LAPORAN PRAKTIKUM
OLEH
YUSDARR TUTY
05161511023
UNIVERSITAS KHAIRUN
2016
1
LEMBARAN PENGESAHAN
2
FAKULTAS PERIKANAN DAN
ILMU KELAUTAN KARTU KOMSULTASI
UNIVERSITAS KHAIRUN PRAKTIKUM
TERNATE
Mengetahui
Dosen Penanggungjawab
Salim Abubakar ,S.P.i.MSi
NIP.197505032001121004
Asisten Mahasiswa
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, nikmat
kesehatan Nyalah sehingga laporan Srudi komunitas makrozoobenthos ini dapat
terselesaikan.
Ucapan terimah kasih tak lupa penulis sampaikan kepada yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini hingga selesai terutama buat Kak Irena
selaku pembimbing mata kuliah Ekologi perairan. Yang begitu besar jasanya
dalam memberikan motifasi sehingga penulis tidak mengalami kesulitan dalam
penyusunan laporan pratikum makrozoobenthhos yang dilakukan di pulau donrotu
kecamatan Jailolo selatan kabupaten halmahera barat.
4
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL...................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ........................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1. Klasifikasi Organisme Makrozoobentos ............................................ 12
2.2 Habitat dan Penyebaran Makrozoobentos .......................................... 12
2.3. Morfologi Makrozoobentos ............................................................... 13
2.4. Habitat dan Penyebaran Makrozoobentos......................................... 17
III. METODELOGI PENELITIAN ................................................................ 22
3.1. Tempat dan Waktu ............................................................................. 22
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................... 23
3.3. Metode Pengambilan Data ................................................................. 23
3.4. Metode Analisis Data ......................................................................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 33
4.1. Diskripsi Lokasi praktikum................................................................ 34
4.2. Parameter lingkungan ........................................................................ 35
4.3. Distribusi dan Komposisi Jenis Makrozoobenthos ............................ 36
4.4. Diskripsi jenis makrozoobenthos ....................................................... 36
4.5. Struktur Komunitas Makrozoobentos ................................................ 41
V. PENUTUP ................................................................................................... 53
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 53
5.2. Saran .................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Morfologi Bintang Laut ............................................................................ 13
2. Morfologi Bulu Babi ................................................................................. 14
3. Morfologi Teripang ................................................................................... 15
4. Morfologi Siput (Keong) .......................................................................... 16
5. Morfologi Kerang...................................................................................... 16
6. Archaster typhicus ..................................................................................... 22
7. Hinea brasiliana ....................................................................................... 37
8. Anadara pilula ......................................................................................... 38
9. Trisidos tortuosa ............. 39
10. Anadara notabilisa. 40
11. Saccostrea cucullata.. 40
10. Atrina pectinata....................................................................................... 40
12. Conus texite/siput .................................................................................... 40
13. Desain Sampling (Kuadran) .................................................................... 41
14. kepadatan jenis makrozoobentos ............................................................ 42
15. Keanekaragaman jenis (H`), Dominasi (C),
Kemerataan (E) Makrozoobenthos ......................................................... 45
16. Matriks asosiasi antar jenis makrozoobenthos ........................................ 48
17. Faktor-faktor yang mempengaruhi makrozoobenthos ............................ 49
7
DAFTAR LAMPIRAN
8
I. PENDAHULUAN
perairan. Organisme ini hidup pada lumpur, pasir, kerikil maupun sampah
organik, baik di perairan laut, sungai serta danau. Organisme yang termasuk
hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali
lamun menunjukan bahwa adanya kehidupan yang dinamik terjadi interaksi antar
misalnya sebagi makanan manusia, sebagai mata rantai makan di laut dan sebagai
makrozoobenthos pada daerah padang lamun memiliki potensi yang cukup besar
9
Melihat potensi dan manfaat biota perairan khususnya organisme
Halmahera Barat pada suatu Ekosistem perairan. Baik Ekosistem Air tawar dan
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Makrozoobenthos
Secara Etimologi makrozoobentos berasal dari dua kata yaitu makro dan
zoobentos yang berarti hewan dasar yang berukuran besar Kelompok hewan-
hewan tersebut antara lain asteroid (bintang laut), echinoidea (bulu babi),
merupakan tempat aktivitas ekonomi yang mencakup perikanan laut dan pesisir,
didasar perairan. Lind (1979) dalam Sinaga (2007), menyatakan bahwa organisme
bentos memainkan peran penting dalam komunitas dasar, karena fungsinya dalam
proses mineralisasi dan pendaur ulang bahan organik yang tertangkap di dalam
menetap dan habitat hidupnya di dasar perairan yang merupakan tempat bahan
Bentos adalah organisme flora dan fauna atau jasad nabati yang hidup
mendiami dasar suatu perairan. Fauna benntos adalah organisasi yang hidup
meletakkan diri pada suatu perairan (Odum, 1996). Menurut Nybakken (1992),
fauna bentos di bagi menjadi dua bagian, yaitu epifauna dan infauna. Epifauna
adalah organisme bentik yang hidup pada atau bergerak melalui permukaan
11
substrat atau organism bentik yang hidup pada permukaan dasar laut. Sedangkan
dirinya ke dalam dasar peraiaran, menggali saluran atau membuat lubang di dasar
perairan.
berkulit duri. Echinodermata berasal dari kata echinos yang berarti berduri dan
derma berarti kulit. Hal ini di sebabkakn karena adanya rangka di dalam yang
anggotanya tidak ada yang hidup parasit (Soewignyo, 1989). Adapun yang
termasuk dalam golongan ini antara lain adalah teripang laut, bintang laut, ular
laut, bulu babi dan lilia laut. Echinodermata memiliki ciri khas sebagai berikut:
12
1. Kelas Asteroidea (Bintang Laut)
Asteroidea berasal dari bahasa yunani Aster ( bintang ) dan eiodes ( bentuk ).
Sehingga kelompok ini sering disebut sebagai bintang laut. Kelas ini memiliki
tubuh pipih berbentuk seperti bintang atau pentagonal, terdiri atas lima lengan
yang tersusun simetri radial. Pada ujung-ujung lengan terdapat alat sensor yang
sisa makhluk hidup yang lain, contohnya Holothuria Sp. (teripang). Hewan ini
memiliki duri yang halus sehingga berbeda dengan Echinodermata yang lain.
Mulut terletak pada bagian anterior dan anus terletak pada bagian posterior.
Tiga baris kaki di daerah ventral untuk bergerak dan dua baris di bagian dorsal
Dalam kelompok ini termasuk berbagai kerang, kupang, remis, kijing, lokan,
simping, tiram, serta kima; meskipun variasi di dalam bivalvia sebenarnya sangat
13
purba. Dagingnya dimakan sebagai sumber protein. Cangkangnya dimanfaatkan
sebagai perhiasan, bahan kerajinan tangan, bekal kubur, serta alat pembayaran
pada masa lampau. Mutiara dihasilkan oleh beberapa jenis tiram. Pemanfaatan
Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat
atau keong dan merupakan kelompok molluscha yang paling berhasil menduduki
berbagai habitat yakni terdapat di darat, perairan tawar dan terbanyak di laut.
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya (Jasin, 1989).
14
tubuh yang anterior yaitu kepala sedangkan bagian perut sebagai otot kaki
(Kuncoro, 2004).
2.3. Morfologi Makrozoobentos
Bintang laut biasanya berbentuk simetri radial dengan cara geraknya yaitu
bergerak bebas pada batu, karang dan pasir laut. Bintang laut biasanya bergerak
terdiri dari central disk. Tangan bintang laut mempunyai lima buah yang menjalur
Bulu babi di kenal dengan istilah sea urchin atau landak yang mempunyai
kulit berduri serta mempunyai struktkur cangkang yang membulat. Sruktur ini
merupakan bentuk yang melindungi bagian dalam dan di lengkapi dengan duri-
duri yang dapat di gerakkan dan tanpa lengan. Bulu babi mempunyai tubuh bulat
15
Gambar 2. Morfologi bulu babi
Teripang mempunyai bentuk tubuh yang bervariasi mulai dari bulat sampai
memanjang dan pipih atau selinderis dengan panjang tubuhnya 10 30cm, dengan
mulut pada salah satu unjung dan dubur pada unjung lainnya (nontji, 2001).
berotot-otot, tipis, tebal, dan lembek atau licin kulitnya halus atau bintik-binting.
Pada bagian ini terdapat spikula- spikula yang terbantuk seperti meja, motom serta
16
Dharma (1988) mengemukakan bahwa gastropoda merupakan salah satu
kelas dalam phylum mollusca yang di sebut hewan yang ber kaki perut karena
gasropoda berbentuk tabung dan mimiling (coilet) ke kanan, yakni searah putaran
jarum jam, bila di lihat dari unjung runcing. Namun apabila mimilin
pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang
Oermajati dan Wardhana (1990) menemukakan bahwa ciri ciri umum dari
kelas bivalve yaitu cangkang biasanya simetris berjumlah dua buah yang di buka
dengan otot refraktor,pada bagian dorsal cangkang terdapat gigi engsel dan
ligamen , ingsan umumnya berbentuk lempengan lempengan berjumlah satu atau
dua pasang ,kepala tidak ada mulut di lengkapi labial palp tanpa rahang atau
radula.
17
Gambar 5. Morfologi kerang
daerah lamun dan trumbu karang banyak di jumpai pada daerah pantai atau daerah
pasang surut dengan subsrat berpasir hingga pasir berbatu yang hidup sampai
kedalaman 500 m adapula yang terdapat di lereng trumbu karang pada kejelukan
2-6 m,ada yang di temukan dipaparan terumbu karang terbuka pada saat air surut
dapat dijumpai didaerah pantai terutama di daerah terumbu karang dan padang
lamun.dapat
ditemukan pula pada daerah berpasir atau berkarang sampai kedalaman 500m
(Soewignyo,1989)
Bulu babi (echinoidea) paling banyak di jumpai di daerah Indo pasifik yang
berpusat di indo malay dan meluas keaustalia,jepang pantai timur afrika dan
18
Teripang merupakan hewan benthos yang terbesar di seluruh lautan di
dunia, hidup dasar pada derah intertidal hingga laut dalam.daerah penyebaran
yang substrat berpasir ,berbatu karang dan pasir berlumpur antra lain di Bangka
dan sekitarnya,di daerah Maluku utara ,jenis teripang yang paling banyak di
atau keong dan merupakan kelompok molluscha yang paling berhasil menduduki
berbagai habitat yakni tredapat di darat, perairan tawar dan terbanyak di laut.
Grastopoda biasanya di tamui pada berbagai jenis lingkungan dan bentuknya telah
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya (Jasin, 1989).
laut, payau, sungai, danau dan rawa. Adapula yang menempel pada substrat
berkarang dan batu dan ada pula yang membenamkan diri dalam substrat pasir
dan lumpur. Hewan ini tersebar di berbagai perairan dan tempat di seluruh daerah
19
2.5.Makan dan Pola makan
oleh faktor fisik lingkungan diantaranya pasang surut, suhu, gerakan ombak,
20
2.7.aktor-faktor yang mempengaruhi makrozoobenthos
diantaranya; penetrasi cahaya yang berpengaruh terhadap suhu air; substrat dasar;
kandungan unsur kimia seperti oksigen terlarut dan kandungan ion hidrogen (pH),
dan nutrien. Sedangkan secara biologis, diantaranya interaksi spesies serta pola
Keterangan :
= Pengaruh langsung
= Pengaruh interaksi
21
Gambar 6. Faktor-faktor kualitas air (sifat fisika kimia) yang mempengaruhi
22
III. METODELOGI PENELITIAN
Kabupaten Halmahera Barat, pada hari Sabtu Tanggal 08 Oktober 2016, pukul
23
9 Buku Identifikasi Pedomen identifikasi
Pengambilan sampel dilakukan pada siang hari saat surut terendah dengan
menggunakan metode line transek (Rondo, 2004). Lintasan terdiri atas 2 lintasan
yang di tarik secara vertical kearah laut 50 meter, jarak antara lintasan 20 meter,
dan dalam setiap lintasan di tempatkan kuadrat sebanyak 10 kali secara acak.
telah diberi label sesuai lintasan dan kuadrat (L1 K1-L5 K10), artinya L1 = lintasan
24
Parameter lingkungan
langka awal dengan mengeloskan aquades pada kaca untuk membersikan dan
membuat angka standar nol, kemudian air laut di ambil dengan menggunakan
pipet dan di teteskan pada kaca objek, dan untuk memperjelas angka yang
kertas lakmus pada air laut sampai kertas lakmus berubah warna, setelah itu
makrozoobenthos.
krebs, (1989):
25
Keterangan :
Keterangan :
S = Jumlah Spesies
ni = Jumlah Individu
Odum, 1996) :
26
= ( )2
Keterangan :
mendominasi dan apabila nilai C mendekati 1 berarti adanya salah satu spesies
yang mendominasi.
Wibisono (2005) :
Keterangan :
E = Indeks Kemerataan
= Indeks Shannon
= Ln S
S = Jumlah taksa
Dengan kriteria :
> 0,81= Penyebaran jenis sangat merata
27
< 0,21= Penyebaran jenis tidak merata
2
=
( )2
Keterangan :
Id = Indeks Morsita
Dengan ketentuan:
Uji lanjut bisa dilakukan dengan perbandingan nilai indeks morisita yang
kepercayaan 95 %.
28
Prosedur penelitian sebagai berikut penetapan 2 titik signifikan (tingkat
nyata) yaitu;
2 0,975 +
=
( ) 1
2 0,025 +
=
( ) 1
Keterangan :
2 = nilai chi kuadrat dari table pada derajat bebas (n-1) dengan 1 = 0.975 dan
sebagai berikut :
Jika Id Mc > 1,0, maka Ip = 0,5 + 0,5 [ ]
1
Jika Mc > Id 1,0, maka Ip = 0,5 [ 1 ]
1
jika 1,0 > Id > Mu, maka Ip = -0,5 [1 ]
Jika 1,0 > Mu > Id, maka Ip = -0,5 [ ]
Indeks morsita yang distandarisasikan memiliki kisaran dari -1,0 sampai dengan
29
Jika Ip < 0 maka populasinya menyebar seragam
populasi menyebar acak (Id = 1,0 ), dan hipotesis tandingannya yaitu populasi
menyebar secara mengelompok (Id > 1,0) dan menyebar teratur (Id < 1,0 ) dapat
db-1 yaitu :
X2 = Id ( x 1 ) + n - x
Tahapan analisis uji statistik dan kecenderungan asosiasi dua spesis yaitu :
Spesies B
Spesies A
Ada Tidak ada Jumlah
Ada A B a+b
Tidak ada C D c+d
Jumlah a+c b+d N
30
Keterangan :
1. Menyusun hipotesis
2. Analisis statistik :
( )
N >30 = X2hit. =[ ( a+b ) ( c+d )( a +c )( b+d )]
[ ( | | / ) ]
< 30 = =
[ ( + ) ( + )( + ) ( + )]
31
3. Penentuan asosiasi dengan * menggunakan koefisien asosiasi (V) menurut
(ad + bc)
=
(a + b)(c + d)(a + c)(b + d)
Analisis asosiasi multi spesies lamun ditujukan pada asosiasi lebih dari satu
pasang spesies. Jumlah pasang spesies dapat di peroleh dari persamaan : S ( S-1)/,
dimana S = Jumlah spesies (Ludwig dan Reynolds, 1988 , dalam Abubakar 2004)
1. Meringkas data, matriks data yang menunjukan ada tidaknya spesies S spesies
2. Menyatakan spesies :
Keterangan : =
32
ni = Jumlah kejadian semua spesies pada unit sampling
1 2
Ragam jumlah semua spesies : 2 = [=1( ) ]
Keterangan :
Rasio ragam
asosiasi positif.
asosiasi negatif.
= ()()
2 2
Jika 0,05. < W > 0,95. = Ada asosiasi
33
2 2
0,05. > W < 0,95. = Tidak ada asosiasi
1
= ( )
Kterangan :
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pulau Donrotu merupakan salah satu pulau yang secara admistratif terletak
Maluku Utara. Berdasarkan letak geografis pulau Don Rotu kecamatan Jailolo
Perairan Pulau Donrotu memiliki kondisi substrat yang bervariasi, yang terdiri
dari substrat lumpur berpasir dan tetapi lebih ke substrat berpasir. Keadaan
substrat yang bervariasi ini menyebabkan terdapat berbagai macam biota laut
yang hidup di dalamnya. Selain substrat yang berfariasi ini, perairan Pulau
Donrotu kecamatan Jailolo selatan ini juga memiliki ekosistem mangrove, terubu
biota laut yang hidup didalamnya. Selain itu, Pulau Donrotu juga memiliki
35
4.2. Parameter Lingkungan.
PARAMETER LINGKUNGAN
WAKTU
LINTASAN Suhu Salinitas pH
PENGUKURAN 0
Substrat
(C) ( /00) Air
1 13.00 34 42 4,2
2. 13.50 31 40 4,2
Berpasir
kisaran suhu dengan kisaran 32 0C, salinitas 41 0/00, dan pH 4,2. Dari hasil
kita umumnya berkisar antara 28C - 32C. Perbedaan kisaran suhu antara
lintasan ini ada kaitanya dengan perbedaan radiasi matahari terhadap pemanasan
penguapan air laut lebih besar, karena pada lintasan ini tidak terlindungi oleh
bervariasi dari hari ke hari dan dari musim ke musim. Pada siang hari, musim
kemarau dan waktu pasang salinitasnya lebih tinggi dari pada waktu pagi dan
malam hari, musim penghujanan dan waktu surut. Lebih lanjut Sabar (2004),
36
menjelaskan bahwa tingginya salinitas suatu perairan, disebabkan karena limpasan
air laut lebih banyak dan berhubungan laut lepas. Sedangkan untuk kisaran pH
memiliki nilai yang sama dan tidak mengalami perubahan yang berarti, sehingga
dapat di katakan bahwa derajat keasaman yang berada pada lintasan penelitian di
katakan netral.
yang terlihat dari substrat atau tempat tinggal dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
3 Anadara pilula
Arcidae Pteriomorpha Anadara
4 Anadara notabilisa
37
menunjukan bahwa family yang memiliki jumlah sepsis terbanyak adalah Arcidae
spesis yang hidup di substrat yang berpasir yaitu, (Archaster typhicus, Hinea
38
Trisiodos tortuoso, A. notabilisa Saccostrea cucullata, Atrina pectinata , dan
Conus texite,
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas :Asteroidea
Ordo : Ophidlasteridae
Famili : Platyesterida
Genus : Archaster
39
4.4.2 Hinea brasiliana
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Planaxidae
Famili : Sorbeoconcha
Genus : Hinea
Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk anggota kelas
moluska Gastropoda. Dalam arti sempit, istilah ini diberikan bagi mereka yang
memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Dalam arti luas, yang juga
menjadi makna "Gastropoda", mencakup siput dan siput bugil (siput tanpa
menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies anggotanya setelah
Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda: dari parit hingga
40
gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah
hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau.
darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa
contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput kebun (Helix sp.), siput
Kingdom : Animalia
Filum : Molluska
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcidae
Famili : Pteriomorpha
Genus : Anadara
Anadara pilula memiliki tubuh pipih secara lateral dan seluruh tubuh
tertutup dua keping cangkang yang berhubungan di bagian dorsal de ngan adanya
hinge ligament yaitu semacam pita elastik yang terdiri dari bahan organik seperti
41
zat tanduk (conchiolin) sama dengan periostrakum, bersambungan dengan
Kingdom : Animalia
Filum : Moluskas
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcidae
Famili : Arcida
Genus : Trisidos
Trisidos tortuaosa terdiri dari dua tangkup simetris yang tersusun dari zat kapur
atau kalsium carbonat (CaCO3). Zat kapur tersebut tersusun dari tiga jenis bentuk
42
bagian yang menonjol tersebut terdapat lipatan berupa lempengan yang tajam dan
tersusun rapi. Bagian engsel (hinge) merupakan bagian ventral, sedangkan bagian
tepi yang menghadap ke atas atau bagian yang bebas merupakan dorsal. Pada
bagian ventral terdapat sebuah lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan perekat
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcidae
Famili : Pteriomorpha
Genus : Anadara
43
persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung kedua valve
tersebut.
Kerang darah mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan
menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada
bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan,
yaitu
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Ostreidae
Famili : Ostreoida
Genus : Saccostrea
44
Semua kerang ini bisa dikonsumsi dan masing-masing mempunyai
karakteristik rasa yang berbeda-beda, Tapi dari semua kerang yang tersebut diatas
maka kerang tiramlah yang mempunyai karakteristik cangkang yang keras yang
protein. Kebanyaan kerang jenis tiram hidup menempel pada bebatuan dan batang
batang pohon yang terendam air.sebagian besar siklus hidup kerang tiram berdiam
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Pinnidae
Famili : Ostreida
Genus : Atrina
45
Encerkan, rapuh, kulit berbentuk baji, menganga di pantat. Dewasa adalah
coklat kekuning-kuningan untuk hampir hitam dan agak tembus pandang ketika
cekungan ke arah marjin. Spesies kerang manuk (Atrina pectinata) sebagian pola
hidupnya di substrat berpaisr ada yang yang hidup di padang Lamun (Lind, 1985),
Kingdom : Animalia
Filum : Moluscha
Kelas : Gastropoda
Ordo : Conidea
Family : Conoidea
Genus : Conus
karakteristik spesis Conus texite termasuk dalam kelas Gastropoda yang memiliki
ciri ciri cangkang yang berbentuk spiral dan meliputi bagian tubuh keong,
cangkang tersebut berkmbang secara terpisah dan sama sekali tak sejalan dengan
46
ancaman mengintainya, kandungan primer dari cangkang ini adalah kalsium
karbonat yang cuku kuat buat melindungi dirinya dari sergpang predator alami.
(Gambar 19 )
0.39
0.27 0.28 0.24
dinyatakan dalam jumlah individu atau biomassa dari populasi dalam setiap unit
47
individu berdasarkan luas areal dalam suatu individu/m. Berdasarkan Gambar 16
di atas maka dapat dijelaskan bahwa kepadatan jenis tertinggi terdapat pada
spesies Hinea brasiliana dengan nilai 0,39 Ind/m2. Kemudian kepadatan jenis
tertinggi kedua terdapat pada Trisiodos tortuoso dengan nilai 0,28 Ind/m2.
dengan nilai 0,27 Ind/m2. Sedangkan Anadara pilula memiliki nilai 0,06 tertinggi
ke 4 dan nilai 0.02 yang sama yaitu spesies dengan nilai kepadatan jenis terendah
terdapat pada Saccostrea cucullata, Atrina pectinata dan Conus texite 0,02 Ind/m2
hidupnya.
Morsita berdasarkan petunjuk Krebs (1989) dalam Abubakar (2014) dapat dilihat
Morsita berdasarkan petunjuk Krebs (1989) dalam Abubakar (2014) dapat dilihat
48
Bentuk Pola
Indeks Sebaran Morisita
No Spesies Sebaran
ID MU MC IP
1 Archaster typhicus 1.48 0.612 1.533 0.499 Mengelompok
2 Hinea brasiliana 2.375 0.734 1.364 0.473 Mengelompok
3 Anadara pilula 6.66 1.019 3.770 0.589 Mengelompok
4 Anadara notabilisa 2.28 0.626 1.513 0.52 Mengelompok
5 Trisidos tortuaosa 1.66 0.561 1.602 0.501 Mengelompok
6 Saccostrea cucullata 20 9.093 14.852 1 Mengelompok
7 Atrina pectinata 20 9.093 14.852 1 Mengelompok
8 Conus texite 20 9.093 14.852 1 Mengelompok
Pola sebaran adalah kemampuan suatu organisme untuk berada pada suatu
tempat mengikuti model tertentu berdasarkan tingkah laku dan daya adaptasi
temukan di lokasi praktek, dari individu maupun jenis spesis semuanya menyebar
Pola sebaran yang seragam ini dibuktikan dari nilai ID<1 kemudian
dilanjutkan dengan uji lanjut untuk memperoleh nilai IP, hasilnya IP0.
Sedangkan pola sebaran yang acak dibuktikan dengan nilai ID=1 kemudian
populasi menyebar acak (Id = 1,0), dan hipotesis tandingannya yaitu populasi
49
menyebar secara mengelompok (Id 1,0), dan menyebar teratur (Id 1,0) dapat
homogen atau dengan kata lain Mengelompok dan tidak terjadi persaingan-
pada yang paling umum, hampir semua aturan, namun demikian apabila individu-
ukuran tertentu.
2
1.452
1.5
1 0.698
0.5 0.284
0
H C1 E
Makrozoobenthos
50
dikatakan baik bila memiliki keanekaragaman yang tinggi, jumlah organisme
yang banyak dan tidak terjadi dominasi dari salah satu atau beberapa jenis
dalam kriteria keanekaragaman jenis yang sedang dengan nilai (1.452), sedangkan
untuk indeks dominasi jenis memiliki nilai (C) yang mendekati 0 dengan nilai
(0.284), hal itu menandakan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi.
Kemudian untuk kemerataan jenis (E) pada lokasi praktikum tergolong dalam
kriteria kemerataan jenis yang sangat merata dengan nilai (0.698) (Lampiran 4).
rendah di dalam komunitas yang terkendali secara fisik maupun biologis serta
rendah, jika hanya terdapat beberapa jenis yang melimpah, dan sebaliknya suatu
Dari hasil analisis Indeks Dominasi maka dapat dijelaskan bahwa jenis
lamun pada lokasi praktikum tidak ada spesies yang mendominasi karena hasil
51
Odum, (1971) menjelaskan bahwa indeks dominasi adalah angka yang
menggambarkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya. Dominasi jenis dapat
1, jika C mendekati 0 berarti tidak ada spesies yang mendominasi dan apabila C
mendekati 1 berarti adanya salah satu spesies yang mendominasi dengan kriteria;
0,0 < C 0,5 (Dominansi rendah), 0,5 < C 0,75 (Sedang) dan 0,75 < C 1,0
(Tinggi).
Sedangkan untuk hasil Indeks Kemerataan jenis (E) pada lokasi praktikum
Hal ini sejalan pendapat (Odum, 1971) mengatakan bahwa semakin besar nilai
suatu indeks kemerataan (E) berarti semakin besar pula kemerataan jenis dalam
Dari hasil analisis data pada lampiran 08. spesies makrozoobenthos yang
52
gambar Matriks as0siasi antar jenis
dalam bentuk matriks di atas maka dapat dijelaskan bahwa terdapat pasangan
pasangan spesies yang berasosiasi membentuk pola asosiasi positif dan pola
asosiasi negatif
2 hit < 2 Tabel (H0 diterima). Hal ini didasarkan pada uji chi-quadrat yang
menunjukkan jika hipotesis 0 (H0) diterima berarti tidak terdapat asosiasi dan
sebaliknya jika uji chi-square menunjukan hipotesis 0 (H0) ditolak maka terdapat
Sedangkan pada tipe asosiasi ditentukan melalui uji lanjut (V) yang
didasarkan pada nilai akhir minus (-) untuk asosiasi negatif dan nilai akhir plus
(+) untuk asosiasi positif. Namun jika hasil uji lanjut V adalah 0, maka kedua
53
pasangan spesies bisa berasosiasi namun tidak saling menguntungkan dan tidak
Pada dasarnya deteksi asosiasi antara spesies diukur dari seberapa sering
didasarkan.
pada data ada suatu spesies dalam sampel (Krebs, 1972, dan Michael, 1984 dalam
Abubakar (2006).
spesies sering ditemukan bersama dalam lokasi yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa apabila kedua spesies ini hidup bersama-sama, keduanya akan bersimbiosis
bahwa kedua spesies jarang ditemukan bersama dalam lokasi yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa apabila kedua spesies ini hidup bersama-sama dalam satu
terhadap banyaknya spesies yang akan dijumpai pada satuan luas tertentu.
Asumsinya, pada skala ruang yang besar, maka kekayaan spesies akan tersebar
et al, 1998).
kekayaan spesies memperoleh nilai 10. Hasil ini didapat setelah banyaknya
54
banyaknya kuadran (19/20 = 0,95). Setelah itu nilai 0,95 dikalikan dengan
banyaknya spesies unik (0,95 x 2 = 3,8) dan kemudian dijumlahkan dengan total
spesies yang ditemukan (8 + 1,9= 9,9). Nilai 9,9 kemudian dibulatkan menjadi 10
(Lampiran 9).
55
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
0,02 Ind/m2.
jenis yang sedang dengan nilai (1.452 ), sedangkan untuk indeks dominasi
jenis memiliki nilai (C) yang mendekati 0 dengan nilai (0.284 ) , hal itu
56
kemerataan jenis (E) pada lokasi praktikum tergolong dalam kriteria
5.2. Saran
Dari hasil praktikum ini, maka kami selaku praktikan menyarankan agar
57
DAFTAR PUSTAKA
58
r. Afiati, N. 2007. Gonad Maturation of Two Intertidal Blood Clams
Anadara granosa (L.) and Anadara antiquata (L.) (Bivalvia: Arcidae) in
Central java. Journal of Coastal Development 10, (2): 105113.
s. Awang, A.J. Hazmi., A.B.Z. Zuki, M.M. Noordin, A. Jalila and Y.
Norimah. 2007. Mineral Composition of the Cockle (Anadara granosa)
Shells of West Coast of Peninsular Malaysia and Its Potential as
Biomaterial for Use in Bone Repair. Journal of Animal and Veterinary
Advances 6, (5): 591-594.
t. Bachok, Z., P. L. Mfilinge dan M. Tsuchiya. 2006. Food Sources of
Coexisting Suspension-Feeding Bivalves as Indicated by Fatty Acid
Biomarkers, Subjected to The Bivalves Abundance on a Tidal Flat.
Journal of Sustainability Science and Management. 1: 92-111.
u. Balai Riset Perikanan Laut, 2004 Musim Penangkapan Ikan di Indonesia.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 116hlm.
v. Baron, J. 2006. Reproductive Cycles of the Bivalvia Molluscs Atactodea
striata (Gmelin), Gafarium tumidum Roding and Anadara scapha (L.) in
New Caledonia, Australian Journal of Marine and Freshwater Research,
43(2) p. 393401.
w. Bayne, B.L 1976. Marine Mussel. Their Ecology Zoology and Fisiology.
Cambridge Univercity Press. Pp 17-18 p.
x. Bengen, D. G. 2009. Pentingnya Sumberdaya Moluska Dalam Mendukung
Ketahanan Pangan dan Penghela Ekonomi Perikanan. Makalah Seminar
Nasional Moluska ke-2 Bogor, 1112 Februari 2009. 18 hlm.
y. Broom, M. J. 1982. Analysis of the Growth of Anadara granosa (Bivalvia:
Arcidae) in Natural, Artificially Seeded and Experimental Populations.
Marine Ecology Progress Series (9): 69-79, 1982.
z. Broom, M. J. 1985. Biology and Culture of Marine Bivalves Molluscs of
The Genus Anadara. ICLARM Stud. Rev. 37p.
59
LAMPIRAN
Lampiran 1. Asosiasi Antar Jenis Organisme (Rondo,2004)
Plot
Lintasan Jenis Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Archaster typhicus 3 4 0 0 3 2 2 0 4 0 18
Hinea brasiliana 2 2 0 0 5 8 0 9 3 2 31
Anadara pilula 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2
Trisiodos tortuoso 2 5 0 0 6 3 2 4 0 0 22
1
Anadara notabilisa 0 2 2 3 4 4 0 0 2 2 19
Saccostrea cucullata 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2
Atrina pectinata 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2
Conus texite 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2
Jumlah 7 13 2 5 18 17 8 13 11 4 98
Jumlah Panjang
Kepadatan
No Spesies (Ind) lintasan
(Ind/m2)
(m2)
1 Archaster typhicus 27 100 0.27
60
5 A. notabilisa 24 100 0.24
6 S. Cucullata 2 100 0.02
7 pectinata 2 100 0.02
8 Conus texite 2 100 0.02
Jumlah 130
X
= =
A
6
27 =
= 100
100
= =
28
39 =
= 100
100
D = 0.28 Ind/m2
D = 0.39 Ind/m2
61
6). Jenis A. notabilisa
2
=
100
= D =0.02 Ind/m2
Lampiran 3.` Analisis Keanekaragaman Jenis (H), Indeks Dominasi (C), dan
Kemerataan Jenis (E).
Jumlah
No Spesies Ind/Jns
(X)
1 Archaster typhicus 27
2 Dendraster excentricus 39
3 dara notabilisa 6
4 Anadara notabilisa 28
5 Anadara pilula 24
6 Saccostrea cucullata 2
62
7 Atrina pectinata 2
8 Conus texite 2
Jumlah 130
= ( ) ( )
27 27
= ( ) ( )
130 130
= 0.118
6 6
= ( ) ( )
130 130
= 0.046 (0.046)
= 0.046 (3.079)
= 0.142
2). Dendraster excentricus
= ( ) ( )
4). Anadara (Cunearca)
39 39 = ( ) ( )
= ( ) ( )
130 130
= 0.3 (0.3) 28 28
= ( ) ( )
130 130
= 0.3 (1.204)
= 0.215 (0.215)
63
= 0.215 (1.537) = 0.330
2 2
24 24 = ( ) ( )
= ( ) ( ) 130 130
130 130
= 0.312 = 0.063
= ( ) ( )
= ( ) ( )
1 1
2 2 = ( ) ( )
= ( ) ( ) 31 31
130 130
= 0.063 = 0.063
64
Jumlah Total Keanekaragamanjenis (H')
= (0,046)2
= 0,043
= 0,002
= (0,215)2
= 0,9
65
= 0,046
2 2
=( ) =( )
24 2 2 2
=( ) =( )
130 130
= (0,185)2 = (0,015)2
= 0,034 = 0,023
2
=( )
2 2
=( )
130
= (0,015)2
6). S. Cucullata
= 0,023
2
=( )
2 2
=( )
130
= (0,015)2
= 0,023
66
() = 0.043 + 0.09 + 0.002 + 0.046 + 0.034 + 0.023 + 0.023 + 0.023
= 0.284
1.452
=
ln(8)
1.452
=
2.079
67
1. Jenis Archaster typhicus
Kuadran X X2
1 3 9
2 4 16
3 0 0
4 0 0
5 3 9
6 2 4
7 2 4
8 0 0
9 4 16
10 0 0
11 0 0
12 0 0
13 0 0
14 2 4
15 0 0
16 3 9
17 2 4
18 0 0
19 2 4
20 0 0
Jumlah 27 79
Dik :
Db = 20 1 = 19
Maka :
x 0,975 = 8.907
x 0,025 = 32.852
2
= x
( )2
68
79 27
= 20 x
(27)2 27
52
= 20 x 702
= 20 0.074
x2 0.975 n + xi
Mu = xi) 1
(2
8.907 20 + 27
=
27 1
15.907
=
26
= 0.612
x2 0.025 n + xi
Mc = ( )1
32.852 20 + 27
=
27 1
12.852 + 27
=
26
39.852
=
26
= 1.533
Diketahui : Id = 1.48
Mc = 1.533
id mc
Ip = 0,5 + 0,5 ( )
n mc
69
1.48 1.533
= 0,5 + 0,5 ( )
20 1.533
0.053
= 0,5 + 0,5 ( )
18.467
= 0,5 ( 0.003)
= 0,5 + (0.001)
Kuadran X X2
1 2 4
2 2 4
3 0 0
4 0 0
5 5 25
6 8 64
7 0 0
8 9 81
9 3 9
10 2 4
11 0 0
12 0 0
13 2 4
14 0 0
15 4 16
16 0 0
17 2 4
18 0 0
19 0 0
70
20 0 0
Jumlah 39 215
2
= x
( )2
215 39
= 20 x (39)2 39
176
= 20 x 1.482
= 20 118.758
x2 0.975 n + xi
Mu = xi) 1
(2
8.907 20 + 39
=
39 1
27.907
=
38
= 0.734
x2 0.025 n + xi
Mc = xi) 1
(2
32.852 20 + 39
=
39 1
12.852 + 39
=
38
71
51.852
=
38
= 1.364
Diketahui : Id = 2.375
Mc = 1.364
id mc
Ip = 0,5 + 0,5 ( )
n mc
2.375 1.364
= 0,5 + 0,5 ( )
20 1.364
1.011
= 0,5 + 0,5 ( 18.636)
= 0,5 (0.054)
= 0,5 + ( 0.027)
72
3. Jenis Anadara pilula
Kuadran X X2
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 2 4
10 0 0
11 0 0
12 0 0
13 2 4
14 2 4
15 0 0
16 0 0
17 2 4
18 0 0
19 0 0
20 0 0
Jumlah 6 16
2
=
( )2
16 6
= 20
(6)2 6
10
= 20
30
= 20 0.333
73
x2 0.975 n + xi
Mu = xi) 1
(2
8.907 20 + 6
=
6 1
5.093
=
5
= 1.019
x2 0.025 n + xi
Mc = xi) 1
(2
32.852 20 + 6
=
61
12.852 + 6
=
5
18.852
=
5
= 3.770
Diketahui : Id = 6.66
Mc = 3.770
id mc
Ip = 0,5 + 0,5 ( )
n mc
74
6.66 3.770
= 0,5 + 0,5 ( )
20 3.770
2.89
= 0,5 + 0,5 ( )
16.23
= 0,5 (0.178)
= 0,5 + (0.089)
75
4. Jenis Anadara notabilisa
Kuadran X X2
1 2 4
2 5 25
3 0 0
4 0 0
5 6 36
6 3 9
7 2 4
8 4 16
9 0 0
10 0 0
11 0 0
12 2 4
13 0 0
14 0 0
15 0 0
16 4 16
17 0 0
18 0 0
19 0 0
20 0 0
Jumlah 28 114
2
=
( )2
114 28
= 20
(28)2 28
86
= 20 756
= 20 0.114
76
x2 0.975 n + xi
Mu = xi) 1
(2
8.907 20 + 28
=
28 1
16.907
=
27
= 0.626
x2 0.025 n + xi
Mc = xi) 1
(2
32.852 20 + 28
=
28 1
12.852 + 28
=
27
40.852
=
27
= 1.513
Id = 2.28
Mc = 1.513
id mc
Ip = 0,5 + 0,5 ( )
n mc
2.28 1.513
= 0,5 + 0,5 ( )
20 1.513
77
0.767
= 0,5 + 0,5 ( 18.487)
= 0,5 (0.041)
= 0,5 + (0.020)
Kuadran X X2
1 0 0
2 2 4
3 2 4
4 3 9
5 4 16
6 4 16
7 0 0
8 0 0
9 2 4
10 2 4
11 0 0
12 0 0
13 3 9
14 0 0
15 0 0
16 0 0
17 2 4
18 0 0
19 0 0
20 0 0
Jumlah 24 70
78
2
=
( )2
7024
= 20 (24)2 24
46
= 20
552
= 20 0.083
x2 0.975 n + xi
Mu = xi) 1
(2
8.907 20 + 24
=
24 1
12.907
=
23
= 0.561
x2 0.025 n + xi
Mc = xi) 1
(2
32.852 20 + 24
=
24 1
12.852 + 24
=
23
36.852
=
23
= 1.602
79
Id = 1.66
Mc = 1.602
id mc
Ip = 0,5 + 0,5 ( )
n mc
1.66 1.602
= 0,5 + 0,5 ( )
20 1.602
0.058
= 0,5 + 0,5 ( )
18.398
= 0,5(0.003)
= 0,5 + (0.001)
80
6. Jenis Saccostrea cucullata
Kuadran X X2
1 0 -
2 0 -
3 0 -
4 0 -
5 0 -
6 0 -
7 2 4
8 0 -
9 0 -
10 0 -
11 0 -
12 0 -
13 0 -
14 0 -
15 0 -
16 0 -
17 0 -
18 0 -
19 0 -
20 0 -
Jumlah 2 4
2
=
( )2
4 2
= 20
(2)2 2
2
= 20
2
= 20 1
81
x2 0.975 n + xi
Mu = xi) 1
(2
8.907 20 + 2
=
2 1
9.093
=
1
= 9.093
x2 0.025 n + xi
Mc = xi) 1
(2
32.852 20 + 2
=
21
12.852 + 2
=
1
14.852
=
1
= 14.852
Id = 20
Mc = 14.852
id mc
Ip = 0,5 + 0,5 ( )
n mc
82
20 14.852
= 0,5 + 0,5 ( )
20 14.852
5.148
= 0,5 + 0,5 ( )
5.148
= 0,5 (1)
= 0,5 + (0.5)
83
Kuadran X X2
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 2 4
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
11 0 0
12 0 0
13 0 0
14 0 0
15 0 0
16 0 0
17 0 0
18 0 0
19 0 0
20 0 0
Jumlah 2 4
2
=
( )2
42
= 20 (2)2 2
2
= 20
2
= 20 1
84
x 2 0.975 n + xi
Mu =
(2xi) 1
8.907 20 + 2
=
2 1
9.093
=
1
= 9.093
x2 0.025 n + xi
Mc = xi) 1
(2
32.852 20 + 2
=
21
12.852 + 2
=
1
14.852
=
1
= 14.852
Id = 20
Mc = 14.852
85
id mc
Ip = 0,5 + 0,5 ( )
n mc
20 14.852
= 0,5 + 0,5 ( )
20 14.852
5.148
= 0,5 + 0,5 ( )
5.148
= 0,5(1)
= 0,5 + (0.5)
86
8. Jenis Conus texite
Kuadran X X2
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 2 4
8 0 0
9 0 0
10 0 0
11 0 0
12 0 0
13 0 0
14 0 0
15 0 0
16 0 0
17 0 0
18 0 0
19 0 0
20 0 0
Jumlah 2 4
2
=
( )2
42
= 20 (2)2 2
2
= 20 2
= 20 1
87
x 2 0.975 n + xi
Mu =
(2xi) 1
8.907 20 + 2
=
2 1
9.093
=
1
= 9.093
x2 0.025 n + xi
Mc = xi) 1
(2
32.852 20 + 2
=
21
12.852 + 2
=
1
14.852
=
1
= 14.852
Id = 20
Mc = 14.852
88
id mc
Ip = 0,5 + 0,5 ( )
n mc
20 14.852
= 0,5 + 0,5 ( )
20 14.852
5.148
= 0,5 + 0,5 ( )
5.148
= 0,5(1)
= 0,5 + (0.5)
1.
Hinea brasiliana
Archaster typhicus Jumlah
Ada Tidak ada
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
89
[20(|24 24| 10)2 ]
=
[(10)(10)(10)(10)]
[20(|0| 10)2 ]
=
10.000
[20 ( 10)2 ]
=
10.000
20(100)
=
10.000
2000
=
10.000
= 02
2.
Anadara notabilisa
Archaster typhicus Jumlah
Ada Tidak ada
2
[ (| | /2)2 ]
=
[( + )( + )( + )( + )]
90
[20(|(2.9) (8.1)| 20/2)2 ]
=
[(2 + 8)(1 + 9)(2 + 1)(8 + 9)]
[20(|18 8| 10)2 ]
=
[(10)(10)(3)(17)]
[20(|10| 10)2 ]
=
5100
[20 (20)2 ]
=
5100
20 (400)
=
5100
800
=
5100
= 1.569
3.
Ada a. = 6 b. = 4 = 10
Tidak ada c. = 2 d. = 8 = 10
Jumlah A+c=8 B + d = 12 = 20
2
[(| | /2)2 ]
=
[( + )( + )( + )( + )]
91
[20(|48 8| 10)2 ]
=
[(10)(10)(8)(12)]
[20(|40| 10)2 ]
=
9600
[20(50)2 ]
=
9600
20(2500)
=
9600
50000
=
9600
= 5.208
Maka: X2Hit > X2Tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((6.8) (4.2))
=
(6 + 4)(2 + 8)(6 + 2)(4 + 8)
(48 8)
=
(10)(10)(8)(12)
40
=
9600
40
=
97.979
92
4.
Anadara pilula
Archaster typhicus Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|5| 10)2 ]
=
[(10)(10)(9)(11)]
[20(15)2 ]
=
9900
20 (225)
=
9900
4500
=
9900
= 0.454
5.
Saccostrea cucullata
Archaster typhicus Jumlah
Ada Tidak Ada
93
Ada a=1 b=0 a+b=1
Jumlah a + c = 10 b + d = 10 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|10 0| 10)2 ]
=
[(1)(19)(10)(10)]
[20 ( 20)2 ]
=
1,900
20(400)
=
1,900
8000
=
1,900
= 4.210
Maka : X2hit > X2tab, Tolak H0 Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
94
(10 0)
=
(1)(19)(10)(10)
10
=
1.900
10
=
43.589
6.
pectinata
Archaster typhicus Jumlah
Ada Tidak Ada
Ada a=0 b = 10 a + b = 10
Jumlah A+c = 1 b + d = 19 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|10| 10)2 ]
=
1900
[20 (20)2 ]
=
1900
95
20 (400)
=
1900
8000
=
1900
= 4.210
Maka : X2hit > X2tab, Tolak H0 Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
(10 0)
=
(1)(19)(10)(10)
10
=
1.900
10
=
43.589
7.
Conus texite
Archaster typhicus Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
96
Diketahui: N = 20, Maka N < 30
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|10 0| 10)2 ]
=
[(10)(10)(1)(19)]
[20 ( 20)2 ]
=
1,900
20(400)
=
1,900
8000
=
1,900
= 4.210
Maka : X2hit > X2tab, Tolak H0 Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
(10 0)
=
(1)(19)(10)(10)
10
=
1.900
97
10
=
43.589
8.
Anadara notabilisa
Hinea brasiliana Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=3 b + d = 17 N = 20
[(| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|30 0| 10)2 ]
=
[(10)(10)(3)(17)]
[20(|30| 10)2 ]
=
5100
[20(40)2 ]
=
5100
20(1600)
=
5100
32000
=
5100
= 6.274
98
Diketahui : X2tab = X2(0,05;db=1) = 3,841
Maka: X2Hit > X2Tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((3.10) (7.0))
=
(3 + 7)(0 + 10)(3 + 0)(7 + 10)
(30 0)
=
(10)(10)(3)(17)
30
=
5100
30
=
71.414
9.
Trisiodos tortuoso
Hinea brasiliana Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
99
[(| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|20| 10)2 ]
=
9600
[20(30)2 ]
=
9600
20(900)
=
9600
18000
=
9600
= 1.875
10.
Anadara notabilisa
Hinea brasiliana Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=5 b + d = 15 N = 20
2
[(| | /2)2 ]
=
[( + )( + )( + )( + )]
100
[20(|56 6| 10)2 ]
=
[(10)(10)(9)(11)]
[20(|50| 10)2 ]
=
9900
[20(60)2 ]
=
9900
20(3600)
=
9900
72000
=
9900
= 7.272
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((7.8) (3.2))
=
(7 + 3)(2 + 8)(7 + 2)(3 + 8)
(56 6)
=
(10)(10)(9)(11)
50
=
9900
50
=
99.49
= 0,502 maka kedua spesies berasosiasi negatif
11.
101
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
[(| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|50| 10)2 ]
=
1900
[20(60)2 ]
=
1900
20(3600)
=
1900
72000
=
1900
= 37.894
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
102
((0.9) (1.10))
=
(0 + 1)(10 + 9)(0 + 10)(1 + 9)
(0 10)
=
(1)(19)(10)(10)
10
=
1900
10
=
1900
= 0,005 maka kedua spesies berasosiasi negatif
12.
Saccostrea cucullata
Hinea brasiliana Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
[(| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
103
[20(|0 1| 10)2 ]
=
[(1)(10)(1)(10)]
[20(|1| 10)2 ]
=
100
[20(11)2 ]
=
100
20(121)
=
100
2420
=
100
= 24.2
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((0.9) (1.1))
=
(0 + 1)(1 + 9)(0 + 1)(1 + 9)
(0 1)
=
(1)(10)(1)(10)
1
=
10
1
=
10
= 0,1 maka kedua spesies berasosiasi negatif
13.
104
Ada Tidak Ada
Ada a=0 b = 10 a + b = 10
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
[(| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|10| 10)2 ]
=
1800
[20( 20)2 ]
=
1800
20(400)
=
1800
8000
=
1800
= 4.444
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
105
((0.9) (10.1))
=
(0 + 10)(1 + 9)(0 + 1)(10 + 9)
(56 6)
=
(10)(10)(1)(19)
50
=
1900
50
=
43.589
= 1.147 maka kedua spesies berasosiasi positif
14.
Trisiodos tortuoso
Anadara notabilisa Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
[(| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|27| 10)2 ]
=
4896
106
[20( 37)2 ]
=
4896
20(74)
=
4896
1480
=
4896
= 0.302
15.
Anadara notabilisa
Anadara pilula Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|20| 10)2 ]
=
9600
[20( 30)2 ]
=
9600
107
20(900)
=
9600
18000
=
9600
= 1.875
16.
Saccostrea cucullata
Anadara pilula Jumlah
Ada Tidak Ada
Ada a =0 b =1 a+b=1
a+c=
Jumlah b+d=7 N = 20
3
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|0 3| 10)2 ]
=
[(1)(19)(3)(17)]
[20(|3| 10)2 ]
=
969
[20(13 )2 ]
=
969
20(169)
=
969
108
3380
=
969
= 3.488
17.
pectinata
Anadara pilula Jumlah
Ada Tidak Ada
Ada a=0 b=9 a+b=9
Tidak Ada c=1 d = 10 c + d = 11
Jumlah a+c=1 b + d = 19 N = 20
2
[ (| | 2 ) ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(48 10)2 ]
=
3246
[20(58)2 ]
=
3264
[20(3364)2 ]
=
3264
(3364)
=
3264
67280
=
3264
= 20.61
109
( )
=
( + )( + )( + )( + )
(3.16) (0.3)
=
(3 + 0)(1 + 6)(3 + 1)(0 + 6)
((48 0)
=
(3)(! 7)(4)(16)
48
=
3246
48
=
75.13
= 1.190
18.
Conus texite
Anadara pilula Jumlah
Tidak
Ada
Ada
Jumlah a+c=1 b + d = 19 N = 20
2
[ (| | /2)2 ]
=
[( + )( + )( + )( + )]
110
[20 (0.16)(3.1) 20(2)2 ]
=
[(0 + 3)(1 + 16)(0 + 1)(3 + 16)]
[20(|0 3| 10)2 ]
=
[(3)(17)(1)(19)]
[20(|7| 10)2 ]
=
969
[20(17)2 ]
=
969
20(289)
=
969
5.780
=
969
= 5.965
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((0.16) (3.1))
=
(0 + 3)(1 + 16)(0 + 1)(3 + 16)
(0 3)
=
(3)(17)(1)(19)
3
=
969
3
=
31.129
= 0.096
111
19.
Anadara notabilisa
Trisiodos tortuoso
Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=9 b + d = 11 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|12| 10)2 ]
=
9504
[20(22 )2 ]
=
9504
20(484)
=
9504
9680
=
9504
= 1.018
20.
Trisidos tortuosa
Saccostrea cucullata Jumlah
112
Ada Tidak Ada
Jumlah a + c =1 b + d = 19 N = 20
[(| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|12 0| 10)2 ]
=
[(8)(12)(1)(19)]
[20(|12| 10)2 ]
=
1824
[20(22)2 ]
=
1824
20(484)
=
1824
9680
=
1824
= 5.307
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
113
((0.9) (10.1))
=
(0 + 10)(1 + 9)(0 + 1)(10 + 9)
(56 6)
=
(10)(10)(1)(19)
50
=
1900
50
=
43.589
= 1.147 maka kedua spesies berasosiasi positif
114
21.
Atrina pectinata
Trisiodos tortuoso
Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|0 8| 10)2 ]
=
[(8)(12)(1)(19)]
[20(| 8| 10)2 ]
1824
[20( 18)2 ]
=
1824
20(324)
=
1824
20(6480)
=
1824
= 3.553
115
22.
Conus texite
Trisiodos tortuoso
Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=2 b + d = 18 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|11 7| 10)2 ]
=
[(8)(12)(2)(18)]
[20(|4| 10)2 ]
=
3,456
[20( 14)2 ]
=
3,456
[20( 196)2 ]
=
3,456
3.920
=
3,456
= 1.134
116
23.
Saccostrea cucullata
Trisiodos tortuoso Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20( 21)2 ]
=
1881
20(441)
=
1881
20(8820)
=
1881
= 4.689
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
117
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((1.11) (8.0))
=
(1 + 8)(0 + 11)(1 + 0)(8 + 11)
(11 8)
=
(9)(11)(1)(19)
1
=
361
1
=
19
= 19 maka kedua spesies berasosiasi negatif
24.
Saccostrea cucullata
Anadara notabilisa Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=1 b + d = 19 N = 20
2
[ (| | /2)2 ]
=
[( + )( + )( + )( + )]
[20(0.1)(9.1) 20(2)2 ]
=
[0 + 1)(1 + 10)(9 + 10)]
[20(10 91 10)2 ]
=
[(9)(11)(1)(19)]
[20(10 90_10)2 ]
=
1881
118
[20(5 10)2 ]
=
290
20(225)
=
290
450
=
209
= 21.531
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((0.10) (9.1))
=
(0 + 1)(1 + 10)(0 + 1)(1 + 10)
(0 19)
=
(1)(11)(1)(19)
9
=
209
9
=
14.456
= 0.622 maka kedua spesies berasosiasi negatif
119
25.
Conus texite
Anadara notabilisa Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=1 b + d = 19 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(10 90 + 10)2 ]
=
[(9)(11)(1)(19)]
[20(10 90_10)2 ]
=
1881
[20(100)2 ]
=
1881
20(10.000)
=
1881
200.000
=
1881
= 106.3
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
120
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((0.9) (9.10))
=
(0 + 9)(1 + 10)(0 + 1)(9 + 10)
(0 90)
=
(9)(11)(1)(19)
90
=
1881
90
=
3.370
= 26.706 maka kedua spesies berasosiasi negatif
26.
Atrina pectinata
Saccostrea cucullata Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=8 b + d = 12 N = 20
2
[ (| | /2)2 ]
=
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|0 1| 10)2 ]
=
[(1)(19)(1)(19)]
121
= [20(| 1| 10)2 ]
361
= [20(|1| 10)2 ]
361
[20( 121)2 ]
=
361
20(2.420)
=
361
= 6.703 BERASOSIASAI
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((0.18) (1.1))
=
(0 + 1)(1 + 18)(0 + 1)(1 + 18)
(0 1)
=
(1)(19)(1)(19)
1
=
361
1
=
19
= 19 maka kedua spesies berasosiasi negatif
122
27.
Conus texite
Saccostrea cucullata Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=1 b + d = 19 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|19 0| 10)2 ]
=
[(1)(19)(1)(19)]
[20(|19| 10)2 ]
=
361
[20( 29)2 ]
=
361
[20( 841)2 ]
=
361
16,820
=
361
= 46.59
123
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((1.19) (0.0))
=
(1 + 0)(0 + 19)(1 + 0)(0 + 19)
(19 0)
=
(1)(19)(1)(19)
19
=
361
19
=
19
= 1 maka kedua spesies berasosiasi negatif
28.
Conus texite
Atrina pectinata Jumlah
Ada Tidak Ada
Jumlah a+c=1 b + d = 19 N = 20
[ (| | /2)2 ]
2 =
[( + )( + )( + )( + )]
[20(|0 1| 10)2 ]
=
[(1)(19)(1)(19)]
124
[20(|1| 10)2 ]
=
361
[20(11)2 ]
=
361
[20( 121)2 ]
=
361
2420
=
361
= 6.703
Maka : X2Hit > X2tab = Tolak H0, Terima H1 ( Kedua spesies saling berasosiasi )
( )
=
( + )( + )( + )( + )
((0.18) (1.1))
=
(0 + 1)(1 + 18)(0 + 1)(1 + 18)
(0 1)
=
(1)(19)(1)(19)
01
=
361
1
=
19
= 19 maka kedua spesies berasosiasi negatif
125