Anda di halaman 1dari 1

patient safety: suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera

yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes RI,
2008).
penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses
pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun
pihak rumah sakit (Cecep, 2013).
tanatologi: berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). dalah bagian dari Ilmu
Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan
yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. manfaat: untuk dapat
menetapkan hidup atau matinya korban, memperkirakan lama kematian korban, dan menentukan wajar atau tidak wajarnya
kematian korban.
aspek medikolegal: suatu ilmu terapan yang melibatkan dua aspek ilmu yaitu medico yang berarti ilmu kedokteran dan -
legal yang berarti ilmu hukum. Medikolegal berpusat pada standar pelayanan medis dan standar pelayanan operasional dalam
bidang kedokteran dan hukum hukum yang berlaku pada umumnya dan hukum hukum yang bersifat khusus seperti
kedokteran dan kesehatan pada khususnya.
komunikasi: suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. Suatu proses yang
mentransmisikan pesan kepada penerima pesan melalui berbagai media yang dilakukan oleh komunikator adalah suatu tindakan
komunikasi.
KUHP: (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) kitab undang-undang hukum yang berlaku sebagai dasar hukum di Indonesia.
KUHP merupakan bagian hukum politik yang berlaku di Indonesia, dan terbagi menjadi dua bagian: hukum pidana materiil dan
hukum pidana formil. Semua hal yang berkaitan dengan hukum pidana materiil adalah tentang tindak pidana, pelaku tindak
pidana dan pidana (sanksi). Sedangkan, hukum pidana formil adalah hukum yang mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana
materiil.
JUNCTO: dihubungankan/dikaitkan" dapat berupa undang-undang, pasal, ketentuan-ketentuan yang satu dengan undang-
undang, pasal, ketentuan-ketentuan yang lainnya dan biasanya disingkat dengan "jo".
visum et repertum: laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan sumpah/janji yang diucapkan pada waktu
menerima jabatan dokter, memuat berita tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti berupa tubuh
manusia/benda yang berasal dari tubuh manusia yang diperiksa sesuai pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas permintaan
penyidik untuk kepentingan peradilan. Bantuan dokter pada penyidik : Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP),
pemeriksaan korban hidup, pemeriksaan korban mati. Penggalian mayat, menentukan umur seorang korban / terdakwa,
pemeriksaan jiwa seorang terdakwa, pemeriksaan barang bukti lain (trace evidence).
Yang berhak meminta visum et repertum adalah :
1. Penyidik
2. Hakim pidana
3. Hakim perdata
4. Hakim agama
Yang berhak membuat visum et repertum.(KUHAP Pasal 133 ayat 1) :
1. Ahli kedokteran kehakiman
2. Dokter atau ahli lainnya.
penyidik: Pasal 1 butir 1 KUHAP memberikan batasan tentang penyidik. Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia atau Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan
kematian molekuler: suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya
tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak
bersamaan
livor mortis: (lebam mayat, post mortem lividity, post mortem hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices.)
suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat
penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi, bukan bagian tubuh
mayat yang tertekan oleh alas keras. Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis. Makin
lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis. Sebelum lebam mayat
menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis.
Juga lebam masih bisa berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita hilangkan dengan
penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-10 jam.
Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu :
1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar.
2. Kapiler sebagai bejana berhubungan.
3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun.
4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis.
rigor mortis: kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot,
yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer; hal mana disebabkan oleh karena terjadinya perubahan
kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot

Anda mungkin juga menyukai