Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.

1
November2012

ISOLASI ALBUMIN DAN KARAKTERISTIK BERAT MOLEKUL


HASIL EKSTRAKSI SECARA PENGUKUSAN IKAN GABUS
(Ophiocephalus striatus)

Oleh:
Matheus Nugroho*)
*) Tenaga Pengajar Universitas Yudharta Pasuruan

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk adalah isolasi albumin dan penentuan berat
molekul dari ekstraksi secara pengukusan ikan gabus (Ophiocephalus
striatus). Metode penelitian adalah ekstraksi secara pengukusan waterbath
dengan suhu kisaran 40-90oC, dan lama 25-35 menit, untuk mendapatkan
rendemen dan kadar albumin ekstrak kasar ikan gabus yang optimal. Tahap
selanjutnya adalah isolasi albumin dan penentuan berat molekulnya dari
hasil ekstraksi yang optimal. Analisa data penelitian ini adalah analisa
deskriptif untuk melihat foto hasil elektroforesis. Sementara untuk hasil
analisa pengukuran isolasi albumin secara filtrasi gel sephadex G-75
dilakukan dengan Rancangan Petak terbagi (RPB). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada interaksi antara berbagai faktor perlakuan. Kadar
albumin isolat albumin tertinggi sebesar 1,77 mg/g, pengaruh suhu
pengukusan 40oC selama 30 menit, pada pengambilan 5 ml fraksi ke-2.
Elektroforesis SDS-PAGE dengan jumlah protein paling komplek adalah
isolat albumin pengaruh suhu pengukusan 40oC selama 30 menit, terletak
pada 5 ml fraksi ke-1, 5 ml fraksi ke-2 dan 5 ml fraksi ke-3. Pita protein
terdiri dari 2 pita mayor dan 5 pita minor dengan berat molekul 14,6-133
kD.

Kata kunci : ikan gabus (Ophiocephalus striatus), isolasi albumin, berat molekul

Abstract

Theobjective of this study for the isolation of albumin and determination of


molecular weight of extraction by steaming of fish gabus (Ophiocephalus
striatus). The research method is the extraction of a steaming waterbath
with the temperature range 40-90oC, and the long 25-35 minutes, to obtain
recovery and albumin levels of crude extract of fish gabus that optimal. The
next stage is the isolation of albumin and its molecular weight
determination of the optimal extraction. Analysis of data of this study is a
descriptive analysis to see photos of electrophoresis. While analyzing the
results of measurements for albumin isolation by gel filtration Sephadex G-

1
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

75 made with split plot design (RPB). The results showed that there is
interaction between the various treatment factors. The highest levels of
albumin albumin isolates of 1.77 mg / g, the effect of steaming temperature
of 40 C for 30 minutes, 5 ml fractions on the uptake-2. SDS-PAGE
electrophoresis with the most complex of the protein albumin is isolate the
influence of steaming temperature 40 C for 30 minutes, located at 5 ml-1
fraction, 5 ml of fraction-2 and 5 ml fractions to-3. Protein bands consist of
two major bands and 5 minor bands with moleculer weight 14.6 to 133 kD.

Key words: fish gabus (Ophiocephalus striatus), albumin isolation, molecular weight

PENDAHULUAN Pengadaan albumin terutama


Albumin merupakan protein untuk kasus bedah saat ini
plasma yang paling tinggi mencapai 91%, 2/3 albumin
jumlahnya sekitar 60% dan tersebut dipakai di bagian bedah
memiliki berbagai fungsi yang dan sisanya 1/3 bagian
sangat penting bagi kesehatan yaitu dipergunakan untuk penanganan
pembentukan jaringan sel baru, penyakit dalam. Harga serum
mempercepat pemulihan jaringan albumin untuk infus mencapai
sel tubuh yang rusak serta kurang lebih Rp. 1.500.000,- per
memelihara keseimbangan cairan di botol kemasan 100 ml-20%
dalam pembuluh darah dengan albumin (Alexander et al., 1979;
cairan di dalam rongga interstitial Tullis, 1997).
dalam batas-batas normal, kadar Ikan gabus merupakan ikan
albumin dalam darah 3,5-5 g/dl. yang mempunyai kandungan kadar
Kekurangan albumin dalam serum albumin yang cukup tinggi. Hasil
dapat mempengaruhi pengikatan penelitian Suprayitno (2003) pernah
dan pengangkutan senyawa- diujicobakan di instalasi gizi serta
senyawa endogen dan eksoden, bagian bedah RSU dr Saiful Anwar
termasuk obat-obatan, karena Malang. Uji coba tersebut
seperti diperkirakan distribusi obat dilakukan pada pasien pascaoperasi
keseluruh tubuh itu pengikatannya dengan kadar albumin rendah (1,8
melalui fraksi albumin (Goldstein et g/dl). Dengan perlakuan 2 kg ikan
al., 1968; Vallner, 1977; Tandra et gabus masak per hari, telah
al., 1988). meningkatkan kadar albumin darah
pasien menjadi normal (3,5-5,5

