Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kehidupan manusia di jaman modern ini begitu cepat berputar. Setiap


hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya. Kehidupan yang
serba cepat memacu manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
secara cepat pula. Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat telah
mendorong dan membuka peluang bagi manusia untuk melakukan kegiatan
usaha. Aktivitas usaha itu sendiri diwarnai oleh berbagai bentuk hubungan
bisnis atau kerjasama bisnis yang melibatkan para pelaku bisnis. Hubungan
bisnis atau kerjasama bisnis yang terjadi sangat beraneka ragam tergantung
pada bidang bisnis apa yang sedang dijalankan. Dengan semakin
berkembangnya aktivitas bisnis dewasa ini sejalan pula dengan
meningkatnya keperluan akan modal atau dana bagi pelaku. Oleh karena
itu, sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau
masyarakat perlu diperluas.
Umumnya dana yang dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh
lembaga perbankan melalui fasilitas kredit. Namun, fasilitas kredit dari
perbankan sangat terbatas dan tidak semua pelaku usaha punya akses untuk
mendapatkan bantuan pendanaan dari bank. Selain itu lembaga perbankan
ini juga memerlukan jaminan yang kadang kala tidak bisa dipenuhi oleh
pelaku usaha yang bersangkutan, maka perlu suatu terobosan lain yaitu
kredit tanpa jaminan dengan prosesnya yang lebih mudah. Upaya lain
tersebut dapat dilakukan melalui suatu jenis badan usaha yaitu melalui
Lembaga Pembiayaan.
Lembaga Pembiayaan ini diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 61
Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 dan dijabarkan lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20

1
Desember 1988 Juncto Keputusan Menteri Keuangan Nomor
468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan.

Menurut pasal 1 ayat 2 Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 yang


dimaksud dengan Lembaga Pembiayaan adalah Badan Usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau
barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Sehingga dari pengertian tadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa paling
tidak Lembaga Pembiayaan memuat dua unsur pokok, yaitu :
1. Melakukan kegiatan dalam bentuk penyediaan dana dan/ atau barang
modal;
2. Tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat sehingga sering
disebut Non - Depository Financial Institution.
Munculnya lembaga pembiayaan ini turut memacu roda perekonomian
masyarakat dan turut membawa andil yang besar dalam pembangunan
ekonomi masyarakat khususnya masyarakat kecil.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan, dimana Lembaga pembiayaan meliputi Perusahaan
Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, dan Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur. Dari latar belakang tersebut kelompok kami akan membahas
tentang LEMBAGA PEMBIAYAAN, dan dalam kesempatan ini kami
membatasi penjelasan mengenai Lembaga Pembiayaan pada umumnya,
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Lembaga Pembiayaan .

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
mengenai Lembaga Pembiayaan, yaitu sebagai berikut :

2
1. Bagaimanakah uraian penjelasan mengenai Perusahaan Pembiayaan,
perusahaan Modal Ventura dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
beserta penjelasan mengenai jenis jenis kegiatan usahanya?
2. Apakah Peranan Lembaga Pembiayaan oleh para Pelaku Bisnis ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memberikan Informasi yang lebih terinci
mengenai Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura dan
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur beserta penjelasan jenis jenis
kegiatan usahanya.
2. Untuk mengetahui dan memberikan Informasi peranan Lembaga
Pembiayaan bagi dunia usaha dan para Pelaku Bisnis serta keuntungan
dan kerugian yang dapat timbul akibat Lembaga Pembiayaan.

D. Manfaat
1. Dengan pengetahuan mengenai Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan
Modal Ventura dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dalam
Lembaga Pembiayaan serta Jenis jenis kegiatan usahanya, maka dapat
dijadikan referensi bagi para pelaku usaha didalam memilih Lembaga
Pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhannya secara bijak
2. Diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai
pentingnya Lembaga Pembiayaan, keuntungan dan kerugian dapat
timbul atas Lembaga Pembiayaan serta peraturan pajak yangterkait
dengan Lembaga Pembiayaan ini.

3
BAB II
MATERI PEMBAHASAN

A. Sejarah Lembaga Pembiayaan


Dimulai sejak tahun 1974, berdasarkan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri,
yaitu: Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan
RI tanggal 7 Februari 1974, tentang Perizinan Usaha Leasing.
1. Tahun 1984 : Perusahaan Leasing berjumlah 48 perusahaan
2. Tahun 1988 : Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 menjelaskan
Pengertian mengenai Lembaga Pembiayaan.

