Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agenda terbesar pendidikan Indonesia pada saat ini adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan Indonesia agar dapat sejajar denga Negara lain di Asia dan Dunia. Rendahnya
mutu pendidikan menyebabkan rendahnya sumber daya manusia (SDM), berdasarkan laporan
United Development Program (UNDP) mutu manusia Indonesia terletak di posisi 111 dari
177 Negara dan berada pada posisi terendah dibanding Negara-negara lain di Asia.
Pada saat ini kompetensi untuk hidup layak tergantung pada kreativitas dalam
melakukan inovasi. Inilah yang menyebabkan Negara yang memiliki sumber daya manusia
(SDM) yang unggul akan lebih maju dari pada Negara dengan sumber daya alam banyak
namun tidak memiliki sumber daya manusia (SDM) yang andal (Sani, 2013). Untuk itu
langkah yang harus kita lakukan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia
yaitu dengan memperbaiki dan menciptakan sumber daya manusia yang baik dan andal.
Pada hakikatnuya pendidikan merupakan langkah utama untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Selain itu, Suyanto (2003) menyatakan bahwa seorang presiden negara
paling maju di dunia masih tetap mengakui bahwa investasi dalam pendidikan merupakan hal
yang paling penting dalam kemajuan bangsa As a nation, we now invast more in education
than in defense. Pendidikan yang berkualitas bukan hanya penting sebagai upaya
melahirkan individu yang berkualitas akan tetapi juga menjadi bekal utama sebagai persiapan
memasuki kompetensi global untuk bersaing dengan negara lain.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (dalam Konferensi Forum Rektor
Indonesia Tahun 2017) berharap ke depannya akan muncul inovasi dan pemikiran mengenai
konsep pendidikan Indonesia yang akan mengubah metalis bangsa agar menjadi lebih
kompetitif daan inovatif. Di tengan era persaing global ini, tentunya dibutuhkan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing agar Indonesia dapat memenangkan
persaingan.
Tidaklah mudah memang menyiapkan sumber daya manusia yang andal seperti yang
diharpakan, namun usaha harus tetap dilakukan. Oleh karena itu Presiden mendorong
keberanian seluruh pihak, utamanya para pihak yang berkecimpung dalam bidang pendidikan
untuk lebih beranu melakukan lompatan dalam dunia pendidikan.
Mahasiswa pendidikan diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam bidang
pendidikan sebagai upaya memajukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu mempelajari
berbagai macam aliran pendidikan dan belajar dari negara-negara lain adalah sebuah langkah
untuk dapat merencanakan pendidikan Indonesia agar menjadi lebih baik karena keberhasilan
selalu berawal dari sebuah perencanaan yang baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini penulis ingin
menguraikan beberapa gagasan yang pernah ada dalam dunia pendidikan yang berasal dari
aliran konservatif dan liberal yaitu gerakan Kembali Ke Dasar yang ditulis oleh Ben
Brodinsky dan Sekolah Radikal (Summerhill) oleh AS Neill.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu gerakan kembali ke dasar?
2. Bagaimana gerakan kembali ke dasar (gerakan dan maknanya)?
3. Apa itu sekolah radikal (Summerhil)?
4. Bagaimana sekolah radikal (summerhil)?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa itu gerakan kembali ke dasar
2. Mengetahui bagaimana gerakan kembali ke dasar (gerakan dan maknanya)
3. Mengetahui apa itu sekolah radikal (Summerhil)
4. Mengetahiu bagaimana sekolah radikal (summerhil)?

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu gerakan kembali ke dasar
2. Untuk mengetahui bagaimana gerakan kembali ke dasar (gerakan dan maknanya)
3. Untuk mengetahui apa itu sekolah radikal (Summerhil)
4. Untuk mengetahiu bagaimana sekolah radikal (summerhil)?

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teoritik


Landasan toritik utama dalam pembutan makalah ini bersumber dari buku menggugat
pendidikan (fundamentalis, konservatif, liberal, dan anarkis).
2. 1.1 Kembali ke Dasar Oleh Ben Brodinsky
Di dunia pendidikan Amerika, ada suatu gerakan yang menyinggung, memukul, dan
menggembirakan orang. Hiruk-pikuk akibat gerakan itu membuat banyak pengurus sekolah
serta kaum terpelajar terpojok jadi defensif. Lantas diikuti oleh orang tua murid, pendeta,
para pelaku bisnis, dan politisi.
Di beberapa tempat gerakan itu memusatkan diri pada suatu konsep sasaran tertentu.
Misalnya, mengembalikan pendidikan kepada konsep Tiga R (Reading, Wraiting, dan
Aritmetic), menanamkan patriotism, dan memulihkan moralitas puritan. Gerakan itu kurang
konseptualis, ujar seorang pakar kurikulum selain itu kelihatannya mereka tidak punya
organisasi dan kepemimpinan yang baik. Gerakan yang mereka serukan ini ialah gerakan
Kembali Ke Dasar.
Sebenarnya apa yang diinginkan oleh para pembela gerakan Kembali Ke Dasar itu?
Lantaran mereka tak punya landasan konseptual, tanpa deklarsi prinsip-prinsip, terpaksa kita
harus menduga-duga sendiri. Ben Brodinsky menyatakan di bawah ini saya tuliskan apa yang
dari waktu ke waktu, disuatu tempat, sebagai penyebab diajukannya tuntutan para pendukung
gerakan kembali ke dasar.
1. Penekana pada pengajaran membaca, menulis, dan berhitung dit ingkat sekolah dasar.
Agar sebaguan besar jam sekolah dihabiskan untuk pelajaran-pelajaran itu dan untuk
pelajaran membaca digunakan metoda phonic.
2. Di tingkat pendidikan menengah, jam sekolah harus terutama digunakan untuk
pelajaran bahasa nasional, ilmu pengetahuan alam, matematika, dan sejarah. Semua
itu harus diajarkan persis menurut buku-buku pelajaran yang bersih yaitu yang
isisnya tidak melenceng dari nilai-nilai keluarga tradisional dan tidak mengeroposi
semangat kebangsaan.
3. Di semua tingkat endidikan, pengajar harus mengambil peran dominan, yang artinya
para guru dan dosen harus tidak peduli dengan omong kosong tentang kegiatan belajar
yang diarahkan sendiri oleh siswa.
4. Metodologi pengajaran meliputi kegiatan menghapal di luar kepala, tes hapalan
didepan kelas, pekerjaan rumah (PR) setiap hari, dan sering diadakan ulangan atau
tes.
5. Rapor atau indeks prestasi harus berisi lambang prestasi belajar yang tradisional,
yakni huruf-huruf atau nilai-nilai numerik dengan angka dan rapor harus sering
dibagikan dengan jangka waktu yang pendek.
6. Disiplin harus ketat, ada hukuman badan bagi siswa yang melanggar, dan ada system
control. Sekolah harus menerapkan tata tertib mulai dari pakaian hingga gaya rambut.
7. Kenaikan kelas dan kelulusan di SMU hanya diperbolehkan setelah siswa berhasil
menjalani tes-tes yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterampilan dan
pengetahuan yang telah diperolehnya.
3
8. Hapuskanlah semua embel-embel dari kurikulum pendidikan. Embel-embel yang
dimaksud disini misalnya kegiatan membentuk tanah liat, menenun, membuat boneka,
dst; semua kegiatan itu harus dikerjakan di waktu luang, bukan pada jam sekolah.
9. Hapuskanlah bidang-bidang study yang bersifat pilihan, tingkatkan jumlah mata
pelajaran wajib.
10. Inovasi-inovasi harus dinyatakan terlarang. Daftar yang harus ditendang dari dunia
pendidikan ialah matematika baru, ilmu pengetahuan alam baru, linguistic, pelajaran
dengan alat-alat bantu elektronik, penekanan pada konsep bukan fakta.
11. Menghapuskan program-program ekstrakurikuler karena dianggap menyita terlalu
banyak waktu yang seharusnya digunakan untuk untuk menerapkan kurikulum dasar.
12. Kembalikan patriotism ke sekolah. Kembalikan cinta pada tanah air dan mendidik
siswa agar cinta kepada Tuhan.

Penyebab lahirnya gerakan kembali ke dasar:

1. Orang tua siswa, seringkali sampai ke tingkat yang memusingkan para guru, telah
mengambil peran yang lebih besar dalam persekolahan. Selagi para orang tua itu
mendalami tugas sebagai pengawas pendidikan anak-anak, ternyata mereka awasi iti.
Mereka mencoba membentuk kembali kebijakan-kebijakan dan program-program
pendidikan agar sesuai dengan pandangan mereka sendiri.
2. Ras Afro-Amerika dan Hispanik mengklaim, entah benar atau salah, bahwa anak-anak
mereka ditelantarkan atau tidak diajar dengan semestinya dalam keterampilan-
keterampilan dasar.
3. Selama bertahun-tahun para guru telah disemangati untuk memusatkan pinggi
puerhatian pada kreatifitas, tujuan-tujuan kemanusiaan, dan pengembang para pemikir
mandiri. Di benak para guru, tidak selalu jelas apakah hal-hal itu harusnya dijadikan
tambahan pada kurikulum, ataukah dijadikan pengganti kemampuan siswa dalam
menguasai kemampuan-kemampuan dasar.
4. Paa majukan sudah lama mengeluh bahwa lulusan SMU tidak bisa menjadi pekerja-
pekerja yang produktif, karena membaca instruksi kerja saja mereka sudah
kepayahan, selain itu mereka juga tak becus berhitung. Di Amerika ada selogan
Johnny (kaula muda pada umumnya) tak bisa baca, tak bisa menulis, tak bisa
berhitung, dan majalah kaum industrialis, fobes menambahkan dan Johnny tidak
bisa kerja.
5. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi pun santer mengeluarkan keluhan bahwa lulusan
SMU tipikal tiidak siap masuk perguruan tinggi. Sebagai konsekuensinya, universitas,
sekolah tinggi, dan lain-lain menurunkan standar penerimaan mahasiswa baru mereka,
dan terpaksa menerima para lulusan SMU yang jika dinilai dengan tolak ukur yang
asli tidak akan lolos UMPTN; selain itu perguruan tinggi terpaksa menyandarkan
pada matakuliah-matakuliah dasar yang mustinya sudah tamat dikupas sekolah
menengah seperti bahasa inggris, matematika, ilmu pengetahuan alam dasar, dan lain
sebagainya.

4
6. Para majikan dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi mengutip skor-skor tes nasional
yang terus-menerus melaju ke bawah selama 12 tahun terakhir, yang menunjukkan
rendahnya prestasi belajar para siswa.
7. Orang-orang yang bergabung dengan gerakan kembali ke dasar umumnya menabuh
gendering peperangan melawan:
a. Pertumbuhan profesionalisme super dalam pendidikan.
b. Maraknya layanan-layanan dan kegiatan-kegiatan social di sekolah
8. Akhirnya ada maslah keuangan, lebih murah membiayai program sekolah yang
sifatnya dasar dan ketat disbanding dengan membiayai program-program seperti
sepuluh tahun terakhir ini. Penalaran para fundamentalis yang satu ini pas dengan
pikiran para pembayar pajak yang jengkel akibat inflasi serta meroketnya uang SPP.
Lantaran gerakan kembali ke dasar meliputi wilayah keyakinan-keyakinan dan
dogma-dogma yang luas, maka sebagian pendidik menyepakati bebrapa diantaranya,
sekalipun mereka menolak sebagian besar keyakinan dan dogma kembali ke dasar itu.
Karena itu, sudah biasa bila kita temukan orang-orang yang berkiprah di dunia
pendidikan secara antusias mengajukan pembelaan bagi gerakan kembali ke dasar.
Tapi yang menggegerkan para penuntut dan penganjur kembali ke dasar yang
paling tegas adalah, para pendidik di Amerika ternyata malah mengeluarkan tuntutan
tandingan yang menandingi tuntutan yang sederhana agar sekolah-sekolah kembali
mengajarkan tiga R. Tritunggal pendidikan yang meluncur dari kalangan pendidik
mencakup hal-hal berikut: 1) agar ditetapkan syarat dan standar kompetensi minimal,
2) agar ditetapkan dan diadakan uji kecakapan, dan 3) agar disusun dan ditetapkan
kurikulum berbasis prestasi.
Di seputar istilah-istilah teknis itu ada sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan
khusus yang dicita-citakan oleh para pendidik. Termasuk, sebagai tambahan bagi Tiga
R, ada pengembangan keterampilan-keterampilan hidup atau pertahanan hidup yakni
kompetensi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pribadi dan agar para siswa kelak
berhasil dalam hidup mereka sebagai warga negara, dan sebagai anggota keluarga.
Untuk mencapai hasil di mana para siswa menguasai kedua lapis keterampilan
diatas, para pendidik bersandar pada kurikulum yang berbasis prestasi. Untuk menguji
apakah kurikulum semacam itu bisa diterapkan dengan mulus atau tidak, mereka
memakai tes-tes kecakapan. Seorang siswa tak bisa naik kelas atau lulus dari
sekolahnya bila ia tidak dapat membuktikan lewat serangkaian ujian, bahwa dirinya
telah menguasai ketampilan dan informasi sampai taraf tertentu. Pendidikan Amerika
dirancang untuk sampai ke sana, meski ujar salah seorang pendidik, perjalanan ke
sana sejauh ini masih lamban. Di luar itu banyak sekolah malah mungkin mayoritas
sekolah sama sekali tidak bergerak mereka diam sampai pada pola pendidikan
nasional yang didukung oleh hokum yang bisa memaksa mereka bergerak ke arah
yang sama.
Meskipun lebih dari empat-perlima dewam sekolah ditiap distrik di Amerika
mereka percaya bahwa sekolah-sekolah musti menekankan tiga R, namun menurut
penelitian yang dilakukan oleh Assosiasi Dewan Sekolah Nasional hanya segelintir
dewan yang benar-benar mengangkat kebijakan untuk menerapkan program-program
kembali ke dasar.
5
Seorang anggota dewan sekoah beranya, Bayangkan apa artinya bila
penyusun kebijakan harus berbalik kea rah dasar-dasar seperti yang oleh kaum
partisan. Itu akan berarti menstrukturkan kembali pernyataan-pernyataan kebajikan
dewan sekolah dalam hal filosofinya, sasaran-sasarannya, program-programn
belajarnya-mengajarny,disiplinnya, PRnya, kelas-kelasnya standar naik kelas atau
persoalan rapor, dan sebagainya. Tidak ada dewan sekolah yang merombak diri secara
total seperti itu.
Tanpa repot-repot memikirkan kembali tujuan-tujuan dan filosofi
persekolahan,sebagian dewan sekolah member izin kepada sebagian sekolah dibawah
pengawasan mereka untuk menyusuri jalur kembali ke dasar itu. Misalnya, sekolah-
sekolah tertentu menuntut agar para siswa tampil rapi dan disiplin, mengerjakan PR
setiap hari, sementara para guru mereka mengabdikan diri untuk mengajar membaca,
menulis, dan berhitung. Sebagian lagi mengarahkan diri ke penggunaan tes-tes
kecakapan.
Lalu apa hasil dari gerakan kembali ke dasar? Ada yang baik, ada yang buruk,
kata para pendidik. Diantara keuntungan yang mungkin dihasilkan adalah sebagai
berikut:
1. Kesempatan bagi sekolah-sekolah negeri di Amerika di masa mendatang untuk
memproduksi kader-kader pembaca yang lebih baik dan menghasilkan generasi muda
yang mahir berhitung atau bahkan yang juga lancer dalam mengeluarkan pikiran
dalam tulisan,
2. Terbuka kemungkinan memulihkan kembali wewenang di kelas kepada para guru.
Selama ini menurut para penyokong gerakan kembali ke dasar, otoritas itu sudah
dirongrong dan akan ditumbangkan oleh system liberal yang melaksanakan kegiatan-
kegiatan persekolahan dengan kendali di tangan para siswa sendiri.
3. Kegitan ekstrakurikuler yang mengacaukan kurikulum dalam system persekolahan
akan dilenyapkan.
Kemungkinan-kemungkinan keuntungan gerakan kembali ke dasar diatas, menurut
para pendidik yang prihatin, akan jauh lebih kecil ketimabang pertumbuhan kekuasaan negara
di bidang pendidikan, yang akan melumpuhkan dewan-dewan sekolah mandiri. Mereka
menkhawatirkan adanya campur tangan negara dalam urusan persekolahan local dan akhirnya
mungkin menundukkan semua sekolah di bawah satu dewan super yang dikontrol oleh
negaga.
Selain itu, ujian-ujian akan berbiak sampai ke tingkat yang tak terbayangkan. Dewan-
dewan sekolah bernafsu mencari-cari tes kecakapan yang bisa diterapkan pada para siswa
mereka, dan segera sesudah menemukannya mereka akan melaksanakan tes-tes itu. Industri
pembuat tes sekarang sudah membuat rencana untuk mengembangkan jangkauan bisnisnya.
yang paling mengkhawatirkan bagi saya ujar seorang penyusun kurikulum pendidikan
adalah bahwa kita akhirnya akan benar-benar menyuruh para guru untuk mengajar siswa-
siswi berdasarkan apa yang akan muncul dalam tes-tes itu.
Namun kekhawatiran para pendidik yang saya temui terutama tertuju pada
kemungkinan bahwa sekolah-sekolah negeri bergerak ke arah penciptaan sebuah genarasi
mediokritas minimal. Artinya dengan menekankan keterampilan komunikasi dan hitung-
menghitung, mengabaikan ilmu-ilmu baru dan kereatifitas, menggerogoti sifat belajar yang
6
memanusiakan, dan meletakkan pendidikan dibawah sifat paksaan dan otokrasi, maka
pendidikan Amerika akan kehilangan kekuatan semula yang selama ini telah menjaga agar
bangsa itu bebas, inventif, serta produktif.

2. 1.2 Summerhill
Summerhil didirikan oleh Neill pada tahun 1921 di dekat London, Inggris. Menurut
Neill sekolah yang menyuruh anak-anak duduk tenang di bangku, mempelajari bidang-bidang
studi yang paling tak berguna, adalah sekolah yang buruk. Ia hanya baik bagi orang-orang
yang percaya pada sekolah semacam itu, hanya baik buat warganegara yang tidak kreatif,
yang ingin agar anak-anaknya tidak kreatif, yang ingin agar anak-anaknya patuh
membungkuk-bungkuk, supaya cocok masuk ke peradaban, yang tolok-ukur kesuksesannya
adalah uang. Summerhill berawal sebagai sekolah eksperimental. Kini tidak lagi, kini ia
sekolah demonstratif, karena ia memperagakan bagaimana demokrasi berjalan. Ketika saya
dan isteri pertama saya mulai mengoperasikan sekolah itu, kami dituntun satu gagasan utama
menjadikan sekolah cocok dengan anak bukannya mencocokkan anak dengan sekolah. Sudah
bertahun-tahun saya mengajar di sekolah-sekolah biasa.
As. Neill membuat sekolah yang mengizinkan anak menjadi dirinya sendiri dengan
membuang disiplin, semua pengarahan, semua sugesti semua pelatihan pemberani moral,
semua pelajaran keagamaan. Kata orang, kami keberanian mo sekolah ini kami tak butuh
Tapi untuk mendirikan Kami hanya butuh apa yang kami sudah punya keyakinan utuh
tentang anak sebagai makhluk yang baik. Hampir 40 tahun lamam keyakinan ini tak surut,
justru makin mengental jadi seperti iman menurut saya anak punya watak dasar bijaksana dan
realistis. Kalau dibiarkan tanpa campur-tangan apapun dari orang ia akan berkembang sejauh
potensinya memungkinkan.
Secara logis di Summerhill, barangsiapa punya potensi dan ingin jadi intelektual, akan
jadi barang siapa hanya cocok menyapu jalanan akan menyapu jalanan. Namun sejauh ini
kami tidak menghasilkan tukang sapu jalan. Saya tulis ini tanpa sikap sok, karena saya lebih
senang melihat sekolah memproduksi tukang sapu yang bahagia ketimbang menghasilkan
intelek yang sarafnya tidak beres.
Seperti apa tampang Summerhill:
1. Pelajaran-pelajarannya boleh dipilih sendiri yang kalau anak mau belajar, belajarlah
dia kalau tidak ingin belajar, silahkan saja.
2. Biasanya anak-anak membentuk kelas berdasarkan usia mereka Kadang-kadang
menurut minat-minat mereka.
3. Summerhill tak punya metode mengajar yang baru anak dibebaskan memilih metode
belajarnya sendiri.
4. Semua orang memiliki hak setara.
5. Mengambil keputusan melalui diskusi, As Neill percaya bahwa belajar itu sendiri
tidak sepenting kepribadian atau karakter.
6. Tidak ada ujian kenaikan kelas
Saya dan semua staf Summerhill memendam kebencian mendalam terhadap segala
bentuk ujian. Bagi kami, UMPT adalah musuh laknat. Tapi kami tak bisa menolak
mengajarkan bidang-bidang studi tertentu karena ada anak-anak kami yang ingin kuliah.

