Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KUCING HUTAN

Disusun Oleh :

Nurfauziah
Yuyun Wahyuni
Mahimatul Sadiah
Angga Pratama
Tedi Suhendi
Mulyadi

SMK BINA BANGSA CIKULUR


TAHUN AJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Cikulur, 07 November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2


A. Pengertian Kucing Hitam .................................................................... 2
B. Klasifikasi Ilmiah Kucing Hitam ......................................................... 3
C.

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8


A. Kesimpulan........................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kucing hutan yang di Jawa sering disebut sebagai meong congkok dan
dalam bahasa latin (ilmiah) dinamakan bengalensis, merupakan salah satu spesies
kucing liar yang dilindungi di Indonesia.
Kucing hutan atau Prionailurus bengalensis, dalam bahasa Inggris disebut
sebagai leopard cat lantaran bulunyanya yang mempunyai totol-totol menyerupai
carak kulit macan tutul (leopard) meskipun secara taksonomi keduanya berbeda
genus. Kucing hutan bergenus Prionailurus sedang genus macan tutul adalah
Panthera.

Kucing hutan ini disebut Leopard Cat lantaran motif bulunya yang tutul-tutul
Leopard cat atau kucing hutan mempunyai daerah sebaran yang luas meliputi
India, Afghanistan, Nepal, Pakistan, Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam,
Cambodia, Thailand, Vietnam, Myanmar, Pilipina, Laos, Malaysia, Singapura,
Indonesia (Jawa, Kalimantan, Sumatera), hingga ke Jepang, Korea Selatan, Korea
Utara, Rusia, Taiwan, China, dan Hong Kong.

B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana habitat kucing hutan ?
B. Klasifikasi kucing hutan ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kucing Hutan ( Felis bengalensis )

Walaupun namanya Kucing Hutan tetapi satwa liar ini tidak selalu berada
di dalam kawasan hutan, saya pernah berjumpa dengan keluarga kucing hutan di
lahan masyarakat, bersarang/berlindung di bawah batu-batu besar, ketangkasan
Kucing Hutan memanjat pohon dan penampakan Kucing Hutan di antara akar
pohon membuat Kucing Hutan dinamakan juga "Macan Akar".
Deskripsi Kucing Hutan/Macan Akar (Felis bengalensis): berukuran sama
seperti kucing rumahan, Bulu tubuhnya halus dan pendek Warnanya khas, yaitu
kuning kecoklatan dengan belang-belang hitam di bagian kepala sampai tengkuk
Selebihnya bertotol-totol hitam Pola warna ini sama sekali tidak terdapat pada
kucing-kucing liar lainnya. Bagian bawah perut putih dengan totol-totol coklat
tua. Ekornya panjang, lebih dari setengah panjang badannya. Kucing hutan selalu
tampak berkeliaran, sendirian atau berpasangan jantan dan betina.

2
anak Kucing Hutan/Macan Akar
Masa reproduksi kucing hutan sepanjang tahun dengan masa kehamilan
sekitar 70 hari. Pada setiap kelahiran dihasilkan 2 - 4 ekor anak. Sampai 10 hari,
anak kucing hutan belum dapat membuka mata. Akan tetapi begitu dapat melihat,
segera anak kucing ini dapat mencari mangsanya sendiri. Kucing betina dibantu
yang jantan di dalam mengasuh anak. Anak kucing hutan menginjak masa dewasa
kelamin ketika mencapai umur 13 bulan.

B. Klasifikasi ilmiah Kucing Hutan


Kerajaan: Animalia;
Filum: Chordata;
Kelas: Mamalia;
Ordo: Carnivora;
Famili: Felidae;
Genus: Felis

Habitat Kucing Hutan (Felis bengalensis): Tempat hidup yang dihuninya


ialah hutan dan kawasan bertetumbuhan di dekat perkampungan. Kucing ini
mempergunakan sarang yang dibuatnya di gua-gua yang kecil atau di liang-liang
batu. Pada siang hari kucing ini tidur di sarang ini, baru pada malam hari keluar

3
mencari mangsa. Mangsanya berupa binatang-binatang kecil apa saja, seperti
burung, kelelawar, tikus, ular, kadal dan juga kancil. Ketangkasannya memanjat
pohon dan kemahirannya berenang sangat membantu di dalam perburuannya
mencari mangsa. Kucing hutan sering melompat dari atas pohon untuk menerkam
mangsa di atas tanah. Penyebarannya luas, mulai dari Lembag Amur di Rusia
sampai ke Cina, India dan Asia Tenggara. Di Indonesia, kucing ini ditemukan di
Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan.

C. Kucing Hutan (Felis bengalensis)


Kucing hutan termasuk satwa liar mamalia yang dilindungi undang-
undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada
kententuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 bahwa:
1. Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh,
menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan
satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a),
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat
(2));
2. Barang Siapa Dengan Sengaja menyimpan, memiliki, memelihara,
mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan
mati (Pasal 21 ayat (2) huruf b), diancam dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
3. Dengan Sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh,
atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang
dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat
di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; (Pasal 21 ayat
(2) huruf d), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal
40 ayat (2))

4
Habitat kucing hutan bervariasi, meliputi hutan tropis, semak belukar, hutan
pinus, semi-gurun, daerah pertanian, hingga daerah bersalju tipis. Kucing yang
dilindungi ini mampu hidup dihabitat dengan ketinggian mencapai 3.000 mdpl.
Ukuran tubuh kucing hutan hampir sama dengan kucing-kucing biasa (kucing
domestik; Felis silvestris catus). Kucing hutan yang ditemukan di Indonesia
memiliki panjang tubuh sekitar 46 cm dengan berat tubuh sekitar 2,2 kg dengan
panjang ekor sekitar separo dari panjang tubuhnya.
Warna bulu kucing hutan bervariatif menurut daerah hidupnya. Di saerah
selatan termasuk Indonesia cenderung berwarna dasar kuning kecoklatan, tetapi di
daerah utara (seperti Rusia dan Jepang) didominasi warna abu-abu-silver. Bulunya
halus dan pendek. Warna dasar (kuning kecoklatan atau abu-abu silver) diselingi
pola belang-belang hitam dari bagian kepala sampai tengkuk. Sedangkan bulu di
daerah bertotol-totol hitam. Pola bulunya yang bertotol-totol ini membuat kucing
hutan ini dikenal sebagai leopard cat (kucing macan tutul).
Kucing hutan merupakan binatang nokturnal yang lebih banyak
beraktifitas di malam hari termasuk untuk berburu mangsa seperti burung, tikus,
bajing, tupai, serangga, ampibi, kelinci, kancil dan binatang kecil lainnya.
Binatang karnivora ini seperti berbagai jenis kucing lainnya merupakan binatang
yang sangat pandai memanjat. Bahkan, meski jarang melakukannya, kucing hutan
mempunyai kemampuan yang baik dalam berenang.
Subspesies Kucing Hutan. Kucing hutan dulunya dimasukkan dalam
genus Felis, bahkan di PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar, kucing hutan masih ditulis dengan nama ilmiah Felis
bengalensis.

5
Kucing hutan di Jawa disebut juga meong congkok
Kucing hutan (P. bengalensis) terdiri atas dua subspesies yaitu P. b.
bengalensis dan P. b. iriomotensis. Namun Berdasarkan analisis morfologi,
Groves (1997) menyarankan untuk membaginya kembali dalam beberapa spesies
berbeda sesuai dengan asal daerah atau pulau kucing hutan tersebut.
Beberapa sunspesies tersebut antara lain; Prionailurus bengalensis alleni
(China), Prionailurus bengalensis bengalensis (India, Bangladesh, Asia Tenggara
daratan, Yunnan), Prionailurus bengalensis borneoensis (Borneo), Prionailurus
bengalensis chinensis (China, Taiwan, Filipina), Prionailurus bengalensis
euptailurus (Siberia, Mongolia), P.b. heaneyi (Pulau Palawan, Filipina),
Prionailurus bengalensis horsfieldi (Himalaya), Prionailurus bengalensis
javanensis (Jawa, Indonesia), Prionailurus bengalensis rabori (Filipina),
Prionailurus bengalensis sumatranus (Sumatra, Indonesia), Prionailurus
bengalensis trevelyani (Pakistan), dan Prionailurus bengalensis iriomotensis
(Jepang).
Konservasi Kucing Hutan. Kucing hutan (Prionailurus bengalensis)
dikategorikan dalam status konservasi Least Concern (Resiko Rendah) oleh IUCN
Redlist kecuali untuk subspesies P. b. iriomotensis yang berstatuskan Endangered
(Terancam).
Sedangkan oleh CITES, kucing hutan didaftar dalam Apendiks II keculai
untuk kucing hutan dari populasi di Bangladesh, India dan Thailand yang

6
dimasukkan dalam daftar Apendiks I. Di berbagai negara, kucing liar bermotif
mirif macan tutul ini pun dilindungi oleh hukum negara masing-masing termasuk
di Indonesia yang memasukkan binatang ini dalam daftar satwa yang dilindungi
berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar.
Apalah namanya kucing hutan, meong congkok, leopard cat, kucing
macan tutul, ataupun Prionailurus bengalensis yang pasti kucing liar ini telah
memilih Indonesia sebagai salah satu habitatnya, so, mari kita lestarikan.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mamalia; Ordo:
Carnivora; Famili: Felidae; Genus: Prionailurus; Spesies: P. bengalensis; Nama
binomial Prionailurus bengalensis ( Kerr , 1792).

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kucing hutan atau Prionailurus bengalensis, dalam bahasa Inggris disebut
sebagai leopard cat lantaran bulunyanya yang mempunyai totol-totol menyerupai
carak kulit macan tutul (leopard) meskipun secara taksonomi keduanya berbeda
genus. Kucing hutan bergenus Prionailurus sedang genus macan tutul adalah
Panthera.
Kucing hutan termasuk satwa liar mamalia yang dilindungi undang-
undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada
kententuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 bahwa:
Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh,
menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa
yang dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a), diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));

B. Saran
Kucing hutan adalah hewan yang di lindungi kita harus juga menjaganya
agar tidak punah

8
DAFTAR PUSTAKA

https://blogmhariyanto.blogspot.co.id/2009/08/kucing-hutan-felis-
bengalensis.html

Anda mungkin juga menyukai