Anda di halaman 1dari 13

ASPEK HUKUM LEASING

PENGERTIAN LEASING

Istilah leasing sebenarnya berasal dari kata lease yang berarti sewa-menyewa.
Karena dasarnya artinya memang sewa-menyewa. Jadi leasing adalah
derevatif dari sewa-menyewa.
Leasing Usaha/SGU) menurut(Sewa Guna KMK No. 1169/KMK.01/1991
adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
PIHAK PIHAK YANG TERLIBAT DALAM LEASING

1.LESSOR
Perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada
pihak lessee dalam bentuk barang modal.
2.LESSEE
Perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang
modal dari lessor.
3.SUPPLIER
Perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk
disewakan kepada lessee dengan pembiayaan tunai dari lessor.
4.BANK
Pihak yang tidak terlibat secara langsung dalam leasing, tetapi menyediakan
dana bagi lessor atau supplier Mekanisme Leasing.
PENGGOLONGAM PERUSAHAAN LEASING
1.Independent Leasing Company
Perusahaan leasing yang berdiri sendiri atau independent dari supplier/ produsen.
Perusahaan dapat memperoleh barang dari berbagai supplier/ produsen.
2.Captive lessor
Sering juga disebut two party lessor yang melibatkan dua pihak. Perusahaan leasing yang
didirikan sendiri oleh produsen untuk membiayai penjualan produk-produknya.
3.Financial Services
Perusahaan leasing yang mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor yang
membutuhkan barang dengan cara leasing.
CIRI – CIRI LEASING

1.Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda
lease tersebut.
2.Hak milik benda lease ada pada lessor.
3.Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda yang digunakan
dalam suatu perusahaan.
JENIS JENIS LEASING
1.Finance Leasing (sewa guna usaha pembiayaan)

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai
penyediaan barang modal.

2.Operating lease (sewa menyewa biasa)

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya
disewagunakan kepada penyewa guna usaha.

3.Sales – Typed Lease (sewa guna usaha penjualan)

Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga berperan sebagai perusahaan
sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi termasuk bagian laba sudah diperhitungkan oleh produsen
atau pabrikan.

4.Leveraged Lease

Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan bank atau
kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar transaksi.

5.Cross Border Lease

Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan melewati batas suatu
negara.
ELEMEN ELEMEN LEASING
1.Suatu pembiayaan perusahan Awal mulanya leasing memang dimaksudkan
sebagai usaha memberikan Kemudahan pembiyaan kepada perusahaan
tertentu yang memerlukannya.
2.Penyediaan barang modal Unsur selanjutnya dari leasing adalah adanya
penyediaan barang modal, biasanya oleh pihak supplier atas biaya dari lessor.
3.Keterbatasan jangka waktu Salah satu unsur penting dari lembaga leasing
adalah adanya jangka waktu yang terbatas.
4.Pembayaran kembali secara berkala Karena lessor telah membayar lunas
harga barang modal kepada pihak penjual/supplier,maka adalah kewajiban
lessee kemudian untuk mengangsur pembayaran kembali harga barang modal
kepada lessor.
5.Hak opsi untuk membeli barang modal.Hak opsi yang dimiliki oleh
lessee untuk membeli barang modal pada saat tertentu pada
syarat tertentu pula, juga merupakan salah satu unsur dari leasing.
6.Nilai Sisa (Residu). Nilai sisa merupakan besarnya jumlah uang
yang harus dibayar kembali kepada lessor oleh lessee diakhir masa
berlakunya leasing atau pada saat lessee mempunyai hak opsi.
DASAR HUKUM LEASING
Sumber hukum leasing terbagi 2 yaitu:
1.Umum (General)
A.Asas concordantie hukum berdasarkan pasal II aturan peralihan Undang-
Undang Dasar 1945 pasca amandemen atas hukum perdata yang
berlaku bagi penduduk eropa.
B.Pasal 1338 KUH Perdata mengenai asas kebebasan berkontrak serta
asas-asas persetujuan pada umumnya sebagaimana tercantum dalam bab I
Buku III KUH Perdata.
C.Pasal 1548 sampai 1580 KUHPerdata (Buku III sampai dengan Buku IV),
yang berisikan ketentuan mengenai sewa-menyewasepanjang tidak ada
dilakukan penyimpangan oleh para pihak.
2. Khusus
1.Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri Penindustrian
dan Menteri Perdagangan No. KEP.122/MK/IV/2/1974,No.32/M/SK/1974,
No.30/KPB/1974 tertanggal 7 Pebruari 1974 tentang perizinan
usaha leasing
2.Surat keputusan (SK) Menteri Keuangan RI No. KEP/649/MK/IV/5/1974,
tertanggal 6 Mei 1974 tentang perizinan usaha keasing.
3.Surat keputusan Menteri keuangan RI No.KEP/649/MK/IV/5/1974,
tertanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan
besarnya bea materi terhadap usaha leasing
TATA CARA DALAM LEASING
1. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan,
mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang
dimaksudkan
2. Setelah lesse mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada
lessor disertai dokumen lengkap.
3. Lessor mengevakuasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan
fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse (lama kontrak
pembayaran sew lease), setelah ini maka kontrak lease dapat ditandatangani.
4.Pada yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
peralatan yang dilease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor,
seperti yang tercantum dalam kontrak lease.
5. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lesse.
6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada
supplier.
7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lesse), bukti
pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada supplier.
8. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.
9. Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah ditentukan dalam kontrak lease.

Anda mungkin juga menyukai