Anda di halaman 1dari 8

Refleksi Diri – Tahap 2 Magang 2 - Divisi NO

Nama :SERAVINA ADILA IZZATI


NIM :168070600111006
Asal :Universitas Brawijaya

Selama 2 bulan saya magang sebagai (stase II NO) banyak sekali yang bisa saya dapatkan,
walaupun pada era BPJS ini jumlah pasien yang berkunjung semakin sedikit, tidak membuat saya merasa
rugi. Justru dengan berkurangnya pasien saya mengambil sisi positifnya yaitu, saya bisa lebih
mempelajari secara mendetail kondisi klinis dari masing –masing pasien.
Salah satu contohnya adalah pasien saya, Ny.N beliau berusia 44 tahun, saat itu pasien
berprofesi sebagai karyawan di perusahaan rokok. Saat datang ke poliklinis pasien mengeluh pandangan
tidak bisa melihat secara mendadak saat bangun tidur 7 hari sebelum pasien datang ke poli. Dari
anamnesis tidak didapatkan keluhan mata sebelumnya, pandangan dobel (-), nyeri saat melirik (-),
merah (-), pusing (-), mual (-), muntah (-). Dari kondisi sistemik yang lain pasien memiliki riwayat
Diabetes Mellitus yang baru diketahui beberapa bulan terakhir, dengan GDS terakhir ada 340 mg/dl.
Dari pemeriksaan tajam pengelihatan didapatkan visus OD 6/7,5 ph (-) dan visus OS LP (-). Selanjutnya
pada pemeriksaan segmen anterior mata kanan dalam batas normal, sedangkan untuk mata kiri pada
pupil didapatkan RAPD (+), tidak ada hambatan dan nyeri pada pergerakan bola mata. Pada
pemeriksaan segmen posterior dengan menggunakan funduskopi direk didapatakan pada mata kiri,
fundus reflek (+), media jernih, PN II: bentuk bulat ; batas kabur pada bagian superior-inferior-nasal;
elevasi 2D; warna hiperemi; c/d ratio sulit untuk dievaluasi; peripapil haemorrhage (+), Vasa :
perbandingan A/V 1/3 dengan sklerotik dan crossing, Retina : eksudat (+), haemorrhage (+) bentuk
flame shaped. Pemeriksaan segmen posterior pada mata kanan didapatkan Vasa : perbandingan A/V
1/3 dengan sklerotik dan crossing, Retina : eksudat (+), haemorrhage (+) bentuk flame shaped, lain –lain
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fungsi PN II pada mata kanan tidak didapatkan kelainan
sedangakan pada mata kiri tidak dapat dilakukan karena keterbatasan visus pasien. Dilakukan beberapa
pemeriksaan penunjang pada pasien, seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan OCT. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan gula darah yaitu (GDP : 241 / 2HPP :318/ HBA1c :
13,3% ). Pada pemerikasaan OCT didapatkan penebalan RNFL mata kiri dengan nilai rata-rata 290μm.
Selanjutnya setelah saya melakukan pemeriksaan terhadap pasien tersebut, saya mengalami
keraguan dalam mendiagnosis, karena pasien tersebut dirujuk ke RSSA dengan diabetic papilopathy,
tetapi melihat dari visus pasien tidak mendukung kearah tersebut. Kemudian saya berfikir apakah
mengarah ke iskemik, dengan visus yang turun secara signifikan kondisi iskemik yang memungkinkan
adalah AAION, tetapi saya kembali ragu karena dari anamnesis yang saya lakukan tidak ada yang
mengarah ke diagnosis AAION. Sehingga dengan pertimbangan visus turun yang mendadak secara
signifikan saya memutuskan untuk mendiagnosis pasien ini dengan OS edema papil ec papilitis dd
diabetic papilopathy + ODS HT Retinopathy KW III. Karena saya masih ragu dengan diagnosis saya maka
saya mendiskusikan dengan SPV dan beliau setuju dengan diagnosis saya. Tetapi saya kembali
