Anda di halaman 1dari 16

BAHAN PENSUSPENSI

Suspensi didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung bahan yang tidak

larut yang terbagi halus dalam medium cairan. Adanya bahan pensuspensi diperlukan

untuk mengatasi aglomerasi partikel terdispersi untuk meningkatkan viskositas

medium sehingga partikel lambat mengendap. Bahan pengemulsi dan bahan

pensuspensi digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasetikal yang elegan

untuk penggunaan oral, parenteral dan eksternal (RPS 18 th : 1304).

Bahan pensuspensi digunakan untuk meningkatkan viskositas dan

memperlambat sedimentasi. Formulator harus memilih bahan yang paling tepat, baik

digunakan tunggal maupun kombinasi dan pada konsentrasi yang tepat. Faktor

pertimbangan dalam pemilihan, meliputi kemampuan pensuspensi dalam sistem;

kompabilitas kimia dengan semua bahan, khususnya bahan obat; pengaruh pH dalam

obat; lamanya waktu untuk hidrasi; penampilan; sumber; kemampuan memproduksi

kembali dari batch to batch; dan harga (PDF Lieberman vol 2 : 161-166).

Kadang-kadang, diperlukan pertimbangan penggunaan bahan pensuspensi

untuk penyiapan beberapa sediaan suspensi awal untuk evaluasi stabilitas sebelum

memulai tes toksisitas. Farmasis harus mengetahui kemungkinan bahan tambahan ini

bereaksi dengan bahan bahan obat yang dievaluasi. Senyawa anionic larut air, seperti

Natrium karboksimetil sellulosa, asam alginate, karagen dan hidrokoloid lain,

meskipun umumnya dipertimbangkan inert, seringkali berekaksi dengan senyawa

obat dalam larutan. Karboksi metal cellulose dan karagen membentuk kompleks, atau
kemungkinan garam, dengan banyak bahan medicinal termasuk kokain.

Klorkromazin, benadril, quinine, klorpheniramin, neomycin, dan canamycyn. Dalam

beberapa contoh pembentukan kompleks memberikan stabilitas sistem. Jika masalah

ini dicurigai, penting untuk mengadakan tes yang sesuai untuk memastikan bahwa

interaksi tidak terjadi dalam sistem yang dievaluasi (RPS 18 th : 1304).

Bahan pensuspensi yang ideal sebaiknya memiliki sifat-sifat berikut (PDF

Lieberman vol 2 : 202) :

1. Menghasilkan struktur pembawa (pembawa berstruktur)

2. Memiliki viskositas yang tinggi dengan pengocokan rendah/ sedikit

3. Sebaiknya viskositasnya tidak berubah oleh temperatur atau pada saat

penyimpanan yang lama

4. Mampu menahan pengaruh elektrolit dan dapat digunakan pada rentang pH yang

luas

5. Menunjukkan yield stress

6. Dapat bercampur dengan bahan tambahan formula lainnya

7. Tidak toksik (non toksik)

Klasifikasi Bahan Pensuspensi

Bahan pensuspensi dibagi dalam kelas derivat selulosa, clays, gom alam, gom

sintetik, dan bahan miscellaneous.

1. Derivat selulosa

Derivat selulosa adalah bahan semisintetik dan memiliki sifat

reprodusibilitas yang baik dari batch to batch. Selain Na-CMC, bahan ini
nonionik dan, oleh karenanya, secara kimia cocok dengan banyak bahan.

Sebagian besar tersedia dalam beberapa tingkat viskositas yang berbeda. Bahan

ini biasanya memperlihatkan aliran pseudoplastis dan tidak memiliki nilai yield.

Bagaimanapun, mikrocrystallin dan serbuk selulosa tidak larut air dan

menghasilkan dispersi yang memperlihatkan aliran plastis dan memiliki nilai

yield.

Kombinasi digunakan untuk meningkatkan kemampuan dalam

pensuspensian. Mikrocrystallin selulosa telah digunakan dalam kombinasi dengan

hidroksi propil metilselulosa, Na-CMC dan metilselulosa. Kombinasi

mikrocrystallin selulosa dan Na-CMC digunakan secara luas. Dimana terdispersi

dalam air dingin dan membutuhkan waktu hidrasi yang sedikit. Adanya Na-CMC

cukup menambah struktur untuk menghambat sedimentasi. Dan pada konsentrasi

total dalam kombinasi di atas 1% menghasilkan gel tiksotropik. Adanya derivat

anionik memperluas kegunaan pada kisaran pH yang lebih besar.

Metilselulosa juga menghasilkan gel yang terdapat dalam beberapa tingkat

viskositas. Bahan ini larut dalam air dingin dan tidak larut dalam air panas. Bahan

ini terdispersi dalam air panas dan pengurangan temperatur melarutkan bahan ini.

Bahan-bahan dengan sifat dan kegunaan yang serupa dengan metilselulosa yaitu

etil metilselulosa dan etilhidroksietilselulosa.

Etilselulosa jarang digunakan sebagai bahan pensuspensi.

Hidroksimetilselulosa dilaporkan kurang memiliki kemampuan mensuspensi.


Na-CMC secara luas digunakan sebagai bahan pensuspensi. Karena Na-

CMC anionik maka inkomp dengan obat kation. Larutan biasanya pseudoplatis

tetapi pada tingkat tertentu menunjukkan tiksotropik. Hidroksipropil selulosa

adalah pseudoplastis pada perpotongan dan digunakan sebagai pelindung koloid.

Derivat selulosa yang larut air merupakan subjek degradasi mikroba dan

memerlukan pengawet.

2. Clays

Clay merupakan hidrat aluminium dan atau magnesium silikat yang dalam

hidrat air selanjutnya membentuk dispersi kolidal yang kental. Clay menunjukkan

tiksotropik dan sangat berguna untuk menstabilkan suspensi. Bahan ini terdispersi

dalam air dengan perpotongan tinggi untuk dispersi dan hidrasi yang optimum.

Clay stabil antara pH 9 dan 11 tetapi dapat digunakan kisaran yang lebih luas.

Etanol dan elektrolit dapat mengurangi viskositas bahan ini.

Magnesium aluminium silikat digunakan secara luas. Magnesium

aluminium silikat tidak berbahaya dan sering menghasilkan suspensi yang dapat

diterima daripada bahan suspensi yang lain. Bentonit diketahui karena

kemampuan mengembangnya. Konsentrasi yang sama dari bentonit dan Na CMC

dengan total 5% menghasilkan struktur pembawa yang baik dengan sifat

pseudoplastis dan tiksotropik. Hectorite memiliki kemampuan mengembang yang

lebih besar daripada bentonit tetapi memiliki kerugian dalam harga dan suplainya.

Atapulgitte, bentonit dan vegum dalam konsentrasi 0,1-1% digunkan sebagai


bahan pengflokulasi untuk membantu suspensi obat dalam basis sirup atau

sorbitol.

Silikon dioksida dan hidratnya, silika gel dipertimbangkan dalam bagian

ini karena merupakan koloidal alaminya sama dengan clay. Seperti clay bahan ini

tidak larut dalam air. Pada konsentrasi yang cukup mendispersi gel dan

menunjukkan tiksotropik. Bahan ini biasa digunakan dalam kombinasi bahan

pensuspensi lainnya, contohnya koloid silikon dioksida digunakan sendiri pada

konsentrasi 1%. Dilaporkan bahan pensuspensi tidak memuaskan untuk kapur dan

sulfametazin.

3. Gom Alam

Gom alam adalah bahan pensuspensi yang umum. Golongan ini termasuk

eksudat tanaman, bibit atau akar, dan ganggang laut. Bahan ini tidak toksik,

mudah didapat dan tidak mahal. Bahan ini larut air dan menghasilkan larutan

dengan viskositas tinggi. Kebanyakan bahan ini adalah anionik dan demikian

inkomp dengan bahan-bahan kationik. Bahan ini cocok untuk pertumbuhan

bakteri dan jamur. Dulu, banyak tanaman gum dan benih kacang polong impor

terkontaminasi berat dan mereka mengatasinya denagan penambahan pengawet.

Masalah ini tidak lagi terjadi saat ini. kerugian lainnya yaitu batch variasi warna,

viskositas, tahanan gel dan kecepatan hidrasi. Karena kerugian dan muatan

anionik gum alami ini, bahan lain seperti derivat selulosa lebih disukai.

Acasia, tragakan dan pektin digunakan sebagai bahan pensuspensi selama

bertahun-tahun. Larutan tragakan sangat kental dan digunakan untuk partikel


yang rapat. Terdapat beberapa tingkat viskositas yang berbeda. Pektin

viskositasnya rendah sehingga penggunaan bahan ini menurun . Guar gum dan

Locust bean gum adalah nonionik. Guar gum diketahui menghasilkan larutan

dengan viskositas sangat tinggi; Locust bean gum jarang digunakan karena

merupakan bahan pengental yang terbatas dan sifat pengembangnya pada suhu

kamar. Gum tamarind (asam) atau khususnya bibit tamarin polisakarida , jarang

digunakan dalam industri farmasetik meskipun bahan ini nonionik, mudah

tersdispersi dalam air dingin dan membentuk larutan yang kental pada konsentrasi

kurang dari 2 %. Bahan ini relatif tidak dipengaruhi oleh pH larutan.

Agar, alginate dan carrageenan merupakan ekstrak ganggang laut. Agar

resistan terhadap pertumbuhan mikroba dan meghasilkan gel yang keras. Bahan

ini telah digunakan untuk mensuspensikan Barium sulfat. Alginate membentuk

larutan dengan viskositas yang tinggi yang menunjukkan aliran newtonian pada

konsentrasi pada tabel. Bentuk Propilenglikol digunakan pada pH yang rendah

dan tersedia dalam tingkat dispersi dengan pengocokan yang kuat. Carragenan

larut dalam air dan anionik. Tersedia di pasaran, dalam tipe kappa, iota, dan

lambda. Tipe Kappa dan iota membentuk gel yang tiksotropik. Lambda

carregenan bukan gel.

Penggunaan xanthan gum meningkat untuk beberapa alasan. Merupakan

polisakarida alam dengan BM yang tinggi, dihasilkan dari fermentasi mikrobial

oleh organisme yang diisolasi dari tanaman Rutabaga. Keseragaman batch to

batchnya baik, sedikit bermasalah dengan kontaminasi mikroba karena luar biasa
resisten terhadap enzim, dan larut dala air panas dan dingin. Gum xanthan

umumnya berguna sebgai bahan pensuspensi karena shear-thinning atau sifat

pseudoplastis dan karena memiliki nilai yield (kombinasi menjadi sifat plastis).

Nilai yield yang tampak dari larutan 1% dilaporkan sebesar 20-50 dyne/cm2. Pada

rate of shear yang rendah tetapi cukup tinggi untuk melampaui nilai yield, larutan

memiliki viskositas yang tinggi. Pada shear rate yang tinggi seperti pencampuran

atau pemompaan, viskositas larutan rendah. Sifat lain dari gum xanthan yang

bermanfaat yaitu viskositas larutan yang hampir tidak bergantung pada pH dan

temperatur. Sebagai tambahan, bahan ini biasanya lebih resisten terhadap

degradasi atau fraktur shearing yang diperpanjang dibandingkan bahan

pensuspensi polimer.

4. Gom Sintetik

Bahan sintetik memiliki keuntungan keseragaman yang baik dalam batch-

batch dan tidak terkontaminasi mikroba. Carbomer luas digunakan karena

larutannya memiliki viskositas yang tinggi dan nilai yield. Pada konsentrasi di

atas 0,4% membentuk gel. Povidon, yaitu polivinilpirollidon, srharusnya

digunakan dengan bahan pensuspensi lain karena memiliki viskositas yang

rendah. Gum sintetik sering digunakan sebagai koloid pelindung.

5. Bahan miscellaneous

Pati tidak luas digunakan tetapi dievaluasi sebanding atau lebih baik

daripada bebrapa bahan pensuspensi, termasuk alginat, tragakan, dan magnesium

aluminium silikat. Glycyrrhizin dilaporkan memiliki sifat pensuspensi yang baik.


Larutannya pseudoplastis dan menunjukkan thiksotropik. Gelatin mungkin

anionik atau kationik, tergantung pada pH medium dan tipe gelatin. Interaksi

antara bahan ini dan obat telah diselidiki. Di bawah kondisi yang tepat, bahan ini

cocok dengan kebanyakan bahan. Bahan ini memiliki keuntungan tetapi kurang

seragam dalam batch per batch.

Pertimbangan dalam penggunaan bahan pensuspensi (Textbook of

Pharmaceutics; 342-343):

1. Komponen serbuk tragakan.

Ini dicampur dari serbuk tragakan, serbuk akasia, pati, dan sukrosa. Ini

digunakan dalam jumlah 25-200 mg untuk tiap 10 mL campuran. Ini hanya

dalam kasus pengecualian bahwa lebih dari 100 mg untuk tiap 10 mL

dibutuhkan.

Serbuk dicampur dalam sebuah mortar dengan bahan pensuspensi dan pembawa

ditambahkan dengan perlahan-lahan dengan triturasi.

2. Mucilago Tragakan, BPC.

Ini digunakan dalam jumlah sampai 1 mL untuk tiap 10 mL campuran

tergantung pada berat dari bahan tidak larut yang disuspensikan.

3. Na CMC, BPC.

Ini berguna dalam pemilihan variasi viskositas, tergantung pada derajat

polimerisasi. Viskositas menengah dipilih untuk serbuk pensuspensi dalam

campuran dan digunakan dalam konsentrasi 0,25-1%. Ini tidak digabungkan

dalam cara yang sama seperti komponen serbuk tragakan.


4. Serbuk Tragakan.

Ini kurang memuaskan sebagai bahan pensuspensi karena bertanggung

jawab pada koagulasi yang sukar diarahkan penggumpalannya yang dicampur

sangat baik dengan serbuk tidak larut sebelum penambahan pembawa. Jika resep

dalam kombinasi dengan cairan alkohol, tragakan dapat dibuat dalam mucilago

atau penambahan cairan alkohol dalam botol kering, penambahan sejumlah

besar semua pembawa cair sekaligus dan pengocokan kuat.

5. Cairan dalam Campuran.

Setelah volume cairan telah diukur, ukuran seharusnya dicuci dengan

beberapa pembawa dan pencucian ditambah pada campuran sebelum pengaturan

volume. Untuk mengukur volume secara tepat, meniscus dasar seharusnya dalam

garis dengankenaikan pada ukuran dan ini seharusnya diluruskan dengan tanda

penglihatan pada ukuran.

Jika cairan kental tidak digabungkan dalam campuran ini seharusnya diukur dan

kemudian diencerkan dalam ukuran dengan beberapa pembawa dan campuran

dengan tongkat gelas sebelum memindahkan dari ukuran. Ukuran seharusnya

setelah dibersihkan dengan beberapa pembawa. Bagaimanapun, gliserin atau

sirup jika dikombinasi dengan bahan-bahan tidak larut, seharusnya tidak terlalu

encer dalam ukuran, jika ditambah serbuk dalam mortar, mereka membantu

dalam menghasilkan pasta bebas dari gumpalan dan ini dapat kemudian

diencerkan dengan pembawa untuk menghasilkan suspensi seragam.


Cairan menguap seperti komponen spirit orange, seharusnya selalu ditambahkan

terakhir untuk mencegah hilangnya bahan-bahan menguap.

6. Padatan Larut dalam Campuran.

Jika ada cukup air untuk melarutkan bahan-bahan secara sempurna,

larutan dapat dibuat dalam campuran dengan penggunaan tongkat pengaduk.

Larutan seharusnya disaring melalui gelas kapur dan penyaring dicuci dengan air

sebelum dibuat sampai volumenya.

Kristal besar seperti fero sulfat seharusnya diserbuk dan dilarutkan dalam

mortar. Besi dan amonium sitrat dapat dilarutkan lebih cepat jika ditambahkan

air dalam ukuran, sebagian kecil pada suatu waktu dengan pengadukan konstan.

7. Larutan Stok.

Untuk kebaikan dalam dispersi, larutan dari garam-garam terlarut yang

stabil mungkin segera dibuat. Bagaimanapun, larutan dari beberapa garam

mungkin menjadi besar terkontaminasi dengan bakteri dan jamur jika disimpan

untuk lebih dari beberapa hari.

8. Penggunaan Panas

Beberapa bahan-bahan terlarut hanya lambat laju larutnya oleh karena itu

mungkin ditambahkan oleh penggunaan panas. Perhatian harus dijamin bahwa

ada cukup tersedia air dalam campuran untuk menjaga bahan tetap dalam

larutan, dan larutan seharusnya dibiarkan sejuk pada suhu kamar sebelum

pengaturan volume akhir. Jika bahan berada dalam lebih dari kelarutannya, akan

mengkristal ketika larutan dingin dan mungkin membentuk massa kristal pada
dasar botol. Metode yang disetujui dengan bahan yang melebihi kelarutannya

digambarkan dibawah

Air panas seharusnya tidak digunakan untuk bahan-bahan yang terurai

hanya pada temperatur sedang, misalnya bicarbonat. Juga tidak pada bahan-

bahan yang mudah menguap.

9. Substansi yang melebihi kelarutannya.

Bahan-bahan diserbukkan sehalus mungkin pada mortir dan ditriturasi

dengan sejumlah bahan pembawa dingin. Suspensi lalu dipindahkan pada botol

yang sebelumnya telah dikalibrasi lalu mortir dibilas dengan sejumlah bahan

pembawa dingin. Campuran diberi label kocok dahulu.

10. Bahan-bahan dosis kecil.

Jumlah yang paling kecil yang dapat ditimbang adalah 50 mg dan bila

memungkinkan kadang bisa dibuat triturat cair untuk mencapai jumlah yang

dibutuhkan.

Contoh

Hyoscine hidrobromida 0,5 mg

Air chloroform ad 5 ml

Buat 100 ml

Hyosine hidrobromida mudah larut dalam air. Jumlah yang diinginkan adalah

0,5 x 20=10 mg. Timbang 50 mg; larutkan dalam 100 ml kloroform. Ambil 20

ml larutan ini dan larutkan dengan kloroform sampai 100 ml.


11. Bahan yang tidak larut

Untuk padatan yang tidak larut, prosedur umumnya yaitu dengan

mengurangi ukuran menjadi serbuk halus pada mortir. Serbuk kemudian

ditriturasi menjadi kream halus dengan sejumlah kecil dari bahan pembawa lalu

dilarutkan secara bertahap dengan penambahan sekitar 2 sampai 3 bagian bahan

pembawa yang diperlukan. Suspensi lalu dipindahkan pada botol yang

sebelumnya telah dikalibrasi dan campuran dicukupkan volumenya dengan sisa

bahan pembawa, cuci mortir dengan penambahan berturut-turut sejumlah kecil

bahan dan tambahkan sejumlah besar bahan persiapan. Jika sirup atau gelatin

tersedia dalam campuran, dilarutkan dengan sejumlah kecil bahan pembawa dan

gunakan untuk membentuk krim lembut utama.

Metode ini dapat diaplikasikan pada campuran yang mengandung serbuk

sayur dan obat padat yang dapat berdifusi seperti magnesium karbonat, Mg

trisilikat, kaolin dll

12. Bahan larut dengan padatan yang tidak larut

Bahan larut kadang dapat dicampur dengan serbuk tidak larut pada mortir

sebelum penambahan bahan pembawa. Bagaimanapun selalu digunakan

sebagian bahan untuk melarutkan dan gunakan larutan untuk triturasi bahan

yang tidak larut pada mortir

13. Bahan yang tidak dapat berdifusi

Bahan yang tidak dapat tinggal dalam suspensi dengan cukup panjang

untuk dosis yang dapat diukur secara akurat harus disuspensikan dengan bahan
pensuspensi. Substansi yang diiginkan termasuk sulfanamida, aspirin, dan

phenacetin. Cortikosteroid seperti hidrokortison asetat mungkin kadang

diberikan resep sebagai suspensi untuk pemberian anak-anak tetapi lebih dipilih

bahan yang memiliki kemampuan seperti mencukupi dan memungkinan bentuk

tablet, dengan instruksi dapat dihancurkan dan dicampur dengan madu atau sirup

sebelum pemberian.

Prosedur umum untuk bahan yang tidak dapat berdifusi yaitu dengan

mengurangi ukuran menjadi serbuk halus pada mortir. Serbuk kemudian

ditriturasi dengan bahan pensuspensi (biasanya tragakan, atau Na CMC) dan

bentuk krem lembut dengan sejumlah kecil bahan pembawa. Perlu diingat,

bahan pembawa ditambahkan secara bertahap.


BAHAN PENSUSPENSI

OLEH

KELOMPOK VI

YULIA HAMANTO (H 511 03 047)


EMMILIA THIEOS (H 511 03 048)
IRMA IRIANI (H 511 03 049)
NUR MUTHIAWATI (H 511 03 051)
IRNAYANTI (H 511 03 052)
ZULHAJSYIRAH (H 511 03 054)
SUYONO (H 511 03 055)
ARNOLD SAPUTRA (H 511 03 056)
A. TASYUNI (H 511 03 058)
DEWI ARIESINTHA P (H 511 03 059)
ISMAIL (H 511 03 060)
YULIANI PATABANG (H 511 03 061)

JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2005
.

Anda mungkin juga menyukai