(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pengemasan)
Disusun Oleh :
Ivana Thessalona 155100300111043
Zulfa Maulida 155100300111051
Ayu Trianingrum 155100300111057
Kelas C
Dosen Pengampu : Miftakhurizal Kurniawan, ST., MT
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan di era globalisasi yang semakin bebas mendorong industri manufaktur untuk saling bersaing ketat dalam menghasilkan produk berkualitas. Masyarakat sebagai konsumen mulai menempatkan kualitas sebagai parameter penting dalam menilai suatu produk yang dikonsumsi. Melihat fenomena pasar seperti ini, produsen harus mampu menjamin kualitas dan mutu produk selalu stabil serta dapat memenuhi target produksi. Dengan terpenuhinya target serta kualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen, barang yang dijual akan bisa bertahan dipasaran. Dalam upaya menciptakan produk berkualitas yang memenuhi target produksi diperlukan kelancaran proses produksi. Untuk menunjang proses produksi berjalan lancar diperlukan sistem perawatan yang jelas dan berkala untuk setiap lini. Potensi kegagalan sistem dan kerusakan alat produksi dapat diminimalisir dengan adanya sistem perawatan yang baik. Tujuan utama dari perawatan sendiri adalah menjaga keandalan mesin serta perlatan agar dapat sellau berjalan normal sehingga proses produksi berjalan lancar. Kegagalan operasi dari suatu mesin atau alat akan berdampak luas pada keseluruhan sitem produksi. Salah satu bentuk kendala yang berawal dari kerusakan mesin adalah downtime yang berujung pada menurunnya produktifitas perusahaan. Jika produktifitas rendah maka secara otomatis target produksi akan sulit dipenuhi, belum lagi dengan kualitas produk yang mungkin ikut terpengaruh dengan adanya gangguan selam proses produksi. Oleh karena itu untuk menjaga kelancaran proses produksi diperlukan adanya sistem perawatan yang baik, terorganisir dan berkala.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang ada pada sistem perawatan GMF Aeroasia adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan perawatan di GMF Aeroasia? 2. Bagaimana pembagian tugas bagian perawatan di GMF Aeroasia? 3. Bagaimana kebijakan perawatan yang berlaku di GMF Aeroasia? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1. Mengetahui bagaiamana struktur organisasi GMF Aeroasia 2. Mengetahui bagaimana pembagian tugas divisi perawatan di GMF Aeroasia 3. Mengetahui perencanaan perawatan dan kebijakan perawatan yang diterapkan oleh GMF Aeroasia BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antara komponen dalam suatu organisasi. Pembagian kerja dan penentuan tanggung jawab mendasari adanya struktur organisasi itu sendiri (Suprajati, 2000). Secara umum terdapat 4 jenis struktur organisasi formal, yaitu (Wijatno, 2008): 1. Struktur organisasi garis Jenis struktur organisasi ini menerapkan aliran wewenang langsung dari top manajemn kepada manajemen dibawahnya. kelemahan model ini adalah tanggung jawab sepenuhnya dipegang pemimpin perusahaan. Oleh karena itu struktur organisasi ini cocok untuk perusahaan berskala kecil dan menengah. 2. Strujtur organisasi garis dan staff Struktur organisasi ini adalah gabungan dari organisasi lini dan departement staff. Departemen staff akan memberikan saran kepada departemen lini dimana keputusan tetap berada dibawah wewenang departemen lini. Jenis struktur ini banyak ditemukan pada perusahaan menengah dan besar 3. Sturktur organisasi fungsional Pada struktur fungsional, masing-masing manajernya adalah seorang spesialis dan masing-masing bawahannya mempunyai beberapa pimpinan. Manajer memiliki kekuasaan penuh untuk menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya 4. Struktur organisasi matriks Struktur organisasi yang merupakan desain struktural untuk menugaskan para spesialis dari berbagai departemen fungsional untuk bekerja pada suatu proyek yang dipimpin oleh seorang manager proyek. Model ini banyak digunakan di perusahaan besar dan multinasional. Untuk merencanakan suatu organisasi diperlukan lim prinsip utama sebagai pedoman yaitu pembagian kerja, kesatuan perintah, kewenangan dan tanggung jawab, rentang kendali dan departementalisasi. Pembagian kerja dilakukan agar suatu pekerjaan besar dan rumit bisa lebih sederhana dan mudah. Para staff bawahan akan bertanggung jawab pada satu atasan sehingga jelas apa yang harus dilakukan oleh tiap orangnya. Agar setiap orang melaksanakan tugas maka diperlukan suatu kewenangan untuk melakukan apa yang ditugaskan tersebut. Bagi atasan memiliki kewenangan untung memegang kendali secara efektif dan efisien atas bawahannya. Setelah semua terbagi maka akan terbentuk departementalisasi sesuai fungsi sejenis dibawah koordinasi seornag pemimpin. Menyadari adanya keterbatasan, penegtahuan dan kemampuan maka dalam sebuah organisasi diperlukan pembagian tugas yang jelas. Pembagian tugas ini akan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu sifat pekerjaan, personalia yang tersedia dan juga efisiensi. Dalam perusahaan pembagian kerja didasarkan pada fungsi-fungsi perusahaan yang melaksanakan kegiatan. Integrasi dari setiap fungsi untuk mencapai sasaran perusahaan harus dimulai dari hierarki paling rendah sampai hierarki paling tinggi. Setiap bagian fungsi akan mempersempit lagi kegiatannya pada bagian masing-masing. sehingga setiap orang akan memiliki keahlian khusus atau spesialisasi (Siagian, 2011).
2.2 Sistem Perawatan
Perawatan merupakan suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga
fasilitas pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian yang diperlukan agar dapat diperoleh suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan yang direncanakan. Sistem perawatan sendiri ada dua jenis yaitu perawatan pencegahan dan perawatan perbaikan. Perawatan pencegahan (preventive maintenance) bertujuan untuk menjaga mesin tidak mengalami kerusakan yang dapat merugikan proses. Sedangkan perawatan perbaikan (breakdown maintenance) bertujuan untuk memperbaiki mesin yang rusak agar dapat beroperasi kembali atau siap pakai(Suparjo, 2014). Tujuan utama dati sistem perawatan adalah kemampuan produksi untuk memenuhi kebutuhan telah sesuai dengan rencana produksi. Kualitas produk dapat dijaga pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh sistem produksi itu sendiri. selain itu sistem perawatan bertujuan untuk mengurangi pemakaian dan penyimpanan yang diluar batas sehingga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan dapat terjaga dan dimafaatkan secara efektif serta efisien (Dolphina, 2011) Untuk bisa menerapkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan maka perlu dilakukan perencanaan sistem perawatan. Perencanaan ini mengikutsertakan pengembangan dari seluruh lintasan kegiatan mencakup kegiatan perawatan, reparasi dan pekerjaan overhaul. Melalui perencanaan perawatan ini pula biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dalam upaya penjadwalan kegiatan perawatan bisa diestimasi dan dioptimalkan. Sehingga dapat dilakukan minimasi biaya tanpa mengabaikan faktor kelancaran proses produksi dan keamanan pekerja. Bentuk keluaran dari perencanaan perawatan bisa berbagai macam, salah satunya adalah kebijakan perawatan. Kebijakan (policy) merupapakan rencana yang menerangkan tentang seluruh batasan kegiatan secara uum dan komprehensif sebagai pegangan dalam pelaksanaan pekerjaan perawatan. Bentuk lain dari perencanaan perawatan bisa berupa sebuah prosedur, metode, standar maupun program. BAB III STUDI KASUS
3.1 Sejarah singkat PT GMF AeroAsia
PT GMF AeroAsia didirikan berdasarkan Akta No. 93 tanggal 26 April 2002 dari Notaris Arry Supratno, SH. Perusahaan beroperasi secara komersial sejak tanggal 1 Agustus 2002. Perusahaan berada di Tangerang dengan jumlah karyawan perusahaan sebanyak 2.448 karyawan pada tanggal 25 maret 2009. Dengan telah diresmikannya sebagai lembaga usaha yang mandiri maka pada bulan Agustus 2002, PT GMF AeroAsia melaksanakan penandatanganan kerja sama dengan PT Garuda Indonesia dengan pelaksanaan perawatan pesawat secara total. Garuda Indonesia Airways dalam pengoperasiannya memiliki divisi-divisi yang menyokong kehidupan penerbangan. Salah satunya ada Divisi Teknik. Divisi ini menangani perawatan dan perbaikan pesawat milik garuda secara ekslusif. Berikut merupakan struktur organisasi dan manajemen perusahaan : PT GMF AeroAsia mempunyai 1 Chief Exective Officer (CEO) direktur utama dan 1 orang Chief Operation Officer (COO) yang membawahi 3 Executive Vixe President (EVP) yaitu : 1. EVP Finance and Human Resources Management 2. EVP Base Operation 3. EVP Line Operation Struktur Business Function terdiri dari enam dinas, yaitu : a. Dinas Line Maintenance/TL b. Dinas Base Maintenance/TB c. Dinas Component Maintenance/TC d. Dinas Engine Maintenance/TR e. Dinas Engine Service/TE f. Dinas Trade and Asset Management/TM g. Dinas Business Development/TD Dinas yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan perawatan dan perbaikan mesin pesawat di PT GMF AeroAsia adalah Dinas Engine Maintenance/TR. Dinas Engine Maintenance/TR terdiri dari 3 bidang, yaitu : a. Engine maintenance support TRS b. Turbine component service TRP c. Engine/APU Service TRJ
3.2 Pembagian tugas