menanyakan dengan tidak didapatkan keluhan nyeri melirik apakah pada pasien ini bisa disebut sebagai
atypical papilitis. Kemudian saya diberikan penjelasan oleh SPV saya bahwa tidak semua papilitis disertai
dengan nyeri melirik, dan kita bisa sebut suatu atypical papilitis apabila pada pada pasien tidak
memberikan respon terhadap pengobatan steroid, atau papilitis yang disebabkan kondisi lain misalnya
VKH. Dari penjelasan yang diberikan oleh beliau saya mulai memahami kondisi yang dialami oleh pasien
tersebut.
Selanjutnya pasien mendapatkan advis untuk dirawat inapkan, dan mendapatkan terapi berupa
IV metilprednisolon 4x250mg, inj neurobion 1x1, inj ranitidine 2x1, peroral kalk 1x1, dan pasien
dikonsulkan ke TS IPD terkait pemberian metilprednisolon dosis tinggi. Pada awalnya saya bertanya-
tanya dalam hati mengapa pasien dengan visus LP(-) harus di mrs kan ?, sebelum saya bertanya kepada
SPV saya , saya mecari jurnal terkait hal tersebut. Tidak banyak jurnal yang menjelaskan kondisi
tersebut, tetapi saya menemukan satu jurnal yang menjelaskan bahwa usia serta durasi memiliki
pengaruh yang penting terhadap prognosis tajam pengelihatan, dan dijelaskan juga bahwa sekalipun
pasien dengan LP (-) masih memiliki harapan untuk kembali melihat. Keesokan harinya saya kembali
memastikan kepada SPV saya terkait jurnal yang saya baca, beliau menjelaskan bahwa selama PN II masi
dalam kondisi yang viable masih ada harapan untuk mengembalikan visus. Selain itu, papilitis berbeda
dengan Traumatic Optic Neuropathy (TON), pada TON memiliki golden period 2x24jam sedangkan pada
papilitis tidak memiliki golden period. Sehingga patokan yang bisa diambil adalah kondisi PN II yang
masih viable atau tidak, selama masih viable maka masih ada tempat untuk pemberian IV
Metilprednisolon.
Hari terakhir pasien mendapatkan inj metilprednisolon, visus pasien tidak mengalami perbaikan,
dan dari keluhan subjektif pasien merasa pandangan masih gelap. Lagi –lagi saya mendapatkan
pelajaran, karena setelah visus diulang oleh SPV saya ternyata tajam pengelihatan pasien maju menjadi
1/300. Dari situ saya belajar bahwa apa yang dirasakan pasien harus digali sedetail mungkin, karena apa
yang menjadi persepsi kita belum tentu sama dengan persepsi yang dirasakan oleh pasien. Selanjutnya
pasien diperbolehkan pulang pemberian steroid dilanjutkan peroral 60mg-0-0. Saat ini pasien sudah 2x
kontrol ke poli dengan tajam pengelihatan yang semakin membaik yaitu 2/60 dengan kondisi PN II batas
tegas, warna agak hiperemi, dengan c/d ratio 0,4, tidak lagi didapatkan elevasi dan pasien saat terakhir
kontrol pasien masih melanjutkan pengobatan steroid oral dengan dosis 40mg-0-0.
Dari satu pasien banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil, mulai dari mendiagnosis pasien,
terapi yang diberikan, prognosis sampai keluhan subjektif pun bisa kita ambil pelajaran. Satu hal yang
pasti saya ingat pasti sekecil apapun hasil apa yang akan didapatkan dari terapi yang kita berikan kepada
pasien lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan, karena harapan kecil itu sangat berarti untuk pasien.
Saya pun sebagai PPDS harus selalu meningkatkan pengetahuan saya, baik dengan banyak membaca
maupun berdiskusi dengan senior dan supervisor.

Wassalam,

Seravina Adila Izzati


RESUME LOGBOOK/PORTOFOLIO

Nama : Seravina Adila Izzati


Institusi : Universitas Brawijaya

DAFTAR KASUS MATA SESUAI STANDAR KOI


No Divisi Jenis Kasus Jumlah Jumlah Yang
Minimal Didapatkan
1. Kornea & EED Kasus Ocular Inflammation and Infection 30 30
Kasus Infeksi dan inflamasi sistem lakrimal 3 3
Kasus Selulitis Preseptal 2 2
Kasus Uveitis 5 5
Kasus Skleritis 2 2
Kasus Unusual infection etiology for posterior 2 2
uveitis
Pemeriksaan Penunjang Dry Eye 20 20
2. Refraksi, Lensa Pemeriksaan Refraksi Subjektif 100 100
Kontak dan Low Pemeriksaan Retinoskopi 50 50
Vision Membuat resep kacamata kelainan refraksi 20 63
sederhana
Fitting Lensa Kontak 20 2 (demo
teaching)
Kasus Low Vision 20 2
3 Katarak dan Pemeriksaan Pasien Katarak 300 300
Bedah Refraktif Pemeriksaan Biometri 50 50
Pemeriksaan USG 10 15
Pemeriksaan Keratometri 50 50
Pemriksaan Interferometri - 20
Operasi Katarak ECCE/SICS/Phaco 60 70
Nd-Yag Kapsulotomi 2 1
4. Glaukoma Melakukan Tonometri Aplanasi 100 100
Gonioskopi 50 50
Perimeteri pasien glaucoma 50 50
Retinometri 20 20
Interpretasi hasil OCT 50 50
Pemeriksaan Funduskopi direk/indirek - 100
Iridotomi laser/iridektomi 2 2 (Observer)
Trabekulektomi 2 2 (Observer)
5. ROO Pemeriksaan Kelopak Mata 20 20
Menangani Kasus Oklusi dan/orbita/lakrimalis 20 20
Kasus operasi rekonstruksi 20 25
Kasus operasi tumor 20 25
Melakukan audit terhadap outcome 4 5
Melakukan penatalaksanaan pasien dengan 2 2
TED
Berpartisipasi aktif, atau melakukan asistensi 1 1
pada kasus operasi levator
Penatalaksanaan rupture bola mata atau - 1
adnexa
6. Retina, Vitreus Kasus Ablasio 10 10
dan Uvea Kasus Penyakit Vaskular Retina 20 20
Kasus penyakit makula 20 20
Kasus ablasio retina kompleks 2 2
Pemeriksaan oftalmologi direk dan indirek - 100
Interpretasi FFA 10 10
Melakukan laser PRP 10 10
Interpretasi b.scan USG 10 15
Melakukan injeksi intravitreal 10 4
7. Neuro- Kelainan pupil diskus optikus (Inflamasi, toksik, 10 10
oftalmologi iskemik, kompresi)
Kelainan visual pathway retrobulbar 5 5
Kasus motor neuroparesis 10 10
Kasus myasthenia gravis 2 2
8. Oftalmologi Kasus leukokoria 5 5
pediatric dan Kasus Retinopathy of premturity 2 2
strabismus Kasus strabismus horizontal 2 2
Pemeriksaan gerak dan kedudukan bola mata 10 10
Pemeriksaan BSV 20 20
FDT 10 10
Kasus Motorneuroparesis 2 2
Kasus glaucoma kongenital/juvenile 2 2
Kasus strabismus vertical 1 1
Mendiagnosis dan melakukan tatalaksana 10 10
amblyopia
Kelainan yang berhubungan dengan sistemik 2 2
(TORCH,TB,JRA)
Berpartisipasi aktif dan/asistensi pada 10 10
pemeriksaan/skrining ROP

JUMLAH TINDAKAN
No Tindakan Jumlah
1. Operasi Katarak 70 (Operator)
2. Eksisi Pterigium + CLG 11 (Operator)
3. Eksisi Pterigium + BS 4 (Operator)
4. Ekstraksi Corpal Cornea 15 (Operator)
5. Insisi Hordeolum + Kalazion 5 (Operator)
6. Amnion Graft transplantation 2 (Operator)
7. Eviscerasi 2 (Operator)
8. Enukleasi 1 (Operator)
9. Hecting Palpebra 2 (Operator), 2(Asisten)
10. Repair Kanalikuli 2 (Asisten)
11 Hecting Ruptur kornea dan eksplorasi 1 (Operator)
12. Eksisi tumor 4 (Asisten)
13. DCR 2 (Asisten)
14. Horizontal thightening 1 (Asisten)
15. Scleral Buckle 1 (Operator)
16. Laser Retina PRP 10 (Operator)
17. I/A sisa masa lensa 1 (Operator)
18. Injeksi intravitreal 4 (Operator)
19. Injeksi peribulbar 2 (Operator)
20. Resep Kacamata 63
21. Recess-Resect 2 (Observer)
22. Trabekuletomu 2 (Observer)

JUMLAH TINDAKAN DIAGNOSTIK


No Tindakan Jumlah
1. USG 30
2. OCT 50
3. Retinometri 20
4. Biometri 50
5. Interpretasi FFA 10
6. Keratometri 50
7. Gonioskopi 50
8. Perimetri 50
9. Tonometri Aplanasi 100
10. Refraksi Subjektif 100
11. Retinoskopi 50

JUMLAH PEMERIKSAAN PASIEN RAWAT JALAN


No Unit Jumlah
1. Rekonstruksi dan Onkologi Orbita 191
2. Pediatric Opthalmology dan Strabismus 460
3. Glaukoma 492
4. Infeksi dan Imunologi 706
5. Katarak dan Bedah Refraktif 597
6. Neuro-Ophthalmology 261
7. Vitreoretinal 623
8. Refraksi 221

KARYA ILMIAH
No Jenis Ilmiah Tanggal Judul
1 Sari Pustaka 1 3 November 2016 Perkembangan Tajam Pengelihatan dan Binocular
Single Vision pada Anak
2 Sari Pustaka 2 3 Oktober 2017 Penatalaksanaan Edema Makula Kistoid Paska
Operasi Katarak
3 Bedah Jurnal 1 18 April 2017 Pemeriksaan stereotes sebagai sarana skrining
strabismus : Manakah pilihan yang terbaik?
4. Bedah Jurnal 2 2 Januari 2018 Perbandingan Efektivitas dan Toleransi Pasien
antara Nepafenac dengan Ketorolac pada
Penanganan Inflamasi Okuler Paska Operasi
Katarak:Meta-analisis dengan Randomized
Controlled Trials
5. Laporan Kasus 2 7 Agustus 2018 Manajemen glaukoma sekunder sudut tertutup
akibat uveitis disertai seklusio pupil dan katarak
komplikata
6. Tinjauan Kepustakaan 13 Desember Efektivitas infliximab dibandingkan gevokizumab
2018 untuk terapi Ocular behcet disease
7. Proposal Penelitian 30 September Hubungan Antara Aktivitas Lupus Eritematosus
2019 Sistemik (Les) Dengan Manifestasi Segmen
Posterior Pada Mata
8. E-Poster Presentation 6 Maret 2019 Succesful Managaement of Secondary Angle
(APAO 2019) Closure Glaucoma due to Uveitis with Secluded
Pupil and Complicated Cataract
KEGIATAN ORGANISASI

No Tanggal Tempat Acara Keterangan


1. 27-27 September The Singhasari PIT Perdami ke-42 Sie Ilmiah
2017 Resort
2. 13 -14 Juli 2018 Hotel Harris Malang Ophthalmology Sie Ilmiah
Malang Integrated Meeting 3
3. 24 November RS Saiful Continuing Vitreo Retina Sie Ilmiah
2018 Anwar Medical Education
Malang
4. Februari – Juli RS Saiful Chief of Resident
2019 Anwar
Malang
5. Januari 2018 - RS Saiful Koordinator Ilmiah PPDS
Januari 2019 Anwar
Malang

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Mata Universitas Brawijaya

dr. Anny Sulistyowati, Sp.M(K)


NIP. 196011031987092001

Anda mungkin juga menyukai