PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Desember 1988 Juncto Keputusan Menteri Keuangan Nomor
468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
mengenai Lembaga Pembiayaan, yaitu sebagai berikut :
2
1. Bagaimanakah uraian penjelasan mengenai Perusahaan Pembiayaan,
perusahaan Modal Ventura dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
beserta penjelasan mengenai jenis jenis kegiatan usahanya?
2. Apakah Peranan Lembaga Pembiayaan oleh para Pelaku Bisnis ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memberikan Informasi yang lebih terinci
mengenai Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura dan
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur beserta penjelasan jenis jenis
kegiatan usahanya.
2. Untuk mengetahui dan memberikan Informasi peranan Lembaga
Pembiayaan bagi dunia usaha dan para Pelaku Bisnis serta keuntungan
dan kerugian yang dapat timbul akibat Lembaga Pembiayaan.
D. Manfaat
1. Dengan pengetahuan mengenai Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan
Modal Ventura dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dalam
Lembaga Pembiayaan serta Jenis jenis kegiatan usahanya, maka dapat
dijadikan referensi bagi para pelaku usaha didalam memilih Lembaga
Pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhannya secara bijak
2. Diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai
pentingnya Lembaga Pembiayaan, keuntungan dan kerugian dapat
timbul atas Lembaga Pembiayaan serta peraturan pajak yangterkait
dengan Lembaga Pembiayaan ini.
3
BAB II
MATERI PEMBAHASAN
Pembiayaan dalam lingkup yang lebih luas dikenal dengan istilah umum
Perkreditan dimana pada awal timbulnya kredit berasal dari bahasa Yunani
Dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan
dana yang dibutuhkan masyarakat perlu lebih diperluas sehingga peranannya
sebagai sumber dana pembangunan makin meningkat. Sehingga kemudian
Pemerintah memandang perlu untuk ikut berperan dalam memberikan
dukungan hukum yang lebih berkualitas, sehingga kemudian beberapa
Keputusan Presiden yang dicabut / diganti hingga akhirnya dikeluarkannya
Peraturan Presiden yang berlaku saat ini tentang Lembaga Pembiayaan ,
sebagai berikut :
1. Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1988 ( dicabut )
2. Keputusan Presiden Nornor 61 Tahun 1988 (dicabut )
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009
4
tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Dari pengertian
tersebut di atas terdapat beberapa unsur-unsur :
1. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan.
2. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan kegiatan atau aktivitas dengan
cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan.
3. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan dana untuk suatu
keperluan.
4. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu.
5. Tidak menarik dana secara langsung.
6. Masyarakat, Yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat.
5
C. PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
Menurut Perpres No. 84/PMK.012/2006, perusahaan pembiayaan adalah
badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus
didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha
Lembaga Pembiayaan.
Kegiatan usaha dari Perusahaan Pembiayaan meliputi :
1. Sewa Guna Usaha (Leasing)
2. Anjak Piutang (Factoring)
3. Usaha Kartu Kredit
6
a) Unsur-unsur berdasarkan pengertian Leasing di atas, terdiri dari:
1) Pembiayaan perusahaan
Pembiayaan dilakukan dalam bentuk sejumlah dana juga dalam
bentuk peralatan atau barang modal yang akan digunakan
2) Penyediaan barang-barang modal
Biasanya penyediaan barang modal dilakukan oleh supplier yang
di bayar oleh lessor untuk keperluan lessee
3) Jangka waktu tertentu
Sejak diterimanya barang modal sampai perjanjian SGU berakhir
4) Pembayaran secara berkala
Lessee membayar harga barang modal kepada lessor secara
angsuran
5) Adanya hak pilih (option right)
Pada akhir masa leasing, lessee mempunyai hak untuk membeli
barang modal tersebut
6) Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
7) Adanya pihak lessor
8) Adanya pihak lessee
7
c) Jenis Jenis Sewa Guna Usaha, yaitu :
1) Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (finance lease)
Dengan kriteria sebagai berikut :
a) jumlah pembayaran Sewa Guna Usaha selama masa sewa
guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang
modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal
dan keuntungan lessor.
b) Masa Sewa Guna Usaha (SGU) ditentukan sesuai ketentuan
tentang pajak penghasilan, yaitu:
2 tahun untuk barang modal golongan I
3 tahun untuk barang modal golongan II dan III
7 tahun untuk barang modal golongan modal bangunan
c) Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai
opsi bagi lessee.
d) Bentuk-bentuk Finance Lease ( SGU dengan Hak Opsi ) :
Sewa-guna-usaha Langsung (Direct Lease).
Bila lessee belum pernah memiliki barang modal yang
menjadi obyek sewa-guna-usaha, sehingga atas
permintaannya lessor membeli barang modal tersebut.
Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Lease Back).
Dalam transaksi ini lessee terlebih dahulu menjual barang
modal yang sudah dimilikinya kepada lessor dan atas
barang modal yang sama kemudian dilakukan kontrak
sewa-guna-usaha antara lessee (pemilik semula) dengan
lessor (pembeli barang modal tersebut). Metode leasing
ini dimaksudkan untuk memperoleh tambahan dana
untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing di sini bersifat
refinancing.
8
Sewa-Guna-Usaha Sindikasi (Syndicated Lease)
Bila beberapa perusahaan sewa-guna-usaha secara
bersama melakukan transaksi dengan satu lessee. Untuk
memenuhi permintaan lessee tersebut, maka beberapa
perusahaan leasing melakukan perjanjian kerja sama
untuk membiayai objek leasing yang dimaksud. Dalam hal
ini salah satu perusahaan sewa-guna-usaha akan
bertindak sebagai koordinator, sehingga lessee cukup
berkomunikasi dengan koordinator ini.
Leverage Lease
leasing ini melibatkan pihak ketiga yang disebut credit
provider. Lessor tidak membiayai objek leasing hingga
sebesar 100% dari harga barang melainkan hanya antara
20% hingga 40%. Kemudian sisa dari harga barang
tersebut akan dibiayai oleh credit provider.
Cross Border Lease
Transaksi leasing di mana lessor berkedudukan di negara
berbeda dengan negara lessee, disebut pula leasing lintas
negara atau transaksi leasing internasional. Transaksi
leasing ini mengandung banyak risiko bagi lessor karena
melibatkan mekanisme hukum, perpajakan dan masalah-
masalah lainnya dari masing-masing negara yang
bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut biasanya transaksi leasing antara negara
dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan
leasing yang bersangkutan. biasanya dilakukan dengan
cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee
diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya pada akhir
kontrak. Cara untuk melindungi lessor.
9
Vendor Program / Vendor Lease
Suatu metode penjualan yang dilakukan oleh produsen
atau dealer di mana perusahaan leasing memberikan
atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli
barang. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan
sesuai perjanjian. Vendor program ini sangat menarik
bagi lessor karena pemasaran leasing dilakukan oleh
vendor melalui usaha penjualan barangnya yang
sekaligus disertai dengan fasilitas leasing.
10
Perbedaan pokok kedua jenis leasing ini adalah sebagai berikut:
No. Indikator Finance Lease Operating Lease
1. Isi Perjanjian Adalah suatu perjanjian pembiayaan Perjanjian
dimana lessor diminta untuk menitikberatkan pada
membiayai pengadaan barang modal pemberian jasa
untuk lessee
2. Resiko Resiko terletak pada lessee karena Resiko ada pada lessor;
ekonomis lessee wajib membayar kembali
5. Hak Opsi Pada akhir masa, lesseemempunya Tidak memiliki hak opsi
hak opsi untuk membeli barang
modal tersebut dari lessor,
6. Masa Dilarang mengakhiri kontrak sebelum Jangka waktu leasing tidak
11
Setiap transaksi Sewa Guna Usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian
Sewa Guna Usaha (lease agreement). Yang m memuat :
1) jenis transaksi sewa guna usaha
2) nama dan alamat masing-masing pihak
3) nama, jenis, type dan lokasi penggunaan barang modal
4) harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa guna usaha,
angsuran pokok pembiayaan, imbalan jasa sewa guna usaha, nilai
sisa, simpanan jaminan, dan ketentuan asuransi atas barang
modal yang disewa-guna-usahakan
5) masa sewa guna usaha
6) ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa guna usaha yang
dipercepat, dan penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee
dalam hal barang modal yang disewa-guna-usaha dengan hak opsi
hilang, rusak atau tidak berfungsi karena sebab apapun
7) opsi bagi penyewa-guna-usaha dalam hal transaksi sewa-guna-
usaha dengan hak opsi
8) tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewa-guna-
usaha.
12
Kemudian pengertian anjak piutang menurut Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 125/KM.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan
luar negeri.
Dari definisi diatas, setidaknya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Dalam kegiatan factoring ada tiga pihak yang terkait, yaitu:
Perusahaan Factoring (factoring company), atau disebut suatu
badan usaha yang melakukan kegiatan lembaga pembiayaan
dengan bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek perusahaan;
Perusahaan penjual piutang atau disebut klien (client), adalah
perusahaan yang menjual atau mengalihkan piutang atau
tagihannya kepada factor;
Nasabah (customer), sebagai pihak yang berutang (debitur)
kepada klien, dan piutang tersebut oleh klien dijual atau
dialihkan kepada factoring.
b. Mekanisme anjak piutang ini sebenamya diawali dari adanya
transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya secara
kredit.
c. Manfaat anjak piutang dalam peningkatan kemampuan usaha :
1) Menurunkan biaya produksi perusahaan
2) Memberikan fasilitas pembiayaan dalam bentuk pembayaran di
muka atau advanced payment sehingga meningkatkan credit
standing perusahaan klien.
13
3) Meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan klien, karena
klien dapat mengadakan transaksi dagang secara bebas atas
dasar open account baik perdagangan dalam maupun luar negeri.
4) Meningkatkan kemampuan klien memperoleh laba melalui
peningkatan perputaran modal kerja.
5) Menghilangkan ancaman kerugian akibat terjadinya kredit macet.
Risiko kredit macet dapat diambil alih oleh perusahaan anjak
piutang.
6) Mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
14
b. Dasar Hukum Penggunaan kartu kredit di Indonesia
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan Nasional. Pasal 6 huruf 1 Undang-
Undang Perbankan menyatakan bahwa usaha kartu kredit adalah
salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh bank.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK. 013/1988
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK. 013/1988
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan (KMK Lembaga Pembiayaan) mulai berlaku pada
tanggal 20 Desember 1988.
KMK Lembaga Pembiayaan ini merupakan peraturan pelaksana
dari Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga
Pembiayaan. Di dalam KMK Lembaga Pembiayaan ini dinyatakan
bahwa usaha kartu kredit merupakan salah satu bentuk usaha
yang dapat dilaksanakan oleh Lembaga Pembiayaan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005 Tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan
Menggunakan Kartu Tanggal 28 Desember 2005 yang
diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/8/PBI/2008.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tanggal 13 April
2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu.
Surat Edaran Bank Indonesia No.11/10/DASP tanggal 13 April
2009 perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu.
15
c. Manfaat Kartu Kredit bagi Pemegang Kartu Kredit ( Card Holder )
1) Memberikan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan
transaksi transaksi berbelanja tanpa perlu membawa uang tunai.
2) Terdapat berbagai penawaran menarik dari penerbit Kartu Kredit,
antara lain point rewards, diskon di pedagang (merchant), dan
pembelian barang dengan bunga cicilan 0%.
16
4) Acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan
kerjasama dengan pedagang (merchant), yang dapat memproses
Kartu Kredit yang diterbitkan oleh pihak lain.
5) Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang
menerima pembayaran dari transaksi penggunaan Kartu Kredit.
6) Penyelenggara kliring adalah bank atau lembaga selain bank yang
melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-
masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi Kartu
Kredit.
17
Dasar hukum dari perjanjian pembiayaan konsumen dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Dasar Hukum Substantif
Yang merupakan dasar hukum substantif eksistensi pembiayaan
konsumen, adalah perjanjian di antara para pihak berdasarkan azas
kebebasan berkontrak, yakni perjanjian antara pihak perusahaan
finansial sebagai kreditur dan pihak konsumen sebagai debitur.
