Anda di halaman 1dari 17

Apa saja karakteristik dan model

dalam pembelajaran IPA

Nama : Gadis Alfirahmi


Nim : 200209052
Mk : Pembelajaran IPA
Karakteristik pembelajaran IPA
1. Pengembangan Rasa Ingin Tahu

Dalam kehidupan sehari hari kita banyak memanfaatkan temuan


para ahli, namun jarang kita memikirkan bagaimana mereka sampai pada
temuan tersebut. Adanya rasa ingin tahu dan rasa penasaran terhadap
sesuatu merupakan pemicu temuan-temuan tersebut.
Para ahli dengan tekun dan tak lelah melakukan penelitian karena
ingin mencari jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan yang dimilikinya.
Rasa ingin tahu merupakan sikap positif yang harus ditumbuhkan pada
diri anak-anak. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan anak pada
dasarnya adalah ungkapan rasa ingin tahu mereka. Pelajaran IPA
semestinya bisa mengembangkan rasa ingin tahu siswa sebab dalam IPA
terdapat bermacam fenomena menarik yang secara alamiah akan
merangsang rasa ingin tahu siswa.
2. Pengembangan Keterampilan Proses Sains

Keterampilan tidak akan tumbuh dengan sendirinya, namun diperlukan usaha


yang sungguh-sungguh agar siswa menguasainya.Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan guru dalam mengembangkanketerampilan proses siswa:

1) Siswa diberikan kesempatan sebanyak-banyaknya mendapatkan secara


langsung untuk menggunakan ketrampilan proses.
2) Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok.
3) Siswa hendaknya diberi kesempatan untukmenjelaskan proses bagaimana
mereka sampai pada suatu pendapat atau gagasan
4) Siswa hendaknya didorong untuk mengulas dan meninjau kembali apa yang
mereka lakukan sehingga mengetahui apa kelebihan dan kekurangan mereka
5) Memberi contoh dan arahan dan teknik atau strategi untuk meningkatkan
ketrampilan siswa
3. Penumbuhan Kesadaran Lingkungan

Usaha usaha untuk memenuhi kebutuhan penduduk seringkali


membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Hutan ditebang, air
menjadi tercemar oleh limbah, dan sampah yang menumpuk merupakan
beberapa contoh perubahan lingkungan yang berdampak kurang baik. Dari
waktu ke waktu kerusakan lingkungan dirasa semakin parah.

Karena IPA merupakan pelajaran tentang alam, maka IPA memegang


peran penting dalam membangun kesadaran siswa tentang perlunya
menjaga alam. Pada saat mengkaji konsep-konsep IPA guru hendaknya bisa
mengaitkan konsep konsep tersebut dengan usaha pelestarian lingkungan,
misalnya dengan penghematan pemakaian sumber daya alam, pelestarian
flora dan fauna, dan mengurangi polusi. Melalui IPA, sekolah juga dapat
mengembangkan model pengelolaan lingkungan yang baik, misalnya
dengan melibatkan siswa dalam memelihara kebun sekolah, menangani
sampah di sekolah, dan menjaga kebersihan.
4. Pengembangan Kecakapan Hidup

Kecakapan hidup (life skills) dapat dibedakan menjadi kecakapan


hidup generik (general life skills) dan kecakapan hidup spesifik (specific
life skills).
1. Kecakapan hidup generik, merupakan kecakapan dasar yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Kecakapan generik ini mencakup
kecakapan personal (personal skills) dan kecakapan sosial (social
skills).
2. Kecakapan hidup spesifik, kecakapan ini merupakan bentuk kecakapan
hidup yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus.
Kecakapan ini mungkin dimiliki oleh beberapa orang namun tidak
semua orang perlu memilikinya.
5.Pembelajaran yang Hands on dan Minds on

pelajaran IPA hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa


untuk berinteraksi langsung dengan objek yang dipelajari (hands on).
Siswa hendaknya diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk bisa
mengamati, mencoba, dan bereksperimen dengan benda dan fenomena
alam. Pengalaman berinteraksi langsung dengan objek bukan hanya
membantu siswa untuk belajar tetapi juga memberikan kesan yang
mendalam yang bisa bertahan cukup lama.

Selain adanya kesempatan untuk melakukan kegiatan yang


sifatnya hands on, pelajaran IPA hendaknya juga mendorong siswa
untuk memikirkan objek dan fenomena alam yang ada di sekitar kita
(minds on). Kegiatan yang bersifat hands on hendaknya diikuti juga
dengan dorongan agar siswa berpikir (minds on) sehingga siswa bukan
sekedar bermain tanpa berusaha memikirkan hal-hal yang diamatinya.
6. Pengembangan Kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu bekal yang mutlak diperlukan anak


agar mereka berhasil dalam kehidupannya kelak. Pemikiran-pemikiran
baru, ide-ide baru akan menjadi kunci keberhasilan mereka. Tantangan
hidup yang berat tidak akan dapat dipecahkan apabila tidak ada
kreativitas dalam memecahkannya.

Mengingat pentingnya kreativitas dalam kehidupan, maka pelajaran


IPA di sekolah hendaknya bisa mengembangkan kreativitas anak.
Sayangnya, apa yang terjadi di banyak sekolah justeru sebaliknya.
Sekolah seringkali dinilai mematikan kreativitas anak-anak. Pelajaran
IPA merupakan pelajaran yang sangat tepat untuk mengembangkan
kreativitas anak sebab pelajaran IPA memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan erat dengan kreativitas.
Macam-macam Model dan pendekatan
Dalam Pembelajaran IPA

Pendekatan dalam pembelajaran IPA

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA


di SD, misalnya pendekatan pendekatan konsep, pendekatan lingkungan,
pendekatan inkuri, dan pendekatan keterampilan prosen. KTSP menyatakan
bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk membelajarkan sains
adalah pendekatan yang berorientasi pada siswa.

Seperti halnya dalam memilih pendekatan, pemilihan metode yang akan


digunakan hendaknya juga mempertimbangkan karakteristik siswa dan
karakteristik materi. Karena anak asia SD pada umumnya masih dalam taraf
berpikir konkret, sangat dianjurkan guru menggunakan metode pembelajaran
yang mendorong siswa untuk aktif baik pikiran maupun fisik dan juga
menyenangkan.
Pada bagian ini disajikan
beberapa alternatif pelaksanaan pembelajaran yang bisa dipilih guru dalam
membelajarkan IPA

1. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa model pembelajaran kooperatif


yang bisa dipilih guru dalam membelajarkan IPA
di sekolah, misalnya model Think-Pair-Square (Berpikir Berpasangan-Berempat),
model Two Stay To Stray (Dua Tinggal Dua Pergi), Jigsaw, dan beberapa model
belajar kooperatif yang lain. Sebagai contoh di sini disajikan contoh pelaksanaan
model Think-Pair-Square (Berpikir-Berpasangan Berempat).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kerja kelompok bisa menjadi
pembelajaran yang
Kooperatif.
 Adanya saling ketergantungan yang positif diantara anggota kelompok.
 Adanya tanggung jawab setiap anggota.
 Adanya komunikasi antar anggota.
2. Strategi pembelajaran inkuri

Inkuiri merupakan salah satu strategi yang mudah sejak lamin dianjurkan
untuk digunakan dalam pembelajaran sains, namun dalam praktek di lapangan
pendekatan ini relatif jarang digunakan. Pembelajaran inkulti sangat meninit
peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam pelaksanaan, pembimbingan bendaknya dilakukan dalam bentuk


pertanyaan pengarah dan bukan memberi tahu secara langsung. Seiring
dengan meningkatnya kemampuan inkuiri siswa, bimbingan yang diberikan
guru juga setahap demi setahap dikurangi. Karena sifatnya yang menekankan
agar siswa melakukan proses penyelidikan, maka pendekatan inkuiri muntut
metode pembelajaran yang sexual, misalnya metode proyek.
3. Strategi pembelajaran kontruktivis

Konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang relatif baru. Meskipun demikian


sejak kemunculannya di tahun 1980an, prinsip-prinsip konstruktivisme sangat sering
digunakan dalam pendidikan sains, terutama dalam tataran penelitian-penelitian.
Secara garis besar ada lima prinsip tentang belajar dan mengajar yangmerupakan dasar
bagipendekatan-pendekatan pembelajaran berbasis konstruktivisme.

1. pembelajar telah memiliki pengetahuan asal.


2. belajar merupakan proses pengkonstruksian suatu pengetahuan
3. belajar adalah perubahan konsepsi pembelajaran
4. proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu konteks sosial tertentu
5. pembelajar bertanggung jawah terhadap proses belajarnya
Literatur tentang pembelajaran yang konstruktivis pada umumnya
menyatakan bahwa pembelajaran yang konstruktivis mencakup adanya
lingkungan belajar yang konstruktivis dan urutan pembelajaran yang juga
konstruktivis
Lingkungan belajar yang konstruktivis paling tidak mengandung 5 ciri
utama, yaitu
1. Fasilitasi bagi siswa untuk mengkonstruk pengetahuan.
2. Pengalaman belajar yang bermakna bagi riswa
3. Lingkungan sosial yang kondusif.
4. Dorongan kepada siswa untuk menjadi pembelajar
Ada sejumlah urutan pembelajaran yang disarankan namun secara garis besar
pembelajaran berbasis konstruktivisme terdiri dari lima tahapan yang berurutan.

1) Pendahuluan
Tahap ini memegang peran penting sebab pada tahap inilah dilakukan penyiapan
pembelajar untuk mengikuti pembelajaran Guru bisa menyajikan kegiatan yang bisa menarik
minat dan perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran.

2) Eksplorasi
Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, pembelajar memang telah memiliki pengetahuan
awal. Meskipun demikian pembelajar seringkali tidak berusaha mengaktifkan pengetahuan
awal yang dimilikinya sehingga bisa dimanfaatkan untuk mempelajari topik yang baru.

3) Restrukturisasi
Tahap restrukturisasi pengetahuan awal pembelajar agar terbentuk konsep yang
diharapkan. Berbagai penelitian tentang usaha-usaha untuk mengubah konsepsi siswa
menunjukkan bahwa perubahan konsepsi sangat sulit terjadi dan siswa cenderung
mempertahankan konsepti yang telah dimilikinya.
4) Aplikasi
Pengintegrasian pengetahuan yang baru dikonstruk ke skema pengetahuan
yang telah dimiliki siswa akan lebih mudah berlangsung apabila siswa melihat
bahwa pengetahaun yang baru bermanfaat baginya. Oleh karena itu siswa perlu
didorong untuk mengaplikasikan pengetahuan yang baru. Aplikasi dapat
dilakukan pada konteks/kondisi yang berbeda ataupun dalam kehidupan sehari-
hari.

5) Review dan Evaluasi


tahap ini mempunyai fungsi ganda, yaitu: a) mendorong siswa meninjau
kembali apa yang telah dipelajari untuk menyadari apa yang telah diketahui dan
apa yang belum diketahui dan b) sebagai titik awal untuk siklus pembelajaran
berikutnya.
4. Strategi pembelajaran Salingtemas

Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat atan Salingtemas


merupakanvariasi dari "Selence, Technology and Society" tau STS.
Penambahan kata "lingkungan" dimaksudkan agar aspek lingkungan lebih
diperhatikan dalam penerapan pendekatan STM.

Pendekatan STM muncul sebagai respon terhadap


perkembangan sains dan teknologi serta dampak yang ditimbulkannya
terhadap masyarakat dan lingkungan. Kemajuan sains pada akhirnya
akan melahirkan teknologi-teknologi buru. Sebagai contoh, seiring dengan
berkembangnya pengetahuan tenting genetika maka teknologi rekayasa
genetika juga mengalami kemajuan dengan pesat.
Melalui pembelajaran salingtemas siswa belajar tentang sains,
teknologi serta dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan secara
utuh sebagai satu kesatuan. Melalui pembelajaran salingtemas siswa
terlibat secara aktif dalam kegiatan yang akan dilaksanakan, dalam
pengumpulan data, dan menguji gagasan yang dimunculkan.

Untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan STM, guru


bisa memulai dengan mengidentifikasi permasalahan di masyarakat yang
terkait dengan sains. Masalah sampah, pencemaran, kebakaran hutan,
penyakit flu burung, deman berdarah atau permasalahan lain yang
berkembang di masyarakat sangat cocok dijadikan topik pembehasan
dengan pendekatan STM.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai