Anda di halaman 1dari 5

Dampak dan Pengaruh yang Ditimbulkan Terhadap Desain Arsitektur Akibat dari

Penerapan Prinsip Ecological Footprint

Dari pembahasan sebelumnya, telah diketahui bagaimana data- data ecological


footprint yang ada di Jepang. Menurut data (WWF Japan Ecological Footprint Report 2009),
ecological footprint yang paling besar didominasi oleh Carbon sebesar 65%. Dan built-up
Land hanya sekitar 2% yang mencakup infrastruktur manusia - transportasi, perumahan,
struktur industri, dan waduk untuk tenaga air. Meski begitu, tahukah bahwa dari infrastruktur
manusia banyak dihasilkan emisi Carbon? Dari transportasi dihasilkan CO, pembangunan
perumahan baik dari material dan prosesnya juga menghasilkan CO2. Sedangkan Biocapacity
yang dimiliki Jepang jauh dari kata cukup dan semakin menurun.

Karena semakin menurunnya Biocapacity, sehingga pemerintah akan melakukan


kebijakan- kebijakan untuk mengurangi defisit yang ditimbulkan oleh ecological footprint
yang terjadi.

Urban Land Use Planning System

Karena kapasitas lahan di Jepang yang sempit dan semakin menipis, sehingga Kementrian
pertahanan, infrastruktur dan transportasi (MLIT) di jepang membuat rencana sistem
penggunaan lahan. Urban land use planning ini mencakup Outline of City Planning System,
Urbanization Promotion/Control Area, Land Use Zone and Regulation, Building Control,
Incentive System, District Plan.

http://www.mlit.go.jp/common/000234477.pdf
http://www.mlit.go.jp/common/000234477.pdf

Adanya sistem penggunaan lahan membuat penggunaan lahan dapat diatur dan
dikontrol. Apalagi dengan lahan yang semakin sempit namun populasi semakin meningkat
membuat pembangunan-pembangunan kota harus diperhatikan. Pemerintah Jepang yang
sadar bahwa biocapasity terhadap Built-up Land semakin menurut membuat sistem
perencanaan ini. Yang diharapkan meski populasi semakin meningkat namun tetap
diupayakan menekan penggunaan lahan untuk pembangunan.

Selain itu, diberikan juga aturan dalam pembangunan rumah untuk mengurangi
penggunaan lahan yang berlebihan. Seperti luas lantai, ketinggian, jarak dengan jalan dan
lain- lain, seperti pada gambar di bawah ini.

http://www.mlit.go.jp/common/000234477.pdf
http://www.mlit.go.jp/common/000234477.pdf

http://www.mlit.go.jp/common/000234477.pdf

Konsep Hijau untuk Mengecilkan Sector Footprint pada Bangunan di Jepang dan untuk
Mengurangi Emisi CO2

Secara global, rumah tangga menghasilkan sekitar 21% emisi gas rumah kaca menurut
data Badan Energi Internasional 2005. Dan perumahan di Jepang saat ini dengan rata-rata 1,2
juta per tahun. Terlihat jelas bahwa Carbon Footprint bangunan sangat besar. Pendapat di
antara para ahli bahwa terdapat potensi besar untuk pengurangan emisi di sektor perumahan
dan komersial, di mana bangunan dan penggunaan energi yang terkait
diperhitungkan. Pemerintah memperkirakan bahwa bangunan menyediakan potensi global
untuk mengurangi sekitar 29% emisi dasar yang diproyeksikan pada tahun 2020.

Jepang sendiri, sudah menjadi salah satu negara dengan energi paling efisien di dunia,
berkat usaha pemerintah dan perusahaan swasta setelah oil shock pada tahun
1970an. Sayangnya, sejak saat itu, terjadi peningkatan konsumsi energi yang stabil oleh
bangunan karena pertumbuhan dan peningkatan jumlah rumah tangga. Oleh karena itu, emisi
CO2 di Jepang dari bangunan 39% lebih tinggi dari tahun 1990.

Menurut laporan Profesor Shuzo Murakami, kepala eksekutif Gedung Penelitian


Lembaga Jepang , pengurangan emisi sebesar 74% dimungkinkan pada tahun 2050 jika
sektor pembangkit listrik dan bangunan bekerja sama. Dan IPCC setuju bahwa pemotongan
substansial ini dapat dicapai dengan menggunakan teknologi yang sudah diuji.

Contoh Solusi yang Ditawarkan Oleh Perusahaan Swasta di Jepang

Sekisui House, Ltd., pembangun rumah besar di Jepang, mulai memasarkan Carbon
Neutral House pada awal tahun 2008. Struktur prefabrikasi dirancang agar hemat energi dan
menghasilkan hampir nol emisi CO2. Perusahaan kemudian meluncurkan perbaikan prototipe
pada KTT G8 baru-baru ini. The Zero Emission House memiliki fitur isolasi dan kedap udara
yang bagus namun juga memberi teknologi energi alternatif. Yang meliputi sistem
fotovoltaik, teknologi sel bahan bakar, lampu LED hemat energi, dan perlengkapan rumah
tangga hemat energi (seperti mesin cuci Sanyo tanpa air, Aqua).

Menurut Akinobu Yoshida pemilik Sekisui House, Zero house telah direkonstruksi di
pabrik mereka yang berlokasi di Kanto, Ibaraki. Namun tanggal peluncuran pemasarannya
belum ditetapkan. Sebagai peserta dalam Eco-First program Kementerian Lingkungan
Hidup , Sekisui House mampu mencapai nol emisi di pabriknya pada tahun 2002, di lokasi
konstruksi pada tahun 2005 dan lokasi renovasi pada tahun 2007, terutama karena sistem
pengelolaan material limbah yang inovatif.

Contoh lain adalah lapisan dinding interior Shikoku International Corp. yang
menyerupai plester namun terbuat dari tanah diatom dan mampu menyerap bau dan VOC
juga kelembaban udara dalam ruangan. Perusahaan juga menjual sistem pemanas siap pakai
(tanpa konstruksi), sistem atap hijau perawatan rendah, Green Shade , yang menghalangi
panas dari sinar matahari untuk mengurangi jumlah AC yang dibutuhkan.

Para ahli arsitektur dan teknik dari seluruh dunia juga mengevaluasi potensi untuk
mengurangi emisi CO2 dari bangunan. Hasil percobaan kolaborasi jarak jauh antara Eropa,
Amerika Serikat, Jepang dan China, merupakan rangkuman yang dihasilkan untuk lokakarya
Forum Holcim, "Kurangi CO2 - Dengan teknologi hingga nol emisi."
What good is a house, if you havent got a tolerable planet to put it on?

- Henry David Thoreau-

Anda mungkin juga menyukai