Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGELOLAAN PENDIDKAN

PENGORGANISASIAN SEKOLAH MELALUI PENGORGANISASIAN PENDIDIKAN


DAN PERENCANAN PENDIDIKAN

Disusun Oleh :
Nama : Tomy Mario Suganda (A1E015016)
Dosen Pembimbing :
Dr. Nirwana, M.Pd

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2017

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.1
DAFTAR ISI.2
KATA PENGANTAR...3
BAB I PENDAHULUAN..4
1.1 LATAR BELAKANG4
1.2 RUMUSAN MASALAH4
1.3 TUJUAN4
BAB II PEMBAHASAN5
BAB III PENUTUP..19
3.1 KESIMPULAN.19
3.2 SARAN.19
DAFTAR PUSTAKA..20

2
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Allah Swt Yang Maha Pemurah, karena
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini kami
membahas Pengorganisasian Sekolah Melalui Pengorganisasian Pendidikan dan Perencanaan
Pendidikan, suatu permasalahan yang selalu dialami oleh setiap instansi sekolah negeri maupun swasta,
dalam membentuk organizing sekolah yang baik, guna membantu sekolah menggapai tujuan sekolah dan
tujuan pendidikan nasional.. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman Tentang
Pengorganisasian Sekolah yang sangat diperlukan dalam suatu harapan Dapat diterapkan/
diimplementasikan langsung oleh guru- guru disekolah dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pengelolaan Pendidikan .
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Bengkulu, 28 Oktober 2017

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Lembaga pendidikan harus menempatkan penjaminan mutu sebagai tolak ukur untuk
menilai keberhasilan atau kegagalnnya. Sebab tanpa ada penjaminan mutu, lembaga pendidikan
sulit untuk melihat sejauh mana berkualitas atau tidak berkualitasnya lulusan. Dua hal terpenting
yang mempengaruhi kualitas pendidikan adalah kepemimpinan dan mutu manajemen. [1]Secara
konseptual, manajemen pendidikan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan
pengawasan mengenai (sumber daya manusia, sumber belajar, kurikulum, dana, dan fasilitas) untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien (Engkoswara 1987; ISPI 1995; Manap 1999,
2008). Perencanaan pendidikan mempunyai peran penting dan berada pada tahap awal dalam
proses manajemen pendidikan, yang dijadikan sebagai panduan bagi pelaksanaan, pengendalian,
dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan. [2] Esensi dari perencanaan adalah sebuah proses
pengambilan keputusan yang dilakukan secara sistematis, perencanaan berhubungan dengan masa
mendatang, dan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. [3] Dan untuk mengatasi
keterbatasan kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan
pendidikan dibutuhkan pengorganisasian dalam pendidikan.[4]
Mengingat begitu pentingnya perencanaan dan pengorganisasian dalam pendidikan oleh
karena itu, dalam makalah ini penulis akan berusaha mendeskripsikan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan perencanaan dan pengorganisasian dalam pendidikan dan tentu saja langsung
dalam bentuk implementasi pengorganisasian disekolah akan dibahas juga didalam makalah ini.

2.1 Rumusan Masalah

A. Bagaimana Perencanaan Dalam Pendidikan?


B. Bagaimana Pengorganisasian Dalam Pendidikan?
C. Bagaimana Pengorganisasian Dalam Sekolah?

3.1 TUJUAN

A. Mempelajari dan mengetahui hubungan antara perencanaan dan peng organisasian


dalam dunia pendidikan dan dalam implementasi langsung kesekolah

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pendidikan
a) Pengertian Perencanaan Pendidikan
Menurut William H. Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of
Organization and Management : mengemukakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa
yang dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-
penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penetuan program, menetukan metode-metode dan
prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.
Selanjutnya yang disebut perencanaan dalam pendidikan adalah, menurut Sergiovanni dan
Syaiful Sagala adalah tuntutan-tuntutan antaksiran-taksiran, pos-pos tujuan dan letak-letak
pedoman yang telah menjadi komitmen dan pernyataan keputusan yang tidak dapat ditarik kembali,
yang diatur dan disepakati bersama oleh pimpinan dan staf lembaga berdasarkan periode waktu
baik jangka pendek maupun panjang.
Dia juga berpendapat bahwa perencanaan pendidikan harus dilaksanakan berdasarkan
kesepakatan bersama, harus melibatkan banyak orang yang menghasilkan program-program yang
berpusat pada proses belajar mengajar pada institusi pendidikan.
b) Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan
Ruang lingkup perencanaan dipengaruhi oleh dimensi waktu, spasial, dan tingkatan teknis
perencaan. Ketiga dimensi ini saling berineraksi dan masing-masing dimensi tersebut sebagai
berikut :
a. Perencanaan dari Dimensi Waktu
i. Perencanaan Jangka Panjang (Long Time Planning)

Perencanaan ini meliputi jangka waktu 4 lebih sampai 8 tahun ke atas


untuk lingkungan Kendikbud. Dalam perencanaan ini belum ditampilkan sasaran-
sasaran yang bersifat kuantitatif, tetapi lebih kepada proyeksi atau perspektif atas
keadaan ideal yang diinginkan dan pencapaian keadaan yang bersifat fundamental,
seperti propenas.
ii. Perencanaan Jangka Menengah (Medium Term Planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu satu tahun lebih sampai dengan
empat tahun untuk lingkungan Kemendikbud. Di Indonesia umumnya 5 tahun.
Perencanaan jangka panjang ini merupakan penjabaran atau uraian perencanaan
jangka panjang. Walaupun perencanaan jangka panjang ini masih bersifat umum,
tetapi sudah ditampilkan sasaran-sasaran yang diproyeksikan secara kuantitatif,
seperti propeda. Di sekolah disebut Rencana Kerja Sekolah (RKS).
iii. Perencanaan Jangka Pendek
Jangka waktunya kurang maksimal satu tahun untuk Kemendikbud.
Perencanaan jangka pendek tahunan (annual plan) disebut juga perencanaan
operasional tahunan (annual operational planning), seperti proyek-proyek . Di
lingkungan sekolah disebut Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

5
2. Perencanaan Dimensi Spasial
Perencanaan dilihat dari dimensi spasial adalah perencanaan yang memiliki
karakter yang terkait dengan ruang dan batasan wilayah.
i. Perencanaan Nasional
Perencanaan Nasional adalah suatu proses penyusunan perencanaan
berskala nasional sebagai konsensus dan komitmen seluruh rakyat Indonesia yang
terarah, terpadu, menyeluruh untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur,
memeperhitungkan dan memanfaatkan sumber daya nasional dan memerhatikan
perkembangan internasional. Contoh Propenas dan perencanaan pendidikan di
Indonesia.
ii. Perencanaan Regional
Perencanaan Regional ialah pilihan antarsektor dan hubungan
antarsektor dalam suatu wilayah (daerah ) sehingga disebut sebagai perencanaan
daerah atau wilayah. Misalnya, propeda dan perencanaan pendidikan di provinsi/
kabupaten/ kota.
iii. Perencanaan tata ruang
Perencanaan tata ruang ialah perencanaan yang mengupayakan
pemanfaatan fungsi kawasan tertentu, mengembangkannya secara seimbang, baik
secara ekologi, geografis, maupun demografis. Misalnya perencanaan tata kota,
perencanaan permukiman, perencanaan kawasan , perencanaan daerah
transmigrasi, dan proyek-proyek
3. Perencanaan Dari Tingkatan Teknis Perencanaan
i. Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan tentang ekonomi dan nonekonomi
secara internal dan eksternal. Perencanaan ekonomi makro meliputi berapa
pendapatan nasional yang akan ditingkatkan, berapa tingkat konsumsi, investasi
pemerintah dan swasta, tingkat ekspor impor, pajak, bunga bank, dan sebagainya.
Pada setiap perencanaan pembangunan pendidikan nasional, sebelum dirumuskan
secara rinci dalam perencanaan sektoral dan regional maka diperlukan
perencanaan makro yang menggambarkan kerangka makro pendidikan yang
berinteraksi satu sama lainnya. Gunanya untuk melihat keseimbangan kedua faktor
tersebut, baik secara internal maupun eksternal, seperti perencanaan pendidikan
nasional.
ii. Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro pendidikan adalah perencanaan yang disusun dan
disesuaikan dengan kondisi otonomi daearah di bidang pendidikan. Perencanaan
mikro disebut juga pemetaan pendidikan.
iii. Perencanaan Sektroral

