LI
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,
adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara
klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu
satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002).
Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis dimana
seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru
versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu
Organik
Ada kelainan di otak. Seperti trauma, infeksi, gg vaskularisaasi
Fungsional
Tidak ada gangguan di otak, penyebabnya idiopatik
Delerium
Dementia
Sindroma Amnestik dan
Ggn. Mental
halusinosis organic
Organik
Sindroma waham organic
Sindroma afektif organic
Sindroma Kepribadian
organik Intoksikasi dan
Gangguan Sindroma Putus Zat
Psikotik
Skizofrenia
Gangguan afektif berat
Ggn. Psikotik Gangguan Paranoid
Fungsional Psikosis Non Organik
lainnya
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-kharisatun-5764-2-
babii.pdf
dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku
(PPDGJ-III)
Penilaian Multiaksial
DSM-IV adalah suatu system multiaksial yang menilai pasien dalam beberapa
variable dan mempunyai 5 aksis.
Aksis I mengandung gangguan klinis dan kondisi lain yang mungkin
merupakan pusat perhatian klinis.
Aksis III menuliskan tiap gangguan fisik atau kondisi medis umum
yang ditemukan di samping gangguan mental. Kondisi fisik mungkin
merupakan kausatif dari gangguan mental, akibat dari gangguan mental,
atau gangguan medis yang tidak berhubungan. Jika suatu gangguan medis
adalah sebagai penyebab atau secara penyebab berhubungan dengan suatu
gangguan mental, gangguan mental karena kondisi umum dituliskan pada
Aksis I dan kondisi mental umum dituliskan pada Aksis I maupun Aksis III.
0
(Buku saku diagnosis gangguan jiwa, PPDGJ-III)
90-81 + (minimal) - -
80-71 ++ (dpt diatasi) + -
2. Proses Berpikir
Suatu proses intra psikik yang meliputi pengolahan dari berbagai
fikiran dan faham dengan jalan membayangkan. Mengkhayalkan,
memahami, membandingkan dan menarik kesimpulan sehingga terjadi
fikiran dan faham baru.
Yang diperhatikan :
Bentuk Pikiran
Progresi / kelancaran / arus pikiran
Isi pikiran
reaksi.
- Sopor, kesadarannya seperti orang yang tidur lelap, dimana ingatan,
perhatian mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak berarti.
dalam waktu yang singkat terhadap suatu situasi, dengan tidak memandang
c. Selective, yaitu perhatian yang kurang selektif sehingga mudah lupa dan
sulit mengenali.
3) Gangguan Emosi
a. Afek
minumbulkannya.
b. Mood
mudah melambung.
waham kebesaran.
- Ectasy, yaitu emosi senang disertai dengan rasa hati yanhg aneh, penuh
kembali.
4) Gangguan Psikomotor
a. Katatonia
- Posturing
b. Hiperaktif
- TIC, yaitu gerakan-gerakan muncul ketika cemas.
- Grimace
gerak).
c. Negativisme
a. Bentuk pikir:
dengan kenyataan.
b. Isi pikir:
ulang, biarpun tak dikehendaki dan diketahui tidak wajar atau tidak
mungkin terjadi.
- Fobia, yaitu rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau
- Fantasi, yaitu isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
c. Progesi/jalan pikir:
- Inkoherensi, yaitu keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu ide
umum.
berhenti.
6) Gangguan Pembicaraan
berhenti.
pertanyaan pemeriksa.
7) Gangguan Persepsi
a. Halusinasi:
- Auditorik
- Olfaktori
- Gustatorik
- Taktil
- Hipnagogik
- Hipnopompik
- Visual
kenyataan.
8) Gangguan Memori
atau seluruhnya. Ada dua macam amnesia, yaitu antegrade dan retrograde.
b. Paramnesia, yaitu ingatan yang keliru (ilusi ingatan) karena distorsi
fausse reconnaissance.
Simptom positif dan negatif bisa terjadi pada gangguan jiwa psikotik dan
neurotik atau keduanya ? neurotik bisa
Setiap orang memiliki respons terhadap amarah yang berbeda-beda, ada yang
meluap-luap tapi ada pula yang biasa saja. Penyebab orang mudah marah ini
ternyata dipengaruhi oleh kadar serotonin di dalam otak.
Studi ini memerupakan yang pertama dalam menunjukkan bagaimana bahan kimia
ini membantu mengatur perilaku dalam otak. Hasil studi ini diterbitkan dalam
jurnal Biological Psychiatry.
Didapatkan kadar serotonin yang rendah dalam otak membuat komunikasi antara
daerah otak dari sistem limbik yang mengatur emosional (amigdala) dan lobus
frontal menjadi lebih lemah dibanding dengan orang yang kadar serotoninnya
normal.
Kondisi ini menunjukkan ketika kadar serotonin di otak rendah maka akan sulit
bagi daerah otak korteks prefrontal untuk mengontrol respons emosional
terhadap kemarahan yang dihasilkan dalam amigdala.
Jika komunikasi lemah maka lebih sulit bagi korteks prefrontal untuk mengontrol
perasaan marah yang dihasilkan dalam amigdala. Akibatnya orang-orang ini akan
cenderung lebih agresif dan paling sensitif.
Emosi adalah suasana perasaan yang dihayati secara sadar bersifat kompleks,
melibatkan pikiran, persepsi dan perilaku individu. Secara deskriptif
fenomenologis
Emosi dibedakan antara mood dan afek.
Gejala Gangguan Mental Pada Mood
Mood
adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang
mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
1. Mood eutimia: adalah suasana perasaan dalam rentang normal, yakni individu
mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan irama hidupnya.
2. Moodhipotimia:adalah suasana perasaan yang secara pervasive diwarnai dengan
kesedihan dan kemurungan. Individu secara subyektif mengeluhkan tentang
kesedihan dan kehilangan semangat. Secara obyektif tampak dari sikap murung
dan perilakunya yang lamban.
3. Mood disforia: menggambarkan suasana perasaan yang tidak menyenangkan.
Seringkali diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel, atau bosan.
http://www.psikoterapis.com/files/rangkuman-gejala-gangguan-psikologis.pdf
Definisi
Macam
Sifat
Tidak dapat diubah oleh orang lain, sekalipun dengan jalan yang logis
dan rasional
(pskiatri II simptomatologi)
(Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003)
b) Aksis II:
c) Aksis III
d) Aksis IV
hukum, psikososial)
e) Aksis V
Scale)
100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi.
90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian
biasa.
80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
social.
30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu
meramalkan outcome.
Tergantung dari gambaran klinis, ada tidaknya tanda dan gejala, dan
intensitasnya. Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical of Mental
Disorder)
I. Ringan
Terdapat beberapa gejala, jika ada yang melebihi dari yang
diperlukan untuk membuat diagnosis, dan gejala yang menyebabkan
tidak lebih dari gangguan ringan dalam fungsi sosial dan pekerjaan
II. Sedang
Terdapat gejala atau gangguan fungsional yang berada diantara
ringan dan berat
III. Berat
Terdapat banyak gejala yang melebihi yang diperlukan untuk
membuat diagnosis, atau beberapa gejala yang khususnya berat atau
gejala yang menyebabkan gangguan jelas dalam funsi sosial atau
pekerjaan
IV. Dalam remisi parsial
Kriteria sepenuhnya untuk gangguan sebelumnya pernah dipenuhi,
tetapi sekarang hanya beberapa gejala dan tanda dari gangguan
yang tertinggal
V. Dalam remisi penuh
Tidak ada lagi tanda dan gejala dari gangguan tetapi secara klinis
masih relevan dengan gangguan yang dimaksud
(Sinopsis Psikiatri)
4. Terapi
Farmakoterapi
Psikoterapi
Terapi sosial
Terapi okupasi
Lain-lain
5. Tindak-lanjut
Evaluasi terapi
Evaluasi diagnosis
Lain-lain
SUMBER STRESSOR :
Jika total lebih dari 300 90% jatuh sakit berat 6 bulan mendatang
MENGHADAPI STRESS
1. Merasa gelisah
2. Lekas marah
3. Perasaan sangat lelah
4. Sukar konsentrasi
5. Kehilangan minat terhadap rekreasi yg sebelumnya dapat dinikmati
6. Menjadi khawatir mengenai hal hal yang sebenrnya tidak dapat
diselesaikan dengan perasaan khawatir saja
7. Bekerja berlebihan dan tidak efektif
8. Makin lama makin banyak PR
9. Makin banyak merokok
10. Merasa madesu
A.Halusinasi
Definisi
Persepsi panca indra tanpa rangsang pada reseptor2 panca indra.(persepsi tanpa
objek).
Jenis
Halusinasi pendengaran
Halusinasi Pengelihatan
Halusinasi visual yg tak jelas: dijumpai pada kelainan
cortex cerebra
Halusinasi olfaktorik
temporalis.
Halusinasi Gustatorik
Halusinasi Taktil
adiksi kokain.
Halusinasi Haptik
Halusinasi Kinestetik
Halusinasi Autoskopi
Halusinasi Hipnagogik
Halusinasi Hipnopompik
Persepsi yang palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur, biasanya
Halusinasi auditoris
Halusinasi visual
Halusinasi olfaktoris
Halusinasi Gustatoris
Halusinasi raba(taktil,raba)
Sensasi palsu tentang suatu hal yang terjadi didalam atau terhadap
Halusinasi liliput
hallucination)
hallucination)
atau manic.
Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti
(gustatory)
rasa darah, urine atau feces.
Merasakan pergerakan
Kinesthetic
sementara berdiri tanpa
bergerak
1. Cara Pemeriksaan
Halusinasi Olfaktorik:
Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk mencium
diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya
atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip. Contoh bahan yang
asing sama sekali atau pasien merasa bahwa hal itu seperti sudah
sering dijumpai
itu datang dari dalam kepala atau luar pasien, karena halusianasi
pasien.
2. Fase-fase halusinasi
Fase comforting
Fase comdemning
Fase conquering
halusinasi.
3. DD Halusinasi
Perbedaan halusinasi, ilusi, delusi
dirubah
normal
Ilusi Delusi
10. DD?
DD
Delerium
Dementia
Sindroma Amnestik dan
Ggn. Mental halusinosis organic
Organik Sindroma waham organic
Sindroma afektif organic
Sindroma Kepribadian
organik Intoksikasi dan
Sindroma Putus Zat
Gangguan
Psikotik
Skizofrenia
Gangguan afektif berat
Ggn. Psikotik Gangguan Paranoid
Fungsional Psikosis Non Organik lainnya
ditandai dg hilangnya daya nilai realita dan ggn fungsi mental lain
laku teragitasi dll) serta tdpt hendaya berat dlm fung- si global penderita,
krn kondisi medis umum, ggn psikotik akibat zat, ggn psikotik ytt dan
kecemasan dpt tampak sbg gejala (obsesi, kompulsi, fobia) atau disfungsi
Skizofrenia
berkembang kemudian.
Sejarah :
o Emil Kraepelin
waham.
o Eugen Bleuler
dan perilaku
prekoks.
o Gabriel Langfeldt
skizofreniform
Etiologi
o Model diastesis-stres
Integrasi antara factor biologis, psikososial, dan
lingkungan
o Factor biologis
basalis
Traktus mesolimbik-mesokortikalemosi
hipofifi anterior
hilangnya GABA
parahipokampus
gerakan aneh
o Genetika
o Factor psikososial
Diagnosis
Simptom skizofernia dibagi dalam 5 dimensi :
1. Simptom positif
atau agitasi.
2. Simptom negatif
dan intensitas.
dan produktivitas.
withdrawal).
3. Simptom kognitif
Ganngguan eksekutif
A. Terdapat 2 atau lebih gejala di bawah ini selama satu bulan atau kurang
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi
1. Tipe Katatonik
stupor)
yang menonjol.
tidak sesuai.
3. Tipe Paranoid
tipe katatonik.
5. Tipe Residual
adanya gejala negative atau dua atau lebih gejala dari criteria a
tidak lazim).
6. Skizofrenia Simpleks (Gangguan Deterioratif Sederhana)
negative
social
1. Apabila terdapat 1 atau lebih gejala yang amat jelas (biasanya 2 atau
bawah ini:
broadcasting
g. Perilaku katatonik
h. Gejala negative
depresif atau manic secara luas, penyakit otak yang nyata atau epilepsi
c. Kriteria diagnosis:
kejar.
Cirri khas adanya perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud (empty of
purpose).
a. Jarang ditemukan
b. Criteria diagnosis:
skizofrenia.
b. Kriteri diagnosis:
Adanya riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lalu yang
kronis.
tipe lain
yang nyata.
karakter:
F20.X.0 : berkelanjutan
F20.X.8 : lainnya
mukjizat.
c. HALUSINASI AUDITORIK:
pasien.
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
neologisme
neuroleptika.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
hilangnya minat, hidup tak bertujuan , tidak berbuat sesuatu, sikap larut
WAHAM
kenyataan
5. Tidak dpt dirubah oleh orang lain, sekalipun dg jalan yg logis dan
rasional
lain
orang lain.
jantung bocor
HALUSINASI
c. Jenis2 halusinasi :
Sering berbentuk :
secara tegas
kalimat2 ttt.
lobus temporalis
jg pd adiksi kokain.
6. Halusinasi haptik
lain
7. Halusinasi kinestetik
8. Halusinasi autoskopi
PENANGANAN
Non farmakologi
fungsi sosialnya.
kepuasan hidup.
Farmakologi
Farmakokinetik :
neuroleptik bervariasi.
o Ekskresi melalui urin, feces, keringat, asi, saliva dan air mata.
Indikasi :
o Ggn kepribadian
Kontra indikasi
o Penderita hipersensitif
o Parkinsonisme/ggn ektrapiramidal
o Depresi endogen, depresi berat Keadaan koma, delirium
Efek samping
o Ggn otonomik:
agranulositosis)
PENANGANAN
Non farmakologi
fungsi sosialnya.
kepuasan hidup.
Farmakologi
Farmakokinetik :
neuroleptik bervariasi.
o Ekskresi melalui urin, feces, keringat, asi, saliva dan air mata.
Indikasi :
o Ggn kepribadian
Kontra indikasi
o Penderita hipersensitif
o Parkinsonisme/ggn ektrapiramidal
o Depresi endogen, depresi berat Keadaan koma, delirium
Efek samping
o Ggn otonomik:
agranulositosis)
STEP 4 GAF
Gangguan jiwa
Ringan / neurotik Berat / psikotik
organik Fungsional
Jalur mesofilik
dopamin
mesolimbik mesokondrial
hiperdomapin hipodopamin