Anda di halaman 1dari 7

Prosedur dan Temuan

Evaluasi digunakan untuk memeriksa dan meningkatkan efektivitas training sebaiknya


dilaksanakan pada empat tingkatan, yaitu :

1. Level 1 : Reaksi

Temuan pada level 1 menunjukkan bawah peserta puas terhadap training. Adanya reaksi
positif dari peserta meningkatkan daya tangkap terhadap pengetahuan dan keterampilan
dalam training.

Data dikumpulkan dengan memberikan formulir kepuasan yang diisi setelah pelaksanaan
training. Data yang diterima kemudian ditabulasi dan dianalisis untuk melihat seberapa baik
peserta mampu mengikuti training.

2. Level 2 : Pembelajaran

Temuan pada level ini mengindikasikan bahwa peserta mengalami kemajuan dalam
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan
mendokumentasikan penilaian kinerja yang berkualitas.

Data diperoleh dari jawaban peserta dari soal-soal penilaian kinerja yang diberikan sebelum
dan setelah training. Data kemudian dianalisis untuk mengetahui perubahan data sebelum
dan setelah training dilaksanakan.

3. Level 3 : Perilaku

Temuan pada level 3 menunjukkan bukti bahwa peserta dapat mengimplementasikan


pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan dalam training saat melaksanakan
penilaian kinerja selanjutnya.

Data dikumpulkan dari checklist kualitas perilaku peserta terhadap bagian yang difokuskan
yaitu komunikasi dua arah, dokumentasi yang relevan terhadap penilaian kinerja dan
tujuan.

4. Level 4: Hasil

Temuan di level ini didapatkan dari data yang dikumpulkan pada level 1 hingga level 3.
Pada level ini, hasil analisa data digunakan untuk melihat perubahan pada peserta.
1. Evaluasi Level 1 : Reaksi (Reaction)
Pada tingkat ini keberhasilan suatu pelatihan dapat dievaluasi dari reaksi atau respon
peserta pelatihan. Minat dan keaktifan peserta dalam pelatihan menjadi indikasi bahwa
peserta dapat mengikuti pelatihan dengan antusias dan penuh semangat.
Kepuasan peserta dalam mengikuti pelatihan juga menjadi indikasi bahwa pelatihan diikuti
dengan suasana yang menyenangkan.

Di ujung pelatihan, dalam pelatihan yang bersifat berkesinambungan, peserta menunjukkan


minat yang tinggi untuk mengikuti pelatihan lanjutan.

2. Evaluasi Level 2 : Evaluasi Belajar (Learning)


Kirkpatrick (1998:20) mengemukakan learning can be defined as the extend to which
participans change attitudes, improving knowledge, and/or increase skill as a result of
attending the program.
Dengan demikian, efektifitas pelatihan, dalam level ini, diukur dari dampaknya terhadap
peserta. Apakah setelah pelatihan berakhir ada perubahan dari aspek pengetahuan,
ketrampilan atau perilaku kerja ke arah yang lebih baik, sesuai tujuan diselenggarakannya
pelatihan.

Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan membuat kelompok pembanding.


Sekelompok peserta yang telah diberikan pelatihan dievaluasi dan dibandingkan dengan
kelompok pembanding yakni kelompok peserta yang tidak diberikan pelatihan.

Cara melakukan evaluasi pelatihan lainnya adalah dengan melakukan pre test dan post
test, yaitu peserta diberikan tes terlebih dahulu sebelum pelatihan dijalankan dan sesudah
pelatihan dijalankan.

3. Evaluasi Level 3 : Tingkah Laku (Behavior)


Evaluasi training level 3 ini lebih memfokuskan pada evaluasi pelatihan karyawan dari
aspek perubahan perilaku. Kalau pada level 2, evaluasi pelatihan hanya menekankan
perubahan sikap (internal), pada level 3, evaluasi akan menilai apakah setelah mengikuti
pelatihan peserta mengalami perubahan perilaku yang berdampak pada kinerja.
Oleh karena itu, pada evaluai pelatihan pada level ini disebut sebagai evaluasi terhadap
outcomes pelatihan.
4. Evaluasi tahap 4 : Evaluasi Hasil (Result)
Evaluasi training pada level 4 menekankan pada hasil akhir (result) setelah mengikuti diklat.
Hasil akhir dalam hal ini dapat berupa indicator-indikator kinerja yang nyata seperti
kenaikan produktifitas, peningkatan laba, penurunan biaya, penurunan tingkat kesalahan,
peningkatan kualitas, penurunann keluhan pelanggan.
Oleh karena dampaknya yang langsung pada kinerja perusahaan, diklat yang berorientasi
hasil menjadi kegiatan yang sangat strategis. Oleh sebab itu, sebaiknya dalam penyusunan
proposal kegiatan diklat dapat diidentifikasi secara lebih konkret dampak dari pelaksanaan
diklat sehingga pelaksanaannya dapat lebih terarah.

Cara melakukan evaluasi pelatihan karyawan menjadi kegiatan yang strategik untuk menilai
apakah suatu pelatihan berjalan sesuai tujuan pelatihan yang dirancang sebelumnya.

D. Evaluasi Pelatihan.

Evaluasi setelah pelatihan pada tingkat perilaku dalam pekerjaan sangat penting, karena belum tentu
pengetahuan dan pengalaman pembelajaran yang diperoleh dapat diterapkan dalam pekerjaan, tetapi
perilaku yang baik dalam pekerjaan merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Untuk mengetahui seberapa jauh peserta mengadakan perubahan perilaku dalam pekerjaan setelah
mengikuti pelatihan, evaluasi hendaknya dilaksanakan oleh beberapa pihak, antara lain: peserta sendiri,
atasan peserta, bawahan peserta, teman sekerja dan pasen serta masyarakat.

Salah satu tehnik evaluasi setelah pelatihan yang berhubungan dengan perilaku adalah pendekatan
terhadap evaluasi, dengan 3 langkah evaluasi :

1. Evaluasi oleh peserta segera setelah pelatihan dengan menggunakan daftar isian.

2. Evaluasi oleh peserta 4 bulan setelah pelatihan dengan menggunakan daftar isian

3. Evaluasi peserta dengan supervisornya 6 bulan setelah pelatihan dengan tehnik wawancara terpola
dan pertanyaannya meliputi: tujuan pelatihan, metoda,isi dan pendapat mengenai penerapannya.

E. Laporan Evaluasi Pelatihan


Laporan evaluasi adalah informasi tertulis tentang aktifitas training, berfokus pada evaluasi dengan cara
yang sistematis,yang berisi analisa dari evaluasi. Laporan evaluasi meliputi,(1) pendahuluan, (2) Data
dan fakta, (3) Masalah-masalah yang muncul, (4) kesimpulan dan saran.

F. Evaluasi Program Program Pelatihan

Pelatihan mestilah di evaluasi dengan sistematis mendokumentasikan hasil-hasil pelatihan dari segi
bagaimana sesungguhnya peserta pelatihan berperilaku kembali pada pekerjaan mereka dan
relevansinya perilaku peserta pada tujuan-tujuan perusahaan. Dalam menilai manfaat atau kegunaan
program pelatihan, perusahaan mencoba menjawab empat pertanyaan (Simamora, 1997) :

a. Apakah terjadi perubahan ?

b. Apakah perubahan disebabkan oleh pelatihan ?

c. Apakah perubahan secara positif berkaitan dengan pencapaian tujuan-tujuan organisasional ?

d. Apakah perubahan yang serupa terjadi pada partisipan yang baru dalam program pelatihan yang
sama ?

Evaluasi membutuhkan adanya penilaian terhadap dampak program pelatihan pada perilaku sikap
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun pengukuran efektifitas penilaian meliputi
penilaian (Simamora, 1997) :

a. Reaksi-reaksi yaitu bagaimana perasaan partisipan terhadap program.

b. Belajar yaitu pengetahuan, keahlian, dan sikap-sikap yang diperoleh sebagai hasil dari pelatihan.

c. Perilaku yaitu perubahan perubahan yang terjadi pada pekerjaan sebagai akibat dari pelatihan.

d. Hasil-hasil yaitu dampak pelatihan pada keseluruhan efektifitas organisasi atau pencapaian pada
tujuan tujuan organisasional.

Pengukuran reaksi dan belajar yang bersangkut paut dengan hasil-hasil program pelatihan saja disebut
dengan kriteria internal. Pengukuran perilaku dan hasil-hasil yang mengindikasikan dampak pelatihan
pada lingkungan pekerjaan disebut sebagai kriteria eksternal yaitu dukungan dari pihak manajemen
memberi kesempatan peserta pelatihan mempraktekkan apa yang telah mereka peroleh dari pelatihan.

Adanya pengukuran efektifitas pelatihan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa evaluasi
pelatihan baik mengenai program maupun instruktur/pelatih dapat menjadi umpan balik untuk
pelatihan selanjutnya demikian pula dengan pembelajaran mereka apakah mereka mempelajari
prinsipprinsip, ketrampilan, dan fakta-fakta yang seharusnya mereka pelajari. Selanjutnya dapat untuk
mengetahui apakah perilaku peserta berubah karena program pelatihan atau bukan. Terakhir dengan
melihat hasil dari pelatihan apakah sesuai dengan tujuan pelatihan yang ditetapkan.
Model 4 level

Merupakan model evaluasi pelatihan yang dikembangkan pertama kali oleh Donald. L. Kirkpatrick (1959)
dengan menggunakan empat level dalam mengkategorikan hasil-hasil pelatihan.Empat level tersebut
adalah level reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. Keempat level dapat dirinci sebagai berikut :

Level 1 : Reaksi

Reaksi dilakukan untuk mengukur tingkat reaksi yang didisain agar mengetahui opini dari para peserta
pelatihan mengenai program pelatihan. Pembelajaran mengetahui sejauh mana daya serap peserta
program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan. Perilaku diharapkan setelah mengikuti
pelatihan terjadi perubahan tingkah laku peserta (karyawan) dalam melakukan pekerjaan. Hasil untuk
menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan.

Evaluasi reaksi ini sama halnya dengan mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan. Komponen-
komponen yang termasuk dalam level reaksi ini yang merupakan acuan untuk dijadikan ukuran.
Komponen-komponen tersebut berikut indikator-indikatornya adalah :

1. Instruktur/ pelatih. Dalam komponen ini terdapat hal yang lebih spesifik lagi yang dapat diukur
yang disebut juga dengan indikator. Indikator-indikatornya adalah kesesuaian keahlian pelatih dengan
bidang materi, kemampuan komunikasi dan ketermapilan pelatih dalam mengikut sertakan peserta
pelatihan untuk berpartisipasi.

2. Fasilitas pelatihan. Dalam komponen ini, yang termasuk dalam indikator-indikatornya adalah ruang
kelas, pengaturan suhu di dalam ruangan dan bahan dan alat yang digunakan.

3. Jadwal pelatihan. Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen ini adalah ketepatan waktu
dan kesesuaian waktu dengan peserta pelatihan, atasan para peserta dan kondisi belajar.

4. Media pelatihan. Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah kesesuaian media dengan
bidang materi yang akan diajarkan yang mampu berkomunikasi dengan peserta dan menyokong
instruktur/ pelatihan dalam memberikan materi pelatihan.

5. Materi Pelatihan. Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah kesesuaian materi dengan
tujuan pelatihan, kesesuaian materi dengan topik pelatihan yang diselenggarakan.

6. Konsumsi selama pelatihan berlangsung. Yang termasuk indikator di dalamnya adalah jumlah dan
kualitas dari makanan tersebut.

7. Pemberian latihan atau tugas. Indikatornya adalah peserta diberikan soal.

8. Studi kasus. Indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk dipecahkan.
9. Handouts. Dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah handouts yang diperoleh,
apakah membantu atau tidak.

Level 2 : Pembelajaran

Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada
materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat mengetahui dampak dari program pelatihan yang
diikuti para peserta dalam hal peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal yang
dipelajari dalam pelatihan. Pandangan yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa evaluasi pembelajaran ini
untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dari materi
pelatihan. Oleh karena itu diperlukan tes guna utnuk mengetahui kesungguhan apakah para peserta
megikuti dan memperhatikan materi pelatihan yang diberikan. Dan biasanya data evaluasi diperoleh
dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah
pelatihan atau tes akhir (post-test) dari setiap peserta. Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa
sehingga mencakup semua isi materi dari pelatihan.

Level 3: Perilaku

Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku peserta
(karyawan) dalam melakukan pekerjaan. Dan juga untuk mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan
sikap yang baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan di
dalam perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja/
kompetensi di unit kerjanya masing-masing.

Level 4 : Hasil

Hasil akhir tersebut meliputi, peningkatan hasil produksi dan kualitas, penurunan harga, peningkatan
penjualan. Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji dampak pelatihan
terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan. Sasaran pelaksanaan program pelatihan
adalah hasil yang nyata yang akan disumbangkan kepada perusahaan sebagai pihak yang
berkepentingan. Walaupun tidak memberikan hasil yang nyata bagi perusahan dalam jangka pendek,
bukan berarti program pelatihan tersebut tidak berhasil. Ada kemungkinan berbagai faktor yang
mempengaruhi hal tersebut, dan sesungguhnya hal tersebut dapat dengan segera diketahui
penyebabnya, sehingga dapat pula sesegera mungkin diperbaiki. .

TABEL 1
MODEL EVALUASI EMPAT LEVEL KIRKPATRICK

Jenis Evaluasi
Deskripsi Evaluasi Dan Contoh Alat Evaluasi Dan
Tingkat (Apa Yang
Karakteristik Metode
Diukur)
1 Reaksi Evaluasi 'Happy lembar', formulir
reaksi adalahbagaimana umpan balik. Reaksi verbal,
delegasi merasa tentang survei pasca-pelatihan atau
pelatihan atau kuesioner.
pengalaman belajar.
2 Belajar Evaluasi Belajar adalah Biasanya penilaian atau tes
pengukuran peningkatan sebelum dan sesudah
pengetahuan - sebelum pelatihan. Wawancara atau
dan sesudah. pengamatan juga dapat
digunakan.
3 Perilaku Evaluasi Observasi dan wawancara dari
Perilaku adalah waktu ke waktu yang
tingkat terapan diperlukan untuk
belajarkembali pada menilaiperubahan, relevansi
pekerjaan - perubahan, dan keberlanjutan
implementasi. perubahan.
4 Hasil Hasil Langkah-langkah sudah di
evaluasi adalahefek tempat melalui sistem
pada bisnis atau manajemen normal dan
lingkungan oleh peserta pelaporan - tantangannya
pelatihan. adalah untuk berhubungan
dengan peserta pelatihan.
Sumber:
http://www.businessballs.com/kirkpatricklearningevaluationmodel.htm.

Anda mungkin juga menyukai