6
Perencanaan sektoral adalah kumpulan program dan kegiatan pendidikan
yang mempunyai persamaan ciri dan tujuan. Perencanaan sektoral
memproyeksikan sasaran pembangunan sektor pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional yang telah ditentukan. Walaupun perencanaan sektoral
menekankan pada sektor tertentu, namun berhubungan dengan sektor lain.
Misalnya kaitannya dengan sektor ekonomi dengan nonekonomi, seperti
perencanaan pendidikan lokal/ provinsi/ kabupaten/ kota.
iv. Perencanaan Kawasan
Ialah perencanaan yang memerhatikan keadaan lingkungan dan kawasan
tertentu sebagai pusat kegiatan dengan keunggulan komparatif dan kompetitif
tertentu. Contohnya perencanaan pendidikan kawasan Indonesia Timur.
v. Perencanaan Proyek
Ialah perencanaan operasional yang menyangkut operasinalisasi kebijakan
dan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran sektor dan tujuan
pembangunan. Contohnya Perencanaan Proyek Unit Sekolah Baru Sekolah
Menengah Kejuruan
c) Dasar dan Filosofi Perencanaan Pendidikan
1. Hakikat Perencanaan Pendidikan
2. Inti perencanaan adalah sebuah usaha merancang dan memilih pada waktu
sekarang untuk sesuatu yang ingin diwujudkan di masa akan datang [ choosing our
disired future today]. Perencanaan dalam konteks pendidikan berarti pemilihan
atau penentuan program / strategi atau langkah yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Perencanaan pendidikan yang dilakukan pada
dasarnya adalah wujud tanggung jawab dari berbagai alternatif pilihan yang ada
dalam kehidupan. Setiap pilihan yang di ambil pasti mempunyai konsekuensi dari
apa yang di pilih. Oleh karena itulah, memilih untuk merencanakan sesuatu dan
menyadari akan konsekuensi yang akan hadir merupakan bentuk tanggung jawab
kemanusiaan
Hakikat perencanaan pendidikan juga dapat berarti sebuah proses pembuatan peta
atau route perjalanan kearah masa depan pendidikan yang di inginkan. Sebagai sebuah
proses, perencanaan pendidikan terus akan berjalan tanpa henti, ia akan terus berkembang,
memperbarui, dan menyesuaikan diri sepanjang proses perjalanan tersebut
3. Pentingnya Perencanaan Pendidikan
Mengapa kita perlu merencanakan masa depan? Mulyadi memberikan empat
jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu:
1.
karena kita adalah manusia
2.
karena hanya masa depanlah yang dapat kita pilih;
3.
karena perencanaanlah yang menjanjikan hasil baik[ good result];
4.
karena kita dapat memusatkan perhatian pada hal-hal penting
secara tidak mendesak.
4. Perencanaan Menjanjikan Hasil Baik

7
Perencanaan yang baik dan komitmen menjalankan dengan serius akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Perencanaan dalam konteks pendidikan menunjukkan
bahwa sebuah perencanaan yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula.
Perencanaan memusatkan hal-hal penting secara tidak mendesak. Perencanaan
menjadikan keputusan-keputusan penting tidak dilaksanakan secara mendadak, tetapi
dengan penuh persiapan dan pertimbangan-pertimbangan. Melalui perencanaan, akan di
analisis kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa akan datang dan kemudian
di persiapkan strategi menghadapinya.
5. Falsafah Perencanaan Pendidikan
Terjadi pergeseran falsafah dalam perencanaan, yaitu dari perencanaan yang
didasarkan pada falsafah creating the future from the past atau plan forward ke falsafah
baru, yaitu creating the future from the future atau plan backward.
Perencanaan falsafah creating the future from the past menggunakan anggapan
bahwa apa yang terjadi dimasa lalu akan terjadi kembali di masa akan datang sehingga jika
organisasi melakukan studi atas pola peristiwa masa lalu, pola peristiwa di masa lalu
tersebut diharapkan berulang kembali di masa depan. Oleh karenanya, perencanaan dengan
falsafah creating the future from the past kurang menjanjikan masa depan karena
keterputusan masa lalu dengan masa depan.
Perencanaan dengan falsafah creating the future from the future pada intinya
adalah usaha penerjemahan visi, misi, dan tujuan [ goal] organisasi yang dilakukan dengan
proses analisis eksternal-internal,trendwatching, envisioning, dan pemilihan strategi
kedalam aksi tindakan [action plan ]. Dalam konten pendidikan, falsafah ini berarti
berusaha menghadirkan masa depan pendidikan yang direncanakan pada saat ini,
melakukan perilaku-perilaku pendidikan masa depan pada masa sekarang. Hal ini tentu
berangkat dari hasil analisis, pembacaan tren [trendwatching] dan envisioning dalam hal
pendidikan.
6. Prinsip-Prinsip Mental Dalam Perencanaan
Perencanaan yang efektif hanya akan terlaksana jika setiap dari anggota dalam
organisasi mempunyai kesadaran tinggi tentang pentingnya perencanaan dalam
membangun masa depan. Terdapat tiga sikap yang menjadi prinsip mental setiap anggota
individu organisasi dalam membangun perencanaan yang efektif yaitu :
1. Kesadaran diri [ self awareness], dalam pengertian adanya
kesadaran bahwa kita sendirilah yang menjadi penentu masa
depan kita [ we are the creator of our own future] ;
2. Tanggung jawab [ responsibility] , dalam pengertian memiliki
tanggung jawab untuk menuliskan masa depan yang di kehendaki
dan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mewujudkannya
[we are responsible for writing our own script];
3. Intregritas [ intregity] adalah kemampuan seseorang untuk
mewujudkan yang telah direncanakannya, intregritas menurut
kewajiban bahwa kitalah yang berkewajiban untuk mewujudkan

8
apa yang telah kita rencanakan [ we have an obligation to live our
own script].
Ketiga prinsip mental tersebut menjadi landasan dalam pelaksanaan perencanaan.
Sebuah perencanaan yang baik (good planning) tanpa didasari oleh sikap mental (mindsets)
kesadaran diri, tanggung jawab integritas yang kuat tidak kan pernah menjadi kenyataan.
d) Proses Perencanaan Pendidikan
Perencanaan sebagai suatu proses adalah suatu cara yang sistematis untuk menjalankan
suatu pekerjaan. Dalam perencanaan terkandung suatu aktivitas tertentu yang saling berkaitan
untuk mencapai hasil tertentu yang diinginkan. Menurut Banghart dan Trull perencanaan
pendidikan meliputi (1973) :
1. Pendahuluan
2. Mengidentifikasi permasalahan pendidikan
3. Analisis area masalah perencanaan
4. Penyusunan konsep dan rencana
5. Mengevaluasi rencana
6. Menetukan rencana
7. Penerapan rencana
8. Rencana umpan balik

e) Model Perencanaan Pendidikan


Beberapa model perencanaan pendidikan menurut Nanang Fattah:
1. Model Perencenaan Komprehensif
Model ini dipergunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan.
2. Model Target Setting
Model ini diperlukana dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun
memperkirakan tingkat perkembangan dalam kurung waktu tertentu.
3. Model Kosting (Pembiayaan) dan Keefektifan Biaya
Model ini sering diperguanakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam kriteria
efisien dan efektifitas ekonomis. Model ini dipergunakan dalam pendidikan
didasarkan pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak lepas dari masalah
pembiayaan. Dan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses
pendidikan, diharapkan dalam kurung waktu tertentu dapat memberikan benefit.
4. Model Planning Programming Budgetting System (PPBS), dalam bahasa
Indonesia adalah Sistem Perencanaan, Penyusunan Program Dan Penganggaran
(SP 4)
Model PPBS ini berarti bahwa perencanaan penyusunan program dan
penganggaran dipandang sebagai suatu sistem yang tak terpisahkan astu sama
lainnya

f) Perencanaan Dari Dimensi Lain


Anen menyebutkan jenis perencanaan seperti berikut:

9
1. Perencanaan dari Atas ke Bawah (Top Down Planning).
Perencanaan ini dibuat oleh pucuk pimpinan dalam suatu struktur organisasi,
misalnya pemerintah pusat yang selanjutnya perencanaan tersebut disampaikan ke tingkat
provinsi/kabupaten/kota untuk ditindaklanjuti. Perencanaan ini disebut juga perencanaan
makaro atau nasional.
2. Perencanaan dari Bawah ke Atas (Bottom-Up Planning).
Perencanaan ini dibuat oleh tenaga perencana di tingkat bawah dari suatu struktur
organisasi, misalnya di buat di provinsi/ kabupaten/ kota untuk disampaikan ke
pemerintahan pusat. Perencanaan ini dapat pula dibuat oleh Kepala Sekolah untuk
disampaikan ke Kepala Dinas Pendidikan setempat, atau guru kepada kepala sekolahnya.
3. Perencanaan Menyerong ke Samping (Diagonal Planning)
Perencanaan ini dibuat oleh pejabat lain bersama-sama dengan pejabat yang berada
di level bawah di luar organisasinya. Misalnya, Depdiknas Jakarta dan Bappeda Provinsi
membuat perencanaan pendidikan sektoral di daerah. Perencanaan ini disebut juga
perencanaan sektoral.
4. Perencanaan Mendatar (Horizontal Planning)
Biasanya dibuat pada saat membuat perencanaan lintas sektoral oleh pejabat
selevel. Misalnya , perencanaan peningkatan sumber daya manusia melibatkan pejabat
Departemen pendidikan, Depag, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen
Kesehatan, dan Departemen Sosial.
5. Perencanaan Mengglinding (Rolling Planning)
Dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam bentuk perencanaan jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang. Perencanaan ini menghasilkan Rencana Tahunan,
Rencana Lima Tahunan dan Rencana Strategi.
6. Perencanaan Gabungan Atas ke Bawah dan Bawah Ke Atas (Top-Down and
Buttom-Up Planning).
Dibuat untuk mengakomodasi kepentingan pemerintah pusat dengan pemerintah
provinsi/ kabupaten/ kota. Oleh sebab itu pembuatannya melibatkan partisipasi aktif dari
kedua belah pihak.
B. Pengorganisasian Pendidikan
a) Pengertian Pengorganisasian Pendidikan
Organisasi adalah sebuah wadah, tempat , atau sistem untuk melakukan kegiatan bersama
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan, pengorganisasian [organizing] merupakan
proses pembentukan pada /sistem dan penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
Jika dikaitkan dengan pendidikan [organisasi pendidikan], organisasi adalah tempat untuk
melakukan aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan. Sedangkan,
pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses pembentukkan tempat atau sistem dalam rangka
melakukan kegiatan kependidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan.