7
Jelas, ujian masih ada, ia menjadi majikan kita. Selama ini semua staf kami terpaksa punya
kualifikasi untuk mengajar sesuai aturan di luar.
Tak banyak anak yang ingin mengikuti ujian-ujian itu; hanya yang ingin kuliah saja.
Dan anak-anak yang minatnya ke sana umumnya tidak mengalami kesulitan mengerjakan
ujian. Biasanya mereka mulai serius belajar mengarah ke UMPT sejak usia 14 selama kira-
kira tiga tahun. Tentu saja tidak semuanya lolos saat pertama kali mencoba. Yang penting
adalah, mereka mencoba lagi. Summerhill mungkin adalah sekolah terbahagia di dunia.
Jarang ada yang kangen rumah, tak ada yang melarikan diri. Sangat langka terjadi
perkelahian kalau pertengkaran lumayan tapi saya jarang sekali menyaksikan gebuk-gebukan
seperti umumnya anak-anak di sekolah-sekolah lain. Jarang saya temukan anak kami
menangis, sebab anak yang bebas tak punya banyak persediaan rasa benci untuk
ditumpahkan, tidak seperti anak-anak yang dikekang.
Kebencian membiakkan kebencian, cinta berbuah cinta. Cinta berarti merestui anak-
anak, dan itu penting artinya di sekolah manapun. Mustahil Anda mendampingi anak bila
Anda menghukum dan mengamuk meledak-ledak pada mereka. Di Summerhill tiap anak tahu
bahwa dirinya direstui dan disayangi Saya akui, kami tak bebas dari kekeliruan-kekeliruan
manusia. Salah satu kejadian, berminggu-minggu saya habiskan waktu untuk bertanam
kentang di musim semi, dan ketika lihat ada delapan tunas kentang dicabut orang di bulan
Juni, saya ribut. Toh masih ada perbedaan antara kegemparan yang saya timbulkan dengan
keributan yang disulut seorang otoriter. Saya marah-marah soal kentang. Guru otoriter
mengamuk perkara moral si jahat pencabut kentang. Ia akan membawa-bawa masalah benar
atau salah, baik atau buruk. Tidak saya bilang bahwa mencuri tanaman saya adalah perbuatan
buruk; saya tidak menjadikan persoalan itu penentuan benar atau salah. Saya menjadikannya
perkara karena ini kentang saya. Yang hilang itu kentang-kentang saya, dan harusnya
siapapun jangan mengganggu kentang kentang yang bukan miliknya. Saya harap pembedaan
ini sudah cukup jelas.
Bagi anak-anak, saya bukan otoritas yang harus ditakuti. Saya sejajar dengan mereka
semua dan keributan saya akibat kehilangan kentang tidak lebih penting dan tidak lebih
menghebohkan buat mereka dibanding dengan kemarahan seorang anak yang ban sepedanya
dikempesi. Cukup aman ribut-ribut dengan anak-anak asalkan posisi Anda sama tinggi
dengan mereka. Nah, pasti ada yang bilang: "Gombal. Mustahil ada kesetaraan. Neill kan
bosnya; dia lebih gede ketimbang anak-anak: Lebih bijaksana ketimbang anak-anak." Oh, ya.
Memang saya bosnya sekolah ini dan bila gedungnya kebakaran anak-anak akan lari ke saya.
Mereka tahu, saya lebih besar dan lebih bijaksana. Tapi itu tak ada artinya ketika saya
bertemu mereka di lapangan permainan mereka sendiri katakanlah di ladang kentang.
Suatu ketika Billy, umur 5 tahun menyuruh saya meninggalkan pesta ulang tahunnya
dengan alasan bahwa saya tidak diundang, tanpa sangsi saya langsung hengkang sama seperti
Billy keluar kamar saya tanpa ragu saat saya katakan saya tak ingin da temani. Tidak
gampang menjelaskan hubungan antara guru dengan murid yang seperti ini, namun tiap
pengunjung summerhill tahu yang saya maksudkan dan hubungan ideal, orang menyaksikan
dalam perilaku staf sekolah kami secara umum.
Di Summerhill, hak tiap orang setara. Tak seorangpun boleh loncat-loncat di atas
piano saya, saya tak boleh memakai sepeda seorang bocah tanpa seizinnya. Di Pertemuan
Umum, suara anak umur 6 tahun nilainya sama dengan suara saya.
8
Ada yang memprotes, apa mungkin dalam praktiknya suara orang dewasa setara
dengan anak-anak? Tidakkah anak usia 6 tahun menunggu dulu bagaimana pendapat Anda
sebelum ia mengangkat tangan untuk menyetujui atau menolak suatu usulan? Seandainya
sesekali anak itu berbuat demikian, alangkah senangnya saya, karena nyatanya selama ini
banyak sekali usul saya ditolak mentah-mentah. Anak-anak yang bebas tidak mudah
dipengaruhi fenomena ini antara lain disebabkan oleh ketiadaan rasa takut. Dan ketiadaan
rasa takut adalah hal terindah yang dapat terjadi pada diri seorang anak.
Salah satu peraturan Summerhill menentukan bahwa setiap malam, sesudah jam
sepuluh, di lorong lantai atas harus tidak ada suara berisik, karena banyak penghuni lantai
bawah sudah ingin tidur. Suatu ketika, kira-kira jam sebelas, koridor itu bising sekali, dan
saya beranjak meninggalkan meja tulis untuk memprotes keributan itu. Saat saya sedang
mendaki tangga, terdengar suara-suara kaki bergegas dan begitu saya sampai ke lorong sudah
sunyi senyap. Tak seorangpun ada di sana. Mendadak saya dengar suara gerutu "Alaa... cuma
Neill toh." Dan dimulai lagi bercandanya yang berisik. Saya jelaskan bahwa saya butuh
ketenangan karena sedang menulis buku di bawah sana sekejap saja anak-anak itu sudah
langsung memperlihatkan kepedulian mereka dan sepakat agar berhenti memproduksi
kebisingan Tadinya mereka lari sembunyi karena mengira yang naik itu petugas yang
mengawasi jam tidur mereka.
Anak-anak mudah menjalin hubungan atau pertemuan dengan orang dewasa tanpa
rasa takut. Kami bangsa inggris terkenal selalu jaga jarak dengan orang lain: sesungguhnya
ini adalah wujud rasa takut yang tersembunyi di lubuk hati.
Namun saya harus mengaku bahwa banyak tamu kami adalah orang-orang yang
memang menarik bagi anak anak, yang paling dingin di sambut di Summerhill adalah, para
guru biasa, khususnya guru yang tekun, yang datang ingin melihat-lihat gambar dan karya
tulis anak-anak. Tamu yang disambut hangat, bahkan gegap gempita adalah yang punya kisah
menarik untuk diceritakan pada anak-anak petualangan, perjalanan ke luar negeri, atau yang
paling hebat soal penerbangan. Seorang petinju atau pemain tenis yang baik segera dirubung
bocah. Tapi tamu yang mengantongi teori dibiarkan sendirian.
Komentar yang paling kerap dilontarkan para tamu adalah mereka tak bisa
membedakan mana yang staf mana yang murid. Ini memang benar rasa persatuan begitu kuat
ketika anak-anak direstui. Tidak ada jarak dengan guru sebagai guru, mereka makan makanan
yang sama menaati aturan-aturan komunitas yang sama. Kalau para anggota staf mendapat
perlakuan istimewa, anak-anak tentu Protes.
Mulanya saya mengadakan perbincangan soal psikologi dengan staf kami tiap satu
minggu sekali, tapi ada yang menggerutu itu tidak adil. Maka saya ubah rencana saya dan
pertemuan diadakan buka secara, tiap orang yang berusia di atas 12 tahun boleh hadir kalau
mau. Tap malam Kamis, kamar saya disesaki anak-anak yang bukan hanya mendengarkan
omongan kami, melainkan juga memberi usul-usul dan menyatakan pendapat. Anak-anak
minta agar saya menetapkan tema-tema ini "Kompleks Rendah Diri, Psikologi Gangter,
"Psikologi Humor Psikologi Pencurian Mengapa Orang Menja di Moralis?
Masturbasi Psikologi gerombolan. Tampaknya mereka akan mengarungi kehidupan
dengan bekal pengetahuan luas dan jernih tentang diri mereka tentang diri mereka sendiri
serta tentang sesame manusia.

