepar. Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata
dari usus yang mengalami herniasi ke rongga thorax ini. Hernia diafragmatika akan
menyebabkan gangguan kardiopulmoner karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya
mediastinum ke arah kontralateral. Sekitar 80-90% ruptur diafragma terjadi akibat kecelakaan
sepeda motor. Mekanisme terjadi ruptur berhubungan dengan perbedaan tekanan yang timbul
antara rongga pleura dan rongga peritonium. Trauma dari sisi lateral menyebabkan diafragma 3
kali lebih sering dibandingkan trauma dari sisi lainnya oleh karena langsung dapat menyebabkan
robekan diafragma pada sisi ipsilateral. Trauma dari arah depan menyebabkan peningkatan tekan
intra abdomen yang mendadak sehingga menyebabkan robekan radier yang panjang pada sisi
posterolateral yang secara embriologis merupakan bagian terlemah. 75 % ruptur diafragma
terjadi di sisi kiri, dan pada beberapa kasus terjadi pada sisi kanan yang biasanya disebabkan
oleh trauma yang hebat dan biasanya menyebabkan gangguan hemodinamik, hal ini disebabkan
oleh karena letak hepar disebelah kanan yang sekaligus menjadi suatu proteksi.

Pada trauma kendaraan bermotor arah trauma menentukan lokasi injury di Kanada dan
Amerika Serikat biasanya yang terkena adalah sisi kiri khususnya pada pasien yang menyetir
mobil, sedangkan pada penumpang biasanya yang terkena sisi kanan. Pada trauma tumpul
biasanya menyebabkan robekan radier pada mediastinum dengan ukuran 5-I5 cm, paling sering
pada sisi posterolateral, sebaliknya trauma tembus menyebabkan robekan linier yang kecil
dengan ukuran kurang dari 2 cm dan bertahun-tahun kemudian menimbulkan pelebaran robekan
dan terjadi herniasi. Berikut ini meknisme terjadinya ruptur diafragma: (I) robekan dari
membran yang mengalami tarikan (stretching), (2) avulasi diafragma dari titik insersinya, (3)
tekanan mendadak pada organ viscera yang diteruskan ke diafragma.

DIAGNOSIS

Gambaran Klinis

Secara klinis hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan kardiopulmoner karena terjadi
penekanan paru dan terdorongnya mediastinum kearah kontralateral. Pemeriksaan fisik
didapatikan gerakan pernafasan yang tertinggal, perkusi pekak, fremitus menghilang, suara
pernafasan menghilang dan mungkin terdengar bising usus pada hemitoraks yang mengalami
trauma. Walaupun hernia morgagni merupakan kelainan kongenital, hernia ini jarang bergejala
sebelum usia dewasa. Sebaliknya hernia Bockdalek menyebabkan gangguan nafas segera setelah
lahir sehingga memerlukan pembedahan darurat. Anak sesak terutama kalau tidur datar, dada
tampak menonjol, tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut kempis dan menunjukkkan gambaran
scapoid. Pulsasi apek jantung bergeser sehingga kadang-kadang terletak di hemithoraks kanan.
Bila anak didudukan dan diberi oksigen, maka sianosis akan berkurang. Lambung, usus dan
bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada
sisi hernia tidak berkembang secara sempurna. Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas
sehingga usus segeraterisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga
menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan. Keluhan yang sering diajukan
ialah:

- Nyeri epigastrium. Perasaan nyeri tersebut kadang-kadang menjalar ke punggung, diantara dua
scapula. Rasa nyeri dapat terjadi setelah makan dan tempatnya yang sering terjadi pada
retrosternal atau epigastrium.

- Timbul regurgitasi, terutama pada dinding hernia lebih sering terjadi. Mual dan muntah, bahkan
kadang-kadang sampai timbul perdarahan. Sering penderita merasa puas bila stelah muntah.

- Kemudian ada seperti perasaan tertekan di mediastinal (mediastinal pressure), yang mungkin
menyebabkan bertambahnya dyspnoe, palpitasi atau batuk - batuk, adanya iritasi diafragma, yang
mungkin menyebabkan spasme. Pada hernia diafragma traumatika gambaran klinis yang sering
muncul seperti tergantung dari mekanisme injuri (trauma tumpul/trauma tajam) dan adannya
trauma penyerta di tempat lain. Pada beberapa kasus keterlambatan dalam mendiagnosis ruptur
diafragma disebabkan oleh tidak adanya gejala atau keluhan yang muncul pada saat trauma
seperti herniasi atau prolap organ intra abdominal ke rongga thorak meskipun telah terjadi ruptur
diafragma. Beberapa pasien timbul gejala-gejala yang disebabkan herniasi organ intra abdomen
sehingga terjadi obstruksi, strangulasi atau perforasi. Gejala dan tanda awal yang dapat
ditemukan (I) distress napas, (2) menurunnya suara napas pada sisi yang terkena, (3)
ditemukannya suara usus di dinding dada, (4) gerakan paradoksal saat bernapas, (5)
kemungkinan timbulnya nyeri pada abdomen yang tidak khas, (6) terabanya organ intra abdomen
melalui lubang chest tube. Ruptur diafragma jarang merupakan trauma tunggal biasanya disertai
trauma lain, trauma thorak dan abdomen, dibawa ini merupakan organ-organ yang paling sering
terkena bersamaan dengan ruptur diafragma: (I) fraktur pelvis 40%, (2) ruptur lien 25%, (3)
ruptur hepar, (4) ruptur aorta pars thorakalis 5-I0%. Pada suatu penelitian retrospektif hubungan
yang unik antara kejadian ruptur diafragma dan ruptur aorta thorakalis. I,8% pasien dengan
trauma abdomen terjadi ruptur diafragma, I,I% terjadi ruptur aorta thorakalis dan I0,I% terjadi
keduanya. Beberapa ahli membagi ruptur diafragma berdasarkan waktu mendiagnosisnya
menjadi:

Early diagnosis

o Diagnosis biasanya tidak tampak jelas dan hampir 50% pasien rupture diafragma tidak
terdiagnosis dalam 24 jam pertama

o Gejala yang muncul biasanya adanya tanda gangguan pernapasan

o Pemeriksaan fisik yang mendukung: adanya suara bising usus di

dinding thorak dan perkusi yang redup di dinding thorak yang terkena.

Delayed diagnosis

Bila tidak terdiagnosis dalam 4 jam pertama, biasanya akan terdiagnosa akan muncul beberapa
bulan bahkan tahun kemudian.

Grimes membanginya dalam 3 fase, yaitu:

1. fase akut, sesaat setelah trauma


2. fase laten, tidak terdiagnosis pada awal trauma biasanya asimptomatik namun setelah
sekian lama baru muncul herniasi dan segala komplikasinya
3. fase obstruktif, ditandai dengan viseral herniasi, obstruksi, strangulasi bahkan ruptur
gaster atau kolon. Bila herniasi menimbulkan gejala kompresi paru yang nyata dapat
menyebabkan tension pneumothorak, kardiak tamponade.
Tatalaksana
Daftar Pustaka

1. Muslimah. Hernia Diafragmatika. [online]. 2012. [cited 2012 Jan 9] : [screen] .


Available from : URL:http://lampungpost/hernia.htm.
2. Wirahadi. Internal hernia. [online]. 2012. [cited 2012 Jan 9] Available from URL
http://www.internalhernia.com
3. Adminradgraytc. Congenital Diaphragmatic hernia. [online]. 2012. [cited2012 Jan 20] :
[screen] 1/4 . Available from : http: http://www.radgray.com/xray/chest/congenital-
diaphragmatic-hernia
4. Siegelman S. Evan. Congenital Diaphragmatic Hernia. In: Body MRI. Philadelphia.
Department of Radiology Hospital of the University of Pennsylvania. Page 360.
5. Sjamsuhidajat R. Diafragma. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC:Jakarta.
6. Kelly, Bickle. Diaphragmatic Hernia. In: Imaging. London. Mosby. Page 80. 2000.
7. Geneva Foundation for Medical Education and Research. Diaphragmatic Hernia. . 2012.
[cited 2012 Jan 20] Available from : http:http://www.gfmer.ch/genetic_diseases
8. Dudley Hugh A.F. Hernia Diafragmatika Kongenital. Dalam: Hamilton Bailey Ilmu
Bedah Gawat Darurat. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Page 549.
Hernia Insisional

Definisi

Hernia insisional merupakan hernia yang terjadi pada daerah yang mengalami kelemahan
yang disebabkan oleh luka operasi yang belum sembuh secara sempurna. Dengan kata lain, telah
terjadi gap abdominal baik dengan atau tanpa adanya penonjolan pada area postoperatif yang
dapat dipersepsikan atau dipalpasi dengan pemeriksaan klinis maupun pencitraan. Karena insisi
median pada abdomen sering dilakukan dalam operasi eksplorasi abdomen, hernia insisional
ventral disebut hernia ventral.