2
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

g/dl). Caranya, daging ikan gabus kadar albumin pada filtrat ikan
dikukus atau di-steam sehingga gabus hasil pengukusan suhu 98oC
memperoleh filtrate, yang dijadikan adalah 19,4% (Martini, 1998). Hasil
menu ekstra bagi penderita analisa sterilisasi ikan gabus pada
hipoalbumin dan luka. Pemberian suhu 121oC selama 25 menit
menu ekstrak filtrat ikan gabus didapatkan kadar albumin filtrat
tersebut berkorelasi positif adalah 116,419 22,660 mg/100 g
dengan peningkatan kadar albumin (Hidayati, 1999). Berdasarkan data
plasma dan penyembuhan luka hasil penelitian tersebut diatas
pascaoperasi. memperkuat untuk memperoleh
Pengaruh perlakuan suhu tinggi isolat albumin dan karakteristik
menyebabkan perubahan berat molekul hasil ekstraksi secara
melemahnya enzim proteinase dan pengukusan ikan gabus, sebagai
nilai daya cerna protein (Nielsen, pengganti serum albumin dalam
1998). Menurut Stryer (1968), upaya membantu mempertahankan
Slavik (1982) dan Arakawa et al. dan meningkatkan nilai gizi dan
(1991) dalam Folawiyo and kesehatan manusia.
Apenten (1996), menjelaskan
bahwa perlakuan panas pada Materi dan Metode
albumin akan menghasilkan Peralatan yang dipergunakan
perubahan struktur yang tidak dapat pembuatan ekstrak kasar ikan gabus
balik (irreversible), yang terlihat antara lain : pisau, gunting,
dengan meningkatnya protein yang waterbath, thermokopel,
o
tidak larut dalam air. Pengaruh thermometer 100 C, timbangan
perlakuan panas pada struktur gelas ukur, kain saring, plastik dan
albumin juga dapat albumin, press hidrolik. Peralatan untuk
sehingga diperlukan panas yang analisa kadar albumin antara lain :
tepat pada struktur protein tersebut kuvet diameter 1 cm, Shimadzu
(Stryer, 1968; Slavik, 1982; spectrophotometer UV-100-02 dan
Arakawa et al., 1991; Wicker et al., spectrophotometer SMA
1986 dan Arntfield et al., 1989 autoanalyzer. Peralatan untuk
dalam Folawiyo and Apenten, pemurnian ekstrak kasar albumin
1996). adalah kolom filtrasi gel ukuran
Berdasarkan hasil penelitian (2,5 x 60 cm) dengan bahan isian
pada ikan gabus dan ikan tomang sephadex G-75 untuk memurnikan
didapatkan kadar albumin sebesar ekstrak kasar albumin.
1332,7 mg/100 g dan 1188,05 Pendeteksian berat molekul
mg/100 g (Carvallo, 1998). Analisa albumin, peralatannya 1 unit
3
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

elektroforesis apparatus merk Bio- G-7, buffer phosphat (0,1 M pH


Rad yang dihubungkan dengan 7,1), glasswool dan natrium azid
power supply berkekuatan 300 volt 0,2%. Bahan analisa elektroforesis
dan 120 mA, dan ditempatkan pada meliputi : gel pemisah 12,5%
refrigerator, preparasi sampel (acrylamid 30% 4,126 ml, 1,5 M
meliputi (sampel plate, scapel, tris pH 8,8 2,5 ml, 10% SDS 100
pinset, deep freezer, mistar, pipet, l, TEMED 20 l, 10% amonium
pisau, dan neraca digital), persulfat 25 l), gel penumpuk 4%
penyiapan gel (gelas ukur, (acrylamid 30% 1,03 ml, 0,5 m tris
erlenmeyer, neraca digital, pipet, pH 6,8 H2O 2,650 ml, 10% SDS 50
pemanas, sarung tangan, kaca, l, 10% amonium persulfat 15 l),
plastik tipis, gel plate dan vacum running buffer (glycine 14,4 g, tris
pump), pewarnaan (peralatan yang base 1,0 g, ad aquadest 100 ml),
digunakan pemotong, kaca, mika reducing sampel buffer (RBS) (H2O
tipis, pemberat, pipet, neraca (aqua bid) 3 ml, 0,5 M tris pH 6,8 1
digital, gel plate dan incubator), ml, glycerol 10% 1,6 ml, SDS 10%
pembuatan buffer (peralatan yang 1,6 ml, mercaptoetanol 0,4 ml dan
digunakan gelas ukur, pipet dan bromophenol blue 0,4 ml), bahan
erlenmeyer). pewarnaan (stainning) (comassie
Bahan-bahan yang digunakan brilliant blue 0,1 g, methanol
untuk ekstraksi adalah ikan gabus absolut 40 ml, asam asetat 10 ml,
yang diperoleh dari bendungan dan ad aquadest 100 ml),
Karangkates dalam keadaan hidup destainning (methanol 20 ml, asam
dan aquadest. Bahan untuk uji asetat 10 ml dan ad aquadest 100
kadar albumin menggunakan ml).
metode brom cresol green adalah Tujuan penelitian adalah isolasi
buffer succinate (7 mmol/l pH 4,2), albumin dan karakteristik berat
brom cresol green 0,15 mmol/l, brij molekul hasil ekstraksi secara
35 dan aquadest dapar succinate pengukusan ikan gabus
(0,01 M; pH 4,2), untuk kadar (Ophiocephalus striatus). Prosedur
albumin setelah pemurnian kolom penelitian pada tahap I meliputi :
filtrasi gel pengujiannya dengan pemurnian dengan Kromatografi
UV, bahannya antara lain BSA kolom Filtrasi-Gel (Modifikasi kato
standar 0,5 g/l, buffer phosphat 0,1 et al., 1981); pendeteksian berat
M pH 7,1 dan aquadest. Sementara molekul albumin (Hames and
untuk pemurnian ekstrak kasar Rickwood, 1990).
albumin bahan-bahan yang Analisa data yang digunakan
digunakan terdiri dari 1 g sephadex dalam penelitian adalah deskriptif
4
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

kualitatif untuk melihat foto hasil Gambar 1. menunjukan bahwa


elektroforesis. Sedangkan untuk kadar albumin ikan gabus tertinggi
hasil analisa pengukuran pemurnian untuk tiap-tiap perlakuan suhu
secara filtrasi gel sephadex G-75 pengukusan 40-90oC, dengan lama
dilakukan dengan Rancangan Petak pengukusan 30 menit, terdapat pada
Terbagi (RPB). 5 ml fraksi ke-2 dan 5 ml fraksi ke-
3. Berdasarkan hasil tersebut maka
Hasil dan Pembahasan diduga bahwa molekul-molekul-
Secara umum kadar albumin molekul kecil, termasuk dalam hal
isolat albumin ikan gabus berkisar ini albumin masuk pori-pori gel,
antara 0,26-1,77 mg/g. Korelasi sementara molekul yang lebih besar
antara suhu pengukusan waterbath akan ditolak, sehingga molekul
dengan kadar albumin isolat besar akan berada dalam fase mobil
albumin ikan gabus mengikuti dan melewati partikel-partikel gel
persamaan regresi Y = -0,02x + sephadex G-75.
2,7381 dengan nilai r = 0,905, Soemitro et al. (1992),
sementara untuk fraksinasi kadar menyatakan kecepatan pergerakan
albumin isolat albumin ikan gabus molekul-molekul besar ini sangat
persamaan regresi Y = -0,0725x2 + tergantung pada berat molekulnya.
0,3575x + 0,9725 dengan nilai r = Protein yang mempunyai berat
0,997. Berdasarkan tingkat molekul besar akan lebih dulu
korelasinya (R2), maka perlakuan keluar sebagai eluat, dan diikuti
suhu pengukusan dan fraksinasi oleh protein yang memiliki berat
berpengaruh besar terhadap kadar molekul lebih rendah.
albumin isolat albumin ikan gabus.

5
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

Gambar 1.Kadar
Kadar albumin isolat albumin ikan gabus setelah pemurnian
kolom filtrasi gel sephadex G-75

Hasil uji F menunjukkan terpisah dan mengendap bila


bahwa pengaruh suhu pengukusan dibiarkan, kekuatan ketegangan
waterbath dan fraksinasi, dan antar partikel masih kuat, tetapi
interaksinya terhadap kadar kekentalan belum terjadi.
albumin isolat albumin berpengaruh Karakteristik fisik memudahkan
sangat nyata. Hasil analisis lanjut fraksinasi filtrasi gel, sebab proses
dengan uji BNT ( = 0,01) elusinya akan lebih mudah. Pada
disajikan pada Tabel 1. Hasil uji umumnya kelarutan protein naik
BNT menunjukkan bahwa kadar pada suhu0-40 40oC, tetapi suhu diatas
albumin isolat albumin tertinggi 40oC kebanyakan protein menjadi
oleh pengaruh suhu pengukusan tidak stabil, dan ditandai perubahan
waterbath sebesar 1,74 mg/g, sifat fisik protein. Sifat fisik sangat
dengan suhu waterbath 40oC (suhu berpengaruh terhadap sifat
daging 36oC). Diduga hal ini fungsional protein, k
karena
berkaitan dengan kelarutan albumin mempengaruhi interaksi protein
yang cenderung belum turun dan dengan pelarut air, dan kemampuan
kerusakannya relatif belum terjadi. mengikat air oleh daging
Secara visual tampak partikel- (Wirahadikusuma, 1981;
partikel isolat albumin tidak
6
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

Damodaran, 1996 dalam Nakai and dengan kecepatan antara,


Modler, 1996). tergantung pada tingkat
Kadar albumin isolat kemampuan menembus butiran
albuminikan gabus tertinggi oleh sephadex G-75. Kato et al. (1981),
pengaruh fraksinasi adalah 1,40 menyatakan bahwa molekul-
mg/g, terdapat pada 5 ml fraksi ke- molekul protein terlarut akan
3. Hal ini diduga molekul-molekul menembus jaringan gel dalam
yang lebih kecil seperti albumin jumlah banyak atau sedikit
dapat menembus ke dalam pori-pori tergantung dari bentuk molekulnya,
butiran dan tertahan selama aliran dan ikatan-ikatan yang terjadi
ke bawah kolom, tetapi ini dengan molekul gelnya sendiri,
sebaliknya moleku-molekul protein sehingga besar dan bentuk dari
besar yang bukan albumin tidak molekul zat terlarut akan
dapat menembus dalam butiran dan menentukan pembagian antara zat
melewati kolom dengan lebih cepat yang masuk dalam molekul gel dan
bersama bufer. Protein dengan berat yang ikut fase mobil.
molekul menengah akan mengalir

Tabel 1. Kadar albumin isolat albumin ikan gabus karena pengaruh


perlakuan suhu pengukusan waterbath dan proses fraksinasi
Pengaruh suhu pengukusan waterbath (oC) Kadar albumin (mg/g)
40 1,74e
50 1,62d
60 1,52c
70 1,37b
80 1,22b
90 0,49a
BNT ( = 0,01) 0,1758
Pengaruh fraksinasi (5 ml fraksi ke-) Kadar albumin (mg/g)
1 1,26a
2 1,39bc
3 1,40c
4 1,24a
BNT ( = 0,01) 0,0465
Keterangan: angka kadar albumin yang diikuti dengan huruf yang sama
pada kolom yang sama, menunjukkan hasil tidak berbeda
nyata pada uji BNT ( = 0,01)
7
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

Tabel 2. Kadar albumin isolat albumin ikan gabus karena pengaruh suhu
pengukusan waterbath (oC) dengan fraksinasi
Interaksi suhu pengukusan waterbath dengan fraksinasi
Suhu waterbath (oC) 5 ml fraksi ke- Kadar Albumin (mg/g)
40 1 1,70h
2 1,77j
3 1,76ij
4 1,71h
50 1 1,54fg
2 1,68h
3 1,67h
4 1,57g
60 1 1,40f
2 1,59g
3 1,65gh
4 1,43f
70 1 1,34f
2 1,40f
3 1,41f
4 1,31e
80 1 1,17e
2 1,27e
3 1,26e
4 1,17de
90 1 0,39a
2 0,63bc
3 0,66c
4 0,26a
BNT ( = 0,01) 0,2012
Keterangan: angka kadar albumin yang diikuti dengan huruf yang sama
pada kolom yang sama, menunjukkan hasil tidak berbeda
nyata pada uji BNT ( = 0,01)

Hasil uji BNT ( = 0,01) Tabel albumin isolat albumin optimal


2. menunjukkan interaksi pengaruh sebesar 1,77 mg/g, oleh pengaruh
suhu pengukusan waterbath pada suhu waterbath 40oC (suhu daging
seluruh fraksi dengan kadar 36oC) dan terletak pada 5 ml fraksi
8
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

ke-2. Optimalnya kadar albumin karena molekul-molekul bukan


tersebut diduga pada suhu albumin u=yang lebih besar dari
pengukusan waterbath 40oC belum ukuran pori-pori sephadex G-75
terjadi perubahan secara besar telah membengkak sebagai akibat
terhadap sifat karakteristik protein pengaruh pemanasan dan tidak
daging ikan, dan kelarutan protein dapat masuk dalam partikel-partikel
dalam isolat albumin relatif tinggi. gel. Molekul-molekul tersebut
Hal ini dibuktikan dari karakteristik bersama cairan bufer akan mengalir
fisik isolat albumin yang secara melalui rongga-rongga antar
visual tampak belum terjadi partikel sephadex G-75, sehingga
penggumpalan. Kondisi tersebut moleku-molekul yang bukan
akan mempermudah fraksinasi albumin akan lebih dulu keluar, dan
kolom filtrasi gel, sebab partikel- terdapat pada pengambilan 5 ml
partikel yang terlarut dalam isolat fraksi ke-1. Sudarmadji (1996),
albumin ukuran dan bentuknya menjelaskan hasil penelitiannya
relatif tidak terlalu besar dari pori- bahwa molekul-molekul kecil akan
pori gel, proses elusi akan lancar dan masuk dalam partikel gel, dan akan
tidak tertahan di permukaan gel ikut mengalir dengan cairan dengan
sephadex G-75. Namun sebaliknya kecepatan yang tergantung pada
jika partikel-partikel yang terlarut ukuran dan bentuknya. Kato et al.
dalam isolat albumin lebih besar, (1981), menjelaskan hasil fraksinasi
maka proses elusi akan tertahan, dan ovalbumin putih telur pengaruh
dapat merusak gel sephadex itu freeze-dried suhu 50oC, dengan rata-
sendiri, sebab partikel-partikel rata konsentrasi ovalbumin (%)
tersebut mendukung sekali untuk tertinggi terdapat pada fraksi II dan
pertumbuhan bakteri. III, sementara fraksi I, IV dan V
Foegeding et al. (1996), cenderung menurun konsentrasi
menjelaskan pemanasan albumin ovalbumin.
suhu < 50oC tidak menurunkan
kelarutannya, albumin mulai turun Pendeteksian Berat Molekul
kelarutannya pada suhu antara 50- Albumin dengan SDS-PAGE
70oC, yang ditandai terbentuknya Hasil elektroforesis yang
gel, kelarutan menurun secara besar tersaji pada Gambar 2.
pada suhu 70-80oC, ditandai gel menunjukkan bahwa isolat albumin
albumin terbentuk secara kuat. perlakuan suhu pengukusan
o
Kecenderungan kadar albumin waterbath 80 C (suhu daging
optimal terdapat pada pengambilan 55oC), dan dilanjutkan fraksinasi
5 ml fraksi ke-2, hal ini diduga kolom filtrasi gel sephadex G-75
9
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

untuk pengambilan 5 ml fraksi ke-2 protein yang hampir sama, maka


setelah dielektroforesis diduga pada 5 ml fraksi ke-2,5 ml
menghasilkan enam pita protein, fraksi ke-3dan 5 ml fraksi ke-4
terdiri dari dua pita mayor yaitu pita mempunyai kesamaan dalam hal
5 dan 8 dengan berat molekul 66,3 jumlah kandungan albumin yang
kD dan 11,2 kD, dan empat pita terlarut. Isolat albumin hasil
minor yaitu pita 1, 2, 3 dan 4 fraksinasi kolom filtrasi gel dengan
dengan berat molekul 145,3 kD, kandungan albumin relatif sama
115,1 kD, 108,5 kD dan 81,1 kD; pada pengambilan 5 ml fraksi ke-2
untuk 5 ml fraksi ke-3 setelah sampai dengan 5 ml fraksi ke-4.
dielektroforesis menghasilkan lima Kato et al. (1981),
pita protein , yang terdiri dari dua menjelaskan hasil fraksinasi
pita mayor yaitu pita 5 dan 8 ovalbumin putih telur, rata-rata
dengan berat molekul 66,3 kD dan konsentrasi ovalbumin (%) tertinggi
11,2 kD, dan tiga pita minor yaitu terdapat pada fraksi II dan III,
pita 2, 3, dan 4 dengan berat sementara fraksi I, IV dan V
molekul masing-masing sekitar cenderung menurun konsentrasi
121,9 kD, 102,4 kD dan 85,9 kD; ovalbumin. Sutiman et al. (1996)
sedangkan untuk 5 ml fraksi ke-4 memaparkan hasil penelitiannya
setelah dielektroforesis bahwa molekul protein dengan
menghasilkan empat pita protein, muatan dan ukuran yang sama akan
yang terdiri dari dua pita mayor terakumulasi pada zona atau pita
yaitu pita 5 dan 8 dengan berat yang berdekatan. Lebih lanjut
molekul 66,2 kD dan 11,2 kD, dan dijelaskan, bahwa pita yang lebih
dua pita minor yaitu pita 2 dan 3 banyak menunjukkan bahwa
dengan berat molekul 121,9 kD dan sampel tersusun atas protein
108,5 kD. komplek.
Hasil elektroforesis tersebut Hasil elektroforesis pada
menunjukkan bahwa dari 3 fraksi Gambar 2. isolat albumin perlakuan
pengambilan kolom filtrasi gel suhu pengukusan waterbath 60oC
sephadex G-75 setelah melalui (suhu daging 45oC), selanjutnya
elektroforesis menghasilkan pita- dilakukan fraksinasi kolom filtrasi
pita protein pada elektroforegram gel sephadex G-75, pada
poliakrilamid SDS adalah pada pengambilan 5 ml fraksi ke-1,
fraksi ke-2 sampai ke-4, hal menghasilkan enam pita protein
tersebut dapat dilihat pada lajur B, yang terdiri dari dua pita mayor
C, dan D Gambar 2. Pada fraksi ke- yaitu pita 5 dan pita 8 dengan berat
2 sampai ke-4 ketebalan pita molekul 66,3 kD dan 11,2 kD, dan
10
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

empat pita minor yaitu fraksi 1, 2, 3 menunjukkan bahwa isolat albumin


dan 4 dengan berat molekul sekitar perlakuan suhu pengukusan
145,3 kD, 115,1 kD, 102,4 kD dan waterbath 60oC (suhu daging
85,9 kD; untuk 5 ml fraksi ke-2 45oC), jumlah kandungan protein
setelah dielektroforesis terlarut untuk setiap fraksi dari
menghasilkan enam pita protein kolom gel sephadex G-75 masih
yang terdiri dari satu pita mayor tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
yaitu pita 8 dengan berat molekul jumlah pita protein pada keempat
11,2 kD, serta lima pita minor yaitu fraksi adalah hampir sama (lajur E,
pita 1, 2, 3, 4 dan 5 dengan berat F, G dan H pada Gambar 2.).
molekul masing-masing adalah Melihat hal tersebut, maka diduga
154,2 kD, 121,9 kD, 102,4 kD, 85,9 isolat albumin hasil pengukusan
kD dan 66,3 kD; untuk 5 ml fraksi suhu waterbath 60oC, di albumin
ke-3 setelah dielektroforesis plasmanya belum terjadi denaturasi.
menghasilkan enam pita protein, Kandungan albumin tertinggi
terdiri dari dua pita mayor yaitu pita terjadi pada 5 ml fraksi ke-1, 5 ml
5 dan 8 dengan berat molekul 66,2 fraksi ke-3 dan 5 ml fraksi ke-4, hal
kD dan 13,3 kD, serta empat pita ini terlihat dari kondisi ketebalan
minor yaitu 1, 2, 3 dan 4 dengan pita protein yang hampir sama pada
berat molekul masing-masing pita ketiga fraksi tersebut (lajur E,
adalah 154,2 kD, 129,3 kD, 108,5 G dan H pada Gambar 6.), dan
kD dan 85,9 kD; sementara untuk 5 ketebalan terletak pada pita protein
ml fraksi ke-4 setelah 5 dengan berat molekul 66,2-66,3
dielektroforesis menghasilkan enam kD. Raeker and Johson (1995),
pita protein yang terdiri dari dua menyatakan hasil penelitiannya
pita mayor yaitu pita 5 dan 8 bahwa terjadinya permulaan
dengan berat molekul 66,3 kD dan denaturasi albumin plasma adalah
14,1 kD, serta empat pita minor pada suhu pemanasan 69,1 0,3oC,
yaitu 1, 2, 3 dan 4 dengan berat sementara puncak denaturasi
molekul masing-masing 154,2 kD, plasma terjadi pada suhu
121,9 kD, 108,5 kD dan 81,1 kD. pemanasan 78 0,2oC.
Berdasarkan hasil
elektroforesis tersebut

11
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

Gambar 2. Hasil Elektroforesis SDS-PAGE Isolat Albumin setelah


Fraksinasi

Keterangan :
X = kit penciri protein : myosin, -galactosidase, phosporylase B, bovine serum
albumin, ovalbumin, carbonic anhydrase, trypsin inhibitot, lysozyme dan
aprotinin
B = isolat albumin 5 ml fraksi ke-2 suhu waterbath 80C (suhu daging 55C)
C = isolat albumin 5 ml fraksi ke-3 suhu waterbath 80C (suhu daging 55C)
D = isolat albumin 5 ml fraksi ke-4 suhu waterbath 80C (suhu daging 55C)
E = isolat albumin 5 ml fraksi ke-1 suhu waterbath 60C (suhu daging 45C)
F = isolat albumin 5 ml fraksi ke-2 suhu waterbath 60C (suhu daging 45C)
G = isolat albumin 5 ml fraksi ke-3 suhu waterbath 60C (suhu daging 45C)
H = isolat albumin 5 ml fraksi ke-4 suhu waterbath 60C (suhu daging 45C)
I = isolat albumin 5 ml fraksi ke-1 suhu waterbath 90C (suhu daging 66C)

Hasil Elektroforesis (Gambar pita protein. Hasil elektroforesis


2.) isolat albumin perlakuan suhu (Gambar 2.) isolate albumin
pengukuran waterbath 90C (suhu perlakuan suhu pengukuran
daging 66C), dan dilanjutkan waterbath 90C (suhu daging
fraksinasi kolom fitrasi gel 60C), dan dilanjutkan fraksinasi
sephadex G-75 untuk pengambilan kolom filtrasi gel sephadex G-75
5 ml fraksi ke-1 tidak didapatkan untuk 5 ml fraksi ke-2, tidak
12
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

didapatkan pita protein. Begitu juga kelarutan albumin dalam isolate


untuk pengambilan 5 ml fraksi ke-3 albumin ikan gabus.
dan 4 pada suhu pemanasan yang Hasil elektroforesis ( Gambar
sama setelah dielektroforesis tidak 3.) isolate albumin perlakuan suhu
menghasilkan pita protein. pengukusan waterbath 40C (suhu
Hasil elektroforesis tersebut daging 36C), dan dilanjutkan
menunjukan bahwa isolate albumin fraksinasi kolom filtrasi gel
perlakuan suhu pengukusan sephadex G-75, untuk pengambilan
waterbath 90C (suhu daging 5 ml fraksi ke-1, didapatkan tujuh
66C), jumlah kandungan dan pita protein, terdiri dari dua pita
kualitas protein yang terlarut dalam mayor yaitu pita 5 dan 8 dengan
isolate albumin adalah rendah, berat molekul 66,2 kD dan 14,6 kD,
diduga pada suhu pengukuran dan lima pita minor yaitu 1, 2, 3, 4
waterbath 90C protein sudah dan 6 dengan berat molekul
mengalami denaturasi. Keempat masing-masing berturut-turut 133
fraksi hasil kolom filtrasi gel kD, 108,8 kD, 103,5 kD, 84,7 kD
sephadex G-75, setelah dan 37,9 kD; untuk 5 ml fraksi ke-
dielektroforesis tidak satupun pita 2, setelah dielektroforesis
protein terdeteksi (lihat lajur I didapatkan tujuh pita protein, terdiri
Gambar 2., lajur J, K dan L Gambar dari dua pita mayor yaitu pita 5 dan
3.). 8 dengan berat molekul 66,2 kD
Weissler et al. (1981) dan 14,6 kD, dan lima pita minor
menjelaskan dalam penelitiannya, yaitu 1, 2, 3, 4 dan 6 dengan berat
bahwa ketika BSA dan alpha- molekul berturut-turut adalah 133
lactalbumin dipanaskan pada suhu kD, 114,4 kD, 103,5 kD, 84,7 kD
78C selama 15 menit, maka akan dan 39,9 kD ; untuk 5 ml fraksi ke-
menurunkan jumlah zone yang 3, setelah dielektroforesis
terdeteksi. Foegeding et al. (1986) didapatkan tujuh pita protein, terdiri
memaparkan juga hasil dari dua pita mayor yaitu pita 5 dan
penelitiannya, bahwa pada 8 dengan berat molekul 66,2 kD
pemanasan lebih dari 90C albumin dan 14,6 kD, dan lima pita minor
mulai mencapai gel maksimum. yaitu 1, 2, 3, 4 dan 6 dengan berat
Lebih lanjut diterangkan pada suhu molekul berturut-turut adalah 133
70C kelarutan albumin berkisar kD, 114,4 kD, 108,8 kD, 84,7 kD
81% sehingga suhu pengukusan dan 41,9 kD ; sedangkan untuk 5
waterbath 90C akan menurunkan ml fraksi ke-4 setelah
dielektroforesis didapatkan lima
pita protein, terdiri dari satu pita
13
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

mayor, yaitu pita 8 dengan berat masing-masing terdapat dua pita


molekul 14,6 kD, dan empat pita mayor. Diduga ketiga fraksi awal
minor yaitu 3, 4, 5 dan 6 dengan ini muatan berat molekul
BM berturut-turut adalah 103,5 kD, albuminnya memiliki kadar yang
84,7 kD, 66,5 kD dan 39,9 kD. hampir sama.
Hasil elektroforesis tersebut Widowati dan Wijaya (1997)
menunjukkan, bahwa isolat melaporkan hasil penelitiannya,
albumin perlakuan suhu bahwa pita mayor itu memiliki
pengukusan waterbath 40C (suhu ketebalan dan intensitas warna yang
daging 36C), jenis dan kandungan lebih besar dibandingkan pita-pita
protein yang terlarut dalam isolat lainnya, sehingga berkesimpulan
albumin masih komplek dan tinggi, bahwa pita mayor itu merupakan
hal tersebut terlihat dari banyaknya pita protein yang memiliki
jumlah dan jelasnya ketebalan pita konsentrasi lebih tinggi
protein yang terdeteksi setelah dibandingkan dengan pita-pita
dielektroforesis, selain itu tiap-tiap lainnya (pita minor). Foegeding et
fraksi pengambilan dari kolom al. (1986) menunjukan hasil
filtrasi gel sephadex G-75, setelah penelitiannya, pada pemanasan
dielektroforesis menghasilkan BSA (bovine serum albumin) 40C
jumlah pita protein yang lebih sampai dengan 70C didapatkan
konstan. Hal tersebut terlihat dari jumlah zone relatif komplek (7 pita)
(lajur M, N, O dan P Gambar 11.) dan dua diantaranya tebal dengan
keempat fraksi memiliki jumlah soluble protein berkisar antara 6,5-
pita protein sama yaitu tujuh pita. 3,5 mg/ml, tetapi pada pemanasan
Diduga keempat fraksi tersebut 80C keatas jumlah zone berkurang
jumlah kandungan proteinnya drastis (1 pita) dan tipis dengan
hampir sama, sedangkan untuk soluble protein berkisar 1-1,5
ketebalan pita terdapat kesamaan mg/ml.
untuk pengambilan 5 ml fraksi ke-1
sampai dengan 5 ml fraksi ke-3,

14
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

Gambar 3. Hasil Elektroforesis SDS-PAGE Isolat Albumin setelah


Fraksinasi

Keterangan :
X = kit penciri protein : myosin, -galactosidase, phosporylase B, bovine serum
albumin, ovalbumin, carbonic anhydrase, trypsin inhibitot, lysozyme dan
aprotinin
J = isolat albumin 5 ml fraksi ke-2 suhu waterbath 90C (suhu daging 66C)
K = isolat albumin 5 ml fraksi ke-3 suhu waterbath 90C (suhu daging 66C)
L = isolat albumin 5 ml fraksi ke-4 suhu waterbath 90C (suhu daging 66C)
M = isolat albumin 5 ml fraksi ke-1 suhu waterbath 40C (suhu daging 36C)
N = isolat albumin 5 ml fraksi ke-2 suhu waterbath 40C (suhu daging 36C)
O = isolat albumin 5 ml fraksi ke-3 suhu waterbath 40C (suhu daging 36C)
P = isolat albumin 5 ml fraksi ke-4 suhu waterbath 40C (suhu daging 36C)
Q = isolat albumin 5 ml fraksi ke-2 suhu waterbath 90C (suhu daging 66C)
R = isolat albumin 5 ml fraksi ke-3 suhu waterbath 90C (suhu daging 66C)

Hasil elektroforesis (Gambar sebelumnya (lihat lajur I Gambar


3.) isolate albumin perlakuan suhu 10., lajur J, K dan L Gambar 3.),
pengukusan waterbath 90C (suhu pada pengambilan 5 ml fraksi ke-2
daging 66C), yang merupakan dan ke-3 tidak dihasilkan pita
konversi dari perlakuan suhu protein.
pengukusan waterbath 90C
15
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

Hasil elektroforesis tersebut selama 30 menit, pada pengambilan


menunjukan bahwa pada suhu 5 ml fraksi ke-2. Elektroforesis
pengukusan waterbath 90C (suhu SDS-PAGE dengan jumlah protein
daging 66C), yang merupakan paling komplek adalah isolat
hasil konversi dari suhu albumin pengaruh suhu pengukusan
pengukusan waterbath 90C 40oC selama 30 menit, terletak pada
sebelumnya, ternyata juga punya 5 ml fraksi ke-1, 5 ml fraksi ke-2
kecenderungan yang sama pita dan 5 ml fraksi ke-3. Pita protein
protein hilang dan tidak terdeteksi terdiri dari 2 pita mayor dan 5 pita
(lajur Q dan R Gambar 3.). Hal ini minor dengan BM 14,6-133 kD.
diduga kelarutan protein dalam
isolat albumin rusak akibat Saran
denaturasi panas, dan terjadinya Berdasarkan hasil terbaik
perubahan sifat karakteristik isolate penelitian tersebut diatas,
albumin, yaitu terbentuknya gel. disarankan untuk dilakukan uji
Soepomo (1992), dalam uraiannya kualitas biologis ekstrak albumin
mengenai pengolahan daging kasar dan isolat albumin pada tikus
menyatakan, bahwa semakin tinggi Mencit (Mus musculus L.).
suhu pemasakan dan atau lama
waktu pemasakan, makin besar Daftar Pustaka
protein yang rusak sampai
mencapai tingkat yang konstan Alexander, M.R.; Ambre, J.J.;
sehingga diperoleh hasil sampai Liskon, B.I. and D.C. Trash,
cukup rendah. Ilminingtyas dkk. 1979. Therapeutic Use Of
(2000) memaparkan hasil Albumin. JAMA., 241 : 2527-
penelitiannya, bahwa perubahan 2529.
pola protein hasil SDS-PAGE Arntfield, S. D.; Murray, E. D. and
menunjukkan adanya perubahan M. A. H. Ismond, 1986.
yang terjadi pada protein, penipisan Effect of Salt on the Thermal
dan hilangnya pita protein Stability of Storage Proteins
menunjukkan terjadinya perubahan from Fababean (Vice faba). J.
sifat pada protein tersebut. Food Sci., 51 : 371-377.
Kesimpulan Carvallo, Y. N., 1998. Study Profit
Kadar albumin isolat albumin Asam Amino, Albumin,
tertinggi sebesar 1,77 mg/g, Mineral Zn pada Ikan Gabus
pengaruh suhu pengukusan 40oC (Ophiocephalus sriatus) dan
Ikan Tomang
16
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

(Ophiocephalus Maillard Reaction on Some


Micropeltus). Fakultas Physical Properties of
Perikanan. Universitas Ovalbumin. J. Food Sci., 62 :
Brawijaya. Malang. Hal 28- 1861-1820.
30.
Martini, N. D., 1998. Pengaruh
Foegeding, E. A.; Allen, C. E. and Lama Pengukusan Terhadap
W. R. Dayton, 1986. Effect Kandungan Albumin, Asam
of Heating Rate on Amino dan Zn pada Ikan
Thermally Formed Myosin, Gabus (Ophiocephalus
Fibrinogen and Albumin sriatus). Laporan Penelitian.
Gels. J. Food Sci., 51 : 104- Fakultas Perikanan.
107. Universitas Brawijaya.
Malang. Hal. 36.
Folawiyo, Y. L. and O. R. K.
Apenten, 1996. The Effect of Nakai, S. and H.W. Modler, 1996.
Heat Acid Treatment on The Food Proteins Properties and
Structure of Rapeseed Characterization. Food
Albumin (Napin). J. Food Science and Technology
Sci., 61 : 237-239. (Series Editor). American
Food and Nutrition Center.
Hames, B. D. and D. Rickwood,
Page. 168-224.
1990. Gel Electrophoresis of
Protein : A Practical Nielsen, S., 1998. Food Analysis.
Approach. Second Edition. London. Glisers
Oxford University Press,
Raeker, M.O. and Johnson, 1985.
New York. Page. 17
Thermal and Functional
Hidayati, O., 1999. Study Kadar Properties of Bovine Blood
Albumin, Zn dan TVB Filtrat Plasma and Egg White
Ikan Gabus (Ophiocephalus Proteins. J. Food Sci., 60:687
sriatus) pada Lama Sterilisasi
Soemitro, S.; Marianti, L. dan A.
dan Penyimpanan yang
Safari, 1992. Percobaan
Berbeda. Laporan Penelitian.
Biokimia Penentuan Struktur
Fakultas Perikanan.
Protein. Pusat dan Antar
Universitas Brawijaya.
Universitas Bioteknologi.
Malang. Hal 36.
Institut Teknologi Bandung.
Kato, Y,; Watanabe, K. and Y. Hal. 23.
Sato, 1981. Effect of

17
Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1
November2012

Soepomo, 1992, Ilmu Teknologi 1981. Identification of Serum


Daging. Gadjah Mada Albumin in Protein
University Press. Jogjakarta. Complexes to Dissociation by
Hal. 20-40. Sodium Dodecyl Sulfate. J.
Food Sci., 46 : 979-978.
Sudamadji, S., 1996. Teknik Analisa
Biokimiawi. Liberty. Widowati, S. dan Wijaya, S.K.,
Jogjakarta. Hal. 97-220. 1997. Isolasi dan
Karakterisasi Globumin 7S
Suprayitno, E., 2003. Penyembuhan
dan 11S dari Sepuluh Varietas
Luka dengan Ikan Gabus.
Kedelai Indonesia. Dalam
Fakultas Perikanan.
Budianto, S ; Zakaria, F ;
Universitas Brawijaya.
Hariyadi dan Satiyowiharjo, B
Malang
(ed). Prosiding Seminar
Sutiman, B. S.; Rahayu, S.; Nasional Teknologi Pangan.
Fatchyah ; Widyawati, S. dan Denpasar.
E. A, Laras, 1996. Teknik
Wirahadikusuma, M., 1981.
Biologi Molekuler. Jurusan
Biokimia Proteina, Enzima
Biologi. MIPA Unibraw.
dan Asam Nukleat. Penerbit
Malang. Hal. 25-90.
ITB. Bandung. Hal 26-38.
Weissler, N. L.; Mangino, M. E.;
Harper, W. J. and R. Raman,

18

Anda mungkin juga menyukai