Anda di halaman 1dari 15

http://medicastore.com/penyakit/902/Hernia_Diafragmatika.

html
9:14 PM, 1/21/2012

Hernia Diafragmatika DEFINISI


Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada
diafragma.
Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut.

PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui.
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.

GEJALA
Gejalanya berupa:
- Gangguan pernafasan yang berat
- Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
- Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
- Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
- Takikardia (denyut jantung yang cepat).

Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru
pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna.
Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang
mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, yaitu:
- gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris
- tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia
- bising usus terdengar di dada
- perut teraba kosong.
Rontgen dada menunjukkan adanya organ perut di rongga dada.

PENGOBATAN
Hernia diafragmatika diatasi dengan pembedahan darurat.
Organ perut harus dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada diafragma diperbaiki.
Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Hernia
http://www.peutuah.com/asuhan-keperawatan-dengan-kasus-hernia/
9:19 pm, 1/21/2012
PENGERTIAN:
 Hernia adalah suatu tonjolan yang abnormal dari organ organ intra abdominal keluar cavum abdomen
dan masih diliputi oleh peritoneum
KLSIFIKASI HERNIA
1. Hernia externa : yaitu hernia yang tonjolanya tampak atau dapat dilihat dari luar, antara lain :Hernia
inguinalis lateralis ( Hernia indirecta ), Hernia inguinalis medialis ( Hernia directa ),Hernia femoralis,
Hernia umbilikalis, Hernia supra umbilikalis, Hernia cicatricalis
2. Hernia interna : yaitu hernia yang tonjolanya tidak tampak dari luar, tonjolan ke fossa intra abdomen,
antara lain :Hernia obturatoria, Hernia diafragmatika, Hernia foramen Winslowi, Hernia pada ligament
Treitz
PATOFISIOLOGI:
 Hernia inguinalis indirekta ( lateralis ) : tonjolan keluar melalui anulus internus kanalis inguinalis ke
skrotom, dan sebagian besar mempunyai dasar kongenital.
 Hernia inguinalis directa ( medialis ) : tonjolan keluar melalui segitiga Haselbach, dan merupakan
hernia yang didapat ( acquisita ).
 Hernia femoralis lebih banyak dijumpai pada wanita karena perubahan fisik dan biokemis yang terjadi
pada wanita hamil.
SEGITIGA HASELBACH
 Segitiga Haselbach adalah tempat keluarnya Hernia Direks, dibatasi oleh: Ligamen Inguinalis (inferior),
Tepi otot rectus (medial)dan Pembuluh Epigastrika inferior (lateral)
 Anulus internus adalah tempat keluarnya hernia indirek
GEJALA KLINIS:
 Penderita mengeluh ada benjolan pada perut bagian bawah atau pelipatan paha.
 Benjolan tsb timbul bila mengejan, batuk, berdiri, berjalan, menangis dan menghilang bila penderita
tidur.
 Benjolan bentuknya ellips atau seperti botol
 Jika benjolan tidak kelihatan, penderita disuruh mengejan maka keluar benjolan dari arah lateral ke
medial, kadang sampai skrotom.
 Bila isi hernia tidak dapat masuk kembali disebut Hernia iresponibilis
 Bila terjadi penjepitan isi hernia oleh anulus (cincin hernia) disebut Hernia inkarserata
 Bila terjadi gangguan vaskularisasi dari isi hernia karena penjepitan disebut : Hernia strangulata
DIAGNOSE BANDING
1. Hidrokel testis
2. Limfadenopati
3. Varikokel
4. Abses inguinal
KOMPLIKASI
 Hernia inkarserata
 Hernia strangulata
 Ileus obstruksi
PENATALAKSANAAN:
 Simptomatis : untuk nyeri diberi analgesik, untuk dehidrasi diberi infus RL, dan untuk profilaksis
keradangan pada hernia inkarserata / strangulata diberikan ampicillin
 Herniotomi : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak anak, karena dasarnya adalah
kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
 Herniorraphy : membuang kantong hernia disertai tindakan plastik untuk memperkuat dinding perut
bagian bawah dibelakang kanalis inguinalis.
 Bila penderita menolak operasi atau ada kontraindikasi pembedahan, disarankan memakai sabuk hernia
(Truss), dipakai pagi hari waktu aktif dan dilepas waktu malam.
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal
memang berisi bagian-bagian tersebut. Hal ini seringkali disebut “ ruptur “. Hernia abdominal cendering terjadi
pada kelemahan struktural yang didapat atau kongenital atau trauma pada dinding abdominal, yang terjadi
karena peningkatan tekanan intrabdomen akibat dari mengangkat benda berat, obesitas, kehamilan, mengejan,
batuk atau kedekatannya dengan tumor.
Banyak jenis hernia abdominal yang terjadi, dilkasifikasikan berdasarkan tempat :
1. Hernia inguinal (paling umum), visera menonjol ke dalam kanal inguinal pada titik di mana tali spermatik
muncul pada pria, dan di sekitar ligamen pada wanita. Melalui lubang ini, hernia inguinal yang tidak langsung
melebar menuruni kanal inguinal dan bahkan ke dalam skrotum atau labia. Hernia inguinal langsung menonjol
melalui dinding inguinal posterior.
2. Hernia femoral, terjadi dimana arteri femoralis masuk ke dalam kanal femoral, dan muncul di bawah
ligamen inguinal di bawah pangkal paha.
3. Hernia umbilikal, terjadi karena kegagalan orifisum umbilikal untuk menutup. Hal ini paling sering
terjadi pada wanita obesitas, anak-anak, dan pada pasien dengan peningkatan tekanan intraabdominal karena
sirosis dan asites.
4. Hernia insisional atau ventral, terjadi melalui dinding abdominal karena kelemahan, kemungkinan juga
karena penyembuhan insisi bedah yang buruk.
5. Hernia parastomal menonjol melalui defek fasial di sekitar stoma dan ke dalam jaringan sub kutan.
PENGKAJIAN
1. Tonjolan hernia jika pasien berdiri atau mengejan (Valsava manuver) dan hilang pada saat telentang.
2. Rasa tidak nyaman atau tertarik
3. Strangulasi – nyeri parah, muntah, pembengkakan kantong hernia, nyeri tekan memantul, demam.
EVALUASI DIAGNOSTIK
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam usus atau obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit), peningkatan sel darah putih, dan ketidakseimbangan elektrolit.
PENATALAKSANAAN
Intervensi terapeutik
Jika hernia dapat dikurangi dan pasien adalah calon pasien bedah yang buruk, sebuah truss/penopang (bantalan
dan sabuk) dapat dipasang dengan tepat di atas area hernia untuk mencegah visera masuk ke dalam kantong
hernia. Alat yang hampir sama tersedia untuk hernia parastomal yang dapat dikurangi.
Pembedahan dianjurkan untuk memperbaiki defek dan mencegah strangulasi. Prosedur – prosedurnya meliputi
:
a. Herniorafi – pengangkatan kantong hernia ; isinya dikembalikan lagi ke abdomen ; lapisan otot dan fasia
dijahit ; dapat dilakukan melalui laparoskopi pada pasien rawat jalan.
b. Hernioplasti – melibatkan penjahitan penguatan, untuk memperbaiki hernia yang meluas.
c. Reseksi usus untuk usus yang iskemik bersamaan dengan perbaikan hernia terstrangulasi.
DIAGNOSA & INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.
Intervensi :
1. Kaji dan catat nyeri : beratnya, karakter, lokasi, durasi, faktor pencetus, dan metode penghilangan.
Tentukan skala nyeri dengan pasien, rentangkan ketidaknyamanan dari 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri
hebat). Laporkan nyeri berat, menetap, yang menandakan komplikasi.
2. Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk, dan mengangkat benda yang berat.
Ajarkan pasien untuk menekan insisi dengan tangan atau bantal selama episode batuk ; ini khususnya penting
selama periode pascaoperasi awal dan selama 6 minggu setelah pembedahan.
3. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan dekker (truss), bial diprogramkan, dan anjurkan penggunaannya
sebanyak mungkin, khususnya jika turun dari tempat tidur. Catatan : pasang truss sebelum pasien turun dari
tempat tidur.
4. Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum atau kompres es, yang sering diprogramkan untuk
membatasi edema dan mengendalikan nyeri setelah perbaikan hernia inguinalis.
5. Berikan analgetik sesuai program jika diindikasikan, secara khusus sebelum aktivitas pascaoperasi.
Gunakan tindakan kenyamanan ; distraksi, interaksi verbal untuk meningkatkan ekspresi perasaan dan
menurunkan ansietas, gosokan punggung, dan teknik reduksi stres, seperti latihan relaksasi. Catat derajat
penghilangan yang didapat, dengan menggunakan skala nyeri.
B. Retensi urine (atau risiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma, dan penggunaan
analgetik selama pembedahan abdomen bawah.
Intervensi :
1. Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.
2. Pantau haluaran urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering <> 20 mmHg, klem kateter sampai
tekanan darah pasien kembali ke batas normal.
C. Kurang pengetahuan : Potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia, dan tindakan yang
dapat mencegah kekambuhan.
Intervensi :
1. Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap ; mual dan muntah ; demam ; dan
distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserasi atau strangulasi usus.
2. Dorong pasien untuk mengikuti regimen pengobatan : penggunaan dekker atau penyokong lainnya dan
menghindari mengejan, meregang, konstipasi, mengangkat benda yang berat.
3. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi residu atau menggunakan suplemen diet serat untuk
mencegah konstipasi. Anjurkan masukan cairan sedikitnya 2 – 3 L/hari untuk meningkatkan konsistensi feses
lunak.
4. Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.
PENYULUHAN PASIEN – KELUARGA DAN PERENCANAAN PEMULANGAN
Berikan informasi verbal dan tertulis kepada pasien dan orang terdekat tentang hal berikut :
1. Perawatan insisi dan teknik penggantian balutan, jika tepat. Beritahu pasien tanda infeksi pada insisi,
yang memerlukan intervensi medis : demam, kemerahan menetap, bengkak, hangat lokal, nyeri tekan, drainage
purulen, bau busuk.
2. Gejala kekambuhan hernia dan komplikasi pascabedah
3. Pembatasan aktivitas pascabedah sesuai petunjuk : biasanya mengangkat benda yang berat (> 4 kg) dan
mengejan dikontraindikasikan selama kira-kira 6 minggu. Antisipasi kembali bekerja dalam 2 minggu untuk
pekerja kantor dan 6 minggu untuk buruh.
4. Pentingnya mekanika tubuh yang tepat untuk mencegah kekambuhan, khusunya jika bila dan bergerak.
5. Mencegah konstipasi dan mengejan saat defekasi (mis., dengan makan diet tinggi residu (buah-buahan,
sayuran, banyak cairan, roti gandum), hindari sereal sangat halus dan pasta (mis., nasi putih, roti putih, mie dan
es krim).
6. Pengunaan laksatif jika diperlukan.
7. Obat-obatan meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, interaksi obat/obat dan makanan/obat, dan
potensial efek samping.

Hernia Diafragmatika
Diposkan oleh Bascom Label: AKBID dan AKPER, Teori Kesehatan
http://www.bascommetro.com/2009/12/hernia-diafragmatika.html
9:26 pm, 1/21/2012
Definisi
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada
diafragma. Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Secara anatomi serat otot
yang terletak lebih medial dan lateral diafragma posterior yang berasal dari arkus lumboskral dan
vertebrocostal triagone adalah tempat yang paling lemah dan mudah terjadi rupture. Menurut lokasinya hernia
diafragma traumatika 69 % pada sisi kiri, 24 % pada sisi kanan, dan 15 % terjadi bilateral. hal ini terjadi karena
adanya hepar di sisi sebelah kanan yang berperan sebagai proteksi dan memperkuat struktur hemidiafragma sisi
sebelah kanan. Organ abdomen yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster, omentum, usus halus, kolon,
limpa’dan hepar. Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata dari saluran cerna yang mengalami
herniasi ke rongga toraks ini.

Penyebab
Salah satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada abdomen, baik trauma penetrasi maupun
trauma tumpul abdomen., baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Mekanisme dari cedera dapat berupa
cedera penetrasi langsung pada diafragma atau yang paling sering akibat trauma tumpul abdomen. Pada trauma
tumpul abdomen, penyebab paling seering adalah akibat kecelakaan sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi
penigkatan tekanan intraabdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada otot-otot diafragma. Pada
trauma penetrasi paling sering disebabkan oleh luka tembak senjata api dan luka tusuk senjata tajam. Sekitar
0,8-1,6 % dengan trauma tumpul pada abdomen mengalami rupture pada diafragma. Perbandingan insiden
pada laki-laki dan perempuan sebesar 4:1. Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi
pada sisi tubuh bagian kiri.

Manifestasi Klinis
Secara klinis hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan kardiopulmoner karena terjadi penekanan paru
dan terdorongnya mediastinum ke arah kontralateral. Pemeriksaan fisik didapatikan gerakan pernafasan yang
tertinggal, perkusi pekak, fremitus menghilang, suara pernafasan menghilang dan mungkin terdengar bising
usus pada hemi toraks yang mengalami trauma. Kesulitan untuk menegakkan diagnosis hernia diafragma
preoperative menyebabkan sering terjadinya kesalahan diagnosis dan untuk itu diperlukan pemeriksaan
penunjang untuk memastikan diagnosis hernia diafragmatika. Pemeriksaan penunjang yang penting adalah
dilakukan pemeriksaan radiologi yaitu pemeriksaan foto thoraks. Sekitar 23 -73 % rupture diafragma karena
trauma dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologi thoraks. Foto thoraks sangat sensitive dalam mendeteksi
adanya hernia diafragma kiri. Adanya rupture diafragma akibat trauma bila dilihat dari foto thoraks dapat
ditemukan gambaran abnormal seperti adanya isi abdomen pada rongga thoraks, terlihat selang NGT di dalam
rongga thoraks, peninggian hemidiafragma ( kiri lebih tinggi dari pada kanan), dan batas diafragma yang tidak
jelas. Bila didapatkan abnormalitas pada pemeriksaan foto thorak, selanjutnya dilakukan pemeriksaan CT Scan
atau USG FAST untuk memastikan diagnosis rupture diafragma dan hernia diafragma. Banyak kasus yang
mengenai diafragma kiri adalah akibat dari efek buttressing dari liver.

Gejala
Gejalanya berupa:
- Gangguan pernafasan yang berat
- Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
- Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
- Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
- Takikardia (denyut jantung yang cepat).

Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru
pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna.
Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang
mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, yaitu:
- Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris
- tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia
- bising usus terdengar di dada
- perut teraba kosong.
- Rontgen dada menunjukkan adanya organ perut di rongga dada.

Penatalaksanaan
Pemilihan penatalaksaan bedasarkan lama waktu yang dibutuhkan dalam mendiagnosis hernia diafragma Pada
keadaan akut terapi repair diafragma trasabdominal meupakan pilihan karena tingginya insiden trauma yang
berhubungan dengan abdomen. Pada fase latent repair transthorakal menjadi pilihan karena sudah terjadi
perlengketan organ intra thorakal. Laparoskopi eksplorasi juga bias menjadi pertimbangan untuk diagnosis dan
sekaligus terapi yang bersifat minimal invasive. Laparoskopi juga dapat menjadi pilihan terapi pada keadaan
rupture diafragma akibat trauma tusuk atau trauma tembak.

Prognosis
Prognosis dari hernia diafragma traumatika ini tergantung dari kecepatan dalam mendiagnosis dan pemilihan
terapi yang tepat. Prognosis akan menjadi lebih buruk bila didapatkan tanda-tanda shock hemoragik pada saat
pasien dating dan didapatkan trauma skor yang tidak baik.

Pengobatan
Hernia diafragmatika diatasi dengan pembedahan darurat. Organ perut harus dikembalikan ke rongga perut dan
lubang pada diafragma diperbaiki.

Asuhan Keperawatan Hernia


http://askep-free.blogspot.com/2009/08/asuhan-keperawatan-hernia.html
9:36 pm, 1/21/2012

ASKEP HERNIA
Tinjauan Medis
A. Definisi
Hernia adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui lubang kongenital atau
didapat(1).
Hernia adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area dinding abdomen (3).
Hernia Is the abnormal protrusion of an organ, tissue, of part of an organ through the structure that normally
cotains it (1).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga normal
melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.

B. Etiologi
Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, atau akibat tekanan rongga
perut yang meninggi (2).

C. Klasifikasi
Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya). Hernia inferna
tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia strangulata.
Nama penemunya :Hernia Petit (di daerah lumbosakral) ;Hernia Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di
atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral;Hernia Richter : yaitu
hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
Beberapa hernia lainnya :
Hernia Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa
epigastrika inferior;
Hernia Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap;
Hernia Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.
D. Tanda dan Gejala
Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di
selakanganya/kemaluan.benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu
defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan
atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
E. Pathways
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diameter anulus inguinalis
G. Penatalaksanaan (2)
Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi
komplikasi.
Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan
dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal
pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang
sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong
hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty”
untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus
dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan
anastomois “end to end”.
Definisi Hernia
http://nursingbegin.com/askep-hernia
12:11 pm, 1/22/2012

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan


tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 : 216).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal
memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).
Etiologi / Penyebab Hernia
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan
cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang
terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.
Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita
hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya.
Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung
menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat
melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).
Klasifikasi Hernia
1.Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
2.Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3.Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya).
Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
4.Menurut kausanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
5.Menurut keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia strangulata.
6.Menurut nama penemunya :
a.Hernia Petit (di daerah lumbosakral)
b.Hernia Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada
muskulus rektus abdominis bagian lateral.
c.Hernia Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7.Beberapa hernia lainnya :
a.Hernia Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh
rasa epigastrika inferior.
b.Hernia Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.
c.Hernia Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.
Tanda dan Gejala Hernia
Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di
selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu
defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan
atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
1. Manifestasi klinis
a. Tampak benjolan di lipat paha.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
c. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi
merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing
(disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
(Oswari, 2000 : 218)
Pathways

Patofisiologi
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang luas pada ligamen
inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling umum meningkat sebagai akibat
dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk
dan cidera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot,
individu akan mengalami hernia.
Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melalui
kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal
seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara
bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital.
Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita dari pada pria.
Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik
peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi
dari inkar serata dan strangulasi dengan tipe hernia ini
Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan
tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara (Ester, 2002 : 53)
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina, 2001 : 253)
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus) memotong suplai darah
ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali
usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi.
Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam fascia. Akibat dan keadaan post
operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan
hernia inguinal indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat
pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diameter anulus inguinalis
Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit),
peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit.
Pengkajian Keperawatan pada Hernia
Aktivitas/istirahat
Gejala :
- Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu lama
- Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
- Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
- Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan
Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine
Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga

Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis,
penurunan persepsi nyeri
Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, defekasi,
nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.
(Doenges, 1999 : 320-321)
Post Operasi
Status Pernapasan
- Frekuensi, irama dan ke dalaman
- Bunyi napas
- Efektifitas upaya batuk
Status Nutrisi
- Status bising usus, mual, muntah
Status Eliminasi
- Distensi abdomen pola BAK/BAB
Kenyamanan
- Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus
Kondisi Luka
- Keadaan/kebersihan balutan
- Tanda-tanda peradangan
- drainage
Aktifitas
- Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas
Penatalaksanaan Hernia
- Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi
komplikasi.
- Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring
dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan
bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-
ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi
inkarserasi.
- Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong
hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty”
untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus
dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan
anastomois “end to end”.
a. Hernia yang terstrangulasi atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang. Suatu penokong dapat
digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan
ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan
ditempatnya untuk mencegah hernia dan kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit di
bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan (Long, 1996 : 246)
b. Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area yang lemah. Usus
ini kemudian dikembalikan ke rongga perintal, kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas
area tersebut. Hernia diregion inguinal biasanya diperbaikan hernia saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat
jalan. (Ester,
2002 : 54).
Diagnosa Keperawatan pada Klien Hernia
1.Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi
pembedahan.
Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien tentang ketidaknyamanan menurun
seperti ditunjukkan skala nyeri.
Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.
a.Kaji dan catat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan faktor
pemberat/penghilang
b.Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang berat.
c.Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan untuk membatasi
edema dan mengendalikan nyeri.
e. Pantau tanda-tanda vital
f. Berikan tindakan kenyamanan, misal gosokan punggung, pembebatan insisi selama perubahan posisi,
lingkungan tenang.
g.Berikan analgesik sesuai program.
Rasional :
a. Nyeri insisi bermakna pada pasca operasi awal, diperberat oleh pergerakan, batuk, distensi abdomen, mual.
b. Intervensi diri pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan tegangan otot
dan memperbaiki sirkulasi
c. Perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat menyebabkan peningkatan
nyeri insisi.
d. Respon autonemik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernapasan yang berhubungan dengan
keluhan/penghilang nyeri. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut.
e. Memberikan dukungan relaksasi, memfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan
koping.
f. Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama dengan aturan
terapeutik
2.Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan
penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. Hasil yang diperkirakan : dalam 8-10 jam
pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. Haluaran urine 100 ml selama setiap berkemih dan adekuat
(kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.
a.Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.
b.Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam suatu waktu.
c.Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk berkemih rangsang pasien
dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada baskom hangat.
3.Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan
yang dapat mencegah kekambuhan mereka. Hasil yang diperkirakan : setelah instruksi, pasien
mengungkapkan pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan menjalankan tindakan yang
diprogramkan oleh pencegahan.
a.Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan muntah, demam dan distensi
abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.
b.Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker atau penyokong lainnya dan
menghindari mengejan meregang, konstipasi dan mengangkat benda yang berat.
c.Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau menggunakan suplement diet serat untuk
mencegah konstipasi, anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan konsistensi feses
lunak.
d.Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.
2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemoragi
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan TD
postural, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam
terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi berlebihan
b. Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit, dan status membran
mukosa.
c. Perhatikan adanya edema
d. Pantau masukan dan haluaran (mencakup semua sumber : misal emesis, selang, diare),
perhatikan haluaran urine
e. Pantau suhu
f. Tinjau ulang penyebab pembedahan dan kemungkinan efek samping pada
keseimbangan cairan.
g. Berikan cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.
Rasional :
a. Tanda-tanda awal hemorasi usus dan/ atau pembentukan hematoma yang dapat
menyebabkan syok hipovotemik
b. Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat dehidrasi
c. Edema dapat terjadi karena pemindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar
albumen serum/protein.
d. Indikator langsung dari hidrasi/perjusi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk
penggantian cairan
e. Demam rendah umum terjadi selama 24 – 48 jam pertama dan dapat menambah
kehilangan cairan
f. Mengeksaserbasi cairan dan kehilangan elektrolit
g. Mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer
Intervensi :
a. Pantau tnda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
c. Observasi terhadap tanda/gejala peritonitas, misal : demam, peningkatan nyeri, distensi
abdomen
d. Pertahankan perawatan luka aseptik, pertahankan balutan kering
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Antibiotik, misal : cefazdine (Ancel)
Rasional :
a. Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah
karakteristik infeksi.
b. Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
c. Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan elektif, peritonitas dapat
terjadi bila susu terganggu. Misal : ruptur pra operasi, kebocoran anastromosis (pasca
operasi) atau bila pembedahan adalah darurat/akibat dari luka kecelakaan
d. Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah
sebagai sumbu retrogad, menyerap kontaminasi eksternal.
e. Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.
4. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna/makan-makanan
Intervensi :
a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna/makan makanan, misal : status puasa, mual.
b. Aukultasi bising usus palpasi abdomen. Catat pasase flatus.
c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi
protein dan vitamin C
d. Berikan cairan IU, misal : albumin. Lipid, elektrolit
Rasional :
a. Mempengaruhi pilihan intervensi
b. Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2 – 4 hari)
c. Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet, protein/vitamin C adalah
kontributor utama untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah faktor dalam menurunkan
pertahanan terhadap infeksi
d. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Inflamasi usus, erosi mukosa,
infeksi.
5. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Intervensi :
a. Awasi respon fisiologis, misal : takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi
kesemutan.
b. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
c. Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan, misal : sensasi yang diharapkan, prosedur biasa
d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien, berespon terhadap tanda panggilan dengan cepat. Gunakan
sentuhan dan kontak mata dengan cepat
e. Tunjukkan teknik relaksasi, contoh : visualisasi, latihan napas dalam, bimbingan imajinasi
f. Berikan obat sesuai dengan indikasi, misal : Diazepam (valium), klurazepat
(Tranxene), alprazolan (Xanax)
Rasional :
a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga
berhubungan dengan kondisi fisik/status syok
b. Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk
memperjelas kesalahan konsep
c. Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.
d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.
e. Belajar cara untuk rileks dapat menurunkan takut dan ansietas
f. Sedatif/transquilizer dapat digunakan kadang-kadang untuk menurunkan ensietas dan meningkatkan istirahat,
khususnya pada pasien ulkus.
Daftar Pustaka
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono.
Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.
Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1, EGC, Jakarta.
Barbara C. Lag, 1996, Keperawatan Medikal Bedah Bagian I dan 3, Yayasan TAPK Pengajaraan, Bandung.
Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI, Jakarta.
R. Syamsuhidayat & Wim de Jong, 2001, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, EGC, Jakarta.
Patrick, et all. Medical Surgical Nursing (Pathophysiological Concepts). Second Edition, J.B. Lippincott
Company. Spokane Washington. 1991. Page 1644.
Sandra M. Nettina. The Lippincott (Manual of Nursing Practice) Sixth Edition, Lippincott. Philadelphia New
York. 1996. Part II page 506 – 507, 524 – 525.
Tags: askep hernia

Anda mungkin juga menyukai