Dua kelas obat yang digunakan dalam mengobati obesitas: anoreksian
(penekan nafsu makan) phentermine, diethylpropion, dan sibutramin, dan suatu penghambat lipase, orlistat. Phentermine dan diethylpropion diindikasikan untuk terapi jangka pendek obesitas. Sibutramin dan orlistat telah disepakati untuk digunakan berturut-turut hingga 2 dan 4 tahun.
A. Phentermin, diethylpropion, dan sibutramin
Phentermin menghasilkan kerja farmakologisnya dengan cara meningkatkan
pelepasan norepinefrin dan dopamin dari ujung saraf dan dengan cara menghambat ambilan kembali neurotransmiter dalam otak. Diethylpropion memiliki efek yang sama dengan norepinefrin. Sibutramin menghambat ambilan kembali sentral serotonin, norepinefrin, dan sedikit dopamin. Tidak seperti agen-agen lainnya, sibutramin tidak menyababkan pelepasan neurotransmiter.
1. Farmakokinetik
Informasi yang terbatas tersedia mengenai farmakokinetik phentermin. Durasi
aktivitas bergantung pada formulasi dan rute ekskresi utama melalui ginjal. Diethylpropion diabsorbsi secara cepat dan mengalami metabolisme lintas pertama yang luas. Banyak metabolit tersebut yang aktif. Diethylpropion dan metabolitnya diekskresikan terutama melalui ginjal. Waktu-paruh metabolit adalah 4-8 jam. Sibutramin mengalami demetilasi lintas-pertama menjadi metabolit aktif dibiotransformasikan lebih lanjut dalam hepar dan diekskresikan terutama dalam urin. Waktu paruh metabolit sekitar 15 jam.
2. Efek samping dan kontraindikasi
Semua penekan nafsu makan merupakan agen yang dikendalikan dengan
penjadwalan IV karena potensi ketergantungan atau penyalahgunaannya. Mulut kering, nyeri kepala, insomnia, dan obat-obat ini harus dihindari pada pasien dengan riwayat hipertensi, CVD, aritmia, gagal jantung kongestif, atau stroke. Selain itu, phentermine mengakibatkan gangguan katup jantung hipertensi dan pulmonal. Penggunaan bersama penekan nafsu makan dan penghambat monoamina oksidase harus dihindari. Sibutramine, juga harus dihindari pada pasien yang menggunakan penghambat serotonin selektif, seperti fluoxetine, agonis serotonin untuk migrain, seperti sumatriptan, begitu pula lithium, dextromethorphan, atau pentazocine. Interaksi antar-obat dapat terjadi ketika sibutramin diberikan dengan obat-obat penghambat CYP3A4, seperti ketoconazole, erythromicin, dan simetidin. Relevansi klinis interaksi-interaksi ini tidak diketahui.
B. Orlistat
Orlistat merupakan obat pertama dalam kelas obat-obat antiobesitas yang
dikenal sebagai penghambat lipase. Orlistat merupakan ester pentanoic acid yang menghambat lipase gaster dan pankreas sehingga menurunkan pemecahan lemak makanan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang dapat diabsorpsi. Absorpsi lemak menurun sekitar 30 persen. Kehilangan kalori merupakan penyebab utama kehilangan berat badan, tetapi efek samping gastrointestinal akibat obat juga dapat berperan dalam penurunan asupan makanan. Orlistat diberikan tiga kali sehari bersama makan. Efek samping tersering akibat orlistatat adalah gejala-gejala gastrointestinal, seperti bercak berminyak, kembung dengan muntah, urgensi fekal, dan peningkatan defekasi. Obat ini mengganggu absorpsi vitamin larut-lemak dan - karoten. Oleh sebab itu, pasien harus disarankan untuk menggunakan suplemen multivitamin yang mengandung vitamin A, D, E, dan K, serta -karoten. Suplemen vitamin tidak boleh digunakan dalam 2 jam setelah pemberian orlistat. Orlistat dikontraindikasikan pada pasien dengan sindrom malabsorpsi kronis atau kolestasis. Daftar Pustaka
Harvey R, A. Champe P, C. 2014. Farmakologi ulasan bergambar edisi 4. Penerbit