Etiologi

1. Faktor usia, pada orang tua, penyembuhan lukaoperasi lambat dan kadang-kadang tidak
sempurna
2. Keadaan umum jelek, karena cirrhosis hepatis, karsinoma dan penyakit-penyakit kronis,
akan memperlambat atau menganggu penyembuhan luka.
3. Kegemukan atau obesitas menyebabkan tekanan intra abdominal yang berat, ditambah
bahwa orang gemuk memiliki banyak lemak pada area abdomen (bekas luka insisi
operasi). Hal ini sering menyebabkan seroma dan hematom pada luka.
4. Infeksi, terutama pada luka operasi
5. Komplikasi paru-paru, terutama batuk-batuk lebih sering
6. Pemilihan benang jahitan yang salah
7. Nutrisi pra dan pasca bedah yang jelek
8. Katabolisme karena sepsis berlarut sehingga penyembuhan luka terganggu

Manifestasi Klinis

Secara klinis, hernia insisional tampak sebagai tonjolan atau protrusi di dekat area
sayatan bedah. Hampir semua operasi abdomen memungkinkan terjadinya hernia insisional di
daerah bekas luka (akibat penyembuhan tidak memadai karena infeksi), mulai dari prosedur
operasi abdomen besar (pembedahan usus, bedah vaskular), hingga prosedur insisi kecil
(pengambilan appendiks atau operasi eksplorasi abdomen). Sebenarnya hernia ini dapat terjadi
pada setiap sayatan, namun cenderung lebih sering terjadi pada sepanjang garis lurus dari
prosesus xiphoid lurus hingga ke pubis. Hernia di daerah ini memiliki tingkat rekurensi yang
tinggi jika diperbaiki dengan teknik jahit simple suture dalam keadaan ketegangan. Untuk alasan
ini, terutama dianjurkan bahwa agar kasus ini diperbaiki melalui metode perbaikan bebas
tegangan dengan menggunakan mesh (jenis bahan sintetis).

Tanda pertama yang biasanya muncul dan menjadi perhatian pasien adalah munculnya
benjolan asimtomatik di area sayatan operasi. Seiring berjalannya waktu, hernia ini membesar
dan menjadi nyeri dengan gerakan atau batuk. Gejala yang tidak biasanya muncul adalah
muntah, obstipasi, atau nyeri yang hebat, namun jika gejala ini muncul hal ini berarti berkaitan
dengan inkarserasi atau strangulasi yang merupakan suatu kegawatan. Meninjau ulang gejala dan
riwayat medis pasien merupakan tahapan pertama dalam mendiagnosis hernia insisional. Semua
operasi yang pernah dialami pasien perlu didiskusikan. Perlu ditanyakan seberapa sering pasien
mengeluhkan nyeri, kapan nyeri pertama kali dirasakan, dan bagaimana progresifitasnya. Perlu
dilakukan palpasi untuk mengetahui penonjolan abnormal atau massa, dan pasien dapat diminta
untuk batuk atau melakukan perasat valsava untuk melihat dan merasakan hernia dengan lebih
mudah.

Untuk mengkonfirmasi keberasaan hernia, pemeriksaan ultrasonografi atau pemeriksaaan


scan lainnya seperti CT scan dapat dilakukan. Scaning akan memberikan visualisasi hernia dan
untuk memastikan tonjolan bukan merupakan jenis masa abdominal lainnya seperti tumor atau
pembesaran kelenjar limfe. Selain itu, dapat ditentukan ukuran dari defek dan apakan tindakan
operatif diperlukan untuk mengatasinya.

Patofisiologi

Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena kelemahan jaringan atau ruang luas
pada ligament inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling
umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat beban berat dan
mengejan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal. Bila faktor faktor ini
ada bersama kelemahan otot, individu akan mengalami hernia. Bila tekanan dari cincin hernia
memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini
adalah kedaruratan bedah, usus ini cepat menjadi gangrene kerena kekurangan suplai darah.

Penatalaksanaan

Tradisional "terbuka" perbaikan insisional hernia dapat cukup sulit dan rumit operasi.
Jaringan lemah dinding perut re-incised dan perbaikan yang diperkuat menggunakan mesh palsu.
Komplikasi sering terjadi karena ukuran besar sayatan yang diperlukan untuk melakukan operasi
ini. Ini adalah terutama luka komplikasi seperti infeksi sayatan. Sayangnya, infeksi mesh setelah
memperbaiki hernia jenis ini paling sering memerlukan penghapusan lengkap yang mesh dan
akhirnya mengakibatkan kegagalan bedah. Selain itu, insisi besar diperlukan untuk perbaikan
terbuka sering dikaitkan dengan rasa sakit pasca-operasi yang signifikan.

Laparoskopi insisional hernia perbaikan adalah cara baru operasi untuk kondisi ini.
Operasi dilakukan dengan menggunakan teleskop bedah dan instrumen khusus. Mesh bedah
ditempatkan ke dalam perut di bawah otot - otot perut melalui beberapa insisi kecil ke sisi dari
hernia.Dengan cara ini, jaringan lemah hernia asli tidak pernah re-incised untuk melakukan
perbaikan dan satu dapat meminimalkan potensi untuk luka komplikasi seperti infeksi. Selain itu,
kinerja operasi melalui potongan kecil dapat membuat operasi yang kurang menyakitkan dan
pemulihan lebih cepat. Laparoskopi perbaikan telah ditunjukkan untuk menjadi aman dan
perbaikan lebih tahan daripada terbuka insisional hernia perbaikan.
Daftar pustaka

1. Bingener, J; Buck, L; Richards, M; Michalek, J; Schwesinger, W; Sirinek, K (2007).


"Long term Outcomes in Laparoscopic vs Open Ventral Hernia Repair". Arch Surg 142
(6): 5627.
2. LeBlanc, KA. (2005). "Incisional hernia repair: Laparoscopic techniques". World
Journal of Surgery 29 (8): 10739
3. Nguyen, SQ; Divino, CM; Buch, KE; Schnur, J; Weber, KJ; Katz, LB; Reiner, MA;
Aldoroty, RA et al. (2008). "Postoperative pain after laparoscopic ventral hernia repair: a
prospective comparison of sutures versus tacks". Journal of Society of Laparoendoscopic
Surgery 12 (2): 1136.
Hernia Inguinal Medialis

Defisini

Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung
kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi ligamentum inguinal dibagian
inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial.
Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurisis
m.tranversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk
menjafi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak
keskrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

Manifestasi Klinis

Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara berangsur,-angsur
meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidaknyamanan yang progresif dan persisten yang
progresif. Kadang hanya sedikit nyeri , sakit atau rasa terbakar didaerah lipat paha yang mungkin
didapatkan sebelum perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidaknyamanan ini
memperjelas onset dari symtomp hernia yang sering dideskripsikan sebagai rasa sakit dan sensasi
terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal tapi juga menyebar
kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital. Disebut "Reffered pain" gejala
ketidaknyamanan ini dapat mempercepat keadaan yang berat dan menyusahkan.

Gejala ketidaknyamanan pada hernia biasanya meningkat dengan durasi atau intensitas
dari kerja, tapi kemudian dapat mereda atau menghilang dengan istirahat, meskipun tidak selalu.
Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh hernia selalu memburuk disenja hari dan membaik pada
malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia berkurang. Nyeri lipat paha tanpa hernia
yang dpat terlihat, biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan mula timbulnya hernia.
Kebanyakan hernia berkembang secara diam-diam, tetapi beberapa yang lain dicetuskan oleh
peristiwa muscular tunggal yang sepenuh tenaga. Secara khas, kantong hernia dan isinya
membesar dan mengirimkan impuls yang dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk.
Biasanya pasien harus berdiri saat pemeriksaan , kerena tidak mungkin meraba suatu hernia lipat
paha yang bereduksi pada saat pasien berbaring. Hidrokel bertransiluminasi, tetapi hernia tidak.

Hernia yang tidak dapat dideteksi oleh pemeriksaan fisik, dapat dilihat dengan ultra
sonografi atau tomografi komputer. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang
diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi interna, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi
dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus yang diperkirakan
mengalami gangrenosa.

Pemeriksaan Fisik

Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi , sering benjolan muncul


dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk diletakkan disisi lateral kulit
skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai
annulus inguinalis profundus. Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk biasanya dapat diraba
pada titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus karena adanya
massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia.Hernia juga diindikasikan, bila seseorang
meraba jaringan yang bergerak turun kedalam kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa
selama batuk. Walaupun tanda-tanda yang menunjukkan apakah hernia itu indirek atau direk,
namun umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya biasanya memerlukan
penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya dapat dibuat pada waktu
operasi.

Gambaran yang menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya kedalam skrotum,
yang sering ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia direk. Hernia direk
lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada annulus inguinalis superfisialis dan
massa ini biasanya dapat direposisi kedalam kavitas peritonealis, terutama jika pasien dalam
posisi terbaring. Pada umumnya pada jari tangan pemeriksa didalam kanalis inguinalis, maka
hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan
yang langsung keujung jari tangan adalah khas dari hernia direk.

Patofisiologi

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. Benjolan akan membesar
jika penderita batuk, membungkuk, mengangkat beban berat atau mengedan. Gejala dan tanda
klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-
satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau
mengedan dan menghilang setelah berbaring . keluhan nyeri jarang dijumpai , kalau ada biasanya
didaerah epigastrium, atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium
pada waktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual
atau muntah baru timbul kalau sudah terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena
nekrosis atau gangren.

Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien
mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio inguinalis
yang berjalan dari lateral atas kemedial bawah. Kantong hernia yang kososn kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memeberikan sensasi
gesekan dua permukaaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada
palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau
jari kelingking pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia denganmenonjolkan kulit skrotum
melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien
diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan
kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi
wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat yang biasanya berisi ovarium.

Diagnosis Banding

1. Hidrocele pada funikulus spermatikus maupun testis. Yang membedakan:

pasien diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan membesar, sedang bila
hidrocele benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan terdapat pada skrotum , maka
dilakukan pada satu sisi , sedangkan disisi yang berlawanan diperiksa melalui
diapanascopy. Bial tampak bening berarti hidrocele (diapanascopy +).
Pada hernia: canalis inguinalis teraba usus
Perkusi pada hernia akan terdengar timpani karena berisi usus
Fluktuasi positif pada hernia.

2. Kriptochismus

Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinanya hanya sampai kanalis
inguinalis

3. Limfadenopati/ limfadenitis inguinal


4. Varises vena saphena magna didaerah lipat paha
5. Lipoma yang menyelubungi funikulus spermatikus (sering disangka hernia inguinalis
medialis).

Penatalaksanaan

1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian


penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

a. Reposisi

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak -
anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi
menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur
dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia
yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan menidurkan
anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil
anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam
waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

b. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup. Namun cara yang
berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak
dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada taki sperma yang mengandung pembuluh darah
testis.

2. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.


Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari
herniotomi dan hernioplastik

a. Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong


dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

b. Hernioplasti

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai
metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dangan jahitan
terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.
tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan
nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transverses abdominis, m.oblikus internus abdominis
keligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif
berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene,prolene mesh atau
marleks untuk menutup defek.
Prognosis

Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1% -3% dalam jarak waktu 10
tahun kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang berlebihan pada saat perbaikan,
jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia yang terabaikan. Kekambuhan
yang sudah diperkirakan, lebih umum dalam pasien dengan hernia direk, khususnya hernia direk
bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat eksisi yang tidak adekuat dari ujung
proksimal kantung. Kebanyakan kekambuhan adalah langsung dan biasanya dalam regio
tuberkulum pubikum, dimana tegangan garis jahitan adalah yang terbesar.insisi relaksasi selalu
membantu. Perbaikan hernia inguinalis bilateral secara bersamaan tidak meningkatkan tegangan
jahitan dan bukan merupakan penyebab kekambuhan seperti yang dipercaya sebelumnya. Hernia
rekurren membutuhkan prostesis untuk perbaikan yang berhasil, kekambuhan setelah
hernioplasti prosthesis anterior paling baik dilakukan dengan pendekatan preperitoneal atau
secara anterior dengan sumbat prostesis.

Daftar Pustaka

1. Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. 2007. At a Glance: Ilmu Bedah Ed. 3. Alih bahasa:
Vidhia Umarni. Jakarta: Erlangga
2. Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai