Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATAN TRAUMA ABDOMEN

DENGAN SERIAL RUPTUR LIEN AKIBAT TRAUMA ABDOMEN

Disusun Oleh :

1. Marlita Isti Pratiwi (G2A216014)


2. Arif Mutasim Billah (G2A216015)
3. Nunik Nurwanah (G2A216016)
4. Ramdhan Kusnaedi (G2A216017)
5. Rizka Malinda (G2A216018)
6. Novia Dewi Permata S (G2A216019)
7. Elsa Revista (G2A216020)
8. Yuni Widya U (G2A216021)
9. Imran Pashar (G2A216022)
10. Armawati (G2A216023)
11. Annisa Lusi A (G2A216024)
12. Ratihanida Lukitasari (G2A216025)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma didefinisikan sebagai cedera pada jaringan dan organ


manusia karena adanya pemindahan energi dari lingkungan. Pada masa
lalu, istilah trauma dikaitkan dengan istilah kecelakaan. Kecelakaan berarti
cedera yang terjadi tanpa maksud, dampak kejadian yang tidak disangka-
sangka. Trauma yang disengaja dan tidak disengaja meliputi berbagai
cedera akibat tabrakan kendaraan bermotor, cedera pejalan kaki, luka
tembak, jatuh, kekerasan terhadap orang lain atau kekerasan yang
mencederai diri sendiri. Cedera ketidakmampuan dan kematian yang
terjadi akibat tindakan tersebut menjadi tantangan bagu layanan kesehatan
utama.
Trauma lebih lanjut lagi diklasifikasikan sebagai luka tumpul atau
tusuk. Trauma akibat benda tumpul terjaadi ketika tidak terdapat hubungan
anatara kerusakan jaringan dan lingkungan luar. Trauma ini juga
disebabkan oleh beragam kekuatan meliputi deselarasi (penurunan
kecepatan dari benda yang bergerak), aselerasi (peningkatan kecepatan
dari benda yang bergerak), kompresi (pendekatan jaringan akut akibat
peningkatan densitas), kompresi (penekanan jaringan akut akibat
peningkatan densitas), dan tabrakan ( dorongan kuat yang terjadi akibat
perusakan jaringan).
Ruptur pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robekan
atau pecahnya lien yang merupakan organ lunak yang dapat bergerak,
yang terjadi karena trauma tumpul, secara langsung atau tidak langsung.
Ruptur lien merupakan kondisi rusaknya lien akibat suatu dampak penting
kepada lien dari beberapa sumber. Penyebab utamanya adalah cedera
langsung atau otidak langsung yang menyebabkan laserasi kapsul linealis
dan avulsi pedikel lien sebagian atau menyeluruh. Pada trauma lien yang
3

perlu diperhatikan adalah adanya tanda-tanda perdarahan yang


memperlihatkan keadaan hipotensi, syok hipovolemik, dan nyeri abdomen
pada kuadran atas kiri dan nyeri pada bahu kiri karena iritasi diafragma.
Perdarahan lambat yang terjadi kemudian pada trauma tumpul lien dapat
terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini
terjadi karena adanya tamponade sementara pada laserasi yang kecil atau
adanya hematom subkapsuler yang membesar secara lambat dan kemudian
pecah. Untuk menentukan diagnosis trauma tumpul maka diperlukan
anamnesis adanya riwayat trauma abdomen bagian kiri bawah,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yang menunjukkan tanda-
tanda trauma tumpul dengan ruptur klien.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan
karena trauma, luka insisi bedah, kerusakan integritas jaringan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui anatomi fisiologi abdomen dan region abdomen
b. Mengetahui pengertian trauma abdomen
c. Mengetahui etiologi trauma abdomen
d. Mengetahui pastofisiologi trauma abdomen
e. Mengetahui manifestasi klinis trauma abdomen
f. Mengetahui penatalaksanaan trauma abdomen
g. Mengetahui komplikasi trauma abdomen
h. Mengetahui asuhan keperawatan trauma abdomen.

C. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah metode
kepustakaan, dengan menggunakan beberapa referensi dari buku-buku dan
internet.
4

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II : membahas konsep dasar yang terdiri dari : pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan kegawat daruratan,
pengkajian fokus, pathwau keperawatan, diagnosa keperawatan, fokus
intervensi dan rasional
BAB III : tinjauan kasus terdiri dari asuhan keperawatan pada pasien
trauma abdomen kasus
BAB IV : terdiri dari kesimpulan dan saran
5

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Abdomen


Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong
dan meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga
abdomen dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu
rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah
bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas
diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di
depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-
iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan
quadratus lumborum. Bagian dari rongga abdomen dan pelvis beserta
daerah-daerah (Pearce, 1999).
6

Rongga Abdomen dan Pelvis (Pearce, 1999)


Keterangan :
1. Hipokhondriak kanan
2. Epigastrik
3. Hipokhondriak kiri
4. Lumbal kanan
5. Pusar (umbilikus)
6. Lumbal kiri
7. Ilium kanan
8. Hipogastrik
9. Ilium kiri

Bagian-bagiannya, antara lain :

1. Hipokondriak kanan 2. Epigastrik 3. Hipokondriak kiri

Lobus kanan hati Aorta Lambung


Kandung empedu Ujung pilorik Limpa
Sebagian duodenum lambung Ekor pankreas
Fleksura hepalik pada Pankreas Fleksura splenik
kolon Sebagian hati pada kolon
Seperdua atas ginjal Seperdua atas ginjal
kanan kiri
Kelenjar suprarenal Kelenjar suprarenal

4. Lumbal kanan 5. Umbilikal 6. Lumbal kiri

Kolonasenden Omentum Kolon desenden


Seperdua bawah Masenter Seperdua bawah
ginjal kanan Bagian bawah ginjal kiri
Sebagian duodenum duodenum Sebagian yeyenum
dan yeyenum. Sebagian yeyenum dan ileum
dan ileum
7

7. Ilium kanan 8. Hipogastrum 9. Ilium kiri

Sekum Ileum Kolon sigmoid


Apendiks Kandung kemih Ureter kiri
Ujung bawah ilium Uterus Saluran sperma kiri
Ureter kanan Ov
Saluran sperma
kanan
Ovarium kanan

Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran


pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar (Pearce, 1999).
Lambung
1. Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di
belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium
cardia terletak di belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Fundus
lambung, mencapai ketinggian ruang interkostal (antar iga) kelima kiri.
Corpus, bagian terbesar letak di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang
menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian corpus dekat
dengan pylorus disebut anthrum pyloricum.Fungsi lambung :
a. Tempat penyimpanan makanan sementara.
b. Mencampur makanan.
c. Melunakkan makanan.
d. Mendorong makanan ke distal.
e. Protein diubah menjadi pepton.
f. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
g. Faktor antianemi dibentuk.
h. Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum
(Pearce, 1999).
8

2. Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter
panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung
sampai katup ibo kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus
halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar. Usus
halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25
cm.
b. Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari usus
halus.
c. Ileum adalah menempati tiga pertama akhir.

Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari


lambung isi duodenum adalah alkali. (Pearce, 1999)
3. Usus Besar
Usus halus adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari
katup ileokdik yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira
satu setengah meter. Fungsi usus besar adalah :
a. Absorpsi air, garam dan glukosa.
b. Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam.
c. Penyiapan selulosa.
d. Defekasi (pembuangan air besar) (Pearce, 1999)
4. Hati
Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di
bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah
diafragma. Hati Secara luar dilindungi oleh iga-iga. Fungsi hati adalah :
a. Bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai
pengaruhnya atas makanan dan darah.
9

b. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai


pengantar matabolisme.
c. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.
d. Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa.
e. Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.
f. Hati sebagai penghancur sel darah merah.
g. Membuat sebagian besar dari protein plasma.
h. Membersihkan bilirubin dari darah (Pearce, 1999).

5. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan
merupakan membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di
sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran depannya.
Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu
terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher. Fungsi kangdung empedu
adalah :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.
b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat. (Pearce,
1999).
6. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat
mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter,
mulai dari duodenum sampai limpa. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian
yaitu kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan rongga abdomen
dan di dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di belakang
lambung dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas
bagian yang runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa. Fungsi
pankreas adalah :
a. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang
membentuk getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.
10

b. Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat


kelompok-kelompok kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan
nyata.
c. Menghasilkan hormon insulin mengubah gula darah menjadi gula
otot (Pearce, 1999).
7. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah
lumbal di sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum.
Dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebre thoracalis
sampai vertebre lumbalis ketiga ginjal kanan lebih rendah dari kiri, karena
hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal 6 sampai
7 centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi
menjadi beberapa lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus
caudatus, lobus sinistra. Fungsi ginjal adalah :
a. Mengatur keseimbangan air.
b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam
basa darah.
c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. (Pearce, 1999)

8. Limpa
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen
diantara fundus ventrikuli dan diafragma. Fungsi limpa adalah :
a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan
limposit.
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk
homoglobin dan zat besi bebas.

Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :


1) Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis.
2)Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
3) Dua margo yaitu margo anterior dan posterior
11

Rongga Abdomen Bagian Depan


Keterangan :
a. Diafragma
b. Esofagus
c. Lambung
d. Kaliks kiri
e. Pankreas
f. Kolon desenden
g. Kolon transversum
h. Usus halus
i. Kolon sigmoid
j. Kandung kencing
k. Apendiks
l. Sekum
m. Illium
n. Kolon asenden
12

o. Kandung empedu
p. Liver
q. Lobus kanan
r. Lobus kiri

Patologi Abdomen

1. Peritonitis, merupakan radang pada peritoneum yang sangat berbahaya


sebagai komplikasi dari penyebaran infeksi yang terjadi pada organ-organ
abdomen seperti appendicitis, salphingitis, rupture, saluran cerna, luka
tembus abdomen.
2. Obstruksi usus, merupakan penyumbatan usus yang terjadi karena adanya
daya mekanik dan mempengaruhi dinding usus sehingga mengakibatkan
penyempitan atau penyumbatan lumen usus.
3. Preumo peritoneum, merupakan adanya udara di dalam rongga
peritoneum, (Bontrager, 2001)
4. Editis Ulseratif, merupakan penyakit dimana daerah yang luas dari usus
besar meradang dan mengalami ulserasi. (Bontrager, 2001)
5. Volvulus, disebut juga torsi merupakan pemutaran usus dengan
mesenterium sehingga poros. (Bontrager, 2001)
6. Tumor / neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh
sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh
(Dr. Kristanto)
7. Ulkus atau tukak yaitu terjadi apabila sebagian permukaan tulang jaringan
hilang sedang sekitarnya meradang. Bisa terjadi di kulit atau alat dalam
seperti lambung dan usus (Dr. Kristanto).
13

B. Trauma Abdomen
Trauma abdomen adalah terjadinya cedera atau kerusakan pada organ
abdomen yang menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme , kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma
langsung pada abdomen dapat membuat laserasi dan menekan organ padat
sehingga menyebabkan cedera yang keras pada organ yang cekung.
Pembuluh darah dapat robek dan organ tidak mendapat suplai darah sehingga
dapat mengancam. Ancaman segera setelah trauma abdomen adalah hemoragi
dan ancaman selanjutnya adalah peritonitis (Lemone dkk, 2015).
Trauma abdomen terbagi menjadi jenis yaitu trauma terhadap dinding
abdomen. Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen ,disebabkan oleh trauma tumpul .
Kontusiodinding abdomen tidak terdapat cedera abdomen , tetapi trauma
tumpul padaabdomen dapat terjadi karena kecelakaan motor , jatuh, atau
pukulan.
2. Laserasi , merupakan trauma tembus abdomen yang disebabkan oleh
lukatembakan atau luka tusuk yang bersifat serius dan biasanya
memerlukanpembedahan. Hampir semua luka tembak membutuhkan
bedah ekspolarasi, luka tusuk mungkin lebih ditangani secara konservatif.
( Smeltzer, 2001).

C. Etiologi
Menurut smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian. Penyebab trauma yang lainnya sebagai berikut:
1. Penyebab trauma penetrasi
a) Luka akibat terkena tembakan
b) Luka akibat tikaman benda tajam
c) Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi
a) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
14

b) Hancur (tertabrak mobil)


c) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

D. Manifestasi Klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi:
nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual
dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya
terdapat adanya:
1. Jejas atau ruktur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarhan intra abdominal
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi
usu tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual, muntah dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
1. Terdapat luka robekan pada abdomen
2. Luka tusuk sampai menembus abdomen
3. Penaganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan
4. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen.

E. Pathway
( Terlampir )
15

F. Patofisiologi
Menurut Guilon (2011), Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada
tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah
raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil
dari interaksi antara faktor faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan
jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan
obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari
jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma
juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk
aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung
pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung
kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan.
Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah
posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi
cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

G. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
1. Pre Hospital
16

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam


nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman,
luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon,
maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah
atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara lihat dengar rasakan tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-
sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika
tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera.
Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30
kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) :
a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit

Penetrasi (trauma tajam):


17

a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau
sehingga tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g. Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal
untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna
bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan
b. Skrinning pemeriksaan rontgen, foto rontgen torak tegak berguna
untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau
untuk menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau
adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning, Ini di lakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
d. Uretrografi: Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra
e. Sistografi, Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada:
1) Fraktur pelvis
2) Traumanon penetrasi
18

3) Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:


4) Pengambilan darah dan urine. Darah di ambil dari salah satu vena
permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah
lengkap, potasium, glukosa, amilase.
f. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita
dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retro peritoneum atau udara bebas di bawah
diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
g. Study kontras urologi dan gastrointestinal dilakukan pada cedera yang
meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan
dubur.

H. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Primer
a. Airway: Clear (tidak ada sumbatan)
b. Breathing: dada tampak simetris, vesicular breath sound simetris
kanan dan kiri, tidak ada ronchi dan wheezing
c. Circulation: nadi 120x/menit, tensi 85/50 mmHg, cappilary refill time
4 detik
d. Disability: GCS 15, pupil bulat isokor, reflek cahaya positif
2. Pengkajian Sekunder
a. Mata: Konjungtiva tampak anemis
b. Regio abdomen hanya didapatkan vulnus ekskoriatum (luka lecet) di
kuadran kiri atas. Bising usus terdengar lemah, nyeri tekan diseluruh
perut dengan punctum maximum di perut kuadran kiri atas.
c. Ekstremitas atas dan bawah ditemukan vulnus ekskoriatum
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb 8,5g%
19

2) Leukosit 26.500/mm3
3) Ureum 29mg%,
4) Kreatinin 1,00mg%
5) SGOT 24U/l, dan SGPT30U/l.
6) Untuk gula darah dan profil pembekuan darah dalam batas normal.
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah FAST (Focused
Abdomen with Sonography for Trauma) guna mengetahui ada
tidaknya cairan bebas intraabdomen. Ditemukan fluid collection (FC)
di hepatorenal (morison pouch), splenorenal, dan retrovesica.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan
2. Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi
3. Syokhipovolemik
4. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri/ketidaknyamanan dan penurunan
kekuatan
5. Resiko infeksi b.d kerusakan pada integritas kulit

J. Fokus Intervensi dan Rasional


1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan

Tujuan : diharapkan nyeri pasien berkurang

Intervensi:

b. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
Rasional : Untuk mengetahui lokasi, karakteristik dan skala nyeri
pasien sehingga tepat dalam pemberian intervensi.
c. Mengajarkan menggunakan teknik non farmakologis, (misal: kompres
hangat, back massage, guided imagery, relaksasi, distraksi)
20

Rasional : Memberikan terapi non farmakologis pengontrol nyeri pada


pasien sehingga diharapkan nyeri dapat berkurang tanpa pemberian
obat. Karena nyeri pada trauma abdomen tidak dianjurkan untuk
menggunakan analgesik karena dapat mengaburkan gejala dan hasil
pemeriksaan.
d. Pantau status tekanan darah, nadi, temperatur dan pernapasan
Rasional : Untuk mengetahui perubahan status vital sign pasien
e. Pantau dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan hipertermo
Rasional : Mengetahui perubahan status suhu tubuh pasien sehingga
dapat diberikan intervensi yang tepat

2. Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi

Tujuan : cairan tubuh pasien terpenuhi

Intervensi :

a. Pertahankan catatan intake dan output cairan


Rasional : untuk mengatuhi masukan dan pengeluadan cairan dalam
tubuh pasien
b. Monitor vital sigh
Rasional : untuk mengetahui perubahan vital sigh pada pasien
c. Kolaborasi pemberian cairan IV
Rasional : untuk menjaga jumlah cairan dalam tubuh pasien agar tidak
semakin berkurang
d. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui status cairan pasien
21

3. Syokhipovolemik

Tujuan : diharapkan syok pasien teratasi

Intervensi :

a. Observer untuk indikasi dehidrasi (misalnya. Turgor kulit buruk,


tertunda pengisian kapiler, pulsa minggu / thread, haus berat,
membran mukosa kering, penurunan output urin, dan hipotensi
Rasional: Mengetahui dengan segera apabila terjadi tanda-tanda
dehidrasi pada pasien
b. Berikan cairan sesuai dengan yang telah ditentukan
Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan pasien sesuai indikasi medis
c. Pantau adanya tanda dan gejala overhydration/kelebihan cairan
Rasional : Memantau pemberian cairan pada pasien agar tidak
berlebih
d. Monitor tanda-tanda perdarahan
Rasional : Mengetahui karakteristik perdarahan pasien
e. Kolaborasi untuk pemeberian terapi intravena dan tranfusi darah
Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan pasien dan menggantikan
kehilangan darah pasien
f. Berikan terapi oksigen/ventilasi mekanis yang sesuai dan benar
Rasional : Membantu pemenuhan kebutuhan oksigen pasien

4. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri/ketidaknyamanan dan penurunan


kekuatan

Tujuan : pasien meningkat dalam beraktivitas

Intervensi :

a. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi


Rasional : untuk mengetahui kemampuan pasien bermobilisasi
b. Ajarkan pasien tehnik ambulasi
Rasional : pasien dapat bermobilisasi di atas tempat tidur
22

c. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penihi


kebutuhan ADLs
Rasional: membantu pasien dalam bermobilisasi
d. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuian
kebutuhan
e. Monitor vital sign sebelun dan sesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan
Rasional : untuk mengetahui respon yang di rasakan pasien saat
latihan ambulasi.

5. Resiko infeksi b.d kerusakan pada integritas kulit

Tujuan : pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Intervensi :

a. Monitor tanda dan ejala infeksi


Rasional : untuk mengetahui adanya tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara menghindari infeksi
Rasional : agar pasien dapat menghindari akan adanya infeksi
c. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional : agar pasien dan keluarga mengetahui adanya tanda dan
gejala infeksi
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Rasional : untuk menghindari infekisi dari kuman yang berada pada
tangan perawat
23

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. A DENGAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIRO HUSODO
MAKASSAR

A. PENGKAJIAN
2. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiriswasta
Agama : Islam
Alamat : Makassar
Tangga&Jam Pengkajian : 15 Oktober 2017

3. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. K
Umur : 40 tahun
Alamat : Makassar
Hubungan dengan klien : Anak

4. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Nyeri hebat di seluruh perutnya
b. Riwayat Penyakit Sekarang
45 menit sebelum masuk rumah sakit. Dari hasil anamnesis diketahui
bahwa saat korban mengendarai sepeda motor, kecepatan tinggi, dan
memakai helm sambil menerima telepon, pasien tidak sadar kalau ada
24

sebuah truk yang terparkir ditepi jalan dan korban menabrak bagian
belakang truk hingga terjatuh. Saat kejadian korban mengaku tetap
sadar namun perutnya terasa sakit akibat membentur stang kemudi
sepeda motornya. Korban juga merasakan nyeri menjalar sampai di
bahu sebelah kirinya disertai rasa mual tetapi tidak muntah. Korban
mengaku badan terasa lemas dan mata berkunang-kunang.
c. Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit serupa.

5. Primary Survay
a. Airway
Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret
b. Breathing
Bentuk dan gerak simetris, vesicular breath sound simetris kanan dan
kiri, ronchi dan wheezing negative, dan RR : 14x/menit
c. Circulasi
TD : 85/50 mmHg
HR : 120x/menit
RR : 14 x/menit
Capillary reffil : 4 detik
d. Disability
GCS : E4M5V6
Kesadaran : Compos Mentis
e. Exposure
Tampak vulnus ekskoriatum (luka lecet) di abdomen kuadran kiri atas.

6. Secondary Survay (pemeriksaan head to toe)


a. Tampak konjungtiva anemis. Regio abdomen hanya didapatkan vulnus
ekskoriatum (luka lecet) di kuadran kiri atas (gambar 1). Bising usus
masih ada tapi terdengar lemah. Didapatkan nyeri tekan diseluruh perut
25

dengan punctum maximum di perut kuadran kiri atas. Pemeriksaan


pekak pindah (shifting dulness) tidak dilakukan karena pasien mengeluh
nyeri saat perubahan posisi. Pada pemeriksaan bagian tubuh lainnya
tidak didapatkan kelainan yang berarti selain vulnus ekskoriatum di
tangan dan kaki.
b. Pengkajian nyeri
P : bila bergerak
Q : Seperti tertusuk tusuk
R : Seluruh daerah perut (abdomen)
S : nyeri hebat (7)
T : hilang-timbul

7. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium
Hemoglobin : 8,5 g/dl (n : 14-17,5 g/dl)
Eritrosit : 5,05 106/ul (n : 4,5-5,9 106/ul)
Leukosit : 26,5 103/ul (n : 4,0-11,3
103/ul)
Hematokrit : 43,8% (n : 40-52%)
Ureum : 29 mg/dL (n : 15 40 mg/dl)
Kreatinin : 1,00 mg/dL (n : 0,6-1,2 mg/dL)
SGOT : 24 U/l (n : 3-45 u/L
(mikro per liter)
SGPT : 30 U/i (n : 0-35 u/L
(mikro per liter)
Trombosit : 180.000 sel/mm3 (n : 150.000-400.000
sel/mm3
26

8. Pemeriksaan lanjutan
a. Pemeriksaan FAST (Focused Abdomen with Sonography for Trauma), hasil
yang adalah ditemukan fluid collection di morison pouch, splenorenal, dan
etrovesica.

B. ANALISA DATA
No Data (Sign & Symptom) Etiologi Problem
1. DS : Perdarahan Risiko syok
Klien mengatakan badannya terasa abdominal
lemas
Klien merasa matanya berkunang-
kunang
DO :
TD : 85/50 mmHg
Konjungtiva nampak anemis
Hb : 8,5 g/dL
Leukosit : 26,5 103/ul
Ditemukan fluid collection
2. DS : Trauma Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri hebat abdomen
pada seluruh daerah perutnya
P : Bila bergerak
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Seluruh daerah perut
(abdomen)
S :7
T : Hilang timbul
DO :
Klien tampak mengerang-erang
menahan sakit.
Terdapat luka lecet di abdomen
27

kuadran kiri atas


HR : 120 x/i
RR : 13 x/i

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko syok berhubungan dengan perdarahan abdominal
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma abdomen.

D. INTERVENSI KEGAWATDARURATAN
Tindakan Kegawatdaruratan yang dilakukan adalah :
Tindakan emergency pada pasien tersebut di UGD adalah resusitasi
cairan RL sebanyak 2000cc, pemasangan kateter untuk monitoring diuresis
dan NGT untuk dekompresi abdomen. Pemberian antibiotika profilaksis dan
H2 blocker untuk mencegah stress ulcer. Dilakukan persiapan transfusi darah
dengan Pack Red Cell (PRC). Setelah cairan RL masuk sebanyak 2000cc
dilakukan pengukuran vital sign namun tensi menjadi 80/50mmHg dan nadi
120x/menit. Diputuskan untuk dilakukan pembedahan exploratory
laparotomy cito. Setelah dilakukan informed consent kepada penderita dan
keluarga, akhirnya operasi dilakukan dalam general anesthesia. Saat operasi
ditemukan darah di intra abdomen 1300cc bercampur dengan usus dan
organ abdomen lainnya. Segera dilakukan evakuasi blood clot dan suction
serta packing di 4 kuadran abdomen untuk melokalisir perdarahan dan
mencari sumber perdarahan. Akhirnya ditemukan bahwa sumber perdarahan
berasal dari ruptur lien. Dicoba dilakukan Splenorraphy dan tidak berhasil,
akhirnya diputuskan dilakukan splenectomy total dengan memotong pedikel
lien terlebih dahulu untuk menghentikan perdarahan dilanjutkan dengan
memotong ligamentum g a s t r o l i e n a l i s , s p l e n o c o l i c a ,
splenophrenica, dan splenorenalis. Akhirnya luka operasi ditutup dengan
meninggalkan 2 buah vacuum drain dan 1 buah penrose drain di dinding
abdomen Setelah penutupan dinding abdomen selesai, maka dilakukan
28

pengecekan pada organ lien dan didapatkan robekan pada facies


diafragmatica berbentuk stellate dan tembus (through end through) sampai
ke facies visceralis Hari ke-4 operasi vacuum drain sudah dilepas dan hari ke-
5 operasi penrose drain sudah dilepas. Pasien mobilisasi hari ke-5 sampai 6
dan pasien sudah bisa pulang dengan membawa obat antibiotika dan
analgetika. Benang jahitan baru dilepas setelah 21 hari pasca operasi saat
kontrol di poli bedah.
29

E. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan trauma abdomen
Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara
DS : pain control, komprehensif termasuk lokasi,
comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
Klien mengatakan nyeri
Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
hebat pada seluruh daerah
keperawatan selama Observasi reaksi nonverbal dari
perutnya
. Pasien tidak ketidaknyamanan
P : Bila bergerak
mengalami nyeri, dengan Bantu pasien dan keluarga untuk
Q : Seperti tertusuk-tusuk kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan

R : Seluruh daerah perut Mampu Kontrol lingkungan yang dapat


mengontrol
(abdomen) mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri (tahu penyebab
ruangan, pencahayaan dan
S : 7 (nyeri hebat) nyeri, mampu
kebisingan
menggunakan tehnik
T : Hilang timbul Kurangi faktor presipitasi nyeri
nonfarmakologi untuk
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
DO : mengurangi nyeri,
menentukan intervensi
mencari bantuan)
Klien tampak mengerang-
Ajarkan tentang teknik non
Melaporkan bahwa
erang menahan sakit.
farmakologi: napas dala, relaksasi,
nyeri berkurang dengan
Terdapat luka lecet di
distraksi, kompres hangat/ dingin
menggunakan
abdomen kuadran kiri atas
Berikan analgetik untuk
manajemen nyeri
HR : 120 x/i
mengurangi nyeri
Mampu mengenali
RR : 13 x/i
Tingkatkan istirahat
nyeri (skala, intensitas,
Berikan informasi tentang nyeri
frekuensi dan tanda
seperti penyebab nyeri, berapa
nyeri)
lama nyeri akan berkurang dan
Menyatakan rasa
30

nyaman setelah nyeri antisipasi ketidaknyamanan dari


berkurang prosedur
Tanda vital dalam Monitor vital sign sebelum dan
rentang normal sesudah pemberian analgesik
Tidak mengalami pertama kali
gangguan tidur

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Resiko syok berhubungan NOC NIC


dengan perdarahan Syok prevention
Syok prevention
abdominal, ditandai dengan :
Syok management Monitor status sirkulasi BP,
DS :
warna kulit, suhu kulit, denyut
Klien mengatakan badannya
jantung, HR, dan ritme, nadi
terasa lemas
Kriteria Hasil :
perifer, dan kapiler refill.
Klien merasa matanya
Monitor tanda inadekuat
berkunang-kunang Nadi dalam batas
oksigenasi jaringan
DO : yang diharapkan
Monitor suhu dan pernafasan
TD : 85/50 mmHg Irama jantung dalam
Monitor input dan output
Konjungtiva nampak anemis batas yang diharapkan
Pantau nilai labor : HB, HT, AGD
Hb : 8,5 g/dL Frekuensi nafas dalam
dan elektrolit
Leukosit : 26,5 103/ul batas yang diharapkan
Monitor hemodinamik invasi yng
Ditemukan fluid collection Irama pernapasan
sesuai
dalam batas yang
Monitor tanda dan gejala asites
diharapkan
Monitor tanda awal syok
Natrium serum dalam
Tempatkan pasien pada posisi
batas normal
31

Kalium serum dalam supine, kaki elevasi untuk


batas normal peningkatan preload dengan tepat
Klorida serum dalam Lihat dan pelihara kepatenan jalan
batas normal nafas
Kalsium serum dalam Berikan cairan IV dan atau oral
batas normal yang tepat
Magnesium serum Berikan vasodilator yang tepat
dalam batas normal Ajarkan keluarga dan pasien
PH darah serum tentang tanda dan gejala
dalam batas normal datangnya syok
Ajarkan keluarga dan pasien
Hidrasi
tentang langkah untuk mengatasi
gejala syok
Indicator :
Mata cekung tidak
Syok management
ditemukan
Demam tidak Monitor fungsi neurotogis
ditemukan Monitor fungsi renal (e.g BUN
Tekanan darah dalam dan Cr : Lavel)
batas normal Monitor tekanan nadi
Hematokrit dalam Monitor status cairan, input,
batas normal output
Catat gas darah arteri dan oksigen
Dijaringan
Monitor EKG, sesuai
Memanfaatkan pemantauan jalur
arteri untuk meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan darah, sesuai
Menggambar gas darah arteri dan
memonitor jaringan oksigenasi
Memantau tren dalam parameter
32

hemodinamik (misalnya, CVP,


MAP, tekanan kapiler pulmonal /
arteri)
Memantau faktor penentu
pengiriman jaringan oksigen
(misalnya, PaO2 kadar
hemoglobin SaO2, CO), jika
tersedia
Memantau tingkat karbon
dioksida sublingual dan / atau
tonometry lambung, sesuai
Memonitor gejala gagal
pernafasan (misalnya, rendah
PaO2 peningkatan PaCO2 tingkat,
kelelahan otot pernafasan)
Monitor nilai laboratorium
(misalnya, CBC dengan
diferensial) koagulasi profil,ABC,
tingkat laktat, budaya, dan profil
kimia)
Masukkan dan memelihara
besarnya kobosanan akses IV
33

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ruptur lien sering disebabkan akibat trauma tumpul pada perut bagian
atas dengan manifestasi klinis berupa anemis, peritonismus, dan adanya
Kerhs sign sebagai tanda patognomonis. Diagnosis harus segera ditegakkan
saat masuk di IGD dengan mengenali tanda dan gejala serta di dukung alat
penunjang diagnostik yang memadai. USG portable hendaknya harus selalu
ada di setiap IGD, karena alat ini merupakan alat non-invasif yang dengan
cepat dapat mengetahui adanya perdarahan intraabdomen.
Tindakan splenectomy total dilakukan apabila lien tidak mungkin
dipertahankan akibat robekan parenkim yang berat disertai perdarahan aktif
yang hebat.Risiko OPSI tetap harus dipertimbangkan namun demikian risiko
ini jangan sampai membuat ahli bedah untuk ragu-ragu dalam melakukan
splenectomy total, karena risiko kehilangan nyawa akibat perdarahan hebat
jauh lebih diperhitungkan dibandingkan mempertahankan lien yang rusak
berat.

B. Saran
Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi para
petugas medis di setiap IGD baik dokter umum maupun perawat dalam
penanganan pasien trauma terutama di rumah sakit yang jauh dari rumah sakit
rujukan. Kelengkapan alat kesehatan (Alkes) di IGD harus selalu diperiksa
terutama USG portable harus selalu standby guna pemeriksaan adanya
internal bleeding pada kasus trauma abdomen. Rumah sakit harus bisa
secepat mungkin dalam mempersiapkan tindakan operasi cito dengan
membuat SPO (standar prosedur operasional) yang mudah dan bisa
dikerjakan oleh semua unit baik IGD, Lab, Radiologi, maupun Instalasi
Kamar Operasi (IKO).
34

DAFTAR PUSTAKA

Guilon, F,. (2011) Epidemiology of Abdominal Trauma in: CT of the Acute


Abdomen. London :Spinger.

Lemone, Priscilla., Karen M. Burke., Gerene Bauldoff. (2015). Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5 Volume 1. Jakarta : EGC.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:

MediAction

Smeltzer, Suzanne C,. (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta:


EGC.

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed 8 Vol 1,2). Alih bahasa oleh
Agung Waluyo,dkk. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai