PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
diberi ASI secara eksklusif dari lahir hingga usia enam tahun dan dilanjutkan
enterokolitis nekrotik, otitis media, dan sepsis onset lambat pada bayi preterm.
(Becker, et al., 2009) Alveoli pada kelenjar mammae manusia dilapisi oleh
myoepitel yang terdiri dari serabut otot polos berkontrasi dan mengekspulsi ASI
dari alveoli ke duktus ASI dan mengalami ejeksi ASI. (Creasy, et al., 2014)
Tidak semua bayi bisa mendapat ASI baik karena penyakit atau
Selain kelainan pada bayi, ibu juga dapat mengalami masalah dalam
ASI dan penerimaan oleh ibu dapat bervariasi sesuai dengan metode yang
dari ASI dapat dipengaruhi oleh frekuensi pengekspresian, dan bahkan kualitas
sering kali hanya berfokus pada volume yang dihasilkan pada waktu yang sangat
singkat, dan hanya beberapa laporan saja yang melaporkan dampak stimulasi
pada proses menyusui dalam jangka panjang. (Becker, et al., 2009) Diperlukan
adanya tinjauan bukti lebih lanjut mengenai metode stimulasi ASI selain dengan
payudara (laktosit). (Creasy, et al., 2014) Laktogenesis dapat dibagi menjadi dua
laktogenesis I dapat tidak sempurna pada ibu yang melahirkan bayi preterm,
meski demikian laktasi masih dapat tercapai dengan baik pada kelompok ini.
(Edmonds, 2007)
tidak dimetabolisme dalam darah dan dibuang melalui urin. Karena payudara
adalah sumber utama pada tubuh, konsentrasi laktose pada urin dapat
sangat bervariasi diantara wanita dan terjadi paling cepat pada minggu ke-10
kehamilan dan paling lambat pada minggu ke 22. Perubahan laju ekskresi laktose
Dimulainya sekresi ASI yang banyak disebut sebagai laktogenesis II. Ini
dapat dirasakan sebagai payudara terasa penuh baik secara tiba-tiba atau
secara bertahap selama periode waktu tertentu. Sensasi ini terjadi antara 24 dan
102 jam setelah melahirkan dengan rerata 59 hingga 64 jam, dan terjadi lebih
cepat pada wanita multipara daripada primipara. Ini dapat menjadi saat yang
tidak nyaman bagi ibu dimana payudara membesar, menjadi keras dan sangat
Laktogenesis II adalah tahap paling penting dari laktasi dimana tahap ini
mengiringi kelahiran untuk memberikan bayi yang baru lahir energi, nutrisi, serta
berubah secara drastis. Perubahan ini terjadi dalam 5 hari pertama setelah
prolaktin yang berperan pada sel kelenjar dari payudara untuk menstimulasi
pada sel myoepitelial untuk menginduksi refleks ejeksi ASI. Meski kedua
stimuli taktil namun menjadi lebih sensitif segera setelah persalinan. Adaptasi
fisiologis ini memastikan adanya stimuli neurologis aferen yang memadai dari
Gambar 2.2 Jalur stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin (Creasy, et al., 2014)
dari payudara ke bayi. Refleks ejeksi ASI dimediasi oleh pelepasan oksitosin dari
yang berada di sekitar kelenjar yang mensekresikan ASI dan juga mendilatasi
duktus dengan bekerja pada sel otot yang berada longitudinal terhadap dinding
duktus. Kontraksi ini maka memiliki efek ganda yaitu mengeluarkan ASI dari
kelenjar dan membebaskan aliran ASI dengan adanya duktus yang terdilatasi. Ini
input sensorik misalnya pada saat ibu melihat bayinya, atau mendengar bayinya
menangis. Oksitosin memiliki waktu paruh yang sangat singkat pada sirkulasi dan
dilepaskan dari kelenjar pituitari posterior secara pulsatil. Kadar oksitosin yang
Gambar 2.3 Pola pulsatil pelepasan oksitosin akibat adanya tangisan (C) dan hisapan (S) bayi
(Edmonds, 2007)
Refleks ejeksi ASI dapat diinhibisi oleh stres emosional dan hal ini dapat
kepercayaan diri ibu dan memastikan fiksasi dan hisapan yang benar pada
payudara. Jika ASI tidak secara efektif dikeluarkan dari payudara tiap kali
menyusui, maka akan terjadi inhibisi pada laktopoiesis dan pada akhirnya
let down karena proses ini mengganggu dengan pelepasan oksitosin. Kadar
laktasi dibandingkan dengan wanita non laktasi sebagai respon terhadap stres.
