Anda di halaman 1dari 7

Kode:

SP-014-010
diisi panitia

Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 770-776

Identifikasi Lumut Kerak (Lichen) Di Area Kampus Universitas


Muhammadiyah Surakarta

Efri Roziaty
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammdiyah Surakarta
Corresponding Email:er375@ums.ac.id

Abstract: Pesatnya peningkatan penggunaan kendaraan bermotor di area kampus memberikan dampak yang besar
terhadap munculnya pencemaran di suatu wilayah. Emisi yang dikeluarkan oleh masing masing kendaraan
menimbulkan akumulasi pencemar di udara. Untuk melakukan pengukuran terhadapkualitas lingkungan
membutuhkan waktu dan biaya yang sangat mahal. Ada alternatif pengukuran dengan menggunakan
indikator hidup yang dinamakan bioindikator yang menggunakan mahluk hidup. Lichen atau lumut kerak
merupakan organisme yang selama ini digunakan sebagai bioindikator kualitas udara. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi lichen yang terdapat di sekitar kawasan kampus UMS. Metode yang
dilakukan adalah dengan eksploratif melalui penjelajahan. Pengambilan sampel lichen menggunakan teknik
purpossive sampling. Pemilihan lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 5 stasiun yaitu 1) Kampus 1; 2)
Kampus 2; 3) Asrama mahasiswa (Pesma Mas Mansyur); 4) Pemukiman 1 (Ds.Gonilam) dan 5) Pemukiman
2 (sekitar lapangan bola Ds. Gonilan). Data yang didapat dianalisis dengan membandingkan gambar dan
koloni lichen dengan beberapa buku pegangan (guides book) kemudian menentukan spesies. Emisi
kendaraan yang diukur menghitung jumlah seluruh kendaraan di setiap stasiun. Persentase lichen yang
didapat paling tinggi di stasiun 4 yaitu Pemukiman 1 (Ds. Gonilan) 48.3 % dan terendah 16.3 % di stasiun
5(Pemukiman 2 sekitar lapangan bola Ds. Gonilan). Diameter koloni lichen yang paling rendah yaitu 4.6 cm
berada di stasiun 1 (Kampus 1) dan yang tertinggi 5.3 cm di Pemukiman 2 (sekitar lapangan bola Ds.
Gonilan). Spesies lichen yang di temui berasal dari genus Dirinaria yaitu Dirinaria picta dan D. applanata;
Physcia; Xanthomendoza; Pyxine cocoes. Sedikitnya jumlah lichen yang ditemui mengindikasikan bahwa di
daerah tersebut sudah terjadi pencemaran udara.

Keywords: lichen, bioindikator, polutan, lumut kerak, kampus UMS

1. PENDAHULUAN dekomposisi atau pun pembakaran baik pembakaran


industri dan domestik.
Udara merupakan salah satu faktor abiotik yang Di udara terdapat komponen variasi uap air dan
karbondioksida (CO2). Variasi ini dipengaruhi juga
merupakan kompenen utama dalam proses oleh faktor cuaca dan suhu udara. Konsentrasi CO2 di
kehidupan. Namun seiring dengan meningkatnya udara selalu sekitar 0.03 %. Konsentrasi CO2 dapat
aktifitas manusia terutama di daerah perkotaan yang mengalami perubahan, daerah yang berada di sekitar
pada penduduknya kualitas udara telah mengalami kawasan industri memiliki nilai CO2 yang tinggi
perubahan. Udara yang dahulu segar tak terpolusi karena kawasan tersebut menghasilkan CO2 dari
sekarang ini menjadi kering dan kotor. proses pembakaran yang intensitasnya cukup tinggi.
Perubahan lingkungan khususnya kualitas udara Daerah perkebunan dan persawahan memiliki nilai
umumnya disebabkan karena pencemaran udara, CO2 yang cukup rendah karena terjadi penyerapan
yaitu masuknya zat zat pencemar (berbentuk gas CO2 oleh tumbuhan cukup tinggi untuk pemenuhan
gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. proses fotosintesis .
Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat terjadi Beberapa gas gas yang terdapat dalam udara
secara alamiah, misalnya karena asap (emisi gas bersih (Tabel 1) dinyatakan dalam ppm. Akan tetapi
buang). Gas gas buangan ini utamanya disebabkan di alam tidak pernah ditemukan udara yang bersih
oleh transportasi, industri, sampah, proses yang terbebas dari polutan.

Tabel 1. Komposisi udara kering dan bersih (Soedomo, 2001)

Komponen Formula % volume ppm


Nitrogen N2 78.08 780 800
Oksigen O2 20.95 209 500
Argon Ar 0.934 9 340
Karbondioksida CO2 0.0314 314
Neon Ne 0.00182 18
Helium He 0.000524 5
Metana CH4 0.0002 2
Kripton Kr 0.000114 1

770 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Roziaty et al. Identifikasi Lumut Kerak (Lichen) di Area Kampus UMS

Polutan udara yang mencakup 90 % dari Untuk mencegah terjadinya pencemaran dan
keseluruhan polutan, dapat dibedakan menjadi lima dampak yang ditimbulkannya lebih jauh maka ada
kelompok berikut ini : beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui
a. Karbon monoksida (CO) kadar pencemar di atmosfer. Cara yang pertama
b. Nitrogen oksida (NOx) adalah dengan melakukakn pemantauan secara
c. Hidrokarbon (HC) kontinyu. Pemantauan yang kontinyu itu
d. Sulfur dioksida (SOx) menggunakan piranti yang biasa digunakan oleh
e. Partikulat Balai Lingkungan Hidup (BLH). Menurut Bappenas
Di daerah perkotaan, dimana sumber polutan (2006) salah satu cara pemantauan kualitas udara
tertinggi berasal dari sektor transportasi dimana ambien di Indonesia secara umum adalah dengan
hampir sekitar 60 % dihasilkan dari karbon dilakukan pemantauan secara langsung meliputi
monoksida (CO) dan sekitar 15 % adalah beberapa parameter lingkungan seperti : konsentrasi
hidrokarbon (HC). Sedangkan, sumber sumber Co, partikulat debu, senyawa belerang (SOx),
polutan lainnya adalah sektor industri, pembuangan senyawa nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3). Akan
limbah dan lain lain (Fardiaz, 1992)(Kansri tetapi pemantauan tersebut membutuhkan dana tinggi
Boonpragob, 2003). dan SDM yang ahli dalam pengukuran kualitas udara
Mempertimbangkan dampaknya pada ekonomi, tersebut. Selain itu, terbatasnya alat yang ada untuk
kesehatan, dan lingkungan, pencemaran udara memantau kualitas udara menyebabkan rendahnya
merupakan masalah lingkungan yang sangat minat untuk melakukan penelitian di bidang ini.
mendesak untuk ditangani. Oleh karena itu Sehingga, para peneliti menyiasati dengan memantau
diperlukan sistem pemantauan tingkat pencemaran menggunakan parameter biologis.
udara untuk mencegah terjadinya pencemaran udara Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah
lebih jauh (IAEMS). Pemantauan kualitas udara dengan menggunakan tanaman sebagai bioindikator.
ambien di Indonesia telah dilakukan dengan berbagai Bioindikator umumnya adalah tanaman yang dalam
cara. Salah satu di antaranya adalah dengan suatu ekosistem yang berinteraksi dengan lingkungan
mengoperasikan jaringan pemantau kontinu otomatis dan mampu menunjukkan perubahan baik secara
di 10 kota sejak tahun 2000 yang memantau morfologi dan anatomi, dann atau biokimia dan
konsentrasi CO, debu (Partikulat), SOx, dan NOx. fisiologisnya.
Namun, pemantauan kualitas udara ambien dengan Istilah bioindikator adalah salah satu istilah
cara ini memerlukan biaya investasi, operasional, dan yang digunakan untuk menggambarkan pendekatan
perawatan yang tinggi. Di samping itu secara yang berbeda dalam mempelajari respons biologis
keseluruhan kendala dalam pemantauan kualitas terhadap polusi udara. Bioindikator menggambarkan
udara ambien antara lain adalah terbatasnya alat bahwa suatu organisme (tumbuhan) mampu menjadi
pemantau dan dana serta terfokusnya pengamatan suatu instrumen pengukuran. Bioindikator
pada jalan raya sehingga pengambilan sampel tidak memberikan informasi mengenai kualitas dan kondisi
mewakili lingkungan secara keseluruhan. yang sebenarnya terhadap tersuatu lingkungan. Tidak
semua organisme dapat dijadikan biondikator.
Kondisi udara di sekitar kampus UMS Berikut beberapa kriteria indikator menurut Susanto
(2004) dalam (Wijaya, xxxx) yaitu SMART (Spesific
Measureable Attributable Relevant Timely) : 1)
Peningkatan sektor transportasi di sekitar kampus
Spesific berartitumbuhan yang digunakan sebagai
UMS disebabkan salah satunya oleh peningkatan
indikator harus jelas sehingga tidak mungkin terjadi
jumlah sivitas akademika UMS per tahunnya. Pada
kesalahan interpretasi; 2) Measureable artinya
tahun 2014/2015 tercatat sekitar 25.000 mahasiswa
tumbuhan yang digunakan harus mudah diukur dan
aktif di UMS. Jika diasumsikan sekitar 90 %
menggambarkan tanggapan terhadap pencemaran
mahasiwa menggunakan kendaraan bermotor maka
udara pada tingkat pemaparan konsentrasi polutan
emisi gas buang yang terdapat di atmosfer akan
yang jelas. Karena kejelasan suatu pengukuran
sangat berpotensi menyebabkan pencemaran udara
menggambarkan bagaimana cara mendapatkan
(Sihotang & Assomadi, xxxx).
datanya; 3) Attributable artinya tumbuhan indikator
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2009 pasal 1
harus memiliki respons yang berbeda yang memapu
ayat 14 mengenai pencemaran lingkungan
memprediksi bagaimana suatu spesies dalam
menyatakan yaitu masuk atau dimasukkannya
menghadapi stres dari lingkungannya sehingga
mahluk hidup, zat,energi, dan/atau komponen lain ke
stresornya dapat dengan mudah teridentifikasi; 4)
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
Relevant berarti tumbuhan indikator harus sesuai
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup
dengan ruang lingkup pemantauan dan dapat
yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut PP no 41
menggambarkan hubungan sebab akibat antar
tahun 1999 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
indikator; dan 5) Timely artinya pengumpulan data
pencemaran udara adalah masuknya atau
dari suatu tumbuhan indikator harus dapat dilakukan
dimasukkannya zat, energi dari komponen lain ke
secara periodik sehingga dapat menggambarkan
dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga
kondisi lingkungan yang sebenarnya (Wijaya,
mutu udara turun hingga ke tingkat tertentu yang
xxxx)(Gerhardt, 2009).
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya (Wijaya, xxxx).

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 771


Roziaty et al. Identifikasi Lumut Kerak (Lichen) di Area Kampus UMS

Lichen sebagai bioindikator pencemaran


udara Manfaat
Lichen sudah diketahui secara luas sebagai salah satu Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
bioindikator untuk pencemaran udara. Lichen adalah kontribusi terhadap civitas akademika, pemerhati dan
tumbuhan epifit yang tinggal di permukaan batu, peneliti di bidang lingkungan untuk menggunakan
tanah dan beberapa substrat lainnya. Lichen sangat lichen sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
bergantung pada kondisi atmosfer dalam khususnya pencemaran udara.
perkembangannya. Polutan di udara yang terlarut di
atmosfer mampu merusak lichen. Lichen sangat 2. METODE PENELITIAN
sensitif terhadap pencemaran udara (Kansri
Boonpragob, 2003). Waktu dan Lokasi Penelitian
Beberapa tumbuhan dapat memberikan respon
yang kurang baik terhadap adanya pencemaran di
Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga
udara misalnya lumut kerak. Lumut kerak dapat
April 2016 berlokasi di sekitar kampus Universitas
digunakan sebagai bioindikator adanya pencemaran Muhammdiyah Surakarta. Penelitian dilakukan di 5
udara karena mudah menyerap zat-zat kimia yang
lokasi sampling yang berada di sekitar wilayah
ada di udara dan dari air hujan. Talus lumut kerak
kampus UMS yang selanjutnya ke lima titik sampling
tidak memiliki kutikula sehingga mendukung lumut ini diistilahkan dengan stasiun. Berikut ini adalah
kerak dalam menyerap semua unsur senyawa di
pembagian stasiun tersebut : stasiun 1 yaitu kampus 1
udara termasuk SO2 yang akan diakumulasikan
UMS; stasiun 2 yaitu kampus 2 UMS; stasiun 3 yaitu
dalam talusnya (Hadiyati, Setyawati, & Mukarlina, di Pesma Mas Mansyur; stasiun 4 yaitu di
2013). Kemampuan tersebut yang menjadi dasar
pemukiman penduduk Jalan Gonilan; dan stasiun 5
penggunaan lumut kerak untuk pemantauan
pemukiman penduduk Lapangan Bola Pabelan.
pencemaran udara. Selanjutnya, lumut kerak adalah Penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan
spesies indikator terbaik yang menyerap sejumlah
letaknya dari jalan raya. Pada lokasi tersebut dipilih
besar kimia dari air hujan dan polusi udara (Yunita
titik titik tertentu untuk dibuat plot sehingga
Hardini, 2010). Adanya kemampuan ini menjadikan selanjutnya dikatakan sebagai stasiun.
lumut kerak sebagai bioindikator yang baik untuk
Suhu udara pada saat penelitian berkisar antara
melihat adanya suatu kondisi udara pada suatu daerah
30.8 34.4 oC dengan kelembaban sekitar 67 71 %.
yang tercemar atau sebaliknya. Penelitian rata rata dilakukan pada siang hari
Lumut kerak sangat berguna dalam
dengan kisaran waktu antara jam 10.00 11.30 WIB.
menunjukkan beban polusi yang terjadi dalam waktu
yang lama. Untuk melihat apakah udara pada suatu
daerah telah tercemar atau tidak, dapat di lihat dari Bahan dan Alat
pertumbuhan lumut kerak yang menempel di pohon-
pohon atau batu. Lumut kerak yang berada pada Pinset, kertas tisue, kaliper (mistar hitung), plastik
suatu daerah yang telah tercemar akan menunjukkan kecil untuk wadah sampel. Formalin 4 %, alat
respon pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan penyemprot yang akan diisikan formalin kaca
dengan lumut kerak yang tumbuh subur di daerah pembesar, kertas label, ATK, thermohygrometer, dan
yang tidak tercemar. Pertumbuhan dan kesuburan kamera.
lumut kerak kurang baik bila daerahnya telah
mengalami perubahan kondisi lingkungan akibat Metode
pencemaran udara, yang secara langsung atau tidak
langsung, dapat menyebabkan beberapa hal yang Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dapat menghambat pertumbuhan atau keberadaan deskriptif eksploratif dengan teknik survei. Teknik
suatu jenis lumut kerak (Yunita Hardini, 2010). pengambilan sample adalah purpossive sampling,
dilanjutkan dengan identifikasi spesimen secara
Tujuan morfologi dan kimiawi.
Data yang diperlukan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengetahui jenis jenis lichen di kampus a. Data thalus lichen (menggunakan pengamatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. morfologi lichen).
Data yang diambil berupa talus lichendi masing-
Batasan masalah masing lokasi yang dijadikan penelitian.
Pengamatan talus lichendilakukan secara
makroskopik dengan pengamatan keragaman tipe
Penelitian ini membatasi pada lichen yang berada di
morfologi talus yaitu dengan melihat persentase
sekitar wilayah kampus Universitas Muhammadiyah
Surakarta. penutupan lichen,warna, dan bentuk talus. Thalus
yang diambil berada pada ketinggian sekitar 100-
200 cm di atas permukaan tanah. Sampel
lichendiambil dengan cara dikerik dari
permukaan kulit batang pohon. Bagian sampel

772 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 770-776

yang diambil tubuh buah lichen. Pengambilan


sampel dilakukan pada kedua sisi batang pohon.
Analisis Data
Setelah itu, dilakukan pengamatan langsung Analisis data dilakukan dengan membagikan data
secara makroskopik untuk melihat warna, bentuk berdasarkan kategorinya. Data liken didapat dengan
dan penutupan lichen. pengamatan makroskopis sehingga data yang didapat
b. Data inang lichen (jenis pohon yang menjadi bersifat deskriptif atau kualitatif. Analisis persentase
tempat hidup lichen) penutupan talus lichen dilakukan dengan menghitung
c. Sedangkan jenis data faktor biotik yang diperoleh persentase penutupan adalah persentase luas area
adalah jenis tanaman sebagai substrat bagi yang ditutupi oleh lichen pada setiap pohonnya.
lichensedangkan jenis data faktor abiotik yang Untuk melakukan determinasi terhadap lichen
diperoleh adalah iklim mikro, terdiri dari suhu menggunakan buku A Field Guide to Biological Soil
dan kelembaban udara. Crusts of Western US Dryland Common Lichen
and Bryophytes oleh Rogen Rosentreter; Matthew
Cara Kerja Bowker dan Jayne Belnap (2007) (Rosenterter,
a. Pemilihan lokasi sampling Bowker, & Belnap, 2007).
Pada masing masing stasiun diambil sebanyak
5 titik sampel kemudian tentukan persentase 3. KEANEKARAGAMAN LICHEN
lichen yang terdapat pada masing masing titik
kemudian buatlah grafik dimana sumbu x Identifikasi dilakukan hingga nama genus. Hal ini
adalah persentase lichen yang didapat dan dikarenakan masih minimnya buku buku penuntuk
sumbu y adalah jarak masing masing stasiun. pencarian atau determinasi lichen wilayah tropis.
b. Melakukan pengamatan morfologi lichen dan Umumnya buku buku sumber/referensi untuk
pengambilan sampel lichen. lichen menggunakan kunci determinasi lichen
wilayah subtropis sehingga tidak cocok jika
c. Pengamatan faktor abiotik yaitu meliputi
menggunakan panduan dari sumber tersebut.
pengamatan suhu, kelembapan udara dengan
Berdasarkan penelitian ini ditemukan sekitar
menggantung termohygrometer di ketinggian lokasi penelitian,spesies yang secara umum
sekitar 150 cm di atas permukaan tanah. ditemukan ada dalam seluruh stasiun pengambilan
Pengukuran suhu dan kelembapan udara sampel adalah spesies Dirinaria spp., Lecidella
dilakukan di 3 titik berbeda di setiap lokasi elaeochroma, Arthonia illicina, A. rubrocincta, dan
pengamatan. Pengukuran dilakukan pada pukul Graphis spp. Dari keempat jumlah spesies tersebut
07.30; 13.30 dan 17.30 WIB. Pengamatan ini hanya Dirinaria spp yang memiliki sebaran thalus
dilakukan pada saat cuaca sedang cerah atau paling banyak dalam setiap pohon inang. Lichen
cuaca yang sedang. yang ditemukan ada 2 jenis tipe thalus yaitu crustose
d. Dokumentasi hasil (thalus kerak) dan foliose (thalus seperti berdaun).
Hasil yang didapat sebelum di identifikasi di Famili dari Dirinaria spp adalah Physciaceae.
laboratorium, di dokumentasikan terlebih Secara umum, dalam famili ini terdapat 3 genus yang
dahulu. Untuk membantu identifikasi liken yang seringkali hidup bersama yaitu Genus Dirinaria,
umum terdapat di daerah yang terpolusi. Physcia dan Pyxine. Karakteristik ketiga genus
e. Koleksi sampel tersebut hampir sama dan saling berdekatan satu
Masing masing sampel diambil dengan dengan yang lain. Terkadang masih terdapat
menggunakan pinset, dimasukkan ke dalam kebingungan untuk membedakannya secara
plastiklalu disemprotkan formalin 4 % untuk morfologi (Tabel 4.1) (Rindita, 2014).
kemudian dimasukkan ke dalam plastik untuk
diidentifikasi selanjutnya di laboratorium.
Prosedur Penelitian
Padasaat akan menentukan stasiun pengambilan
sampel maka terlebih dahulu dilakukan survei lokasi
untuk mengetahui sebaran dari lichen di wilayah
tersebut. Setelah itu dipilih pohon yang menjadi
inang dari lichen. Setelah mendapatkan pohon inang
maka didata jenis lichen yang ada, diambil
sampelnya kemudian dihitung persentase lichen pada
pohon.
Pengkoleksian lichen dibuat dengan
menggunakan kantong sampel. Sampel yang
dikoleksi disesuaikan dengan kebutuhan. Data
pendukung yang diambil adalah data suhu dan
kelembaban udara (Rindita, 2014)
Gambar 4.1. Thalus lichen Dirinaria spp yang termasuk
ke dalam Famili Physciaceae

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 773


Roziaty et al. Identifikasi Lumut Kerak (Lichen) di Area Kampus UMS

Thalus lichen Lecidella elaeochroma ini


Adapun karakteristik dari lichen ini adalah termasuk memiliki jenis thalus crustose (kerak).
thalus lichen termasuk tipe foliose. Permukaan atas Thalus tebal berukuran sekitar lebih dar 0.5 mm.
thalus berwarna hijau keabuan, putih ke abuan, permukaan berwarna kuning atau kuning keabuan
berbentuk tidak teratur. Morfologi thalus cenderung hingga hitam, hijau, permukaan agak halus.
membundar. Subsrat tempat tumbuh biasanya kulit
batang pohon, kayu, batu yang bersifat asam atau
lumut. Physciaceae adalah famili yang memiliki
thalus foliose berbentuk orbicular dantersebar tidak
beraturan. Lobus atas dan bawah corticate dan
lapisan bawah berwarna gelap ataupun hitam.

Gambar 4.3. Lichen Grapis spp

Lichen jenis ini memiliki tipe thalus crustose,


permukaan thalus berwarna putih, pucat keabu an
atau berwarna krem atau bahkan hitam. Hidup di
kulit pohon (Muzayyinah, 2005). Lichen dari Famili
Graphidae memiliki karakteristik khas yaitu
berbentuk askokarp linier, elongate, tidak teratur,
memanjang atau berbentuk unik (Panjaitan,
Fitmawati, & Martina, xxxx).
Gambar 4.2. Thalus lichen Lecidella elaeochroma

Tabel 4.1. Keragaman lichen di masing masing stasiun

Persentas
Stasiun Jumlah
Ulan e koloni
ke-/ Nama spesies Famili Tipe thallus kendaraan/ Pohon inang
gan pada
Lokasi 30 menit
batang
1 Palem
(Kampus 1 Dirinaria spp. Physciaceae Crustose/kerak 50 1160 (Hyophorbe
1) lagenicaulisi)
Palem
2 Dirinaria spp. Physciaceae Crustose/kerak 25 560 (Hyophorbe
lagenicaulisi)
Palem
3 Dirinaria spp. Physciaceae Crustose/kerak 35 1071 (Hyophorbe
lagenicaulisi)
Palem
4 Dirinaria spp. Physciaceae Crustose/kerak 25 434 (Hyophorbe
lagenicaulisi)
Rerata 33.75 806.25
2 Palem
(Kampus 1 Dirinaria spp. Physciaceae Crustose/kerak 35 1482 (Hyophorbe
2) lagenicaulisi)
Palem
2 Dirinaria spp. Physciaceae Crustose/kerak 20 2120 (Hyophorbe
lagenicaulisi)
Palem
3 Dirinaria spp. Physciaceae Crustose/kerak 30 653 (Hyophorbe
lagenicaulisi)
Palem
4 Dirinaria spp. Physciaceae Crustose/kerak 30 613 (Hyophorbe
lagenicaulisi)
Rerata 27.5 1217

774 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 770-776

Persentas
Stasiun Jumlah
Ulan e koloni
ke-/ Nama spesies Famili Tipe thallus kendaraan/ Pohon inang
gan pada
Lokasi 30 menit
batang
3
Pesma Jati (Tectona
1 Dirinaria spp. Physciaceae Crustose/kerak 50 1218
Mas grandis)
Masyur
Lecidella Lecanoracea
2 Crustose/kerak 15 748
elaeochroma e
Arthonia Arthoniacea
3 17 807
illicina e
Arthoniacea
4 rubrocincta 25 657
e
Rerata 26.75 857.5
4 Angsana
Jalan 1 Dirinaria spp. Physciaceae Foliose 12 187 (Swietenia
Menco macrophylla)
Jati (Tectona
2 Dirinaria spp. Physciaceae Foliose 35 160
grandis)
Graphidacea Jati (Tectona
3 Graphis spp. Crustose/kerak 27 159
e grandis)
Angsana
Graphidacea
4 Graphis spp. Crustose/kerak 25 186 (Swietenia
e
macrophylla)
Rerata 24.75 173
Ketapang
Lapangan
1 Dirinaria spp. Physciaceae Foliose 37 364 (Terminalia
Pabelan
catappa)
Ketapang
2 Dirinaria spp. Physciaceae Foliose 56 185 (Terminalia
catappa)
Ketapang
Graphidacea
3 Graphis spp. Crustose/kerak 36 276 (Terminalia
e
catappa)
Graphidacea
Graphis spp. Angsana
e Crustose/kerak
4 Arthonia 27 311 (Swietenia
Arthoniacea
rubrocincta macrophylla)
e
Rerata 39 284

Walapun jumlah ditemukan Famili Physciaceae lapangan bola Jalan Pabelan. Di kawasan tersebut
yang hidup di hampir keseluruhan stasiun akan tetapi masing banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon.
banyak ditemukan thalus yang rusak. Hal ini Pohon yang mendominasi adalah jenis pohon
dimungkinkan karena pada saat dilangsungkan ketapang yaitu Terminalia catappa. Pohon yang
penelitian yaitu pada musim kemarau. didiami oleh spesies lichen tersebut merupakan
Lichen yang diambil sampelnya di 5 stasiun di pohon berkayu dengan karakteristik kulit kayu yang
sekitar kawasan kampus Universitas Muhammadiyah keras.
Surakarta menunjukkan bahwa persentase yang
tertinggi terdapat di kawasan pemukiman di sekitar

50
40
30
20
10
0
Stasiun 1 (Kampus 1) Stasiun 2 (Kampus 2) Stasiun 3 (Pesma Mas Stasiun 4 Pemukiman Stasiun 5 Pemukiman
UMS UMS Masyur) UMS Jalan Menco Lapangan Pabelan

Jumlah % Koloni lichen

Gambar 4.4. Persentase jumlah koloni lichen di masing masing stasiun pengambilan sampel

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 775


Roziaty et al. Identifikasi Lumut Kerak (Lichen) di Area Kampus UMS

Banyaknya jenis pohon rindang yang menutupi Gerhardt, A. (2009). ENVIRONMENTAL


suatu area maka suasana suhu menjadi rendah dan MONITORING vol 1. Paris, France: EOLSS.
kelembaban tinggi. Kondisi ini sangat disukai oleh Muzayyinah. (2005). Kenekaragaman Tumbuhan
lichen untuk pertumbuhan. Lichen menginginkan Tak Berpembuluh. Surakarta, Jawa Tengah:
siatuasi yang lembab untuk tempat hidupnya seperti Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
di hutan yang tanpa pengaruh manusia (Friedel, Panjaitan, D. M., Fitmawati, & Martina, A. (xxxx).
Oheimb, Dengler, & Hardditle, 2006). Kenakeragaman Lichen Sebagai Bioindikator
Lichen sebagai bioindikator pencemaran Pencemaran Udara di Kota Pekan Baru Riau.
udara. Lichen merupakan salah satu organisme yang Pekanbaru, Riau: FMIPA Universitas Riau.
memiliki potensi sebagai bioindikator (Usuli, Uno, & Rindita. (2014). Analisis Populasi Liken Makro
Baderan, xxxx). Hal ini disebabkan secara morfologi Epifitik Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di
thalus lichen tidak memiliki kutikula. Tidak memiliki Kota Bogor, Jawa Barat. Bogor: Sekolah
klorofil karena lichen merupakan asosiasi antara alga Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
dan jamur atau jika ada pun jumlahnya sangat Rosenterter, R., Bowker, M., & Belnap, J. (2007). A
rendah. Kondisi organisme seperti ini yaitu Field Guide to Biological Soil Crusts of Western
akumulasi klorofil rendah, tidak memiliki kutikula, US Dryland - Common Lichen and Bryophytes .
mengabsorbsi air dan nutrien secara langsung dari US Denver, Colorado: Green Canyon Research
udara dan dapat mengakumulasi berbagai material Station.
tanpa seleksi serta bahan yang terakumulasi tidak Sihotang, S. R., & Assomadi, A. F. (xxxx). Pemetaan
akan terekskresi lagi (Usuli, Uno, & Baderan, xxxx). Distribusi Konsentrasi Karbondioksida (CO2)
Adanya kuantitasi jumlah polutan di udara dari Konsentrasi Kendaraan Bermotor di
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan lumut Kampus ITS Surabaya . Surabaya: ITS .
kerak dan penurunan jumlah jenis (Treshow & Wijaya, A. (xxxx). Penggunaan Tumbuhan Sebagai
Anderson, 1989). Sehingga jika di suatu wilayah bioindikator Dalam Pemantauan Pencemaran
dengan tingkat polutan tinggi atau kualitas udara Udara. Surabaya: ITS.
rendah maka keragaman lichen menjadi sangat
rendah dan tidak bervariasi. Kandungan senyawa
yang terdapat pada polutan khususnya yang terdapat
pada zat zat emisi kendaraan. Penanya:
Beberapa jenis lichen diketahui sering berada di Nada Asmara Hanin
wilayah yang tercemar ringan misalnya Parmotrema
austrosinensis. Pertanyaan:
bagaimana metode yang dilakukan dalam penelitian
ini?
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Jawaban:
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat Melihat penampakan batang hingga akar, pada
diambil kesimpulan sebagai berikut : batang cabang pertama kemudian menghitung jumlah
a. Persentase lichen yang didapat paling tinggi di koloni dalam pohon tersebut
stasiun 4 yaitu Pemukiman 1 (Ds. Gonilan)
48.3 % dan terendah 16.3 % di stasiun
5(Pemukiman 2 sekitar lapangan bola Ds.
Gonilan). Diameter koloni lichen yang paling
rendah yaitu 4.6 cm berada di stasiun 1
(Kampus 1) dan yang tertinggi 5.3 cm di
Pemukiman 2 (sekitar lapangan bola Ds.
Gonilan).
b. Spesies lichen yang di temui berasal dari genus
Dirinaria yaitu Dirinaria picta dan D.
applanata; Physcia; Xanthomendoza; Pyxine
cocoes. Sedikitnya jumlah lichen yang ditemui
mengindikasikan bahwa di daerah tersebut
sudah terjadi pencemaran udara.

5. DAFTAR PUSTAKA
Friedel, A., Oheimb, G., Dengler, & Hardditle, W.
(2006). Species diversity and species
composition of epiphytic bryophytes and lichens
- a comparison of managed and unmanaged
beech forests in NE Germany. Feddes
Repertorium , 172-185.

Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 776

Anda mungkin juga menyukai