Anda di halaman 1dari 147

Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Siswa MTs Negeri Parung Kelas VII dalam Materi Segitiga


dan Segi empat
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

ERNAWATI

109017000065

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ABSTRAK

Ernawati (109017000065), Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematika Siswa MTs Negeri Parung Kelas VII dalam Materi Segitiga dan Segi
empat, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui persentase siswa
yang memahami konsep matematika. Penelitian ini dilakukan di kelas VII MTs
Negeri Parung pada tahun ajaran 2015/2016 sebagai populasi sebanyak 351 siswa
yang terbagi dalam 9 kelas. Sampel penelitian ini diambil secara acak sehingga
diperoleh kelas VII 9. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes
kemampuan pemahaman konsep matematika pada materi Segitiga dan Segi
Empat. Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif. Dalam penelitian ini,
dianalisis kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika yaitu dengan
mengelompokkan siswa dalam 3 kelompok, selanjutnya dianalisis berdasarkan
indikator pemahaman konsep matematika. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa banyaknya siswa kelas VII 9 MTs Negeri Parung hanya 29,97% yang
menguasai pemahaman konsep matematika tingkat terjemahan, 12,99% yang
menguasai pemahaman konsep matematika tingkat penafsiran dan 6,60% yang
menguasai pemahaman konsep matematika tingkat ekstrapolasi. selain iitu yang
masuk kelompok tinggi ada 11 siswa dan masih dikatakan cukup tinggi.
Pemahaman konsep matematika yang paling dikuasai siswa adalah pemahaman
konsep terjemahan dan penafsiran, hanya beberapa siswa saja yang sudah sampai
pada tingkat ekstrapolasi. Banyaknya siswa yang masuk kelompok sedang ada 11
siswa, yang paling dikuasai siswa adalah pemahaman konsep tingkat terjemahan,
sedangkan siswa yang masuk kelompok rendah ada 10 siswa yang masih sangat
rendah dalam pemahaman ekstrapolasi dan penafsiran.

Kata Kunci : Kemampuan pemahaman konsep matematika

i
ABSTRACT
Ernawati (109017000065), "Analysis of students ability of mathematical
conceptual understanding in MTsN Parung on the material triangle and
rectangle, Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Education
and Teaching Science, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this study is to analyze and determine the percentage of students
who understand mathematical concepts. This research was done in class VII
MTsN Parung in the academic year 2015/2016 with population of 351 students,
divided into nine classes. The sample of this researchwas drawn randomlytill
obtained class VII 9. The research instrument that used was to test the ability of
understanding mathematical concepts in material triangles and rectangles. This
research uses descriptive data analysis. In this study, the ability of students
understanding in mathematical conceptswere analyzed by dividing students into
three groups, then analyzed based on the indicators of mathematical concepts
understanding. The results of this study indicate that the number of students of
class VII 9 MTsN Parung only 29,97% which mastering mathematical concepts
understandingat level translation, 12,99% which mastering mathematical concepts
understandingat levelinterpolation, and 6,60% which mastering mathematical
concepts understandingat levelextrapolation.Beside that, students that include
high group there were 11 students and still be quite high. Mathematical concepts
understanding mastered by most students are conceptual understanding of
translation and interpretation, only a few students who had reached the level of
extrapolation. The number of students who enter the medium group there were 11
students, they most mastered mathematical concepts understanding of translation,
while students who entered the low group, there were 10 students who are still
very low in mathematical concepts understandingof interpretation and
extrapolation.

Keywords:Ability of mathematical concepts understanding

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji beserta syukur peneliti panjatkan kepada zat yang


Maha Kasih, Alloh SWT Tuhan semesta alam yang senantiasa menunjukkan
kebesaran serta kekuasaanNya setiap saat hingga peneliti mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul Analisis kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa MTs Negeri Parung kelas VII dalam materi Segitiga dan Segi empat.
Sholawat dan salam tercurah kepada akhirul anbiya baginda Rasululloh
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan kita selaku umatnya yang mudah-
mudahan tetap istiqomah berada dijalannya hingga hari akhir nanti.
Sebuah karya sederhana ini tentunya tidak akan mampu peneliti selesaikan
tanpa dukungan dari tangan-tangan yang Alloh kirimkan kepada pihak-pihak yang
senantiasa memberikan dorongan rasa optimis, semangat, dan kemudahan-
kemudahan yang dibentangkan sehingga peneliti mampu melewatinya. Dalam
penyusunan penelitian ini, peneliti rasakan banyak bantuan dan bimbingan yang
telah diberikan oleh orang-orang terdekat penulis. Oleh karena itu pada ruang
yang terbatas ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, yang
telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
3. Bapak Abdul Muin S.Si., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika, yang telah membantu atas penyusunan skripsi sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
4. Ibu Dr. Gelar Dwi Rahayu, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I, yang tulus
ikhlas penuh kesabaran dan perhatian membimbing serta mengarahkan
peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

iii
iv

5. Bapak Otong Suhyanto M.Si selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen


Pembimbing Akademik Kelas B angkatan 2009, yang telah memberikan
memberikan bantuan, saran dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membagi ilmunya
selama ini.
7. Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan
dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.
8. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
9. Ibu Hj. Eti Munyati, S.Ag, M.M selaku Kepala MTs Negeri Parung beserta
staf, yang telah memberikan ijin dan bantuannya ketika penulis mengadakan
penelitian.
10. Bapak Lukmanul Hakim, S.Ag selaku Wakil Kepala MTs Negeri Parung
bidang Kurikulum dan Bapak Heru Hermanto, S.Pd selaku guru matematika
kelas VII di MTs Negeri Parung, yang sebagai guru pamong tempat penulis
mengadakan penelitian yang telah memberikan bimbingan dan motivasi
selama masa penelitian.

11. Seluruh Guru MTs Negeri Parung, khususnya Ibu Suchiati, S.Pd, Ibu
LinaYulinar, S.Pd, Ibu Deswati, M.Pd.I, Ibu Dra. Umi Kulsum, Ibu Dra. Hj.
Ida Hamdanah, Bapak H. M. Dadan Ramdhani, M.Pd, Bapak Acep Pudoli,
M.Pd, Bapak Drs Purwanto, yang selalu memberikan nasihat dan motivasi
selama masa penelitian.
12. Siswa dan siswi kelas VII MTs Negeri Parung, khususnya kelas VII-9 telah
bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.
13. Keluarga tercinta. Ayahanda Enjam dan Ibunda Asih yang tak henti-hentinya
mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan
v

materil kepada penulis, serta selalu menginspirasi penulis. Semangat-


semangatku kakak Agus dan Nuraini, serta semua keluarga yang selalu
menjadi kekuatan bagi penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan
meraih cita-cita.
14. Teman-teman kelas A, B dan C di Jurusan pendidikan Matematika angkatan
2009 khususnya sahabatku Imut, Lina, Nung, Putri, Yeni, Via, Sisi, Ninda,
Angga, Zia terima kasih yang selalu memberikan motivasi, memberikan
bantuan, doa dan semangat selama penulisan skripsi ini.
15. Teman-temanku teristimewa Riri, Nuhay, Sarif, Adi, Mila, yang selalu
memberikan motivasi, nasihat, doa, dan perhatian selama ini.
16. Temanku teristimewa Vita dan Sadam yang selalu memberikan motivasi,
nasihat, doa, dan perhatian selama ini.
17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Alloh SWT membalas kebaikan seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan skripsi ini dengan limpahan rahmat dan kasihNya. Peneliti menyadari
bahwa banyak terdapat kekurangan dan cela dalam karya ini, untuk itu peneliti
mohon maaf atas segala kekurangan didalamnya dan senantiasa berharap karya ini
dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan senantiasa berharap karya ini
dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan.

Ciputat, Juli 2016

Peneliti
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL........ ................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 13
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 14
D. Perumusan Masalah ........................................................................ 14
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 14
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 15
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik ...................................................................... ... 16
1. Pemahaman Konsep Matematika ................................................. 16
a. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika............. ..... 20
b. Indikator Pemahaman Konsep Matematika .... ....................... 24
2. Pokok Bahasan Segitiga dan Segi Empat..................................... 27
a. Segitiga.................................................................................... 27
b. Segi Empat.............................................................................. 30
1). Persegi Panjang................................................................... 30
2). Persegi................................................................................. 31
3). Jajargenjang......................................................................... 31
4). Trapesium............................................................................ 32
5). Layang-layang..................................................................... 34
6). Belah Ketupat...................................................................... 35

vi
vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 36
B. Metode dan Desain Penelitian ..................................................... 36
C. Populasi Sampel ........................................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 37
E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data..................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .............................................................................. 41
1. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa............... 41
2. Statistika Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
.................................................................................................. 42
3. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep Matematika
secara keseluruhan .................................................................... 43
4. Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Kelompok Tinggi, Kelompok Sedang, dan Kelompok Rendah
Siswa Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep Matematika
di Kelas ..................................................................................... 44
B. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................ 46
1. Pemahaman Konsep Matematika Tingkat Translasi ................ 47
2. Pemahaman Konsep Matematika Tingkat Interpolasi .............. 51
3. Pemahaman Konsep Matematika Tingkat Ekstrapolasi ........... 56
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 59
B. Saran ............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 61
LAMPIRAN ................................................................................................. 63
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Nilai Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran .... 38
Tabel 3.2. Kriteria Koefisien Reliabilitas............................................................ 39
Tabel 3.3. Rubrik Penilaian ................................................................................. 39
Tabel 3.4 Kriteria Kualifikasi Hasil Tes ............................................................ 40
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemahaman Konsep Segitiga
dan Segiempat .................................................................................... 41
Tabel 4.2. Statistika dari Pemahaman Konsep Matematika Siswa ..................... 42
Tabel 4.3. Deskripsi Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Berdasarkan Indikator ........................................................................ 43
Tabel 4.4. Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Kelompok Tinggi, Kelompok Sedang, dan Kelompok Rendah
Siswa Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep Matematika ........ 44

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Rata-rata Skor Pemahaman konsep Matematika Kelompok


Tinggi, Kelompok Sedang dan Kelompok Rendah..................... 46
Gambar 4.2. Contoh Jawaban Salah Pada Indikator Translasi Soal No 1 ....... 48
Gambar 4.3. Contoh Jawaban Benar Pada Indikator Translasi Soal No 1....... 48
Gambar 4.4. Contoh Jawaban Siswa Pada Indikator Translasi Soal Nomor
2 ................................................................................................... 49
Gambar 4.5. Contoh Kesalahan Jawaban Siswa Pada Indikator Translasi
Soal Nomor 2 .............................................................................. 49
Gambar 4.6. Contoh Jawaban Siswa Pada Indikator Translasi Soal Nomor
3 ................................................................................................... 50
Gambar 4.7. Contoh Kesalahan Jawaban Siswa Pada Indikator Translasi
Soal Nomor 3 .............................................................................. 50
Gambar 4.8. Contoh Jawaban Siswa Kelompok Rendah Pada Indikator
Translasi Soal Nomor 6 ............................................................... 51
Gambar 4.9. Contoh Jawaban Siswa Kelompok Tinggi Pada Indikator
Translasi Soal Nomor 6 ............................................................... 51
Gambar 4.10. Contoh kesalahan Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi
Soal Nomor 4 .............................................................................. 52
Gambar 4.11. Contoh Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi Soal
Nomor 4 ...................................................................................... 53
Gambar 4.12. Contoh Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi Soal
Nomor 5 ...................................................................................... 53
Gambar 4.13. Contoh kesalahan Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi
Soal Nomor 5 .............................................................................. 54
Gambar 4.14. Contoh kesalahan Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi
Soal Nomor Kelompok Rendah Soal Nomor 8 ........................... 54
Gambar 4.15. Contoh kesalahan Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi
Soal Nomor Kelompok sedang Soal Nomor 8 ............................ 55

ix
x

Gambar 4.16. Contoh kesalahan Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi


Soal Nomor Kelompok Tinggi Soal Nomor 8 ............................ 55
Gambar 4.17. Contoh Jawaban Siswa Pada Indikator ekstrapolasi
Kelompok tinggi Soal Nomor 9 .................................................. 56
Gambar 4.18. Contoh Jawaban Siswa Pada Indikator ekstrapolasi
Kelompok tinggi Soal nomor 10 ................................................. 57
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Mata Pelajaran Matematika ............................................63


Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep..............................69
Lampiran 3. Instrumen Tes Pemahaman Konsep ............................................71
Lampiran 4. Kunci Jawaban Instrumen Tes Pemahaman Konsep dan
pedoman penskoran .....................................................................74
Lampiran 5. Hasil Tes Distribusi Frekuensi ....................................................79
Lampiran 6. Hasil Tes Pemahaman Konsep Perindikator ...............................82
Lampiran 7. Hasil Tes Pemahaman Konsep Kelompok Tinggi, Sedang dan
Rendah .........................................................................................83
Lampiran 8. Abstrak Nasrulloh ........................................................................85
Lampiran 9. Soal Uji Coba Nasrulloh ............................................................86
Lampiran 10. Perhitungan Uji Validitas Instrumen Nasrulloh ..........................89
Lampiran 11. Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Nasrulloh ......................91
Lampiran 12. Perhitungan Uji Daya Pembeda Instrumen Nasrulloh.................92
Lampiran 13. Perhitungan Uji Taraf Kesukaran Instrumen Nasrulloh ..............93
Lampiran 14. Rekapitulasi Perhitungan Validitas, Taraf Kesukaran dan
Daya Pembeda Instrumen Tes Nasrulloh ...................................94
Lampiran 15. Kisi-kisi Soal Uji Syifa Nurjanah ................................................99
Lampiran 16. Rubrik Penilaian Tes Pemahaman Konsep Matematika .............100
Lampiran 17. Soal Uji Coba Syifa Nurjanah ...................................................101
Lampiran 18. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep
Matematika Syifa Nurjanah .........................................................103
Lampiran 19. Kunci Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematka Syifa
Nurjanah ......................................................................................104
Lampiran 20. Hasil Uji Validitas Instrumen Syifa Nurjanah ...........................108
Lampiran 21. Perhitunganl Uji Validitas Instrumen Syifa Nurjanah ...............109
Lampiran 22. Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Syifa Nurjanah .................110
Lampiran 23. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Syifa Nurjanah .........................111
Lampiran 24. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Syifa Nurjanah ................112

xi
xii

Lampiran 25. Perhitungan Uji Taraf Kesukaran Syifa Nurjanah .......................113


Lampiran 26. Soal Uji Coba Nur Fadliyah Amir ...............................................114
Lampiran 27. Kunci Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematka Nur
Fadliyah Amir ..............................................................................117
Lampiran 28. Langkah-langkah Perhitungan Validitas Tes Bentuk Uraian ......119
Lampiran 29. Hasil Uji Validitas Instrumen Nur Fadliyah Amir ......................120
Lampiran 30. Langkah-langkah Perhitungan Daya Pembeda Tes Bentuk
Uraian Nur Fadliyah Amir...........................................................121
Lampiran 31. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep
Nur Fadliyah Amir .....................................................................122
Lampiran 32. Langkah-langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Bentuk
Uraian Nur Fadliyah Amir...........................................................123
Lampiran 33. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman
Konsep Nur Fadliyah Amir .........................................................124
Lampiran 34. Langkah-langkah Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Nur
Fadliyah Amir ..............................................................................125
Lampiran 35. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Nur Fadliyah
Amir .............................................................................................126
Lampiran 36. Lembar Uji Referensi ..................................................................127
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal di dalam kehidupan


manusia. Di mana pun dan kapan pun di dunia ini terdapat pendidikan. Pendidikan
dipandang merupakan kegiatan manusi untuk memanusiakan sendiri, yaitu
manusia berbudaya.1

Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap
status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat
berharga dan benar-benar produktif, sebab pekerjaan produktif pada masa kini
adalah pekerjaan yang didasarkan pada akal, bukan tangan. Pembentukan orang-
orang terdidik merupakan modal yang paling penting bagi suatu bangsa. Oleh
karena itu, hampir disemua negara dewasa ini menjadikan pendidikan sebagai
pokok perhatian. Apalagi setelah ada kepercayaan bahwa pendidikan adalah satu-
satunya jalan menuju hidup berguna dan produktif. Di pandang dari segi negara,
pendidikan adalah jalan menuju kemakmuran dan kemajuan serta eksistensi
negara.2

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

1
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta:2009), hal 143
2
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta:2011), hal. 9
3
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta:2010), hal. 3

1
2

Sejalan dengan pemaparan di atas fungsi pendidikan nasional yang


tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak manusia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. 4
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen
pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib
belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia indonesia seutuhnya melalui olah batin (aspek transendensi),
olah pikir (aspek kognisi), olah rasa (aspek afeksi), dan olah kerja (aspek
psikomotoris) agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.
Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis sekolah danotonomi perguruan tinggi
serta pembaruan pengelolaan pendidikan secara terperinci, terarah, dan
berkesinambungan.5

Selain dengan dikeluarkannya UU tentang pendidikan, kepedulian


pemerintah terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia adalah dengan adanya
penyusunan kurikulum pendidikan secara nasional baik itu untuk tingkat
pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang

4
Undang-Undang RI No.20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta:
depdiknas, 2006), hal.4.
5
Triatno, loc.cit., hal. 3
3

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai


tujuan pendidikan.6

Memasuki abad ke-21 pendidikan akan mengalami pergeseran perubahan


paradigma yang meliputi pergeseran paradigma: (1) dari belajar terminal ke
belajar sepanjang hayat, (2) dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke
belajar holistik, (3) dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke
citra hubungan kemitraan, (4) dari pengajar yang menekankan pengetahuan
skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai, (5) dari
kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buta teknlogi, budaya, dan
komputer, (6) dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim
kerja, (7) dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke otoritas kerja sama. Dengan
memperhatikan pendapat ahli tersebut tampak bahwa pendidikan dihadapkan pada
tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat komvetitif.7

Menurut pengertian lama, pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa


prestasi belajar, merupakan hasil dari kegiatan belajar-mengajar semata. Dengan
kata lain, kualitas kegiatan belajar-mengajar adalah satu-satunya faktor penentu
bagi hasilnya. Pendapat seperti itu kini sudah tidak berlaku lagi. Pembelajaran
bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi belajar, karena merupakan
hasil kerja (ibarat sebuah mesin) yang keadaannya sangat kompleks.8

Istilah belajar sudah dikenal luas di masyarakat walau sering diartikan


sebagai pendapat umum. Misalnya ibu berkata kepada anaknya : pulang sekolah
harus belajar dahulu sebelum bermain. Maksud kalimat ini barangkali sebelum
bermain kerjakan tugas di rumah lebih dahulu. lain kali kamu harus belajar lebih
sungguh-sungguh, merupakan kalimat yang menyatakan prestasi tes nya yang
tidak baik, tidak diulangi lagi mendatang. Belajar diartikan sebagai proses
mendapatkan pengetahuan dengan membaca, latihan dan menggunakan

6
Gelar Dwirahayu, dkk, Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan
Sains Dasar: Sebuah Antologi, (Tanggerang:2007), hal. 83
7
Kunandar, op.cit., hal.13
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: 2009), hal. 4
4

pengalaman. Dalam makna kongkrit belajar berarti mendapat pengetahuan dari


pengalaman yang lalu dan akan memandu prilaku pada masa akan datang.
Disamping itu ada makna konseptual dari belajar yang dapat di ambil dari pakar
psikologi atau juga dari pakar psikologi dan pakar pendidikan.9

Belajar menurut pakar psikologi adalah prilaku sebagai proses psikologi


individu dengan lingkungannya secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat
belajar atau prilaku belajar sebagai proses psikologi yang ditandai dengan adanya
interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan. Menurut
Bell Gredler belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan
aneka ragam kompetensi/kemampuan, skill/keterampilan dan attitude/sika secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat dengan keterlibatan dalam pendidikan
formal (sekolah), informal (kursus) dan non formal (majlis-majlis ilmu). Bell
Gredler menyatakan pada tahun 1986.Sementara itu islam telah memberikan
batasan dan anjuran untuk belajar atau menuntut ilmu dari sejak buaian samai
liang lahat atau kuburan. Pendapat yang mutakhir Menyatakan belajar dapat
dimulai dari sejak bayi dalam kandungan ketika sudah bisa berinteraksi dengan
ibunya. Makna yang terkandung dalam ungkapan di atas merupakan pelajaran
bagi kita bahwa potensi belajar ini membedakan manusia dengan makhluk lain.

Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih


rendah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari sekolah
atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya
kompetensi yang dimiliki. Kedua, peringkat Human Development Index (HDI)
Indonesia yang masih rendah (tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara dan
tahun 2005 peringkat 110). Ketiga, laporan Internatoinal Educational
Achievment (IEA) bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada
diurutan 38 dari 39 negara yang disurvei. Keempat, mutu akademik antarbangsa
melalui Programme for International Student Assessment (PISA) 2003
menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia

9
Ali Hamzah, Perencanaan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: 2011), hal. 4
5

menempati peringkat ke-38, sementara untuk bidang Matematika dan kemampuan


membaca menempati peringkat ke 39. Kelima, laporan World Competitiveness
Yearbook tahun 2000, daya saing SDM Indonesia berada pada posisi 46 dari 47
negara yang disurvei. Keenam, posisi Perguruan Tinggi Indonesia yang dianggap
favorit, seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada hanya berada
pada posisi ke 61 dan 68 dari 77 perguruan tinggi di Asia. Ketujuh, ketertinggalan
bangsa Indonesia dalam bidang IPTEK dibandingkan dengan negara tetangga,
seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.10

Indikator lain yang menunjukkan betapa rendahnya mutu pendidikan di


Indonesia dapat dilihat dari data UNESCO tahun 2000 tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari
peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan perkepala yang
menunjukkan bahwa indekx pengembangan manusia Indonesia makin menurun.
Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 102 ada tahun
1996, ke 99 tahun 1997, ke 105 tahun1998, dan ke 109 tahun 1999, dan menurun
ke urutan 112 pada tahun 2000. Menurut survei Political and Economi Risk
Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan 12 dari
12 negara di Asia.11

Lemahnya SDM hasil pendidikan juga mengakibatkan lambannya Indonesia


bangkit dari keterpurukan sektor ekonomi yang merosot secara signifikan di tahun
1998. Namun saat negara-negara ASEAN lainnya sudah pulih, indonesia masih
belum mampu melakukan recovery dengan baik. Pendidikan merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas SDM. Hal ini
davat dilihat pada negara Jepang, di mana kemajuanekonomi yang didapatnya
tidak lepas dari peranan pendidikan. Sistem pendidikan Jepang yang baik telah
menghasilkan manusia-manusia berkualitas sehingga walaupun hancur setelah
kekalahan dalam Perang Dunia II, mereka dapat dengan cepat bangkit maju dan

10
Kunandar, op.cit., hal. 1
11
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Endidikan, (Jakarta: 2004), hal. 3
6

bahkan bersaing dengan negara-negara yang mengalahkannya dalam perang


Negara Asia lainnya seperti Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura
juga memperlihatkan fenomena yang tidak jauh berbeda dari negeri matahari
terbit ini, di mana kemajuan ekonomi yang mereka dapatkan adalah karena
kualitas SDM nya. Keadaan di Indonesia berbeda jauh sekali dengan negara-
negara tersebut. Dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang relatif lebih
banyak, negara kita ternyata jauh tertinggal. Semuanya itu akibat kekeliruan
dalam pembangunan yang berjalan cukup lama pada masa Orde Baru yang
menekankan pada pembangunan fisik dan kurang serius dalam pembinaan sumber
daya manusia.12

Dengan demikian, gagasan-gagasan tentang reformasi pendididkan di


Indonesia menjadi sangat relevan, terutama dalam konteks penyiapan SDM yang
berkualitas yang harus dimulai dengan perbaikan pendidikan pada semua jenjang
dan jalur, dengan perbaikan komperhensif meliputi perbaikan perencanaan, proses
pembelajaran, dukungan alat dan sarana pembelajaran, serta perbaikan
manajemen, yang semuanya itu perlu dilakukan unuk mencapai perbaikan pada
hasil pendidikan. Keluaran pendidikan ke depan harus siap berkompetisi dalam
memasuki pasar tenaga kerja yang tidak hanya di dalam negeri tetapi juga negara-
negara lain di dunia. Mereka harus memiliki wawasan global, berpikir yang
mendinia, mamahami berbagai karakteristik kultur masyarakat dunia, memiliki
penguasaan bahasa untuk komunikasi global, teknologi modern, serta memiliki
basis keahlian yang sesuai serta relevan dengan kebutuhan pasar.

Pendidikan di Indonesia, memang menghadapi dua masalah besar sekaligus,


yakni persoalan internal dan eksternal. Secara internal sedang dilakukan berbagai
penataan dan restukturisasi strategi pengembangan yang jauh lebih tepat, akurat
dan akseleratif, sementara secara eksternal, berbagai tantangan dan peluang justru
menunggu perningkatan tersebut agar mereka kompetitif, karena pasar negara-
negara utara akan diserbu ramai-ramai oleh tenaga muda energik dan berbakat
dari belahan selatan , Amerika Latin, Afrika yang sudah menunjukkan global

12
Ibid, hal. 2
7

worlview-nya secara agresif dan efektif, begitu juga tenaga meda energik dan
beberapa negara di timur jauh.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan formal secara umum dapat


diindikasikan apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku
peserta didik sesuai dengantujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui
pengukuran dengan tes maupun nontes. Proses pembelajaran akan efektif apabila
dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan baik supaya davat
diterima untuk memenuhi:

1. kebutuhan masyarakat setempat dan masyaraka global.


2. mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan
dunia global.
3. sebagai proses untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.13

Telah banyak upaya memperbaiki kualitas hasil belajar melalui proses


pendidikan di sekolah yang dewasa ini dilakukan para ahli. Berbagai uvaya dan
keberhasilan pendidikan yang dicavai memberi sumbangan yang berarti bagi
perbaikan proses pendidikan, sehingga dewasa ini para pendidik atau guru yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan dapat memanfaatkan berbagai sumbangan
para ahli, dalam upaya memperbaiki kualitas hasil pendidikan pada intinya
ertumpu pada proses pendidikan itu sendiri. Sedangkan proses pendidikan
formalberlangsug melalui kegiatan pembelajaran. Atas dasar ini, kajian tentang
proses pendidikan, bukan dalam arti luas, melainkan dalam kerangka proses
pembelajaran.14

Pandangan klasik yang selama ini berkembang adalah bahwa pengetahuan


ini secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran anak. Penelitian
pendidikan sais pada tahu-tahun terakhir telah mengungkapkan bahwa
pengetahuan itu dibangun dalam pikiran seseorang.15

13
Trianto, op.cit., hal. 5
14
Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: 2009), hal. 65
15
Yatim Riyanto, op.cit. hal 144
8

Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahwa


pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
menjadi pilihan utama startegi belajar. Untuk itu diperlukan strategi belajar baru
yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Tujuan yang ingin dicapai melaui proses pendidikan mencakup bukan


semata-mata segi kecerdasan (kemampuan intelektual) saja, tetap juga mencakup
segi sikap, dan keterampilan. Tujuan pendidikan yang demikian luas ini tidak bisa
dicapai hanya melalui proses pembalajaran yang semata-mata menekankan pada
penyampaian materi pembelajaran, tetapi menuntut keaktifan belajar yang
beraneka ragam, sesuai dengan tuntutan pencapaian tujuan.

Banyak faktor yang saling menunjang dalam proses pendidikan, antara lain
adalah sekolah. Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu
dan calon siswa diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah
itu dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan.16

Proses pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem. Dengan demikian,


keberhasilannya dapat ditentukan oleh berbagai komponen yang membentuk
sistem itu sendiri. Apabila kita petakan banyak komponen yang berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar dari mulai komponen yang datang dari dalam
secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran, sampai pada komponen
luar yang tidak langsung berkaitan dengan proses pembelajaran. Di antara sekian
banyak komponen yang berpengaruh itu, komponen guru merupakan salah satu
komponen yang menentukan, sebab guru merupakan ujung tombak yang secara
langsung berhubungan dengan siswa sebagai objek dan subjek belajar. Oleh
karena itu, berkualitas atau tidaknya pembelajaran sangat tergantung pada
kemampuan dan perilaku guru dalam pengelolaan pembelajaran. Dengan kata

16
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:2009), hal. 4
9

lain, guru merupakan faktor penting yang dapat menentukan kualitas


pembelajaran.17

Kualitas pembelajaran juga dapat diupayakan oleh guru dengan menerapkan


berbagai strategi dan metode pembelajaran mutakhir. Dengan demikian, guru
perlu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu
pengetahuan dalam bidang psikologi serta perkembangan alat teknologi yang
dapat dimanfaatkan untuk mempermudah belajar siswa.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah. Yang
harus dikuasai oleh siswa pada jenjang pendidikan sekolah dasar sampai sekolah
menengah atas. Hal ini menunjukkan bahwa matematika merupakan mata
pelajaran yang memiliki kedudukan penting, karena matematika merupakan
bidang studi yang amat berguna dan banyak memberi bantuan dalam berbagai
disiplin ilmu yang lain. Oleh karena itu maka dapat dikatakan setiap orang
memerlukan pengetahuan matematika dalam berbagai bentuk sesuai dengan
kebutuhannya.

Apabila kita cermati, setiap orang dalam kegiatan hidupnya akan terlibat
dengan matematika, mulai dari bentuk yang sederhana dan rutin sampai pada
bentuknya yang sangat kompleks. Misalnya, menghitung dan membilang, dua
contoh kegiatan matematika rutin dan sederhana, hampir dikerjakan oleh setiap
orang. Dua contoh kegiatan matematika lainnya, mathematical problem solving
dan mathematical reasoning dikerjakan oleh sekelompok orang tertentu saja.
Keadaan tersebut menggambarkan karakteristik matematika sebagai suatu
kegiatan manusia atau mathematics as a human activity. Sejalan dengan
kegiatan manusia yang tidak statis, pandangan tadi memuat makna matematika
sebagai suatu proses yang aktif, dinamik dan generatif.18

Matematika merupakan salah satu bagian yang penting dalam bidang ilmu
pengetahuan. Apabila dilihat dari sudut pengklasifikasian bidang ilmu

17
Wina Sanjaya, Penenlitian Tindakan Kelas, (Jakarta: 2009), hal. 3
18
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta
pembelajarannya, (2012), hal. 435
10

pengetahuan, matematika termasuk ke dalam kelompok ilmu-ilmu eksakta, yang


lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada hapalan. Untuk dapat memahami
suatu pokok bahasan dalam matematika, siswa harus mampu menguasai konsep-
konsep tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.19

Matematika sebagai kumpulan system, ilmu, bahasa dan alat sebagai suatu
kumpulan system, matematika terdiri dari 5 bagian, yaitu bidang aritmatika,
geometri, aljabar, analisis dan dasar-dasar matematika atau logika. Masing-masing
bidang mempunyai sub bidang bagian yang disebut cabang matematika. Sebagai
ilmu, matematika adalah ilmu yang bersifat terstruktur, deduktif, sistematis dan
konsisten. Objek matematika adalah hal yang abstrak. Matematika dibentuk
sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan
penalaran. Matematika adalah alat akurat untuk menyelesaikan masalah sosial,
ekonomi, biologi, fisika, kimia dan teknik. Matematika mendapat julukan queen
of science, karena melayani ilmu-ilmu dan teknologi. 20

Mengingat pentingnya mata pelajaran matematika, maka pembelajaran


matematika harus didesain agar menarik minat siswa dan menumbuhkan dorongan
untuk belajar sehingga mereka terikat dalam proses pembelajaran matematika dan
memiliki sikap positif terhadap matematika. Berdasarkan kenyataan yang ada,
mungkin tidaklah mengejutkan kalau sampai saaat ini masih banyak siswa sekolah
dan orang dewasa yang takut dengan matematika dan berusaha menghindarinya.
Mereka sering kali percaya kalau hanya sedikit orang berbakat yang bisa sukses
dalam matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam bidang studi
matematika yang masih memprihatinkan.

Bagaimana mengoptimalkan hasil belajar matematika siswa adalah tugas


seorang pendidik. Untuk itulah dalam proses pembelajaran dibutuhkan suatu
paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan masalah tersebut. Matematika
mempunyai visi untuk mengarahkan pembelajarannya, yaitu: 1) mengarahkan

19
Gelar Dwirahayu, dkk, Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan
Sains Dasar: Sebuah Antologi, (Tanggerang:2007), hal. 45
20
Ali Hamzah, op.cit, hal. 11
11

pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep dan idea matematika yang


kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu
pengetahuan lainnya. 2) visi lainnya dalam arti yang lebih luas dan mmengarah ke
masa depan, matematika memberi peluang berkembangnya kemampuan bernalar
logis, sistematik, kritis dan cermat, kreatif, menumbuhkan rasa percaya diri, dan
rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika, serta mengembangkan
sikap obyektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa
depan.

Paradigma lama tersebut tampaknya sudah tidak relevan lagi untuk kondisi
saat ini yang ditandai oleh perubahan di segala aspek. Pada proses pembelajaran
dengan paradigma lama masih kurangnya variasi teknik pembelajaran yang
digunakan sehingga proses pembelajaran jadi monoton. Pembelajaran harus turut
berubah seiring dengan perubahan aspek yang lainnya sehingga terjadi
keseimbangan dan kesesuaian.

Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah memahami konsep.


Pemahaman mempunyai tingkat kedalaman arti yang berbeda-beda. Pemahaman
dapat diartikan sebagai kemampuan menerangkan suatu hal dengan kata-kata
berbeda dengan yang terdapat dalam buku teks.

Pengajaran umumnya berlangsung secara verbal artinya dengan


menggunakan bahasa lisan. Hal ini terjadi dalam pengajaran pada semua jenjang
persekolahan. Pengajaran lebih tinggi, hanya mungkin berlangsung secara efektif
jika siswa telah memiliki konsep dan prinsip berbagai mata ajaran yang telah
diberikan pada jenjang sekolah dibawahnya. Konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yang telah dimilikinya itu pada dasarnya berfungsi sebagai entry behavior yang
dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan proses pengajaran berikutnya.21 Selain
itu, belajar matematika yang kita lakukan selam ini umumya bersifat prosedural,
artinya kita hanya mengikuti atau mengerjakan soal sesuai dengan rumus yang
tertulis dibuku acuan atau berdasarkan rumus yang diberikan oleh guru tanpa

21
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2003), Cet. VIII, hal.165
12

memahami betul dari mana asalnya rumus tersebut. Dengan kata lain pemahaman
konseptualnya diabaikan. Padahal dalam menyelesaikan soal kita perlu
pemahaman prosedural dan konseptual secara terpadu.22

Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak
mempunyai pengaruh tertentu, yaitu: 1) Konsep mengurangi kerumitan
lingkungan, 2) konsep-konsep membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek
yang ada di sekitar kita, 3) konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang
baru, lebih luas dan lebih maju, 4) konsep mengarahkan kegiatan instrumental, 5)
konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran 6) Konsep dapat digunakan untuk
mempelajari dua hal yang berbeda dalam kelas yang sama.23

Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: 1) Tingkat


terendah adalah pemahaman translasi, mulai dari terjemahan dalam arti yang
sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. 2) Tingkat
kedua adalah pemahaman interpolasi, yakni menghubungkan bagian-bagian
terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa
bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan
pokok. 3) Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik
yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas
presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.24
Pelajaran yang dirasakan paling suilit diterima adalah pelajaran
matematika. Khusus untuk pendidikan dasar banyak sekali kesalahan konsep yang
disampaikan oleh guru, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan guru terhadap
bidang studi matematika.
Pelajaran matematika merupakan ilmu yang terstruktur secara hierarkis,
artinya bahwa pelajaran matematika di sekolah dasar merupakan dasar bagi

22
Gelar Dwirahayu, dkk, op.cit, hal. 46
23
Oemar Hamalik, op.cit, hal.164
24
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012, Cet. 17, hal. 24
13

pelajaran matematika pada tingkat selanjutnya. Sebagian besar siswa menganggap


sulit pelajaran matematika karena:
1. banyak rumus-rumus yang harus dihafal, jadi siswa kesulitan dalam
menghafal rumus, apalagi rumusnya mirip atau serupa sehingga sering
tertukar.
2. matematika dianggap sebagai materi yang abstrak sehingga sulit untuk
difahami.
3. perhitungan-perhitungan dalam matematika juga sangat sulit.
4. soal-soal cerita yang ada dalam matematika juga membingungkan.25

Dalam penelitian ini sengaja dipilih pokok bahasan Segitiga dan Segi
empat karena selama ini terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran
Segitiga dan Segi empat. Ada beberapa letak kesulitan siswa dalam memahami
konsep Segitiga dan Segi empat, yaitu 1) menemukan asalnya rumus yang selama
ini pernah mereka gunakan sebelumnya, 2) siswa kurang memahami penggunaan
rumus-rumus Segitiga dan Segi empat dalam menyelesaikan berbagai masalah
karena selama ini mereka hanya menghafal, dan 3) siswa kurang memahami
permasalahan nyata dengan menggunakan Segitiga dan Segi empat dalam
kehidupan sehari-hari.

Berawal dari alasan diatas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang hal
itu dengan mengangkat judul : Analisis kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa MTs Negeri Parung kelas VII dalam materi Segitiga dan
Segi empat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan


masalah yang timbul antara lain:
1. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika dalam materi
Segitiga dan Segi empat.

25
Gelar Dwirahayu, dkk, op.cit, hal. 85
14

2. Lemahnya kemampuan siswa dalam memahami permasalahan dalam


materi Segitiga dan Segi empat.
C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif terarah dan dapat dikaji maka masalah
yang diteliti harus dibatasi, dalam penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut:
1. Pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran dilihat dari
hasil belajar siswa dan kategori pemahaman yang digunakan adalah
menurut Nana Sudjana, yaitu translasi, interpolasi, dan ekstrapolasi.
2. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Parung pada kelas VII
Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016 pada materi Segitiga dan
Segi empat.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi serta pembatasan
masalah maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah Bagaimanakah
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada materi Segitiga dan
Segi empat?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui berapa kemampuan rata-rata siswa-siswi kelas VII MTs
Negeri Parung yang dapat memahami materi Segitiga dan Segi empat.
2. Untuk menganalisis kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa-siswi kelas VII MTs Negeri Parung pada materi Segitiga dan
Segi empat.
15

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya,


antara lain:

1. Bagi siswa, dapat menjadi acuan meningkatkan kemampuan dalam


memahami konsep Segitiga dan Segi empat, mengoptimalkan kemampuan
menganalisis masalah dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
2. Bagi guru, dapat menjadi acuan meningkatkan kemampuan dalam
memahami konsep Segitiga dan Segi empat, serta masukan untuk
meningkatkan kualitas pemahaman konsep matematika siswa.
BAB II
LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi teoritik
1. Pemahaman Konsep Matematika
Belajar merupakan aktivitas interaksi aktif individu terhadap lingkungan
sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Sementara itu, pembelajaran adalah
penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar dari peserta
didik.1
Istilah belajar sudah dikenal luas di masyarakat walau sering diartikan
sebagai pendapat umum. Misalnya ibu berkata kepada anaknya : pulang sekolah
harus belajar dahulu sebelum bermain. Maksud kalimat ini barangkali sebelum
bermain kerjakan tugas di rumah lebih dahulu. lain kali kamu harus belajar
lebih sungguh-sungguh, merupakan kalimat yang menyatakan prestasi tes nya
yang tidak baik, tidak diulangi lagi mendatang. Belajar diartikan sebagai proses
mendapatkan pengetahuan dengan membaca, latihan dan menggunakan
pengalaman. Dalam makna kongkrit belajar berarti mendapat pengetahuan dari
pengalaman yang lalu dan akan memandu prilaku pada masa akan datang.
Disamping itu ada makna konseptual dari belajar yang dapat di ambil dari pakar
psikologi atau juga dari pakar psikologi dan pakar pendidikan.2

Sedangkan menurut Walker, belajar adalah suatu perubahan dalam


pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada
sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan
dalam situasi stimulus atau faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Winkel,

1
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 40
2
Ali Hamzah, Perencanaan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: 2011), hal. 4

16
17

belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi


aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
secara relatif konstan dan berbekas.3

Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku


sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik-
baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yang menggunakan pancaindra.
Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca,
meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah
tertentu.

Menurut Gagne dinyatakan bahwa belajar merupakan kecenderungan


perubahab pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses
pertumbuhan. Hal ini dijelaskan kembali oleh Gagne bahwa belajar merupakan
suatu peristiwa yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat
diamati, diubah, dan di kontrol.

Lebih lanjut, Degeng menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan


pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini
mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-
hubungkanpengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan
kemudian menghubugkan dengan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain,
belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas
pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi,
emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi.

Menurut konsep sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosialisi,


pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan
belajar tersebut, sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal
3
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta:2009), hal 5
18

dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota


masyarakat yang baik.4

Belajar menurut pakar psikologi adalah prilaku sebagai proses psikologi


individu dengan lingkungannya secara alami, sedangkan pakar pendidikan
melihat belajar atau prilaku belajar sebagai proses psikologi yang ditandai
dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja
diciptakan. Menurut Bell Gredler belajar adalah proses yang dilakukan manusia
untuk mendapatkan aneka ragam kompetensi/kemampuan, skill/keterampilan
dan attitude/sika secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai
masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat dengan keterlibatan
dalam pendidikan formal (sekolah), informal (kursus) dan non formal (majlis-
majlis ilmu). Bell Gredler menyatakan pada tahun 1986. Sementara itu islam
telah memberikan batasan dan anjuran untuk belajar atau menuntut ilmu dari
sejak buaian samai liang lahat atau kuburan. Pendapat yang mutakhir
Menyatakan belajar dapat dimulai dari sejak bayi dalam kandungan ketika sudah
bisa berinteraksi dengan ibunya. Makna yang terkandung dalam ungkapan di
atas merupakan pelajaran bagi kita bahwa potensi belajar ini membedakan
manusia dengan makhluk lain.

Belajar merujuk pada perubahan prilaku individu sebagai akibat dan proses
pengalaman baik yang dialami ataupun yang sengaja dirancang. Perubahan
prilaku keseharian misalkan dari tadinya tidak bisa berhitung menyebutkan
angka-angka menjadi dapat membilang. Dari tidak mengenal konsep matematika
menjadi tahu tentang konsep matematika. Perubahan tingkah laku itu
membutuhkan waktu dan dengan menggunakan waktu diperolehlah pengalaman
belajar. 5

4
H. Erman Suherman, dkk, Common Text Book: Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer, (Bandung:2001), hal. 9
5
Yatim Riyanto,op. cit., hal. 9
19

Dalam masyarakat tradisional dan modern kata belajar tetap memegang


peranan penting karena belajar itu proses manusiawi, yang kepentingannya dapat
dilihat dari local wisdom filsafat, temuan peneitian dan teori tentang belajar.
Belajar dalam kehidupan manusia ada pada ungkapan kata verbal, puisi,
pribahasa, kata mutiaa dan yang setara. Dalam agama islam belajar ditunjukkan
dalam wahyu pertama dimana Allah berfirman dalam surat Al 'Alaq: 1, bacalah.
Media perantara belajar adalah awal dari membaca. Melalui pintu membaca
seseorang akan memiliki pengetahuan.
Pasal 1 butir UU no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Ada terkandung 5 komponen pembelajaran yaitu: interaksi,
peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar.6
Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II
pasal 3 tercantum sebagai berikut: Pendidikan Nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Rumusan tujuan diatas merupakan rujukan utama untuk penyelenggaraan
pembelajaran bidang studi apapun, antara lain bidang studi matematika di
sekolah menengah pertama. KTSP (2006) mencantumkan tujuan pembelajaran
matematika sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah; 4) mengkomunikasikan
gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas

6
Ali Hamzah, op. cit., hal. 8
20

keadaan atau masalah, dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika


dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.7
Menurut Benjamin S. Bloom tingkat pemahaman peserta didik dianggap
berjenjang dengan tingkat paling rendah yaitu pengetahuan atau mengingat
sampai tingkat paling tinggi yaitu evaluasi. Masing-masing tingkat kognitif itu
adalah sebagai berikut:8
1. Pengetahuan: peserta didik dapat mengingat informasi konkret ataupun
abstrak.
2. Pemahaman: peserta didik memahami dan menggunakan
(menterjemahkan, menginterpretasi, mengekstrapolasi) informasi yang
dikomunikasikan.
3. Aplikasi: peserta didik dapat menerapkan konsep yang sesuai pada
suatu problem atau situasi baru.
4. Analisis: peserta didik dapat menguraikan informasi atau bahan
menjadi beberapa bagian dan mendefinisikan hubungan antar bagian.
5. Sintesis: peserta didik dapat menghasilkan produk, menggabungkan
beberapa bagiandari pengalaman atau bahan/informasi baru untuk
menghasilkan sesuatu yang baru.
6. Evaluasi: peserta didik memberikan penilaian tentang ide atau
informasi baru.
a. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika

Seperti kata Abraham S Lunchins dan Edith Lunchins: In short, the


question what is mathematics? May be answered difficulty depending on when
the question is answered, where it is answered, who answer it, and what is
regarded as being included in mathematics. pendeknya: Apakah

7
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta
pembelajarannya, (2012), hal. 440
8
Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hal. 54
21

matematika itu? dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada


bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang
menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam
matematika.9

Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique


(perancis), matematico (Italia), matematiceski (Rusia), atau
mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica,
yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematikc, yang berarti
relating to learning. perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang
berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). perkataan mathematike
berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu
mathanein yang mengandung arti belajar (bepikir).

Jadi berdasarkan etimologis perkataan matematika berarti ilmu


pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan
berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam
matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran),
sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen
di samping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia
yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. pada tahap awal
matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara
empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman
itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan
penalaran di dalam struktur kognitif sehingga samvailah pada suatu
kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.10

9
H. Erman Suherman, dkk, op.cit, hal. 17
10
Ibid, hal. 18
22

Matematika sebagai kumpulan system, ilmu, bahasa dan alat sebagai


suatu kumpulan system, matematika terdiri dari 5 bagian, yaitu bidang
aritmatika, geometri, aljabar, analisis dan dasar-dasar matematika atau logika.
Masing-masing bidang mempunyai sub bidang bagian yang disebut cabang
matematika. Sebagai ilmu, matematika adalah ilmu yang bersifat terstruktur,
deduktif, sistematis dan konsisten. Objek matematika adalah hal yang abstrak.
Matematika dibentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran. 11
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa
matematika adalah sebagai sumber dari ilmu lain. Dengan perkataan lain,
banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari
matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari Fisika
dan Kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep
Kalkulus, khusunya tentang persamaan diferensial; penemuan dan
pengembangan teori Mendel dalam Biologi melalui konsep probabilitas; Teori
Ekonomi mengenai permintaan dan penawaran yang dikembangkan melalui
konsep fungsi dan kalkulus tentang diferensial dan integral.12
Dan kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan, seperti
yang telah diuraikan di atas, tersirat bahwa matematika itu sebagi suatu ilmu
berfungsi pula untuk melayani ilmu pengetahuan. Dengan perkataan lain,
matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu,
juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan
operasionalnya.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah memahami konsep.
Pemahaman mempunyai tingkat kedalaman arti yang berbeda-beda.
Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan menerangkan suatu hal
dengan kata-kata berbeda dengan yang terdapat dalam buku teks.

11
Ali Hamzah, op.cit, hal. 11
12
H. Erman Suherman, dkk, op.cit, hal. 28
23

Konsep atau pengertian merupakan kondisi utama yang diperlukan


untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental
sebelumnya berdasarkan kesamaaan ciri-ciri dan sekumpulan stimulus dan
objek-objeknya.13
Menurut Oemar Hamalik suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori
stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang
(pearson). Kita menyatakan suatu konsep dengan nama. Konsep memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:14
a) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan atara konsep atau dengan
konsep lainnya.
b) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut.
c) Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep
lainnya.
d) Kedominanan atribut, merujuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih
diminan (obvius) daripada yang lainnya.

Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep, paling


tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya:15
a. Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.
b. Ia dapat menyebutkan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.
c. Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh.
d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan
konsep tersebut.

13
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya:
Prestasi Pustaka, 2007), hal. 158
14
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:PT
Bumi Aksara,2003), Cet. VIII, hal.162
15
Ibid., hal 166
24

b. Indikator Pemahaman Konsep Matematika

Dalam taksonomi Bloom, secara umum indikator pemahaman konsep


matematik meliputi; mengenal, dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan
idea matematika dengan benar. Beberapa pakar menggolongkan tingkat
kedalaman tuntutan kognitif pemahaman matematik dalam beberapa tahap. Polya
merinci kemampuan pemahaman pada empat tingkat, yaitu:16

1) Pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh mengingat dan menerapkan


rumus secara rutin dan menghitung secara sederhana. Kemampuan ini
tergolong pada kemampuan tingkat rendah.
2) Pemahaman induktif: menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana
atau dalam kasus serupa. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan tingkat
rendah.
3) Pemahaman rasional: membuktikan kebenaran suatu rumus dan teorema.
Kemampuan ini tergolong pada kemampuan tingkat tinggi.
4) Pemahaman intuitif: memperkirakan kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-
ragu) sebelum menganalisis lebih lanjut. Kemampuan ini tergolong pada
kemampuan tingkat tinggi.

Menurut Nana Sudjana, Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori.17


1) Tingkat terendah adalah pemahaman translasi, mulai dari translasi dalam arti
yang sebenarnya, yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menerjemahkan kalimat matematika kedalam bentuk yang lebih sesuai dengan
keadaan dirinya. misalnya jika siswa diberikan sebuah benda berbentuk

16
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta
pembelajarannya, (2012), hal. 442
17
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. 17, hal. 24
25

kubus, siswa tersebut mampu menunjukan mana yang merupakan rusuk, sisi,
titik sudut serta diagonal-diagonalnya.
2) Tingkat kedua adalah pemahaman intrapolasi, yakni menghubungkan bagian-
bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan
yang bukan pokok. Misalnya ketika siswa diberikan bangun kubus dan
diperintahkan untuk menentukan panjang kawat yang dibutuhkan untuk
membuat kerangka balok tersebut, jika siswa dapat menentukan rumus mana
yang dapat dipakai untuk menyelesaikan soal tersebut.
3) Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat
dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat
memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
Misalnya ketika siswa diberikan sebuah kotak minuman beserta ukurannya,
kemudian diperintahkan untuk menentukan banyak air yang dapat mengisi
kotak minuman tersebut. Jika siswa mampu menentukan rumus mana yang
dapat diterapkan untuk menyelesaikan soal tersebut serta dapat
menghitungnya sampai mendapatkan hasil jawabannya.

Berikut ini karakteristik soal-soal pemahaman, misalnya mengungkapkan


tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau
diajarkan, tetapi materinya berbeda. Mengungkapkan tentang sesuatu dengan
bahasa sendiri dengan symbol tertentu termasuk kedalam pemahaman translasi.
Dapat menghubungkan hubungan antara unsur dari keseluruhan pesan suatu
karangan termasuk kedalam pemahaman intrapolasi. Item ekstrapolasi
mengungkapkan kemampuan dibalik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan
atau tulisan.
26

Berbeda dengan Polya, Pollastek menggolongkan pemahaman dalam dua


tingkat yaitu:18

1) Pemahaman komputasional: menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana,


dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik. Kemampuan ini tergolong
pada kemampuan tingkat rendah.
2) Pemahaman fungsional: mengkaitkan suatu konsep/prinsip lainnya, dan
menyadari proses yang dikerjakannya. Kemampuan ini tergolong pada
kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Serupa dengan Pollastek, Skemp menggolongkan pemahaman dalam dua


tingkat yaitu:19

1) Pemahaman instrumental: hafal konsep/ prinsip tanpa kaitan dengan yang


lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan
mmengerjakan perhitungan secara algoritmik. Kemampuan ini tergolong pada
komampuan tingkat rendah.
2) Pemahaman relasional: mengkaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip
yang lainnya. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan tingkat tinggi.

Jadi pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa untuk


menerangkan suatu hal secara mendalam tentang suatu konsep dan siswa harus
membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya, bukan hanya sekedar menghafal.
Pemahaman konsep yang di ambil dalam penelitian ini adalah pemahaman
konsep menurut Nana Sudjana, yaitu Pemahanman konsep translasi, intrapolasi dan
ekstrapolasi.

18
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta
pembelajarannya, (2012), hal. 442
19
Ibid.
27

2. Pokok Bahasan Segitiga dan Segi Empat


a. Segitiga
1) Mengenal Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang memiliki tiga sisi dan tiga sudut.
Perhatikan gambar berikut!

Segitiga ABC pada disamping memiliki tiga sisi,


yaitu AB, BC, dan AC. Sudut-sudut pada segitiga
ABC adalah BAC, ABC dan ACB. Jadi
segitiga memiliki tiga sisi dan tiga sudut.

Berdasarkan gambar di atas terlihat segitiga ABC dengan unsur-unsur


pembentuk segitiganya diberikan sebagai berikut:
Sisi BC berhadapan dengan sudut A
Sisi AC berhadapan dengan sudut B
Sisi AB berhadapan dengan sudut C
Pada segitiga berlaku :
Di depan sudut terbesar terletak sisi yang terpanjang,
Di depan sudut terkecil terletak sisi yang terpendek.
2) Sudut-sudut dalam Segitiga
a) Jumlah Sudut Segitiga
Sudut-sudut sebuah segitiga akan membentuk sudut 180 jika
diimpitkan, dengan demikian Jumlah sudut suatu segitiga adalah 180.
b) Sudut Dalam dan Sudut Luar Segitiga
Perhatikan gambar di samping!
Pada segitiga tersebut, ACB, CBA,
BAC dintamakan sudut dalam segitiga
D
ABC. Adapun CBD dinamakan sudut luar
segitiga ABC.
28

Sebelumnya telah diketahui bahwa jumlah sudut segitiga adalah180. Jadi,


ACB + CBA + BAC. Selain itu, ABC merupakan pelurus dari
CBD maka ABC + CBD = 180.
Jadi, CBD = ACB + CAB.
Sudut luar segitiga merupakan jumlah dua sudut dalam yang tidak
berpelurus dengan sudut luar tersebut.

3). Jenis-Jenis Segitiga


a). Jenis Segitiga Ditinjau dari sudutnya
Jenis-jenis segitiga apabila ditinjau dari besar sudutnya dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu segitiga lancip, segitiga tumpul dan segitiga siku-siku.
Segitiga lancip adalah segitiga yang semua sudutnya merupakan sudut
lancip (semua sudutnya kurang dari 90).
Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan
sudut tumpul (salah satu sudutnya lebih dari 90).
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan
sudut sikusiku (salah satu sudutnya sama dengan 90).
b). Jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang sisinya
Jenis-jenis segitiga apabila ditinjau dari panjang sisinya dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu segitiga sama kaki, segitiga sama sisi dan segitiga
sembarang.
Segitiga sama kaki adalah segitiga dengan dua sisi di antaranya sama
panjang.
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.
Segitiga sembarang adalah segitiga yang panjang ketiga sisinya saling
berbeda.
29

c). Jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisi dan besar sudutnya
Jenis-jenis segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut si antaranya
adalah sebagai berikut.
Segitiga siku-siku sama kaki. Segitiga siku-siku sama kaki merupakan
segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku dan dua
sisi di antaranya sama panjang.
Segitiga lancip sama kaki. Segitiga ini merupakan segitiga lancip
dengan dua sisi di antaranya sama panjang
Segitiga tumpul sama kaki. Segitiga ini merupakan segitiga tumpul
dengan dua sisi di antaranya sama panjang
Segitiga siku-siku sembarang, yaitu segitiga sembarang yang salah satu
sudutnya merupakan sudut siku-siku
Segitiga lancip sembarang, yaitu segitiga sembarang yang ketiga
sudutnya merupakan sudut lancip
Segitiga tumpul sembarang, yaitu segitiga sembarang yang salah satu
sudutnya merupakan sudut tumpul
4). Keliling dan Luas Segitiga
a) Menghitung keliling segitiga
Keliling suatu segitiga adalah jumlah ketiga sisi tersebut. Keliling (K)
segitiga ABC dirumuskan sebagai K = AB + AC + BC
b) Menghitung Luas segitiga
Pada segitiga, dikenal pengertian alas dan tinggi. Setiap sisi segitiga dapat
menjadi alas. Adapun tinggi segitiga adalah garis tegak lurus yang ditarik
dari alas ke titik sudut di hadapannya ataupun perpanjangannya. Rumus
luas segitiga (L) adalah sebagai berikut.
L = alas tinggi
30

b. Segi Empat
Berikut ini jenis-jenis, pengertian, sifat-sifat, serta mengetahui cara untuk
menghitung keliling dan luas setiap bangun dari segi empat.
1). Persegi Panjang
Perhatikan gambar persegi panjang ABCD berikut.

Unsur-unsur suatu persegi panjang terdiri atas panang, lebar, dan diagonal.
AB dan CD pada persegi panjang ABCD tersebut dinamakan panjang
AD dan BC pada persegi panjang ABCD tersebut dinamakan lebar
AC dan BD pada persegi panjang ABCD tersebut dinamakan diagonal
Beberapa sifat yang dimiliki oleh persegi panjangantara lain sebagai berikut.
Sisi-sisi yang berhadapan pada suatu persegi panjang sama panjang
dan sejajar
sudut-sudut pada persegi panjang merupakan sudut siku-siku
diagonal-diagonal pada persegi panjang sama panjang
diagonal-diagonal pada persegi panjang saling membagi dua sama
panjang

Berdasarkan sifat-sifat di atas pengertian persegi panjang adalah


sebagai berikut. Persegi panjang adalah sebuah bangun datar yang memiliki
empat sudut siku-siku dan dua pasang sisi sejajar yang sama panjang.

Suatu persegi panjang memiliki panjang p dan lebar l, maka:

Keliling (K) persegi panjang tersebut adalah K = 2 p + 2 l = 2 (p + l)


Luas (L) persegi panjang tersebut adalah L = p l
31

2. Persegi
Persegi adalah suatu bangun datar yang keempat sisinya sama
panjang. Perhatikan gambar persegi ABCD berikut

Unsur-unsur suatu persegi adalah sebagai berikut.

AB, BC, CB dan AD dinamakan sisi persegi ABCD


AC dan BD dinamakan diagonal persegi ABCD

Sifat-sifat persegi adalah sebagai berikut.

Semua sisi persegi sama panjang


diagonal-diagonal persegi membagi sudut-sudut persegi menjadi dua
sama besar, dan
diagonal-diagonal persegi saling berpotongan tegak lurus membentuk
sudut siku-siku
Oleh karena persegi merupakan bentuk khusus dari persegi panjang
maka cara untuk mencari keliling dan luas persegi sama saja dengan cara
mencari keliling dan luas persegi panjang. Kamu telah mengetahui bahwa
panjang setiap sisi pada persegi adalah sama. Dengan demikian, keliling
persegi adalah K = 2 (s + s) = 2 (2s) = 4s, dengan K adalah keliling persegi
dan s adalah sisi persegi tersebut. Adapun luas persegi adalah L = s s = s2

3). Jajargenjang

Sebuah jajargenjang dapat dibentuk oleh gabungan dua segitiga yang


sama jenis dan ukurannya.
32

Unsur-unsur sebuah jajargenjang adalah


sebagai berikut.
AB, BC, CD dan AD dinamakan sisi
jajargenjang
AC dan BD dinamakan diagonal
jajargenjang

AB dikenal juga dengan nama alas jajargrnjang
t dinamakan tinggi jajargenjang

Sifat-sifat jajargenjang antara lain sebagai berikut:

Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang


Sudut-sudut yang berhadapan sama besa
jumlah dua sudut yang berdekatan 180
diagonal-diagonalnya saling membagi dua jajargenjang tersebut sama
panjang.

Keliling suatu jajargenjang dapat dihitung dengan cara menjumlahkan


setiap sisi jajargenjang tersebut. oleh karena panjang AB = CD dan panjang
AD = BC, maka keliling jajargenjang ABCD adalah K = 2 (AB + BC).

Keliling jajargenjang ABCD = jumlah panjang seluruh sisi


jajargenjang ABCD

Luas Jajargenjang ABCD = alas tinggi

4). Trapesium
33

Gambar-gambar tersebut merupakan contoh-contoh gambar trapesium.


Trapesium adalah segi empat yang hanya mempunyai satu pasang sisi
sejajar.
Unsur-unsur sebuah trapesium terdiri atas sisi alas, sisi atas, dan kaki
trapesium. Perhatikan gambar trapesium ABCD di atas!
AB, BC, CD dan AD dinamakan sisi trapesium ABCD
AB memiliki nama khusus, yaitu sisi alas trapesium ABCD
CD memiliki nama khusus, yaitu sisi atas trapesium ABCD
AD dan BC memiliki nama khusus, yaitu kaki trapesium ABCD
Garis t dinamakan tinggi trapesium ABCD

Setelah mengamati beberapa gambar dan unsur trapesium, berikut


adalah sifat-sifat trapesium:

1. Trapesium siku-siku
BAD + ADC = 180
ABC + BCD = 180

2. Trapesium sama kaki

BAD = ABC
ADC = BCD
BAD + ADC = 180
ABC + BCD = 180
kedua diagonalnya sama panjang (AC = BD)

3. Trapesium siku-siku
BAD + ADC = 180
ABC + BCD = 180
34

Keliling suatu trapesium dapat di cari dengan cara menjumlahkan setiap


sisi pada trapesium tersebut. Jadi K = AB + BC + CD + AD
Sedangkan luas trapesium ABCD = (AB + DC)

5. Layang-layang
Layang-layang merupakan suatu bangun datar yang dibentuk oleh
dua segitiga yang diimpitkan dengan panjang alas yang sama.
Unsur-unsur dari bangun layang-layang adalah sebagai berikut.

AB, BC, CD, dan AD dinamakan sisi layang-


layang ABCD
AC dan BD dinamakan diagonal layang-layang
ABCD
Sifat-sifat layang-layang adalah sebagai berikut.

Sepasang sisi yang berdekatan sama panjang


salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri dan tegak lurus
diagonal yang lain
sepasang sudut yang berhadapan sama besar

Keliling layang-layang dapat di cari dengan cara menjumlahkan setiap


sisi layang-laynag tersebut.
K = AB + BC + CD + AD
karena AB = BC dan AD = CD maka
K = 2 AB+ 2AD
= 2 (AB+ AD)

Luas layang-layang adalah setengah dari hasil perkalian kedua


diagonalnya.
35

Jadi untuk layang-layang ABCD berlaku:


K = 2 (AB+ AD)
L = AC BD

6. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah segi empat yang dibentuk oleh gabungan dua segitiga
sama kaki yang diimpitkan pada alasnya.

Unsur-unsur yang terdapat dalam belah ketupat antara


lain sebagai berikut.

AB, BC, CD dan AD dinamakan sisi belah ketupat


ABCD
AC dan BD dinamakan diagonal belah ketupat
ABCD

Sifat-sifat belah ketupat:

Sisi-sisi pada belah ketupat sama panjang


sudut-sudut yang berhadapan pada belah ketupat sama besar
kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama panjang dan saling
tegak lurus

Keliling belah ketupat dapat dicari dengan menjumlahkan keempat sisinya.


oleh karena panjang setiap sisi pada belah ketupat sama maka keliling belah
ketupat, dapat dicari sebagai berikut.

K = AB + BC + CD + AD
=s +s+s+s
=4s

Adapun luas belah ketupat dapat di cari dengan setengah dikali dengan
kedua diagonalnya.

L = AC BD
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada MTs. Negeri Parung yang beralamat
di Jl Raya Parung Bogor, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan
pada semester genap Tahun Ajaran 2015/2016 di kelas VII.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi
atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi
objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai ciri
karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun
fenomena tertentu.1 Penelitian ini mengkaji bentuk, aktifitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.2
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa dengan indikator terjemahan,
penafsiran dan ekstrapolasi.

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Negeri
Parung. Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah siswa kelas
VII MTs Negeri Parung tahun ajaran 2015/2016 semester genap. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII 9 berjumlah 32 siswa
yang terdiri dari 11 siswa putra dan 21 siswa putri. Teknik pengambilan
sampel menggunakan sampel acak kelas atau random. Pengambilan sampel

1
Kadir, dk, Pedoman penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:UIN Jakarta, 2013), hal. 62
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 72

36
37

acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama
untuk dijadikan sampel.3

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengetahui rata-rata siswa yang memahami materi segitiga dan
segi empat maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu tes. Skor tes diperoleh dari kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa berupa tes berbentuk uraian.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan
pemahaman konsep. Tes disusun dalam bentuk soal uraian (essay) dengan materi
segitiga dan segi empat yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa. Soal yang diberikan disusun berdasarkan perumusan
tiga kategori kemampuan pemahaman konsep, yaitu translasi, interpolasi dan
ekstrapolasi. Soal dikompilasikan dari berbagai hasil penelitian sebelumnya. Data
penelitian diambil dari skor tes pemahaman konsep segitiga dan segi empat.
Hasil uji validitas, daya pembeda, taraf kesukaran dan reliabilitas adalah
sebagai berikut:

3
ibid, hal. 253
38

Tabel 3.1
Nilai Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda
dan Taraf Kesukaran

Indikator Nilai
No Pemahaman Sumber Daya Taraf
Soal Konsep Validitas
Pembeda Kesukaran
Translasi A 0,46 0,27 0,77
1
B 0,57 0,21 0,81
2
A 0,61 0,27 0,28
3
B 0,61 0,29 0,71
6a
B 0,53 0,28 0,82
6b
Interpolasi C 0,56 0,22 0,42
4
A 0,45 0,39 0,38
5
B 0,48 0,28 0,64
7
A 0,53 0,15 0,47
8
Ekstrapolasi B 0,80 0,32 0,56
9
B 0,81 0,41 0,22
10

Ada pun reliabiltas soal dari sumber A sebesar 0,46 yang artinya soal
tersebut memiliki tingkat keajegan yang sedang. Reliabilitas soal dari sumber B
sebesar 0,70 yang berarti soal tersebut memiliki tingkat keajegan yang tinggi, dan
reliabilitas dari sumber C sebesar 0,77 yang berarti soal tersebut memiliki tingkat
keajegan yang tinggi. Penentuan tingkat keajegan tersebut didasarkan pada
kriteria berikut:
39

Tabel 3.2
Kriteria Koefisien Reliabilitas4
Koefisien Reliabilitas Kriteria
11 < 0,20 Sangat rendah
0,20 11 < 0,40 Rendah
0,40 11 < 0,70 Sedang
0,70 11 < 0,90 Tinggi
0,90 11 1,00 SangatTinggi

F. Teknik Analisis Data


Data yang diambil dalam penelitian ini adalah hasil dari jawaban siswa
terhadap instrumen tes pemahaman konsep matematika, kemudian di analisis
dengan cara menghitung atau jumlah skor siswa dan jumlah total skor. Pedoman
penskoran dan rubrik penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan
pemahaman konsep siswa pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Rubrik Penilaian
Skor Pemahaman Kriteria
Konsep terhadap soal matematika
Jawaban tepat, algoritma
4 lengkap, penggunaan istilah dan notasi
lengkap dan tepat dalam
matematika tepat, penggunaan algoritma
menggunakan konsep
secara lengkap dan benar
Konsep terhadap soal matematika hampir
Jawaban kurang tepat tetapi
lengkap, terdapat sedikit kesalahan dalam
hanya terdapat sedikit
penggunaaan istilah dan notasi
3 kesalahan perhitungan,
matematika, penggunaan algoritma
algoritma lengkap, dan
secara lengkap, perhitungan secara
penggunaan konsep sebagian
umum benar namun terdapat sedikit
besar tepat
kesalahan
Jawaban kurang tepat,
Konsep terhadap soal matematika kurang
2 terdapat banyak kesalahan
lengkap, jawaban sebagianmengandung
perhitungan, algoritma
perhitungan yang salah
sebagian lengkap dan tepat
Konsep terhadap soal matematika sangat Jawaban kurang tepat,
1 terbatas, jawaban sebagian besar sebagian besar algoritma
mengandung perhitungan yang salah tidak lengkap dan tidak tepat
0 Tidak menunjukkan pemahaman konsep
Tidak menjawab
terhadap soal matematika

4
Erman S., Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Bandung: JICA UPI, 2003), hal. 139
40

Selanjutnya menentukan kriteria dari rata-rata presentase tersebut


berdasarkan Tabel 3.4

Tabel 3.4
Kriteria Kualifikasi Hasil Tes
Rentang Skor Kriteria
66,68 - 100 Tinggi
33,34 66,67 Sedang
0 33,33 Rendah
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri Parung, pada kelas VII 9 sebagai
sampel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes pemahaman
konsep Segitiga dan Segi empat, data-data yang diperoleh kemudian dianalisa
untuk menunjukkan tingkat pemahaman siswa melalui tes berbentuk uraian.
Adapun hasil kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sebagai berikut:
1. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

Dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dengan


jumlah siswa sebanyak 32 orang diperoleh skor terendah 6 dan skor tertinggi 40.
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi
Kemampuan Pemahaman Konsep Segitiga dan Segi Empat

Frekuensi
No Skor
Absolut Relatif (%) Relatif
komulatif
1 6 12 4 12,50 12,50
2 13 - 19 12 37,50 50,00
3 20 - 26 5 15,62 65,62
4 27 - 33 8 25,00 90,62
5 34 - 40 3 9,37 100
Jumlah 32 100

41
42

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa banyak kelas interval


adalah 5 kelas dengan panjang setiap interval kelas adalah 7. Selain itu terlihat
bahwa skor yang paling banyak diperoleh siswa berada pada interval 13 19 yaitu
sebesar 37,50% (12 siswa dari 32 siswa). Skor yang paling sedikit diperoleh siswa
berada pada interval 34 40 yaitu sebesar 9,37% (3 siswa dari 32 siswa).

Skor rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 21,68 (lampiran 8). Berdasarkan
Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa 50% siswa mendapat skor di atas rata-rata, yaitu
siswa pada kelas interval nomor 3, 4, dan 5, dan 50% siswa mendapat skor di
bawah rata-rata, yaitu interval 1 dan 2, hal ini menunjukkan bahwa perbandingan
banyak siswa yang di atas rata-rata dengan siswa yang di bawah rata-rata adalah
sama.

2. Statistika Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa


Hasil statistika kemampuan pemahaman konsep matematika siswa adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Statistika dari Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Statistika Hasil
Jumlah sampel (N) 32
Mean () 21,68
Median (Me) 19,5
Modus (Mo) 16,23
Varians (S2) 74,09
Simpangan baku (S) 8,60

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat hasil uji statistika, bahwa skor rata-rata
() pada kelas uji adalah 21,68, median (Me) adalah 19,5, modus (Mo) adalah
15,7, ini berarti bahwa frekuensi skor yang paling banyak didapat siswa
mendekati 15,7.
43

3. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa berdasarkan


Indikator Pemahaman Konsep Matematika secara keseluruhan

Kemampuan pemahaman konsep matematika pada penelitian ini


berdasarkan pada tiga indikator, yaitu translasi, interpolasi dan ekstrapolasi.
Adapun hasil skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa berdasarkan
indikator kemampuan pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3
Deskripsi Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Berdasarkan Indikator

Skor Skor
No Indikator N Means
Ideal Siswa
1 Translasi 32 20 422 13,18
2 Interpolasi 32 16 183 5,72
3 Ekstrapolasi 32 8 93 2,91
TOTAL 44 698

Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui bahwa setiap indikator memiliki nilai


ideal yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan berbedanya jumlah soal dari setiap
indikator. Indikator translasi di wakili 5 soal, indikator interpolasi diwakili oleh 4
soal, dan indikator Ekstrapolasi diwakili 2 soal. Setiap soal memiliki skor
maksimum yang sama, yaitu 4. berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa rata-rata
tertinggi adalah 13,18 dari skor maksimal 20 pada indikator translasi, ini berarti
bahwa sebagian besar siswa mampu menggunakan kemampuan terjemahan
mereka untuk menyelesaikan masalah bangun datar segitiga dan segi empat. Rata-
rata terendah adalah 2,91 dari skor maksimal 8 pada indikator ekstrapolasi, ini
berarti kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pemahaman konsep
matematika masih sangat kurang di bandingkan dengan kemampuan siswa pada
dua indikator lainnya.
44

4. Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelompok


Tinggi, Kelompok Sedang, dan Kelompok Rendah Siswa Berdasarkan
Indikator Pemahaman Konsep Matematika.

Berdasarkan indikator pemahaman konsep matematika terlihat adanya


perbedaan kemampuan pemahaman matematika antara siswa kelompok tinggi,
kelompok sedang dan kelompok rendah yang meliputi nilai rata-rata hasil tes
pemahaman konsep. Kelompok tinggi terdiri dari 11 siswa, kelompok sedang
terdiri dari 11 siswa dan kelompok rendah terdiri dari 10 siswa. Untuk lebih
memperjelas perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika berdasarkan
indikator pemahaman konsep matematika antara kelompok tinggi, kelompok
sedang dan kelompok rendah dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4
Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelompok
Tinggi, Kelompok Sedang, dan Kelompok Rendah Siswa Berdasarkan
Indikator Pemahaman Konsep Matematiaka

Skor Tinggi Sedang Rendah


No Indikator
Ideal Skor Skor Skor

1 Translasi 20 205 18,63 134 12,18 83 8,30


2 Interpolasi 16 90 8,18 60 5,45 33 3,30
3 Ekstrapolasi 8 62 5,63 25 2,27 6 0,60
Jumlah 44 375 219 122

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa selisih skor kemampuan


pemahaman konsep matematika pada indikator translasi yang diperoleh kelompok
tinggi dengan kelompok sedang adalah 6,45. Selisih skor kemampuan pemahaman
konsep matematika pada indikator translasi yang diperoleh kelompok tinggi
dengan kelompok rendah adalah 10,33 sedangkan selisih skor kemampuan
pemahaman konsep matematika pada indikator translasi yang diperoleh kelompok
sedang dengan kelompok rendah adalah 3,88.
45

Pada indikator interpolasi selisih skor kemampuan pemahaman konsep


matematika yang diperoleh kelompok tinggi dengan kelompok sedang adalah 2,73
selisih skor kemampuan pemahaman konsep matematika yang diperoleh
kelompok tinggi dengan kelompok rendah adalah 4,88 sedangkan selisih skor
kemampuan pemahaman konsep matematika yang diperoleh kelompok sedang
dengan kelompok rendah adalah 2,15.

Pada indikator ekstrapolasi selisih skor kemampuan pemahaman konsep


matematika yang diperoleh kelompok tinggi dengan kelompok sedang adalah 3,36
selisih skor kemampuan pemahaman konsep matematika yang diperoleh
kelompok tinggi dengan kelompok rendah adalah 5,03 sedangkan selisih skor
kemampuan pemahaman konsep matematika yang diperoleh kelompok sedang
dengan kelompok rendah adalah 1,67.

Terdapat selisih skor kemampuan pemahaman konsep sebesar 0,18 pada


kelas tinggi di indikator ekstrapolasi dengan kelas sedang di indikator interpolasi.
Terlihat bahwa skor rata-rata kelas tinggi pada indikator ekstrapolasi lebih tinggi
dari pada skor rata-rata kelas sedang pada indikator interpolasi. Hal ini tidak
terjadi pada kelas dan indikator lain, dimana skor rata-rata indikator translasi lebih
besar dari pada skor rata-rata indikator interpolasi baik itu di kelas tinggi, sedang
ataupun rendah.

Secara visual, perbandingan persentase kemampuan pemahaman konsep


matematika antara kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah dapat
dilihat pada diagram berikut ini:
46

20
18
16
14
12
10
Tinggi
8
6 Sedang
4 Rendah
2
0
Translasi Interpolasi Ekstrapolasi

Indikator

Gambar 4.1
Rata-rata Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Kelompok Tinggi, Kelompok Sedang dan Kelompok Rendah

Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa pemahaman konsep matematika


yang paling menonjol pada setiap kelompok adalah indikator translasi,
pemahaman konsep matematika yang paling rendah adalah indikator ekstrapolasi.
Selisih terbesar antara tiap kelompok antara kelompok tinggi dan sedang pada
indikator translasi.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada siswa yang telah mempelajari materi bangun
datar segitiga dan segi empat di kelas VII MTs Negeri Parung. Adapun populasi
dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII Tahun Ajaran 2015/2016 semester
genap. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui berapa rata-rata siswa yang
memahami konsep matematika, serta bagaimana kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah pada materi segitiga dan segi empat.
Peneliti ingin mengetahui rata-rata siswa yang memahami konsep
matematika melalui soal uraian, terdapat 10 soal uraian yang diberikan pada siswa
yaitu soal yang berisi materi segitiga dan segi empat.
47

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, peneliti menganalisis


kemampuan pemahaman konsep matematika siswa berdasarkan indikator pada
materi segitiga dan segi empat yaitu translasi, interpolasi dan ekstrapolasi.
Pemahaman konsep matematika siswa yang paling tinggi adalah pada indikator
translasi sedangkan, indikator Pemahaman konsep siswa yang paling rendah
adalah pada indikator ekstrapolasi. Hal ini karena indikator translasi adalah
tingkat terendah dari pemahaman konsep matematika menurut Nana Sujana, yakni
mulai dari translasi dalam arti yang sebenarnya, yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menerjemahkan kalimat matematika kedalam bentuk
yang lebih sesuai dengan keadaan dirinya. misalnya jika siswa diberikan sebuah
benda berbentuk kubus, siswa tersebut mampu menunjukan mana yang
merupakan rusuk, sisi, titik sudut serta diagonal-diagonalnya.

Pemahaman konsep matematika siswa yang terendah adalah ekstrapolasi,


karena indikator ekstrapolasi adalah tingkat tertinggi dari pemahaman konsep
matematika menurut Nana Sujana. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang
mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi
atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya. Misalnya ketika siswa diberikan sebuah kotak minuman beserta
ukurannya, kemudian diperintahkan untuk menentukan banyak air yang dapat
mengisi kotak minuman tersebut. Jika siswa mampu menentukan rumus mana
yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan soal tersebut serta dapat
menghitungnya sampai mendapatkan hasil jawabannya. Dalam soal dengan
indikator ekstrapolasi tidak hanya mengandalkan hafalan, sehingga siswa tidak
hanya mengandalkan rumus. Oleh sebab itu mengapa kemampuan pemahaman
ekstrapolasi siswa masih sangat rendah.

Disamping itu peneliti juga menganalisis kemampuan pemahaman konsep


matematika siswa berdasarkan indikator interpolasi. Yang merupakan pemahaman
tingkat ke dua, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang
diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan
kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Misalnya ketika siswa
48

diberikan bangun kubus dan diperintahkan untuk menentukan panjang kawat yang
dibutuhkan untuk membuat kerangka balok tersebut, jika siswa dapat menentukan
rumus mana yang dapat dipakai untuk menyelesaikan soal tersebut.

Kemampuan pemahaman ekstrapolasi kelompok tinggi lebih besar dari


kelompok sedang pada indikator interpolasi. Hal ini tidak terjadi pada kelas dan
indikator lain, dimana skor rata-rata indikator translasi lebih besar dari pada skor
rata-rata indikator interpolasi baik itu di kelas tinggi, sedang ataupun rendah.

1. Pemahaman Konsep Matematika Tingkat Translasi


Soal yang memperlihatkan bagaimana kemampuan pemahaman konsep
matematika tingkat translasi adalah butir soal nomor 1, 2, 3,6a dan 6b. Berikut
akan disajikan jawaban siswa untuk pertanyaan nomor 1.

Z Y
1.
Panjang XY YZ XZ, maka segitiga XYZ
pada gambar di samping disebut....

Gambar 4. 2 Gambar 4.3


Contoh Jawaban salah Contoh Jawaban Benar
Pada Indikator Translasi soal nomor 1 Pada Indikator Translasi soal nomor 1

Pada soal tingkat translasi yaitu soal nomor 1, terdapat 28 siswa yang
mampu menjawab soal dengan tepat, dan masih ada 4 siswa yang masih belum
memahami penggolongan segitiga berdasarkan sisinya.
49

Berikut akan disajikan jawaban siswa untuk pertanyaan nomor 2 dengan


soal
2. Sebuah lembaga antariksa sedang mengamati pergerakan benda asing
yang berada di atmosfer bumi. Pada awal pengamatan, benda tersebut
berada di titik (4,3). kemudian secara berturut-turut benda tersebut
bergerak ke titik (8,10); (4,13); (0,10) dan kembali ke titik awal
pengamatan. Gambarlah sketsa pergerakan benda tersebut! Bangun apa
yang terbentuk dari pergerakan benda tersebut!

Gambar 4. 4
Contoh Jawaban Siswa
Pada Indikator Translasi soal nomor 2

Gambar 4.5
Contoh Kesalahan Jawaban Siswa
Pada Indikator Translasi soal nomor 2

Terdapat 14 siswa yang mampu menjawab dengan tepat soal nomor 2,


contoh jawaban siswa yang mendapatkan poin 4 terlihat pada Gambar 4.3. Masih
50

banyak siswa yang tidak menggunakan alat bantu untuk membuat koordinat
kartesius, sehingga gambar yang di buat oleh siswa kurang tepat membentuk
sketsa layang-layang. Seperti pada Gambar 4.5 sketsa gambar yang di buat lebih
memenuhi usur-unsur dari sebuah trapesium. Sebanyak 15 siswa yang menjawab
dengan karakteristik sama dengan Gambar 4.4.
Berikut akan disajikan jawaban siswa untu pertanyaan nomor 3 dengan
soal
3. Segitiga PQR adalah segtiga sama kaki dengan PQ sebagai alas segitiga
tersebut. Panjang PQ = (3+n) cm, PR = 14 cm dan QR = (2xn) cm. Maka
panjang PQ adalah....

Gambar 4.6
Contoh Jawaban Siswa
Pada Indikator Translasi soal nomor 3

Gambar 4.7
Contoh Kesalahan Jawaban Siswa
Pada Indikator Translasi soal nomor 3

Hanya 8 siswa yang mampu menjawab dengan tepat dan mendapat poin 4
dan hanya 1 siswa yang tidak mencantumkan satuan panjang garis PQ, terlihat
seperti pada Gambar 4.6. Terdapat 11 siswa hanya bisa menuliskan informasi
yang diketahui dari soal, siswa belum mampu mengembangkan dan
menggambarkan bahwa ada sebuah segitiga sama kaki. Akan lebih mudah bagi
siswa memahami maksud soal jika ia mampu menggambarkan sebuah segitiga
dan menyertakan tiap panjang sisi yang diketahui, karakteristik jawaban siswa
terlihat pada Gambar 4.7. Sebanyak 12 siswa yang tidak dapat menjawab sama
51

sekali walaupun hanya menuliskan informasi yang dapat diketahui dari soal dan
mendapat poin 0.

6. Ibu gemar mengoleksi hiasan dinding. Ia baru


saja mendapat oleh-oleh hiasan dinding
seperti gambar disamping. jika besar ABC =
94 dan panjang DE = 14 cm, tentukanlah:
a. Besar ABD dan ADC
b. Panjang BE dan DB

Gambar 4.8
Contoh Jawaban Siswa Kelompok Rendah
Pada Indikator Translasi soal nomor 6

Gambar 4.9
Contoh Jawaban Siswa Kelompok Tinggi
Pada Indikator Translasi soal nomor 6

Jika dibandingkan antara Gambar 4.8 (Jawaban siswa kelompok


rendah) dengan Gambar 4.9 (jawaban siswa kelompok tinggi, terlihat
siswa kelompok tinggi mampu menunjukkan alasan bagaimana ia
52

mendapatkan jawaban. sedangkan kelompok rendah belum mampu


menunjukkan alasan bagaimana ia mendapatkan jawaban.
Hanya 3 siswa yang tepat menjawab soal 6a dan 18 siswa yang
tepat menjawab soal 6b, sebanyak 16 siswa yang tidak mencantumkan
cara penyelesaian tetapi jawaban akhirnya benar pada soal 6a dan 13 siswa
pada soal nomor 6b, terlihat seperti pada Gambar 4.7. Ada 3 siswa yang
belum mampu menjawab soal 6a dan hanya 1 siswa yang belum mampu
menjawab soal 6b.
4. Pemahaman Konsep Matematika Tingkat Interpolasi
Soal yang memperlihatkan bagaimana kemampuan pemahaman konsep
matematika tingkat interpolasi adalah butir soal nomor 4, 5, 7, dan 8. Berikut akan
disajikan jawaban siswa untu pertanyaan nomor 4

Gambar 4.10
Contoh Kesalahan Jawaban Siswa
Pada Indikator Interpolasi Soal Nomor 4
53

Pada Gambar 4.10 terlihat bahwa siswa masih belum sepenuhnya


memahami konsep matematika, karena satuan panjang dari masing-masing
persegi dan persegi panjang tidak di sertakan. Serta siswa tidak
mengurutkan luas bangun datar seperti yang dimaksudkan soal. Untuk
siswa dengan karakteristik jawaban seperti pada Gambar 4.8 terdapat 5
siswa.

Gambar 4.11
Contoh Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi
soal nomor 4

Terdapat 26 siswa yang mampu menjawab seperti terlihat pada


Gambar 4.11, dimana siswa sudah mampu menuliskan dengan tepat cara
penyelesaian luas segi empat beserta satuan panjang dan satuan luasnya
serta diurutkan dari luas yang terkecil. Semua siswa mampu menjawab
soal nomor 4 walaupun masih ada siswa yang belum sempurna dalam
menjawab soal.

5. Pak Tono memiliki ladang gandum berbentuk segiiga siku-siku seluas 600
m2. Jika bagian alasnya memiliki panjang 30 m, maka berapakah tinggi
segitiga tersebut?

Gambar 4.12
Contoh Jawaban Siswa
Pada Indikator Interpolasi Soal Nomor 5
54

Gambar 4.13
Contoh kesalahan Jawaban Siswa
Pada Indikator Interpolasi Soal Nomor 5

Hanya 4 siswa yang mampu menjawab dengan tepat dan


mendapatkan poin 4, dan 13 siswa yang hanya menuliskan informasi yang
diketahui dari soal. dan sebanyak 15 siswa yang belum mampu menjawab
sama sekali walaupun hanya informasi soal.

Hitunglah luas bangun datar di


samping!

Gambar 4.14
Contoh Kesalahan Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi
kelompok Rendah Soal Nomor 8

Berdasarkan Gambar 4.14 siswa kelompok rendah belum bisa


memahami apa yang diinginkan soal, karena siswa menggunakan konsep
55

mencari keliling untuk mencari luas. Terdapat 12 siswa yang tidak


menjawab ataupun salah konsep seperti pada gambar 4.14 sehingga
mendapatkan nilai 0.

Gambar 4.15
Contoh Kesalahan Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi
kelompok Sedang Soal Nomor 8

Terdapat 17 siswa yang belum sempurna dalam menjawab soal


nomor 8, sehingga hanya mendapatkan nilai 2 atau 3 dikarenakan masih
ada 1 atau 2 hasil perhitungan yang kurang tepat.

Gambar 4.16
Contoh Jawaban Siswa Pada Indikator Interpolasi
kelompok Tinggi Soal Nomor 8

Hanya 3 siswa yang sempurna menjawab soal nomor 8 sehingga


mendapatkan poin 4, karena hasil perhitungannya tepat, penggunaan
konsep penyellesaiannya tepat dan satuan luas yang digunakanpun tepat.
56

6. Pemahaman Konsep Matematika Tingkat Ekstrapolasi


Soal yang memperlihatkan bagaimana kemampuan pemahaman konsep
matematika tingkat penafsiran adalah butir soal nomor 9 dan 10. Berikut akan
disajikan jawaban siswa untuk pertanyaan nomor 9 dan 10
9. Pak Sofyan memiliki sebuah kebun pisang berbentuk persegi yang
kelilingnya 92 m. Pak Rahmat memiliki kebun singkong yang berbentuk
persegi panjang yang salah satu sisinya berukuran 26 m. Jika keliling
kebun Pak Sofyan dan Pak Rahmat sama, kebun siapakah yang lebih
luas?

Gambar 4.17
Contoh Jawaban Siswa Pada Indikator Ekstrapolasi
Kelompok Tinggi Soal Nomor 9

Berdasarkan Gambar 4.17 siswa kelompok tinggi sudah mampu


menyelesaikan soal dan mendapatkan jawaban yang benar, tetapi masih
banyak siswa yang kurang teliti dalam menyelesaikan masalah sehingga
setiap satuan dari panjang kebun tidak disertakan, terdapat 3 siswa yang
mampu mendapatkan jawaban benar seperti terlihat pada Gambar 4.17. 13
siswa belum mampu menjawab dengan sempurna dan 16 siswa tidak
mampu menjawab ataupun masih salah dalam menjawab soal nomor 9.
57

10. Andika akan membuat hiasan bergambar perahu seperti gambar di bawah
ini.

Apabila ia memiliki karton


berukuran 50 cm 50 cm,
12 cm
berapa sisa karton yang tidak

38 cm
18 cm terpakai?

28 cm
40 cm

Gambar 4.18
Contoh Jawaban Siswa Pada Indikator Ekstrapolasi
Kelompok Tinggi Soal Nomor 10

Pada Gambar 4.18 kelompok tinggi siswa sudah bisa mencari luas
karton, hanya saja konsep satuan dari luas siswa belum memahami,. siswa
belum memahami bahwa soal nomor 10 adalah gabungan dari bangun
datar trapesium siku-siku, subuah persegi dan satu buah trapesium sama
kaki. Siswa masih menggunakan konsep keliling dalam mencari luas
bangun datar tersebut. Pada soal nomor 10 baik siswa kelompok tinggi,
sedang dan rendah tidak ada yang dapat menyelesaikan soal dengan nilai
4. Dikarenakan siswa kurang memahami maksud soal. dalam mengerjakan
soal nomor 10 siswa harus membagi gambar hiasan menjadi 3 bagian.
58

Terdapat 19 siswa yang belum sempurna dalam menjawab soal


nomor 10 seperti terlihat pada Gambar 4.17 dan 13 siswa yang masih
belum mampu menjawab sama sekali ataupun masih salah dalam
penggunaan konsep.

C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari penelitian ini belum sepenuhnya sempurna meskipun
berbagai upaya telah dilakukan agar diperoleh hasil yang optimal. Ada beberapa
faktor yang sulit dikendalikan sehingga penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan, diantaranya:
1. Penelitian ini hanya diteliti pada pokok bahasan Segitiga dan Segi Empat,
sehingga belum dapat digeneralisasikan pada pokok bahasan lain
2. Peneliti tidak mengujicobakan langsung instrumen yang akan digunakan,
peneliti mengkompilasikan beberapa instrumen yang telah ada sebelumnya.
3. Alokasi waktu yang terbatas menyebabkan perlunya persiapan dan pengaturan
yang lebih baik agar setiap tahapan dalam persiapan, pelaksanaan dan
penganalisisan dapat berlangsung lebih maksimal.

Peneliti hanya melakukan analisis pada variabel pemahaman konsep


Matematika pada. Variabel lain seperti minat, motivasi, intelegensi, lingkungan
belajar dan lain-lain, tidak di analisis secara langsung. Hasil penelitian ini
kemungkinan dapat dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang ditetapkan
dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhann dapat disimpulkan bahwa


banyaknya siswa kelas VII 9 MTs Negeri Parung rata-rata tertinggi yang
menguasai pemahaman konsep matematika tingkat translasi sebanyak 13,18 dari
skor maksimalnya adalah 20, yang menguasai pemahaman konsep matematika
tingkat interpolasi rata-ratanya 5,72 dari skor maksimalnya 16 dan yang
menguasai pemahaman konsep matematika tingkat ekstrapolasi rata-ratanya 2,91
dari skor tertingginya 8. Selain itu, yang masuk kelompok tinggi ada 11 siswa dan
masih dikatakan cukup tinggi. Pemahaman konsep matematika yang paling
dikuasai siswa adalah pemahaman konsep translasi dan interpolasi, hanya
beberapa siswa saja yang sudah sampai pada tingkat ekstrapolasi. Banyaknya
siswa yang masuk kelompok sedang ada 11 siswa, yang paling dikuasai siswa
adalah pemahaman konsep tingkat translasi, sedangkan siswa yang masuk
kelompok rendah ada 10 siswa yang masih sangat rendah dalam pemahaman
ekstrapolasi dan interpolasi.

B. Saran
Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada
beberapa saran penulis terkait penelitian ini:

1. Bagi siswa
Diharapkan siswa mampu meningkatkan porsi latihan mengerjakan soal-
soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari khususnya pada materi
segitiga dan segi empat.
2. Bagi guru
Diharapkan guru membuat pemetaan terhadap kemampuan pemahaman
siswa di awal tahun pelajaran, melakukan pendampingan pada kelompok
belajar dengan mempertimbangkan heterogenitas kemampuan pemahaman

59
60

siswa, meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada materi prasyarat


segitiga dan segi empat seperti pada materi garis dan sudut, serta
membiasakan memberikan contoh-contoh soal yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari guna meningkatkan kemampuan pemahaman
matematis siswa, terutama pada konsep segitiga dan segiempat.
3. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka disampaikan saran
bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis yang terkait
dengan pemahaman konsep segitiga dan segi empat diharapkan dapat
meneliti dengan menambah faktor-faktor lain yang lebih luas. Seperti
penambahan faktor keaktifan siswa, motivasi siswa dan faktor-faktor lain
yang masih mendukung data penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ridwan Sani. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2013


Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2009
Dris, J. Matematika SMP dan MTs Kelas VII. Depok: Arya Duta, 2011
Dwirahayu, Gelar, dkk. Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran
Matematika dan Sains Dasar: Sebuah Antologi. Tanggerang: PIC UIN Jakarta,
2007

Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima, 2009

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, Cet. VIII
Hamzah, Ali. Perencanaan Pembelajaran Matematika. Jakarta: UIN Jakarta,
2011

Kadir, dkk. Pedoman penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Jakarta, 2013

Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan


(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011

Marsigit. Matematika SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta: Yudistira, 2009

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik


dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009

Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan


Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Endidikan. Jakarta: Prenada Media, 2004

Sanjaya, Wina. Penenlitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group , 2009

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2012, Cet. 17

Suherman, H. Erman, dkk. Common Text Book: Strategi Pembelajaran


Matematika Kontemporer. Bandung: UPI, 2001

61
62

Suherman, H. Erman. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI, 2003

Sumarmo, Utari. Evaluasi Dalam Pembelajaran Matematika, Kumpulan


Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta pembelajarannya. Bandung:
UPI, 2012

Suraprana, Sumarna. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes


Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 cet. IV

Syaodih, Nana Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2011

Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007

Trianto. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya


dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara,
2010

Undang-Undang RI No.20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta: depdiknas, 2006
Lampiran 1
SILABUS MATA PELAJARAN
MATEMATIKA

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Kelas/Semester : VII/2

Kompetensi Inti*

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri,
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknoloagi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
1. Menunjukkan perilaku Segitiga dan Mengamati Tugas 4x5 JP Buku teks
disiplin dalam melakukan Segiempat - Mengamati - Mencari informasi matematika
aktivitas di rumah, sekolah, gambar/foto/video dari sejarah segitiga Kemdikbud,
dan masyarakat sebagai wujud peristiwa, kejadian, - Mencari informasi lingkungan.
implementasi pelaksanakan fenomena, konteks atau seputar macam- Alat peraga
prosedur dalam menggambar situasi yang berkaitan dengan macam segiempat segitiga, segi

63
64

segitiga, garis tinggi, garis penerapan konsep segitiga empat


bagi, garis berat, dan garis dan segiempat, seperti
sumbunya menggunakan pembuatan sebuah rangkai Observasi
penggaris, jangka, dan busur atap bangunan yang - Mengamati
berbentuk segitiga, bentuk ketelitian, rasa
jendela, kaca, pintu, dan lain ingin tahu dalam
2. Memahami sifat-sifat bangun sebagainya mengerjakan
datar dan menggunakannya tugas, menyimak
untuk menentukan keliling Menanya penjelasan atau
dan luas - Guru dapat memotivasi siswa presentasi siswa
dengan bertanya: misal Portofolio
bagaimana seorang tukang - Menilai laporan
3. Menaksir dan menghitung bangunan, arsitek, desainer tertulis siswa atau
luas permukaan bangun datar interior, dsb dalam membuat kelompok
yang tidak beraturan dengan sebuah rangkaian bangunan mengenai konsep
menerapkan prinsip-prinsip yang melibatkan bentuk atau keterampilan
geometri segitiga dan segiempat. yang telah
- Siswa termotivasi untuk dipelajari
mempertanyakan berbagai
4. Menyelesaikan permasalahan aspek segitiga dan segempat, Tes
nyata yang terkait penerapan misal bagaimana menyusun - Mengerjakan
sifat-sifat persegi panjang, modelnya, melukisnya, dsb lembar kerja
persegi, trapesium, serta penerapan bangun datar berkaitan dengan
jajargenjang, belah ketupat, pada kehidupan sehari-hari segitiga dan
dan layang-layang segiempat
Eksperimen/explore - Menilai
- Mengidentifikasi dan keterampilan
menjelaskan benda-benda memecahkan
dengan permukaaan berbentuk permasalahan
segitiga atau segiempat yang keseharian yang
bersifat alamiah ataupun melibatkan
65

buatan manusia untuk segitiga dan


kepentingan estetik, fungsi, segiempat
manfaat, ataupun fungsi
ergonomisnya
- Menggambar atau melukis
segitiga dan segi empat
dengan berbagai ukuran sisi,
sudut dan modelnya.
Mengukur sudutnya dengan
dengan menggunakan busur
derajat
- Menentukan jenis, sifat dan
karakteristik segitiga dan
segiempat berdasarkan ukuran
dan hubungan antar sudut dan
sisi-sisi
- Mendiskusikan dan
menemukan rumus untuk
menghitung keliling dan luas
persegi panjang dan segitiga
melalui pengamatan atau
eksperimen
- Menggambar,
mendemonstrasikan atau
memperagakan berbagai
bangun segitiga dan persegi
panjang dengan luas atau
keliling tertentu dengan
bantuan alat atau tanpa alat
peraga
- Mendiskusikan dan
66

menjelaskan cara menghitung


luas segi empat lainnya
(trapesium, jajargenjang,
belah ketupat, dan layang-
layang) atau bangun gabungan
melalui pengamatan atau
eksperimen
- Mendiskusikan cara menaksir
luas bangun datar tidak
beraturan
- Melukis segitiga yang
diketahui tiga sisinya, dua sisi
satu sudut apitnya atau satu
sisi dan dua sudut
- Melakukan diskusi cara
melukis segitiga sama sisi dan
segitiga sama kaki, garis bagi
, garis berat dan garis sumbu
- Mendiskusikan, membahas
dan menjelaskan serta
menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan
perbandingan sisi-sisi, sudut
pada segitiga dan segi empat
serta masalah keliling dan luas
- menyusun beberapa potongan
puzzle menjadi bangun segi
empat tertentu serta
mendiskusikan dan
mengidentifikasi sifat sifat
67

persegi , persegi panjang ,


trapezium , jajaran genjang
belah ketupat dan layang-
layang melalui bangun-
bangun datar.
Asosiasi
- Menganalisis dan melukis
berbagai jenis segitiga
dengan karakteristik tertentu
dengan menggunakan
penggaris dan jangka
- Menganalisis, mengkaitkan
dan mendefinisikan secara
lebih persis perbedaan dan
persamaan segitiga siku-siku,
segitiga sama kaki, segitiga
sama sisi, segitiga lancip,
segitiga tumpul, persegi,
persegi panjang, trapezium,
jajar genjang, belah keupat,
laying-layang
- Menganalisis persamaan dan
perbedaan dari garis tinggi,
garis bagi, garis berat, dan
garis sumbu suatu segitiga

Komunikasi
- Menyajikan secara tertulis
dan lisan hasil pembelajaran
atau apa yang telah dipelajari
68

pada tingkat kelas atau


tingkat kelompok mulai dari
apa yang telah dipahami,
keterampilan
mengidentifikasi sifat-sifat
segitiga yang dikuasai,
contoh menyebutkan sifat-
sifat segitiga dari hasil
pengamatan
- Menyajikan secara tertulis
dan lisan hasil pembelajaran
atau apa yang telah dipelajari
pada tingkat kelas atau
tingkat kelompok mulai dari
apa yang telah dipahami,
Lampiran 2

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

Materi : Segitiga dan Segi empat


Kompetensi Dasar : 3.1 Memahami sifat-sifat bangun datar dan
menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas
4.1 Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait
penerapan sifat-sifat persegi panjang, persegi,
trapesium, jajar genjang, belah ketupat dan layang-
layang

Indikator
Nomor
Pemahaman Indikator
Butir Soal
Konsep
Terjemahan 1. Mengidentifikasi jenis segitiga berdasarkan sisinya 1
2. Menggambarkan titik-titik koordinat untuk
2
mengidentifikasi bangun datar yang terbentuk
3. Menerapkan konsep panjang sisi segitiga sama kaki 3

4. Menerapkan konsep sifat sudut suatu bangun


dataruntuk menghitung besar sudut belah ketupat 6a
apabila diketahui salah satu sudut belah ketupat
5. Menerapkan konsep sifat sudut suatu bangun
dataruntuk menghitung panjang diagonal belah
6b
ketupat apabila diketahui salah satu diagonal belah
ketupat
Penafsiran 1. Menginterpretasikan konsep luas persegi dan
4
persegi panjang
2. Menginterpretasikan konsep luas segitiga untuk
menghitung tinggi segitiga apabila diketahui 5
panjang alas segitiga

69
70

3. Menginterpretasikan konsep keliling jajar genjang


untuk menghitung panjang salah satu sisi jajar 7
genjang
4. Menginterpretasikan konsep luas gabungan
8
beberapa bangun datar
Ekstrapolasi 1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas 9
persegi panjang dan persegi
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas 10
persegi panjang dan persegi
Lampiran 3

Tes Pemahaman Konsep Matematika

Petunjuk :
a. Tulislah nama dan kelasmu pada lembar jawaban yang telah disediakan.
b. Baca, pahami dan kerjakan soal berikut ini dengan teliti dan tepat.
c. Kerjakan soal yang menurutmu mudah terlebih dahulu
d. Mulai dan akhiri dengan doa.

SOAL
Z Y
1. Panjang XY YZ XZ, maka segitiga XYZ pada gambar
di samping disebut....

X
2. Sebuah lembaga antariksa sedang mengamati pergerakan benda asing yang
berada di atmosfer bumi. Pada awal pengamatan, benda tersebut berada di
titik (4,3). kemudian secara berturut-turut benda tersebut bergerak ke titik
(8,10); (4,13); (0,10) dan kembali ke titik awal pengamatan. Gambarlah
sketsa pergerakan benda tersebut! Bangun apa yang terbentuk dari pergerakan
benda tersebut!

3. Segitiga PQR adalah segtiga sama kaki dengan PQ sebagai alas segitiga
tersebut. Panjang PQ = (3+n) cm, PR = 14 cm dan QR = (2xn) cm. Maka
panjang PQ adalah....

15 cm 11 cm
4.
B 5 cm
A 8 cm B

9 cm D 12 cm
C

9 cm 12 cm

71
72

Urutan luas bangun di atas dari yang paling kecil adalah....

5. Pak Tono memiliki ladang gandum berbentuk segiiga siku-siku seluas 600
m2. Jika bagian alasnya memiliki panjang 30 m, maka berapakah tinggi
segitiga tersebut?
D

6. Ibu gemar mengoleksi hiasan dinding. Ia baru


saja mendapat oleh-oleh hiasan dinding
seperti gambar disamping. jika besar ABC = A E C
94 dan panjang DE = 14 cm, tentukanlah:
a. Besar ABD dan ADC
b. Panjang BE dan DB
B
7. Pak Andi baru saja membeli sebuah meja berbentuk jajargenjang.
Perbandingan sisi alas dan sisi miringnya adalah 4:3. Jika keliling meja
tersebut 224 cm, tentukan panjang sisi alas dan sisi miring meja tersebut!

4 cm
8.
4 cm
Hitunglah luas bangun datar di samping!

6 cm
2 cm

cm
6 cm

2 cm
2 cm

9. Pak Sofyan memiliki sebuah kebun pisang berbentuk persegi yang


kelilingnya 92 m. Pak Rahmat memiliki kebun singkong yang berbentuk
persegi panjang yang salah satu sisinya berukuran 26 m. Jika keliling kebun
Pak Sofyan dan Pak Rahmat sama, kebun siapakah yang lebih luas?
73

10. Andika akan membuat hiasan bergambar perahu seperti gambar di bawah ini.

Apabila ia memiliki karton


berukuran 50 cm 50 cm,
12 cm
berapa sisa karton yang tidak

38 cm
18 cm terpakai?

28 cm
40 cm
Lampiran 4
KUNCI JAWABAN DAN PENSKORAN
INSTRUMEN TES PEMAHAMAN KONSEP SEGITIGA DAN SEGI
EMPAT

NO JAWABAN SKOR
1 Segitiga Sembarang 4

Titik Awal (4,3) kemudian bergerak ke titik (8,10); (4,13); (0,10)


dan kembali ke titik awal pengamatan.

20
18
16
14
12
10
8
2 6
4
2
-8 -6 -4 -2 2 4 6 8 10 12 14 16 18
-2
-4
-6
-8
-10

Gambar yang terbentuk adalah layang-layang 4


PQR Segitiga sama kaki
jadi panjang PR = panjang QR R
PQ alas segitiga
PQ = (3 + n) cm (2 n) cm
PR = 14 cm 14 cm
QR = (2 n) cm
3 Q
Maka panjang PQ = ? P
(3 + n) cm
PR = QR
14 cm = (2 n) cm
14
cm = n
2

74
75

7 cm =n

PQ = 3 + n cm
= 3 + 7 cm
= 10 cm 4

LuasA = panjang lebar


= 15 cm 8 cm = 120 cm2
LuasB = panjang lebar
= 11 cm 5 cm = 55 cm2
LuasC = sisi2
4 = (9 cm)2 = 81 cm2
LuasD = sisi2
= (12 cm)2 = 144 cm2

Urutan Luas bangun datar dari yang terkecil adalah bangun datar
4
B, bangun datar C, bangun datar A, dan bangun datar D
Luas ladang berbentuk segitiga siku-siku = 600 m2
alasnya = 30 m
maka tingginya = ?
t=?
Luas segitiga = alas tinggi
600 m2 = 30 m tinggi
2 30 m
5 600 m = 15 m tinggi
600 2
Tinggi =
15
Tinggi = 40 m

Jadi tinggi ladangnya 40 m


4
ABCD adalah belah ketupat
ABC = 94
6 DE = 14 cm
Maka Besar ABD dan ADC = ?
94
a. ABD = = 47
2
ADC = ABC = 94
Jadi, besar ABD = 47 dan ADC = 94 4

b. Panjang BE dan DB = ?
BE = DE = 14 cm 4
76

DB = 2 DE = 28 cm

Perbandingan sisi alas dan sisi miring = 4:3


Keliling = 224 cm
Maka panjang sisi alas dan sisi miringnya = ?

3
4

Keliling = 2 (sisi alas + sisi miring)


224 cm = 2 (sisi alas + sisi miring)
224
cm = sisi alas + sisi miring
2
sisi alas + sisi miring = 112 cm
7 karena perbandingan sisi alas dan sisi miring = 4:3, maka
4
sisi alas = 112 cm
4+3
4 4
= 112 cm
7
= 64 cm
3
sisi miring = 112 cm
4+3
3
= 112 cm
7
= 48 cm

Jadi panjang sisi alas meja tersebut adalah 64 cm dan panjang


sisi miringnya 48 cm

I
2cm

8 4 cm II

III
77

LuasI = sisi2
= (4 cm)2 = 16 cm2

LuasII = panjang lebar


= (6 + 2) cm 4 cm = 32 cm2

LuasIII = sisi2
= (2 cm) 2 = 4 cm2
4
Luas bangun datar = LuasI + LuasII + LuasIII
= 16 cm2 + 32 cm2 + 4 cm2
= 52 cm2

Keliling kebun pak Sofyan = Keliling kebun pak Rahmat = 92 m


panjang Kebun Pak Rahmat = 26 m
kebun siapa yang lebih luas?

Keliling kebun pak Sofyan = 4 sisi


92 m = 4 sisi
92 m
Sisi =
4
Sisi = 23 cm
9 Luas kebun pak Sofyan = sisi2
= (23 m) 2 = 529 m2
Keliling kebun pak Rahmat = 2 panjang + 2 lebar
92 m = 2 26 m + 2 lebar
92 m = 52 m + 2l
Lebar = 20 m 4
Luas kebun pak Rahmat = panjang lebar
= 26 m 20 m = 520 m2
Jadi, kebun yang lebih luas adalah kebun pa Sofyan

III

10 II 18 cm
4 cm
II
78

Ukuran karton 50 cm 50 cm

LuasI = jumlah sisi sejajar tinggi


= (28 cm + 40 cm) (38 cm 18 cm)
= 68 cm 20 cm
= 680 cm2

LuasII = panjang lebar


=(40 cm 18 cm 18 cm) 12 cm
= 4 12cm
= 48 cm2

LuasIII = jumlah sisi sejajar tinggi


= ((4 + 12 cm) + 4 cm) (18 cm 12 cm)
= 20 cm 6 cm
= 60 cm2

Maka Luas karton yang dibutuhkan = LuasI + LuasII + LuasIII


= 680 cm2 + 48 cm2+ 60 cm2
= 788 cm2

Luas Karton = s s
= 50 cm 50 cm = 2500 cm2 4

sisa karton = Luas Karton - LuasI + LuasII + LuasIII


= 2.500 cm2 - 788 cm2
= 1.712 cm2

Jadi, sisa karton yang tidak terpakai adalah 1.712 cm2


Lampiran 5

DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES

1. Distribusi Frekuensi
32 25 40 26 10 16 32 37 18 12
17 14 15 28 12 16 26 20 18 29
13 6 13 21 32 40 16 29 14 30
28 13

2. Banyak Data (N) = 32

3. Rentang Data (R) = Xmax - Xmin


= 40 6
= 34 ( skor)

4. Banyak Kelas (K) = 1 + 3,3 log (n)


= 1 + 3,3 log 32
= 1 + 3,3 (1,505)
= 1 + 4,805
= 5,805
= 5 (pembulatan kebawah)


5. Panjang Kelas (P) =

34
=
5
= 6,8
= 7 (pembulatan ke atas)

79
80

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES

Fre Titik
Batas Batas fi
No Interval kuensi Fk Tengah Xi2 Fixi Fixi2
Bawah Atas (%)
(fi) (xi)
1 6 - 12 5,5 12,5 4 12,5 4 9 81 36 324
2 13 - 19 12,5 19,5 12 37,5 16 16 256 192 3072
3 20 - 26 19,5 26,5 5 15,625 21 23 529 115 2645
4 27 - 33 26,5 33,5 8 25 29 30 900 240 7200
5 34 - 40 33,5 40,5 3 9,375 32 37 1369 111 4107
Jumlah 32 100 694 17348

1. Mean ()

=


=

= 21,68

2. Median (Me)



Me = Bb + P


= 12,5 + 7


= 12,5 + 7

= 12,5 + 7
= 19,5

3. Modus (Mo)

Mo = Bb + P
+

= 12,5 + 7
+

= 12,5 + 7

81

= 12,5 + 7 (0,533)
= 12,5 + 3,73
= 16,23

4. Varians (S2)

2
( )
S =
()

=
()
. .
=

= 74,0927

5. Simpangan Baku (S)

( )
S=
()
= ,
= 8,60771
Lampiran 6

HASIL TES PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA


PER INDIKATOR

Indikator Skor
No Sampel
Terjemahan Penafsiran Ekstrapolasi Total
1 A1 20 12 8 40
2 A2 20 12 8 40
3 A3 20 11 6 37
4 A4 17 9 6 32
5 A5 20 6 6 32
6 A6 20 6 6 32
7 A7 20 4 6 30
8 A8 18 7 4 29
9 A9 16 8 5 29
10 A10 14 9 5 28
11 A11 20 6 2 28
12 A12 16 6 4 26
13 A13 19 4 3 26
14 A14 16 4 5 25
15 A15 13 6 2 21
16 A16 10 10 0 20
17 A17 9 6 3 18
18 A18 11 4 3 18
19 A19 10 5 2 17
20 A20 11 5 0 16
21 A21 8 6 2 16
22 A22 11 4 1 16
23 A23 10 5 0 15
24 A24 9 3 2 14
25 A25 12 1 1 14
26 A26 10 3 0 13
27 A27 6 5 2 13
28 A28 11 2 0 13
29 A29 9 3 0 12
30 A30 7 5 0 12
31 A31 5 4 1 10
32 A32 4 2 0 6
Jumlah 422 183 93 698
Rata-rata 13,188 5,719 2,906 21,813
skor ideal 20 16 8 44

82
Lampiran 7

HASIL TES PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA


PER INDIKATOR KELOMPOK TINGGI, SEDANG DAN RENDAH

Kelompok Tinggi
Indikator
No Sampel Sskor Total
Terjemahan Penafsiran Ekstrapolasi
1 A7 20 12 8 40
2 A30 20 12 8 40
3 A25 20 11 6 37
4 A8 17 9 6 32
5 A26 20 6 6 32
6 A32 20 6 6 32
7 A3 20 4 6 30
8 A5 18 7 4 29
9 A13 16 8 5 29
10 A2 14 9 5 28
11 A19 20 6 2 28
Jumlah 205 90 62 357
Rata-rata 18,6363636 8,18182 5,63636 32,4545455
Skor Ideal 20 16 8 44

Kelompok Sedang
Indikator
No Sampel
Terjemah Penafsiran Ekstrapolasi skor total
12 A16 16 6 4 26
13 A29 19 4 3 26
14 A31 16 4 5 25
15 A9 13 6 2 21
16 A15 10 10 0 20
17 A14 9 6 3 18
18 A24 11 4 3 18
19 A22 10 5 2 17
20 A6 11 5 0 16
21 A17 8 6 2 16
22 A27 11 4 1 16
Jumlah 134 60 25 219
Rata-rata 12,18182 5,454545 2,272727 19,90909
Skor ideal 20 16 8 44

83
84

Kelompok Rendah

Indikator Skor
No Sampel
Terjemahan Penafsiran Ekstrapolasi Total
23 A23 10 5 0 15
24 A24 9 3 2 14
25 A25 12 1 1 14
26 A26 10 3 0 13
27 A27 6 5 2 13
28 A28 11 2 0 13
29 A29 9 3 0 12
30 A30 7 5 0 12
31 A31 5 4 1 10
32 A32 4 2 0 6
Jumlah 83 33 6 122
Rata-rata 8,3 3,3 0,6 12,2
Skor ideal 20 16 8 44
99

Lampiran 15
100

Lampiran 16
101

Lampiran 17
102
103

Lampiran 18
108

Lampiran 20
109

Lampiran 21
110

Lampiran 22
111

Lampiran 23
112

Lampiran 24
113

lampiran 25
114

lampiran 26
115

lampiran 26
116

lampiran 26
117

lampiran 27
118

lampiran 27
119

Lampiran 28
120

Lampiran 29
121

Lampiran 30
122

Lampiran 31
123

Lampiran 32
124

Lampiran 33
125

Lampiran 34
126

Lampiran 35

Anda mungkin juga menyukai