Anda di halaman 1dari 28

RANGKUMAN PENDIDIKAN

PANCASILA PROF.KAELAN BAB I


Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

- - { PENDAHULUAN } - -

Pancasila = dasar filsafat


o Disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945
o Tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
o Diundangkan dalam :
Berita RI Tahun 2 No.7
Batang Tubuh UUDS 1945

TAP MPR Tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998


Mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara RI

- - { LANDASAN } - -

Landasan Pendidikan Pancasila :


A. Historis
B. Kultural
C. Yuridis
D. Filosofis

A. LANDASAN HISTORIS
Terbentuk melalui proses panjang sejak zaman kerajaan
Suatu prinsip tersimpul dalam pandangan dan filsaat hidup bangsa berupa ciri khas, sifat,
dan karakter.
Nasionalisme Indonesia bukan dengan kekuasaan atau hegemoni ideologi tapi dengan
kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah.
Kausa Materialis Pancasila :

B. LANDASAN KULTURAL
Setiap bangsa memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain.
Sila-sila Pancasila merupakan karya besar bangsa yang dimiliki melalui proses refleksi
filosofis pendiri negara, diantaranya :
o Soekarno
o Moh.Yamin
o Moh.Hatta
o Soepomo
Sila-sila Pancasila merupakan hasil pemikiran tentang bangsa dan negara yang mendasarkan
pandangan hidup suatu prinsip nilai.

C. LANDASAN YURIDIS
UU No.2 Tahun 1989 memuat Sistem Pendidikan Nasional di Perguruan Tinggi
Pasal 39 berisi kurikulum (jenis/jalur/jenjang) dinyatakan wajib memuat pendidikan :
o Pancasila
o Agama
o Kewarganegaraan
SK Mendiknas No.232/U/2000
Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belaja
Mahasiswa. Pasal 10 ayat 1 menyatakan setiap pelajaran wajib memuat agama, Pancasila,
dan Kewarganegaraan.
SK Dirjen PT : SK No.38/DIKTI/KEP/2002 (pasal 3)
Untuk :
o Mampu berpikir
o Nasional
o Dinamis
Terdiri :
o Historis
o Filosofis
o Ketatanegaraan
o Etika politik

D. LANDASAN FILOSOFIS
Sebelum merdeka
o Bangsa berketuhanan dan berkemanusiaan
o Karena manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa (kenyataan objektif)
Syarat mutlak suatu negara
o Negara berpersatuan dan berkerakyatan
o Persatuan berwujud rakyat (unsur pokok)
Konsekuensi rakyat
o Rakyat
o Dasar ontologis demokrasi karena asal mula kekuasaan negara adalah rakyat

- - { TUJUAN } - -

UU No.2 Tahun 1989 dan SK No.38/DIKTI/KEP/2003


Mengarahkan perhatian pada moral dalam kehidupan sehari-hari dengan :
o Memanfaatkan iman dan taqwa
o Mendukung kerakyatan

Arti tujuan pendidikan


Seperangakat tindakan intelektual penuuh tanggung jawab yang berorientasi pada kompetensi
dan bidang profesi masing-masing.
Cermin sikap
o Intelektual, meliputi :
a. Kemafiran
b. Ketepatan
c. Keberhasilan bertindak
o Tanggung jawab, meliputi :
a. Iptek
b. Etika
c. Agama
d. Budaya
Kesimpulan tujuan
o Kemampuan bertanggung jawab sesuai hati nurani
o Mengenali masalah hidup, kesejahteraan dan solusi
o Mengenali perubahan dan perkembangan :
a. Ilmu pengetahuan
b. Teknologi
c. Seni
o Memaknai sejarah dan nilai budaya untuk persatuan

- - { PEMBAHASAN ILMIAH } - -

Syarat-syarat ilmiah Pembahasan Pancasila menurut buku Tahu dan Pengetahuan karangan
I.R.Poedjawijatno ada 4, yaitu : Berobjek
Bermetode
Bersistem
Universal

BEROBJEK
Menurut filsafat ilmu : Objek Forma
Objek Materia

Objek Forma
Sudut pandang tertentu dalam Pembahasan Pancasila.
Pancasila dapat dipandang dari sudut : Moral Moral Pancasila
Ekonomi Ekonomi Pancasila
Pers Pers Pancasila
Hukum Pancasila Yuridis
Filsafat Filsafat Pancasila

Objek Materia
Sasaran pengkajian pancasila adalah Bangsa Indonesia dengan segala aspek budayanya yang
meliputi :
Non Empiris Budaya Empiris Adat Istiadat
Moral Bukti Sejarah
Religius Naskah Kenegaraan
Lembaran Sejarah
BERMETODE
Analitico Syntetic
Metode pembahasan Pancasila yang merupakan perpaduan metode analisis dan sintetis
Hermeneutika
Digunakan untuk menemukan makna dibalik objek
Koherensi Historis
Pemahaman, Penafsiran dan Interpretasi

BERSISTEM
Hubungan dalam sistem : Interelasi artinya berhubungan
Interpedensi artinya ketergantungan
Sifat sistem : Koheren (runtut)
Sehingga sila-sila Pancasila menjadi kesatuan yang sistematik
UNIVERSAL
Berarti tidak terbatas untuk waktu, ruang, keadaan, situsi, kondisi, dan jumlah.
Hakikatnya : Ontologis Nilai Pancasila
Intisari / esensi
Makna sila-sila universal
Tingkatan pengetahuan ilmiah : Deskriptif : Bagaimana
Kausal : Mengapa
Normatif : Kemana
Essensial : Apa
Proses kausalitas Pancasila : Materialis
Formalis
Effisien
Finalis
Pengamalan : Das Sollen : yg seharusnya
Das Sein : kenyataan

- - { BEBERAPA PENGERTIAN PANCASILA } - -

Lingkup pengertian : Etimologis


Historis
Terminologis

SECARA ETIMOLOGIS
Bahasa Sansekerta India
o Panca : lima
o Syila : batu sendi, alas, dasar
o Syiila : peraturan tingkah laku yang baik
Berbatu sendi 5
Dasar yang memiliki 5 unsur

Kitab Tripitaka
o Suttha Pitaka
o Abhidama Pitaka
o Vinaya Pitaka

Five Moral Principles, menurut Budha :


o Panatipada veramani sikhapadam samadiyani
Jangan membunuh
o Dinna dana veramani sikhapadam samadiyani
Jangan mencuri
o Kameshu micchacara veramani sikhapadam samadiyani
Jangan berzina
o Musawada veramani sikhapadam samadiyani
Jangan berbohong
o Surya meraya masjja pamada tikana veramani
Jangan mabuk

Syair Pujian Empu Prapanca (sarga 53 bait 2)


Yatnaggegwani Pancasyiila Kertasangkarbhisekaka krama berarti 5 pantangan, berupa :
o Mateni : Membunuh
o Maling : Mencuri
o Madon : Berzina
o Mabok : Mabuk
o Main : Berjudi

SECARA HISTORIS
Menurut Mr.Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
o Peri Kebangsaan
o Peri Kemanusiaan
o Peri Ketuhanan
o Peri Kerakyatan
o Kesejahteraan Rakyat

Yang dituangkan menjadi :


o Ketuhanan Yang Maha Esa
o Kebangsaan Persatuan Indonesia
o Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
o Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
o Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Menurut Ir. Soekarno (1 Juni 1945)


o Nasionalisme / Kebangsaan Indonesia
o Internasionalisme / Perikemanusiaan
o Mufakat / Demokrasi
o Kesejahteraan Sosial
o Ketuhanan yang Berkebudayaan

Dalam perkembangannya PANCASILA diusulkan menjadi TRISILA yang berisi :


o Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme
o Sosiso Demokrasi : Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat
o Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam perkembangannya TRISILA diusulkan menjadi EKASILA yang merupakan gotong


royong

Menurut Piagam Jakarta (22 Juni 1945)


o Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
o Kemanusiaan yang adil dan beradab
o Persatuan Indonesia
o Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan perwakilan
o Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

SECARA TERMINOLOGIS
Bagian UUD 1945
o Pembukaan (4 alinea)
o 37 Pasal
o Peraturan Peralihan (4 pasal)
o Aturan Tambahan (2 ayat)
Konstitusi RIS (berlaku sejak 29 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950)
o Ketuhanan Yang Maha Esa
o Peri Kemanusiaan
o Kebangsaan
o Kerakyatan
o Keadilan Sosial

UUDS 1950 (berlaku sejak 17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959)


o Ketuhanan Yang Maha Esa
o Peri Kemanusiaan
o Kebangsaan
o Kerakyatan
o Keadilan Sosial

Kalangan Masyarakat
o Ketuhanan Yang Maha Esa
o Peri Kemanusiaan
o Kebangsaan
o Kedaulatan Rakyat
o Keadilan Sosial

Pembukaan UUD 1945 dan TAP MPR XX/MPRS/1966 dan INPRES No.12,13 April 1968
menegaskan :
Pengucapan, penulisan, dan rumusan Pancasila yang sah dan benar adalah PEMBUKAAN
UUD 1945
RANGKUMAN PENDIDIKAN
PANCASILA PROF.KAELAN BAB 2
Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

BABII
PANCASILA
DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN PANCASILA

Untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati
diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia
untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu asa hidup bersama demi
kesejahteraan hidup bersama, yaitu negara yang berdasarkan Pancasila.

A. ZAMAN KUTAI
Masyarakat Kutai memebuka sejarah Indonesia pertama kalinya menampilkan nilai sosial
politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan kenduri serta sedekah pada para Brahmana.

B. ZAMAN SRIWIJAYA
Tiga tahap pembentukan negara Indonesia :
1. Sriwijaya/ syailendra (600-1400) kedatuan
2. Majapahit (1293-1525) keprabuan
3. Modern (17 Agustus 1945-sekarang)

Marvuat vanua criwijaya siddhayatra subhiksa berarti suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur, hal ini merupakan cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara yang
sudah tercermin sejak zaman kerajaan Sriwijaya.

C. ZAMAN KERAJAAN SEBELUM MAJAPAHIT


Banyak kerajaan kecil yang mendukung akan lahirnya kerajaan Majapahit seperti Isana,
Kalasan, Darmawangsa,dll.

D. ZAMAN MAJAPAHIT
Empu Prapanca menilis Negarakertagama yang memuat istilah Pancasila. Begitu juga Empu
Tantular yang mengarang kitab Sutasoma yang memuat Bhineka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Magrua yang berarti walau berbeda namun satu jua adanya sebab tidak ada agama
yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama
pada saat itu, yaitu Hindu dan Budha.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-
menteri di paseban keprabuan Majapahit tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh nusantara raya sebagai berikut : Saya barua akan berhenti berpuasa makan pelapa,
jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara.Impian ini telah
mempersatukan silayah nusantara dalam sebuah kesatuan menjadi kenyataan hingga saat ini.
E. ZAMAN PENJAJAHAN
Belanda terbukti menindas rakyat Indonesia melalui berbagai cara, namun berkat kegigihan
para pejuang untuk bebas dari penjajah, kerajaan dan pemerintahan yang ada saat itu
melakukan perundingan silih berganti.
Namun, semua perlawanan senantiasa kandas karena tidka disertai rasa persatuan dan
kesatuan dalam menaklukkan penjajah.

F. KEBANGKITAN NASIONAL
Terjadinya pergolakkan kebangkitan dunia timur mendorong bangkitnya semangat kesadaran
berbangsa yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo, disusul dengan lahirnya SDI, SI,
Indische Partij, PNI, dll.
Munculnya organisasi kepemudaan menunjukkan bahwa persatuan untuk melawan penjajah
mulai terealisasikan.

G. ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG


Indonesia jatuh ke tangan Jepang karena Belanda takluk pada Jepang. Tak ada bedanya
dengan Belanda, Jepang pun memeras tenaga rakyat untuk kepentingan Jepang.
Janji merdeka diberikan pada Indonesia berkali-kali melalui BPUPKI dan PPKI. BPUPKI
mengadakan sidang untuk mewujudkan keinginan merdeka, yaitu pada :
1. 29 Mei 1945 1 Juni 1945
Membahas usulan0usulan rumusan dasar negara. Sidang ini dihadiri oleh beberapa tokoh
penting, seperti :
Mr. Muh. Yamin
Prof. Dr. Soepomo
Ir. Soekarno

2. 10 Juli 1945 16 Juli 1945


Membentuk Panitia Sembilan untuk membuat pembukuan hukum dasar yang lebih kita
kenal dengan istilah Undang-Undang Dasar.

H. SIDANG PPKI
1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebagai
berikut :
Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian berfungsi
sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyelidik pada
tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan
perubahan Piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan musyawarah
darurat.

2. Sidang Kedua (19 Agustus 1945)


Pada sidang kali ini, PPKI berhaisl menetapkan daerah Propinsi sebagai berikut :
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Sumatera
Borneo
Sulawesi
Maluku
Sunda Kecil

3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)


Sidang ketiga ini dilakukan pembahasan terhadap agenda tentang Badan Penolong Keluarga
Korban Perang, adapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas delapan pasal. Salah
satu dari pasal tersebut yaitu, pasal 2 dibentuklah suatu badan yang disebut Badan
Keamanan Rakrat (BKR)

4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945)


Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional
Indonesia, yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.

I. PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN SIDANG PPKI


Proklamasi Jepang kalah perang melawan tentara sekutu, Jepang terdesak memberikan
kemerdekaan Indonesia melalui PPKI sebagai tim perncang kemerdekaan Indoensia.
PPKI beranggotakan 21 orang, yang tidak satupun anggotanya dari pihak Jepang sehingga
dapat leluasa merundingkan proklamasi untuk kemerdekaan Indonesia.

J. MASA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN


Arti proklamasi kemerdekaan bagi Indonesia :
1. Secara yuridis, Proklamasi menjadi awal tidak berlakunya hukum kolonial, dan mulai
berlakunya hukum masional.
2. Secara politis ideologis, Proklamasi berarti bahwa Indonesia terbebas dari penjajahan dan
memiliki kedulatan untuk menentukan nasib sendiri.

Pembentukan Negara RIS


Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memeliki kedaulatan. Oleh karena itu,
persetujuan KMB bukanlah penyerahan kedaulatan, melainkan pengalihan atau pengakuan
kedaulatan.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Ketidakstabilan negara disegala bidang membuat Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang berisi :
Membubarkan Konstituante
UUDS 1950 tidak berlaku lagi dengan diberlakukannya UUD 1945
Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Landasan hukum Dekrit adalah hukum darurat :


Hukum tata negara darurat subjektif
Hukum tata negara darurat objektif

Masa Orde Baru


Muncul Tritura akibat adanya peristiwa pemberontakan PKI yang berisi :
Pembubaran PKI
Pembersihan kabinet dari unsur PKI
Penurunan harga kebutuhan pokok
Pemerintahan orde baru melaksanakan program-programnya dalam upaya merealisasikan
pembangunan nasional sebagai perwujudan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen.

RANGKUMAN PENDIDIKAN
PANCASILA PROF. KAELAN BAB 3
Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Jika seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu sumbernya rasio maka orang
tersebut berfilsafat rasionalisme. Jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup ini
yang terpenting adalah kenikmatan, kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini
disebut hedonisme.

Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani :

1. Philein yang berarti cinta


2. Sophos yang berarti hikmah/ kebijaksanaan/ wisdom
3. Secara harfiah, filsafat mengandung makna kebijaksanaan.
Bidang ilmu yang mencakup filsafat :
1. Manusia
2. Alam
3. Pengetahuan
4. Etika
5. Logika

Filsafat secara menyeluruh berarti :


A. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada
zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia sebagai hasil dari aktivitas
berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber
pada akal manusia.

B. Filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.


1. Metafisika
Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi bidang-bidang
ontologi, kosmologi, dan antropologi.
2. Epistemologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
4. Logika
Berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumusan dan dalil berfikir yang benar.
5. Etika
Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika
Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan

RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM


Sistem adalah suatu keasatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekarja
sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan utuh yang
memiliki ciri-ciri :
A. Suatu kesatuan bagian-bagian
B. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
C. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
D. Keseluruhan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem)
E. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis
Monopluralis merupakan kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis, memiliki hakikat
secara filosofis yang bersumber pada hakikat dasara ontologis manusia sebagai pendukung
dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia.
2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramida
Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan Pancasila yaitu :
Tuhan
Manusia
Satu
Rakyat
Adil
Hakikat dan inti Pancasila :
Ketuhanan
Kemanusiaan
Persatuan
Kerakyatan
Keadilan
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling
mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang meajemuk tunggal, hierarki piramidal juga dimaksudkan
bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, atau dengan lain perkataan
dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.

KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI KESATUAN SISTEM FILSAFAT


Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis,
dasar epistemologis, dan dasar oskologis sendiri yang berbeda degan sistem filsafat yang
lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain
paham filsafat di dunia.
1. Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dnegan sila lima merupakan cita-cita
harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkannya dalam kehidupan. Sejak
dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangsa Indonesia agar terwujud dalam suatu
masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja, dengan penuh harapan
diupayakan terealisasi dalam setiap tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia.

PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI BANGSA DAN


NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1. Dasar Filofofis
2. Nilai-nilai Pancasila sebagaiNIlai Fundamental Negara

INTI ISI SILA PANCASILA


1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Sila Perstuan Indonesia
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oLeh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
RANGKUMAN PENDIDIKAN
PANCASILA PROF. KAELAN BAB 4
Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat
kritis, mendasar, rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini
merupakan suatu nilai. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat tidak secraa langsung
menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis
melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.

Norma-norma tersebut meliputi :


1. Norma moral
Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Dalam
kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma moralitas
atau norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan sistem etika dalam maasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara Indoensia. Nilai-nilai
Pancasila sebenarnya berasal dari Bangsa Indonesia sendiri atau dnegan lain perkataan
bangsa Indonesia sebagai asal mula materi (kausa materialis) nilai-nilai Pancasila.

PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung
jawab berhadapan dengna pelbagai jaaran moral.
Etika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Etika Umum
2. Etika Khusus:
o Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri
o Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap manusia lain.

PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN MORAL


A. PENGERTIAN NILAI
Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pad asuatu benda untuk memuaskan
manusia. Jadi hakikatnya, nilai merupakan sifat atau kualitas yang melakat pada suatu objek,
bukan objek itu sendiri.
B. HIERARKI NILAI
Kelompok nilai menurut tinggi dan rendahnya :
Nilai-nilai kenikmatan
Nilai-nilai kehidupan
Nilai-nilai kejiwaan
Nilai-nilai kerohanian

Golongan manusia menurut Walter G.Everet :


Nilai-nilai ekonomis
Nilai-nilai kejasmanian
Nilai-nilai hiburan
Nilai-nilai sosial
Nilai-nilai watak
Nilai-nilai estetis
Nilai-nilai intelektual
Nilai-nilai keagamaan

Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam :


Nilai material
Nilai vital
Nilai kerohanian :
1. Nilai kebenaran
2. Nilai keindahan
3. Nilai kebaikan
4. Nilai religius

NILAI DASAR,NILAI INSTRUMENTAL dan NILAI PRAKTIS


NILAI DASAR
Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun berkaitan dengan tingkah laku
manusia atau segala aspek kehidupan manusia yang bersifat nyata.
Nilai bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu
misalnya Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.
NILAI INSTRUMENTAL
Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan, sehingga dapat dikatakan
bahwa nilai instrumental juga merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
NILAI PRAKSIS
Merupakan perwujudan dari nilai instrumental sehingga dapat berbeda-beda wujudnya,
namun demikian tidak bisa menyimpang atau bahkan tidak dapat bertentangan karena nilai
dasar, nilai instrumental dan nilai praksis merupakan suatu sistem perwujudan yang tidak
boleh menyimpang dari sistem tersebut.
BAB 5
Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

A. PENGERTIAN ASAL MULA PANCASILA


Pancasila terbentuk melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Secara kausalitas, Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilainya
telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai istiadat,
kebudayaan dan nilai-nilai religius. Agar memiliki pengetahuan yang lengkap tentang proses
terjadinya Pancasila, maka secara ilmiah harus ditinjau berdasarkan proses kausalitas.

1. Asal Mula yang Langsung


Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles, adapun berkaitan dengan asal mula yang
langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai
dasar filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi Kemerdekaan
yaitu sejak dirumuskan para pendiri negara sejak sidang BPUPKI pertama. Adapun rincian
asal mula langsung Pancasila adalah sebagai berikut :

a. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)


Asal Bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam kepribadian
dan pandangan hidup.

b. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)


Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama Drs. Moh.Hatta serta anggota
BPUPKI lainnya yang merumuskan dan membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk,
rumusan serta nama Pancasila.

c. Asal Mula Karya (Kausa Effisien)


Asal mula karyanya adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan atas kuasa pembentuk
negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah.
d. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Asal mula tujuan adalah para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk Soekarno dan
Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI
sebgaai dasar negara yang sah.
2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari
bangsa Indonesia dengan rincian berikut :
a. Unsur Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar filsafat negara yaitu :
Nilai Ketuhanan
Nilai Kermanusiaan
Nilai Persatuan
Nilai Kerakyatan
Nilai Keadilan

b. Terkandung dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara yaitu :


Nilai adat istiadat
Nilai kebudayaan
Nilai religius

c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal mula tidak
langsung nilai-nilai Pancasila.

Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau bahkan hasil sintesa
paham-paham besar dunia, melainkan pandangan hidup bangsa Indonesia.

3. Bangsa Indoenesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara


Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah kebangsaan
Indonesia yang terangkum dalam tiga asas atau Tri Prakara, yaitu :
a. Pancasila Asas Kebudayaan
b. Pancasila Asas Religius
c. Pancasila Asas Kenegaraan

B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA


Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi
masing-masing yang konsekuensi aktualisasinya pun memiliki aspek yang berbeda-beda,
walaupun hakikat dan sumbernya sama.

1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah suatu wawasan
yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hiudp berfungsi sebagai kerangka acuan
baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam
masyarakat serta alam sekitarnya. Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi
bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat disebut sebagai ideologi negara.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut :
a. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber
tertib hukum) Indonesia.
b. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945.
c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
d. Mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah memegang teguh cita-
cita moral rakyat yang luhur.
e. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945 bagi penyelenggara negara.
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan
budaya bangsa. Karena ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
a. Pengertian Ideologi
Ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau sering kita sebut sebagai cita-cita.
Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan,
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut :
Bidang Politik
Bidang Sosial
Bidang Kebudayaan
Bidang Keagamaan

Ideologi negara yang merupakan sistem kenegaraan utnuk rakyat dan bangsa pada hakikatnya
merupakan asas kerohanian yang memilki ciri khas diantaranya :
Mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup


Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup yang membenarkan
pengorbanan masyarakat. Bukan hanya berupa nilai dan cita-cita tertentu melainkan sebuah
tuntutan bagi rakyatnya.
Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang tidak hanya dibenarkan,
dibutuhkan karena bukan merupakan paksaan dari pihak luar melainkan digali dan diambil
dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.

c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif


Ideologi partikular diartikan sebagai suatu keyakinan yang tersusun secara sistematis dan
terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam masyarakat.
Ideologi komprehensif diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua
aspek kehidupan sosial yang memiliki cita-cita melakukan transformasi sosial besar-besaran
emnuju bentuk tertentu.

d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi


Dari tradisi sejarah filsafat barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi seperti
liberalisme, kapitalisme, marxisme leninisme, maupun nazisme dan facisme bersumber kepda
aliran-aliran filsafat yang berkembang disana.

C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN PAHAM IDEOLOGI BESAR


LAINNYA DI DUNIA
1. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Ideologi Pancasila mengakui kebebasan dan kemerdekaan individu yang
berarti tetap mengakui dan menghargai kebebasan individu lain.

2. Negara Pancasila
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka bangsa Indonesia
mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang karena
ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa ini mendirikan suatu
negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan, Negara Kebangsaan
serta Negara yang bersifat Integralistik.

a. Paham Negara Persatuan


Merupakan kesatuan unsur-unsur yang membentuknya berupa rakyat, wilayah, dan
kedaulatan pemerintah.

Bhineka Tunggal Ika


Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa meskipun
bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat
istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda, memiliki agama yang berbeda dan terdiri
dari beribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya merupakan suatu
persatuan yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia.

b. Paham Negara Kebangsaan


Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, dan bangsa yang hidup
dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka pengertian ini disebut
sebagai negara.

Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam merealisasikan
harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah suatu totalitas kelompok
masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana terjadi pada bangsa
sosialis komunis.

Teori Kebangsaan
Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa, diantaranya :
i. Teori Hans Kohn
Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan
kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari anasir serta akar yang
terbentuk melalui suatu proses sejarah.

ii. Teori Kebangsaan Ernest Renan


Pokok pikiran bangsa adalah sebagai berikut :
Bangsa adalah suatu jiwa, asas kerohanian.
Bangsa adalah solidaritas besar, hasil sejarah.
Bangsa bukan sesuatu yang abadi.
Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.
iii. Teori Geopolitik Frederich Ratzel
Negara merupakan suatu organisme yang hidup yang memiliki hubungan wilayah geografis
dengan bangsa.

iv. Negara Kebangsaan Pancasila


Pancasila bersifat mejemuk tunggal. Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme Indonesia
adalah sebagai berikut :
Kesatuan Sejarah
Kesatuan Nasib
Kesatuan Kebudayaan
Kesatuan Wilayah
Kesatuan Asas Kerohanian

c. Paham Negara Integralistik


Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya merupakan
suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian ini, Indonesia
dengan keanekaragamannya membentuk suatu kesatuan integral sebagai suatu bangsa yang
merdeka.
Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangannya adalah
sebagai berikut :
Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya.
Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang organis.
Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan, tidak menganggap kepentingan seseorang
sebagai pusat.
Negara tidak hanya menjamin kepentingan seseorang atau golongannya saja namun
menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya.
d. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan. Maka, bangsa
dan negara sebagai totalitas yang integral adalah berketuhanan, demiian pula setiap warganya
juga berKetuhanan Yang Maha Esa.

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa


Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna terdapat
kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dan negara Yng merupakan dasar
untuk memimpin cita-cita kenegaraan untuk menyelenggarakan yang baikbagi masyarakat
dan penyelenggara negara.

Hubungan Negara dan Agama


Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat
dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai
manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam hubungan dengan manusia lain untuk
mencapai tujua bersama. Oleh karena itu, negara memiliki sebab akibat langsung dengan
manusia karena manusia adalah sebgaai pendiri negara. Hubungan ini sangat ditentukan oleh
dasar ontologis setiap individu.

i. Hubungan Negara dan Agama Menurut Pancasila


Hubungan menurut Pancasila adalah sebagai berikut :
Negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang Berketuhanan yang Maha Esa dengan konsekuensi
setiap warga memiliki hak untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai agama masing-
masing.
Tidak mengakui atheisme dan sekularisme.
Tidak mengizinkan pertentangan agama, golongan agama, inter serta antar pemeluk agama
tertentu.
Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama tertentu.
Memberikan toleransi terhadap pemeluk agama lain yang menjalankan ibadah.
Segala peraturan harus sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Negara merupakan berkah rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

ii. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Theokrasi


Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan,
segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara didasarkan atas firman Tuhan.

Negara Theokrasi Langsung


Doktrin dan ajaran yang berkembang dalam negara Theokrasi langsung sebagai upaya
memperkuat dan meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam negara.

Negara Theokrasi Tidak Langsung


Bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan Kepala Negara atau Raja
yang memerintah negara atas kehendak Tuhan.

iii. Hubungan Negara dan Agama Menurut Sekularisme


Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara. Bentuk, sistem
segala aspek kenegaraan tidak ada hubungannya dengan agama. Sekularisme bepandanagn
bahwa masalah keduniawian berhubungan dengan manusia saja tanpa Tuhan.
e. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan
Beradab
Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan Beradab,
mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat kodrat manusia. Kebangsaan
Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, bukan suatu kebangsaan yang
Chauvimisme.

f. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan


Pokok-pokok yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan negara dapat
dirinci sebagai berikut :
Manusia Indonesia sebagai warga negara dan masyarakat mempunyai kedudukan dan hak
yang sama.
Dalam menggunakan hak-haknya, selalu memperhatikan dan mempertimbangkan
kepentingan negara dan masyarakat.
Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada dasarnya tidak
dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.
Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu dimusyawarahkan.
Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.
Musyawarah untuk mencapai mufakat disertai semangat kebersamaan.

g. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan sosial


Sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial maka negara Indonesia harus mengakui
dan melindungi hak asasi manusia. Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa dan
negara harus terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial) yang meliputi 3 hal :
Keadilan Distributif
Keadilan Legal
Keadilan Komutatif
3. Ideologi Liberal
Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama yang disebut
negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan merupakan unsur fundamental.
Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang merupakan sumber
perbedaan konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa rakyat adalah
sebagai suatu kesatuan integral dari elemen-elemen yang menyusun negara, bahkan
komunisme menekankan bahwa rakyat adalah suatu totalitas di atas eksistensi individu.

4. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Liberalisme


Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan dan
ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya.

5. Ideologi Sosialis Komunis


Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara sebagai manifestasi dari manusia sebagai
makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir dengan
kemenangan pada pihak kelas proletar. Hak asasi manusia hanya berpusat pada hakkolektif,
sehingga hak individual pada hakikatnya tidak ada.

6. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Komunisme


Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, melarang
dan menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi sehingga
nilai manusia ditentukan oleh materi.
BAB 6
Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

PANCASILA
DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. PENGANTAR
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan
populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini, Pancasila merupakan
sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk
sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya, seluruh
peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu Undang-Undang
Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun konvensi.
Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang Dasar negara.
Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban warga negara,
keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara.
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki
kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan berada
pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.

B. PEMBUKAAN UUD 1945


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal UUD 1945,
disahkan oleh Ppki pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diundangkan dalam Berita Republik
Indonesia Tahun II No.7.
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal-pasal UUD
1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan, namun
keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis.

1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi


Keududukan Pembukaan Uud 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia memiliki
dua aspek yang sangat fundamental yaitu :
a) Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia
b) Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala
sumber hukum Indonesia.

2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Aadanya Tertib Hukum Indonesia


Syarat-syarat tertib hukum Indonesia dianataranya adalah :
a) Adanya kesatuan subjek
b) Adanya kesatuan asas kerohanian
c) Adanya kesatuan daerah
d) Adanya kesatuan waktu

3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental


a) Dari segi terjadinya
Ditemukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir sebagai
penjelmaan kehendak Pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertntu sebagai dasar-
dasar negara yang dibentuknya.

b) Dari segi isinya


Memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut :
1) Dasar tujuan negara
2) Ketentuan diadakannya UUD Negara
3) Bentuk negara
4) Dasar filsafat negara

4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara Republik
Indonesia
Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 194 sebagai naskah Proklamasi yang
terinci sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan RI, serta dalam ilmu hukum memenuhi
syarat bagi terjadinya suatu tertib hukum Indonesia dan sebagi Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental.

5. Tujuan Pembukaan UUD 1945


Alinea I : mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan sudah selayaknya,
karena berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari moral bangsa Indonesia untuk
merdeka.
Alinea II : menetapkan cita-cita Indonesia yang ingin dicapai dengan kemerdekaan yaitu
terpeliharanya secara ungguh-sungguh kemerdekaan dan kedauatan negara, kesatuan bangsa,
negara dan daerah atas keadlian hukum dan moral bagi diri sendiri dan pihak lain serta
kemakmuran bersama yang berkeadlian.
Alinea III : menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi permulaan dan dasar hidup
kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia yang luhur dan suci dalam
lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Alinea IV : melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar tertentu sebagai
ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap dan praktis yaitu dalam realisasi hidup bersama
dalam suatu negara Indonesia.
6. Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang Terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945

C. HUBUNGAN PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UUD 1945


Dalam hubungannya dengan Batang Tubuh UUD 1945, menempatkan pembukaan UUD
1945 alinea IV pada kedudukan yang amat penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa
sebenarnya hanya alinea IV Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti sari Pembukaan
dalam arti sebenarnya.

D. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PANCASILA


Pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat
Negara Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal
balik sebagai hubungan secara formal dan hubungan secara material.

E. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PROKLAMASI


Memiliki hubungan yang menunjukkan kesatuanyang utuh dan apa yang terkandung dalam
pembukaan adalah merupakan amanat daris eluruh Rakyat Indonesia tatkala mendirikan
negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama.
RANGKUMAN PENDIDIKAN
PANCASILA PROF. KAELAN BAB 7
Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

PANCASILA
SEBAGAI PERADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA
DAN BERNEGARA

A. PENGERTIAN PARADIGMA
Paradigma merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum
sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Dalam masalah ini, istilah paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung
konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan
tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu
termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi maupun pendidikan.

B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


Pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa yang mencakup akal, rasa dan kehendak,
asepk raga, aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan
ketuhanannya. Kemudian dijabarkan dalam bebagai bidang pembangunan antara lain politik,
ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi serta agama.

C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI


Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang sering diteriakkan
dengan jargon reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumbernya itu
sendiri. Reormais harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan bagi
bangsa Indonesia Nilai-Nilai Pancasila itulah yang merupakan paradigma Reformasi Total
tersebut.

GERAKAN REFORMASI
Awal keberhasilan gerakan Reformasi ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada 21
Mei 1998 yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B. J. Habibie
menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet
Reformass Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan
transisi yang akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara
menyeluruh, terutama pengubahan 5 paket UU. Dengan demikian, reformasi harus diikuti
juga dengan reformasi hukum bersama aparat penegaknya serta reformasi pada berbagai
instansi pemerintahan.
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI HUKUM
Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan jaman, begitu
pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang dinamis.
Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang dilakukan oleh manusia, tidak
menutup kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa
yang telah diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-
nilai yang menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Yaitu sila pancasila.
Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara indonesia guna melaksanakan pembangunan
nasional, reformasi, dan pendidikan pada khususnya.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI POLITIK


Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, karena
sistem politik negara harus berdasarkan hak dasar kemanusiaan, atau yang lebih dikenal
dengan hak asasi manusia. Sehingga sistem politik negara pancasila mampu memberikan
dasar-dasar moral, diharapakan supaya para elit politik dan penyelenggaranya memiliki budi
pekerti yang luhur, dan berpegang pada cita-cita moral rakyat yang luhur. Sebagai warga
negara indonesia manusia harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik, bukan
sekedar objek politik yang diharapkan kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan adalah
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Karena Pancasila sebagai paradigma dalam
berpolitik, maka sistem politik di indonesia berasaskan demokrasi, bukan otoriter.
Berdasar pada hal diatas, pengembangan politik di indonesia harus berlandaskan atas moral
ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan,
apabila pelaku politik baik warga negara maupun penyelenggaranya berkembang atas dasar
moral tersebut maka akan menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral yang baik.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI EKONOMI


Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem
ekonomi harus mandasarkan pada moralitas ketuhanan, dan kemanusiaan. Hal ini untuk
menghindari adanya pengembangan ekonomi yang cenderung mengarah pada persaingan
bebas, yaitu yang terkuat dialah yang akan menang, seperti yang pernah terjadi pada abad ke-
18, yaitu tumbuhnya perekonomian kapitalis. Dengan adanya kejadian pada abad ke-18
tersebut, maka eropa pada awal abad ke-19 bereaksi untuk merubah perkembangan ekonomi
tersebut menjadi sosialisme komunisme, yang berjuang untuk nasib rakyat proletar yang
sebelumnya ditindas oleh kaum kapitalis.
Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi mensejahterakan rakyat luas,
sistem ekonomi ini di kembangkan oleh mubyarto, yang tidak hanya mengejar pertumbuhan
saja melainkan demi kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah
memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera, oleh sebab itu kita
harus menghindarkan diri dari persaingan bebas, monopoli dan yang lainnya yang berakibat
pada penderitaan dan penindasan manusia.

D. AKTUALISASI PANCASILA
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi objektif dan
subjektif. Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan
kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif maupun
yudhikatif. Sedangkan aktualisasi subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu
terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.

E. TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI


Pendidikan tinggi sebgai institusi dalam masyarakat bukanlah merupakan menara gading
yang jauh dari kepentingan masyarakat malainkan, senantiasa mengemban dan mengabdi
kepada masyarakat. Maka menurut PP no.60 Tahun 1999, bahwa perguruan tinggi memiliki
tiga tugas pokok yang disebut Tridharma Perguruan Tinggi, yatu :
1) Pendidikan Tinggi
2) Penelitian
3) Pengabdian Kepada Masyarakat

F. BUDAYA AKADEMIK
Terdapat beberapa ciri masyarakat ilmiah sebgaai budaya akademik, yaitu :
1) Kritis
2) Kreatif
3) Objektif
4) Analitis
5) Konstruktif
6) Dinamis
7) Dialogis
Menerima Kritik
9) Menghargai Prestasi Ilmiah/Akademik
10) Bebas dari Prasangka
11) Menghargai Waktu
12) Memiliki dan Menjunjung Tinggi Tradisi Ilmiah
13) Berorientasi ke Masa Depan
14) Kesejawatan/Kemitraan

Anda mungkin juga menyukai