Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Maintenance sering kali dihubungkan sebagai akar dari suatu keandalan. Keandalan didefinisikan sebagai probabilitas sistem atau komponen dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan fungsinya pada waktu tertentu dalam kondisi yang ideal. Oleh karena itu permasalahan mengenai keandalan dari komponen atau mesin seringkali berhubungan dengan maintenance department perusahaan. Dengan adanya strategi perawatan yang baik maka akan meningkatkan keandalan dari komponen atau mesin perusahaan (Barringer, 1998). Dewasa ini berbagai perusahaan memandang maintenance tidak hanya sebagai sebuah bagian dari fungsi strategi bisnis saja, namun telah nampak dengan jelas bahwa maintenance berpengaruh terhadap peningkatan keuntungan perusahaan. Maintenance akan memakan biaya yang cukup besar apabila dilakukan tanpa adanya manajemen. Secara umum maintenance management diperlukan untuk mengoptimalkan fungsi fungsi operasional dalam perusahaan. Manajemen perawatan yang baik, dapat mengurangi biaya perawatan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Sebagai gambaran, perusahaan manufaktur di Amerika kehilangan $200 milyar tiap tahunnya akibat kurangnya manajemen terhadap perawatan (L.D Goettsche, 1995). Berdasarkan pandangan tersebut berbagai strategi telah dikembangkan, diantaranya Total Productive Maintenance (TPM), Reliability Centered Maintenance (RCM), Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), dan berbagai strategi lain yang berkaitan dengan maintenance (Weir,2005). Selain itu kegiatan opersional perusahaan juga perlu didukung oleh suatu sistem informasi. Dengan adanya sistem
1

informasi yang baik, perusahaan dapat membuat keputusan manajemen yang baik pula. Bentuk bentuk informasi disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, misalnya laporan bulanan, database dan lain-lain. Di dalam sistem informasi manajemen, terdapat banyak informasi yang saling berhubungan. Informasi - informasi tersebut memiliki nilai penting berkaitan dengan perkembangan perusahaan. Penyelesaian masalah yang berkaitan dengan maintenance dapat pula terselesaikan dengan memanfaatkan sistem informasi yang ada. Sistem ini dapat membantu manajemen dalam mengkoordinasi beberapa sub unit dari organisasi dan mengarahkan bagian-bagian tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Tentu saja dalam dua proses tersebut diperlukan satu sistem agar proses koordinasi dan pengarahan dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai (Wahyono, 2004). Pemanfaatan sistem informasi dalam bidang maintenance yang saat ini mengalami perkembangan sangat cepat di perusahaan perusahaan besar tingkat dunia dikenal dengan nama CMMS/Computerized Maintenance Management Systems. CMMS yang umumnya digunakan sebagai alat kontrol terhadap aset perusahaan seperti mesin dan spare part selama tiga dekade terakhir telah berkembang pesat dari sebatas penyedia informasi aset perusahaan dan fungsi preventive maintenance, menjadi sistem informasi maintenance perusahaan (Crain, 2003). Namun dalam perkembangannya, CMMS menjadi sistem yang rakus akan data input dan jarang menyediakan output berupa decision support. Dengan kata lain tidak lebih hanya menjadi sebuah catatan harian perusahaan. Keadaan tersebut memunculkan penelitian tentang CMMS yang dapat memberikan masukan tentang pengambilan keputusan berkaitan dengan maintenance (Labib, 2004). Penelitian tentang CMMS yang tidak hanya sebagai pencatat kondisi aset perusahaan mulai dikembangkan, diawali dengan kemampuan menentukan mesin yang memiliki kondisi terburuk berdasarkan downtime dan frekuensi, dilanjutkan dengan

