Anda di halaman 1dari 44

Samih Athef az-Zein

KEMUNDURAN
UMAT ISLAM

arrayapublishing2017
pENERBITbUKUbAGUSbAJAKAN
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
ISLAM ADALAH AJARAN PRAKTIS .................................................... 2
UNSUR-UNSUR LEMAHNYA KAUM MUSLIM ................................... 7
BANGKITNYA NASIONALISME MELALUI
SERANGAN MISIONARIS .................................................................... 19
HASIL-HASIL SERANGAN MISSIONARIS ....................................... 28
MENCEGAH KEMBALI DOMINASI ISLAM
DI TENGAH-TENGAH KEHIDUPAN ................................................. 31
KESULITAN-KESULITAN YANG MENGHALANGI
KEMBALINYA SISTEM ISLAM ........................................................... 35
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

PENDAHULUAN
Banyak kaum Muslim, termasuk di dalamnya orang-orang yang
beriman, bertanya, jika memang Islam mungkin untuk diterapkan di
abad ini; dan jika memang itu bisa dilakukan, apakah hal itu dengan
mudah dapat diterapkan dan mampu menahan ujian yang akan
menimpanya? Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, apakah Islam
benar-benar pernah diterapkan setelah wafatnya Rasulullah saw?
Pertanyaan tersebut mewakili sebagian sikap kaum Muslim yang
bersifat skeptis atau rendah diri. Pertanyaan itu muncul karena musuh-
musuh Islam dan kaum Muslim telah merubah gambaran mereka
tentang sejarah Islam dan kaum Muslim. Sebagian lainnya merasa sulit
untuk menghadirkan sistem Islam dalam benak mereka, karena telah
dipengaruhi oleh fakta/kenyataan yang ada. Mereka tidak bisa
menggambarkan perintah-perintah Islam kecuali dengan teropong yang
mereka biasa gunakan dalam sistem Demokrasi, sistem tempat mereka
hidup di dalamnya. Kesulitan itu tidak berhenti sampai disini, melainkan
datang menghampiri benak mereka, memberi warna dengan budaya
asing, dan mendorong perubahan dalam pola pikir dan perilaku mereka.
Banyak kaum Muslim yang mengabaikan bahayanya tsaqafah
(budaya) asing. Kaum Muslim telah memerangi para penjajah Barat,
namun ironisnya hingga saat ini masih mengambil tsaqafah Barat,
padahal justru tsaqafah Barat itulah yang menjadi penyebab
imperialisme, dan melempangkan jalan untuk mengokohkan
imperialisme yang akhirnya mengontrol negeri-negeri kaum Muslim.
Kondisi kaum Muslim saat ini sangat mengherankan dan juga sangat
kontradiktif. Di satu sisi, kaum Muslim mengklaim bahwa mereka telah
memerangi orang-orang asing, akan tetapi di sisi lain, lewat tangan
belakangnya mengambil racun mematikan dari tsaqafah asing itu, lalu
mereka meminumnya hingga terjerumus dalam kematian. Orang yang
dungu menganggap bahwa mereka itu adalah martir (syahid) di medan
perang. Kenyataannya, mereka adalah mati konyol dan menipu.
Jadi, apa yang kaum Muslim inginkan dengan banyaknya negara
yang mereka miliki? Kekuatan Barat telah datang, dan memberikan
kepada kaum Muslim banyak negara. Itu mereka lakukan dalam rangka
menyempurnakan rencana Barat membagi-bagi negeri kaum Muslim,
dan memaksa kaum Muslim agar merasa puas dengan kedaulatan negeri
mereka yang kecil lagi lemah. Barat masih memberikan kepada kaum
Muslim negara baru di setiap periode untuk memperlebar jurang
kesesatan, menaikkan eskalasi pemecahbelahan, menjauhkan kaum

1
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Muslim dari sistem Islam, dari kesatuan negeri-negeri mereka dan


hilangnya perpecahan.
Buku ini berisi bukti-bukti faktual yang menegaskan bahwa Islam
pernah diterapkan di lebih dari 30 negeri. Buku ini juga membawa
bukti-bukti yang menetapkan pendirian kaum imperialis beserta agen
(kaki tangannya) untuk merusak fakta sejarah, dan menghalang-halangi
upaya siapa pun yang bersemangat untuk menerapkan pemerintahan
Islam. Kaum imperialis dan kaki tangannya berupaya memelihara
kepentingan mereka. Mereka sangat khawatir akan hilangnya dominasi
dan hegemoninya.
Akhirnya, buku ini mengungkapkan kepada para pembaca
berbagai hambatan yang menghalang-halangi penerapan mabda
(prinsip/ideologi) Islam di berbagai bidang kehidupan.

ISLAM ADALAH AJARAN PRAKTIS


Sebagian orang yang membenci Islam dan kaum Muslim suka
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk menyesatkan dan
memutarbalikkan Islam. Misalnya, apakah kaum Muslim bisa
menerapkan Islam? Atau, apakah kaum Muslim bisa berbagi bersama
untuk menerima agama dan hukum Islam serta mengakui untuk hidup
bersama non Muslim, dan secara bersamaan menerapkan hukum
lainnya?
Jawaban atas pertanyaan ini adalah, bahwa kami menyatakan,
kaum Muslim pernah menerapkan Islam dan hanya menerapkan Islam
saja sepanjang sejarahnya. Yaitu sejak kedatangan Rasulullah saw ke
Madinah hingga negara Islam terakhir yang jatuh ke tangan imperialis.
Keberhasilan penerapan Islam makin meluas, seiring dengan semakin
luasnya daerah-daerah yang ditaklukkan. Hal itu berlangsung sejak
negara menerapkan syariat Islam, dan juga peranan dua lembaga: yaitu
qadli (hakim) yang bertugas menyelesaikan perkara-perkara individu
masyarakat dengan hukum Islam, dan wali (gubernur) yang
menjalankan administrasi negara berdasarkan syariat yang suci.
Peradilan Islam telah menorehkan keberhasilan sejak masa Nabi
Muhammad saw hingga Khalifah terakhir di Istambul. Qadli telah
memutuskan berbagai perselisihan antar kaum Muslim, maupun antara
kaum Muslim dan non Muslim, sesuai dengan hukum syariat atau fiqih
Islam.

2
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Pengadilan telah menggunakan hukum Islam dan hanya hukum


Islam saja dalam menyelesaikan berbagai perkara, baik perkara pidana
maupun perkara individu. Pada kenyataannya, tidak seorang pun yang
menyampaikan adanya perkara hukum lain yang ditetapkan dengan
hukum yang bertentangan dengan syariat atau yang berseberangan
dengan fiqih.
Bukti-bukti yang paling mudah mengenai pelaksanaan pengadilan
Islam hanya dengan menggunakan sistem hukum Islam, bukan hukum
lainnya adalah catatan-catatan pengadilan pada masa lalu yang masih
tersimpan di kota-kota kuno, seperti Jerusalem, Baghdad, Damaskus,
Istambul, dan lain-lain. Catatan-catan tersebut menunjukkan bahwa
hanya syariat Islam saja yang diterapkan oleh para qadli. Orang-orang
non Muslim, seperti Kristen maupun Yahudi, juga mempelajari hukum
Islam. Sebagai contoh, Sulaiman Baz, yang menjelaskan tentang al-
Majalla, yang menjadi produk hukum dari negara Turki Utsmani. Begitu
pula penulis-penulis lainnya pada periode berikutnya.
Meski demikian, beberapa hukum telah diintroduksi ke dalam
kumpulan fiqih Islam, atau ke dalam jurisprudensi Islam. Itu terjadi
setelah melalui fatwa yang dikeluarkan oleh mufti, yang menyatakan
bahwa hukum-hukum tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip Islam. Negara Utsmani telah mengambil hukum pidana pada
tahun 1857, dan undang-undang mengenai keuangan dan perdagangan
di tahun 1870. Pada tahun 1870 pengadilan dibagi dua: pengadilan
agama dan pengadilan sipil, dengan masing-masing memiliki hukum dan
prosedur sendiri-sendiri.
Tatkala para ulama gagal mencari legislasi untuk mengintroduksi
undang-undang sipil ke dalam bentuk dan susunan syariat, maka al-
Majalla menerbitkan hukum-hukum tentang berbagai perkara yang
menyangkut muamalah. Dengan demikian undang-undang sipil telah
disingkirkan pada tahun 1868. Hukum-hukum yang telah disusun itu
tidak menyimpang dari prinsip-prinsip yang diizinkan oleh Islam.
Namun demikian, mereka tidak menjalankannya sampai ada fatwa yang
merekomendasikannya, dan setelah ada izin dari Syaikhul Islam.
Kenyataan ini menunjukkan kemunduran. Tetapi, sejak tahun 1917,
yaitu sejak banyak negeri-negeri Islam dijajah, kaum imperialis mulai
memaksakan penerapan undang-undang pidana maupun peraturan
tentang urusan muamalah yang bertentangan dengan syariat Islam.
Akan tetapi, negeri-negeri Islam yang tidak dijajah secara militer meski
tetap berada dibawah kontrol kaum imperialis- masih menerapkan
hukum-hukum Islam. Hingga saat ini negeri-negeri Arab yang Islam
3
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

masih menerapkan syariat, meskipun hukum-hukum tersebut sering


diabaikan di dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Dari paparan singkat tadi, jelas bahwa tidak ada ajaran lain kecuali
hanya Islam yang telah diterapkan sepanjang sejarah berdirinya negara
Islam. Cakupan pelaksanaan penerapan hukum Islam meliputi: aspek
sosial, ekonomi, pendidikan, politik luar negeri, dan administrasi
pemerintahan.
Pendek kata, Islam pernah diterapkan sejak tahun pertama Hijriah
hingga tahun 1918 M. Benar, kadangkala ada kesalahan dalam
penerapannya, tetapi kesalahan itu menunjukkan suatu kenyataan
bahwa manusia itu bukanlah mesin industri yang hidup dengan
menjalankan peraturan sesuai dengan standar-standar yang sudah baku
dan diterapkan secara ketat tanpa ada kekeliruan, melainkan makhluk
sosial yang memiliki kapasitas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antara
satu manusia dengan manusia lainnya. Konsekuensinya, wajar jika Islam
membawa manusia untuk saling melengkapi satu dengan yang lain,
bukan dengan menganggap mereka sama rata. Wajar pula jika ada
beberapa individu yang menyimpang dari kebanyakan masyarakat dan
melanggar syariat, sebagian lainnya malah tidak merespon berbagai
perintah, malah mereka lari menjauh. Di dalam masyarakat
sebagaimana dimaklumi- hidup orang-orang fasik, orang kafir, pendosa,
pembohong, murtad, dan atheis. Masalahnya adalah bagaimana setiap
ajaran/ideologi harus mempertimbangkan kondisi masyarakat seperti
itu, yang mengandung unsur-unsur pemikiran, perasaan, sistem/hukum,
dan manusianya.
Masyarakat Islam menerapkan syariat dengan cara menampakkan
aspek ke-Islamannya. Tidak seorang pun yang mampu menerapkan
sistem hukum Islam seperti apa yang telah dilakukan pada masa
Rasulullah saw masih hidup dalam menerapkan sistem hukum Islam.
Meskipun demikian, pada masa Rasulullah saw pun dijumpai orang-
orang kafir, pendosa, pembohong, murtad, orang-orang fasik dan atheis.
Ternyata, tidak ada seorang pun berpendapat lain kecuali mengatakan
bahwa Islam telah diterapkan secara sempurna, dan masyarakat yang
ada adalah masyarakat yang terdiri dari 100% Islam. Islam adalah
ajaran yang diterapkan oleh manusia, sebagai makhluk sosial, bukan
sebagai mesin industri. Buruknya penerapan Islam di sebagian masa
mengakibatkan masyarakat Islam mengalami kemunduran demi
kemunduran. Kenyataan seperti ini bukan berlaku hanya pada sistem
Islam saja, tetapi juga berlaku pada sistem kehidupan lainnya. Sebab,
penerapan itu tergantung pada aspek manusianya.
4
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Buruknya penerapan hukum Islam di beberapa periode- bukan


berarti bahwa sistem Islam tidak pernah diterapkan. Sebaliknya, justru
Islam telah diterapkan mendekati sempurna dibandingkan dengan
ajaran-ajaran lainnya di dalam sejarah. Tidak pernah diterapkan
ideologi maupun peraturan selain Islam. Yang jadi patokan adalah
undang-undang dan peraturan yang dijalankan oleh negara.
Berdasarkan hal ini, kita harus menetapkan bahwa Islam bukan dinilai
dari para pengikutnya, atau kekeliruan penerapannya, maupun
pengabaian terhadap hukum-hukumnya, melainkan dinilai dari ide-
idenya dan prestasinya. Tatkala kita menyoroti penerapan Islam, kita
harus memperhatikan dua perkara:
Pertama, hendaknya kita tidak mengambil sejarah dari musuh-
musuh Islam, terutama dari mereka yang sangat membenci Islam. Kita
hanya mengambilnya dari kalangan kaum Muslim saja yang
mencurahkan aktivitasnya untuk memperjuangkan pokok-pokok agama
ini, setelah diseleksi secara kritis dan teliti.
Kedua, kita mesti menghindari generalisasi masyarakat dari
sejarah perorangan, atau hanya menitik beratkan sejarah hanya pada
satu aspek masyarakat Islam saja.
Adalah keliru jika kita menggambarkan masa pemerintahan Bani
Umayyah dengan hanya memfokuskan pada sejarah Yazid, misalnya;
atau menggambarkan masa pemerintahan Bani Abbas dengan hanya
bersandar pada buku al-Aghani, yang berisi biografi para pemabuk,
penyair dan sastrawan; atau dengan membaca buku-buku sufi, dan
buku-buku sejenisnya; lalu memutuskan bahwa masa itu adalah masa
yang penuh dengan kefasikan dan kenistaan, atau masa zuhud dan uzlah.
Hendaknya kita mempertimbangkan kondisi pada saat itu secara
menyeluruh sebelum membuat keputusan.
Sejarah masyarakat Islam sebagai sebuah masyarakat, tidak
pernah ditulis dalam periode manapun. Yang ada hanyalah cerita-cerita
tentang para penguasa dan sebagian pejabatnya. Kebanyakan cerita-
cerita tersebut ditulis oleh orang-orang yang tidak layak dipercaya.
Mereka itu pada umumnya, kalau bukan para pencela, pasti para
pemuja, sehingga informasinya penuh dengan keragu-raguan dan tidak
masuk akal.
Dengan demikian, tatkala kita mengkaji masyarakat Islam dengan
sudut pandang semacam ini, maka kita mesti mengkajinya melalui
berbagai pertimbangan terhadap berbagai aspek secara akurat. Jika kita