Gambar 2.4 Skema stimulus dan efek pada oksitosin dan prolaktin (Creasy, et al., 2014)
BAB 3
Terkadang suplai ASI yang rendah dapat disebabkan karena bayi tidak
menghisap puting dengan baik maupun posisi bayi yang kurang baik. Pemberian
ASI pada satu payudara saja dapat membat payudara yang lain penuh dengan
Posisi dan fiksasi bayi yang benar saat menyusui akan membuat ASI
mengalir banyak tanpa harus banyak ASi yang keluar dan terbuang percuma,
dimana bayi akan menelan ASI dengan mudah dalam jumlah yang cukup dan
pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. (Roesli,
sering kali hanya berfokus pada volume yang dihasilkan pada waktu yang sangat
singkat, dan hanya beberapa laporan saja yang melaporkan dampak stimulasi
Sugestif)
pada kesehatan. Studi ini mengamati kadar oksitosin dan hormon lainnya. Studi
oksitosin dan reduksi dari asetilkolin, nitrit oksidase dan beta endorfin. (Morhenn,
et al., 2012) Oksitosin secara hormonal memiliki efek untuk menstimulasi ejeksi
ASI dan kontraksi uterin. Selain itu, oksitosin juga dapat memberikan efek
tubuh terhadap produksi ASI secara langsung. Namun dalam prakteknya dikenal
sebuah metode pijat yang dapat membantu pengeluaran ASI yaitu metode
SPEOS yang merupakan kombinasi antara pijat endorphin, pijat oksitosin dan
2014):
pangkuan pasien. Jika kondisi tidak ada kursi dan tempat bersandar, ibu
3) Pada saat duduk minta ibu pusatkan pandangan atau perhatian pada
satu titik atau benda terus menerus hingga terasa kelopak mata semakin
terpejam. Nikmati santainya raga dan jiwa. Teknik ini disebut fiksasi mata.
dimulai dari leher ke punggung (kiri dan kanan) secara bersamaan dimulai
dari atas kemudian kebawah, keatas lagi ke samping lengan dan tangan
fokus dan relaks sebelum kita memasukan sugesti positif. Bantu dengan
kata kata jika ada pikiran datang, sementara biarkan saja. Suara apa
Key point : ini merupakan gabungan pijat endorphin dan tahapan awal
servik) dengan menggunakan kedua ibu jari yang diposisikan pada garis
kearah atas dengan teknik yang sama. Lakukan sebanyak 2 kali atau
dirasa cukup.
kata relaksasi ini membuat saya merasa tenang, damai, dan kelembutan
yang terasa di seluruh tubuh serta pikiran. Saya akan mampu menyusui
bayi saya dengan lancar, lebih mudah dan berbahagia, ASI saya akan
keluar melimpah dan tak ada yang dapat menghalangi bunda dalam
memberikan ASI.
Gambar 3.2 Teknik pijat oksitosin pada tulang vertebra (Mas'adah, 2015)
8) Sambil terus memberikan sugesti positif, Lakukan hal yang sama
dengan mengganti pijatan ibu jari dengan menggunakan ruas buku jari
keatas dan kebawah secara berlawanan antara tangan kiri dan kanan.
3.2.2 Akupuntur
sebagian dan masih diperdebatkan. Namun, secara khusus, tindakan ini dapat
melibatkan aktivasi jalur oksitosinergik. Studi yang lebih lanjut diperlukan untuk
Dewey (2001) meneliti efek stres maternal dan fetal pada laktogenesis.
yang memadai dan manajemen menyusui yang tepat, banyak ibu tidak memiliki
akses terhadap pedoman laktasi yang memadai serta dukungan bagi mereka
meningkatkan aliran ASI dari kelenjar-kelenjar penghasil ASI. Teknik ini dapat
Gambar 3.3 Teknik kompres hangat payudara untuk menstimulasi produksi ASI (Mas'adah,
2015)
menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah
Gambar 3.4 Teknik perawatan payudara dengan melakukan pemijatan (Mas'adah, 2015)
Ini merupakan teknik kombinasi cara memerah ASI dan memijat payudara
sehingga refleks ejeksi ASI dapat optimal. Teknik ini bertujuan untuk
mengosongkan ASI dari duktus laktiferus yang pada akhirnya akan merangsang
Gambar 3.5 Cara stimulasi ASI menggunakan teknik Marmet (Roesli, 2009)
mengalir dari payudara ke pompa. Tekanan suction dengan cara ini sulit untuk
dikontrol. Alat pompa manual ini tersedia dengan pompa satu tangan atau dua
tangan
pompa. Tekanan suction dapat diatur dan waktu siklus pompa pada merk tertentu
dapat diatur;
pompa. Tekanan suction dapat diatur dan waktu siklus pompa pada merk tertentu
dapat diatur.
a) b)
c)
Gambar 3.6 Berbagai macam alat penstimulasi ekspresi ASI. a) pompa manual; b) pompa
Dari berbagai jenis pompa di atas, tidak ada satupun pompa yang dapat
berhasil pada semua ibu dan semua keadaan. Untuk mendapatkan kuantitas ASI
dengan berbagai cara tetap memerlukan refleks ejeksi ASI yang efektif. (Becker,
et al., 2009)
penggunaan ekspresi tangan atau pompa dapat memiliki efek negatif akibat
adanya kontaminasi bakteri pada ASI. Kejadian ini menyebabkan kematian bayi
atau bayi mengalami necrotizing enterocolitis dan sepsis. Meski demikian pada
penelitian Boo, tidak semua bayi mendapat ASI, beberapa bayi hanya mendapat
susu formula. Penelitian Boo dihentikan lebih awal karena tingginya tingkat
penyimpanan ASI, atau alat pemberian ASI, dan dari ibu atau orang yang
membandingkan pompa manual dan elektrik. Dalam studi ini pompa elektrik
dapat digunakan secara berkala atau secara simultan. Frekuensi pompa yang
direkomendasikan diantara lima studi yang ditinjau memiliki variasi berkisar dari
4 hingga 12 kali per hari. Meski demikian rekomendasi frekuensi tidak tercapai
Tabel 3.1 Frekuensi pompa yang direkomendasikan dan rerata pompa yang dicapai oleh
sampel studi
Hormon prolaktin mempromosikan produksi ASI dan oksitosin
pompa, dan faktor lain juga dapat secara berbeda mempengaruhi pelepasan dan
berbeda. Pada kebanyakan studi yang ditinjau Cochrane, disarankan bagi ibu
agar terus melakukan pompa hingga aliran ASI berkurang atau berhenti. Variasi
alami ibu pada aliran ASI dapat menjadi faktor perancu, terutama dengan waktu
KESIMPULAN
Oksitosin menginduksi terjadinya refleks ejeksi ASI dimana terjadi kontraksi dari
sel myoepitelial yang berada di sekitar kelenjar yang mensekresikan ASI dan juga
mendilatasi duktus
Terkadang suplai ASI yang rendah dapat disebabkan karena bayi tidak
menghisap puting dengan baik maupun posisi bayi yang kurang baik. Posisi dan
fiksasi bayi yang benar saat menyusui akan membuat ASI mengalir banyak tanpa
komersil. Meski demikian tidak ada satupun pompa yang dapat berhasil pada
pompa, dan faktor lain juga dapat secara berbeda mempengaruhi pelepasan dan
Oksitosin, dan Sugestif). Kedua teknik telah secara rutin dilakukan di Indonesia
Becker, McCormick & Renfrew, 2009. Method of milk expression for lactating
women (Review). Cochrane Library, 2009(1).
Bonuck, K. A., Trombley, M., Freeman, K. & McKee, D., 2005. Randomized,
Controlled Trial of a Prenatal and Postnatal Lactation Consultant
Intervention on Duration and Intensity of Breastfeeding up to 12 Months.
Pediatrics, 116(6), p. 1413.
Johns, H. M., Forster, D. A., Amir, L. H. & McLachlan, H. L., 2013. Prevalence
and outcomes of breast milk expressing in women with healthy term
infants: a systematic review. BMC Pregnancy and Childbirth, 2013(13), p.
212.
Labiner-Wolfe, J., Fein, S. B., Shealy, K. R. & Wang, C., 2008. Prevalence of
Breast Milk Expression and Associated Factors. Pediatrics, 122(S2), p.
563.
Mas'adah, 2015. Teknik Meningkatkan dan Memperlancar Produksi ASI pada Ibu
Post Sectio Caesaria. [Online]. Available at: http://poltekkes-
mataram.ac.id/cp/wp-content/uploads/2015/08/siap-terbit-prima-
masadah.pdf [Accessed 20 5 2016].
Morhenn, V., Beavin, L. E. & Zak, P. J., 2012. Massage Increase Oxytocin and
Reduce Adrenocorticotropin Hormone in Humans. Alternative Therapies,
18(6), p. 11.
Roesli, U., 2009. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda.