Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No 20
Tahun 2003).
Pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan
perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pandangan tersebut
memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Sistem pendidikan nasional saat ini menghadapi tantangan yang sangat
kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di
era global. Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah upaya
peningkatan mutu pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia diberbagai jenjang
pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal dapat menghambat penyediaan sumber
daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan
bangsa di berbagai bidang (Trianto, 2009:4).
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, di antaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.
Mengukur pencapaian hasil belajar dapat melibatkan pengukuran secara kuantitatif yang
menghasilkan data kuantitatif, seperti tes dan skor.
Sukardi (2008:117) menyatakan, item tes yang banyak digunakan guru dalam evaluasi
di kelas adalah item tes pilihan ganda (test selection type). Tes pilihan ganda memang
banyak digunakan oleh guru dalam rangka menghindari penilaian subjektifitas guru.

1
Dalam upaya pencapaian tingkat pendidikan yang maksimal maka diperlukan adanya
evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh
oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran (Zainal Arifin, 2013: 2). Peran guru
sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator siswa serta menilai hasil belajar siswa dan
mengevaluasi pembelajaran. Namun terkadang guru lupa atau tidak mau mengevaluasi butir-
butir soal yang diberikan kepada siswanya karena kerumitan dalam mengevaluasi butir-butir
soal yang meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan pengecoh.
Keberhasilan pelaksanakan kegiatan evaluasi ditentukan oleh tepat atau tidaknya
pelaksanaan ujian. Dalam melaksanakan ujian diperlukan instrumen penilaian hasil belajar.
Untuk ujian tertulis maka instrumennya adalah butir-butir soal tertulis. Idealnya sebelum
suatu tes dipergunakan maka tes tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagi tes yang baik,
maka tes yang bersangkutan perlu diuji cobakan. Namun sebelum diuji cobakan tes tersebut
harus memperlihatkan indikator-indikator sebagai tes yang baik. Dalam hal ini dilakukan
suatu analisis butir soal.
Mata Pelajaran Produktif Kelistrikan mencakup materi tentang pengetahuan tentang
kelistrikan mobil, masalah yang terjadi pada sistem kelistrikan mobil, dan cara memperbaiki
sistem kelistrikan mobil. Mata Pelajaran Produktif Kelistrikan bertujuan agar peserta didik
dapat memahami sejumlah konsep sistem kelistrikan, masalah yang sering terjadi, dan cara
memperbaikinya. Dari bekal tersebut diharapkan dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari
peserta didik. Sehingga diharapkan peserta didik dapat mendapatkan kerja sesuai dengan
jurusan dan keahlian yang sudah di dapat. Dalam proses evaluasi pembelajaran kelistrikkan
ini membuutuhkan instrumen yang benar-benar dapat menunjukkan kemampuan peserta didik
yang sebenarnya agar mutu mata pelajaran Kelistrikan semakin meningkat, serta tujuan mate
pelajaran Kelistrikan dapat tercapai. Dalam proses evaluasi hasil belajar mata pelajaran
Ekonomi, sekolah menggunakan Ulangan Akhir Semester sebagai alat evaluasi untuk
mengetahui dan mengukur tingkat hasil belajar siswa, dimana soal Ulangan Akhir Semester
disusun oleh guru yang terdiri dari 50 butir soal pilihan ganda. Ulangan Akhir Semester
Ganjil merupakan salah satu bentuk tes sekaligus sebagai alat evaluasi sehingga kualitas dari
soal-soal Ulangan Akhir Semester Ganjil harus memperhatikan kriteria-kriteria alat evaluasi
yang baik. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana kualitas soalnya apakah syarat validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan fungsi pengecoh sudah terpenuhi atau
belum.

2
Salah satu sekolah menengah atas yang memiliki prestasi baik di Kabupaten
Lamongan adalah SMK Negeri 1 Lamongan, banyak perlombaan yang dimenangkan oleh
pesrta didik dari sekolah tersebut. Sehingga setiap penerimaan peserta didik baru selalu
keberut kuota. Selain sekolah tersebut, masih banyak sekolah yang tergolong sekolah
menengah atas yang populer, salah satunya adalah SMK Negeri 1 Sambeng, dan sebaliknya
pada sekolah swasta banyak tidak diminati oleh peserta didik, salah satunya adalah SMK NU
Al-Hidayah, oleh sebab itu peneliti ingin meneliti kualitas pembuatan butir soal oleh guru
pengampu pada tiap sekolah tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai kualitas soal ulangan semester ganjil dengan judul analisis instrumen
pilihan ganda ulangan akhir semester (UAS) mata pelajaran kelistrikan SMK.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana instrumen pengembangan butir soal yang dibuat oleh guru?
2. Bagaimana kualitas soal pilihan ganda buatan guru pengampu mata pelajaran kelistrikan
pada ulangan akhir semester dilihat dari segi validitas isi?
3. Bagaimana kualitas soal pilihan ganda buatan guru pengampu mata pelajaran kelistrikan
pada ulangan akhir semester dilihat dari segi validitas konstruksi?
4. Bagaimana kualitas soal pilihan ganda buatan guru pengampu mata pelajaran kelistrikan
pada ulangan akhir semester dilihat dari segi reliabilitas?
5. Bagaimana kualitas soal pilihan ganda buatan guru pengampu mata pelajaran kelistrikan
pada ulangan akhir semester dilihat dari segi tingkat kesukaran?
6. Bagaimana kualitas soal pilihan ganda buatan guru pengampu mata pelajaran kelistrikan
pada ulangan akhir semester dilihat dari segi daya pembeda?
7. Bagaimana kualitas soal pilihan ganda buatan guru pengampu mata pelajaran kelistrikan
pada ulangan akhir semester dilihat dari segi efektivitas pengecoh?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kualitas butir soal Ujian Akhir Semester Ganjil pada Mata Pelajaran Kelistrikan
kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Lamongan, SMK Negeri 1 Sambeng, dan

3
SMK NU Al-Hidayah Tahun ajaran 2016/2017 berdasarkan validitas isi, validitas kondtruksi,
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan keefektivan distraktor

E. Manfaat penelitian

Hasil yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian ini memiliki manfaat sebagi
berikut:
1. Secara teoritis
Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
Pendidikan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan
bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini menunjukkan kepada guru khususnya mengenai analisis butir soal pada mata
pelajaran Kelistrikan sehingga dapat memberi masukan serta guru dapat terdorong untuk
meningkatkan kualitas butir soal dengan melakukan analisis butir soal.
b. Bagi Sekolah
Dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan guru Kelistrikan dalam menganalisis butir
soal khususnya pada mata pelajaran Kelistrikan.
c. Bagi Peneliti
a) Penelitian dapat berfungsi sebagai sarana penerapan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan.
b) Memperoleh pengalaman dalam pelaksanaan analisis kualitas soal.
c) Sebagai bekal apabila menjadi pendidik di masa yang akan datang.

F. Hipotesis
Kualitas pembuatan butir soal ulangan akhir semester mata pelajaran kelistrikan semster gasal
SMK Negeri 1 Sambeng sudah baik

4
G. Definisi Istilah
Definisi isttilah adalah penjelasan dari istilah yang digunakan sesuai dengan judul,

serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan hasil:

1. Evaluasi Pembelajaran merupakan pengukuran dam menilai proses pembelajaran

serta hasil belajar siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Validitas adalah ketepatan dalam pembuatan butir soal yang sesuai dengan tujuan dan

kompetensi dasar suatu pelajaran.

3. Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) siswa dalam menjawab tiap butir

soal

4. Tingkat Kesukaran adalah prosentase jumlah siswa yang menjawab benar dengan

salah pada tiap butir soal

5. Daya Pembeda adalah kualitas butir soal untuk membedakan siswa yang pandai

(berkemampuan tinggi) dan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)

6. Distraktor adalah opsi jawaban yang salah dalam suatu butir soal.

5
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Evaluasi Hasil Belajar


1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikanhasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Evaluasi
peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri
secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar
nasional pendidikan (UU no 20 tahun 2003).
Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 3), evaluasi merupakan proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah
terapai. Sedangkan menurut Anas Sudijono (2011: 2), evaluasi dalam bidang pendidikan
merupakan kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu
atau hasilnya.

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi


Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetaui evektifitas
proses pembelajaran yang telah dilaksanaka. Indikator evektifitas dapat dilihat dari perubahan
tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. Perubahan tingkah laku itu dibandingkan dengan
perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan kompetensi, tujuan, dan isi program
pembelajaran. Adapun secara khusus, tujuan evaluasi adalah untuk:
1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah
ditetapkan.
2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar,
sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remidial teaching.
3. Mengetahui efisiensi dan efektivitas strategi pembelajaran yang digunakan guru, baik
yang menyangkut metode, media, maupun sumber-sumber belajar.
Menurut Depdiknas (2003: 6) mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk:
a. Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar,
b. Memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru,
c. Memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-mengajar,
d. Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar
dan mencarikan jalan keluarnya, dan

6
e. Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengaar yang tepat sesuai dengan
kemampuannya.
Adapun fungsi evaluasi adalah:
1. Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahi prestasi belajarnnya, sehingga peserta
didik merasakan kepuasan dan ketenangan. Untuk itu, guru perlu melakukan penilaian
terhadap prestasi belajar peserta didiknya.
2. Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sedah cukup mampu untuk
terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan
seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya.
3. Menurut didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam
menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan
kecakapannya masing-masing.
4. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah peserta
didik tersebut termasuk anak yang pandai, sedang, atau kurang.
5. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program
pendidikannya.
6. Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka
menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas.
7. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan
peserta didik kepada pemerintah, kepala sekolah, guru, termasuk peserta didik itu
sendiri.
Di samping itu, fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri, yaitu:
1. Formatif, yaitu memberikan feed back bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses pembelajaran dan mengadakan program remidial bagi peserta didik yang belum
menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
2. Sumatif, yaitu mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran,
menentukan nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan lapporan
perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar.
3. Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik )psikologis, fisik, dan
lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
4. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi
dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan kemammpuannya.

7
3. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Evaluasi

Menurut Suharsimi Arikunto evaluasi terdapat prinsip umum yang memenuhi tiga
komponen yang memiliki hubungan erat yaitu hubungan antara tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran atau KBM, dan evaluasi. Ketiga komponen ini merupakan sebuah triangulasi
yang saling berkaitan, yang dirumuskan sebagai berikut:

Penjelasan dari bagan triangulasi tersebut adalah:


1) Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru
dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang
menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM
mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari
tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM
2) Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah
tercapai. Dengan makna demikan maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di
sisi lain, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang
sudah dirumuskan.
3) Hubungan antara KBM dengan evaluasi
Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM
yang dilaksanakan, misalnya jika kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan
menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan
siswa, bukannya aspek pengetahuan.
Prinsip yang dibangun dalam melaksanakan kegiatan evaluasi diperlukan agar
pelaksanaan evaluasi yang akan dilaksanakan benar-benar memiliki gambaran aspek-aspek
yang yang harus ada dalam evaluasi. Aspek dalam evaluasi yang diantaranya merupakan
aspek yang saling berkaitan satu sama lain memberikan arahan kegiatan apa yang akan

8
dilaksanakan dan hasil apa yang ingin diraih dalam pelaksanaan evaluasi. Pendapat lain
berkenaan dengan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi
dikemukakan oleh Daryanto (2010: 19-21) yaitu :
1) Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tujuan
instruksional dan materi serta metode pengajaran. Tujuan intruksional, materi, dan metode
pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh
dipisahkan.
2) Keterlibatan Siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Belajar Siswa Aktif) yang menuntut
keterlibatan siswa secara aktif.
3) Koherensi
Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan
ranah kemampuan yang hendak diukur.
4) Pedagogis
Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam
kegiatan belajarnya. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran (reward) yakni
sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang
berhasil.
5) Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability).
Pihak-pihak termaksud antara lain orang tua, calon majikan, masyarakat lingkungan pada
umumnya, dan lembaga pendidikan sendiri.
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang maksimal, maka pelaksanaan evaluasi
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip: kontinuitas, komprehensif, objektivitas,
kooperatif, dan praktis. Dengan demikian dalam pelaksanaan evaluasi harus menekankan
pada prinsip bahwa evaluasi yang dilaksanakan haruslah sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai dan tidak boleh menyimpang dari materi yang telah diajarkan selama
proses pembelajaran. Karena hasil evaluasi bagi guru merupakan bentuk pertanggungjawaban
selama mengajarkan materi dalam proses pembelajaran serta tolak ukur berhasil tidaknya
siswa dalam menyerap materi pelajaran yang telah diajarkan., evaluasi pembelajaran
hendaknya:

9
a. Dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi yang
akan dievaluasi, alat evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi
b. Menjadi bagian integral dari proses pembelajaran
c. Agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat (instrumen) dan
sifatnya komprehensid
d. Diikuti dengan tindak lanjut. Di samping itu, evaluasi juga harus memperhatikan
prinsip keterpaduan, prinsi berorientasi kepada kecakapan hidup, prinsip belajar aktif,
prinsip kontinuitas, prinsip koherensi, prinsip keseluruhan, prinsip paedagogis, prinsip
diskriminalitas, dan prinsip akuntabilitas.

4. Instrumen dan Teknik Evaluasi


Pelaksanaan evaluasi yang dilaksanakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan instrumen atau alat evaluasi. Instrumen
tersebut digunakan agar dapat memberikan gambaran subjek yang sedang dievaluasi. Menurut
Suharsimi Arikunto (2013:40) terdapat instrumen yang dalam evaluasi yang dibedakan
berdasarkan teknik nontes dan teknik tes.
1. Teknik Nontes
a) Skala bertingkat menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Instrumen yang digunakan dalam teknik ini adalah daftar pengukuran yang
didasarkan pada skala.
b) Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur atau
responden, dengan kuesioner dapat diketahui tentang keadaan diri, pengalaman, pengetahuan,
sikap atau pendapat, dan lain-lainnya. Instrumen yang digunakan pada teknik ini adalah
lembar angket.
c) Daftar cocok atau check list adalah deretan pernyataan yang diberikan kepada responden
yang cara menjawabnya adalah dengan membubuhkan tanda ditempat yang disediakan.
Instumen yang digunakan pada teknik ini adalah lembar check list.
d) Wawancara adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden yang dilakukan
dengan cara tanya jawab. Instrumen yang digunakan dalam teknik ini adalah daftar atau
pedoman wawancara.

10
e) Pengamatan atau observasi adalah penghimpunan keteranganyang dilakukan dengan
pengamatan dan pencatatan sistematis. Instrumen yang digunakan dalam teknik ini adalah
lembar observasi.
f) Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya,
dalam teknik ini dilakukan penarikan kesimpulan mengenai subjek evaluasi. Instumen yang
digunakan dalam teknik ini adalah lembar daftar riwayat hidup.
2. Teknik Tes
a) Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa,
sehingga dengan pemerolehan informasi tersebut dapat dilakukan penanganan secara tepat.
Instrumen yang digunakan pada teknik ini adalah lembar tes yang digunakan sebagai tes
diagnostik.
b) Tes formatif adalah evaluasi yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan
siswa setelah mengikuti program tertentu. Instrumen pada teknik ini adalah lembar tes yang
digunakan sebagai tes formatif.
c) Tes sumatif adalah tes yang diberikan setelah pelaksanaan program yang lebih besar.
Pelaksanaan tes sumatif di sekolah biasanya dilaksanakan pada akhir semester. Instrumen
yang digunakan pada teknik ini adalah lembar tes yang digunakan sebagai tes sumatif.

2. Tes Hasil Belajar


a. Pengertian Tes Hasil Belajar
Menurut Djemari Merdapi (2008: 67), merupakan salah satu cara menaksir besarnya
kemampuan seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Sedangkan Menurut Zainal Arifin
(2013: 118), tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Alat ukur tersebut dengan sendirinya harus
sedemikian keadaannya sehingga memberikan gambaran hasil seperti
yang diharapkan (Suharismi, 2013: 216).
Dalam penyusunannya tes dapat dibuat sendiri oleh guru pengampu mata pelajaran.
Tes buatan guru adalah tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan mempergunakan tes
tersebut. Tes ini biasanya digunakan untuk ulangan harian, formatif, dan ulangan umum guru
dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran
yang sudah disampaikan.

11
b. Fungsi Tes Hasil Belajar
Tes merupakan cara yang digunakan dalam mengukur prestasi belajar siswa. Menurut
Suharsimi Arikunto (2013: 165-166), fungsi dapat ditinjau dari tiga hal yaitu:
1) Fungsi untuk kelas
a. Mengadakan diagnosis terhadap kasulitan belajar
b. Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian
c. Menaikan tingkat prestasi
d. Mengelompokan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok
e. Merencakan kegiatan proses belajar-mengajar untuk siswa secara perorangan
f. Menentukan siswa mana yang memrlukan bimbingan khusus
g. Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak
2) Fungsi untuk bimbingan
a. Menetukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka
b. Membantu siswa dalam menentukan pilihan
c. Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan
d. Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan oran tua dalam memahami
kesulitan anak
3) Fungsi untuk administrasi
a. Memberi petunjuk dalam pengelompokan siswa
b. Penempatan siswa baru
c. Membantu siswa memilih kelompok
d. Menilali kurikulum
e. Memperluas hubungan masyarakat (public relation)
f. Menyediakan informasi untuk badan-badan lain luar di luar sekolah

c. Langkah-langkah Penyusunan dan Pengembangan Tes


Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 167), terhadap beberapa urutan langkah yang dapat
dilakukan dalam penyusunan tes yaitu:
1) Menentukan tujuan mengadakan tes
2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes
3) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan

12
4) Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah
laku terkandung dalam indikator itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan
identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.
5) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur
beserta imbangan kedua hal tersebut.
6) Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas indikator-indikator yang sudah dituliskan
pada tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup.
Dalam penyusunan tes terdapat berbagai macam langkah yang dapat dikembangkan
selama penyusunan dan setelah penyusunan. Menurut Djemari Merdapi (2008: 88-97)
terdapat sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan tes hasil belajar, yaitu:
1) Menyusun Spesifikasi Tes
Menyusun spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan
karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Dengan adanya spesifikasi yang jelas
dimungkinkan akan mempermudah dalam penulisan soal, dan siapa saja yang menulis soal
akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama.
2) Menulis Soal Tes
Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang karakterisitiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat.
Hal ini perlu dilakukan secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas.
3) Menelaah Soal Tes
Penelaahan soal tes perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam
pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. Dalam pelaksanaanya
penelaahan soal sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan oleh pihak yang membuat soal
dan akan lebih baik lagi jika penelaahan dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari para
ahli secara bersama dalam tim menelaah dan atau mengoreksi soal.
4) Melakukan Uji Coba Tes
Uji coba terhadap soal perlu dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal. Hal
ini dilaksanakan sebelum soal dipakai dalam tes yang sebenarnya. Diharapkan dengan
dilakukannya uji coba terlebih dahulu dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data
empirik tentang kualitas soal yang telah disusun.
5) Menganalisis Butir Soal
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan langkah berikutnya adalah
menganalisis butir soal. Artinya, dilakukan analisis terhadap masing-masing butir soal yang

13
telah disusun. Melalui analisis butir ini dapat diketahui tingkat kesukaran butir soal, daya
pembeda, dan juga efektivitas pengecoh.
6) Memperbaiki Tes
Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis, langkah berikutnya adalah
melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan kriteria
analisis. Soal sudah baik tidak perlu direvisi sedangkan soal kurang baik memerlukan direvisi
dan soal yang jelek tidak digunakan lagi.
7) Merakit Tes
Setelah keseluruhan butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah selanjutnya adalah
penyusunan butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Penyusunan keseluruhan butir
perlu dilakukan secara hati-hati agar menjadi kesatuan soal yang terpadu.
8) Melaksanakan Tes
Tes yang telah disusun kemudian diujikan kepada peserta tes. Dalam pelaksanaan tes
perlu dilakukan pemantauan atau pengawasan agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh
testee yang jujur dan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan. pengawasan agar tes
tersebut benar-benar dikerjakan oleh testee yang jujur dan sesuai dengan ketentuan yang telah
digariskan.
9) Menafsirkan Hasil Tes
Tes yang telah dilaksanakan akan menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor.
Skor tes kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi.
Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan kriteria penilaian.

d. Macam-macam Tes Hasil Belajar


Tes hasil belajar merupakan salah satu evaluasi yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran serta untuk
mengukur keberhasilan atau kecapaian tujuan pembelajaran oleh guru. Bentuk tes hasil
belajar akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap hasil tes oleh peserta didik
terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur kemampuan siswa:
a) Tes Diagnostik
Menurut Arikunto (2013: 48) tes diagnostik adalah tes yang dapat digunakan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Sedangkan Anas Sudijono (2011:

14
70) tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis
kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Pertanyaan dalam tes diagnostik biasanya ditekankan pada materi yang biasanya sukar
dikerjakan atau difahami oleh siswa dengan tujuan untuk mengetahui kelemahan siswa. Bila
hasil yang didapat dari tes ini rendah, maka diperlukan bimbingan khusus untuk memperbaiki
penguasaan materi oleh siswa pada tes diagnostik ini.
b) Tes Formatif
Anas Sudijono (2011: 71) mengungkapkan tes formatif adalah tes hasil belajar yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah peserta didik telah terbentuk (sesuai denga
tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu Ngalim Purwanto (2009: 26) penilaian formatif
adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang
selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-
mengajar yang sedang atau yang sudah dilakukan.
Tes formatif biasanya dilakukan ditengah pembelajaran yaitu dilaksanakan setiap kali
materi atau subpokok bahasan berakhir. Tindak lanjut yang dapat dilakukan setelah
mengetahui hasil tes formatif adalah jika hasil menunjukkan bahwa materi telah dikuasai
dengan baik maka dapat dilanjutkan pada pokok bahasan selanjutnya namun bila materi
belum dikuasai dengan baik maka bagian-bagian yang belum dikuasai siswa dapat diulangi
atau dijelaskan kembali.
c) Tes Sumatif
Menurut Ngalim Purwanto (2009: 26) penilaian sumatif adalah penilaian yang
dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai di mana penguasaan atau
pencapaian belajar bagi siswa terhadap bahan pelajara yang telah dipelajarinya selama
jangka waktu tertentu. Anas Sudijono (2011: 72) memaparkan tes sumatif adalah tes hasil
belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan.
Tujuan utama tes sumatif adalah menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan
dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan kedudukan siswa di dalam kelompok,
kemampuan siswa mengikuti dan melanjutkan pembelajaran, serta kemajuan siswa sebagai
laporan terhadap orang tua dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

2) Bentuk tes yang digunakan lembaga pendidikan dari sistem penskoran:


a) Tes Subjektif

15
Suharsimi Arikunto (2009: 177) tes subjektif atau tes bentuk esai adalah sejenis tes
kamajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
Tes uraian (essay test) yang sering dikenal dengan istilah tes subjektif (subjective test), adalah
salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan oleh
Anas Sudijono (2011: 100) sebagai berikut:
(1) Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian
atau paparan kalimat yang pada umunya cukup panjang.
(2) Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk meberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya.
(3) Jumlah butir soal umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai sepuluh butir.
(4) Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata Jelaskan.....,
Bagaimana....., atau kata-kata lain yang serupa dengan itu.
Tes subjektif dapat disimpulkan sebagai tes yang memberikan kebebasan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan dalam bentuk uraian. Siswa dapat merumuskan,
mengorganisasikan dan menjawab jawabannya sesuai dengan perintah pada pertanyaan.
Penilaian pada tes subjektif dipengaruhi oleh pemberi skor.
Tes subjektif memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Kelebihan dari tes uraian
menurut Anas Sudijono (2011: 102) adalah:
(1) Tes uraian adalah jenis tes hasil belajar yang pembuatannya dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat.
(2) Dengan menggunakan tes uraian, dapat dicegah kemungkinan timbulnya permainan
spekulasi dikalangan testee.
(3) Melalui butir-butir tes uraian, penyusunan soal akan dapat mengetahui seberapa jauh
tingkat kedalaman dan tingkat penguasaan testee dalam memahami materi yang dinyatakan
dalam tes tersebut.
(4) Dengan menggunakan tes uraian, testeeakan terdorong dan terbiasa untuk berani
mengungkapkan pendapat dengan menggunakan susunan kalimat dan gaya bahasa yang
merupakan hasil olahan sendiri.

Selain memiliki kelebihan, tes uraian memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan dari tes
uraian menurut Anas Sudijono (2011:103) sebagi berikut:
(1) Tes uraian pada umumnya kurang dapat menampung atau mencakup dan mewakili isi
luasnya materi.
(2) Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit.

16
(3) Dalamn pemberian skor hasil tes uraian, terdapat kecenderungan bahwa testee lebih
banyak bersifat subjektif.
(4) Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes uraian sulit untuk diserahkan
kepada orang lain.
(5) Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya keajegan mengukur (reliabilitas) yang
dimiliki oleh tes uraian pada umumnya rendah.
Penggunaan tes subjektif sebagai instumen pengukuran hasil belajar siswa memiliki
kelebihan dan kekurangan. Tes subjektif selain dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, juga
dapat mencegah kemungkinan kecurangan di antara testee. Tes subjektif juga dapat
mengetahui tingkat penguasan materi para testee. Testee juga akan terdorong untuk berani
mengungkapkan pendapatnya mengenai suatu hal tertentu. Akan tetapi, ketepatan
pengukuran seperti validitas dan reliabilitas tes subjektif umumnya memiliki nilai yang
rendah.

b) Tes Objektif
Zainal Arifin (2013:135) memaparkan tes objektif menuntut peserta didik untuk
memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang telah disediakan,
memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum
sempurna. Sedangkan menurut Anas Sudjiono (2011:106), tes objektif (objektive test) adalah
salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab
oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan
jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan
(mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau
ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir items yang bersangkutan.
Berdasarkan pendapat dari ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tes objektif adalah
jenis tes dengan butir soal yang dijawab dengan cara memilih salah satu pilihan jawaban yang
benar. tes objektif memiliki kelebihan. Menurut Suharsimi Arikunto (2013:180), kelebihan
dari tes objektif adalah:
(1) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi
dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik
segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
(2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan
alat-alat hasil kemajuan teknologi.

17
(3) Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.
(4) Dalam pemeriksaannya, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
Tes objektif memiliki sifat lebih objektif, berarti bebas dari campur tangan siapapun
baik campur tangan dari guru maupun campur tangan dari siswa. Selain itu, untuk memeriksa
tes objektif menggunakan waktu yang lebih cepat dan tidak harus diperiksa oleh pembuat soal
sendiri. Meskipun tes objektif memiliki kelebihan, akan tetapi tes objektif juga memiliki
beberapa kekurangan. Menurut Suharsimi Arikunto (2013:180), kekurangan dari tes objektif
antara lain:
(1) Persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak dan
harus teliti untuk menghindari kelemahan yang lain.
(2) Soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan
sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
(3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan
(4) Kerja sama antara siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

Berbagai kelemahan dari tes objektif ini dapat diatasi dengan beberapa cara. Cara
mengatasi kelemahan tes objektif menurut Suharsimi Arikunto (2013: 180) adalah sebagai
berikut:
(1) Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus-menerus
hingga betu-betul mahir.
(2) Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
(3) Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan
(guessing) yang bersifat spekulatif.
Tes objektif terdiri dari beberapa macam. Macam-macam tes objektif sebagai berikut:
(1) Tes benar-salah Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement
tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai
masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu benar menurut
pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
(2) Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian
yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban
yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.

18
(3) Menjodohkan (Matching test)
Matching test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan,
atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban.
Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok
dengan pertanyaannya.
(4) Tes isian (Completion test)
Completion test biasa disebut dengan tes isian, tes menyempurnakan atau melengkapi.
Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan.
Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid inilah merupakan pengertian yang
kita minta dari murid.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tes objektif terdiri dari empat
macam yaitu tes benar-salah, tes pilihan ganda, menjodohkan dan tes isian. Setiap jenis tes
objektif memiliki karakteristiktik tersendiri. Tes objektif yang sering digunakan terutama
untuk ulangan semester adalah tes pilihan ganda (multiple choice test).

B. Analisis Butir Soal


Aktivitas analisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan guna
meningkatkan kualitas soal. Menurut Nana Sudjana (2011: 135), analisis butir soal atau
analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat
pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Dalam pengerjaannya Analisis butir soal
meliputi proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa
yang berkaitan dengan soal yang diujikan agar diperoleh gambaran mengenai kualitas soal
untuk kemudian dapat diambil sebuah keputusan.
Menurut Daryanto (2007: 179) adalah untuk mengidentifikasi soal-soal baik, kurang
baik, dan soal jelak dan memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan. Cara menilai tes
yaitu:
(1) meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun;
(2) mengadakan analisis soal;
(3) mengadakan checking validitas dan
(4) mengadakan checking reliabilitas.
Dalam poin dua yaitu mengadakan analisis soal terdapat tiga pendekatan yang dapat
digunakan yaitu

19
(a) taraf kesukaran
(b) reliabilitas
(c) daya pembeda; dan
(d) pengecoh.
Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 222) analisis butir soal bertujuan untuk
mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan
analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk
mengadakan perbaikan.

C. Penelitian yang Relevan


Dalam menjaga keautentikan dan menghindari plagiasi, maka peneliti melakukan
penelaahan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis kualitas butir soal. Berikut ini
adalah beberapa penelitian yang menurut peneliti dinggap relevan dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan:
1. Skripsi yang ditulis oleh Karzuni pada tahun 2011 yang berjudul Analisis butir soal
Ulangan Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran Bahasa Indonesi SMK Kelas X Semester
Gasal Tahun Ajaran 2010/2011 (studi kasus di SMK Muhammadiyah Ungaran). Dalam
skripsi tersebut menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, menggunakan metode
pengumpulan data dokumentasi, metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis
data yang terdiri atas: kesesuaian antara butir soal deng Kompetensi Dasar, penybaran soal,
validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan efektifitas distraktor, diperoleh data yaitu dari 50
butir soal tes pilihan ganda, dilihat dari tingkat validitasnya yaitu sebanyak 28 butir soal
(56%) valid, dan sisanya 22 (44%) tidak valid. Dilihat dari daya bedanya yaitu sebanyak 36
butir soal (72%) jelek, 11 butir soal (22%) cukup, dan 3 butir soal (6%) baik. Dilihat dari
tingkkat kesukarannya yaitu sebanyak 22 butir soal (44%) mudah, 9 butir soal (18%) sedang,
dan 19 butir soal (38%) sukar. Dilihat dari keberfungsian distraktonya yaitu sebanyak 4 butir
soal (8%) efektif, dan 46 butir soal (92%) tidak efektif.
2. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Fikri Aji Pamilu pada tahun 2014 yang berjudul Analisis
butir soal pada Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X MAN
Yogyakarta III Tahun Ajaran 2013/2014. Dalam skripsi tersebut menggunakan metode
penelitian kuantitatif, metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan
dokumentasi, dan menggunakan bantuan program komputer yaitu softwre Anates 4.0.9 dan
ITEMAN 3.0 diperoleh data yaitu dari 40 butir soal pilihan ganda, dilihat dari tingkat

20
validitasnya yaitu sebanyak 22 butir soal (55%) valid, dan 18 butir soal (45%) tidak valid.
Dilihat reliabilitanya yaitu 0,469 (rendah), dilihat dari tingkat kesukarannya yaitu 8,9% butir
soal tergolong terlalu sukar, 40% butir soal tergolong cukup, dan 51% butir soal tergolong
terlalu mudah. Dilihat dari daya bedanya terdapat 46,7% butir soal tergolong jelek, 22,2%
butir soal tergolong sedang, 22,2% butir soal tergolong baik, dan 8,9% butir soal tergolong
jelek sekali. Dilihat dari keefektifan distraktor yaiu sebanyak 40,88% distraktor dinyatakan
efektif.
3. Skripsi yang ditulis oleh Marzuki pada tahun 2015 yang berjudul Analisis butir soal
Ulangan Tengah Semester Genap Mata Pelajaran Produktif Akuntansi Kelas X Program
Keahlian Akuntansi SMK Negeri I Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Dalam penelitian
tersebut menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif, variabel penelitian yang ditinjau
meliputi aspek validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, day pembeda, dan efektifitas
distraktor. Metode pengumpulan data yang diigunakan adalah dengan teknik dokumentasi,
analisis data menggunakan bantuan aplikasi Anates 4.0.9, dari penelitian tersebut diperoleh
data yaitu dari 40 butir soal, dilihat dari validitasnya yaitu sebanya 12 butir soal (32,5%)
dinyatakan valid, dan 27 butir soal (67,5%) dinyatakan tidak valid, dilihat dari tingkat
reliabilitasnya yaitu 0,50 (rendah), dilihat dari tingkat kesukaran yaitu 4 butir soal (10%)
tergolong sukar, 10 butir soal (25%) tergolong sedang, dan 26 butir soal (65%) tergolong
mudah, dilihat dari day pembedanya yaitu 24 butir soal (60%) tergolong jelek, 7 butir soal
(17,5%) tergolong cukup, 7 butir soal (17,5%) tergolong baik, dan 2 butir soal (5%) tergolong
tidak baik, dilihat dari keberfungsian distraktor yaitu sebanyak 4 butir soal (10%) tergolong
baik, 7 butir soal (17,5%) tergolong cukup, 9 butir soal (22,5%) tergolong kurang baik, dan 20
butir soal (50%) tergolong tidak baik.
4. Skripsi yang ditulis oleh Raras Duhita pada tahun 2015 yang berjudul Analisis butir soal
Ujian Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Pengantar Akuntansi Kelas X Akuntansi SMK
Negeri I Godoen Tahun Ajaran 2014/2015. Dalam penelitian tersebut menggunakan
penelitian deskriptif kuantitatif, Analisis yang digunakan meliputi validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran, day pembeda, dan keefektifan distraktor dengan menggunakan software
Anates 4, dari penelitian tersebut diperoleh dat yaitu dari 10 butir soal, dilihat dari
validitasnya yaitu sebanyak 8 butir soal (80%) dinyatakan tidak valid, dan 2 butir soal (20%)
dinyatakan valid, dilihat dari reliabilitasnya yaitu 0,22 (sangat rendah), dilihat dari daya
pembeda yaitu d butir soal (40%) dinyatakan lemah, 3 butir soal (30%) dinyatakan cukup, 2
butir soal (20%) dinyatakan baik, dan 1 butir soal (10%) dinyatakan baik sekali, dilihat dari

21
tingkat kesukarannya yaitu 1 butir soal (10%) tergolong sedang, dan 9 butir soal (90%)
tergolong mudah, dilihat dari kefektifan distraktor yaitu sebanyak 1 butir soal (10%)
tergolong cukup, 4 butir soal (40%) tergolong kurang baik, dan 5 butir soal (50%) tergolong
tidak baik.
5. Skripsi yang ditulis oleh Erwin Tri Wahyuningsih pada tahun 2015 yang berjudul Analisis
butir soal Tes Objektif buatan Furu Ulangan Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi Kelas
X SMA Negeri 1 Mlati Tahun Ajaran 2013/2014. Dalam penelitian tersebut menggunakan
penelitian deskriptif kuantitatif, variabel penelitiannya meliputi aspek validitas, reliabilitas,
daya pembeda, tingkat kesukaran, dan kefektifan distraktor dengan software ITEMAN 3.00,
menggunakan teknik pengumpulan dat dokumentasi, dari penelitian tersebut diperloeh data
yaitu dari 50 butir soal, dilihat dari tingkat validitasnya yaitu sebanyak 12 butir soal (24%)
dinyatakan valid, dan 38 butir soal (76%) dinyatakan tidak valid, dilihat dari reliabilitasnya
yaitu 0,506 (rendah), dilihat dari tingkat kesukarannya yaitu 10 butir soal (20%) tergolong
sukar, 20 butir soal (40%) tergolong sedang, dan 20 butir soal (40%) tergolong mudah, dilihat
dari daya pembedanya yaitu 14 butir soal (28%) tergolong tidak baik, 17 butir soal (34%)
tergolong cukup baik, dan 19 butir soal (38%) tergolong baik. Dilihat dari keefektifan
distraktor yaitu 1 bbutir soal (2%) tergolong cukup, 21 butir soal (42%) tergolong kurang, dan
28 butir soal (56%) tergolong tidak baik.
Setalah peneliti melakukan penelaahan pada penelitian di atas, peneliti ingin lebih
menjabarkan tertang klasifikasi butir soal yaitu dari kurang baik, cukup baik, baik, sangat
baik, serta lebih mendetail dalam penginterpretasian opsi tiap butir yang belum dijabarkan
dalam penelitian-penelitian di atas. Serta menggunakan software yang lebih detail dan akurat
yaitu ITEMAN 4.3.

4. KERANGKA TEORI
Kegiatan pengukuran, penilaian, dan evaluasi mempunyai peranan yang penting dalam
pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran karena dengan begitu dapat diketahui hasil
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Salah satu hal yang harus dikuasi oleh seorang guru adalah guru harus bisa mengukur,
menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didiknya, karena pengetahuan
seorang guru akan memberikan pengetahuan yang lebih dari apa yang dimiliki siswa.
Sehingga dengan adanya kegiatan pengukuran, penilaian dan evaluasi tersebut akan
memberikan informasi mengenai potensi yang dimiliki peserta didik dan sejauh mana

22
keberhasilan proses pembelajaran yang dicapai dalam mewujudkan tujuan pembelajaran itu
sendiri. Informasi dari evaluasi ini, akan berfungsi untuk bahan acuan guru dan pihak
berkepentingan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan peserta didik.
Kegiatan analisis butir soal berfungsi dalam memberikan informasi mengenai kualitas
dari tes, dan dapat digunakan oleh guru dalam mengevaluasi peserta didik. Analisis butir soal
akan memberikan informasi mengenai kualitas tes yang dapat diketahui dari aspek validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran tes tersebut.
Soal ulangan akhir semester mata pelajaran kelistrikan yang diujikan kepada seluruh
siswa kelas XI TKR SMK Negeri 1 Lamongan, XI TKR SMK Negeri 1 Sambeng, dan XI
TKR SMK NU Al-Hidayah. Soal yang diujikan tersebut adalah soal dibuat oleh guru
pengampu mata pelajaran, yang mana kualitas soal tersebut belum diketahui kualitasnya.
Kualitas soal yang diujikan kemudian dianalisis agar penyelenggaraan ulangan dapat lebih
meningkat karena menggunakan soal-soal berkualitas yang dipilih setelah diketahui kualitas
pada masing-masing butir soal.
Analisis kualitas butir soal yang dilakukan adalah dengan analisis secara kuantitatif
yang ditinjau berdasarkan aspek Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda,
dan Efektivitas Pengecoh (distraktor) menggunakan software ITEMAN 4.3.
Analisis validitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aspek ketepatan suatu
tes sebagai alat ukur. Tes memiliki kriteria validitas tinggi apabila tes tersebut mampu
menjalankan fungsi sebagai alat ukur secara tepat sesuai dengan tujuan pengukurnya.
Reliabilitas merupakan pengukuran untuk mengetahui tingkat atau derajat konsisten suatu
perangkat tes. Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil yang
sama bila diberikan kepada sekelompok siswa yang sama pada waktu yang berbeda.
Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal mana yang termasuk mudah,
sedang dan sukar. Tingkat kesukaran soal yang semakin mendekati angka 1,00 maka soal
tersebut semakin mundah. Daya pembeda soal akan mengkaji soal-soal tes dari segi
kemampuan tes tersebut dalam membedakan siswa yang masuk dalam kategori rendah
maupun tinggi. Efektivitas penggunaan pengecoh/distractor dapat diketahui dengan melihat
pola sebaran jawaban para siswa. Dari pola sebaran jawaban, dapat ditentukan apakah
pengecoh dapat berfungsi atau tidak. Pengecoh yang baik ditandai dengan dipilih oleh
sedikitnya 5% dari peserta tes. Berikut alur analisis butir soal:

23
Skema Terangka Teori

Butir soal Ulangan Akhir Semester Gasal

Kelistrikan kelas XI

Lembar Jawaban Siswa, Kisi-kisi, dan Kunci


Jawaban

Analisis Butir Soal

Validitas Reliabilitas Tingkat Daya Efektifitas


Kesukaran Pembeda Pengecoh

Hasil Analisis

Butir Soal yang Butir Soal Kurang Butir Soal yang


Baik Baik Tidak Baik

Opsi Tiap Opsi Tiap Butir Opsi Tiap Opsi Tiap Butir Dibuang
Butir Soal Soal yang Tidak Butir Soal Soal yang
yang Baik Baik yang Baik Tidak Baik

Direvisi Opsi dan Direvisi Sebagian atau


Disimpan di Bank Soal Dibuang

Informasi dari analisis butir soal ini dapat digunakan guru untuk mengembangkan
perangkat tes tersebut bila sudah memiliki kualitas yang baik serta dapat merevisi perangkat
tes bila kualitasnya masih jelek hingga memiliki kualitas yang baik. Dengan analisis butir
soal, guru akan memiliki perangkat kualitas baik sehingga dapat mencerminkan prestasi
belajar peserta didik tersebut.

24
BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitin yang akan dilakukan di kelas XI TKR SMK Negeri 1 Lamongan yang
terletak di Jalan Jendral Panglima Sudirman No. 65, Sidokumpul, Kecamatan Lamongan,
Kabupaten Lamongan pada...............,
XI TKR SMK Negeri 1 Sambeng yang terletak di Jalan Raya Pasar Legi No. 01, Kecamatan
Sambeng, Kabupaten Lamongan pada ................................
, dan XI TKR SMK NU Al-Hidayah yang terletak di Desa Lamongrejo, Kecamatan
Ngimbang, Kabupaten Lamongan pada.................

B. Populasi dan Sampel


Sampel yang akan peneliti ambil adalah dari seluruh siswa kelas XI Teknik
Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Lamongan yang terdiri dari dua kelas berjumlah 64 siswa,
seluruh siswa kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Sambeng yang terdi dari
satu kelas berjumlah 30 siswa, dan seluruh siswa kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK
NU Al-Hidayah yang terdiri dari dua kelas berjumlah 60 siswa, dari ketiga sekolah tersebut
akan diminta hasil UAS beserta butir soal yang terdiri 50 butir soal dari tiap sekolah.

C. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini mencari kualitas pembuatan butir soal yang dibuat oleh guru
pengampu mata pelajaran kelistrikan kelas XI SMK Negeri 1 Lamongan, XI TKR SMK
Negeri 1 Sambeng, dan XI SMK NU Al-Hidayah dengan menggunakan veriabel penelitian
yang meliputi aspek validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan keefektifan
distraktor.

D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini
bertujuan untuk mencari informasi dan data yang tentang butir soal yang dibuat oleh guru
pengampu mata pelajaran kelistrikan XI TKR SMK Negeri 1 Lamongan, XI TKR SMK
Negeri 1 Sambeng, dan XI TKR SMK NU Al-Hidayah untuk mengdeskripsikan kualitas butir

25
soal yang dibuat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif karena data yang
digunakan adalah dalam bentuk angka-angka dan dianalisis dengan statistik menggunakan
software ITEMAN 4.3.

E. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi.
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisnan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2013: 82).
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa daftar presensi siswa, kisi-kisi
soal, soal ulangan akhir sekolah semester gasal kelas XI TKR mata Pelajaran Kelistrikan,
kunci jawaban dan jawaban seluruh siswa kelas XI TKR SMK Negeri 1 Lamongan, XI TKR
SMK Negeri 1 Sambeng, dan XI TKR SMK NU Al-Hidayah.

F. Analisis Data
Analisis butir soal meliputi kegiatan menganalisis soal berdasarkan Validitas,
Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Efektivitas Pengecoh.
1) Validitas
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas apabila tes tersebut dapat mengukur objek
yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu. Menurut Ngalim Purwanto
(2013: 137), validitas (kesahihan) adalah kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu
pengukuran dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku.
Untuk sampai pada kesimpulan bahwa item-item yang ingin diketahui validitasnya
yaitu valid atau tidak, dapat digunakan teknik korelasi sebagai teknik analisisnya. Sebutir
item dapat dinyatakan valid, apabila hasil perhitungan dari indeks korelasi melebihi r tabel.
Menurut Anas Sudijono (2012: 163-182), terdapat dua macam validitas, yaitu:
a) Validitas Tes
Validitas tes digunakan untuk mengukur tes secara keseluruhan. Macam-macam
validitas tes terdiri dari:
(1) Validitas rasional (logis)
Validitas rasional merupakan validitas yang diperoleh atas dasar pemikiran atau validitas
yang diperoleh dengan cara berpikir secara logis. Kriteria rasional sebuah tes yaitu jika tes
hasil belajar secara rasional memang telah dapat mengukur yang seharusnya diukur secara

26
tepat. Cara penelusuran yang dilakukan adalah dengan penelusuran dari segi susunan atau
konstruksinya.
(a) Validitas Isi
Validitas isi adalah kemampuan sebuah tes dalam mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran. Validitas isi diperoleh setelah
dilakukan penganalisisan, penelusuran, atau pengujian terhadap isi yang terkandung
dalam tes hasil belajar. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat
penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran.
(b) Validitas konstruksi
Sebuah tes telah memenuhi kriteria validitas konstruksi jika butir-butir soal
yang membangun tes dapat mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan
dalam tujuan instruksional khusus. Validitas konstruksi dianalisis dengan melakukan
pencocokan antara aspek-aspek berpikir yang dikehendaki untuk diungkapkan menjadi
tujuan instruksional.
(c) Validitas empirik
Validitas empirik bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di
lapangan. Sebuah tes memenuhi validitas empirik jika sudahdiuji dari pengalaman.
Terdapat dua macam validitas empirik yaitu.
(1) Validitas Ramalan
Sebuah tes memiliki validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan
seberapa jauh untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang
akan datang secara tepat.
(2) Validitas Bandingan
Tes memiliki validitas bandingan jika dalam kurun waktu yang sama
dengan secara tepat telah mampu menunjukkan adanya hubungan searah
antara tes pertama dengan berikutnya.
b) Validitas item
Validitas item adalah ketepatan yang dimiliki item-item soal dalam mengukur apa
yang seharusnya diukur. Item-item soal tersebut merupakan sebuah totalitas yang tidak
terpisahkan dari sebuah tes.
Dalam pelaksanaan analisis butir soal secara kuantitatif, pengukuran validitas tes dapat
dilakukan dengan menganalisis validitas item. Menurut Suharsimi Arikunto pengertian
umum untuk validitas item adalah sebutir item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan

27
yang besar terhadap skor total, yaitu sebuah item memiliki validitas tinggi jika skor pada item
mempunyai kesejajaran dengan skor total.
Validitas item soal bentuk pilihan ganda dapat dihitung
dengan menggunakan rumus korelasi point biserial sebagai
berikut:

Keterangan:
= koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi butir yang dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi peserta didik yang menjawab benar
q = proporsi peserta didik yang menjawab salah (q=1-p)
(Suharmisi Arikunto, 2013: 93)

Dalam menafsirkan angka koefisien korelasi, menurut Suharsimi Arikunto (2013: 89)
dilakukan adalah dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik r product moment. Jika harga r
lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan.

2) Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah taraf kepercayaan
suatu tes. Taraf kepercayaan sebuah tes dikatakan tinggi jika
dapat memberikan hasil yang tetap. Menurut Chabib Thoha (2003: 118), reliabilitas sering
diartikan dengan keterandalan, artinya suatu tes memiliki keterandalan jika tes tersebut
dipakai mengukur berulang-ulang hasilnya sama. Demikian halnya sebagaimana diungkapkan
oleh Zainal Arifin (2013: 258) yang menyatakan bahwa reliabilitas adalah tingkat atau derajat
konsistensi dari suatu instrumen.
Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 104-105), dalam mencari besarnya reliabilitas
dapat dilakukan dengan tiga cara:
1) Metode bentuk paralel (equivalent)

28
Dalam metode ini dua buah tes yang memiliki tingkat kesukaran yang sama tapi dalam
penyajian yang berbeda diujikan kepada sekelompok siswa yang sama kemudian hasilnya
dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua hasil tes tersebut menunjukkan koefisien
reliabilitas.
2) Metode tes ulang (test-retest method)
Dalam metode ini hanya disediakan satu buah tes yang kemudian diujikan sebanyak
dua kali. Hasil dari dua kali pengujian ini dapat dihitung korelasinya sehingga diperoleh nilai
reliabilitas.
3) Metode belah dua (split-half method)
Dalam metode ini hanya disediakan sebuah tes dan hanya diteskan satu kali kemudian
nilai hasil tes di belah menjadi dua kategori dan dikorelasikan untuk dicari reliabilitasnya.
Terdapat dua cara dalam dalam menerapkan metode belah dua, yaitu:

(a) Pembelahan ganjil-genap, yaitu membelah item-item menjadi dua bagian dengan
kategori angka ganjil dan angka genap.
(b) Pembelahan awal-akhir, yaitu membelah item-item menjadi dua bagian yaitu sebagian
merupakan nomor-nomor awal dan sebagian merupakan nomor-nomor akhir.
Besarnya nilai reliabilitas tes dalam metode belah dua dengan
cara pembelahan ganjil-genap dapat dicari dengan menggunakan
rumus Spearman-Brown. Rumus ini diterapkan dalam
perhitungan tes yang berbentuk pilihan ganda. Nilai dari
reliabilitas tes tersebut diberi lambang r, yang mana untuk
soal berbentuk pilihan ganda dapat digunakan rumus sebagai
berikut:

Keterangan:
r 11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r = korelasi antara skor-skor belahan tes
(Suharsimi Arikunto, 2013 : 107)

29
Besarnya nilai r dapat dicari dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar.
Simbol x dan y mewakili belahan ganjil dan genap, sehingga dapat dirumuskan yaitu :

Keterangan:
r =Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan
(Suharsimi Arikunto, 2013: 87)

Menurut Anas Sudijono (2012: 209), setelah dilakukan perhitungan terhadap besarnya
angka reliabilitas, hasilnya kemudian diintrepretasikan terhadap koefisien atau nilai r sebagai
berikut:
1) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari 0,70, maka hasil tes yang sedang diuji
reliabilitasnya telah memiliki reliabilitas yang tinggi.
2) Apabila r11 lebih kecil dari 0,70, maka hasil tes yang sedang diuji reliabilitasnya
dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi.

3) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal.
Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan
bahwa soal tersebut baik. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 222), soal yang baik adalah
soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Demikian halnya Anas Sudijono (2012:
370), yang menyatakan bahwa butir item tes dapat dinyatakan sebagai butir item yang baik
apabila butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Dapat disimpulkan
bahwa soal yang baik adalah soal yang memiliki taraf kesukaran pada ketegori sedang.
Rumus yang dapat digunakan untuk mengetahui tingginya
rendahnya taraf kesukaran (TK) adalah sebagai berikut:

P JS
B
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul

30
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
(Suharsimi Arkunto, 2013 : 223)
Dengan demikian dalam penyusunan tes yang patut diperhatikan hendaknya soal
tidaklah terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Angka yang menunjukkan tingkat
kesukaran dikenal dengan istilah Difficulty Index yang diberi lambang P (Proportion).
Besarnya tingkat kesukaran berki sar antara 0,00 sampai dengan 1,0. Menurut Suharsimi
Arikunto (013:225), klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut:

0,00 0,30 = Soal kategori sukar


0,31 0,70 = Soal kategori sedang
0,71 1,00 = Soal kategori mudah

4) Daya Pembeda
Daya pembeda mencakup aktivitas pengukuran sejauhmana suatu butir soal mampu
membedakan peserta didik yang tergolong pandai (berprestasi tinggi) dengan peserta didik
yang bodoh (memiliki prestasi rendah) berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Ngalim
Purwanto (2013: 120), mengungkapkan bahwa daya pembeda adalah bagaimana kemampuan
soal untuk membedakan siswa-siswa yang termasuk kelompok pandai dengan siswa-siswa
yang termasuk kurang pandai.
Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu suatu butir
soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta
didik yang kurang menguasai kompetensi. Cara yang dapat dilakukan untuk menentukannya
yaitu seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi 2 yaitu kelompok atas dan kelompok bawah
yang kemudian dilakukan perhitungan. Angka yang menunjukkan besarnya Paya Pembeda
(Discriminating Power) diberi lambang DP. Besarnya daya pembeda berkisar antara 0,00
sampai 1,00.
Rumus yang dapat digunakan untuk mencari daya pembeda yaitu:
DP = BA - BB = PA - PB
JA JB

Keterangan:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

31
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

PA= BA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar


JA
JB= BB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB
(Suharsimi Arikunto, 2013: 228)
Dalam menafsirkan indeks daya pembeda digunakan lasifikasi dapat digunakan
klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:
D : 0,00 - 0,20 : jelek (poor)
D : 0,21 0,40 : cukup (satisfactoryi)
D : 0,41 0,70 : baik (goodi)
D : 0,71 1,00 : baik sekali (xcellent)
D : negatif, semuanya tidak baik dan sebaiknya dibuang saja
(Suharsimi Arikunto, 2013: 232)

5) Efektivitas Pengecoh
Efektivitas pengecoh merupakan dasar penelaahan soal guna mengetahui berfungsi
tidaknya jawaban yang tersedia sebagai pengecoh. Menurut Zainal Arifin (2013: 279), pada
soal yang berbentuk pilihan ganda ada alternatif jawaban (opsi) yang merupakan pengecoh.
Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang
menjawab salah. Sebaliknya, soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih
secara tidak merata.
Pengecoh dianggap berfungsi apabila jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu
sama atau mendekati jumlah ideal berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria ideal suatu pengecoh
dapat dikatakan berfungsi baik yaitu jika pengecoh dipilih merata oleh peserta tes yang belum
menguasai materi.
Untuk menganalisis efektivitas pengecoh pada masing-masing pilihan jawaban yang
berfungsi sebagai pengecoh dapat menggunakan rumus Indeks Pengecoh yaitu:

Keterangan :

32
IP = Indeks Pengecoh
P = Jumlah Peserta didik yang memilih pengecoh
N = Jumlah peserta didik yang ikut tes
B = Jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
N = Jumlah alternatif jawaban (opsi)
1 = Bilangan tetap
(Zainal Arifin, 2013:279)

Hasil perhitungan setiap indeks pengecoh pada suatu butir


soal dapat diinterpretasikan menggunakan kriteria sebagai berikut.
Sangat baik IP = 76% - 125%
Baik IP = 51% - 75% atau 126% - 150%
Kurang Baik IP = 26% - 50% atau 151% - 175%
Jelek IP = 0% - 25% atau 176% - 200%
Sangat Jelek IP = lebih dari 200%

33
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Merdapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.Yogyakarta : Mitra
Cendikia.
Purwanto, Ngalim. 2013. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sudijiono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Suharsimi, Arikunto. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Thoha, Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Skripsi
Ahmad Fikri Aji Pamilu. 2014. Analisis Butir Soal pada Ulangan Akhir Semester Gasal Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X MAN Yogyakarta III Tahun Pelajaran 2013/2014.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Erwin Tri Wahyuningsih. 2015. Analisis Butir Soal Tes Objektif Buatan Guru Ulangan
Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 1 Mlati Tahun
Ajaran 2013/2014. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Karzuni. 2011. Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia SMK Kelas X Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011 (studi kasus di
SMK Muhammadiyah Uangaran). Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

34
Marzuki. 2015. Analisis Butir Soal Ulangan Tengah Semester Genap Mata Pelajaran
Produktif Akuntansi Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri I Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Raras Duhita. 2015. Analisis Butir Soal Ujian Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran
Pengantar Akuntansi Kleas X Akuntansi SMK Negeri 1 Godean Tahun Ajaran
2014/2015. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Artikel Skripsi
Alpusari, Mahmud. 2013. Analisis Butir Soal Konsep Dasar IPA 1 Melalui Penggunaan
Program Komputer Anates versi 4.0. Universitas Riau.
Rahayu, Tika Dwi. Dkk. 2012. Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Beda pada Soal Ujian
Tengah Semester Ganjil bentuk Pilihan Ganda Mata Pleajaran Ekonomi Kelas X di
SMA Negeri 5 Jember Tahun Ajaran 2012/2013. Universitas Jember.
Santos, Higuita. 2012. Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Butir-butir Soal Ujian Akhir
Semester (UAS) Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Batu Ajaran 2011/2012

35

Anda mungkin juga menyukai