Mengenai azas kebebasan berkontrak di atur dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata yang menyatakan, bahwa syarat-syarat sahnya suatu
perjanjian sebagaimana yang di atur dalam Pasal 1320 KUHPerdata :
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2) Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3) Suatu hal tertentu
4) Suatu sebab yang halal
Jadi meskipun perjanjian pembiayaan konsumen itu belum di atur
secara khusus di dalam KUHPerdata, para pihak boleh/di beri
kebebasan untuk mengaturnya sendiri.
18
Kedudukan Para Pihak Dalam Transaksi Pembiayaan Konsumen
Para pihak yang terkait dalam suatu transaksi pembiayaan konsumen,
adalah:
a. Pihak perusahaan pembiayaan (kreditur)
b. Pihak konsumen (debitur)
c. Pihak Supplier (penjual)
19
/ Sebagai pasangan usahanya untuk jangka waktu tertentu dalam
bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi
konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil
usaha.
Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu resiko yang tinggi,
meskipun resiko yang dihadapi tinggi, pihak modal ventura
mengharapkan suatu keuntungan yang tinggi pula dari penyertaan
modalnya berupa capital gain atau deviden.
Kapitalis ventura atau dalam bahasa asing disebut venture capitalist
(VC), adalah seorang investor yang berinvestasi pada perusahaan
modal ventura, dan Perusahaan yang pembiayaannya dari modal
ventura disebut Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) atau investee
company.
Dana ventura ini mengelola dana investasi dari pihak ketiga (investor)
yang tujuan utamanya untuk melakukan investasi pada perusahaan
yang memiliki resiko tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan
standar sebagai perusahaan terbuka ataupun guna memperoleh
modal pinjaman dari perbankan. Investasi modal ventura ini dapat
juga mencakup pemberian bantuan manajerial dan teknikal.
Sebagai bentuk kewirausahaan, pemilik modal ventura biasanya
memiliki hak suara sebagai penentu arah kebijakan perusahaan sesuai
dengan jumlah saham yang dimilikinya.
b. Dasar Hukum Modal Ventura
1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.017/1995 tanggal 3
Oktober 1995 Tentang Pendirian dan Pembinaan Perusahaan Modal
Ventura.
2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227/KMK.01/1994 tanggal 9
Juni 1994 Tentang Sektor-sektor Usaha Perusahaan Pasangan Usaha
dari Perusahaan Modal Ventura.
20
3) Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1992 tentang sektor-sektor
usaha Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) Perusahaan Modal Ventura.
4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20
Desember 1988 Tentang ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan.
5) Kepres Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.
6) Perpres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
7) PMK Nomor 18/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang
Perusahaan Modal Ventura
21
d. Karakteristik Usaha / Perusahaan yang Menjadi Sasaran Modal Ventura
Tidak semua perusahaan bisa dibiayai oleh modal ventura, ada
karakteristik tertentu perusahaan yang biasanya dibiayai oleh modal
ventura, antara lain :
1) Perusahaan yang sedang tumbuh dan inovatif serta berpotensi
berkembang dimasa datang.
2) Perusahaan yang ingin melakukan ekspansi usaha namun
mengalami keterbatasan.
3) Perusahaan yang ingin melakukan restrukturisasi hutang-hutang.
4) Perusahaan yang sudah mempunyai pangsa pasar yang baik
tetapi fasilitas produksi sudah usang.
5) Perusahaan yang memerlukan benih modal dalam
mengembangkan suatu produk baru
22
f. Sumber-Sumber Dana Modal Ventura
1) Dari dalam perusahaan sendiri :
Setoran modal dari pemegang saham
Cadangan laba yang belum terpakai
Laba yang ditahan
2) Dari luar perusahaan :
Investor baik perorangan atau industri
Pinjaman dari Lembaga Perbankan
Pinjaman dari Lembaga Asuransi
Pinjaman dari Dana Pensiun
g. Keunggulan dan Kelemahan Modal Ventura
Keunggulan Modal Ventura
1) Sumber dana bagi perusahaan baru.
2) Adanya penyertaan manajemen.
3) Keperdulian yang tinggi dari perusahaan modal Ventura.
4) Dengan adanya penyertaan modal, Perusahaan Pasangan Usaha
dapat mencari bantuan modal dalam bentuk lain.
5) Modal Ventura menaikkan pamor Perusahaan Pasangan Usaha dan
Perusahaan Modal Ventura itu Sendiri.
6) Perusahaan Pasangan Usaha mendapat mitra baru yang dimiliki
perusahaan modal ventura.
7) Mendukung usaha kecil yg berpotensi berkembang dan memperluas
kesempatan kerja.
Kelemahan Modal Ventura
1) Jangka waktu pembiayaan yang relatif panjang.
2) Terlalu selektifnya perusahaan modal ventura dalam mencari
perusahaan pasangan usaha.
3) Kontrol manajemen perusahaan pasangan usaha dapat diambil alih
oleh perusahaan modal ventura bila menunjukan gejala kegagalan.
23
h. Perbedaan Modal Ventura dan Bank
24
b. Peraturan tersebut mengatur tentang kegiatan usaha, tata cara pendirian
(perizinan dan permodalan), kepemilikan dan kepengurusan, kantor
cabang, pinjaman, penyertaan dan penempatan dana, pembatasan,
perubahan nama, pelaporan, pembinaan dan pengawasan, pencabutan
izin usaha, serta sanksi atas Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang khusus
didirikan untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana
pada proyek infrastruktur. Infrastruktur adalah prasarana yang dapat
memperlancar mobilitas arus barang dan jasa.
d. Setiap pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur, wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha
dari Menteri Keuangan.
e. Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha bagi Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak permohonan diterima secara lengkap.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Lembaga Pembiayaan beserta penjelasan mengenai jenis jenis
kegiatan usahanya
Sehingga dari pengertian tadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa paling
tidak Lembaga Pembiayaan memuat dua unsur pokok, yaitu
a. Melakukan kegiatan dalam bentuk penyediaan dana dan / atau
barang modal;
b. Tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat sehingga
sering disebut Non - Depository Financial Institution.
26
dagang jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan atas
piutang tersebut. Dalam kegiatan factoring ada tiga pihak yang
terkait, yaitu:
1) Perusahaan Factoring (factoring company), atau disebut dengan
factor sebagai suatu badan usaha yang melakukan kegiatan
lembaga pembiayaan dengan bentuk pembelian dan/atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek
perusahaan;
2) Perusahaan penjual piutang atau disebut klien (client), adalah
perusahaan yang menjual atau mengalihkan piutang atau
tagihannya kepada factor;
3) Nasabah (customer), sebagai pihak yang berutang (debitur)
kepada klien.
c. Usaha Kartu Kredit
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Usaha Kartu Kredit
adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa
dengan menggunakan kartu kredit.
27
d. Penyertaan modal yang dilakukan oleh modal ventura ini kebanyakan
dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan baru berdiri sehingga
belum memiliki suatu riwayat operasionil yang dapat menjadi catatan
guna memperoleh suatu pinjaman
28
2. Peranan Lembaga Pembiayaan bagi dunia usaha dan para Pelaku Bisnis
a. Sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang
potensial untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional.
b. Disamping peran tersebut diatas, lembaga pembiayaan juga
mempunyai peran penting dalam hal pembangunan yaitu
menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat,
berperan aktif dalam pembangunan dimana lembaga pembiayaan
ini diharapkan masyarakat atau pelaku usaha dapat mengatasi
salah satu faktor yang umum dialami yaitu faktor permodalan
B. SARAN
Setelah kami pelajari tentang Lembaga Pembiayaan ini, menurut kami
pemerintah harus lebih giat mensosialisasi setiap perubahan peraturan yang
dibuat, khususnya dalam hal perusahaan pembiayaan infrastruktur karena
pada kenyataanya masyarakat masih banyak yang kurang mengetahui
tentang peraturan mengenai Lembaga Pembiayaan.
29