16512072
PERUBAHAN IKLIM
Perubahan iklim biasa disebut juga pemanasan global, Sejak muncul Revolusi Industri abad 18
hingga kehidupan modern saat ini, penggunaan bahan bakar minyak bagi keperluan kehidupan
dan peradaban manusia melonjak cepatnya. Bahan bakar minyak, batu bara dan gas yang
digunakan manusia dan mengemisikan CO2ke atmosfir dalam jumlah besar dan dalam satuan waktu
tertentu mengakibatkan penebalan selimut bumi tersebut. Bukan hanyaitu, berkurangnya vegetasi
per satuan luas tertentu akibat pembangunan kota baru atau pemekaran kota mengurangi
penyerapan CO2mengakibatkan kenaikan konsentrasi gas tersebut diatmosfir bumi. Situasi ini
memunculkan fenomena pemanasan bumi, global warming. Terjadi peningkatan suhu udara rata-
rata pada permukaan bumiyang diperkirakan dapat mengganggu kestabilan ekosistem bumi serta
kestabilan kehidupan makhluk hidup di muka bumi.
Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dari tempat ke tempat yang disebabkan oleh
adanya pengendali-pengendali iklim. Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan
iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut lakitan (2002) adalah
KEPADATAN BANGUNAN
Saat ini dapat dijumpai bahwa kepadatan rata-rata bangunan di dalam kota tinggi, artinya
jumlah bangunan per satuan luas tertentu di kawasan kota tinggi. Bangunan cenderung saling
berdekatan atau bahkan menempel satu dengan lainnya (terutama di kawasan perumahan). Hal ini tidak
menguntungkan bagi strategi penurunan suhu udara kawasan. Selain tingkat radiasi panas yang
dipancarkan material bangunan (genting, dinding) dan material penutup muka tanah (jalan aspal,
beton, perkerasan lain) cenderung memanaskan udara lingkungan dan pada akhirnya kota, aliran udara
juga terhalang oleh deretan bangunan tanpa celah. Kecepatan angin kawasan kota menjadi
rendah, padahal kecepatan angin yang cukup tinggi diperlukan untuk memberikan efek ‘dingin’
bagi manusia
VEGETASI KOTA
Proses perubahan fisik dari wilayah desa menjadi kota mengurangi jumlah vegetasi per
satuan luas tertentudari wilayah tersebut. Berkurangnya vegetasi mengurangi penyerapan energi
matahari bagi proses fotosintesa, mengakibatkan suhu udara kota naik. Berkurangnya vegetasi
mengurangi penyerapan emisi asap kendaran dalam bentuk gas CO2, mengakibatkan peningkatan
konsentrasi CO2 di udara. Kota-kota semacam Jakarta, Bandung, Bogor, dan Surabaya,
merupakan beberapa contoh kota di Indonesia yang memiliki tingkat polusi udara tinggi. Hal ini secara
umum ditandai oleh banyaknya pengguna jalan, di antaranya pengendara kendaraan bermotor roda
dua yang menggunakan kain penutup hidung untuk mengantisipasi polusi kot. Fungsi vegetasi kota
adalah untuk mengurangi pencemaran dan pemanasan udara kota. Dalam proses fotosintesis[8]:
6CO2+ 6H2O + katalis (5 kWh/kg radiasi matahari + khlorofil) = C6H12O6+ 6O2terlihat bagaimana CO2
diikat air dengan bantuan radiasi matahari dan khlorofil sebagai katalis. Sementara O2dihasilkan
sebagai produk ikutan yang bermanfat bagi kelangsungan hidup manusia. Energi matahari yang
digunakan dalam jumlah tertentu dalam proses fotosintesis tersebut, mengurangi sebagian panas
matahari yang jatuh ke permukaan bumi. Dengan demikian tumbuhan bermanfaat menurunkan suhu
udara di sekitarnya. Di sisi lain, dalam proses fotosintesis tersebut diserap pula sejumlah gas
CO2, yang berarti tumbuhan akan mereduksi sejumlah CO2sebagai polutan udara kota. Studi yang
dilakukan oleh peneliti Norwegia memperlihatkan bahwadalam satu musim pertumbuhan, pohon
dengan diameter 14 m dengan luas permukaan daun sekitar 1.600 m2menyerap sejumlah
CO2dan SO2di udara untuk menghasilkan sejumlah O2yang cukup bagi keperluan bernafas satu
orang dalam satu tahun. Pohon yang sama akan memfilter satu ton debu per tahun.
PERAN ARSITEKTUR
Perancang bangunan, sering kali kurang memperhatikan keselarasan dengan alam, dalam hal
pemanfaatan sumberdaya alam dan penggunaan teknologi yang tidak ramah terhadap alam. Tidak
dapat kita pungkiri bahwa iklim global saait ini telah berubah dan membuat suhu udara menjadi hangat.
Banyak pendapat dari para ilmuan yang menyatakan aktivitas manusia berpengaruh dalam perubahan
iklim. Kegiatan manusia yang melepaskan polusi mengakibatkan polusi tersebut terperangkap
diatmosfer, menyebabkan ‘’efek rumah kaca’’ yang menghangatkan bumi. Karbon dioksida adalah gas
rumah kaca utama. Gas rumah kaca lainnya termasuk metana, nitrous oxide, senyawa organik volatile,
ozon, dan klorofluorokarbon. Kegiatan manusia yang melepaskan gas rumah kaca termasuk pembakaran
bahan bakar fosil seperti minyak batu bara, propane, solar, gas alam, dan bensin. Kegiatan lain termasuk
juga pembakit listrik, proses industry, pertanian, dan kehutanan. Oleh karena itu, perancangan
bangunan secara arsitektur mempunyai andil besar memicu pemanasan global dan berakibat pada
turunnya kualitas hidup manusia. Dari semua gejala alam yang sudah terjadi, kini sudah saatnya
perancangan bangunan secara arsitektur lebih memahami alam melalui pendekatan dan pemahaman
terhadap perilaku alam lebih dalam agar tidak terjadi kerusakan alam yang lebih parah. Sasaran utama
dari upaya ini adalah tidak memperparah pemanasan gelobal, melalui upaya rancangan arsitektur yang
selaras dengan alam serta memperhatikan kelangsungan ekosistim, yaitu dengan pendekatan ekologi.
Semua ini ditujukan bagi kelangsungan ekosistem, kelestarian alam dengan tidak merusak
tanah, air, dan udara, tanpa mengabaikan kesejahteraan dan kenyamanan manusia secara fisik, social
dan ekonomi secara berkelanjutan
Bangunan didirikan berdasarkan rancangan yang dibuat oleh manusia yang seringkali lebih
menekankan pada kebutuhan manusia tanpa memperhatikan dampaknya terhadap alam sekitarnya.
Seharusnya manusia sadar betapa pentingnya kualitas alam sebagai penunjang kehidupan, maka setiap
kegiatan manusia seharusnya didasarkan pada pemahaman terhadap alam termasuk pada perancangan
arsitektur.