Berdasarkan struktur organisasi diatas, uraian singkat tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian dari PT GMF AeroAsia adalah sebagai berikut : a. Engine maintenance, unit ini bertanggung jawab atas jasa perawatan b. Base maintenance, unit ini bertanggung jawab dalam perawatan pesawat yang meliputi berbagai layanan, mulai dari perawatan rutin menengah hingga overhaul, pelaksanaan perbaikan struktur dan sistem pesawat yang ringan hingga perawatan besar, termasuk modifikasinya. c. Component maintenance, mempunyai tugas dan wewenang untuk memperbaiki dan merawat komponen pesawat agar selalu layak pakai d. Line maintenance, unit yang mempunyai tugas dalam jasa perawatan pesawat seperti perawatan sebelum terbang, perawatan harian dan transit check, e. Engineering service, mempunyai tugas dalam rekayasa perawatan pesawat terbang seperti standar perawatan modifikasi, program pengendalian kehandalan, perpustakaan dan distribusi dokumentasi teknik dan pelayanan jasa tenaga ahli. 3.3 Perencanaan perawatan Proses perawatan yang terjadi adalah berdasarkan order yang telah disepakati. Secara umum proses perawatan yang terjadi terdiri dari schedule maintenance yang merupakan perbaikan atau penggantian suatu komponen yang telah diperediksi kapan umur komponen tersebut akan habis dan unscheduled maintenance yang merupakan perbaikan atau penggantian komponen dikarenakan adanya amasalah seperti FOD (foreign object damage), DOD (domestic object damage), Oil Leak. Proses perbaikannya akan meliputi proses repair atau overhaul tergantung dari keadaan engine itu sendiri maupun kesepakatan order yang telah disepakati antara konsumen dengan perusahaan. Kegiatan perawatan yang terdapat di Engine maintenance meliputi pembongkaran, perbaikan, pemasangan kembali dan pengujian baik untuk engine maupun APU. Terdapat beberapa fasilitas terkait maintenance pada perusahaan ini, salah satunya adalah Hangar. Hangar ini dipergunakan untuk tempat perawatan pesawat. Terdiri dari 3 Hangar pada perusahaan GMF AeroAsia : Hanger 1 : digunakan untuk heavy maintenance pesawat BOEING 747- 200 dan BOEING 747-400
Hangar 2 : untuk perawatan ringan semua tipe pesawat
Hangar 3 : untuk heavy maintenance pesawat F-28, DC-9, A300 dan
DC-10 Semua hangar dilengkapi dengan sistem alarm dan pemadam kebarakarn, suplai listrik 400 Hz, Penerangan hangar, Overhead crane(hanya di hangar 3), Aircraftdocking, Regulated air pressure, Aircraft tools and equipment, stock room, air conditioned office areas. Dalam literature lain disebutkan pula strategis bisnis perawatan pada PT GMF AeroAsia. Project perawatan yang akan ditangani oleh PT GMF AeroAsia awalnya diserahkan kepada Custumer service terlebih dahulu untuk dibuatkan sales order. Satu proyek memiliki satu sales order, didalam sales order tersebut akan ditentukan jenis perawatan yang akan dikerjakan, suatu pekerjaan dapat dikatakan confirm dan belum confirm dapat dilihat dari perawatan yang diambilnya. Jika perusahaan menyetujui untuk melakukan kontrak dengan GMF untuk bertanggung jawab terhadap perawatan pesawatnya selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan sales order, planner engineer akan mengadakan pertemuan untuk mensetting kebutuhan proyek mengenai scope pekerjaan, keperluan apa saja yang dibutuhkan serta menentukan job cad dan lokasi hangar serta waktu estimasi pekerjaan. Selanjutnya proyek akan dipecah ke dalam project daily sesuai dengan perkiraan banyaknya jumlah hari yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proyek yang disepakati. Selain itu, berdasarkan job card yang ada dalam trans job akan dibuat perincian tugas dari pekerjaan yang akan dijalani. Dalam satu hangar terdapat beberapa slot dan tiap slot terdapat doc coordinator. Satu pekerjaan area dapat terdiri oleh banyak job card. Job card yang akan dikerjakan akan dibarcode sebelum melakukan pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan untuk menyimpan data-data pekerjaan yang dilakukan.
3.4 Biaya kebijakan
DAFTAR PUSTAKA
Dolphina, E. 2011. Penerpana Maintenance dan Reliability untuk
Meningkatkan Kualitas dan Daya Saing Perusahaan. Jurnal Dian 11(3):269-276
Siagian, H, 2011. Pedoman kerja Berbasi Struktur Organisasi. Jurnal Wira
Ekonomi 1(2):111-119
Suparjati. 2000. Tata Usaha dan Kearsipan. Kanisius. Yogyakarta
Suparjo. 2014. Perencanaan Kebijakan Perawatan Mesin Guna Mencapai
ekspektasi Pendapatan Maksimum dengan Pendekatan Rantai Markov di CV Alextra Travel. Jurnal IDEC 2(9): 612-619
Wijatno, S. 2008. Pengantar Entrepreneurs. Grasindo. Jakarta