Disusun Oleh :
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan
karena trauma, luka insisi bedah, kerusakan integritas jaringan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui anatomi fisiologi abdomen dan region abdomen
b. Mengetahui pengertian trauma abdomen
c. Mengetahui etiologi trauma abdomen
d. Mengetahui pastofisiologi trauma abdomen
e. Mengetahui manifestasi klinis trauma abdomen
f. Mengetahui penatalaksanaan trauma abdomen
g. Mengetahui komplikasi trauma abdomen
h. Mengetahui asuhan keperawatan trauma abdomen.
C. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah metode
kepustakaan, dengan menggunakan beberapa referensi dari buku-buku dan
internet.
4
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II : membahas konsep dasar yang terdiri dari : pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan kegawat daruratan,
pengkajian fokus, pathwau keperawatan, diagnosa keperawatan, fokus
intervensi dan rasional
BAB III : tinjauan kasus terdiri dari asuhan keperawatan pada pasien
trauma abdomen kasus
BAB IV : terdiri dari kesimpulan dan saran
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter
panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung
sampai katup ibo kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus
halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar. Usus
halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25
cm.
b. Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari usus
halus.
c. Ileum adalah menempati tiga pertama akhir.
5. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan
merupakan membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di
sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran depannya.
Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu
terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher. Fungsi kangdung empedu
adalah :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.
b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat. (Pearce,
1999).
6. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat
mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter,
mulai dari duodenum sampai limpa. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian
yaitu kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan rongga abdomen
dan di dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di belakang
lambung dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas
bagian yang runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa. Fungsi
pankreas adalah :
a. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang
membentuk getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.
10
8. Limpa
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen
diantara fundus ventrikuli dan diafragma. Fungsi limpa adalah :
a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan
limposit.
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk
homoglobin dan zat besi bebas.
o. Kandung empedu
p. Liver
q. Lobus kanan
r. Lobus kiri
Patologi Abdomen
B. Trauma Abdomen
Trauma abdomen adalah terjadinya cedera atau kerusakan pada organ
abdomen yang menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme , kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma
langsung pada abdomen dapat membuat laserasi dan menekan organ padat
sehingga menyebabkan cedera yang keras pada organ yang cekung.
Pembuluh darah dapat robek dan organ tidak mendapat suplai darah sehingga
dapat mengancam. Ancaman segera setelah trauma abdomen adalah hemoragi
dan ancaman selanjutnya adalah peritonitis (Lemone dkk, 2015).
Trauma abdomen terbagi menjadi jenis yaitu trauma terhadap dinding
abdomen. Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen ,disebabkan oleh trauma tumpul .
Kontusiodinding abdomen tidak terdapat cedera abdomen , tetapi trauma
tumpul padaabdomen dapat terjadi karena kecelakaan motor , jatuh, atau
pukulan.
2. Laserasi , merupakan trauma tembus abdomen yang disebabkan oleh
lukatembakan atau luka tusuk yang bersifat serius dan biasanya
memerlukanpembedahan. Hampir semua luka tembak membutuhkan
bedah ekspolarasi, luka tusuk mungkin lebih ditangani secara konservatif.
( Smeltzer, 2001).
C. Etiologi
Menurut smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian. Penyebab trauma yang lainnya sebagai berikut:
1. Penyebab trauma penetrasi
a) Luka akibat terkena tembakan
b) Luka akibat tikaman benda tajam
c) Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi
a) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
14
D. Manifestasi Klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi:
nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual
dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya
terdapat adanya:
1. Jejas atau ruktur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarhan intra abdominal
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi
usu tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual, muntah dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
1. Terdapat luka robekan pada abdomen
2. Luka tusuk sampai menembus abdomen
3. Penaganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan
4. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen.
E. Pathway
( Terlampir )
15
F. Patofisiologi
Menurut Guilon (2011), Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada
tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah
raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil
dari interaksi antara faktor faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan
jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan
obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari
jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma
juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk
aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung
pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung
kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan.
Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah
posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi
cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
G. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
1. Pre Hospital
16
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau
sehingga tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g. Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal
untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna
bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan
b. Skrinning pemeriksaan rontgen, foto rontgen torak tegak berguna
untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau
untuk menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau
adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning, Ini di lakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
d. Uretrografi: Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra
e. Sistografi, Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada:
1) Fraktur pelvis
2) Traumanon penetrasi
18
H. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Primer
a. Airway: Clear (tidak ada sumbatan)
b. Breathing: dada tampak simetris, vesicular breath sound simetris
kanan dan kiri, tidak ada ronchi dan wheezing
c. Circulation: nadi 120x/menit, tensi 85/50 mmHg, cappilary refill time
4 detik
d. Disability: GCS 15, pupil bulat isokor, reflek cahaya positif
2. Pengkajian Sekunder
a. Mata: Konjungtiva tampak anemis
b. Regio abdomen hanya didapatkan vulnus ekskoriatum (luka lecet) di
kuadran kiri atas. Bising usus terdengar lemah, nyeri tekan diseluruh
perut dengan punctum maximum di perut kuadran kiri atas.
c. Ekstremitas atas dan bawah ditemukan vulnus ekskoriatum
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb 8,5g%
19
2) Leukosit 26.500/mm3
3) Ureum 29mg%,
4) Kreatinin 1,00mg%
5) SGOT 24U/l, dan SGPT30U/l.
6) Untuk gula darah dan profil pembekuan darah dalam batas normal.
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah FAST (Focused
Abdomen with Sonography for Trauma) guna mengetahui ada
tidaknya cairan bebas intraabdomen. Ditemukan fluid collection (FC)
di hepatorenal (morison pouch), splenorenal, dan retrovesica.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan
2. Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi
3. Syokhipovolemik
4. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri/ketidaknyamanan dan penurunan
kekuatan
5. Resiko infeksi b.d kerusakan pada integritas kulit
Intervensi:
Intervensi :
3. Syokhipovolemik
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. A DENGAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIRO HUSODO
MAKASSAR
A. PENGKAJIAN
2. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiriswasta
Agama : Islam
Alamat : Makassar
Tangga&Jam Pengkajian : 15 Oktober 2017
4. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Nyeri hebat di seluruh perutnya
b. Riwayat Penyakit Sekarang
45 menit sebelum masuk rumah sakit. Dari hasil anamnesis diketahui
bahwa saat korban mengendarai sepeda motor, kecepatan tinggi, dan
memakai helm sambil menerima telepon, pasien tidak sadar kalau ada
24
sebuah truk yang terparkir ditepi jalan dan korban menabrak bagian
belakang truk hingga terjatuh. Saat kejadian korban mengaku tetap
sadar namun perutnya terasa sakit akibat membentur stang kemudi
sepeda motornya. Korban juga merasakan nyeri menjalar sampai di
bahu sebelah kirinya disertai rasa mual tetapi tidak muntah. Korban
mengaku badan terasa lemas dan mata berkunang-kunang.
c. Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit serupa.
5. Primary Survay
a. Airway
Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret
b. Breathing
Bentuk dan gerak simetris, vesicular breath sound simetris kanan dan
kiri, ronchi dan wheezing negative, dan RR : 14x/menit
c. Circulasi
TD : 85/50 mmHg
HR : 120x/menit
RR : 14 x/menit
Capillary reffil : 4 detik
d. Disability
GCS : E4M5V6
Kesadaran : Compos Mentis
e. Exposure
Tampak vulnus ekskoriatum (luka lecet) di abdomen kuadran kiri atas.
7. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium
Hemoglobin : 8,5 g/dl (n : 14-17,5 g/dl)
Eritrosit : 5,05 106/ul (n : 4,5-5,9 106/ul)
Leukosit : 26,5 103/ul (n : 4,0-11,3
103/ul)
Hematokrit : 43,8% (n : 40-52%)
Ureum : 29 mg/dL (n : 15 40 mg/dl)
Kreatinin : 1,00 mg/dL (n : 0,6-1,2 mg/dL)
SGOT : 24 U/l (n : 3-45 u/L
(mikro per liter)
SGPT : 30 U/i (n : 0-35 u/L
(mikro per liter)
Trombosit : 180.000 sel/mm3 (n : 150.000-400.000
sel/mm3
26
8. Pemeriksaan lanjutan
a. Pemeriksaan FAST (Focused Abdomen with Sonography for Trauma), hasil
yang adalah ditemukan fluid collection di morison pouch, splenorenal, dan
etrovesica.
B. ANALISA DATA
No Data (Sign & Symptom) Etiologi Problem
1. DS : Perdarahan Risiko syok
Klien mengatakan badannya terasa abdominal
lemas
Klien merasa matanya berkunang-
kunang
DO :
TD : 85/50 mmHg
Konjungtiva nampak anemis
Hb : 8,5 g/dL
Leukosit : 26,5 103/ul
Ditemukan fluid collection
2. DS : Trauma Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri hebat abdomen
pada seluruh daerah perutnya
P : Bila bergerak
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Seluruh daerah perut
(abdomen)
S :7
T : Hilang timbul
DO :
Klien tampak mengerang-erang
menahan sakit.
Terdapat luka lecet di abdomen
27
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko syok berhubungan dengan perdarahan abdominal
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma abdomen.
D. INTERVENSI KEGAWATDARURATAN
Tindakan Kegawatdaruratan yang dilakukan adalah :
Tindakan emergency pada pasien tersebut di UGD adalah resusitasi
cairan RL sebanyak 2000cc, pemasangan kateter untuk monitoring diuresis
dan NGT untuk dekompresi abdomen. Pemberian antibiotika profilaksis dan
H2 blocker untuk mencegah stress ulcer. Dilakukan persiapan transfusi darah
dengan Pack Red Cell (PRC). Setelah cairan RL masuk sebanyak 2000cc
dilakukan pengukuran vital sign namun tensi menjadi 80/50mmHg dan nadi
120x/menit. Diputuskan untuk dilakukan pembedahan exploratory
laparotomy cito. Setelah dilakukan informed consent kepada penderita dan
keluarga, akhirnya operasi dilakukan dalam general anesthesia. Saat operasi
ditemukan darah di intra abdomen 1300cc bercampur dengan usus dan
organ abdomen lainnya. Segera dilakukan evakuasi blood clot dan suction
serta packing di 4 kuadran abdomen untuk melokalisir perdarahan dan
mencari sumber perdarahan. Akhirnya ditemukan bahwa sumber perdarahan
berasal dari ruptur lien. Dicoba dilakukan Splenorraphy dan tidak berhasil,
akhirnya diputuskan dilakukan splenectomy total dengan memotong pedikel
lien terlebih dahulu untuk menghentikan perdarahan dilanjutkan dengan
memotong ligamentum g a s t r o l i e n a l i s , s p l e n o c o l i c a ,
splenophrenica, dan splenorenalis. Akhirnya luka operasi ditutup dengan
meninggalkan 2 buah vacuum drain dan 1 buah penrose drain di dinding
abdomen Setelah penutupan dinding abdomen selesai, maka dilakukan
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruptur lien sering disebabkan akibat trauma tumpul pada perut bagian
atas dengan manifestasi klinis berupa anemis, peritonismus, dan adanya
Kerhs sign sebagai tanda patognomonis. Diagnosis harus segera ditegakkan
saat masuk di IGD dengan mengenali tanda dan gejala serta di dukung alat
penunjang diagnostik yang memadai. USG portable hendaknya harus selalu
ada di setiap IGD, karena alat ini merupakan alat non-invasif yang dengan
cepat dapat mengetahui adanya perdarahan intraabdomen.
Tindakan splenectomy total dilakukan apabila lien tidak mungkin
dipertahankan akibat robekan parenkim yang berat disertai perdarahan aktif
yang hebat.Risiko OPSI tetap harus dipertimbangkan namun demikian risiko
ini jangan sampai membuat ahli bedah untuk ragu-ragu dalam melakukan
splenectomy total, karena risiko kehilangan nyawa akibat perdarahan hebat
jauh lebih diperhitungkan dibandingkan mempertahankan lien yang rusak
berat.
B. Saran
Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi para
petugas medis di setiap IGD baik dokter umum maupun perawat dalam
penanganan pasien trauma terutama di rumah sakit yang jauh dari rumah sakit
rujukan. Kelengkapan alat kesehatan (Alkes) di IGD harus selalu diperiksa
terutama USG portable harus selalu standby guna pemeriksaan adanya
internal bleeding pada kasus trauma abdomen. Rumah sakit harus bisa
secepat mungkin dalam mempersiapkan tindakan operasi cito dengan
membuat SPO (standar prosedur operasional) yang mudah dan bisa
dikerjakan oleh semua unit baik IGD, Lab, Radiologi, maupun Instalasi
Kamar Operasi (IKO).
34
DAFTAR PUSTAKA
MediAction