9
Ada lagi pernyataan klise: tidakkah anak-anak kelak berpaling menyalahkan
Summerhill, karena tidak mengajarkan aritmetika atau menyalahkan music? Jawabnya
Freddy Beethovenmuda dan Tommy Einstein muda akan menolak dijauhkan dari ruang-
ruang kehidupan mereka saat itu.
Fungsi anak adalah untuk menjalani kehidupannya sendiri, bukan kehidupan yang
diharapkan oleh orangtuanya yang dirundung kecemasan tentang masa depan, tidak
mengikuti tujuan pendidik yang mengira dirinya tahu betul apa yang terbaik buat anak.
Semua campur tangan dan bimbingan orang dewasa hanya menghasilkan generasi-generasi
robot.
Anda tak dapat membuat anak-anak jadi belajar music atau apapun tanpa mengubah
mereka menjadi seperti orang-orang dewasa yang tanpa kehendak, sampai derajat tertentu.
Anda menjadikan mereka penerima status quo --- bagus buat masyarakat yang butuh
pegawai-pegawai yang sudi duduk seharian di depan meja-meja usang mengerjakan arsip
arsip yang membosankan, butuh para pembeli di toko-toko swalayan besar, butuh para
penunggu kereta api yang mekanistis yang selalu takut telat, masyarakat yang disangga oleh
manusia-manusia kerdil penakut, masyarakat yang berdiri di atas pundak si konformis yang
gemetaran tiap mendengar kata risiko'.

Sehari di Summerhill

Sarapan pukul 8.15 sampai jam 9 pagi. Staf sekolah dan para murid mengambil makanan di
dapur, lalu membawanya sendiri-sendiri ke ruang makan. Jam 9.30, saat jam pelajaran mulai,
semua ranjang musti sudah dibereskan oleh siapa yang tidur di sana semalam.
Pada permulaan setiap tahun ajaran, ada jadwal waktu yang dikirim ke para guru.
Derek di laboratorium kimia mengajar Kelas I di hari Senin, Kelas II di hari Rabu, dan
seterusnya Saya mengajar bahasa Inggris dan matematika den jadwal serupa. Maurice
mengajar geografi dan sejarah. Anak-anak umur 7 sampai 9 tahun biasanya mengikuti guru
mereka sendiri sepanjang pagi. Tapi mereka tidak berhenti di satu kelas saja; mereka juga
mengikuti pelajaran Ilmu alam atau pergi ke Ruang Kesenian.
Tak seorangpun wajib masuk. Tapi kalau si Jimmy mengikuti pelajaran bahasa
Inggris di hari Senin lalu tidak kelihatan lagi batang hidungnya sampai Jumat, anak-anak lain
bisa menyunuh dia keluar sekalian dari kehs bahasa Inggris karena Jimmy membuat pelajaran
seret (dia ketinggalan banyak hal antara senin dan Jumat).
Sekolah berlangsung sampai jam satu siang. Anak-anak TK dan kelas 1 sampai 3
makan siang iam 12.30. Para pelajar senior dan staf makanjam 1.30
Siang hari bebas digunakan. Saya tidak tahu pada ngapain kalau siang. Saya jarang
melihat anak-anak kecil di kebun. Yang kelas 1 sampai 3 kadang main bandit-banditan. Yang
lebih besar kelihatan sibuk mengurus motor, radio, dan melukis. Kalau cuacanya cerah,
mereka juga bermain. Ada juga yang berkutat di bengkel, membetulkan sepeda, merakit
perahu, atau membuat pistol. Teh disajikan jam 4 sore. Jam lima kegiatan dimulai lagi. Anak-
anak TK dan SD yang kecil-kecil senang dibacakan cerita. Yang agak besar suka berkesenian
melukis, mematung, mengerjakan kerajinan kulit, membuat keranjang. Biasanya sekelompok
anak sibuk membuat keramik seni keramik adalah favorit banyak anak untuk mengisi pagi

10
dan sore hari. Kelompok umur tertua termasuk para guru mulai kerja lagi sesudah jam lima.
Tiap malam, bengkel kerajinan kayu dan kriya logam selalu penuh.
Senin malam para murid pergi ke bioskop setempat. Yang bayar karcis orangtua
masing-masing. Bioskop itu memutar film baru tiap Kamis, dan kalau anak-anak masih
punya uang, mereka nonton lagi Tentu kegiatan malam tidak selalu seperti itu. Rabu malam,
seperti sudah saya katakan, kami berbincang soal psikologi di kamar saya. Saat itu anak-anak
di bawah usia 12 melakukan kegiatan membaca secara berkelompok. Sedangkan Selasa
malam adalah malam dansa. Kami punya setumpuk rekaman musik, dan anak-anak memilih
sendiri lagu-lagunya. Semua anak Summerhill jago dansa. Beberapa tamu mengaku kalah.
Malam Jumat tak banyak kegiatan, kecuali anak-anak besar yang kadang pergi ke kota untuk
nonton film. Jumat malam adalah malam khusus; umpamanya untuk berlatih drama yang
akan dipentaskan.
Malam Minggu adalah malam terpenting: malam Pertemuan Umum. Biasanya diikuti
dansa. Di musim dingin, Malam Minggu adalah malam teater.
Kerajinan tangan tidak dijadwalkan. Kapan anak-anak ingin, mereka bisa membuat
apapun yang mereka mau. Biasanya mereka merakit pistol-pistolan, senapan kayu, perahu,
atau layangan. Mereka tidak tertarik membuat kerajinan yang rumit; bahkan anak-anak umur
15 pun tidak berminat bertukang sungguhan' alias membuat kerajinan kayu yang sulit-sulit,
Hobi saya sendiri adalah membuat kerajinan tembaga tempa. Hanya segelintir anak yang
berhobi sama karena Anda tak dapat menyalurkan fantasi besar pada sebuah mangkuk
tembaga. Lebih mengasyikkan bikin senapan.
Anak-anak perempuan biasanya tidak berkegiatan jauh dari rumah, dan hampir selalu
berdekatan dengan orang-orang dewasa. Banyak di antaranya sibuk di Ruang Kesenian,
membuat barang barang dari kain warna-warni. Secara umum saya kira anak-anak lelaki
lebih kreatif. Artinya, nyaris tak pernah mereka mengeluh bosan dan tak tau mau berbuat apa.
Anak-anak perempuan sering melontarkan keluhan seperti itu.
Barangkali penyebabnya adalah, Summerhill lebih diperlengkapi untuk kegiatan
anak-anak lelaki. Bengkel logam kayu, misalnya, hampir tak ada gunanya menurut anak-anak
perempuan usia di atas 10 tahun. Mesin-mesin juga hampir mereka singkiri sama sekali,
Elektronika pun sama. Beberapa anak perempuan. tidak puas dengan hanya melukis,
menjahit, menyulam, merajut, membuat kerajinan keramik dan linoleum. Sedangkan di
bidang masak-memasak, anak lelaki juga tertarik. Mereka bersama-sama memproduksi
drama, membuat kostum dan dekor sendiri, Secara umum bakat akting anak-anak kami
lumayan tinggi. Ini karena mereka beraksi secara tulus, tidak bertujuan pamer.
Laboratorium kimia termasuk laris. Tiap hari anak-anak lelaki bertandang ke sana.
Jadi bisa diilang anak-anak perempuan usia 9 tahun ke atas hanya tak terlibat di bengkel-
bengkel kerja.
Namun ada fakta lain anak-anak perempuan tidak terlal aktif di pertemuan-pertemuan
mereka tak sering mengajukan usul atau berdebat. Saya tak tahu mengapa.
Sampai beberapa tahun silam, anak-anak perempuan umumnya masuk ke Summerhill
sesudah usianya cukup besar banyak kegagalan kami menyangkut anak-anak perempuan dari
sekolah-sekolah khusus bersuasana keagamaan. Saya tak pernah menganggap anak dari
sekolah-sekolah semacam itu sebagai contoh sejati pendidikan bebas. Orangtua anak-anak
perempuan yang telat masuk ke Summerhil ini biasanya tidak menghargai kebebasan, sebab
11
kalau mereka menghargai kebebasan tentu anak-anak perempuan mereka takkan bermasalah.
Padahal yang dikirim ke Summerhill umumnya adalah anak-anak perempuan bermasalah.
Kalau sudah tersembuhkan, orangtua mereka bergegas menjemput anak-anak itu dan
memindahkannya "ke sekolah yang menyenangkan di mana mereka akan dididik." Syukurlah
belakangan ini kami memperoleh anak-anak perempuan dari keluarga-keluarga yang
mempercayai Summerhill sebagai tempat pendidikan, bukan cuma sebagai lokasi tetirah atau
'dukun' bagi anak bermasalah
Suatu hari datang berkunjung seorang dosen psikologi dari Amerika. la mengkritik
sekolah kami dengan alasan "Sekolah Anda ini sebuah pulau', tak cocok hidup bersama
komunitas, tidak menjadi bagian dari unit sosial yang lebih besar.
Jawaban saya begini. Andaikan saya ingin mendirikan sebuah sekolah di sebuah kota
kecil, dan andai saya ingin agar sekolah saya selaras dengan masyarakat setempat, apa yang
akan terjadi? Dari 100 orangtua, berapa persen yang akan setuju pada kebebasan penuh anak
untuk masuk (atau tidak masuk) sekolah? Berapa banyak yang akan merestui hak anak untuk
bermasturbasi? Sejak diletakkannya batu pertama sekolah kami, saya akan harus
berkompromi. Saya harus melupakan keyakinan saya akan apa itu kebenaran.
Summerhill memang sebuah pulau. Memang harus menjadi sebuah pulau, karena
orangtua siswa-siswi kami tinggal bermil-mil jauhnya dari sini, bahkan di kota-kota lain, di
propinsi-propinsi lain, di negeri-negeri jiran. Mustahil kami ajak pindah semua orangtua itu
ke kota Leiston, wilayah Suffolk, Britania Raya. Summerhill tak dapat menjadi bagian dari
kehidupan budaya, sosial, dan ekonomi kota Leiston
Saya musti buru-buru menambahkan bahwa nyatanya Summerhill bukan sebuah
pulau yang terpisah jauh dari warga kota ini. Selama 40 tahun hubungan kami dengan warga
setempat selalu baik. Tapi secara fundamental Summerhill tetap bukan-bagian dari komunitas
itu; dan tak pernah terpikir oleh saya untuk mengiklankan diri atau minta pada editor koran
setempat untuk memuat cerita keberhasilan para mantan murid kami.
Anak-anak kami bermain-main bersama anak-anak Leiston, namun sasaran-sasaran
pendidikan kami jauh terpisah. Kami tak punya ikatan keagamaan, maka kami tak
berhubungan dengan di bagian dari badan-badan agama di sini. Kalau Summerhill menjadi
bagian pusat kota, ia akan harus mengajar agama juga pada anak-anak.
Saya rasa teman Amerika saya tadi tidak menyadari makna kritiknya sendiri. Saya
menangkap arti kritiknya: Neill itu hanya pemberontak melawan masyarakat, sistem Neill tak
bisa menjadikan masyarakat sebuah unit sosial yang bersatu dan harmonis menjembatani
kesenjangan antara psikologi anak dengan ketidakpedulian sosial terhadap psikologi anak; tak
bisa menjembatani jurang antara kehidupan dan anti kehidupan, antara sekolah dengan
rumah. Jawaban saya hanya: saya bukan pendakwah untuk mempertobatkan masyarakat.
Saya hanya bias berusaha meyakinkan masyarakat tentang perlunya mencampakkan
kebenciannya dan hukumannya dan mistikismenya. Memang saya menulis dan berbicara
langsung bagaimana pikiran saya tentang masyarakat, namun jika saya coba mereformasi
masyarakat melalui aksi, masyarakat akan membunuh saya karena mereka anggap saya ini
pemimpin Gerakan Pengacau Keamanan dan musuh masyarakat.
Umpama saya coba membentuk sebuah masyarakat di mana para remaja akan bebas
menjalankan kehidupan percintaan sesuka hati, saya bakal dihancurkan itu pun kalau mereka
tak punya gagasan untuk melempar saya ke penjara dengan tuduhan "menyesatkan kaum
12
muda. Saya benci kompromi. Tapi di sini saya harus berkompromi, karena sadar tugas utama
saya bukanlah mereformasi masyarakat. Tugas saya adalah membawa kebahagiaan bagi
beberapa orang anak yang mau belajar bersama saya.

Pendidikan Summerhill versus Pendidikan Standar

Saya percaya bahwa tujuan hidup adalah untuk menemukan kebahagiaan. Artinya,
menemukan apa yang diminati. Pendidikan harus menyiapkan anak untuk menjalani
kehidupan. Kebudayaan kita selama ini tak pernah betul-betul sukses. Pendidikan kita, politik
kita, dan ekonomi kita, hanya berhasil mendorong orang berperang. Obat-obatan dan ilmu
kedokteran kita tak sanggup mengenyahkan penyakit. Agama kita tidak berhasil membunuh
perampokan dan penipuan. Humanitarianisme yang kita bangga-banggakan masih
membolehkan pendapat umum merestui olahraga, barbar: berburu binatang. Kemajuan
kemajuan abad ini hanyalah kemajuan-kemajuan mekanis radio, televisi, elektronika secara
umum, pesawat terbang bermesin jet. Perang Dunia masih mengancam di cakrawala, lantaran
kesadaran sosial dunia masih primitive.
Andai kita sekarang ingin bertanya-tanya, bisa kita ajukan segelintir pertanyaan yang
wagu. Mengapa manusia kelihatannya punya lebih banyak penyakit ketimbang binatang?
Mengapa manusia membenci dan saling membunuh dalam peperangan, sementara binatang
adem-ayem saja? Mengapa kanker merajalela? Mengapa begitu banyak orang bunuh diri?
Mengapa begitu banyak kejahatan-kejahatan? mengapa ada anti-Semitisme? Dan masih
banyak mengapa lainnya tentang keadaan kita saat ini.
Saya tanyakan itu semua karena saya guru, profesi yang mengharuskan saya
berhubungan dengan anak-anak. Saya tanyakan semua karena pertanyaan-pertanyaan para
guru selama ini itu remeh-temeh, yakni tentang bidang-bidang studi. Saya tanyakan: apa sih
hal penting dan kebaikan yang bisa muncul dari diskusi tentang bahasa Prancis atau sejarah
kuno atau entah apa lagi yang biasa kita seminarkan, sementara semua itu tidak ada harganya
dibanding pertanyaan tentang pemenuhan alami kehidupan yaitu kebahagiaan manusia.
Seberapa banyak dari pendidikan kita yang benar-benar merupakan tindakan,
sungguh-sungguh merupakan pengungkapan diri anak? Pekerjaan tangan terlalu sering berarti
membuat sesuatu di bawah pengawasan seorang ahli. Bahkan sistem Montessori pun, yang
terkenal di mana-mana sebagai sistem permainan terarah, adalah permainan terarah: cara
artificial untuk memaksa anak belajar dengan cara berbuat sesuatu secara fisik. Yang seperti
itu sama sekali tidak kreatif.
Di rumah, anak selalu diajar. Hampir di tiap rumah, sedikitnya selalu ada satu orang
berusia dewasa yang tidak dewasa yang memberitahu si kecil Tommy bagaimana mesin
tertentu bekerja. Selalu ada seseorang yang mengangkat bayi ke atas meja kalau si bayi ingin
menyelidiki sawang di dinding. Tiap kali kita tunjukkan cara kerja mobil-mobilan pada si
Tommy, kita rampas kegembiraan hidup si Tommy padahal kegembiraan dalam proses
menemukan sesuatu, kegembiraan karena mengalahkan suatu rintangan. Malah lebih buruk
lagi kita membuat si Tomboy peraya bahwa dirinya inferior dan tak bias melakukan apa-apa
tanpa bantuan kita.

13
Para orangtua murid lambat sekali manyadari betapa tak pentingnya belajar di
sekolah. Orang dewasa hanya belajar apa uyang ia minati tanpa peduli bahwa anak pun
demikian. Ranking dan rapor dann ujian menginjak-injak perkembangan kepribadian anak.
Hanya makhluk yang suka sok yang menonjol-nonjolkan ilmunya dan mengklaim buku-buku
sama dengan pendidikan.
Apa yang paling tidak penting diantara segenap perlengkapan sekolah? Buku. Yang
dibutuhkan anak hanya Tiga R: membaca, menulis, berhitung. Sisanya harus berupa alat-
alat keterampilan dan tanah liat dan olahraga dan teater dan cat air d kebebasan.
Kebanyakan tugas-tugas sekolah yang ditekuni remaja hanya pemborosan waktu,
energi, kesabaran. Remaja dirampok haknya untuk bermain dan bermain. Di atas bahu
mereka yang muda dipaksakan tumbuh kepala-kepala tua.
Saat memberi ceramah pada para calon guru di berbagi pengunan tinggi, sering saya
terperanjat menyaksikan ketidak-dewasaan mahasiswa-mahasiswi keguruan; yang kepalanya
dijejali pengetahuan-pengetahuan tak berguna. Mereka pintar-pintar: mereka bersinar kalau
bicara dialektika, mereka fasih mengutip yang klasik-klasik. Tapi dalam perkara memandang
kehidupan mereka masih bayi-bayi. Selama ini mereka diajar untuk tahu, dilarang merasakan.
Mahasiswa-mahasiswi keguruan itu ramah-ramah, menyenangkan, bersemangat, tapi ada
sesuatu yang kurang faktor emosional, kekuatan untuk menundukkan pikiran dengan perasan.
Saya bicara tentang jagat yang mereka cicipi ini. Buku-buku tebal mereka tidak menyentuh
karakter manusia, atau cinta, atau kebebasan, atau penentuan nasib sendiri. Dan sistem
pendidikan terus saja berjalan dengan sasaran belajar dari buku-buku, menceraikan hati
dengan kepala,
Sudah waktunya kita tantang anggapan sekolah tentang belajar dan keria. Kita telan
begitu saja fiksi bahwa anak musti belajar sejarah, matematika, geografi, ilmu-ilmu tertentu
secercah seni dan jelas harus membaca kesusasteraan. Sudah waktunya kita sadari bahwa
kawula muda tak tertarik sedikitpun pada bidang-bidang itu tadi.
Saya buktikan pada tiap perjumpaan dengan murid baru. Tiap kali saya beritahukan
bahwa Summerhill tidak mewajibkan dia masuk kelas tiap hari, si murid baru menjerit
"Horeee! Bebas dari aritmatika dan lain-lain yang membosankan!
Saya tidak mengusulkan agar orang jangan sampai belajar. Tapi belajar harusnya
mengikuti permainan. Dan belajar harusnya jangan sengaja dicampur adukkan dengan
permainan hanya supaya anak mau menelannya.
Belajar itu penting tapi tidak bagi setiap orang. Vaslav Nijinsky [1890-1950) tak lulus
ujian di St. Petersburg, Rusia. Dan dia tak bisa masuk ke Balet Negara tanpa lulus ujian. Tapi
Nijinsky sungguh tak bisa belajar bidang-bidang studi yang diajarkan sekolah pikirannya
memang tak pernah mengarah ke sana. Maka, konon, menurut biografi pebalet sekaligus
koreografer legendaris ini, sekolah memalsukan sebuah ujian khusus buat dia, dan saat
Nijinsky ujian ia menerima kertas soal plus kertas lain berisi jawaban soal-soal itu sekalian.
Bayangkan andai tidak begitu. Bayangkan betapa rugi dunia ini andai Nijinsky betul-betul
harus lulus ujian!
Para pencipta mempelajari apa yang harus mereka ketahui supaya memperoleh alat
yang dituntut oleh kejeniusan dan orisinalitas mereka. Karena mereka butuh alat untuk
menyalurkan bakat, mereka jadi ingin belajar. Tapi yang mereka inginkan hanya belajar yang
relevan dengan bakat itu saja. Kita tidak tahu berapa banyak kreasi terbunuh, berapa banyak
14
bakat gugur, di ruang kelas sekolah-sekolah yang menekan belajar bidang-bidang tertentu
tanpa pandang bulu.
Kami telah menemukan bahwa anak yang taki mau atau tak bisa belajar membaca
sampai umurnya kira-kira 15 selalu punya bakat keterampilan praktis, misalnya permesinan,
dan kelak menjadi ahli mesin atau elektro yang baik. Sehingga menurut Neill hanya
kurikulum yang absurd yang memaksa seorang calon perancang mode mempelajari
persamaan-persamaan kuadrat atau memaksanya menghapal Hukum Boyle.
Cadwell Cook pernah menulis buku berudul The Play Way. Di dalamnya ia
merumuskan cara mengajar bahasa Inggris lewat permainan. Buku itu menakjubkan, penuh
hal-hal baik, namun saya pikir yang diajukan Cook hanyalah cara baru mengangkat teori
lama bahwa belajar adalah sesuatu yang terpenting, yang paripurna. Kata Cook, begitu
pentingnya belajar sehingga supaya anak mau menelannya belajar' musti dilapisi gula, ibarat
pil yang pahit. Anggapan bahwa anak harus mempelajari sesuatu, dan kalau tidak ia hanya
membuang waktu, tak lain dan tak bukan adalah sebuah kutukan-kutukan yang membutakan
jutaan guru dan kebanyakan penilik sekolah di seluruh dunia. 50 tahun silam, semboyan kita
berbunyi "Belajar Lewat Tindakan". Kini bunyinya "Belajar Lewat Permainan. Permainan
diajukan sebagai cara, sebagai sarana, untuk mencapai tujuan yang baik. Tujuan baik apa?
Mana saya tahu.
Ketakutan orangtua akan masa depan menyebabkan anak tumbuh tidak sehat.
Ketakutan ini, anehnya, menampakkan diri dalam bentuk ambisi orangtua agar anaknya
belajar lebih banyak ketimbang mereka dahulu. Orangtua macam apa itu tidak membiarkan si
anak membaca kapan ia suka. Mereka panik menyangka langit masa depan bakal ambrol
kalau si anak tidak didorong membaca setiap saat. Orangtua seperti itu bahkan tak puas bila
anak patuh berangkat sekolah tiap pagi dan pulang siang hari. Si anak masih disuruh les ini
dan kursus itu supaya tambah pengetahuan. Orangtua itu tak membolehkan anak menetapkan
jadwal sendiri. Mereka bertanya Kalau anak kami tak bisa membaca di usia 12, mau jadi apa
dia kelak? Mana bisa sukses hidupnya?
Tapi sesungguhnya kita harus menunggu anak mencapai kemajuan sendiri. Tak
pernah saya berhenti meyakini bahwa asal jangan diganggu atau dipaksa, si anak akan sukses
dalam hidupnya kelak.
Tentu kaum Flistin akan bilang, "Hah, si Neill menganggap seorang sopir truk sukses
dalam kehidupan!" Jawab saya: criteria sukses saya adalah kemampuan untuk bekerja dengan
gembira dan bidup secara positif Dengan definisi ini, kebanyakan murid Summerhill sukses
dalam hidup.
Rasa takut adalah akar penentangan manusia dewasa terhadap anak yang bermain-
main. Ratusan kali saya mendengar orang mendesak, Tapi kalau anak saya main terus
sepanjang hari, bagaimana dia bisa belajar? Bagaimana dia bisa lulus ujian? Hanya sedikit
yang mau menerima jawaban saya: Bila anak Anda boleh bermain kapan ia suka, ia akan
mampu lolos UMPT sesudah dua tahun belajar intensif, tidak harus lima tahun, enam tahun,
atau tujuh tahun seperti biasa, di sekolah-sekolah yang menganggap permainan bukan bagian
dari kehidupan.
Tapi saya harus selalu menambahkan, "Itu kalau anak Anda memang ingin lolos
UMPT!" Siapa tahu anak itu ingin jadi penari balet. Atau ahli reparasi radio. Atau perancang
busana.
15
Ketakutan orang dewasa tentang masa depan anak menyebabkan hak anak untuk
main-main dirampas. Dan lebih dari itu, di balik pelarangan atau pengharaman dalam ucapan
"Sudah jangan bermain terus, bikin PR dulu sana!" terletak suatu gagasan moral yang kabur.
Sugesti bahwa menjadi anak tidaklah terlalu baik. Seperti yang terungkap dalam teguran
orang tua-tua pada kaum muda, "Jangan kekanak-kanakan begitu!
Orangtua yang sudah lupa akan dambaan mereka waktu kecil, lupa bagaimana
bermain, lupa bagaimana berkhayal, menjadi orangtua yang buruk. Ketika seorang anak
kehilangan kemampuan untuk bermain, secara kejiwaan dia sudah mati dan anak itu
berbahaya bagi anak lain yang berhubungan dengan dia.
Yang tidak dipahami oleh orangtua adalah perbedaan antara kebebasan dan izin. Di
sebuah rumah yang berdisiplin, anak-anak tidak punya hak. Dalam rumah yang memanjakan
anak, anak-anak punya seluruh hak. Keduanya bukan rumah ideal, yang ideal adalah rumah
di mana anak dan orang dewasa punya hak setara. Sekolah yang ideal juga sama.
Musti saya tekankan berkali-kali bahwa kebebasan tidak berarti memanjakan anak.
Bila anak anda usia 3 tahun ingin berjalan-jalan di atas meja makan, Anda harus
melarangnya. Anak itu harus patuh. Tapi Anda pun harus patuh kepadanya kalau anak umur 3
tahun menyuruh saya pergi dari kamarnya, saya pergi.
Supaya anak bisa bebas sesuai pembawaan alamiahnya, orang dewasa musti
berkorban. orangtua yang sehat akan mencapai kesepakatan tertentu dengan anak-anaknya;
orangtua yang tidak sehat melakukan kekerasan, jadi galak, atau malah sebaliknya
memanjakan anak tanpa batas hingga seluruh hak sosial menjadi milik anak dan mereka
sendiri tidak kebagian.
Kita harus mengizinkan anak mementingkan dirinya sendiri, boleh tak mau berbagi
bebas mengikuti kepentingan-kepentingan kekanakannya. Jika kepentingan individual anak
bertabrakan dengan kepentingan sosialnya, biarkan saja kepentingan individual diutamakan.
Keseluruhan ide sumerhill adalah pelepasan untuk mengizinkan anak hidup sesuai minatnya
sendiri.
Sekolah harus membuat kehidupan anak jadi permainan. Maksud saya bukan
membangun jalan setapak dari mawar untuk ia lewati. Membuat segalanya jadi mudah buat
anak adalah kesalahan fatal, merusak watak anak. Namun kehidupan sudah menyediakan
banyak kesulitan yang musti dihadapi anak tak perlu kita menciptakan halangan-halangan
artificial.
Saya percaya bahwa mewajibkan apapun lewat otoritas merupakan kesalahan. Jangan
sampai anak melakukan sesuatu jika ia tidak berpendapat sendiri bahwa sesuatu itu perlu ia
lakukan. Kewajiban yang ditanamkan dari luar adalah kutukan kemanusiaan kita. Biarkan
anak memiliki kebebasan, dan kebebasan berarti melakukan apapun yang anda ingin lakukan,
asal anda tidak mengganggu kebebasan orang lain. Hasil dari ini semua adalah disiplin diri.
Anak-anak tidak membutuhkan pengajaran sebanyak kebutuhan akan kasih-sayang
dan pengertian.Untuk menjadi manusia yang baik secara alamiah, mereka perlu kebebasan
dan restu. Orangtua yang sungguh kuat dan penuh kasih punya kekuatan untuk memberi
anak-anaknya kebebasan untuk menjadi baik.
Dunia ini menderita akibat begitu banyak kutukan; artinya, akibat begitu banyak
kebencian. Kebencian orangtua menumbuhkan anak bermasalah kebencian masyarakat

16
membia kriminalitas Penyelamatan jiwa datang dari cinta. Sialnya tak seorangpun bisa
mewajibkan cinta.
Orangtua anak bermasalah harus merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini: Sudahkah
aku merestui unukku? Sudahkha, kuperlihathan pengertian? Dan ini bukan cuma teori saya.
Saya tahu dari pengalaman bahwa anak-anak bermasalah datang ke Summerhill dan menjadi
bahagia, menjadi anak yang "normal". Saya tahu bahwa bahan-bahan untuk memasak proses
penyembuhan adalah restu, kepercayaan, pemahaman.
Untuk anak-anak yang normal' pun restu itu perlu. Satu hal yang harus diingat tiap
orangtua dan tiap guru engkau harus ada di sisi anak. Tidak di atas dia, tidak di bawah
dia, melainkan seiring, sejajar, dengan dia. Karena patuh pada aturan ini summerhill menjadi
sekolah yang sukses. Secara tak sadar anak Summerhill selalu tahu bahwa kami berdiri di
sisinya.
Menurut Neill anak bermasalah punya kecenderungan merusak yang terus-menerus,
agak berbeda dengan kecenderun merusak dalam diri anak-anak "normal". Anak-anak
normal' merusak tanpa didasari rasa benci atau rasa tertekan dan gelisah; mereka adalah anak-
anak kreatif yang melakukan tindakan fantasi tanpa niat merusak.
Banyak unsur membentuk sifat itu dalam diri anak-anak diantaranya, dirundung
cemas, gelisah, dan tertekan. Salah satu contoh Jika anak Anda berbohong, itu tanda ia takut
pada Anda atau ia meniru Anda. orangtua pembohong anak-anaknya juga pembohong.

17
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis mencoba menguraikan tentang materi yang dibahas
dengan menggabungkannya dengan sumber-sumber lain dan juga pemikiran penulis sendiri.

