Email : t_karyono@yahoo.com
3Pengajar Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Parahyangan
Abstrak
Meningkatnya kandungan CO2 di atmospher telah menyebabkan efek gas rumah kaca, yang mengakibatkan
naiknya temperatur bumi, sehingga terjadi pencairan cadangan es di kutub utara dan selatan serta
cadangan es di dataran tinggi. Peningkatan gas CO 2 disebabkan oleh proses pembakaran yang dibutuhkan
dalam menjalankan sarana dan prasarana penunjang kehidupan kehidupan dan penghidupan manusia.
Bangunan gedung berpeluang mengeluarkan 30% dari total emisi CO 2 yang dihasilkan oleh kehidupan
manusia. Terdapat 2 cara emisi CO 2 yang berasal dari bangunan, yaitu emisi CO2 yang dihasilkan ketika
proses pembangunan (embodied CO2 emission) serta emisi CO2 yang dihasilkan pada pemanfaatan
bangunan. Konsep green building adalah salah satu pendekatan untuk menjamin terjaganya kualitas
lingkungan agar tetap langgeng. Salah satu indikatornya adalah bangunan tersebut harus mengkonsumsi
energi secara efisien sampai dengan zero energy. Namun nyatanya pemanasan global belum dapat diukur
oleh besar konsumsi energi, akan tetapi dari besarnya emisi CO 2 yang dihasilkan oleh bangunan. Hal
tersebut disebabkan, besarnya emisi CO2 yang dihasilkan oleh setiap pembangkit listrik memiliki nilai yang
berbeda-beda. Pembangkit listrik tenaga uap dengan batu bara menghasilkan emisi CO 2 940 gr CO2 setiap 1
kWh, sedangkan energi listrik tenaga diesel menghasilkan 581 gr CO 2 untuk 1 kWh. Sebagai upaya mitigasi
terhadap pemanasan global, sudah saat-nya, besarnya emisi CO2 yang dihasilkan oleh bangunan tersebut
dikendalikan. Proses pengendalian dapat dilakukan pada tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan,
sebagai upaya untuk menurunkan emisi CO2 yang dikandung oleh bangunan. Untuk menunjang proses
perencanaan bangunan gedung rendah emisi CO2 tersebut diperlukan tools, yang berfungsi untuk
mengukur/menghitung besarnya emisi CO2 pada bangunan. Tools tersebut akan memberi informasi
besarnya harga satuan emisi CO2 pada bangunan gedung per meter persegi (HSEBG).
Kata Kunci: Emisi CO2, efek gas rumah kaca, pemanasan global, bangunan gedung
Abstract
The increased content of CO2 in the atmosphere has caused the greenhouse gas effect, which causes the earth's
rising temperature, resulting in melting ice reserves in the North and South poles as well as ice reserves on
plateaus. The increase of CO2 gas is caused by combustion processes required in running the facilities and
infrastructure supporting human life and livelihood. Buildings contribute 30% of total CO2 emissions produced
by humans. There are two types of CO2 emissions produced by buildings: the CO2 emissions produced in the
development process (embodied CO2 emission) and the resulting CO2 emissions when the building is in use. The
concept of green building is an approach to ensure the preservation of environmental quality in order to
preserve the environment. One indicator is the building must decrease the consumption of energy efficiently up
to zero energy. However, global warming cannot be measured from the large energy consumption, but the size
of the CO2 emissions generated by buildings. This is due to the different amount of CO2 emissions produced by
each power plant. Steam power plant with coal produces CO2 emissions of 940 grams of CO2 for every 1 kWh,
while the diesel-generated electrical energy produces 581 grams of CO2 for 1 kWh. In an effort to mitigate
global warming, it is required that the amount of CO2 emissions generated by buildings be controlled.
Controlling process can be conducted during the planning and implementation stages, in an effort to reduce
embodied CO2 emissions. To support the planning process of building low embodied CO2 emissions, certain tools
are needed to measure / calculate the amount of CO2 emissions in buildings. These tools will provide
information on the rate of CO2 emissions in buildings per square meter.
Keywords: CO2 emissions, greenhouse gas effect, global warming, building
154
Jurnal Permukiman Vol. 6 No. 3 November 2011 : 154-163
155
Model Perhitungan Kandungan … (Arief S., Tri Harso K., Rumiati T.)
156
Jurnal Permukiman Vol. 6 No. 3 November 2011 : 154-163
Tabel 1 Kadar Unsur Kimia Jenis Bahan Bakar produksi zink melalui proses produksi elektro
termal.
9. Produksi Petrochemical, CO2 dihasilkan dari
produksi polimer
Berdasarkan persamaan (2a) dan (2b) setiap
bahan bangunan akan menghasilkan EC, yang
berasal dari emisi CO2 akibat penggunaan energi
listrik (ECE) maupun emisi CO2 yang dihasilkan dari
proses kimia bahan bangunan tersebut (enE).
Memerhatikan pada persamaan tersebut, maka
Persamaan (1b) menunjukkan terbentuknya setiap jenis bahan bangunan akan nilai embodied
embodied CO2 emission pada setiap konsumsi CO2 emission (EC) meskipun energi yang digunakan
energi per kWh. Pada persamaan tersebut pada produksi bahan bangunan tersebut
ditunjukkan, bahwa proses industri bahan menggunakan energi yang terbarukan.
bangunan yang membutuhkan sejumlah energi,
menjadikan setiap bahan bangunan akan memiliki
nilai EE, serta berpeluang memiliki EC. Tergantung
EC = ECE + enE ..................................... (2a)
dari bagaimana energi tersebut dihasilkan.
EC = [EE x eE] + enE ...................... (2b)
Emisi CO2 pada Proses Kimia Produksi Bahan
Bangunan (enE) Keterangan :
Menurut Calkin [2009], beberapa jenis bahan EC : Embodied CO2
bangunan yang diproduksi dari raw material akan EE : Embodied Energy
menghasilkan emisi CO2 yang disebabkan oleh eE : Besarnya emisi CO2 yang dilepaskan dari setiap kWh
(kg CO2)
proses kimia bahan ketika diproduksi. Adapun
enE : Emisi CO2 hasil reaksi kimia bahan baku
jenis bahan bangunan yang mengeluarkan emisi
CO2 dari proses kimia tersebut adalah : Mengacu pada persamaan (2) bila dibandingkan
1. Bahan bakar fosil bukan untuk energi, banyak dengan persamaan (1) maka besarnya EC tidak
digunakan sebagai bahan campuran seperti selalu memiliki korelasi langsung dengan besarnya
bahan cat EE. Bila mengacu pada penyebab dari kerusakan
2. Proses produksi semen, semen merupakan lingkungan secara langsung disebabkan oleh
bahan bangunan yang diproduksi dari bahan konsentrasi gas CO2 di atmosfer yang melampaui
dasar kapur (CaCO), ketika proses pembakaran batas, sehingga mengakibatkan terjadi efek gas
bahan kapur akan melepaskan karbon yang rumah kaca yang mengakibatkan suhu permukaan
mengalami oksidasi sehingga menghasilkan bumi meningkat.
CO2.
Nilai embodied CO2 yang dihasilkan dari proses
3. Proses produksi baja, emisi CO2 langsung yang
pembakaran raw material dan proses kimia yang
dihasilkan dari bahan baja adalah berasal dari
terjadi pada raw material tersebut menghasilkan
bahan anorganik karbon yang terdapat pada
nilai total kandungan emisi CO2 yang dinyatakan
biji besi. Selain gas CO2 pada produksi besi baja
sebagai Nilai Dasar Emisi CO2 Bahan Bangunan
juga menghasilkan gas methana (CH4), yang
(Hde).
memiliki daya rusak terhadap atmosfer lebih
besar dari CO2.
4. Proses produksi kapur dan proses produksi
MENGUKUR EMISI CO2
batu kapur Emisi CO2 langsung (Direct CO2 Emissions) adalah
5. Proses produksi alumunium, gas CO2 yang pencemaran udara yang disebabkan oleh konsumsi
dihasilkan ketika alumina diubah menjadi sejumlah bahan bangunan, dimana dalam proses
alumunium. eksploitasi dan pengolahan bahan bangunan
6. Produksi cat dan plastik (Titanium Dioxide) gas tersebut telah menghasilkan sejumlah emisi CO2.
CO2 yang dihasilkan ketika proses zat chlorida Pada proses eksploitasi sumber daya alam yang
yang menggunakan kokas minyak bumi dan digunakan sebagai bahan baku bagi sejumlah
clorine sebagai bahan baku. bahan bangunan, menghasilkan emisi CO2 yang
7. (Baja dan besi campur), gas CO2 yang disebabkan oleh penggunaan berbagai alat bantu
dihasilkan dari produksi pada beberapa jenis sampai dengan pengiriman bahan baku tersebut
baja dan stainless steel. sampai tujuan tempat pengolahan.
8. Produksi Zinc, CO2 terbentuk pada tahap Beberapa jenis bahan bangunan yang digunakan di
pertama maupun tahap berikutnya dalam dalam pembangunan bangunan gedung, meliputi
3 kelompok besar bahan berikut ini. Bahan
157
Model Perhitungan Kandungan … (Arief S., Tri Harso K., Rumiati T.)
bangunan primer (pasir, air, batu) yaitu jenis AEKp =∑ {bb[Indx Hde]}Kg CO2
bahan bangunan yang langsung digunakan dari
per satuan pekerjaan …………… (3)
bahan alam. Jenis bahan bangunan ini
dikelompokkan lagi dalam 2 kategori, yaitu bahan Keterangan :
AEKp : Analisa emisi CO2 konstruksi pekerjaan
galian (C, B, dan A) serta bahan tegakan (kayu dan
bb : Bahan bangunan
bambu). Bahan bangunan sekunder (batako cetak, Ind : Indeks bahan bangunan
batako rakyat, beton, baja tulangan, baja profil, Hde : Nilai dasar emisi CO2 bahan bangunan
semen, kaca, paku, mur-baut, plat baja, kusen
Indeks bahan bangunan per satuan pekerjaan
pintu-jendela, lantai keramik, lantai ubin PC, dsb)
mengacu pada nilai indeks dari SNI Analisa Biaya
yaitu bahan bangunan yang berasal dari bahan
Konstruksi. Nilai indeks tersebut menunjukkan
baku yang berasal dari alam dan telah melalui
kebutuhan volume bahan bangunan yang
proses industri, dimana pada proses industri
digunakan pada setiap pekerjaan. Sebagai contoh
tersebut terjadi proses oksidasi yang menghasilkan
untuk melakukan analisa emisi CO2 satuan
gas CO2. Bahan bangunan tersier (teralis, tangga
pekerjaan mengerjakan 1 m3 pekerjaan pondasi
besi, dsb) yaitu bahan bangunan yang diproduksi
batu belah campuran 1 PC : 3 PP (SNI 2836 : 2008),
dari bahan bangunan sekunder.
adalah diperlukan :
Emisi yang dikandung oleh berbagai jenis bahan
1. Batu belah 1,2 m3
bangunan dapat dikelompokkan seperti pada tabel
2. Portland Cement (PC) 202 kg
2, dan dinyatakan sebagai Nilai Dasar Emisi CO2
3. Pasir pasang 0,485 m3
Bahan Bangunan (Hde). Nilai dasar emisi CO2 bahan
bangunan dimungkinkan terdapat perbedaan yang Masing-masing bahan bangunan tersebut
disebabkan oleh jenis sumber energi yang mengandung harga dasar emisi CO2 (Hde), yakni
digunakan ketika bahan bangunan tersebut untuk batu belah EC dihasilkan dari sejumlah
diproduksi, seperti telah diuraikan di atas. energi yang digunakan pada alat berat ketika
melakukan eksploitasi batu belah dari alam dan
Beberapa jenis bahan bangunan yang memiliki
bahan bakar yang digunakan untuk transportasi
nilai kandungan emisi CO2 cukup tinggi dan tingkat
pengiriman bahan batu belah ke site.
penggunaannya cukup besar dalam bangunan
adalah, semen dengan nilai emisi CO2 sebesar 0,97 Tabel 2 Nilai Dasar Emisi CO2 Bahan Bangunan (Hde)
kg CO2 per kg semen [Calkins, 2008], baja tulangan Tersier
Primer Sekunder N
adalah 1 s.d. 1,7 kg CO2 per kg baja [Gielen, 1997]. (campuran)
Kedua jenis bahan bangunan tersebut pada Agregat (halus s.d Semen Beton Panel
kasar) Baja tulangan Beton beton
bangunan memiliki volume yang cukup besar, baik Air Baja profil bertulang cetak
pada pekerjaan beton bertulang, maupun Bambu Paku Mur-baut
pekerjaan dinding, lantai, serta komponen bahan Biji baja Keramik Kabel litrik
bangunan dinding seperti batako cetak, seluruh Kasium karbonat Bata merah (NYM, dsb)
Kayu log Genteng Batako cetak
jenis bahan bangunan dan pekerjaan tersebut Tanah lempung Kayu lapis (glulam, Buis beton
membutuhkan semen. Nilai emisi bahan bangunan Minyak bumi LVL) Kusen
sesuai lampiran1. Batu bara Kayu balok-papan alumunium
Kloset Pintu
Produktifitas kinerja juga menentukan nilai emisi Bak mandi alumunium
CO2, hal tersebut ditunjukkan dalam indeks analisa Profil alumunium
Plat alumunium
biaya konstruksi dalam sebuah perencanaan biaya. Panel gypsum
Sama halnya dengan emisi CO2, besarnya emisi CO2 Besarnya emisi CO2 Besarnya emisi CO2
setiap item pekerjaan memiliki nilai yang berbeda. ditentukan oleh ditentukan oleh
Setiap bahan bangunan yang digunakan akan bahan bakar yang proses oksidasi dari
digunakan oleh material, energi
mengalami pengurangan volume, ketika diolah sejumlah peralatan yang digunakan
dalam setiap tahap pekerjaan, yang diakibatkan dalam proses oleh industri untuk
oleh penyusutan maupun akibat terbuang. eksploitasi serta memproduksi
Besarnya nilai penyusutan dalam menghitung nilai bahan bakar yang bahan bangunan
digunakan untuk (langsung, tidak
emisi CO2 tersebut digunakan acuan SNI analisa transportasi dari langsung), serta
biaya konstruksi. lokasi ke tempat transportasi
pemrosesan.
Satuan yang digunakan dalam pekerjaan Catatan : Satuan bahan bangunan tersebut dinyatakan dalam
dinyatakan dalam m1 untuk satuan panjang, m2 kgCO2 setiap satuan produksi bahan bangunannya;
untuk satuan luas, dan m3 untuk satuan volume. yang meliputi; per lembar, per meter persegi, per
Formula yang digunakan dalam analisa nilai emisi meter kubik, per meter panjang, per kilogram berat
bahan, per buah
[AEKp] dinyatakan dengan persamaan (3) sebagai
berikut :
158
Jurnal Permukiman Vol. 6 No. 3 November 2011 : 154-163
Besarnya EC (Hde)pada batu belah adalah 0,00095 dicantumkan dengan satuan dalam analisa
kg CO2 per m3 batu belah [Hwang, 2001]. Juga pada nilai emisi satuan pekerjaan (AEK).
bahan PC mengandung emisi CO2 (Hde) sebesar 3. Nilai emisi CO2 satuan pekerjaan yang
0,97 kg CO2 per kg semen. [Gielen, 1997] Nilai dihasilkan dari adopsi nilai indeks satuan
emisi CO2 pada bahan pasir pasang adalah 0,845 kg pekerjaan sesuai dengan SNI ABK, seluruh
CO2 per m3 pasir pasang [Hwang, 2001]. Sehingga hasil analisa emisi CO2 pekerjaan dimasukkan
dapat dihitung besarnya emisi CO2 pada pekerjaan pada kolom ini.
tersebut ditunjukkan pada tabel 3. Hasil analisa 4. Tahap selanjutnya adalah mengkalikan antara
emisi satuan pekerjaan pondasi batu belah volume pekerjaan dengan nilai emisi CO2
ditemukan besarnya emisi CO2 pekerjaan pondasi pekerjaan
batu belah per m3 adalah 195,941 kg CO2, yaitu :
Keempat tahapan tersebut disusun dalam sebuah
Tabel 3 Analisa Emisi CO2 Satuan Pekerjaan Pondasi tabel dengan bantuan software spreadsheet data,
Batu Belah per m3 seperti MS Excel, untuk memudahkan perhitungan
Bahan Satuan Indeks
NDE Sub
Total E Sat
secara otomatis. Contoh (lampiran 2) bentuk
Bahan Total E
Batu Belah
penyusunan tabel tersebut seperti pada contoh
15 cm/20 cm
m3 1,20000 0,00098 0,001 tabel 4 di bawah ini :
Portland
Kg 202,00000 0,97 195,940
Cement (PC) Tabel 4 Contoh Tabel Perhitungan Nilai Emisi CO2
Pasir Pasang Bangunan Gedung (RE)
m3 0,48500 0,00045 0,000
(PP)
No Item Pekerjaan Volume Sat Hde NE
195.941 kg CO2/m3
Jenis pekerjaan Volume M’ Hasil Total hasil
disusun pekerjaan M2 dari perkalian
Besarnya emisi CO2 yang ditimbulkan oleh pekerja berdasarkan dihitung M3 analisa antara
diabaikan, karena variabelnya sangat luas dan tahapan pekerjaan berdasarkan AEK volume dan
gambar Hde
masih sulit untuk ditentukan, sebab terdapat faktor Total Emisi CO2 Bangunan HSE
budaya yang mempengaruhi produktifitas kerja.
Kondisi ideal, produktifitas kerja dapat ditentukan Selanjutnya untuk menentukan nilai satuan emisi
nilai emisi CO2 nya ketika para pekerja bangunan CO2 pada bangunan gedung per meter persegi
sudah dapat dilakukan sertifikasi. Sehingga setiap adalah menggunakan persamaan (5) :
pekerjaan yang dikerjakan oleh berbagai karakter
pekerja yang berlatar belakang berbeda akan HSE = RE : LbKg CO2 per m2 ......... (5)
menghasilkan nilai yang sama.
Selanjutnya berdasarkan BQ (bill of quantity) dari Keterangan :
HSE : Nilai satuan emisi CO2 bangunan gedung
RAB (rencana anggaran biaya) diketahui informasi per m2 luas bangunan
volume pekerjaan, yang sudah dihitung RE : Rencana emisi CO2
berdasarkan gambar kerja. Setiap volume Lb : Luas total bangnan
pekerjaan tersebut bila dikalikan dengan hasil Dengan formula tersebut, nilai emisi CO2 sudah
analisa nilai emisi CO2 pekerjaan, maka akan dapat ditentukan. Tentunya melalui penelitian ini,
didapat nilai emisi CO2 yang dikandung oleh ambang batas emisi CO2 pada setiap bangunan
bangunan tersebut. Untuk mendapatkan nilai emisi dapat dikembangkan lebih lanjut, hasilnya dapat
CO2 per m2 bangunan maka nilai total emisi CO2 digunakan sebagai ketentuan dalam standar emisi
tersebut dibagi dengan luas bangunan. Formula
CO2 yang diizinkan oleh pemerintah daerah dalam
tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan (4) pengendalian emisi CO2. Juga dapat menjadi
sebagai berikut : sebuah persyaratan IMB dengan memenuhi
RE = ∑Pek (Vol x AEKp) Kg CO2 .....(4) ambang emisi CO2 yang diizinkan.
Keterangan : Bangunan Gedung
RE : Rencana emisi CO2 Nilai dasar emisi CO2 bahan bangunan yang sama
Pek : Jenis pekerjaan
Vol : Volume pekerjaan dimungkinkan terjadi perbedaan antara satu
AEKp : Analisa emisi CO2 konstruksi pekerjaan produsen dengan produsen lainnya, hal tersebut
dikarenakan adanya perbedaan penggunaan
Persamaan 4 disusun dalam tabel Nilai Emisi sumber energi yang berbeda pada setiap industri.
Bangunan, yang terdiri dari : Sumber energi yang saat ini banyak digunakan di
1. Jenis pekerjaan, yang disusun berdasarkan Indonesia adalah energi yang bersumber dari PLTU
tahapan pekerjaan sesuai dengan tabel bill of dengan bahan bakar batu bara, yang memiliki
quantity (Rencana Anggaran Biaya). resiko tingkat emisi CO2 paling tinggi dibandingkan
2. Volume pekerjaan setiap item pekerjaan dengan sumber energi lainnya, namun dari aspek
dengan mencantumkan satuan, perlu harga, batu bara merupakan sumber energi yang
mendapat perhatian kesesuaian satuan yang paling murah.
159
Model Perhitungan Kandungan … (Arief S., Tri Harso K., Rumiati T.)
Untuk menurunkan emisi CO2 pada sektor mutu emisi CO2 yang diizinkan pada bangunan
bangunan gedung, perlu dimulai dari proses gedung, sesuai dengan fungsi bangunan.
produksi bahan bangunan yang menggunakan
Model ini dapat digunakan sebagai alat kendali
sumber energi yang terbarukan, seperti halnya
dalam proses perencanaan bangunan gedung
pengembangan komponen bangunan seperti lampu
rendah emisi CO2.
hemat energi, kloset dual flush, dsb.
Hampir seluruh bahan bangunan yang digunakan DAFTAR PUSTAKA
dalam pembangunan gedung mengandung emisi _______________, 2008. SNI Analisa Biaya Konstruksi.
CO2, namun tidak seluruh bahan bangunan BSN-Pusat Litbang Permukiman, Jakarta-
tersebut berkontribusi sama besar pada emisi yang Bandung
ditimbulkan, karena hal tersebut juga ditentukan Brenda, Vale, R., 1991. Green Architecture, Design
oleh volume bahan bangunan yang digunakan. for an Energy-Conscious Future. A Bulfinch
Beberapa bahan bangunan dikonsumsi lebih kecil Book. Little, Brown and Company. London
dibandingkan dengan beberapa jenis bahan Calkins, M., 2009. Materials for Sustainable Sites.
bangunan lainnya. Misalnya semen digunakan John Wiley & Sons. Inc. Canada.
hampir pada setiap item pekerjaan, mulai dari Fatiah, A.A., 2008. Global Warming. Sebuah Isyarat
pekerjaan pondasi, struktur, pengisi bangunan Dekatnya Akhir Zaman dan Kehancuran
bahkan pada pekerjaan plumbing dan utilitas Dunia. Granada Mediatama. Jawa Tengah.
bangunan. Fay, R., Treloar, G., Iyer-Raganiga, U., 2000. Life-
Menurut Gielen [1997] beberapa jenis bahan cycle Energy Analysis of Building: a case study.
bangunan yang memiliki modus penggunaan di Journal Building Research & Information. E. &
dalam konstruksi bangunan gedung adalah semen, FN Spon.
baja tulangan, bahan-bahan jenis keramik (bata Gielen, D.J., 1997. Building Material and CO2.
merah, genteng keramik, lantai keramik) serta Western Europe Emission Reductions
kayu, baik kayu struktur maupun kayu pengisi. Strategies. Netherlands Energy Research
Fondation ECN.
KESIMPULAN DAN SARAN Seo, S., & Y. Hwang, 2001. Estimation of CO2
Emission in Life-cycle of Residential Building.
Melalui formula (3) dan (4) yang disusun pada
Journal of Construction, Engineering and
tabel 4, dapat dilakukan perhitungan nilai emisi
Management. Vol 127. No. 5 September –
CO2 pada bangunan gedung.
October.
Dengan tersedianya model perhitungan emisi CO2 UNEP, 2008. Kick the Habit, a UN Guide to Climate
pada bangunan gedung, maka selanjutnya dapat Neutrality. UNEMG. UNEP/GRID-Arendal.
dilakukan kegiatan penelitian penentuan baku
160
Jurnal Permukiman Vol. 6 No. 3 November 2011 : 154-163
161
Model Perhitungan Kandungan … (Arief S., Tri Harso K., Rumiati T.)
Lampiran 2 Contoh Perhitungan Harga Emisi CO2 Bangunan Gedung pada Rumah Susun Cigugur Tengah Cimahi
162
Jurnal Permukiman Vol. 6 No. 3 November 2011 : 154-163
Lampiran 3 Rekapitulasi Nilai Emisi CO2 Rumah Susun Cigugur Tengah Cimahi
48
A. III. Mekanikal dan Elektrikal 606,56 12,64
Dari hasil perhitungan dan analisis di atas didapatkan nilai emisi CO2 bangunan (NE) sebesar 337,577,98 kg CO2. Diketahui luas
bangunan keseluruhan adalah 1.770 m2, maka nilai dasar emisi CO2 bangunan (HSE) per m2 adalah 190,72 kg CO2 per m2.
163