5
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

melaksanakan hal itu akan kita jumpai masyarakat terbaik yang pernah
ada di dunia.
Islam adalah ideologi yang memiliki akidah dan peraturan. Ia
merupakan pedoman kehidupan (way of life). Apabila kita ingin
mengetahui dan mengambilnya, maka sama sekali tidak dibenarkan
menjadikan sejarah sebagai sumber rujukan; tidak dari sisi pengetahuan
tentang peraturannya, juga tidak dari sisi pengambilan hukum-
hukumnya (istinbath). Sumber yang komprehensif mengenai peraturan
(undang-undang) dapat diambil dari buku-buku fiqih. Sedangkan
sumber pengambilan hukum (istinbath) dapat diketahui melalui
pengambilan dalil-dalilnya yang rinci.
Dari sini kita bisa menyaksikan bahwa selama periode
berkembangnya negara Islam, tidak pernah satu kalipun negara Islam
menerapkan sistem selain Islam. Penerapan Islam secara nyata adalah
bentuk keberhasilan yang tidak ada bandingannya, terutama dengan
menyoroti dua hal berikut:
Pertama, qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir) Islam berhasil
merubah bangsa Arab secara total, dari taraf pemikiran yang sangat
rendah dan dari kegelapan yang selalu dikungkung oleh fanatisme
kesukuan dan alam kebodohan yang teramat sangat, menjadi era
kebangkitan berpikir yang cemerlang, gemerlap dengan cahaya Islam,
yang pengaruhnya bukan hanya dikecap oleh bangsa Arab saja
melainkan juga tersebar luas ke seluruh dunia. Umat Islam telah
memainkan peranan penting dalam membawa Islam ke seluruh pelosok
dunia, sehingga mampu menguasai wilayah-wilayah Persia, Iran, Suriah,
Mesir, dan Afrika Utara. Padahal, masing-masing negeri itu adalah
sebuah bangsa yang berbeda, begitu pula ras, tradisi dan agamanya.
Namun, tatkala mereka hidup di bawah naungan pemerintahan Islam,
kemudian memahami Islam, seketika itu juga mereka melupakan sejarah
dan jati diri mereka yang telah lalu, memeluk Islam dan menjadi satu
komunitas yang sama. Keberhasilan qiyadah fikriyah Islam dengan
menyatukan banyak masyarakat dan banyak bangsa di dunia
merupakan keberhasilan yang sangat cemerlang dan tidak ada duanya
dalam sejarah umat manusia, padahal saat itu sarana transportasi dala m
aktivitas penyebarluasan Islam terbatas hanya pada unta, dan media
penyebarannya juga terbatas hanya melalui lisan dan pena.
Gelombang penaklukan (futuhat) Islam dilakukan untuk
menyingkirkan penghalang yang menghadang umat manusia dari
memperoleh kebenaran, lalu mendobraknya hingga manusia memiliki

6
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

kesempatan untuk dibimbing oleh akalnya dan ditunjuki fitrahnya.


Dengan sebab inilah manusia pun berbondong-bondong memeluk Islam.
Mereka tidak masuk Islam dengan ancaman pedang, sebagaimana yang
diklaim oleh para sejarawan Barat. Mereka bahkan secara sukarela
memeluk Islam, atau secara sukarela mengikat perjanjian dengan kaum
Muslim. Lain halnya dengan penjajahan (imperialisme), yang selalu
menjauhkan jarak antara bangsa penakluk dan bangsa yang ditaklukkan.
Penjajahan yang dilakukan Barat atas negeri-negeri Timur yang
berlangsung selama puluhan tahun tidak memperoleh apa-apa kecuali
makin memisahkan dan menjauhkan antara Barat dengan Timur.
Kedua, negara Islam menjadi negara yang paling hebat di dunia
dalam hal kreativitas dan penemuannya, baik dalam bidang seni, ilmu
pengetahuan, politik, budaya. Dan hal itu terus berlangsung di muka
bumi sepanjang dua belas abad. Keberhasilan dari qiyadah fikriyah Islam
ini karena Islam diterapkan sebagai sebuah ideologi yang prinsip-
prinsip (keyakinan) dan peraturannya diterapkan atas umat manusia.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: Jika Islam berhasil
meraih puncak peradabannya di dalam sejarah dengan tingkat yang
tidak ada bandingannya, dan jika Islam pernah membawa umat Islam
menjadi sebuah negara adi daya dan paling kuat di muka bumi, serta
pengaruhnya yang paling pesat, baik dalam aspek intelektual maupun
materi, lalu faktor-faktor apa yang akhirnya membawa umat Islam
semakin lemah dan mundur sebagaimana yang kita saksikan saat ini?

UNSUR-UNSUR LEMAHNYA KAUM MUSLIM


Kekuatan umat Islam didasarkan pada ajaran Islam, dan itu
menjadi satu-satunya alasan mengapa kaum Muslim bisa tetap eksis dan
bergerak mencapai kemajuannya. Jadi, Islam itu, bagi kaum Muslim,
adalah sesuatu yang amat vital.
Musuh-musuh Islam amat memahami kenyataan ini, dan mereka
mengakui bahwasanya mereka tidak akan mampu nelemahkan kaum
Muslim selama Islam masih ada di dalam jiwa kaum Muslim. Dari sinilah
musuh-musuh Islam mengkaji seluruh senjata yang bisa melemahkan
pemahaman kaum Muslim akan agamanya dan penerapan hukum-
hukumnya.
Itu berarti, musuh-musuh Islam memanfaatkan berbagai aspek
untuk melemahkan pemahaman kaum Muslim akan agamanya, yaitu:
dengan memanfaatkan teks-teks Islam (yaitu hadits-hadits Nabi saw),

7
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

penghancuran penggunaan bahasa Arab, dan penyesuaian Islam dengan


kenyataan-kenyataan hidup.
Pertama kali, musuh-musuh Islam berpaling terhadap kodifikasi
hadits. Mereka menyusupkan ke dalamnya praktek-praktek keliru, dan
memalsukan berbagai teks (dokumen hadits) yang bertentangan dengan
Islam. Musuh-musuh Islam menggunakan pemalsuan (hadits) dan
pendistorsian (terhadap makna hadits) sehingga kaum Muslim akan
mempraktekannya sesuai dengan aturan yang dibuat oleh musuh-
musuh Islam. Sementara kaum Muslim menganggap bahwa hal itu
benar-benar berasal dari Sunnah Nabi saw. Pada akhirnya, umat Islam
akan menjauhi jalan Islam.
Meskipun demikian, umat Islam telah diperingatkan bahwa
tindakan-tindakan semacam itu adalah perbuatan bidah. Konspirasi
musuh-musuh Islam dengan sendirinya telah gagal. Para ulama dan para
penyampai hadits telah membuat kodifikasi dan seleksi hadits. Mereka
telah mengumpulkan banyak biografi dan sifat-sifat para perawi,
menyaringnya hingga diperoleh siapa-siapa yang memiliki perhatian
yang lurus, dan menampakkan mana yang riwayatnya bisa diterima
(benar) dan mana yang riwayatnya tidak jelas. Hadits-hadits tersebut
mereka rekam (hafalkan), lalu beralih terhadap orang-orang lain yang
rantai periwayatannya mereka ketahui, yang dikenal dengan isnad
hadits. Rantai periwayatan ini mencakup orang-orang yang
kredibilitasnya diakui, hingga sampai pada masa para sahabat Nabi saw.
Dari sini dapat diketahui klasifikasi hadits, kemudian dibeda-bedakan
tingkatannya, sesuai dengan kredibiltas para perawinya. Dengan
demikian kaum Muslim mampu mengikuti Sunnah Nabi saw, bisa
membeda-bedakan tingkat/martabat hadits, serta bisa merujuk dari
sumber-sumbernya secara langsung. Inilah yang bisa menjauhkan kaum
Muslim dari kekeliruan dan perkara-perkara yang tidak masuk akal.
Konspirasi musuh-musuh Islam melawan tradisi (Sunnah) Nabi saw ini
hanya menimbulkan dampak yang sangat kecil.
Musuh-musuh Islam juga berpaling kepada bahasa Arab, sebagai
sarana pengajaran Islam. Mereka berusaha memisahkan bahasa Arab
dengan Islam. Upaya mereka pada awalnya mengalami kegagalan,
karena kemajuan umat Islam di dalam proses futuhat (pembukaan
wilayah-wilayah baru) berlangsung dengan sangat cepat, dengan
membawa al-Quran dan Sunnah, serta bahasa Arab sebagai satu-satunya
bahasa Islam. Meskipun kaum Muslim saat itu menghadapi berbagai
situasi yang beragam tatkala menaklukkan berbagai wilayah yang tidak
dikenal oleh mereka sebelumnya, namun mereka tetap berupaya untuk
8
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

menerapkan sistem hukum dan pemerintahan Islam secara total. Sistem


hukum dan pemerintahan Islam itu mampu menyelesaikan berbagai
problematika yang ada, di Persia, Syam, Spanyol, India, dan berbagai
negeri lain. Pemerintahan Islam telah memimpin penduduk di berbagai
negeri untuk bergabung di dalam komunitas Islam secara suka rela. Hal
itu mengindikasikan kemampuan kaum Muslim dalam berbagai
penemuan, maupun kemampuannya dalam berijtihad untuk
menyelesaikan berbagai problematika. Ketika Islam dipahami secara
benar, maka tingkah laku manusia akan diterangi jalan kehidupannya.
Dengan alasan ini pula peraturan-perataruan Islam itu mesti diajarkan
dan diterapkan.
Umat Islam mesti mengajarkan bahasa Arab, karena al-Quran dan
Sunnah adalah berbahasa Arab. Dengan sendirinya, masyarakat pada
waktu itu sangat baik penguasaannya di dalam berbahasa Arab. Mereka
sangat memperhatikan bahasa Arab sedemikian besar perhatiannya,
karena bahasa Arab sudah menjadi bahasa agama, bahasa perniagaan,
bahasa resmi pemerintah dan tsaqafah. Lebih dari itu, bahasa Arab
merupakan bagian tak terpisahkan dengan agama Islam, dan menjadi
salah satu syarat yang dituntut dalam ijtihad. Siapa pun yang ingin
memahami Islam dan berbagai cabang dari sistem hukum Islam harus
mengambilnya dari sumber aslinya (yaitu al-Quran dan Sunnah), dan itu
berarti ia harus pandai berbahasa Arab.
Sayangnya, pada abad ke-6 setelah Hijriah perhatian terhadap
bahasa Arab mulai lenyap, tatkala banyak para wali (Gubernur)
mengetahui sedikit bahasa Arab. Terlebih lagi pada periode dimana
pintu ijtihad telah tertutup. Kenyataannya, siapapun yang mengabaikan
bahasa Arab tidak mungkin menemukan jawaban atas banyak
pertanyaan atau problem. Bahasa Arab telah diasingkan dari Islam.
Umat Islam pun memahami agamanya dengan cara yang
membingungkan, dan penerapan atas hukum-hukum Islam pun mulai
menyusut.
Hasilnya, kejahatan melanda negara. Berbagai peristiwa tidak bisa
memuaskan pemahaman kaum Muslim terhadap agamanya, dan
berbagai problem yang amat kompleks menggelayuti umat Islam,
berakumulasi dari waktu ke waktu, hingga akhirnya negara Islam pun
mulai merosot dan terpecah belah.
Begitulah kondisinya mengenai teks-teks Islam (hadits) dan
bahasa Arab. Sekarang marilah kita tengok upaya mengkompromikan
Islam dengan kenyataan hidup sehari-hari.

9
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Pada abad-abad lampau, musuh-musuh Islam telah berupaya


menemukan prinsip-prinsip dasar yang bisa ditemukan di dalam ajaran
Islam dan filsafat Hindu. Mereka memperlihatkan kepada kaum Muslim
bahwa Islam dan filsafat Hindu saling berbagi di dalam beberapa
perkara. Keduanya (Islam dan Hindu) sama-sama percaya bahwa urusan
spiritual (akhirat) jauh lebih penting dibandingkan dengan kenikmatan
duniawi. Musuh-musuh Islam menginterpretasikan pemisahan
kehidupan yang mengarahkan pada kehidupan kaum pertapa, dan
membimbing pada kehidupan setelah mati. Mereka diarahkan agar
menyukai hidup dengan penuh kepapaan (penderitaan),
menyengsarakan jasad dengan cara menahan rasa sakit. Interpretasi
keliru yang terkait dengan kepercayaan Islam ini banyak menyeret
kaum Muslim yang akhirnya menghindari kenikmatan hidup, seraya
mengkonsentrasikan perhatiannya hanya pada aktivitas spiritual atau
kerohanian saja. Upaya dakwah Islam pun tenggelam dengan cara
menyakiti badan sendiri.
Interpretasi yang keliru mengenai Islam semakin bergaung melalui
serangan budaya yang berasal dari Barat atas negeri-negeri kaum
Muslim. Serangan tersebut membawa peradaban yang bertolak belakang
dengan Islam. Barat berupaya memaksakan suatu keyakinan atas kaum
Muslim bahwa peradaban Barat membawa janji-janji yang akan
mencerabut kaum Muslim dari peradabannya sendiri. Barat juga
memberi kado berupa sistem hukum yang bertolak belakang dengan
syariat Islam, dan meyakinkan umat Islam bahwa sistem hukum Barat
tidak bertentangan dengan Islam. Pandangan ini tak pelak lagi
berdampak kepada kaum Muslim. Umat pun mulai mempercayai bahwa
hidup harus didasarkan kepada kepentingan (maslahat), yaitu
kepentingan yang didasari pada egoisme dan agresivitas.
Berangsur-angsur, umat Islam menyesuaikan dirinya dengan
kehidupan modern, dan bersiap-siap untuk melakukan modifikasi
terhadap pokok-pokok tradisi kehidupan Islam. Akhirnya, umat Islam
menjalankan beberapa undang-undang dan peraturan Barat di negara
Islam Utsmani. Mereka melakukan re-interpretasi tentang riba, lalu
membuka bank; menghalang-halangi pelaksanaan hukum hudud seraya
mengadopsi undang-undang pidana Barat. Dengan cepat Islam terpisah
dari aspek pemerintahan di dalam negara Islam sendiri.
Beberapa faktor turut memacu aplikasi keliru dari syariat Islam.
Salah satunya adalah keberadaan partai politik yang seringkali
digunakan sebagai pembenaran. Kekuatan militer menjadi satu-satunya
institusi yang mengekspresikan kekuasaan. Militer dilibatkan untuk
10
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

mengikuti alur demokrasi dalam rangka memenangkan kekuasaan


melalui proses pemilihan.
Pemerintahan Abbasiyah datang, menaklukkan kawasan Persia
dan Irak. Mereka telah mengambil alih proses futuhat, dan mengontrol
seluruh wilayah negara Islam, serta memenangkan persaingan di dalam
pemerintahan bagi Bani Hasyim. Kasus yang sama dialami oleh
pemerintahan Fatimiyah, yang menaklukkan Mesir dan mengokohkan
kekuasaannya disana. Mereka disibukkan oleh upaya untuk menguasai
negara Islam dan memenangkan persaingan dalam pemerintahan
dengan mengatasnamakan Bani Fatimah. Dua realitas sejarah tersebut
mengukir benak kaum Muslim bahwa ke-Khilafahan itu adalah pusaka
(bersifat turun temurun) dan dipegang oleh sebuah dinasti. Di satu sisi
kasus semacam itu membawa goncangan yang bisa menghentikan
futuhat Islam dan mengganggu kehidupan bernegara. Di sisi lain, umat
melihat adanya dua orang Khalifah pada satu masa, meskipun negara
Islamnya adalah satu. Padahal mereka harus memiliki hanya seorang
Khalifah saja pada satu masa. Hal ini membawa pengaruh semakin
lemahnya negara, menghentikan futuhat, dan menghentikan
penyebarluasan dakwah Islam.
Namun, yang dilakukan partai politik justru dengan mengikuti
jalan yang sudah ada dalam meraih kekuasaan, sama dengan apa yang
telah dilakukan oleh Umayah, yang memasung kontrak atas Imamah
dengan cara paksa, seraya mengambil baiat. Praktek semacam ini
memaksa orang lain yang memiliki ambisi untuk sampai ke jenjang
kekuasaan untuk menggunakan cara-cara semacam itu dari pada
menyandarkan proses baiat yang didasarkan pada kesukarelaan
masyarakat. Muawiyah berhasil menapaki ke-Khilafahan melalui tipu
muslihatnya dan melalui jalan kekuatan. Lalu ia mempromosikan Yazid,
anaknya, untuk menjadi Khalifah. Ia memperkosa pelaksanaan baiat
untuk Yazid sebagai Khalifah, kelak jika ia meninggal. Muawiyah sendiri
adalah pendiri dari dinasti Umayah dan mengokohkan ke-Khilafahan
berdasarkan warisan (pusaka bagi anak turunannya). Sejak itu, setiap
Khalifah mulai menominasikan orang-orang yang kelak akan menjadi
Khalifah berikutnya, dan masyarakat digiring untuk membaiatnya.
Partai politik telah menggunakan kekuatan untuk meraih kekuasaannya.
Akibat lanjut dari fenomena semacam ini adalah memacu terpecah
belahnya kekuasaan umat Islam.
Meskipun terjadi praktek-praktek yang keliru, negara tetap
memiliki kekuatan. Kondisi semacam itu hanya berpengaruh jika negara
dalam keadaan lemah. Persoalannya bukan hanya terbatas pada
11
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

pelantikan melalui baiat bagi seorang Khalifah, tetapi juga termasuk


munculnya kekuatan baru di berbagai propinsi yang dijalankan oleh
para Gubernur (wali). Abdurrahman ad-Dakhil berhasil mengontrol
pemerintahan di Spanyol secara independen. Spanyol tetap terpisah dari
tubuh negara Islam secara politis. Lagi-lagi kaum Muslim mengakui
untuk memberikan kepada rekan-rekannya yang tergabung di dalam
komunitas Islam upaya untuk mengontrol hubungan diri mereka sendiri,
dan bertibdak secara berlebihan di dalam kekuasaan. Kasus-kasus ini
makin memperlemah negara Islam, dan kesempatan ini dimanfaatkan
sebaik-baiknya oleh musuh-musuh Islam. Padahal kaum Muslim saat itu
sedang berada pada puncak kemasyhuran, dan kekuasaan mereka
berada pada titik yang paling tinggi.
Itu yang berkaitan dengan kejadian-kejadian yang berlangsung di
kaasan Barat negara Islam. Di wilayah Timur, para wali (Gubernur) telah
diberi otoritas yang amat besar, melewati batas-batas propinsinya,
hingga meluas dan kekuasaan yang mereka miliki makin membesar.
Mereka akhirnya menjalankan administrasi pemerintahannya secara
independen. Khalifah menerima kondisi seperti itu, dan merasa puas,
selama para Gubernur di masing-masing propinsi tetap bersumpah
untuk setia terhadap kekuasaan di pusat, dan di depan publik mereka
tetap bersandar kepada Khalifah, pencetakan mata uang masih terpusat,
serta tetap mengirimkan kepada Khalifah jizyah dan pungutan lainnya.
Jadi, propinsi-propinsi itu layaknya miniatur negara.
Inilah yang menyebabkan munculnya kekuasaan Saljuk dan
Hamdan, dan juga kekuasaan lainnya. Dengan kata lain, setiap Gubernur
di masing-masing propinsi menjadi pemerintahan yang bersifat
independen. Seiring dengan itu pusat kekuasaan mulai merosot secara
perlahan tetapi pasti hingga datangnya kekuasaan Utsmani pada abad ke
9 setelah Hijriah. Merekalah yang kemudian mengontrol kekuasaan atas
seluruh dunia Islam. Pada abad ke 10 setelah Hijriah, mereka
menggabungkan negeri-negeri Arab. Kekuasaan mereka semakin luas.
Mereka memberi perhatian terhadap institusi Sultan, pengelolaan
angkatan bersenjata, dan kewibaan pemerintahan. Memang benar,
mereka memperluas kekuasaannya melalui jihad atau penyatuan
kembali wilayah-wilayah di sekitarnya, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa mereka melalaikan bahasa Arab dan semakin berkurang
perhatian terhadap Islam. Dari sini aspek hukum dan intelektual mulai
menurun, dan menemui masa-masa sulit. Yang tampak adalah negara
seakan-akan kuat, akan tetapi hakekatnya tengah mengalami
kemunduran. Kelemahan tersebut saat itu- belum berdampak serius,

12
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

karena negara tengah berada di puncak kemasyhurannya, lebih-lebih


angkatan bersenjata mereka sangat kuat.
Negara Utsmani tidak menyadari kelemahan ini, karena dari sisi
intelektualitas, perundang-undangan, dan peradaban, dibandingkan
dengan peradaban Eropa yang saat itu masih buta dan berada dalam
masa suram dan tengah dilanda kebingungan dan kebodohan, maka
negara Utsmani memang tidak dapat ditandingi. Perspektif sempit yang
dimiliki negara Utsmani mengenai realitas kekuatan yang dimilikinya
membuat banyak orang percaya bahwa negara Utsmani dalam kondisi
baik, dan peradabannya tengah berjaya. Hal ini membutakan diri sendiri
untuk melihat unsur-unsur kelemahannya. Apalagi kemenangan demi
kemenangan atas negeri-negeri di Eropa dan kawasan Balkan, serta
gentarnya negara-negara Eropa lainnya berhasil diraih oleh negara
Utsmani, sehingga negara-negara Eropa berupaya untuk membuat
perlindungan terhadap semakin cepatnya perluasan kekuasaan kaum
Muslim yang dipimpin oleh Muhammad al-Fatih (abad ke 9 setelah
Hijriah). Kejayaan kaum Muslim terus berlanjut hingga akhir abad ke 11
setelah Hijriah, tatkala negara Utsmani dipimpin oleh Sulaiman al-
Kanuni. Pemerintahannya semakin kokoh hingga pertengahan abad ke
12 setelah Hijriah. Begitulah yang terjadi, meskipun kesadaran
mengenai sistem Islam itu pada prakteknya diwarnai penerapan yang
keliru, namun, berbagai unsur tadi masih mampu mendukung tegaknya
negara, dan memungkinkannya untuk berlari dengan tenaga yang
memadai. Ini masih mampu menolong negara untuk tetap tegak. Pada
saat yang sama, Eropa masih berada pada kebingungan pemikiran dan
ketidakjelasan perundang-undangan.
Pada paruh kedua abad ke 12 setelah Hijriah kondisi negara
Utsmani mulai berubah. Kelemahan internal mulai tampak. Hal itu
muncul karena runtuhnya kewibawaan perundang-undangan Islam
dalam bentuk penerapan yang keliru, dan adanya pandangan-
pandangan yang membingungkan, yang menggabungkan antara Islam
dan ajaran asing. Pada abad ke 13 setelah Hijriah, perimbangan
kekuatan negara Islam dan negara-negara Eropa mulai seimbang dan
saling mempengaruhi. Timbangan kekuatan Islam semakin ringan
sementara kekuatan Eropa semakin besar, terutama setelah pengaruh
Renaissance Eropa mulai membuahkan hasilnya, sedangkan negara
Islam mulai melewati masa puncak-puncak keemasannya.
Sebagaimana diketahui, bahwa pada abad ke 9 setelah Hijriah,
Eropa tengah bergolak dan mulai berubah aspek pemikirannya. Para
filosof, para penulis (sastrawan) dan para pemikir menjadi pelita yang
13
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

menerangi upaya untuk menghidupkan kembali masyarakat. Berbagai


gerakan/aksi dilakukan. Ini memberikan pengaruh untuk menciptakan
opini mengenai filosofi kehidupan. Kejadian terpenting yang
berlangsung di Eropa adalah proses penyusunan dan modifikasi
terhadap aspek politik dan sistem perundang-undangan yang terjadi di
sebagian besar negara-negara Eropa. Periode para raja yang diktator
dan menjadi hantu menakutkan bagi masyarakat Eropa berangsur-
angsur menghilang dari Eropa, digantikan oleh pemerintahan baru yang
berlandaskan pada parlemen dan kedaulatan rakyat. Begitu pula
revolusi industri mulai berjalan di Eropa. Tentu saja, hal ini sangat
berpengaruh nyata terhadap kehidupan mereka. Bangkitnya kekuatan
materi (melalui revolusi industri) ditambah dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan intelektual, menjadi penyebab dunia Eropa menggeser
dunia Islam secara signifikan. Apa yang disebut dengan kekuatan Timur
pun berubah. Ancaman Islam yang menghantui Eropa selama ini mulai
berhenti. Malah kondisinya berbalik, yaitu bagaimana menjaga
kekuasaan Utsmani dari ancaman Eropa. Bangkitnya aspek intelektual,
kemajuan yang dialami ilmu pengetahuan, revolusi yang sedang
melanda Eropa, dan di sisi lain pemerintahan Utsmani tengah merosot
yang pada akhirnya menceraiberaikan komunitas umat Islam; semua itu
menjadi unsur-unsur yang mendorong terjadinya perubahan politik
yang bermuara pada dominasi Eropa atas negara Utsmani.
Perubahan drastis yang melanda aspek politik di Eropa dimotori
oleh para pemikir yang mencoba untuk menemukan jalan hidup yang
baru. Kepercayaan baru yang mereka bangun untuk mendirikan dunia
baru membantu revolusi industri untuk tetap berjalan, yang mendorong
terjadinya revolusi secara menyeluruh di dalam kehidupan.
Yang terjadi di negara Utsmani justru sebaliknya, yang sebelumnya
menjadi pemimpin atas seluruh dunia Islam, yang mampu mengontrol
penuh seluruh kejadian yang berlangsung di dunia Islam, yang
mempunyai aspek intelektual dan pemikiran yang sangat dalam dan
mendorong aktivitas ijtihad, yang memecahkan seluruh problematika
mereka dengan Islam, yang berbagai penemuannya dalam bidang ilmu
pengetahuan masih digunakan hingga abad ke 19 M, yang kemajuan
mereka sedemikian menakjubkan sebelum Eropa bangkit; berbalik
seratus delapan puluh derajat. Sayangnya, itu terjadi tatkala Eropa
tengah naik daun dan menanjak, negara Utsmani malah merosot.
Aspek pendidikan mengalami kemandegan, buku-buku banyak
disimpan di almari (tidak digunakan), sebagian kecil para pemikir saja
yang naik menonjol ke permukaan, semangat untuk melakukan
14
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

eksplorasi dan pengkajian merosot drastis. Ilmu pengetahuan tidak


tampak menonjol atau dipraktekkan, karena negara tidak
mendukungnya. Para pelajar yang menuntut ilmu dilandasi oleh suatu
pemikiran akan sakralnya ilmu pengetahuan, dan mereka mempelajari
ilmu pengetahuan hanya sekedar untuk ilmu saja (bersifat akademis),
malah sebagiannya mengkaji ilmu pengetahuan hanya sekedar untuk
bisa hidup. Hanya segelintir orang yang mempelajari ilmu pengetahuan
dalam rangka kemaslahatan negara dan bangsanya. Pada periode ini
kaum Muslim memahami Islam dan memberinya perhatian lebih sebagai
ajaran yang bersifat spiritual (kerohanian). Aspek politisnya atau
sistemnya yang terkait dengan aspek-aspek kehidupan lain mulai
ditinggalkan. Kenyataan seperti ini menunjukkan bahwa mereka
memahami dasar-dasar ajaran Islam secara samar. Hal itu juga
menggambarkan bahwa kaum Muslim buta terhadap al-Quran dan
Sunnah. Atas alasan inilah mereka lalu membandingkan Islam dengan
agama-agama lainnya yang ada di dunia. Mereka mempertimbangkan
kembali kesempurnaan ajaran Islam, kemampuannya untuk mengatur
seluruh bentuk hubungan yng ada dalam kehidupan manusia, dan
kemudahan pemikiran-pemikiran Islam yang bisa diwujudkan langsung
dalam kehidupan. Itulah mengapa komunitas kaum Muslim akhirnya
menyeret negara Utsmani keluar dari bentuknya sebagai negara yang
tegas/berwibawa, terjerumus dalam kebingungan dan terkungkung oleh
kegelisahan. Kondisi itu bukan disebabkan oleh kemajuan ekonomi yang
berhasil diraih oleh Eropa. Hal ini karena kaum Muslim tidak mampu
membedakan antara ilmu pengetahuan dengan tsaqafah, hadlarah
(kebudayaan) dan madaniyah (sains dan teknologi). Mereka telah
mempelajari teka teki yang tidak bisa membawa mereka menentukan
sikap, apakah sesuatu itu bisa diadopsi atau harus ditolak. Banyak kaum
Muslim yang memiliki pandangan, bahwa apapun yang berseberangan
dengan Islam layak ditempatkan sebagai larangan dan harus diabaikan.
Jadi, ketika ada kebutuhan untuk mencetak (memperbanyak) al-Quran
al-Karim, para fuqaha melarang pencetakan tersebut dan
menganggapnya sebagai perbuatan bidah. Lebih dari itu setiap orang
yang mempelajari ilmu pengetahuan yang bersifat fisik dituduh sebagai
tindakan bidah, mengembangkan pemikiran bebas dan atheis. Di sisi
yang berseberangan ada juga sekelompok intelektual Muslim yang
berpendapat pentingnya mengadopsi segala sesuatu yang berasal dari
Barat, baik itu aspek ilmu pengetahuan, tsaqafah, hadlarah dan
madaniyahnya. Sekelompok intelektual ini pada umumnya pernah
belajar di Eropa atau di sekolah-sekolah misionaris lokal. Merekalah
yang menggagas pemikiran untuk mengkompromikan antara ajaran
15
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Islam dengan segala sesuatu yang berasal dari Barat. Pada masa akhir
dari negara Utsmani ide tersebut telah mendominasi atmosfer politik
maupun intelektual masyarakat. Secara tidak langsung Barat telah
membawa peradabannya dengan stempel Islam, dan kaum Muslim tidak
bisa menyangkal apapun yang telah distempel oleh ajarannya.
Barat juga berhasil mempropagandakan slogan yang memisahkan
Islam di satu sisi, dan aspek intelektual di sisi lain. Barat berhasil
mempengaruhi opini umum kaum Muslim dengan pandangannya ini,
terlebih lagi terhadap para pakar hukum Islam dan juga para ilmuwan.
Mereka inilah yang kemudian disebut dengan julukan kaum reformis
dan modernis. Kenyataannya menunjukkan adanya kontradiksi antara
peradaban Barat dan peradaban Islam. Hal itu jelas-jelas tampak dalam
tsaqafah Barat dan pandangannya terhadap kehidupan, dengan tsaqafah
Islam dan pandangannya tentang kehidupan. Kaum Muslim menjauhi
Islam, begitu pula makin menutup diri terhadap pemikiran-pemikiran
Barat. Pada akhirnya mereka bingung karena tidak bisa memahami
pemikiran-pemikiran Barat, tetapi juga menyempitkan pandangan
mereka terhadap pemikiran-pemikiran Islam. Kebingungan ini
berdampak pada sikap pengabaian terhadap penemuan-penemuan,
sains, dan industri. Mereka mempunyai berbagai pandangan yang saling
bertabrakan, sementara negara tidak mampu mengembalikan mereka
terhadap pemikiran yang benar. Kebingungan ini membawa kaum
Muslim semakin menjauhi penerimaan terhadap kemajuan yang bersifat
materi di bidang sains, penemuan-penemuan dan industri. Kaum Muslim
makin melemah, meskipun demikian kelemahannya tidak tampak
hingga mereka tidak mampu lagi menjaga dirinya sendiri. Barat lalu
mengambil alih kendali atas bagian-bagian yang dulunya adalah wilayah
negara Islam, dan Barat membuatnya tidak berdaya, lalu memaksanya
untuk bersikap patuh.
Pada tahun 1762-1796 M, Rusia yang saat itu berada di bawah
kekuasaan Catherina, berperang dengan negara Utsmani. Mereka
mengalahkan pasukan Utsmani dan menguasai beberapa wilayah Islam.
Rusia menguasai kota Avoz yang berada di semenanjung Crimea, begitu
pula seluruh pantai Timur dari laut Hitam. Disitulah didirikan kota
Sebastepol, dan membangun pelabuhan komersil Odessa di laut Hitam.
Rusia menjadi faktor penting dalam hubungan luar negeri negara
Utsmani. Rusia menjadi negara besar di daerah-daerah yang dulunya
adalah peninggalan kerajaan Romawi. Rusia juga berfungsi menjadi
penjaga bagi kaum Kristen Eropa yang berada di dalam kekuasaan kaum
Muslim.

16
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Sikap terhadap negara Utsmani itu bukan hanya ditunjukkan oleh


Rusia, melainkan oleh seluruh negara Barat. Pada bulan Juli 1798 M,
Napoleon menyerang Mesir dan menaklukkannya. Pada bulan Pebruari
1798 M ia merangsek maju ke daerah Selatan Syam dan menguasai Gaza,
Ramallah, Jaffa, hingga terhenti di benteng Accra. Namun ekspedisi
militernya menemui kegagalan, sehingga dia kembali ke Mesir, sebelum
akhirnya hengkang ke Perancis. Pada tahun 1801 M ekspedisi militernya
gagal total, akan tetapi upayanya untuk mempengaruhi kekuasaan
Utsmani berhasil menggoncangnya dengan amat keras. Perancis
melanjutkan serangannya ke daerah-daerah kaum Muslim dan
menguasai banyak wilayah Islam. Perancis menguasai Aljazair pada
tahun 1881 M. Kemudian di tahun 1912 M menaklukkan Marokko. Italia
juga tidak mau ketinggalan dengan memasuki Libia pada tahun 1911 M,
bahkan menguasai bagian Timur Afrika. Sebelumnya, Inggris telah
menguasai Aden pada tahun 1839 M, dan memperluas jajahannya ke
wilayah Lahaj dan bagian Selatan Yaman hingga ke bagian Timurnya.
Inggris juga telah menaklukkan daerah anak benua India, dan
menjadikan daerah-daerah di sekitarnya sebagai daerah jajahan Inggris,
dengan menyingkirkan kekuasaan Islam. Pada tahun 1882 M, Inggris
mengambil alih Mesir dan Sudan. Belanda juga menyusul jejak mereka
dengan menduduki bagian Timur India (yaitu Indonesia). Inggris dan
Rusia secara bersama-sama menekan daerah Afghanistan, dan bersiap-
siap untuk menyerbu Iran.
Propaganda yang dilancarkan Barat untuk melawan dunia Islam
semakin intensif. Dimana saja di dunia dapat dirasakan kedigjayaan
Barat, ditambah lagi dengan propaganda Kristen yang berupaya
menyadarkan kebanggan akan harga diri mereka untuk meraih kejayaan
demi kejayaan. Dunia Islam berupaya untuk menghentikan penjajahan
Barat. Maka, di berbagai negeri muncul perjuangan untuk melawan
pendudukan Barat. Revolusi pecah di Aljazair, kaum Muslim di China
bangkit, gerakan Mahdi di Sudan bergerak, dan revolusi Sanusiah juga
meletup. Pergolakan yang melanda negeri-negeri kaum Muslim marak,
meskipun kondisi umat Islam saat itu sedang lemah dan merosot.
Sayangnya, seluruh perjuangan kaum Muslim melawan pendudukan
Barat itu gagal. Dan Barat tengah mempersiapkan pukulan pamungkas
terhadap kekuasaan Utsmani di napasnya yang terakhir. Barat
mendorong gerakan nasionalisme di dalam daerah-daerah Islam.
Negara-negara Eropa memprovokasi masyarakat Balkan untuk
melakukan pemberontakan terhadap negara Utsmani pada tahun 1804
M. Mereka menyalurkan apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat

17
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Balkan, hingga Balkan lepas dari negara Utsmani pada tahun 1878 M.
Eropa juga memanas-manasi Yunani untuk melepaskan diri dari negara
Utsmani sejak tahun 1820 M. Melalui intervensi Barat itulah, Yunani
memerdekakan diri dari negara Utsmani pada tahun 1830 M. Berturut-
turut kontrol negara Utsmani atas wilayah Balkan, pulau Kreta, Siprus,
dan pulau-pulau lain yang berada di laut Mediterania lepas satu demi
satu. Banyak kaum Muslim yang melarikan diri dari negeri dan tanah
airnya menjadi pengungsi, dan lari ke negeri-negeri Arab yang masih
Islam.
Disamping itu, Barat secara rahasia mendorong gerakan-gerakan
gerilya diantara kaum Muslim itu sendiri untuk memecahbelah mereka
di satu sisi, dan antara Turki dan Arab di sisi lain. Baratlah yang
menciptakan dan mendukung gerakan-gerakan nasionalis. Gerakan-
gerakan ini tumbuh dan berkembang di negeri-negeri Muslim dalam
bentuk partai politik, mencakup orang-orang Turki maupun Arab,
seperti Ottoman Decentralization Society, al-Fatat (gerakan Turki
Muda), gerakan nasionalis Arab, al-Ahd, dan lain-lain. Ini membawa
kebingungan dan kekacauan bagi negara yang berdampak pada
limbungnya kondisi negara karena disibukkan oleh banyaknya masalah-
masalah dalam negeri, disamping rongrongan dari luar. Pada Perang
Dunia I, Barat memperoleh kesempatan yang tepat untuk melakukan
invasi terhadap dunia Arab, lalu merampas daerah-daerah yang masih
tersisa. Negara Utsmani terseret dalam kancah peperangan yang
berujung pada kekalahannya, sedangkan negara-negara sekutu
memperoleh kemenangan. Berikutnya sekutu membagi-bagi dunia Islam
diantara mereka, mengkapling-kaplingnya ibarat tanah mereka sendiri,
dan tidak menyisakannya kecuali tanah yang sekarang bernama negara
Turki. Keberhasilan negara-negara sekutu pada Perang Dunia I tahun
1918 - 1921 M memudahkan kemerdekaan Turki, yang digagas oleh
Mustafa Kemal Ataturk dengan menghapuskan institusi ke-Khilafahan,
dan memutus sama sekali ikatan yang menghubungkan kaum Muslim
dengan ajaran agamanya.
Apa yang dilakukan Mustafa Kemal Ataturk merupakan pukulan
pamungkas terhadap negara Utsmani, yang dahulu pernah menjadi
negara adi daya di dunia selama berabad-abad, kemudian lambat laun
merosot, hingga akhirnya runtuh dengan dihapuskannya pemerintahan
Islam (yaitu negara Khilafah). Kamal Ataturk lalu memindahkan ibukota
dari Istambul (dulunya Konstantinopel) ke Ankara. Di depan parlemen
nasional Turki, Mustafa Kemal Ataturk berkata:

18
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Saya tidak percaya terhadap institusi negara Islam, sama halnya dengan
saya tidak percaya terhadap institusi negara Utsmani. Setiap orang dari
kami bebas untuk memiliki pendapat, namun pemerintah harus
melakukan sesuatu untuk menyatukannya, dan merancang politiknya
yang didasarkan pada fakta. Itu dilakukan dalam rangka merealisir satu
target, yaitu untuk memelihara kehidupan negara dan kemerdekaan,
dengan panduan kerja yang didasarkan pada batas-batas alamiah.
Dengan demikian, tidak ada keinginan maupun angan-angan yang
mempengaruhi kebijakan kami. Maka, pergilah ke neraka dengan seluruh
impian dan setan. Mereka telah membayar kepada kita harga yang mahal
di masa lalu.
Kemudian, Mustafa Kemal Ataturk mendeklarasikan keinginannya,
yaitu memerdekakan Turki sebagai sebuah bangsa Turki, bukan sebagai
sebuah komunitas Islam. Dengan kata lain, dia telah menyerahkan
loyalitasnya kepada Turki, bukan kepada Islam.

BANGKITNYA NASIONALISME MELALUI SERANGAN MISIONARIS


Eropa melanjutkan serangannya terhadap dunia Islam melalui
penjajahan. Bersamanya turut serta aktivitas missionaris, yang
berlindung di belakang topeng pendidikan dan bantuan kemanusiaan.
Mereka mengucurkan dana yang amat besar untuk mensukseskan
misinya ini yang digunakan untuk memperkuat biro informasi politik
dan budaya yang bisa membuka pintu dunia Islam lebar-lebar bagi
masuknya gelombang missionaris. Sebagai akibatnya, komunitas para
missionaris menyebar dengan cepat di berbagai negeri Islam. Mereka
kebanyakan berasal dari Inggris, Perancis, dan Amerika. Pengaruh
Inggris dan Perancis sangat kuat dan tersebar hingga masuk ke struktur
politik yang ada di negeri-negeri Islam. Merekalah yang menggiring para
pelajar Muslim untuk lebih dekat lagi berinteraksi dengan Barat, hingga
budaya Barat mendominasi mereka, dan mampu mengarahkan gerakan
nasionalisme di Arab dan Turki meraih tujuan-tujuannya, antara lain:
Pertama, mengisolir bangsa Arab dari negara Islam Utsmani, agar
mereka melepaskan diri dari negara Islam Utsmani. Untuk itu Barat
tidak segan-segan mengobarkan perasaan chauvinisme.
Kedua, membuka tali keyakinan kaum Muslim yang selama ini
menjadi pengikat mereka satu dengan yang lain menjadi satu komunitas
Muslim.

19
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Para missionaris telah berhasil meraih poin yang pertama, namun


gagal untuk mewujudkan poin yang kedua. Paham nasionalisme terus
mereka kumandangkan terhadap bangsa-bangsa Turki, Arab, Persia,
Kurdi, dan bangsa-bangsa Muslim lainnya. Itu dilakukan untuk
menyekat kaum Muslim satu dengan lainnya sebagai satu komunitas,
sekaligus mengikat kaum Muslim dengan doktrin-doktrin nasionalisme.
Para missionaris telah melakukan aktivitasnya melalui berbagai tahap
yang dampaknya terhadap dunia Islam sangat luas. Mereka turut
mengambil bagian dalam menjerumuskan kaum Muslim ke dalam
kelemahan dan kemerosotan. Mereka telah meletakkan batu pertama,
kemudian kaum penjajah membangunnya yang akan menjadi dinding
penghalang antara kaum Muslim dengan kebangkitannya. Baratlah yang
merekayasa para missionaris, karena mereka sebelumnya telah
menderita akibat perang Salib yang dilakukan oleh kaum Muslim
melalui jihad fi sabilillah. Di dalam pertempurannya, kaum salib
menghadapi kaum Muslim dengan menyandarkan pada dua unsur,
yakni:
Pertama, mereka menyandarkan pada orang-orang Kristen yang
tinggal di dunia Islam. Jumlah mereka tersebar luas dan cukup banyak di
negeri-negeri Islam, terutama di Syam. Mereka sangat taat menjalankan
agamanya. Para missionaris menganggap mereka sebagai saudara
mereka seagama, dan para missionaris yakin bahwa mereka dapat
dijadikan partner dalam konspirasinya melawan kaum Muslim, serta
mendukung mereka berada di dalam komplotan kaum salib Kristen.
Kedua, mereka menggantungkannya pada jumlah yang banyak dan
kekuatan yang dimiliki. Sementara itu, kondisi kaum Muslim tengah
kacau dan terpecah belah. Tercerai berainya keadaan kaum Muslim
dimanfaatkan oleh para missionaris untuk memasuki negeri-negeri
Islam. Barat berpikir bahwa jika mereka berhasil menaklukkan kaum
Muslim sekali saja, maka mereka mampu menaklukkan kaum Muslim
selamanya. Ini akan memudahkan mereka untuk merampas dan
menguasai kaum Muslim seluruhnya. Akan tetapi harapan para
misionaris itu lenyap, dan ramalan mereka keliru. Mereka malah dibuat
heran tatkala menyaksikan orang-orang Kristen-Arab justru berada di
pihak kaum Muslim selama peperangan. Orang-orang Kristen-Arab ini
tidak terpengaruh oleh propaganda mereka, karena orang-orang
Kristen-Arab hidup dengan kaum Muslim di bawah sistem hukum yang
sama, dan berbagi bersama-sama dalam makanan. Islam telah menjamin
seluruh hak-hak hukum dan sosial mereka. Para Khalifah maupun para

20
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

wali selalu memonitor bahwa hak-hak mereka itu benar-benar


ditunaikan. Dalam hal ini para fuqaha berkata:
Kita harus selalu memperingatkan mereka secara bijak dalam seluruh
aspek, menjaga mereka dari segala bentuk kejahatan yang tersingkap,
menjaga harta benda mereka, keluarga, kehormatan, hak-hak mereka,
dan memelihara kepentingan-kepentingan mereka, dan memperlakukan
mereka dengan perilaku yang baik.
Kenyataan ini dengan sendirinya membuat orang-orang Kristen
mendukung dan membela kaum Muslim.
Kaum salib semakin heran tatkala mereka menyaksikan bahwa
sasaran kedua mereka, yaitu memporakporandakan kesatuan kaum
Muslim, gagal. Mereka telah mengirimkan pasukan salib untuk
menaklukkan Syam, mengalahkan kaum Muslim dalam peperangan
dengan cara-cara mereka yang amat keji dan biadab. Metode pertama
yang mereka lakukan terhadap umat Islam adalah mengusir kaum
Muslim dari tempat-tempat tinggalnya dan negerinya. Cara-cara seperti
ini terus mereka lakukan di berbagai peperangan terhadap kaum
Muslim, dan tetap mereka lakukan hingga saat ini.
Serangan awal mereka berhasil, dan membayangkan bahwa
serangan awal mereka itu adalah serangan mematikan dan manuver
terakhir. Mereka percaya bahwa atas kemampuannya untuk
menghilangkan segala unsur yang mampu membangkitkan kaum
Muslim. Namun, umat Islam melakukan perlawanan terhadap pasukan
salib, dan mengusir mereka dari negeri-negeri kaum Muslim, meskipun
pasukan salib sempat menduduki wilayah Syam selama hampir dua
abad lamanya, seraya memecah belah wilayah kaum Muslim dalam
keratan kekuasaan yang lemah dan kecil-kecil. Pada akhirnya, kaum
Muslim mampu memukul mundur pasukan salib dengan peperangan
yang menyakitkan mereka, hingga mereka terusir ke negara asalnya
meninggalkan negeri-negeri Islam.
Kaum salib akhirnya mengetahui rahasia kekuatan kaum Muslim,
dan menemukannya ada pada ajaran Islam. Di dalam ajaran Islam itu
mereka menjumpai adanya sumber kekuatan dahsyat umat Islam. Di
dalam penerapan hukum Islam itu juga mereka mendapati bahwa orang-
orang non Muslim telah dipatri dengan kuat di dalam komunitas dunia
Islam. Barat lalu menemukan cara baru untuk menyerang kaum Muslim.
Mereka meluncurkan serangannya melalui serangan budaya, yaitu
menyebarluaskan ajaran Injil yang didukung oleh orang-orang Kristen.

21
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Ini akan meragukan kaum Muslim terhadap agamanya dan


menggoncang keyakinannya.
Barat telah mengemban taktik baru. Mereka membangun pusat
kegiatan missionaris di Malta pada akhit abad ke-16. Di pulau itu, Barat
menjadikannya sebagai basis para missionaris untuk menyerang dunia
Islam. Setelah mereka merasa kokoh beberapa lama disana, mereka
melebarkan sayapnya hingga pada tahun 1625 M memasuki Syam dan
mencoba membuat gerakan dan organisasi yang baik. Meskipun
demikian aktivitas mereka tetap terbatas. Mereka hanya mampu
mendirikan sekolah-sekolah kecil dan mencetak beberapa buku agama.
Mereka mendapatkan serangan dari kaum Muslim. Meski begitu mereka
berupaya tetap eksis hingga tahun 1773 M. Pada tahun itu komunitas
missionaris dari aliran Yesuit telah menghapuskan aktivitas misinya dan
menutup seluruh lembaga miliknya, kecuali beberapa kelompok
missionaris yang kekuatannya amat lemah, seperti komunitas Lazarist.
Pengaruh mereka dengan sendirinya lenyap. Praktis mereka tidak
memiliki lagi eksistensi dan wujudnya kecuali di Malta hingga tahun
1820 M. Pada tahun itu para missionaris mulai membangun pusat
kegiatannya di Beirut. Meski mereka menjumpai banyak kesulitan, akan
tetapi tetap melanjutkan kegiatannya, yaitu menjalankan perintah-
perintah agama mereka.
Pada tahun 1834 M gerakan missionaris semakin luas dan
menjangkau seluruh bagian wilayah Syam. Sekolah pun dibangun di Ain
Turn, sebuah pedesaan di Libanon. Missionaris-missionaris Amerika
mengalihkan kegiatan penerbitan dan percetakannya dari Malta ke
Beirut guna mencetak dan menerbitkan buku-buku. Missionaris
Amerika yang terkenal, Elie Smith berkerja dengan amat giat. Isterinya
membuka sekolah khusus untuk kaum wanita. Meski demikian, ruang
geraknya tetap amat terbatas dan berjalan dengan lambat. Pendi dikan
dasar di Syam dijalankan oleh Ibrahim Pasha yang mengambil
kurikulumnya dari Perancis. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh
para missionaris dengan menitikberatkan aktivitasnya pada
pengembangan pendidikan. Mereka menyuntikkan benak orang-orang
Kristen dengan kebencian terhadap kaum Muslim. Di sisi lain mereka
juga membuat kontak agama antara kaum Muslim dengan orang-orang
Kristen, sampai akhirnya Ibrahim Pasha menarik diri dari Syam pada
tahun 1840 M. Kegelisahan, kekacauan dan kebingungan melanda
masyarakat, hingga masyarakat terpecah belah. Delegasi-delegasi asing
telah memanfaatkan lemahnya negara Utsmani dan mulai menyalakan
api perang sipil. Setahun kemudian pada tahun 1841 M anarki dan

22
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

kerusuhan pecah antara orang-orang Kristen dan kaum Druze. Negara


Utsmani terpengaruh oleh tekanan negara-negara asing, yang
memaksanya untuk membuat tatanan baru masyarakat di Libanon.
Negara-negara asing itu lalu membagi dua masyarakat. Satu berada di
bawah kekuasaan Kristen, dan satu lagi di bawah kekuasaan kaum
Druze. Dua kepemimpinan ini berada dalam satu kekuasaan. Negara
Utsmani berusaha menghindari dan menyelesaikan gesekan-gesekan
antara dua fraksi yang saling bersaing. Sayangnya hal itu tidak berhasil,
karena memang dari awalnya telah direkayasa oleh negara asing. Inggris
dan Perancis turut campur dan menceburkan diri dalam konflik ini.
Mereka menyalakan perang sipil, sementara peperangan itu berupaya
dipadamkan oleh negara Utsmani. Inggris dan Perancis telah
memanfaatkan konflik antara dua kelompok yang saling bersaing, dan
itu dijadikan alasanbagi keduanya untuk turut campur masalah Syam.
Pada bulan Juli 1860 M gelombang kebencian antara kaum Muslim
dan orang-orang Kristen meledak, menjerumuskan mereka dalam
pembantaian masal, gangguan dan kerusakan melanda dimana-mana.
Kejadian ini memaksa negara Utsmani untuk mengakhiri perang sipil
dengan kekuatan militer. Lambat laun kekacauan mulai mereda. Negara-
negara Barat menyaksikan bahwa kesempatan mereka untuk melakukan
intervensi bisa hilang. Oleh karena itu mereka mengirimkan pasukan
militernya ke Libanon. Pada bulan Agustus 1860 M Perancis
mengirimkan pasukan militernya ke Beirut untuk memadamkan
pemberontakan dan meredakan ketegangan di negeri itu. Inggris dan
Perancis memutuskan bahwa terjadinya perang sipil di Syam menjadi
alasan yang amat baik untuk melakukan intervensi. Mereka menekan
negara Utsmani untuk memberikan kepada Syam, terutama wilayah
Libanon, dua kekuasaan. Libanon kemudian terpisah menjadi entitas
tersendiri dan memperoleh otoritasnya secara independen. Kepala
pemerintahan di Libanon adalah orang Kristen, yang dibantu oleh badan
administratif yang mempresentasikan penganut agama mayoritas di
negeri itu. Sementara itu aktivitas para misionaris telah menemukan
bentuk baru yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Mereka bukan
hanya berkecimpung di dalam berbagai aksi/gerakan, lingkaran
missionaris, percetakan dan klinik-klinik kesehatan, melainkan juga
membangun perkumpulan. Pada tahun 1842 M sebuah komite telah
mendirikan perkumpulan para ilmuwan, yang disponsori oleh misi
Amerika. Komite ini dalam tempo lima tahun (yaitu tahun 1847 M) juga
mendirikan perkumpulan seni dan sains. Anggota-anggotanya dari
kalangan orang Libanon, diantaranya adalah Nassif al-Yaziji dan Butros

23
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

al-Bustani. Sedangkan dari orang Amerikanya adalah Cornelius van


Dyck. Sementara dari Inggris adalah kolonel Churchill. Perkumpulan ini
amat sulit berkembang. Dalam tempo dua tahun mereka hanya berhasil
merekrut anggota sebanyak 50 orang. Seluruhnya adalah orang-orang
Kristen yang tinggal di Beirut, dan tidak ada seorang Muslim pun yang
menjadi anggotanya. Perkumpulan ini bubar lima tahun setelah
didirikan, tanpa meninggalkan satu pengaruh pun kecuali keinginan
para missionaris untuk mendirikan perkumpulan-perkumpulan lainnya.
Pada tahun 1850 M, sebuah perkumpulan yang bernama Oriented
Society didirikan oleh ordo Yesuit, dan disponsori oleh seorang pastor
asal Perancis, yaitu Henry Du Broniere. Programnya diadopsi dari
perkumpulan seni dan sains. Nasib perkumpulan ini serupa dengan
perkumpulan sebelumnya, bubar dalam waktu singkat. Setelah itu
beberapa perkumpulan sempat didirikan, akan tetapi seluruhnya gagal
atau bubar di tengah jalan, sampai akhirnya pada tahun 1857 M sebuah
perkumpulan didirikan dengan bentuk baru, yaitu hanya menerima
anggota dari kalangan orang-orang Arab saja dan tidak boleh ada orang
asing seorang pun di dalamnya. Kenyataan ini cukup mempengaruhi
kaum Muslim dan mendorong mereka untuk mendaftarkan diri sebagai
anggota perkumpulan tersebut. Perkumpulan itu disebut dengan Syrian
Science Society (perkumpulan sains orang-orang Suriah). Perkumpulan
ini memfokuskan pwerhatiannya dalam berbagai upaya kebajikan guna
menutupi misi mereka yang sebenarnya. Banyak orang-orang Arab
terkenal menjadi anggota perkumpulan ini, seperti Muhammad Arislan
dari sekte Druze, Hussein Bayhom dari kalangan Muslim, dan Ibrahim
Yaziji dari kalangan Kristen. Perkumpulan ini berumur cukup lama.
Programnya yang utama adalah melakukan konsiliasi antara berbagai
agama dalam berbagai pandangan, dan membangkitkan kembali
nasinoalisme Arab.
Pada tahun 1875 M di Beirut didirikan perkumpulan rahasia.
Dengan mengusung isu politik untuk membangkitkan nasionalisme
Arab, perkumpulan ini didirikan oleh lima orang yang telah dididik oleh
sekolah protestan di Beirut. Dalam waktu singkat mereka memperoleh
banyak anggota, dan mulai mengeluarkan berbagai pamflet dan
selebaran lainnya yang menyerukan kepada para politisi Arab yang
independen maupun yang cenderung pada nasionalisme Arab.
Perkumpulan rahasia ini yang mempropagandakan permusuhan
terhadap negara Utsmani dengan menyebutnya sebagai Turkish. Selain
itu perkumpulan ini juga melakukan aktivitasnya untuk memisahkan
agama dari negara. Barat berada di belakang pendirian perkumpulan ini

24
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

dengan selalu mengawasi sepak terjangnya. Barat telah menuliskan


laporan mengenai aktivitas mereka. Konsul Inggris di Beirut misalnya,
telah mengirimkan telegram kepada pemerintahnya pada tanggal 28 Juli
1880 M, yang berbunyi:
Pamflet mengenai revolusi telah disebarluaskan. Hal itu seperti yang
Medhat keluarkan. Keadaan dalam situasi tenang. Detailnya melalui pos.
Kawat tersebut telah dikirimkan sesaat setelah perkumpulan rahasia itu
telah men distribusikan pamfletnya di jalanan kota Beirut, dan
diantaranya ditempel di dinding-dinding. Kawat tersebut diikuti oleh
pengiriman beberapa surat dari Konsul Inggris di Beirut maupun
Damaskus. Surat yang isinya mempelajari mengenai aksi-aksi
perkumpulan rahasia tadi yang dilahirkan oleh lembaga pendidikan
Protestan dan tengah menjalankan kegiatannya di Syam.
Aktivitas perkumpulan rahasia ini pengaruhnya tidak tampak
secara signifikan di Syam, akan tetapi sangat efektif di dunia Arab. Ini
terlihat dari surat yang ditulis oleh konsul Inggris di Jeddah kepada
pemerintahnya pada tahun 1882 M:
Saya tahu bahwa beberapa orang, termasuk di Makkah, mulai menerima
ide tentang kebebasan, dan hal itu sangat dirasakan oleh saya,
sebagaimana yang juga telah saya dengar. Itu adalah bagian dari rencana
baku untuk menggabungkan Najd dan bagian Selatan Iran dibawah
komando Mansour Pasha. Sedangkan daerah Assir dan Yaman berada di
bawah Ali Ben Abed.
Bukan hanya Inggris yang memberikan perhatian terhadap
nasionalisme Arab, Perancis juga tidak mau ketinggalan untuk menaruh
perhatian terhadap nasionalisme Arab. Pada tahun 1882 M seorang
Perancis di Beirut telah menulis surat yang mengindikasikan adanya
perhatian Perancis, bunyinya:
Semangat untuk merdeka telah semakin meluas. Selama saya tinggal di
Beirut saya telah menyaksikan anak-anak muda Muslim telah
menggunakan bentuk-bentuk perkumpulan untuk melakukan aktivitasnya
dengan mendirikan klinik-klinik sekolah dan membahas keadaan
negerinya. Yang membuat saya tertarik dengan gerakan tersebut adalah
bebas dari isu-isu sektarian. itulah arah yang dituju oleh perkumpulan
tersebut dengan mengakui orang-orang Kristen sebagai anggotanya.
Salah seorang Perncis juga menuliskan surat senada dari Baghdad:
Saya telah melihat sendiri di berbagai tempat, dengan perasaan yang
mantap adanya kebencian terhadap orang-orang Turki. Saya merasa

25
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

bahwa hal itu merupakan ujung horizon dari hantu gerakan Arab. Ini
kelahiran yang pertama dan baru. Hingga saat ini orang-orang tidak
menolong, akan tetapi segera akan menuntut tanggung jawab mereka di
tengah-tengah kekuasaan Islam, dan mereka akan mengambil peranan di
masa datang di dunia ini.
Perhatian atas serangan missionaris dengan mengatasnamakan
agama dan pendidikan bukan hanya dilakukan oleh Amerika, Perancis
dan Inggris saja, melainkan juga kekaisaran Rusia. Rusia (yang waktu itu
dikenal dengan nama Prusia) telah mengirimkan missinya ke Syam
lewat kelompok Prusia Jerman. Kelompok misi ini turut berpartisipasi
dengan kelompok missi yang lain dalam kegiatan keagamaan maupun
aktivitas politik. Meskipun masing-masing kelompok missi tersebut
memiliki pandangan politik dan kepentingan internasional yang
berbeda-beda, akan tetapi mereka sepakat dalam satu tujuan, yaitu
membangkitkan kembali budaya Barat di daerah Timur; membuat
keragu-raguan dikalangan kaum Muslim akan agamanya, dan
memunculkan di tengah-tengah kaum Muslim ketidaksukaan terhadap
agamanya sendiri; menganggap hina sejarah mereka, dan mengagung-
agungkan peradaban Barat. Itu semua merupakan pendirian Barat
terhadap kaum Muslim. Barat bukan hanya membenci Islam dan kaum
Muslim, tetapi juga menghinakannya dalam bentuk caci maki yang amat
pahit. Mereka mencap kaum Muslim sebagai tidak berperadaban,
terbelakang, masyarakat barbar. Ini adalah kenyataan gambaran Barat
terhadap kaum Muslim. Ini pula yang menjadi penyebab
terkonsentrasinya budaya, ekonomi dan penjajahan politik di negeri-
negeri Islam.
Beikut ini adalah beberapa pernyataan para intelektual Eropa yang
menegaskan fakta-fakta tersebut.
Intelektual Perancis, Count Henry Du Castry telah menulis di
dalam bukunya, Islam, pada tahun 1896 M:
Saya tidak tahu apa yang akan dikatakan kaum Muslim jika mereka
mengetahui cerita-cerita di abad pertengahan, dan mengerti apa yang
terkandung di dalam nyanyian orang-orang Kristen, dan terhadap seluruh
nyanyian kita yang muncul sebelum abad ke dua belas. Itu menjadi salah
satu ide/pemikiran penyebab terjadinya perang Salib. Pemikiran tersebut
sedemikian menggelora hingga melampaui batas dengan dibalut oleh
perasaan dendam terhadap umat Islam. Hal itu melanda orang-orang
Kristen yang awam terhadap Islam. Akibat dari nyanyian itu, pikiran
orang-orang Kristen telah menyerap seluruh kekeliruan melawan Islam,

26
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

dan perasaan itu telah ditanamkan sedemikian rupa di benak orang-


orang Kristen hingga kini. Setiap penyanyi telah menempatkan kaum
Muslim itu sebagai orang-orang yang tidak beriman, penyembah berhala
dan dukun.
Api kebencian masih terus dinyalakan di dalam semangat orang-
orang Barat untuk melawan kaum Muslim. Setiap orang mengetahui
bahwa Inggris berada di belakang Israel. Inggrislah yang menanamnya
di Palestina hingga tumbuh dan meruntuhkan ribuan dukungan
internasional terhadap kaum Muslim. Kebencian Barat terhadap kaum
Muslim sangat nyata pada Juni tahun 1967 M, tatkala seluruh
pemerintahan dan negara di Eropa mendukung Israel, meskipun mereka
tidak suka dengan Israel dan orang-orang Yahudi, namun hal itu tidak
sebanding dengan rasa muak mereka terhadap Islam dan kaum Muslim.
Ironisnya, tatkala Barat mendiskusikan ajaran Mazdak, Hindu
maupun Komunis, mereka tidak menampakkan perlawanan fanatiknya,
atau benci terhadap doktrin-doktrin ajaran Mazdak, Hindu maupun
Komunis. Akan tetapi begitu Barat mendiskusikan Islam, seketika
perasaannya terluka. Berlawanan dengan dunia Barat, orang-orang Arab
Krsiten yang tinggal di negeri-negeri Islam lebih menggambarkan
kedekatannya terhadap Islam. Mereka lebih mengerti, karena bahasa
mereka adalah bahasa Arab.
Profesor Leopold Vice berkata di dalam bukunya, Islam on the
Cross Road (Islam di persimpangan jalan) menulis:
Renaissance atau kebangkitan sains dan seni Eropa telah menyerap
sangat luas dari sumber-sumber Islam dan Arab. Ini menunjukkan adanya
pengakuan terhadap aspek-aspek materi antara Barat dan Timur. Eropa
telah memperoleh banyak hal dari dunia Islam, akan tetapi Eropa tidak
mengucapkan terima kasih sedikitpun, dan hal itu tidak mengurangi
kebenciannya terhadap Islam. Sebaliknya, kebencian mereka semakin
membesar dari waktu ke waktu hingga akhirnya berubah menjadi suatu
kebiasaan. Kebencian tesebut sangat tampak ketika masyarakat
mendengar atau mengucapkan kata Muslim. Sedemikian populernya
kata-kata itu sehingga tertanam di dalam benak orang-orang Eropa, baik
laki-laki maupun wanita. Keanehan terhadap perasaan benci kepada
Islam terus berlangsung melalui perubahan tahapan budaya yang
melanda seluruh tempat di Eropa.
Ketika datang periode reformasi agama (Kristen) yang berakibat
Eropa terbagi-bagi ke berbagai sekte, dan masing-masing sekte melawan
sekte lainnya, namun hal itu tidak menyurutkan kebencian mereka

27
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

seluruhnya terhadap Islam. Bahkan pada saat perasaan keagamaan


orang-orang Eropa mulai mencair, kebencian mereka terhadap Islam
tetap berlanjut. Tidak kurang bahkan filofof dan penyair Voltaire yang
memusuhi gereja dan ajaran Kristen pada abad ke 18, sangat membenci
Islam dan Rasulullah saw. Setelah beberapa dekade, datanglah masanya
para ilmuwan Barat yang mulai melakukan kajian terhadap budaya
asing. Mereka melihat sudut pandang Islam dari sisi yang berbeda. Dari
sikap tradisional yang mencaci maki Islam dan kaum Muslim, bergeser
menjadi obyek riset dan kepentingan mereka. Jurang sejarah yang digali
antara Eropa dan dunia Islam masih tetap tak terjamah. Dan kebencian
Eropa terhadap Islam menjadikannya sebagai suatu perkara esensial
dalam pemikiran mereka.
Leopold Vice juga berkata:
Para pioner orientalis adalah juga para missionaris Kristen yang aktif
bekerja di negeri-negeri Islam. Kesalahpahaman gambaran mereka
terhadap Islam telah dipupuk melalui sejarah, dan dibuat sedemikian
rupa sehingga mempengaruhi sikap orang-orang Eropa terhadap para
penyembah dukun (sebutan Eropa terhadap kaum Muslim). Begitulah,
kekeliruan itu terus berlanjut menimpa para orientalis. Bahkan setelah
mereka berhasil membebaskan diri dari pengaruh missionaris,
kesalahpahaman itu terus ada. Apa yang kita saksikan itu merupakan
naluri yang diwarisi sejak masa perang Salib.

HASIL-HASIL SERANGAN MISSIONARIS


Serangan missionaris yang terorganisir merupakan landasan yang
meratakan jalan jalan bagi imperialisme Eropa untuk menduduki dunia
Islam secara politis, setelah sebelumnya mereka berhasil menjajahnya
secara kultural. Kaum penjajah menggunakan sekolah, baik pada masa
sebelumnya maupun setelahnya, untuk menduduki negeri-negeri Islam.
Merekalah yang membawa sistem pendidikan, membangun dan
mendirikan filsafat dan kultur Barat. Mereka pula yang memprogram
sejarah kita, dan apa yang harus dijejalkan ke dalam otak kaum Muslim.
Kaum penjajah masuk lebih dalam lagi hingga kepada rincian dari
program-program pendidikan. Boleh dikatakan tidak ada satu bagian
pun yang luput dari intervensi filsafat dan kultur Barat. Tindakan kaum
imperialis itu melanda agama Islam dan sejarah. Agama Islam dipelajari
di sekolah-sekolah Islam sebagai ajaran moral, sebagaimana Barat
memahami agamanya. Perjalanan hidup Rasulullah saw dipelajari oleh
anak-anak Muslim terpisah dengan ke-Nabian dan risalah. Sirah Rasul

28
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

dipelajari sama seperti mempelajari Bismarck ataupun Napoleon.


Dengan cara pengajaran semacam itu tidak bisa menggerakkan perasaan
maupun pemikiran kaum Muslim. Disamping itu praktek-praktek ritual
(ibadah) dan moral diajarkan hanya dari sisi manfaat praktis, bukan
merupakan perintah Allah Swt. Sejarah Islam menjadi obyek tuduhan.
Barat telah memalsukannya, sehingga orang yang mempelajarinya
hanya akan menemukan penipuan dan kesalahpahaman. Pemalsuan
sejarah Islam oleh Barat dikatakannya sebagai hasil dari kejujuran
sejarah dan mengikuti metode riset sains. Bahaya terus menyerang
Islam. Sekelompok kaum Muslim didikan sekolah-sekolah missionaris
telah mengambil budaya Barat dan mulai mengajarkan serta menulis
sejarah sesuai dengan program dan metode yang dijejalkan Barat
kepada mereka. Walhasil, sebagian besar proses pendidikan kaum
Muslim mengadopsi pemikiran-pemikiran Barat, bersandar kepada
nilai-nilai Barat, dan diarahkan kepada cara hidup dan cara pandang
Barat. Jadilah kaum Muslim mengalami proses pem-Baratan. Mereka
menerima, mengagumi, dan hidup sesuai dengan konsep-konsep Barat,
dan banyak diantara mereka yang mencela budaya Islam jika hal itu
bertentangan kultur Eropa. Mereka mulai percaya bahwa Islam dan
kultur Islam merupakan penyebab merosotnya masyarakat Islam dan
hal itulah yang menjadikannya terbelakang.
Keberhasilan missionaris yang gemilang diperoleh terutama
setelah menarik sekelompok Muslim yang terpelajar dan intelek, lalu
membuatnya untuk melawan Islam dan budaya Islam.
Kesuksesan Barat bukan hanya berhasil terhadap kaum Muslim
dengan mengambil apa saja yang berasal dari Barat dan yang
dianggapnya modern, melainkan juga mempengaruhi kaum Muslim yang
tetap konsisten dengan kultur Islam. Kaum Muslim memiliki bekas luka
akibat serangan penjajah Barat dan fitnahan mereka terhadap Islam.
Kaum Muslim yang masih konsisten dengan kultur Islam bersikap
membela diri, mereka menggunakan apa saja yang mereka bisa jangkau
tanpa mempedulikan lagi apakah cara pembelaan mereka itu benar atau
salah, juga tanpa memperhatikan apakah kritikan yang berasal dari luar
itu benar atau tidak. Cara pembelaan Islam yang amat buruk itu pada
akhirnya telah menempatkan agama mereka sebagai pihak tertuduh.
Mereka melakukan manuver untuk mengusir serangan Barat secara
keliru. Alih-alih mereka mengusir kembali serangan missionaris,
malahan mereka turut membantunya.
Keburukan terus berlangsung dan semakin membahayakan
dengan adanya anggapan di kalangan kaum Muslim bahwa peradaban
29
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

Barat telah mengambil sebagian konsep-konsep Islam, hanya saja


dibengkokkan. Padahal peradaban Barat dan peradaban Islam itu saling
berseberangan. Banyak kaum Muslim yang beranggapan bahwa Barat
telah membangun peradabannya dari Islam. Dengan adanya opini
seperti ini mereka lalu menginterpretasi ulang pemahaman agama
mereka, meskipun perdaban Barat itu sama sekali bertentangan secara
diametral. Pendirian semacam ini melanda mayoritas kaum Muslim dan
siapapun yang mempelajarinya, baik mereka itu Muslim atau pun bukan.
Apa yang melanda para politisi Muslim jauh lebih dahsyat lagi, dan
pengaruhnya jauh lebih besar. Mereka telah dibujuk oleh kaum penjajah
untuk berdiri melawan negara Utsmani. Mereka dijanjikan oleh penjajah
dengan jani-janji muluk (dan tidaklah setan itu menjanjikan sesuatu
melainkan tipu daya). Dengan didukung oleh kaum penjajah, para
politisi ini melawan negaranya sendiri, padahal tindakannya itu tidak
diperbolehkan oleh Islam, namun mereka tetap melakukannya. Dalam
rangka memperbaiki negara, mereka melawan pemerintah dan meminta
tolong kepada musuh-musuh mereka. Akibatnya sungguh pahit, negara-
negara asing mencaplok negeri-negeri mereka. Kemudian para politisi
ini meminta bantuan rakyat untuk melawan (penjajahan) negara-negara
asing. Setelah penjajah hengkang, para politisi ini malahan meminta
tolong mereka untuk memasung dan mengeksploitasi rakyatnya sendiri.
Sedemikian besarnya pengaruh pola pikir dan pola sikap Barat terhadap
mereka sampai-sampai jati diri mereka sebagai orang yang
berkepribadian Islam telah tercerabut. Pemikiran-pemikiran mereka
telah teracuni oleh pemikiran-pemikiran politik Barat. Hal ini merusak
cara pandang mereka terhadap hidup dan jihad fi sabilillah.
Implikasinya, atmosfer Islam telah rusak dan kekeliruan telah
mendominasi berbagai lapangan kehidupan.
Kaum Muslim telah menggantikan pengertian jihad (perang)
dengan negosiasi (perundingan), dan meyakini prinsip ambil dan tuntut
lagi. Mereka lebih suka meminta tolong kepada pasukan militer
penjajah untuk memasuki negeri-negeri mereka. Mereka menyandarkan
bantuan dan sangat tergantung kepada pihak asing. Mereka seakan buta
terhadap kenyataan bahwa setiap bantuan dari kaum imperialis
merupakan bunuh diri politik. Lebih dari itu mereka merasa puas
dengan aktivitasnya di wilayah yang amat sempit. Itu mereka lakukan
dengan mengabaikan masalah-masalah regional yang menurut mereka-
tidak mungkin membawa produktivitas dalam politik. Dengan
sendirinya mereka tidak mampu untuk mengambil tanggung jawab

30
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

dalam bidang politik, ekonomi dan militer, padahal hal itu amat
dibutuhkan dalam kehidupan.
Parahnya lagi, para politisi itu beraktivitas dalam rangka meraih
kepentingan pribadinya, disamping berbuat untuk kepentingan negara-
negara asing. Akibatnya mereka tidak memiliki fokus perhatian, yang
berujung pada hilangnya semangat dan kejujuran dalam setiap
pekerjaan. Seluruh aktivitas para politisi boleh dikatakan tidak lagi
produktif. Setiap usaha untuk membangkitkan kembali bangsanya
bermuara pada gerakan yang membingungkan, layaknya gerakan hewan
yang disembelih, berakhir pada keputusasaan dan menyerah. Hal ini
disebabkan karena para pimpinan gerakan politik telah kehilangan
pusat perhatiannya, doktrin-doktrinnya telah lenyap, sehingga
berdampak pada semakin menjauhnya bangsa-bangsa Islam dari ajaran
Islam. Pemikiran para politisi telah tertulari opini yang keliru dan telah
mengambil prinsip-prinsip asing dari luar Islam. Sebagian dari gerakan
mereka yang muncul di negeri-negeri Islam berada di bawah label
nasionalisme atau sosialisme. Sebagian lainnya mempropagandakan
patriotisme dan komunisme. Sisanya yang lain menyerukan agama
hanya pada aspek spiritual dan ketinggian moral saja. Ada pula yang
terseret hanya pada arus pendidikan saja. Apa yang mereka lakukan
hanya makin menambah kesulitan baru dan menambah problem-
problem yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat yang sedang
dirundung sakit. Seluruh gerakan dan usaha mereka menemui kegagalan
karena mereka bergerak secara membabi buta. Ini karena mereka telah
terpengaruh oleh serangan missionaris Krsiten. Mereka mengikuti
konsep-konsep peradaban Barat, sehingga yang mereka lakukan tidak
membawa manfaat sedikitpun terhadap bangsa-bangsa Islam, malahan
tindakan mereka semakin memperkuat akar penjajahan dan
membuatnya kokoh.
Walhasil, serangan missionaris telah memperoleh keberhasilan
yang tidak ada taranya.

MENCEGAH KEMBALI DOMINASI ISLAM DI TENGAH-TENGAH


KEHIDUPAN
Sejak para penjajah menduduki negeri-negeri Muslim, mereka
mengokohkan aturan main yang ada dengan berpijak pada dasar-dasar
yang telah mereka rancang. Para penjajah merampas negeri-negeri yang
sebelumnya berada di bawah kekuasaan negara Utsmani pada tahun
1918 M, dan mengenakan hukum militer atas mereka hingga tahun 1922

31
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

M. Para penjajah mengokohkan aturan main di beberapa negeri dengan


memberikan mandat dalam urusan administrasi, dan di beberapa negeri
lainnya berlindung di balik topeng otonomi. Namun, sejak tahun 1922 M
beberapa peristiwa terjadi di berbagai tempat. Pada tahun itu banyak
kaum Muslim melakukan pembelaan terhadap Islam melawan kaum
penjajah. Pada tahun itu pula Turki berbalik arah mengikuti jalan orang-
orang Barat dan mencampakkan semangat Islam. Pada tahun itu Mustafa
Kemal Ataturk yang didukung oleh kaum penjajah menghapus institusi
ke-Khilafahan dari negara Utsmani, dan Turki akhirnya menjadi negara
berbentuk Republik Demokrasi. Mustafa Kemal mengasingkan Khalifah,
sehingga mematahkan harapan terakhir akan kembalinya negara Islam.
Di tahun itu Hussein bin Ali diusir dari Hejaz dan diasingkan di Siprus,
karena upayanya untuk mengembalikan ke-Khilafahan. Pada tahun itu
Inggris melakukan intervensi, melalui para kaki tangannya dalam
konferensi ke-Khilafahan yang diadakan di Kairo. Kaki tangan Inggris
berhasil mengacaukan konferensi hingga konferensi itu menemui
kegagalan. Di tahun itu Inggris mulai berusaha untuk menyingkirkan
komite ke-Khilafahan yang ada di India, menghalang-halangi upaya
komite tersebut, dan memalingkan arahnya dari cenderung kepada
Islam menjadi cenderung kepada patriotisme. Di tahun itu dan
setelahnya terjadi perdebatan, apakah liga Arab ataukah liga Islam yang
lebih baik dan lebih patut.
Berbagai surat kabar dan majalah menjadikan hal itu (topik liga
Arab atau liga Islam) sebagai polemik, padahal, baik liga Arab atau pun
liga Islam tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sebab, dalam prakteknya
mereka menghalang-halangi persatuan kaum Muslim, dan mengacaukan
kaum Muslim dari ide tentang Khilafah dan hukum Islam. Sebelumnya
kaum Imperialis merampas negeri-negeri Muslim, dan mulai
menyebarkan ide tentang nasionalisme Turki di tengah-tengah orang
Turki, dan meyakinkan mereka bahwa Turki telah memikul beban berat
terhadap (keberadaan) orang-orang bukan Turki, dan inilah saatnya
untuk melangkah berdampingan dengan kaum penjajah. Atas alasan ini
banyak partai politik didirikan untuk bekerja demi nasionalisme Turki
dan kemerdekaan. Dengan cara yang sama, para penjajah meluaskan ide
tentang nasionalisme di tengah-tengah orang-orang Arab, menjejali
benak mereka bahwa Turki adalah negara penjajah, dan inilah saatnya
orang-orang Arab membebaskan diri mereka sendiri dari jeratan Turki.
Partai-partai politik telah membawa pengaruh yang signifikan dalam
membangun dan membangkitkan kesadaran akan nasionalisme, dan

32
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

mencemooh usaha sebagian orang-orang Arab lainnya yang ingin


bersatu dan merdeka.
Sedikit demi sedikit patriotisme dan nasionalisme menjadi tren
menggantikan Islam. Turki akhirnya merdeka berlandaskan pada
nasionalisme dan patriotisme, sedangkan orang-orang Arab mendesak
Turki untuk memiliki pemerintahan sendiri yang berlandaskan pada
nasionalisme dan patriotisme. Istilah nasionalisme dan patriotisme
tersebar luas di tengah-tengah kaum Muslim dan menjadi sumber
kebanggaan, kemuliaan dan harga diri.
Tidak cukup sampai disitu, para penjajah menyebarluaskan
konsep-konsep keliru mengenai hukum Islam. Kaum Muslim mulai
merasa terhina akan agamanya sendiri, dan merasa malu mengucapkan
kata-kata Khalifah. Sudah menjadi anggapan tak tertulis bahwa jika
seorang Muslim menyerukan kembalinya ke-Khilafahan, maka ia adalah
orang reaksioner dan biadab, sehingga seseorang menghindari kata-kata
itu. Orang yang mengucapkan kata-kata Khalifah dianggap orang yang
tidak berpendidikan dan bukan intelek.
Di dalam atmosfer nasionalisme dan patriotisme, para penjajah
membubarkan kekuasaan negara Utsmani dengan cara mengerat-ngerat
wilayahnya menjadi negara-negara kecil lagi lemah, yang masing-masing
memiliki pemerintahannya sendiri-sendiri, dan mengungkung warga
negaranya dengan identitas kewarganegaran yang bersifat lokal. Dari
manuver penjajah inilah dibangun negara Turki. Begitu pula didirikan
negara Irak, Suriah, dan lain-lain. Para penjajah juga menempatkan
orang-orang Yahudi di daerah Palestina dan menganggapnya sebagai
tanah airnya. Negara-negara boneka dan ciptaan penjajah ini menjadi
garda terdepan untuk menjaga kepentingan-kepentingan Barat. Dan hal
itu dilakukan bukan hanya oleh Inggris, melainkan juga Amerika,
Perancis dan negara-negara Eropa lainnya. Kondisi geografis (dengan
adanya sekat-sekat negara dan nasionalisme) serta atmosfer umum
yang dihembuskan merupakan sentuhan kaum penjajah dalam rangka
menghalang-halangi kebangkitan umat Islam.
Setelah itu, para penjajah mulai menerapkan sistem kapitalis di
dalam bidang ekonomi, sistem demokrasi dalam bidang politik, dan
perundang-undangan Barat di dalam administrasi negara dan peradilan.
Selanjutnya, para penjajah membuat kewarganegaraan di masing-
masing negeri Islam bertumpu pada keinginan untuk memelihara dan
menjaga kepentingan politik nasionalnya. Sejak itu kaum Muslim yang
hidup di masing-masing negerinya selalu mengarahkan perhatiannya

33
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

hanya kepada bangsa (negaranya) saja. Mereka mulai paham mengenai


perlunya memerdekakan negeri mereka dari kungkungan negara lain,
yang nota benenya adalah juga negeri Islam. Akibatnya orang-orang Irak
menjadi warga asing di Turki, begitu juga orang-orang Suriah menjadi
warga asing di Mesir, begitulah seterusnya.
Sistem politik Barat mulai bersinar di seluruh negeri-negeri Islam.
Di kalangan kaum terpelajar tersebar tradisi yang memisahkan antara
urusan agama dengan negara, sedangkan di kalangan masyarakat
kebanyakan terpatri pemisahan agama dari urusan politik. Sekelompok
pelajar kaum Muslim menyatakan bahwa penyebab dari mundurnya
kaum Muslim adalah fanatiknya mereka terhadap agamanya. Dan
bahwasanya satu-satunya jalan untuk maju hanyalah dengan
membangkitkan paham nasionalisme. Kelompok sekular ini berargumen
bahwa urusan politik dan sistem hukum tidak boleh dipercayakan dan
diserahkan kepada para pemuka agama. Di sisi lain terdapat sekelompok
orang yang meyakini bahwa penyebab kaum Muslim mundur dan
terbelakang adalah tergerusnya nilai-nilai akhlak, maka kelompok ini
berusaha untuk mengembalikan nilai-nilai akhlak dan nilai-nilai
spiritual.
Kelompok yang pertama, yaitu kaum sekular, melakukan
aktivitasnya demi patriotisme dan nasionalisme, dan menempatkan
seluruh aktivitasnya untuk mendesak dan menyingkirkan Islam dari
lapangan politik, dan menganggap orang yang memperjuangkan
kembalinya Islam di dalam kancah politik sebagai orang-orang
reaksioner dan bebal. Sedangkan kelompok kedua, yaitu kelompok
penganjur kebajikan, mempropagandakan prinsip-prinsip akhlak mulia
dan mereka mengidam-idamkan kebangkitan kembali aspek spiritual
(kerohanian). Kondisi ini dengan sendirinya memposisikan mereka
untuk tidak turut campur dalam bidang politik.
Kelompok-kelompok politik itu realitasnya menjadi batu
penghalang yang menggiring masyarakat menjauhi aktivitas politik yang
benar, padahal aktivitas seperti itu adalah kewajiban, lalu mengarahkan
masyarakat kepada praktek-praktek moral saja. Aktivitas politik yang
benar adalah perkara yang tak dapat dihindarkan oleh seorang Muslim
yang benar-benar menjalankan hukum-hukum Islam.
Lebih dari itu terdapat pandangan politik maupun hukum yang
menjaga eksistensi sistem sekular, berupa undang-undang yang
mencegah berdirinya partai politik Islam atau pun gerakan Islam.
Undang-undang itu menganggap bahwa kaum Muslim itu adalah satu

34
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

golongan. Jika partai politik Islam atau pun gerakan Islam ingin eksis
maka terhadap mereka disyaratkan harus melalui mekanisme
demokrasi, dan keanggotaannya tidak boleh terbatas hanya pada kaum
Muslim saja. Dengan kata lain, undang-undang itu memastikan bahwa
partai politik Islam atau pun gerakan Islam di negeri-negeri Islam
terlarang. Ini berarti bahwa kaum Muslim tidak memiliki hak untuk
mendirikan organisasi apapun, kecuali organisasi sosial saja. Beberapa
undang-undang di beberapa negeri kaum Muslim malah menganggap
bahwa pembentukan partai politik Islam adalah tindakan kriminal yang
harus dihukum.
Kaum penjajah juga mensponsori berdirinya organisasi konferensi
Islam untuk mengganggu komunitas kaum Muslim. Organisasi
konferensi Islam inilah yang mengeluarkan berbagai macam resolusi,
lalu mempublikasikan dan menyiarkannya terhadap kaum Muslim. Akan
tetapi organisasi konferensi Islam hanya sekedar mengeluarkan resolusi
dan menyiarkan resolusi saja, tanpa ada aksi-aksi nyata. Keberadaan dan
kekuatan mereka itu ibarat tinta yang berada di atas kertas, tidak lebih
dari itu.

KESULITAN-KESULITAN YANG MENGHALANGI KEMBALINYA


SISTEM ISLAM
Kekuatan pemikiran Islam bisa diwujudkan secara praktis di
dalam kehidupan Islam, asalkan pemikiran itu tertanam di dalam benak
kaum Muslim, menghunjam di dalam jiwa mereka, dan sungguh-
sungguh diwujudkan di dalam kehidupan mereka. Jika hal itu ada di
dalam diri kaum Muslim maka kita akan menyaksikan kehidupan Islam
benar-benar terwujud di dalam kehidupan yang sebenarnya. Tentu saja
sebelum hal itu dapat direalisasikan, harus ditempuh upaya dan
dorongan yang amat besar, karena jika cuma keinginan, antusiasme dan
harapan saja tanpa ada realisasi berupa aktivitas tertentu, maka
penerapan sistem Islam secara praktis di tengah-tengah kehidupan
hanya angan-angan kosong.
Oleh karena itu tugas utama kaum Muslim adalah mengukur
secara tepat halangan-halangan menakutkan yang berdiri menghalangi
jalan Islam, kemudian menyingkirkannya. Aktivitas dakwah adalah
suatu keharusan. Pada titik ini tanggung jawab yang menanti kaum
Muslim amat berat. Terlebih lagi beban yang dipikul oleh para pemikir,
mereka harus taat dan yakin dengan prinsip-prinsip agama, sehingga
antara kata dan perbuatan mereka secara bersama-sama bisa berjalan di

35
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

jalur yang benar, disertai kesadaran sikap yang tinggi, konsisten,


sungguh-sungguh dan berani. Siapa pun yang mengikuti jalan ini harus
mengetahui bahwa mereka bagaikan orang yang tengah memahat batu,
akan tetapi pahat yang dibawanya adalah pahat yang kuat lagi tajam,
mampu menghancurkan bebatuan. Di saat yang sama mereka juga
dituntut untuk memiliki sikap lembut dan bijaksana sehingga
menampilkan sesuatu yang amat mulia. Mereka adalah orang-orang
yang akan melalui peristiwa-peristiwa besar, mereka semuanya yakin
dengan pertolongan Allah. Jalan yang mereka tempuh ini tidak pernah
mengenal toleransi, karena memang inilah jalan yang telah digariskan
oleh Rasulullah saw. Ketika seorang Muslim mengikuti jalan ini secara
benar, maka mereka tidak akan pernah ragu-ragu lagi untuk meraih
kemenangan, asalkan mereka mengikuti langkah-lengkah di jalan itu
sebagaimana yang pernah ditempuh oleh Rasulullah saw secara tepat,
sehingga orang-orang yang mengikutinya tidak akan tersandung. Sebab
kesalahan di dalam menapaki jalan ini, atau menyimpang dari jalan yang
ditempuhnya, hal itu merupakan penyebab kegagalan. Berbagai
hambatan yang dijumpai oleh orang-orang yang mengikuti jalan
Rasulullah saw ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pertama, adanya pemikiran-pemikiran bukan Islam dan infiltrasi
pemikiran-pemikiran tersebut ke dunia Islam. Dunia Islam pernah
melalui fase kekacauan, kemerosotan, dan kemunduran, dan kondisi itu
tetap akan melekat selama karakter pemikiran kaum Muslim dangkal,
minim pengetahuan dan memiliki mental yang lemah. Di bawah kondisi
inilah kaum Muslim mendapatkan serangan dengan pemikiran-
pemikiran yang bertentangan dengan pemikiran Islam, sehingga
memunculkan kesalahan dalam memahami hidup. Pemikiran-pemikiran
itu menemukan lahan subur, sama sekali tidak ada gangguan, hingga
pemikiran tersebut dengan cepat menjadi kokoh. Benak kaum Muslim
pun menyimpang dari jalurnya. Kaum berpendidikan dari umat Islam
menuntut dibukanya penerapan Islam menurut versi atau interpretasi
mereka sendiri terhadap Islam. Mereka inilah yang membawa gambaran
mengenai penerapan Islam kepada kita, dengan gambaran yang diliputi
oleh kekeliruan, karena telah disusupi pemikiran-pemikiran bukan
Islam. Untuk itulah dakwah harus ditopang oleh pemahaman politik, dan
aspek politik mutlak diperlukan dalam proses pendidikan suatu
masyarakat, disamping juga disampaikan tentang tsaqafah Islam.
Kedua, adanya program dan metode pendidikan yang dibuat oleh
kaum penjajah di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Program dan
metode pendidikan inilah yang mengarahkan para alumnus, yang kelak

36
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

menjadi para pejabat atau pegawai pemerintah dengan berbagai


jabatan/posisi di berbagai bidang, seperti: bidang administrasi,
legislasi/hukum, pendidikan, dan lain-lain. Para pegawai ini memiliki
mental yang telah ditanamkan oleh kaum penjajah, yaitu anti Islam.
Untuk menanggulangi bahaya tersebut, program dan metode pendidikan
tadi harus diungkap latar belakang dan misinya kepada para pegawai,
baik pemerintah maupun swasta. Ini berarti dakwah harus disampaikan
kepada seluruh masyarakat sehingga kebenaran itulah yang akan
menang.
Ketiga, program pendidikan di seluruh jenjang telah dibentuk
arahnya untuk berseberangan dengan Islam. Saya tidak bermaksud
memasukkan di dalamnya topik tentang sains dan industri, karena dua
perkara ini bersifat universal. Yang saya maksudkan disini adalah
program pendidikan yang mencakup bidang tsaqafah, yang memiliki
dampak terhadap tingkah laku manusia. Tsaqafah itu mencakup antara
lain sejarah, sastra, filsafat, dan hukum. Sejarah merupakan interpretasi
sebenarnya atas seluruh kehidupan. Sastra merupakan penampakkan
atas perasaan. Filsafat mencerminkan pemikiran yang menjadi dasar
manusia untuk memandang sesuatu perkara. Sedangkan hukum
merupakan tindakan praktis untuk menyelesaikan berbagai persoalan.
Seluruh instrumen tersebut secara bersamaan saling berjalin
membentuk suatu hubungan antara individu manusia dengan
kelompoknya. Selain aspek sejarah, sastra, filsafat dan hukum, kaum
penjajah juga telah membentuk mental kaum Muslim secara khas. Yaitu
mental yang membuat kaum Muslim merasa tidak perlu lagi
mempresentasikan Islam dalam kehidupan mereka, juga tidak perlu
dimanifestasikan dalam kehidupan kebangsaan mereka. Bahkan
dibentuk sedemikian rupa hingga kaum Muslim memusuhi Islam dan
menyangkal kemampuan Islam untuk menyelesaikan seluruh
problematika kehidupan. Mental seperti ini harus dirubah. Dan hal itu
dapat dilakukan dengan memberikan kepada generasi muda pendidikan
intensif yang berdasarkan pada pemikiran Islam dan hukum Islam.
Keempat, adanya pemujaan terhadap beberapa jenis tsaqafah,
seperti sosiologi, psikologi dan pedagogi (ilmu mendidik), yang
menganggap bahwa topik-topik ini termasuk sains, dan diajarkan di
sekolah-sekolah kita layaknya ilmu sains, lalu kita praktekkan di
berbagai bidang kehidupan. Banyak orang lebih suka mengutip
pernyataan-pernyataan ahli psikologi, sosiologi atau para pendidik
dibandingkan dengan mengutip ayat-ayat al-Quran atau Sunnah Nabi

37
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

saw. Karenanya pemikiran-pemikiran dan pandangan-pandangan keliru


masih bercokol di tengah-tengah kita.
Sebenarnya, sosiologi, psikologi dan pedagogi termasuk bagian
dari tsaqafah, bukan sains, karena bukan diperoleh melalui observasi,
eksperimen dan deduksi (pengambilan kesimpulan). Lagi pula
penerapannya atas masyarakat tidak mempresentasikan bahwa hal itu
berupa hasil eskperimen, melainkan mempresentasikan observasi atas
berbagai macam individu dalam situasi dan keadaan yang berbeda-beda.
Topik-topik sosiologi, psikologi dan pedagogi hanya merefleksikan
obsevasi dan deduksi saja, malah mereka tidak menggunakan
laboratorium eksperimen sama sekali, yang menjadi unsur dasar ilmu-
ilmu sains. Jadi, psikologi, sosiologi dan pedagogi lebih cenderung
kepada tsaqafah dibandingkan kepada sains. Hipotetisnya tidak dapat
dipercaya nilai benar salahnya, karena observasi dan deduksi yang
dipelajari bersifat individual dan temporal. Kemudian mereka terapkan
terhadap keluarga; dari keluarga kepada sekelompok orang; dari
sekelompok orang kepada masyarakat. Padahal masyarakat itu tersusun
dari sekian banyak individu. Sementara masyarakat itu terdiri dari
banyak lapisan masyarakat, yang berbeda satu dengan yang lain
kondisinya. Masyarakat itu sendiri sebenarnya tersusun dari
sekumpulan manusia, adanya pemikiran-pemikiran, perasaan dan
sistem hukum (peraturan). Pemikiran dan hukum adalah unsur yang
menuntun manusia di satu tempat, bahkan di berbagai tempat. Unsur-
unsur inilah yang mencirikan bahwa suatu masyarakat itu adalah
masyarakat yang satu.
Dengan demikian kita mesti menunjukkan bahwa psikologi,
sosiologi dan pedagogi itu tergolong tqaqafah, bukan sains; yang
didasarkan pada anggapan-anggapan terhadap fakta, bukan kebenaran
yang absolut. Oleh karena itu tidak layak psikologi, sosiologi dan
pedagogi digunakan untuk mengontrol kehidupan. Yang layak untuk itu
hanyalah Islam.
Kelima, kenyataan bahwa masyarakat di dunia Islam dipimpin oleh
kehidupan non Islam dan mereka hidup dengan cara pandang yang
bertentangan dengan Islam. Mulai dari rejim yang memimpin
masyarakat kaum Muslim, bentuk pemerintahan dan perundang-
undangan yang mengendalikan kehidupan umat Islam, jiwa kaum
Muslim dan pemikiran mereka, seluruhnya di dasarkan pada konsep
mengenai kehidupan yang berseberangan dengan konsep-konsep Islam.
Jika fondasi ini tidak dirubah, dan konsep-konsep keliru yang mereka

38
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

anut tidak diluruskan, maka sangat sulit untuk merubah orang-orang


semacam ini di masyarakat.
Keenam, adanya jurang antara kaum Muslim dengan perundang-
undangan Islam, terutama dalam aspek pemerintahan dan kebijakan
keuangan, membuat gambaran kaum Muslim tentang Islam menjadi
samar. Sebab kaum Muslim hidup di bawah kontrol dan para penguasa
yang menerapkan secara keliru perundang-undangan Islam, atau
sebagaimana kondisi kaum Muslim di abad ini tidak menerapkan sama
sekali sistem hukum Islam. Jadilah masyarakat dibimbing dan diarahkan
oleh kehidupan jahiliyah, dan jenis kehidupan seperti itulah yang ada di
dalam benak mereka untuk dijalankan. Oleh karena itu perubahan
sistem kehidupan Islam di tengah-tengah masyarakat harus dilakukan
secara mendasar dan total, bukan setengah-setengah. Harus diterapkan
secara komprehensif, bukan secara gradual (bertahap). Itulah yang
pernah terjadi di tengah-tengah kaum Muslim pada abad-abad
keemasan peradabannya.
Ketujuh, adanya opini umum mengenai patriotisme, nasionalisme
dan sosialisme. Banyak gerakan politik yang dibangun berdasarkan
patriotisme, nasionalisme dan sosialisme. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut. Bahwa Barat telah menjajah dan mengontrol negeri -
negeri Islam. Mereka telah memaksakan sistem kapitalis atas kaum
Muslim. Para penjajah telah mencampur di dalam perasaan kaum
Muslim adanya perasaan untuk membela diri, berupa aktivitas yang
disebut dengan rasa patriotisme, dalam rangka menjaga negeri mereka,
sekaligus mendorong umat Islam untuk membuat perundang-undangan
yang dapat menjaga wilayahnya itu sebagai negeri milik mereka.
Gerakan-gerakan politik banyak didirikan dengan bersandar kepada
slogan-slogan patriotisme untuk mengusir musuh dari negeri-negeri
mereka. Atas nama nasionalisme mereka membuat undang-undang
tentang kewarganegaraan untuk mereka sendiri. Dari sini saja tampak
jelas bagi masyarakat rusaknya kapitalisme dan ketidak layakannya.
Lalu muncul propaganda tentang sosialisme yang dianggap sebagai
tambalan atas kekuarangan sistem kapitalisme. Akan tetapi gerakan-
gerakan seperti itu hanyalah ide yang bersifat tambal sulam, berubah-
ubah. Mereka-mereka itulah yang berupaya untuk menyingkirkan Islam
dari prinsip-prinsipnya yang bersifat universal, yang bisa
menanggulangi banyaknya suara-suara yang berbeda dalam bidang
politik. Ini hanyalah salah satu seri dari rangkaian buku-buku yang
menggambarkan bagaimana para pembaca dapat melihat lebih jauh

39
KEMUNDURAN UMAT ISLAM - Samih Athef az-Zein arrayapublishing2016

tentang Islam, dan mengkajinya dengan penuh kejujuran untuk meraih


kebanaran.
Islam meyakini kepada ke-Esaan Allah. Islam adalah pandangan
hidup yang bersifat paripurna, yang memberikan perhatian kepada
aspek-aspek materi sama baiknya dengan perhatiannya terhadap aspek-
aspek spiritual.
Buku ini menunjukkan bahwa komunitas Islam di dalam
peradabannya memiliki keagungan, tsaqafah dan kehebatan sains,
sehingga layak menjadi masyarakat yang paling tinggi kedudukannya di
dunia. Dan hal itu berlangsung di bawah naungan payung Daulah
Islamiyah selama lebih dari dua belas abad. Hal ini menunjukkan
keberhasilan kepemimpinannya. Namun, yang lebih penting adalah
bahwa apa yang pernah diperoleh umat Islam semasa di bawah naungan
Daulah Khilafah Islamiyah adalah karena Islam telah dipraktekkan
sebagai sebuah sistem dan keyakinan.
Apabila keberhasilan kaum Muslim pernah diraih dan tidak ada
yang menyainginya di dalam sejarah dunia; dan jika hal itu membuat
kaum Muslim menjadi sebuah kekuatan yang sangat hebat di dunia,
maka kita patut bertanya kepada diri kita sendiri, mengapa masyarakat
Barat bisa melakukan langkah-langkah cepat, sementara masyarakat
dunia Islam tampaknya stagnan sebagaimana yang kita saksikan saat
ini?

40

Anda mungkin juga menyukai