10
b) Proses Pengorganisasian Pendidikan
Proses organisasi dalam suatu perusahaan atau lembaga pendidikan adalah meliputi
pembatasan dan penjumlahan tugas-tugas, penglompokan dan pengklasifikasian tugas-tugas, serta
pendelegasian wewenang diantara personel atau karyawan perusahaan.
Tahap-tahap atau langkah langkah menejemen dalam membentuk kegiatan pada proses
pengorganisasian sendiri meliputi:
1. Sasaran , manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai.
2. Penentuan kegitan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan dan
menspesifikasikan kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
organisasi dan menyusun daftar kegiatan kegiatan yang diperlukan yang akan
dilakukan.
3. Pengelompokan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengelompokan
kegiatan-kegiatan dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang sama,
kegiatan kegiatan yang bersamaan serta berkaitan yang terdapat dalam satu unit
kerja/ satu departemen.
4. Pendelegasian wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya wewenang
yang akan didelegasikan kepada setiap departemen.
5. Rentang kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah personil pada setiap
departemen.
6. Perincian peranan perorangan, artinya manajer harus menetapkan tugas-tugas
perorangan.
7. Tipe organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organsasi, apa yang akan
dicapai, apakah line organization, line and staff organization atau function
organization.
8. Bagan organisasi, artinya manajer/ organisator harus menetapkan bagan/ struktur
organisasi yang bagaimana yang akan dipergunakan.
c) Struktur Organisasi
Struktur organisasi didefinisikan sebagai suatu kerangka kerja yang dipikirkan oleh
manager untuk membagi-bagi dan mengkoordinasikan aktivitas suatu anggota organisasi. Definisi
yang hampir sama yaitu srtuktur organisasi adalah cara yang dipakai untuk membagi,
mengorganisasikan , dan mengkoordinasikan aktivitas organisasi. Proses yang harus dilalui untuk
dapat menentukan pembagian kerja dan koordinasi tersebut disebut sebagai desain organisasi.
Prinsip-prinsip mendesain struktur organisasi:
1. Pembagian Kerja(Division of work)
Stoner mendefinisikan pembagian kerja sebagai pembagian seluruh beban
pekerjaan menjadi sejumlah tugas secara wajar dan nyaman yang dapat dilaksanakan oleh
individu atau kelompok. Dapat didevinisikan juga sebagai upaya membagi pekerjaan
menjadi pekerjaan yang kecil, sederhana, dalam kegiatan yang terpisah, diman karyawan
dapat mengkhususkan diri pada bidang tersebut sehingga produktivitas total meningkat
secara geometik. Pembagian kerja dalam organisasi terjadi tiga cara yang berbeda, yaitu:
i. Pekerjaan dapat dibagi berdasar bidang keahlian professional
ii. Pekerjaan dapat di bagi ke dalam aktivitas berbeda berdasarkan
pekerjaan yang dilakukan di organisasi.

11
iii. Pekerjaan di bagi ke arah vertical
2. Kesatuan Komando (Unity Of Comand)
Prinsip ini menekankan bahwa bawahan hanya boleh mempunyai satu atasan yang
kepadanya dia bertanggung jawab langsung. Unity of comand penting karena akan
mengurangi ambigu dan kemungkinan terjadinya konflik perintah [ orders] dari
supervisior yang berbeda.
3. Wewenang (Authority)
Adalah hak yang melekat pada manajer untuk memberi perintah dan di patuhi.
Menurut Gibson wewenang adalah hak untuk membuat keputusan tanpa persetujuan dari
manajer yang di atasnya lagi dan membutuhkan kepatuhan dari pihak lain yang telah di
tunjuk.
4. Rentang Kendali (Span Of Control)
Adalah jumlah bawahan yang dapat diatur oleh manajer secara efektif dan efesien.
Memilih rentang kenbali manajemen yang memadai untuk suatu hierarki organisasi
penting karena ada dua alasan : pertama, rentang itu dapat mempengaruhi apa yang terjadi
pada hubungan kerja dalam sebuah departemen tertentu. Kedua, rentang mempengaruhi
kecepatan pembuatan dalam situasi yang harus melibatkan berbagai tingkat hierarkhi
organisasi.
5. Departementalisasi (Departementalization)
Pengelompokan karyawan dan tugas disebut departementalisasi.
Departementalisasi merupakan hasil keputusan manajer tentang aktivitas pekerjaan apa
yang dapat dihubungkan dalam kelompok serupa setelah aktivitas itu dibagi-bagi menjadi
tugas. Departemen juga dapat diartikan sebagai spesifik lokasi atau suatu set aktivitas yang
mana manajer bertanggungjawab. Istilah lain departemen yang umumnya dapat digunakan
adalah aktivitas seksi, divisi dan cabang.
Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur organisasi.
Keberadaan struktur organisasi menjadi pembeda utama antara organisasi formal dan
informal. Struktur organisasi formal dimaksudkan untuk menyediakan penugasan
kewajiban dan tanggung jawab kepada personel dan membangun hubungan tertentu
diantara orang-orang pada berbagai kedudukan. Lembaga pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
SMU/MA) merupakan contoh organisasi formal.
Struktur dalam organisasi formal memperlihatkan unsur-unsur administrasi
sebagai berikut:
i. Kedudukan. Struktur menggambarkan letak atau posisi setiap orang dalam
organisasi.
ii. Hierarki kekuasaan. Struktur digambarkan sebagai suatu rangkaian
hubungan antara satu orang dan orang lain dalam suatu organisasi.
iii. Kedudukan garis dan staff. Organisasi garis menegaskan struktur
pengambilan keputusan, jalan permohonan , dan saluran omunikasi resmi
untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan instruksi, perintah , dan
petunjuk pelaksana.

12
Bentuk/skema struktur organisasi formal dapat membentuk piramidal, mendatar
atau melingkar.
C. Pengorganisasian Sekolah
Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi manusiawi yang
dimiliki anak-anak agare mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manuasia, baik secara
individual maupun sebagai anggota msyarakat. Kegiatan untuk mengembangkan potensi itu harus
dilakukan secara berencana, terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu.
Pengorganisasian suatu sekolah tergantung pada beberapa aspek antara lain: jenis, tingkat dan sifat
sekolah yang bersangkutan. Susunan organisasi sekolah tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan
kebudayaan tentang susunan organisasi dan tata kerja jenis sekolah tersebut (Depdikbud, 1983:2). Dalam
struktur organisasi terlihat hubungan dan mekanisme kerja antara kepala sekolah, guru, murid dan pegawai
tata usaha sekolah serta pihak lain di luar sekolah. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi komponen-
komponen di atas diselenggarakan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan melalui
pendekatan pengadministrasian yang efektif dan efisien.
a) Pengertian Arti Definisi Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang
ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan
antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam
struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.
Empat elemen dalam struktur organisasi yaitu :
1. Adanya spesialisasi kegiatan kerja
2. Adanya standardisasi kegiatan kerja
3. Adanya koordinasi kegiatan kerja
4. Besaran seluruh organisasi

b) Tugas pokok dan fungsi pengelola sekolah


1. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah berfungsi sebagai Edukator, Manager, Administrator,
Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator (EMASLIM).

Kepala Sekolah selaku educator bertugas melaksanakan proses


pengajaran secara efektif dan efisien
Kepala Sekolah selaku manajer mempunyai tugas :
i. Menyusun perencanaan
ii. Mengorganisasikan kegiatan
iii. Mengarahkan / mengendalikan kegiatan
iv. Mengkoordinasikan kegiatan
v. Melaksanakan pengawasan
vi. Menentukan kebijaksanaan
vii. Mengadakan rapat mengambil keputusan
viii. Mengatur proses belajar mengaja

13
ix. rMengatur administrasi Katatausahaan, Kesiswaan,
Ketenagaan, Sarana prasarana, Keuangan.
Kepala Sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan
administrasi :
i. Perencanaan
ii. Pengorganisasian
iii. Pengarahan dan pengendalian
iv. Pengkoordinasian
v. Pengawasan
vi. Evaluasi
vii. Kurikulum
viii. Kesiswaan
ix. Ketatausahaan
x. Ketenagaan
xi. Kantor
xii. Keuangan
xiii. Perpustakaan
xiv. Laboratorim
xv. Ruang keterampilan kesenian
xvi. Bimbingan konseling
xvii. UKS
xviii. OSIS
xix. Serbaguna
xx. Media pembelajaran
xxi. Gudang
xxii. 7K
xxiii. Sarana / prasarana dan perlengkapan lainnya
Kepala Sekolah selaku Supervisor bertugas menyelenggarakan
supervisi mengenal :
i. Proses belajar mengajar
ii. Kegiatan bimbingan
iii. Kegiatan ekstrakulikuler
iv. Kegiatan kerja sama dengan masyarakat / instansi lain
v. Kegiatan ketatausahaan
vi. Sarana dan prasarana
vii. Kegiatan OSIS
viii. Kegaitan 7K
ix. Perpustakaan
x. Laboratorium
xi. Kantin / warung sekolah
xii. Koperasi sekolah
xiii. Kehadiran guru, pegawai, dan siswa
2. Wakil Kepala Sekolah
Penyusunan rencana, pembuatan program kegiatan dan program
pelaksanaan :
i. Pengorganisasian

14
ii. Pengarahan
iii. Ketenagakerjaan
iv. Pengkoordinasian
v. Pengawasan
vi. Penilaian
vii. Identifikasi dan pengumpulan data
viii. Pengembangan keunggulan
ix. Penyusunan laporan
3. Urusan Kurikulum
Tugas Urusan Kurikulum antara lain :
i. Menyusun dan menjabarkan Kalender Pendidikan
ii. Menyusun Pembagian Tugas Guru dan Jadwal Pelajaran
iii. Mengatur Penyusunan Program Pengajaran (Program
Semester, Program Satuan Pelajaran, dan Persiapan
Mengajar, Penjabaran dan Penyesuaian Kurikulum)
iv. Mengatur pelaksanaan program penilaian Kriteria
Kenaikan Kelas, Kriteria Kelulusan dan Laporan
Kemajuan Belajar Siswa serta pembagian Raport dan
STTB
v. Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan
vi. Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar
vii. Mengatur Pengembangan MGMP dan Koordinator mata
pelajaran
viii. Mengatur Mutasi Siswa
ix. Melaksanakan supervisi administrasi dan akademis
x. Menyusun Laporan
4. Urusan Kesiswaan
Tugas Urusan Kesiswaan antara lain :
i. Mengatur pelaksanaan Bimbingan Konseling
ii. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 7K
(Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan,
Kekeluargaan, Kesehatan dan Kerindangan)
iii. Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi:
Kepramukaan, Palang Merah Remaja (PMR), Kelompok
Ilmiah Remaja (KIR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
Patroli Keamanan Sekolah (PKS) Paskibra
iv. Mengatur pelaksanaan Kurikuler dan Ekstra Kurikuler
v. Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa
teladan sekolah
vi. Menyelenggarakan Cerdas Cermat, Olah Raga Prestasi
vii. Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa
5. Urusan Sarana Dan Prasarana
Tugas Urusan Sarana Dan Prasarana antara lain :
i. Merencanakan kebutuhan sarana prasarana untuk
menunjang proses belajar mengajar
ii. Merencanakan program pengadaannya

15
iii. Mengatur pemanfaatan Sarana Prasarana
iv. Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian
v. Mengatur pembakuannya
vi. Menyusun laporan
6. Urusan Hubungan Masyarakat
Tugas Urusan Hubungan Masyarakat Antara lain :
i. Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite
dan peran komite
ii. Menyelenggarakan bakti social, karyawisata
iii. Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah
(gebyar seni)
iv. Menyusun laporan
7. Guru Mata Pelajaran
Tugas Guru Mata Pelajaran Antara lain :
i. Membuat Perangkat Pembelajaran
ii. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
iii. Melaksanakan kegiatan Penilaian Proses Belajar,
Ulangan Harian, Ulangan Umum, Ujian Akhir
iv. Melaksanakan analisis hasil ulangan harian
v. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan
pengayaan
vi. Mengisi daftar nilai siswa
vii. Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan
pengetahuan) kepada guru lain dalam proses kegiatan
belajar mengajar
viii. Membuat alat pelajaran / alat peraga
ix. Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni
x. Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan
kurikulum
xi. Melaksanakan tugas tertentu di sekolah
xii. Mengadakan pengembangan program pengajaran yang
menjadi tanggung jawabnya
xiii. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar
xiv. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai
pelajaran
xv. Mengatur keberhasilan ruang kelas dan pratikum
xvi. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk
kenaikan perangkatnya
8. Wali Kelas
Tugas Wali Kelas antara lain :
i. Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi : Denah
tempat duduk siswa, Papan absensi siswa, Daftar
pelajaran kelas, Daftar piket kelas,Buku absensi siswa,
Buku kegiatan pembelajaran/buku kelas, Tata tertib
siswa, pembuatan statistik bulanan siswa.
ii. Pengisian daftar kumpulan nilai (legger)
iii. Pembuatan catatan khusus tentang siswa

16
iv. Pencatatan mutasi siswa
v. Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar
vi. Pembagian buku laporan hasil belajar
9. Guru Bimbingan dan Konseling
Tugas Guru Bimbingan dan Konseling antara lain :
i. Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan
konseling
ii. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang
kesulitan belajar
iii. Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar
lebih berprestasi dalam Kegiatan belajar
iv. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam
memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan
lapangan pekerjaan yang sesuai
v. Mengadakan penilaian pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan
vi. Menyusun Satatistik hasil penilaian B.K
vii. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar
viii. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut
Bimbingan dan Konseling
ix. Menyusun laporan pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling
10. Pustakawan Sekolah
Tugas Pustakawan Sekolah antara lain :
i. Perencanaan pengadaan buku/bahan pustaka/media
elektronik
ii. Pengurusan pelayanan perpustakaan
iii. Perencanaan pengembangan perpustakaan
iv. Pemeliharaan dan perbaikan buku-buku / bahan pustaka
/ media elektronika
v. Inventarisasi dan pengadministrasian buku-buku / bahan
pustaka / media elektronika
vi. Melakukan layanan bagi siswa, guru dan tenaga
kependidikan lainnya, serta masyarakat
vii. Penyimpanan buku perpustakaan / media elektronika
viii. Menyusun Tata tertib perpustakaan
ix. Menyusun Laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan
secara berkala
11. Pengelola Laboratorium
Tugas Pengelola Laboratorium antara lain :
i. Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium
ii. Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan
laboratorium
iii. Mengatur penyimpanan dan daftar alat-alat laboratorium
iv. Memelihara dan perbaikan alat-alat laboratorium

17
v. Inventarisasi dan pengadministrasian peminjam alat-alat
laboratorium
vi. Menyusun laporan pelaksanaan kagiatan laboratorium
12. Kepala Tata Usaha
Tugas Kepala Tata Usaha antara lain :
i. Penyusunan program kerja tata usaha sekolah
ii. Pengelolaan keuangan sekolah
iii. Pengurus administrasi ketenagaan dan siswa
iv. Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha
sekolah
v. Penyusunan administrasi perlengkapan
vi. Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah
vii. Mengkoordinasikan dan melaksanakan 7K
viii. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan
ketata usahaan secara berkala

18
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, perencanaan dan pengorganisasian
itu berhubungan erat, saling mempengaruhi. Diperlukan perencanaan yang matang untuk setiap
instansi pendidikan agar pengorganisasian lembaga pendidikan dapat dilaksanakan dengan
sempurna guna mendukung dan membantu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
secara efektif dan efisien. Pengorganisasian sekolah harus dilaksanakan secara intensif dan tegas,
agar setiap komponen komponen organisasi dapat berkerja dengan baik dan tumbuh sinergitas
yang baik antar komponen komponen organisasi sekolah. Disanalah peran seorang pemimpin
disekolah, yang mana biasa kita sebut seorang kepala sekolah. Seorang kepala sekolah memimpin
sekolah dibantu dengan seorang wakil, yaitu wakil kepala sekolah. Mereka mengorganisasikan
sekolah secara bersama, bahu membahu, saling membantu. Kepala sekolah bergungsi sebagai
Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator (EMASLIM).
Memang tidak mudah menjadi seorang pemimpin, tugasnya banyak sekali, maka dari itu
dibutuhkan la kemapuan pengorganisasian disekolah, sehinga tugas kepala sekolah dapat dibantu.
Pengorganisasian disekolah meliputi : Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Tata Usaha, Guru
Kelas, Bagian Sarana dan Prasarana, Guru Bimbingan Konseling, Guru Mata Pelajaran, dan
sebagainya. Dibutuhkan perencanaan yang matang agar terjadi sinergitas antar komponen
komponen organisasi sekolah tersebut.

3.2 Saran
Dari kesimpulan yang dijabarkan diatas dapat, maka dapat diberikan saran, yaitu :
Sinergitas dan Integritas antar komponen komponen organisasi sekolah dapat dicapai dengan baik
melalui proses perencanaan yang matang. Pada dasarnya organisasi sekolah merupakan system
hierarki yang bertitik puncak seorang kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah tersebut. Artinya
selain perencanaan yang matang tentang pengorganisasian sekolah, dibutuhkan Jiwa
kepemimpinan yang baik dari seorang kepala sekolah dalam memimpin sekolah agar sinergitas dan
integritas antar komponen komponen organisasi sekolah dapat dicapai dengan baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kurniadi , Didin dan Imam Machali. 2013. Manajemen Pendidikan : Konsep & Prinsip Pengelolaan
Pendiidikan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru . Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Marno dan Triyo supriyanto. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: PT
Refika Aditama.
Somantri, Manap. 2014. Perencanaan Pendidikan: Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan, Analisis
Posisi Sistem Pendidikan, Perencanaan Strategis Penuntasan Wajib Belajar dan , Peningkatan Mutu
Pendidikan Dasar. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Swanto, B. 2010. Pengantar Manajemen,cetakan ke -6 . Jakarta: PT Bumi Aksara

20

Anda mungkin juga menyukai