pengambilan keputusan berdasarkan decision making grid (DMG) yang dikembangkan oleh Labib (1998), dijelaskan dalam jurnalnya World-class Maintenance Using A Computerized Maintenance Management System. Penelitan dari Labib (2004) telah diadaptasi dan diterapkan oleh Indra (2006) dalam tugas akhirnya dengan judul Integrasi MCDM dan Fuzzy Logic di CMMS dalam Pengambilan Keputusan Preventive Maintenance. Indra (2006) menerapkan tahapan yang digunakan Labib (2004) tersebut menggunakan input data berupa total downtime dan frekuensi yang merupakan absolute mode (history record/sejarah dari mesin). Secara garis besar hasil akhir dari penelitian Indra (2006) adalah decision support tool untuk maintenance policy dari sepuluh mesin terburuk yang berupa software CMMS. Penelitian mengenai CMMS dilanjutkan oleh Sugeng Pristiwo (2007) dalam tugas akhirnya yang berjudul Integrasi Spare Part Provisioning Policy Dan Maintenance Policy Dalam Computerized Maintenance Management System (CMMS). Penelitian tersebut menganalisa komponen mesin, dimana kriteria yang digunakan berupa downtime dan frekuensi. Selain itu juga digunakan spare part cost, order time dan MTTF sebagai kriteria spare part provisioning policy (SPP). Secara garis besar hasil penelitian Sugeng (2007) adalah decision support tool untuk komponen mesin non-repairable dan repairable, serta perhitungan optimal maintenance time dan perbandingan antara optimal maintenance cost dari pelaksanaan maintenance yang terjadwal dengan tidak terjadwal. Dari hasil perhitungan didapatkan pula shape parameter () dan scale parameter () komponen mesin sehingga didapatkan distribusi kegagalan serta fungsi reliabilitas mesin. Penelitian mengenai CMMS dilanjutkan kembali oleh Yusa (2008) dalam tugas akhirnya Penentuan Prioritas Maintenance Work Order dan Penjadwalan Maintenance Rutin Dalam CMMS. Pada penelitian ini dilakukan analisa tentang manajemen dalam pengambilan keputusan untuk

penentuan prioritas work order (WO) untuk kerusakan tak terencana berdasarkan kriteria risk priority number (RPN) dan penurunan produksi (dowm time). Serta penjadwalan maintenance rutin dengan metode linier programming guna memaksimalkan pemanfaatan personel untuk tipe keahlian tertentu. Secara garis besar hasil penelitian Yusa (2008) adalah decision support yang bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan personel maintenance sesuai waktu yang dialokasikan untuk mencapai pelaksanaan maintenance yang efektif dan efisien. Dari penelitian-penelitian di atas, masih terdapat bagian yang perlu untuk dikembangkan agar memudahkan pengambilan keputusan di lapangan. Dimana untuk setiap keputusan yang diambil perlu adanya penjabaran tentang bagaimana strategi/tindakan (action) yang dapat diambil dalam penanganan backlog yang terjadi di lapangan dengan integrasi CMMS. Hal tersebut (backlog maintenance), merupakan bagian dalam pengembangan CMMS yang mampu memberikan masukan bagi perusahaan. Agar setiap pekerjaan maintenance yang terlambat penyelesaiannya (backlog) dapat termonitor dan terdokumentasi pelaksanaannya. Dalam dunia maintenance, backlog merupakan pekerjaan maintenance dalam labor hour dengan status tertentu dimana pekerjaan maintenance tersebut telah direncanakan sebelumnya (planned maintenance), (Ricky Smith, 2004). Berdasarkan world class maintenance, level backlog yang diijinkan dalam suatu perusahaan/factory haruslah tidak melebihi 7% ( 7%) dari maintenance load yang ada (Wireman, 1990). Pada dasarnya backlog berhubungan dengan WO yang merupakan alat untuk memberikan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan maintenance. WO yang penyelesaiannya terlambat atau dengan kata lain melebihi batas waktu yang telah ditentukan dianggap sebagai backlog (John Turner,2006). Perlu adanya suatu tindakan penanganan dalam backlog maintenance untuk mencegah terjadinya kerusakan aset perusahaan beserta fungsinya (Alasdair McClintock, 2003).

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian ini yaitu Bagaimana merancang dan mengembangkan sistem informasi manajemen perawatan untuk penanganan backlog yang terintegrasi dalam CMMS. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: Merancang dan membuat software yang terintegrasi dalam CMMS untuk sistem penentuan kebijakan manajemen perawatan dalam menangani backlog maintenance. 1.4 Batasan Penelitian Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Data WO yang mengalami backlog berdasarkan data dari maintenance record. 2. Analisa dalam pengambilan keputusan berdasarkan data dari maintenance record. 3. Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Visual Basic 6.0. 4. Dalam penelitian ini digunakan software MATLABFuzzy Logic Toolbox dan LINDO guna mendukung penelitian ini. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Memudahkan perusahaan dalam menganalisa backlog yang terjadi. 2. Memudahkan perusahaan dalam menentukan kebijakan penanganan backlog sesuai manajemen yang berlaku melalui CMMS. 3. Memberikan history bagi perusahaan atas pelaksanaan pekerjaan di lapangan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Anda mungkin juga menyukai