Pembiayaan dalam lingkup yang lebih luas dikenal dengan istilah umum
Perkreditan dimana pada awal timbulnya kredit berasal dari bahasa Yunani
Dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan
dana yang dibutuhkan masyarakat perlu lebih diperluas sehingga peranannya
sebagai sumber dana pembangunan makin meningkat. Sehingga kemudian
Pemerintah memandang perlu untuk ikut berperan dalam memberikan
dukungan hukum yang lebih berkualitas, sehingga kemudian beberapa
Keputusan Presiden yang dicabut / diganti hingga akhirnya dikeluarkannya
Peraturan Presiden yang berlaku saat ini tentang Lembaga Pembiayaan ,
sebagai berikut :
1. Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1988 ( dicabut )
2. Keputusan Presiden Nornor 61 Tahun 1988 (dicabut )
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009

B. Lembaga Pembiayaan & Perananya


Pengertian Lembaga Pembiayaan menurut kepres No.61 TAHUN 1988
dijelaskan bahwa lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang dilakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau modal dengan

4
tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Dari pengertian
tersebut di atas terdapat beberapa unsur-unsur :
1. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan.
2. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan kegiatan atau aktivitas dengan
cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan.
3. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan dana untuk suatu
keperluan.
4. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu.
5. Tidak menarik dana secara langsung.
6. Masyarakat, Yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat.

Lembaga pembiayaan mempunyai peranan yang lebih penting, yaitu sebagai


salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk
menunjang pertumbuhan perekonomian nasional. Disamping peran tersebut
diatas, lembaga pembiayaan juga mempunyai peran penting dalam hal
pembangunan yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat
masyarakat, berperan aktif dalam pembangunan dimana lembaga pembiayaan
ini diharapkan masyarakat atau pelaku usaha dapat mengatasi salah satu faktor
yang umum dialami yaitu faktor permodalan

Dalam Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga


Pembiayan, dimana Lembaga pembiayaan meliputi Perusahaan Pembiayaan,
Perusahaan Modal Ventura, dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.

5
C. PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
Menurut Perpres No. 84/PMK.012/2006, perusahaan pembiayaan adalah
badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus
didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha
Lembaga Pembiayaan.
Kegiatan usaha dari Perusahaan Pembiayaan meliputi :
1. Sewa Guna Usaha (Leasing)
2. Anjak Piutang (Factoring)
3. Usaha Kartu Kredit

Keterangan Kegiatan Usaha dari Perusahaan Pembiayaan


1. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Istilah lain dari Sewa Guna Usaha yaitu leasing, dimana leasing
itu berasal dari kata lease (inggris) yang berarti menyewakan. Menurut
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/
1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing), leasing adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa
guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Sedangkan Barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud,


termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap
berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva dimaksud merupakan
satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau
meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau
jasa oleh Lessee.

6
a) Unsur-unsur berdasarkan pengertian Leasing di atas, terdiri dari:
1) Pembiayaan perusahaan
Pembiayaan dilakukan dalam bentuk sejumlah dana juga dalam
bentuk peralatan atau barang modal yang akan digunakan
2) Penyediaan barang-barang modal
Biasanya penyediaan barang modal dilakukan oleh supplier yang
di bayar oleh lessor untuk keperluan lessee
3) Jangka waktu tertentu
Sejak diterimanya barang modal sampai perjanjian SGU berakhir
4) Pembayaran secara berkala
Lessee membayar harga barang modal kepada lessor secara
angsuran
5) Adanya hak pilih (option right)
Pada akhir masa leasing, lessee mempunyai hak untuk membeli
barang modal tersebut
6) Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
7) Adanya pihak lessor
8) Adanya pihak lessee

b) Dasar Hukum Leasing :


1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) ditetapkan tanggal 27
Nopember 1991 dan mempunyai daya laku surut terhitung sejak
tanggal 19 Januari 1991.
2) Dengan berlakunya Keputusan Menteri Keuangan ini, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 48/KMK.013/1991 tentang Kegiatan
Sewa-guna-usaha, dinyatakan tidak berlaku.

7
c) Jenis Jenis Sewa Guna Usaha, yaitu :
1) Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (finance lease)
Dengan kriteria sebagai berikut :
a) jumlah pembayaran Sewa Guna Usaha selama masa sewa
guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang
modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal
dan keuntungan lessor.
b) Masa Sewa Guna Usaha (SGU) ditentukan sesuai ketentuan
tentang pajak penghasilan, yaitu:
2 tahun untuk barang modal golongan I
3 tahun untuk barang modal golongan II dan III
7 tahun untuk barang modal golongan modal bangunan
c) Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai
opsi bagi lessee.
d) Bentuk-bentuk Finance Lease ( SGU dengan Hak Opsi ) :
Sewa-guna-usaha Langsung (Direct Lease).
Bila lessee belum pernah memiliki barang modal yang
menjadi obyek sewa-guna-usaha, sehingga atas
permintaannya lessor membeli barang modal tersebut.
Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Lease Back).
Dalam transaksi ini lessee terlebih dahulu menjual barang
modal yang sudah dimilikinya kepada lessor dan atas
barang modal yang sama kemudian dilakukan kontrak
sewa-guna-usaha antara lessee (pemilik semula) dengan
lessor (pembeli barang modal tersebut). Metode leasing
ini dimaksudkan untuk memperoleh tambahan dana
untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing di sini bersifat
refinancing.

8
Sewa-Guna-Usaha Sindikasi (Syndicated Lease)
Bila beberapa perusahaan sewa-guna-usaha secara
bersama melakukan transaksi dengan satu lessee. Untuk
memenuhi permintaan lessee tersebut, maka beberapa
perusahaan leasing melakukan perjanjian kerja sama
untuk membiayai objek leasing yang dimaksud. Dalam hal
ini salah satu perusahaan sewa-guna-usaha akan
bertindak sebagai koordinator, sehingga lessee cukup
berkomunikasi dengan koordinator ini.
Leverage Lease
leasing ini melibatkan pihak ketiga yang disebut credit
provider. Lessor tidak membiayai objek leasing hingga
sebesar 100% dari harga barang melainkan hanya antara
20% hingga 40%. Kemudian sisa dari harga barang
tersebut akan dibiayai oleh credit provider.
Cross Border Lease
Transaksi leasing di mana lessor berkedudukan di negara
berbeda dengan negara lessee, disebut pula leasing lintas
negara atau transaksi leasing internasional. Transaksi
leasing ini mengandung banyak risiko bagi lessor karena
melibatkan mekanisme hukum, perpajakan dan masalah-
masalah lainnya dari masing-masing negara yang
bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut biasanya transaksi leasing antara negara
dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan
leasing yang bersangkutan. biasanya dilakukan dengan
cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee
diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya pada akhir
kontrak. Cara untuk melindungi lessor.

9
Vendor Program / Vendor Lease
Suatu metode penjualan yang dilakukan oleh produsen
atau dealer di mana perusahaan leasing memberikan
atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli
barang. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan
sesuai perjanjian. Vendor program ini sangat menarik
bagi lessor karena pemasaran leasing dilakukan oleh
vendor melalui usaha penjualan barangnya yang
sekaligus disertai dengan fasilitas leasing.

2) Sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease)


Dengan Kriteria sebagai berikut :
Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna
usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang
modal yang disewa guna usahakan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor.
Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan
mengenai opsi bagi lessee.
d) Keunggulan Sewa Guna Usaha, yaitu :
Sistem leasing mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut:
1) Proses pengadaan peralatan modal relatif lebih cepat, tidak
memerlukan jaminan kebendaan, prosedur sederhana dan tidak
ada studi kelayakan yang lama
2) Pengadaan kebutuhan tersebut akan meringankan kebutuhan
cash flow karena sistem pembayaran cicilan jangka panjang
3) Posisi cash flow akan lebih baik dan biaya modal lebih murah
4) Perencanaan keuangan perusahaan akan lebih mudah dan
sederhana

10
Perbedaan pokok kedua jenis leasing ini adalah sebagai berikut:
No. Indikator Finance Lease Operating Lease
1. Isi Perjanjian Adalah suatu perjanjian pembiayaan Perjanjian
dimana lessor diminta untuk menitikberatkan pada
membiayai pengadaan barang modal pemberian jasa
untuk lessee

2. Resiko Resiko terletak pada lessee karena Resiko ada pada lessor;
ekonomis lessee wajib membayar kembali

atas objek barang modal yang disediakan oleh


lessor untuk membayar barang yang
bersangkutan ditambah bunga dan
ongkos lain selama kontrak berjalan,

3. Resiko pada Hanya memikul resiko berkenaan Lessor menanggung resiko

lessor dengan keadaan keuangan, atas kehilangan atau


kemampuan membayar serta kerusakan pada objek
bonafiditas lessee, yang di lease tersebut;
4. Jangka waktu Jangka waktu kontrak sama dengan Jangka waktu perjanjian

perjanjian masa kegunaan barang modal yang umumnya tidak sama


bersangkutan menurut persetujuan dengan masa kegunaan
lessor, barang modal yang
bersangkutan

5. Hak Opsi Pada akhir masa, lesseemempunya Tidak memiliki hak opsi
hak opsi untuk membeli barang
modal tersebut dari lessor,
6. Masa Dilarang mengakhiri kontrak sebelum Jangka waktu leasing tidak

Perjanjian jangka waktu yang diperjanjikan tentu dan dapat diakhiri


berakhir, kecuali diperjanjikan lain, oleh lessee

7. Jasa yang Pada umumnya memberikan jasa- Tidak ada.


diberikan jasa untuk penggunaan,
pengoperasian dan pemeliharaan
barang modal yang di lease,

11
Setiap transaksi Sewa Guna Usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian
Sewa Guna Usaha (lease agreement). Yang m memuat :
1) jenis transaksi sewa guna usaha
2) nama dan alamat masing-masing pihak
3) nama, jenis, type dan lokasi penggunaan barang modal
4) harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa guna usaha,
angsuran pokok pembiayaan, imbalan jasa sewa guna usaha, nilai
sisa, simpanan jaminan, dan ketentuan asuransi atas barang
modal yang disewa-guna-usahakan
5) masa sewa guna usaha
6) ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa guna usaha yang
dipercepat, dan penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee
dalam hal barang modal yang disewa-guna-usaha dengan hak opsi
hilang, rusak atau tidak berfungsi karena sebab apapun
7) opsi bagi penyewa-guna-usaha dalam hal transaksi sewa-guna-
usaha dengan hak opsi
8) tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewa-guna-
usaha.

2. Anjak Piutang (Factoring)


Eksistensi Kelembagaan Anjak Piutang dimulai sejak ditetapkan Paket
Kebijaksanaan 20 Desember 1988 atau PAKDES 20, 1988 yang diatur
dengan KEPPRES No. 61 Tahun 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan
NO.172/KMK.06/2002 ( sekarang sudah tidak berlaku lagi ).
Pengertian Anjak Piutang
Factoring atau Anjak Piutang menurut Perpres No. 9 Tahun 2009 adalah
Anjak kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang
jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan atas piutang
tersebut.

12
Kemudian pengertian anjak piutang menurut Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 125/KM.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan
luar negeri.
Dari definisi diatas, setidaknya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Dalam kegiatan factoring ada tiga pihak yang terkait, yaitu:
Perusahaan Factoring (factoring company), atau disebut suatu
badan usaha yang melakukan kegiatan lembaga pembiayaan
dengan bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek perusahaan;
Perusahaan penjual piutang atau disebut klien (client), adalah
perusahaan yang menjual atau mengalihkan piutang atau
tagihannya kepada factor;
Nasabah (customer), sebagai pihak yang berutang (debitur)
kepada klien, dan piutang tersebut oleh klien dijual atau
dialihkan kepada factoring.
b. Mekanisme anjak piutang ini sebenamya diawali dari adanya
transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya secara
kredit.
c. Manfaat anjak piutang dalam peningkatan kemampuan usaha :
1) Menurunkan biaya produksi perusahaan
2) Memberikan fasilitas pembiayaan dalam bentuk pembayaran di
muka atau advanced payment sehingga meningkatkan credit
standing perusahaan klien.

13
3) Meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan klien, karena
klien dapat mengadakan transaksi dagang secara bebas atas
dasar open account baik perdagangan dalam maupun luar negeri.
4) Meningkatkan kemampuan klien memperoleh laba melalui
peningkatan perputaran modal kerja.
5) Menghilangkan ancaman kerugian akibat terjadinya kredit macet.
Risiko kredit macet dapat diambil alih oleh perusahaan anjak
piutang.
6) Mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.

3. Usaha Kartu Kredit


a. Pengertian Usaha Kartu Kredit
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Usaha Kartu
Kredit adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau
jasa dengan menggunakan kartu kredit,

Sedangkan pengertian kartu kredit sendiri menurut Peraturan Bank


Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005, adalah Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi,
termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan
penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu
dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang
kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran
tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus (charge
card) ataupun secara angsuran.

14
b. Dasar Hukum Penggunaan kartu kredit di Indonesia
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan Nasional. Pasal 6 huruf 1 Undang-
Undang Perbankan menyatakan bahwa usaha kartu kredit adalah
salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh bank.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK. 013/1988
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK. 013/1988
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan (KMK Lembaga Pembiayaan) mulai berlaku pada
tanggal 20 Desember 1988.
KMK Lembaga Pembiayaan ini merupakan peraturan pelaksana
dari Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga
Pembiayaan. Di dalam KMK Lembaga Pembiayaan ini dinyatakan
bahwa usaha kartu kredit merupakan salah satu bentuk usaha
yang dapat dilaksanakan oleh Lembaga Pembiayaan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005 Tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan
Menggunakan Kartu Tanggal 28 Desember 2005 yang
diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/8/PBI/2008.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tanggal 13 April
2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu.
Surat Edaran Bank Indonesia No.11/10/DASP tanggal 13 April
2009 perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu.

15
c. Manfaat Kartu Kredit bagi Pemegang Kartu Kredit ( Card Holder )
1) Memberikan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan
transaksi transaksi berbelanja tanpa perlu membawa uang tunai.
2) Terdapat berbagai penawaran menarik dari penerbit Kartu Kredit,
antara lain point rewards, diskon di pedagang (merchant), dan
pembelian barang dengan bunga cicilan 0%.

d. Resiko Kartu Kredit


Walapun di satu sisi terdapat beberapa manfaat dari Kartu Kredit,
tetapi di sisi lain terdapat resiko yang perlu disikapi dengan kehati-
hatian dari para penggunanya, seperti :
1) Resiko kartu digunakan oleh pihak lain, karena pengguna yang
sah melakukan kelalaian dalam penyimpanan kartu dan PIN.
Apalagi untuk saat ini transaksi belanja dengan menggunakan
2) Resiko dikenakan biaya keterlambatan dan biaya bunga yang
relatif tinggi karena pemegang kartu tidak mampu membayar
kewajibannya pada saat jatuh tempo.

e. Pihak-Pihak dalam Penyelenggaraan Kartu Kredit , yaitu :


1) Pemegang kartu adalah pengguna yang sah dari Kartu Kredit
2) Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang
bertanggung jawab atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan
antar anggotanya, baik yang berperan sebagai penerbit dan/atau
acquirer, dalam transaksi Kartu Kredit yang kerjasama dengan
anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.
3) Penerbit adalah bank atau lembaga selain bank yang
menerbitkan Kartu Kredit

16
4) Acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan
kerjasama dengan pedagang (merchant), yang dapat memproses
Kartu Kredit yang diterbitkan oleh pihak lain.
5) Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang
menerima pembayaran dari transaksi penggunaan Kartu Kredit.
6) Penyelenggara kliring adalah bank atau lembaga selain bank yang
melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-
masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi Kartu
Kredit.

4. Perusahaan Pembiayaan Konsumen


Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Pembiayaan
Konsumen (Consumers Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran.
Berdasarkan definisi pembiayaan konsumen di atas, dapat dijelaskan sbb:
a. Pembiayaan konsumen adalah merupakan salah satu alternatif
pembiayaan yang dapat diberikan kepada konsumen.
b. Obyek pembiayaan dari usaha jasa pembiayaan konsumen adalah
barang kebutuhan konsumen, biasanya kendaraan bermotor, barang-
barang kebutuhan rumah tangga , komputer, barang-barang
elektronika, dan lain-lain.
c. Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara angsuran / berkala,
biasanya dilakukan pembayaran setiap bulan dan di tagih langsung
kepada konsumen.
d. Jangka waktu pengembalian bersifat fleksibel, tidak terikat dengan
ketentuan seperti financial lease (sewa guna usaha dengan hak opsi).

17
Dasar hukum dari perjanjian pembiayaan konsumen dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Dasar Hukum Substantif
Yang merupakan dasar hukum substantif eksistensi pembiayaan
konsumen, adalah perjanjian di antara para pihak berdasarkan azas
kebebasan berkontrak, yakni perjanjian antara pihak perusahaan
finansial sebagai kreditur dan pihak konsumen sebagai debitur.

Mengenai azas kebebasan berkontrak di atur dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata yang menyatakan, bahwa syarat-syarat sahnya suatu
perjanjian sebagaimana yang di atur dalam Pasal 1320 KUHPerdata :
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2) Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3) Suatu hal tertentu
4) Suatu sebab yang halal
Jadi meskipun perjanjian pembiayaan konsumen itu belum di atur
secara khusus di dalam KUHPerdata, para pihak boleh/di beri
kebebasan untuk mengaturnya sendiri.

b. Dasar Hukum Administratif


Dasar hukum administratif bagi keberadaan perusahaan pembiayaan
konsumen, yaitu :
1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 61 Tahun 1988
tentang Lembaga Pembiayaan.
2) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan , yang diperbaharui dengan :
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan.