3.1 Kembali ke Dasar


Gerakan kembali ke dasar ini pada mulanya muncul pada masa pendidikan
tradisional. Gerakan ini muncul akibat hasil dari keberhasilan pendidikan tradisional dalam
menjalankan pendidikan massal yang masih bersifat paradox, terjadinya penuruna hasil tes
tes, dan membengkaknya dana yang digunakan oleh pendidikan akibat kerusakan-kerusakan
infrastruktur sekolah yang disebabkan sifat anarkisme para siswa.
Namun sampai saat inipun gerakan kembali ke dasar ini masih tetap digunakan karena
dianggap gerakan ini adalah darsar-dasar dari pendidikan. Dapat kita lihat bahwa tak ada
sistem pendidikan yang saat ini berlangsung yang terlepas dari aspek penting yang
ditekankan pada gerakan kembali kedasar ini. Hanya saja saat ini perkembangan dunia sudah
sangat maju gerakan kembali ke dasar ini sudah di kolaborasikan dengan teori pendidikan
yang sangat baik.
Saya setuju dengan ide yang digagas oleh para kaum yang menggagas gerakan ini
untuk menekankan Tiga R kepada siswa. Hal ini tentu sangat baik, karena sejatinya
menulis, membaca, dan berhitung adalah sebagai hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran bahkan kehidupan.
Menulis yang dimaksud dalam gerakan kembali kedasar ini bukan hanya kemampuan
untuk menggambarkan beberapa huruf menggunakan sebuah pena diatas selembar kertas.
Menulis disini memiliki makna yang lebih luas dari itu yaitu belajar menulis hal yang bersifat
lebih kompleks. Misalnya balajar untuk mengemukakan pendapat, gagasan melalui tulisan,
bahkan sampai menemukan ilmu pengetahuan baru dembuat karya melalaui tulisan.
Membaca pun demikian, bukanlah kemampuan menggambungkan beberapa huruf
lalu dengan terbata-bata mencoba untuk dieja agar muncul sebagai kata yang dapat dimaknai.
Tidak hanya itu, membaca disini lebih menekankan kemampuan membaca yang dapat
menyerap pengetahuan maupun pesan yang terdapat didalam sebuah tulisan. Karena pada
kenyataannya banyak sekali siswa yang mampu membaca denggan sangat cepat dan lancer
namun kesulitan untuk mencerna sebuah tulisan dengan baik.
Menghitung juga sama, untuk dapat mengsingronkan kemampuan menghitung yang
dimiliki tak hanya baik saat diaplikasikan dalam kehidupan teori atau dilingkungan kelas saja
namun juga dapat mengaplikasikan kemampuan menghitungnya dalam kehidupan nyata
dalam bermasyarakat.
Kritik pendidikan pada saat itu pada umumnya muncul akibat keluhan-keluhan para
pelaku dunia kerja dan dunia pendidikan. Dalam hal dunia kerja banyak keluhan yang
menyatakan bahwa para siswa lulusan yang seharusnya telah memiliki kempuan untuk kerja
mengalami kesulitan. Salah satu contohnya yaitu pemilik restaurant banyak mengeluhkan
para lulusan SMA yang seharusnya memiliki kemampuan dalam melakukan tugasnya justu
tidak demikian diakibatkan mereka bahkan untuk membaca sebuah instruksi saja tidak
mampu.

18
Sejatinya tujuan pendidikan tidak akan pernah bisa membantah bahwa sekolah adalah
sebagai wadah untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja untuk dapat memenuhi salah
satu kebutuhan hidup itu sendiri. Oleh karena itu sekoalah tidak bisa untuk melepaskan diri
dari mengajarkan siswa kemapuan-kemampuan untuk mempersiapkan diri memasuki dunia
kerja agar dapat bertahan dan bersaing.
Gerakan kembali ke dasar ini tidak memiliki seorang pencetus sebagai yang utama,
banyak orang yang tergabung dalam gerakan ini mulai dari para orang tua, akademisi,
pemimpin sebuah lembaga instansi dan banyak lagi. Sehingga gerakan ini tidak memiliki
organisasi dan kepemimpinan yang baik.
Lalu, sebenarnya apa saja tuntutan-tuntutan para pendukung gerakan Kembali ke
Dasar ini, yaitu sebagai berikut:
Pertama, penekanan pada pengajaran Tiga R. Hal ini tentunya sangat penting karena
memnag kemampuan Tiga R ini sangat dibutuhkan dalam segala bidang. Namun yang perlu
ditinjau lagi apakah praktek yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan Tiga R yang
diinginkan yaitu kemampuan agar dapat menjadi seorang pembaca yang baik, dapat menulis
dengan baik, dan dapat membawa kemampuan berhitung pada dunia praktek.
Jika prakteknya standarnya adalah hanya sekedar mampu membaca sebuah tulisan
tentunya tujuannya tidak akan didapat.
Kedua, pengajaran melalui buku-buku teks tebal. Saya merasa tidak sependapat
dengan gerakan kembali kedasar dalam hal ini karena bagaimanapun juga belajar yang
terbaik menurut John Dewey adalah bersifat pengalaman. Bagaimana bisa seorang anak bisa
mendapatkan pengalaman yang berharga jika hanya belajar melalui buku-buku teks.
Selain itu menurut AS Neill belajar melalui buku saja hanya akan menghasilkan siswa
yang pintar akademik namun miskin dalam kehidupan social. Mereka pintar pintar, mereka
bersinar, namun perkara memandang kehidupan, mereka masih bayi bayi. Karena, buku buku
tebal mereka tidak menyentuh karakter manusia, cinta, dan kebebasan.
Ketiga, guru sebagai pemegang kekuasaan dalam belajar. Menurut Venon Smith
pembelajran yang didominasi oleh guru akan menyebabkan siswa memiliki sifat
ketergantungan ketimbang kemandirian, dan membatasi kreativitas siswa sebab guru
memborong isi dan bahan percakapan setiap waktu.
Keempat, metodologi pengajaran meliputi kegiatan menghafal di luar kepala, tes
hapalan di depan kelas, pekerjaan rumah (PR) setiap hari, raport dan indeks prestasi yang
harus sering dibagikan serta kenaika kelas dan kelulusan ditentuka oleh tes tes.
Secara keseluruhan saya tidak setuju dengan hal ini, karena proses menghafal sangat
jauh dari kemampuan memahami. Untuk menghadapai dunia globalisasi seperti saat ini
menjadi orang pintar saja tidaklah cukup sehingga harus dibarengi dengan kreatifitas untuk
melakukan inovasi sebab persaingan yang luas menyebabkan orang yang memiliki banyak
kemampuanlah yang akan dapat memenangkan persaingan. Sehingga, dengan menggunakan
metode menghapal maka akan membatasi pengembangan pengembangan keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi dunia kerja.
Selain itu menurut As Neill ranking, rapor, dan ujian menginjak injak kepribadian
anak. Menurut Jejen Mustafa, manusia lahir dengan membawa potensi jamak. (kinestetik,
bahasa, music, logika, intrapersonal, interpersonal, naturalis, dan visual). Sekolah harus
menjadi tempat tumbuh kembangnya potensi peserta didik seraya mengapresiasi keragaman
19
kecerdasan yang dimiliki anak. Jadi diharapkan dalam prakteknya sekolah memberikan
penghargaan berdasarka prestasi anak dalam ragam kecerdasan, bukan akumulasi nilai akhir
rapor semisal juara I, II, dan II.
Kelima, disiplin ketat, hukuma badan bagi siswa yang melanggar. Saya tidak
sependapat dengan hal ini, menurut AS Neill mewajibkan apapun lewat otoritas merupakan
kesalahan, jangan sampai anak melakukan sesuatu jika ia tidak berpendapat sendiri bahwa
sesuatu itu perlu ia lakukan.
Mengajarakan kedisiplinan sangat baik, namun sebaiknya mengajarkan kedisiplinan
melalui kesadaran dirinya sendiri agar disiplin benar-benar menjadi karakter orang tersebut.
Dibalik semua ini tentunya memunculkan pertanyaan lantas apa hasil dari gerakan
Kembali Ke Dasar? Hasilnya ada yang baik dan ada juga yang buruk. Salah satu
keuntungannya ialah gerakan ini memberikan kesempatan kepada sekolah-sekolah untuk
menghasilkan generasi muda yang mahir berhitung, menjadi kader-kader pembaca yang baik
dan barangkali juga lancer mengeluarkan pikiran dalam tulisan.

3.2 Summerhill
Alexander Sutherland Neill lahir pada 17 Oktober 1883 di Forfar, Angus, Skotlandia,
dan sejak usia muda meniti karier sebagai guru di sekolah ayahnya. Dia pernah berkali-kali
menjadi asisten guru. Lalu, pada usia dua puluh lima tahun, dia meraih gelar M.A. dalam
Bahasa dan Sastra Inggris dari Universitas Edinburgh. Pada 1915, semasa memangku jabatan
kepala sekolah di sebuah sekolah Skotlandia, Neill merilis buku perdananya, A Dominie's
Log.
Tak sampai berumur tiga puluh delapan, Neill sudah memulai kerja besarnya yakni,
bersama beberapa orang mendirikan sekolah internasional di Hellerau, Dresden, Jerman,
yang kemudian dipindahkan ke Sonntagsberg, Austria. Kelak, dia memindahkan kembali
sekolahnya ke Inggris di sebuah rumah di atas bukit (hill) di Lyme Regis. Dia memberi nama
sekolahnya Summerhill, sebuah nama yang tetap dia pertahankan kendati sekolahnya pindah
lagi ke Leiston, Suffolk, Inggris.
Sepanjang hayatnya, Neill banyak berceramah di mana-mana dan sudah menulis dua
puluh satu buku sembari bertugas sebagai kepala Sekolah Summerhill yang amat dicintainya.
Sekolahnya ini menjadi terkenal ke seluruh penjuru dunia lantaran memelopori pendidikan
yang menerapkan kebebasan (freedom) dan prinsip swakelola (self-government) kepada
anak-anak didiknya dan Neill pun termasyhur berkat filosofi hidupnya yang radikal.
Summerhill adalah sebuah sekolah bebas dan berasrama untuk usia TK hingga SMA
yang didirikan oleh A.S. Neill pada 1921 di Jerman dan kemudian pindah ke Inggris. Sekolah
revolusioner ini membebaskan siswa-siswinya hidup sesuka mereka selama tidak
mengganggu orang lain. Mereka bebas bermain-main sekehendak mereka berhari-hari,
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Mereka boleh ikut atau mangkir dari pelajaran-
pelajaran yang ditawarkan sekolah. Fasilitasnya pun komplet seperti, kolam renang, bengkel
kerja, laboratorium, ruang kesenian, ruang teater, alat musik, perpustakaan, dan ladang.
Saya sangat sependapat dengan banyak orang yang berkata bahwa Summerhill adalah
surga pendidikan. Dan surga pendidikan ini sudah menghasilkan banyak alumni yang sukses
secara psikologis, ekonomis, akademis, sosiokultural, dan politis. Mereka menjadi insinyur,

20
dokter, dosen, pemusik, pengusaha, mekanis, koki, dan segala macam profesi, yang
berpikiran maju dan terbuka, jujur, tekun, optimis, dan bahagia.
AS Neill mempunyai visi pendidikan anak yang sangat berani. Salah satu visi
pokoknya adalah bahwa pada dasarnya tidak ada anak yang jahat. Yang ada adalah para
orangtua bermasalah, guru-guru bermasalah, dan sekolah-sekolah bermasalah yang semuanya
melahirkan anak-anak bermasalah.
Sekolah Summerhil sendiri sangat berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya
yang memberi banyak peraturan. Summerhill tak hanya mengembangkan kemampuan
kognitif namun sangat mengganggap penting unsur psikologi dan kpribadian anak bahkan
lebih penting dari ilmu pengetahuan sendiri. Hal tersebut disebabkan karena Neill sendiri
dipengaruhi bukan oleh para pedagog, tetapi oleh para psikolog semisal Sigmund Freud,
William Stekel, Wilhelm Reich dan Homer Lanez.
Menurut saya Summerhill adalah sekolah yang sangat ideal, yang menjalankan fungsi
sekolah sebagaimana mestinya sesuai dengan Muhammad Ali (2009:335) yang menyatakan
sekolah berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar mampu memperoleh
pengetahuan, mengembangkan keterampilan, kemampuan bekerja sama, dan mengaktualisasi
diri. Hal ini sejalan dengan komentar seorang yang bernama Albert Lamb lde Summerhill
sungguh gila: memberi kebebasan sepenuhnya kepada anak-anak untuk tumbuh dan
berkembang sendiri. Lebih gila lagi, ide ini bisa dipraktikkan, sampai sekarang!
Neill mendirikan sebuah sekolah yang memberi anak-anak iklim kebebasan sekaligus
tanggung jawab untuk mengatur diri mereka sendiri. Guru-guru hanya perlu mengawasi api
dan sumber-sumber bahaya lainnya dan setiap anak harus menyelesaikan masalah- masalah
dan kesulitan-kesulitannya sendiri.
Neill percaya bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan. Semua kejahatan, semua
kebencian, semua peperangan bersumber dari ketidakbahagiaan dan itulah yang menjadi
tujuan utama Summmerhill yaitu memberikan kebahagiaan.
Anak yang bermasalah adalah anak yang tidak bahagia. Dia berperang dengan dirinya
sendiri; dan konsekuensinya, dia berperang dengan seluruh dunia. Orang dewasa yang
bermasalah pun demikian. Tak ada orang bahagia yang gemar bikin onar dalam suatu acara,
atau mengajak perang atau menghukum orang yang tak bersalah. Tak ada perempuan bahagia
yang mengomeli suami atau anak-anaknya. Tak ada lelaki bahagia yang menjadi pembunuh
atau pencuri. Tak ada atasan bahagia yang suka menakut-nakuti bawahannya.

Seperti apakah Summerhill itu senyatanya?


Pertama, pelajaran-pelajarannya dipilih secara bebas oleh anak. Anak-anak boleh
mengikuti pelajaran- pelajaran itu atau boleh tak mengikutinya, sesuka mereka. Namun, jika
dikatakan Summerhill adalah sekolah yang bebas dalam semua hal tentunya tidak benar
karena dapat kita lihat pada bahasan sebelumnya tentang bagaimana gambaran sehari di
Summerhill. Ternyata semua sudah terjadwal dengan sangat baik bahkan dari waktu bangun
sampai waktu tidur kembali. Hanya saja siswa diberi kebebasan untuk menentukan minatnya
dalam hal pelajaran yang ingin dipelajarinya.
Saya sangat sependapat dengan hal ini, dikarenakan belajar sendiri haruslah muncul
dari keinginan sendiri sehingga proses belajar tersebut dapat dipandang bermakna bagi si

21
anak. Bagaimna bisa seseorang yang memiliki minat terhadap dunia seni dipaksa untuk
mengerjakan soal-soal reaksi kimia yang sama sekali tidak diinginkannya.
Kedua, jadwal pelajaran tetap ada tetapi hanya ditentukan untuk para guru. Jadi guru
diberi jadwal mengajar dan pada jam yang telah ditentukan guru akan mengajar dan siswa
tidak diwajibkan mengikuti pelajaran guru tersebut, sehingga jadwal pelajaran hanya ada
untuk guru.
Ketiga, kelas-kelasnya dibuat biasanya berdasarkan kesamaan umur, tetapi kadang-
kadang berdasarkan kesamaan minat.
Keempat, tidak memiliki metode peng ajaran yang baru, lantaran kami memandang
pengajaran itu tak terlalu penting. Hal yang penting adalah kemauan untuk belajar karena
ketika keiinginan datang dari dalam diri metode apapun yang digunakan akan membuat anak
mau belajar, dan demikian sebaliknya semenarik apapun suatu metode jika dari dalam diri
anak tidak mau belajar maka hasilnya tidak akan berarti. Hal ini mungkin tidak dapat
dibenarkan seutuhnya karena bagaimana juga metode belajar memiliki keutamaan salah
satunya yaitu meningkatkan motivasi belajar anak.
Kelima, setiap anggota sekolah baik Neill sebagai pemilik, staf, koki dan siswa,
memiliki hak setara. Tentunya sudah banyak sekali kita membaca pada bahasan sebelumnya
tentang beberapa peristiwa yang menggambarkan demokrasi yang ada di Summerhill.
Saya sangat setuju dengan hal ini karena praktek demokrasi tak harus menunggu anak
sampai usia dewasa justru harus ditanamkan sedini mungkin. Dengan praktek demokrasi ini
anak akan lebih menghargai hak orang lain dan memiliki kebebasan untuk berpendapat.
Keenam, menekankan pentingnya ketiadaan rasa takut dan kebebasan. Menurut Neill
ketiadaan rasa takut adalah hal terindah yang dapat terjadi pada diri seseorang.
Summerhill, sejuta kekaguman untuk sekolah ini rasanya tak akan berakhir untuk
diungkapkan. Sebuah Sekolah yang mencocokkan diri dengan anak bukan jutru anak yang
mencocokkan diri dengan sekolah. Yang dengan kebebasan yang diberikan justru membuat
anak lebih disiplin dan menghargai orang lain. Namun perlu diingat tidak ada yang namanya
kebebasan mutlak. Karena, barang siapa membolehkan anak melakukan segala hal yang ingin
dilakukannya adalah sangat berbahaya.
Sejatinya tak ada yang bisa memperoleh kebebasan social, karena ada hak-hak orang
lain yang harus dihargai. Namun tiap orang harus punya kebabasan individual.

22
BAB IV
KESIMPULAN
Setiap teori pendidikan yang muncul tentunya memiliki kelebihan dan tak akan terlepas
dari kekurangan. Begiru pula dengan gerakan Kembali Ke Dasar dan Sekolah Radikal
(Summerhill). Namun untuk itulah kita perlu mempelajari berbagai macam teori pendidikan
untuk mengadopsi sisi baik dari setiap teori yang ada karena sejatinya teori-teori ini pernah
memberikan dampak yang baik pada massanya.
Gerakan Kembali Ke Dasar sendiri sejatinya banyak memiliki kekurangan namun tidak
dapat menafikkan bahwa bagaimanapun majunya suatu teori pendidikan inti dari gerakan ini
akan selalu ada di dalamnya.
Sedangkan untuk Summerhill dirasa sangat sulit menerapkan hal yang sama di
Indonesia sebagai sistem pendidikan yang berada dibawah pemerintahan. Karena Summerhill
sendiri tidak memiliki keterkaitan terhadap pemerintah. Namun banyak sisi positif yang dapat
diambil dari perjalan kisah-kisah dan konsep Summerhill ini untuk diadopsi oleh para guru
yang akan bersentuhan langsung dengan peserta didik.

23
Daftar Rujukan
Brodinsky, B. Kembali Ke Dasar: Gerakan dan Maknanya (Dalam Buku Menggugat
Pendidikan Fundamentalis, Konservatif, Liberal, dan Anarkis). 1999. Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
Dewey, J. Kriteria Pengalaman (Dalam Buku Menggugat Pendidikan Fundamentalis,
Konservatif, Liberal, dan Anarkis). 1999. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Lamb, A. 1992. Summerhil School. New York: St. Martins Press.
Mustafa, J. 2012. Pendidkan Holistik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Neill, A.S. Summerhil: Sekolah Radikal (Dalam Buku Menggugat Pendidikan
Fundamentalis, Konservatif, Liberal, dan Anarkis). 1999. Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
Smith, V. Pendidikan Tradisional (Dalam Buku Menggugat Pendidikan Fundamentalis,
Konservatif, Liberal, dan Anarkis). 1999. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

24

Anda mungkin juga menyukai