18
Kedudukan Para Pihak Dalam Transaksi Pembiayaan Konsumen
Para pihak yang terkait dalam suatu transaksi pembiayaan konsumen,
adalah:
a. Pihak perusahaan pembiayaan (kreditur)
b. Pihak konsumen (debitur)
c. Pihak Supplier (penjual)

Dalam transaksi pembiayaan konsumen terdapat tiga macam jaminan


yaitu :
a. Jaminan Utama,
Berlaku prinsip pemberian kredit, seperti prinsip 5 C (Collateral,
Capacity, Character, Capital, Condition of Economy).
b. Jaminan Pokok,
Berupa barang yang di beli dengan dana tersebut. Apabila dana
tersebut diberikan misalnya untuk membeli mobil, maka mobil yang
bersangkutan menjadi jaminan pokoknya.
c. Jaminan Tambahan
Biasanya jaminan ini berupa pengakuan hutang (Promissory Notes)
atau Actknowledgement of Indebtedness, kuasa menjual barang, dan
Assignment of Proceed (Cessie) dari asuransi.

D. PERUSAHAAN MODAL VENTURA

a. Pengertian Perusahaan Modal Ventura


Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Perusahaan Modal
Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan / penyertaan modal ke dalam suatu
Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company)

19
/ Sebagai pasangan usahanya untuk jangka waktu tertentu dalam
bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi
konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil
usaha.
Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu resiko yang tinggi,
meskipun resiko yang dihadapi tinggi, pihak modal ventura
mengharapkan suatu keuntungan yang tinggi pula dari penyertaan
modalnya berupa capital gain atau deviden.
Kapitalis ventura atau dalam bahasa asing disebut venture capitalist
(VC), adalah seorang investor yang berinvestasi pada perusahaan
modal ventura, dan Perusahaan yang pembiayaannya dari modal
ventura disebut Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) atau investee
company.
Dana ventura ini mengelola dana investasi dari pihak ketiga (investor)
yang tujuan utamanya untuk melakukan investasi pada perusahaan
yang memiliki resiko tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan
standar sebagai perusahaan terbuka ataupun guna memperoleh
modal pinjaman dari perbankan. Investasi modal ventura ini dapat
juga mencakup pemberian bantuan manajerial dan teknikal.
Sebagai bentuk kewirausahaan, pemilik modal ventura biasanya
memiliki hak suara sebagai penentu arah kebijakan perusahaan sesuai
dengan jumlah saham yang dimilikinya.
b. Dasar Hukum Modal Ventura
1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.017/1995 tanggal 3
Oktober 1995 Tentang Pendirian dan Pembinaan Perusahaan Modal
Ventura.
2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227/KMK.01/1994 tanggal 9
Juni 1994 Tentang Sektor-sektor Usaha Perusahaan Pasangan Usaha
dari Perusahaan Modal Ventura.

20
3) Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1992 tentang sektor-sektor
usaha Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) Perusahaan Modal Ventura.
4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20
Desember 1988 Tentang ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan.
5) Kepres Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.
6) Perpres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
7) PMK Nomor 18/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang
Perusahaan Modal Ventura

c. Tujuan Pendirian Modal Ventura


Secara garis besar maksud dan tujuan pendirian modal ventura antara
lain sebagai berikut :
1) Untuk pengembangan suatu proyek tertentu, misalnya proyek
penelitian, dimana proyek ini biasanya tanpa memikirkan keuntungan
semata, akan tetapi lebih bersifat pengembangan ilmu pengetahuan.
2) Pengembangan suatu teknologi baru atau pengembangan produk
baru yang memperoleh keuntungan dalam jangka panjang.
3) Pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan dengan tujuan untuk
mencari keuntungan.
4) Kemitraan dalam rangka pengentasan kemiskinan dengan tujuan
untuk membantu para pengusaha lemah yang kekurangan modal ,
tetapi tidak punya jaminan materil
5) Alih teknologi yang dilakukan ke perusahaan yang masih
menggunakan teknologi lama sehingga dapat meningkatkan kapasitas
produksi dan mutu produknya.
6) Membantu perusahaan yang sedang kekurangan likuiditas.
7) Membantu pendirian perusahaan baru dimana tingkat resiko
kerugiannya sangat besar

21
d. Karakteristik Usaha / Perusahaan yang Menjadi Sasaran Modal Ventura
Tidak semua perusahaan bisa dibiayai oleh modal ventura, ada
karakteristik tertentu perusahaan yang biasanya dibiayai oleh modal
ventura, antara lain :
1) Perusahaan yang sedang tumbuh dan inovatif serta berpotensi
berkembang dimasa datang.
2) Perusahaan yang ingin melakukan ekspansi usaha namun
mengalami keterbatasan.
3) Perusahaan yang ingin melakukan restrukturisasi hutang-hutang.
4) Perusahaan yang sudah mempunyai pangsa pasar yang baik
tetapi fasilitas produksi sudah usang.
5) Perusahaan yang memerlukan benih modal dalam
mengembangkan suatu produk baru

e. Jenis Pembiayaan Modal Ventura


1) Equity Financing,
Merupakan jenis pembiayaan langsung dimana perusahaan modal
ventura melakukan penyertaan secara langsung pada perusahaan
pasangan usaha dengan cara mengambil bagian dari jumlah
saham milik perusahaan pasangan usaha.
2) Semi Equity Financial,
Merupakan jenis pembiayaan dengan cara membeli obligasi
konversi yang diterbitkan oleh perusahaan pasangan usaha.
3) Mendirikan perusahaan baru dalam hal ini perusahaan modal
ventura bersama-sama dengan perusahaan pasangan usaha
mendirikan usaha yang baru sama sekali.
4) Bagi Hasil, merupakan jenis pembiayaan yang ditujukan kepada
usaha kecil yang belum memiliki bentuk badan hukum PT.

22
f. Sumber-Sumber Dana Modal Ventura
1) Dari dalam perusahaan sendiri :
Setoran modal dari pemegang saham
Cadangan laba yang belum terpakai
Laba yang ditahan
2) Dari luar perusahaan :
Investor baik perorangan atau industri
Pinjaman dari Lembaga Perbankan
Pinjaman dari Lembaga Asuransi
Pinjaman dari Dana Pensiun
g. Keunggulan dan Kelemahan Modal Ventura
Keunggulan Modal Ventura
1) Sumber dana bagi perusahaan baru.
2) Adanya penyertaan manajemen.
3) Keperdulian yang tinggi dari perusahaan modal Ventura.
4) Dengan adanya penyertaan modal, Perusahaan Pasangan Usaha
dapat mencari bantuan modal dalam bentuk lain.
5) Modal Ventura menaikkan pamor Perusahaan Pasangan Usaha dan
Perusahaan Modal Ventura itu Sendiri.
6) Perusahaan Pasangan Usaha mendapat mitra baru yang dimiliki
perusahaan modal ventura.
7) Mendukung usaha kecil yg berpotensi berkembang dan memperluas
kesempatan kerja.
Kelemahan Modal Ventura
1) Jangka waktu pembiayaan yang relatif panjang.
2) Terlalu selektifnya perusahaan modal ventura dalam mencari
perusahaan pasangan usaha.
3) Kontrol manajemen perusahaan pasangan usaha dapat diambil alih
oleh perusahaan modal ventura bila menunjukan gejala kegagalan.

23
h. Perbedaan Modal Ventura dan Bank

Ket BANK MODAL VENTURA


Bank, Kreditur, Investor, Perusahaan Modal
Pelaku
Debitur. Ventura, PPU.
Bantuan Pembiayaan Pinjaman / Kredit Penyertaan Modal
Keterlibatan
Tidak ada Ada ( Sebagai Partner )
Manajemen
Jenis Resiko Kredit Macet Usaha Gagal
Bentuk Keuntungan Bunga Kredit Capital Gain
Pendek, Menengah,
Jangka Waktu 5 - 10 Tahun ( Jangka Panjang)
Panjang
Akhir Kontrak Lunas Divestasi

i. Daftar beberapa perusahaan Modal Ventura seperti contohnya di Jalan


Sudirman atau sekitar Indonesia.
Pertamina
Perusahaan Gas Negara (PGN)
Bahana Artha Ventura (BAV)
PT Venture Capital
Bina Swadaya
Kospin Jasa

E. PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR


a. Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan Presiden
Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Menteri Keuangan
menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.

24
b. Peraturan tersebut mengatur tentang kegiatan usaha, tata cara pendirian
(perizinan dan permodalan), kepemilikan dan kepengurusan, kantor
cabang, pinjaman, penyertaan dan penempatan dana, pembatasan,
perubahan nama, pelaporan, pembinaan dan pengawasan, pencabutan
izin usaha, serta sanksi atas Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang khusus
didirikan untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana
pada proyek infrastruktur. Infrastruktur adalah prasarana yang dapat
memperlancar mobilitas arus barang dan jasa.
d. Setiap pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur, wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha
dari Menteri Keuangan.
e. Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha bagi Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak permohonan diterima secara lengkap.

25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Lembaga Pembiayaan beserta penjelasan mengenai jenis jenis
kegiatan usahanya

Menurut pasal 1 ayat 2 Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 yang


dimaksud dengan Lembaga Pembiayaan adalah Badan Usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau
barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat.

Sehingga dari pengertian tadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa paling
tidak Lembaga Pembiayaan memuat dua unsur pokok, yaitu
a. Melakukan kegiatan dalam bentuk penyediaan dana dan / atau
barang modal;
b. Tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat sehingga
sering disebut Non - Depository Financial Institution.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga


Pembiayaan, dimana Lembaga pembiayaan meliputi :
1. PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
Kegiatan Usahanya yaitu :
a. Sewa Guna Usaha
1) Sewa Guna Usaha Dengan hak opsi ( Financial / Capital Lease )
2) Sewa Guna Usaha Tanpa hak opsi ( Operating Lease )
b. Anjak Piutang
Factoring atau Anjak Piutang menurut Perpres No. 9 Tahun 2009
adalah Anjak kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang

26
dagang jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan atas
piutang tersebut. Dalam kegiatan factoring ada tiga pihak yang
terkait, yaitu:
1) Perusahaan Factoring (factoring company), atau disebut dengan
factor sebagai suatu badan usaha yang melakukan kegiatan
lembaga pembiayaan dengan bentuk pembelian dan/atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek
perusahaan;
2) Perusahaan penjual piutang atau disebut klien (client), adalah
perusahaan yang menjual atau mengalihkan piutang atau
tagihannya kepada factor;
3) Nasabah (customer), sebagai pihak yang berutang (debitur)
kepada klien.
c. Usaha Kartu Kredit
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Usaha Kartu Kredit
adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa
dengan menggunakan kartu kredit.

2. PERUSAHAAN MODAL VENTURA


a. Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Perusahaan Modal
Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan / penyertaan modal ke dalam suatu
Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company)
b. Sebagai pasangan usahanya untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk
penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi,
dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.
c. Investasi modal ventura ini biasanya memiliki resiko yang tinggi,
meskipun demikian, pihak modal ventura mengharapkan keuntungan
yang tinggi juga dari penyertaan modalnya yaitu capital gain/deviden.

27
d. Penyertaan modal yang dilakukan oleh modal ventura ini kebanyakan
dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan baru berdiri sehingga
belum memiliki suatu riwayat operasionil yang dapat menjadi catatan
guna memperoleh suatu pinjaman

3. PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR


a. Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan Presiden
Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Menteri
Keuangan menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
b. Peraturan tersebut mengatur tentang kegiatan usaha, tata cara
pendirian (perizinan dan permodalan), kepemilikan dan
kepengurusan, kantor cabang, pinjaman, penyertaan dan
penempatan dana, pembatasan, perubahan nama, pelaporan,
pembinaan dan pengawasan, pencabutan izin usaha, serta sanksi atas
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang
khusus didirikan untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana pada proyek infrastruktur. Infrastruktur adalah
prasarana yang dapat memperlancar mobilitas arus barang dan jasa.
d. Setiap pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perusahaan
Pembiayaan Infrastruktur, wajib terlebih dahulu memperoleh izin
usaha dari Menteri Keuangan.
e. Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha bagi
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur diberikan paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.

28
2. Peranan Lembaga Pembiayaan bagi dunia usaha dan para Pelaku Bisnis
a. Sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang
potensial untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional.
b. Disamping peran tersebut diatas, lembaga pembiayaan juga
mempunyai peran penting dalam hal pembangunan yaitu
menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat,
berperan aktif dalam pembangunan dimana lembaga pembiayaan
ini diharapkan masyarakat atau pelaku usaha dapat mengatasi
salah satu faktor yang umum dialami yaitu faktor permodalan

B. SARAN
Setelah kami pelajari tentang Lembaga Pembiayaan ini, menurut kami
pemerintah harus lebih giat mensosialisasi setiap perubahan peraturan yang
dibuat, khususnya dalam hal perusahaan pembiayaan infrastruktur karena
pada kenyataanya masyarakat masih banyak yang kurang mengetahui
tentang peraturan mengenai Lembaga Pembiayaan.

29

Anda mungkin juga menyukai