Repair Of Laceration Involving Lid Margin, Partial-Thickness (8.

82)
Repair Of Laceration Involving Lid Margin, Full-Thickness (8.84)

1. Pengertian
Tindakan operatif laserasi palpebra yang dibagi menjadi berdasarkan kedalaman serta lokasi
trauma yaitu:
a. Laserasi tanpa keterlibatan margo palpebra
b. Laserasi dengan keterlibatan margo palpebra
c. Laserasi dengan keterlibatan system lakrimal
2. Indikasi
Trauma yang mengakibatkan disrupsi struktur dan fungsi palpebra dan menyebabkan gangguan
anatomis dan fungsi, laserasi palpebra >2mm.
3. Kontra Indikasi
Kontraindikasi absolut (-)
4. Persiapan
4.1. Persiapan Alat dan Bahan
4.1.1.Betadine terdilusi
4.1.2.Doek steril
4.1.3.Blepharospat (di dalam hecting cornea set)
4.1.4.Pinset Anatomis
4.1.5.Benang absorbable (silk 6.0), vicryl 6-0, nonabsorbable (prolene 6-0)
4.1.6.Salep antibiotika/kombinasi antibiotika dan steroid
4.1.7.Pinset anatomis / forceps 0.5 mm (di dalam hecting cornea set)
4.1.8.needle holder (di dalam hecting cornea set)
4.1.9.Gunting Benang (di dalam hecting cornea set)
4.1.10. Electrocauter (Jika Diperlukan)
4.1.11. Lidi kapas
4.1.12. Cottonbud steril
4.1.13. Salep mata antibiotika
4.1.14. Kassa steril
4.1.15. Hypafix
4.1.16. Corneal shields (bila ada)
4.1.17. Handshchoen steril (sesuai ukuran operator dan asisten)
4.1.18. Cuching
4.1.19. Bengkok
4.1.20. Spuit 10 cc
4.1.21. Spuit 23 G
4.1.22. Ringer lactate solution

4.2. Persiapan Penderita

4.2.1.Penderita dan keluarga diberikan penjelasan tentang teknik operasi dan resiko
komplikasi sesuai dengan surat persetujuan Tindakan
4.2.2.Diberikan antibiotic profilaksis, anti tetanus tetagam apabila ada indikasi gigitan hewan
atau trauma akibat benda teroksidasi
4.2.3.Imaging CT scan bila perlu
4.2.4.Pasien dipuasakan dan dikonsulkan ke bagian terkait
 4.2.5.Dilakukan pemeriksaan ulang tekanan darah dan pemeriksaan oftalmologis

5. Prosedur Tindakan
Laserasi Palpebra dengan keterlibatan margo palpebra
1. Memberikan penjelasan ulang tentang prosedur tindakan kepada pasien
2. Cuci tangan, pakai sarung tangan steril dan jubah operasi
3. Penderita tidur terlentang di meja operasi dan diberikan anestesi general
4. Desinfeksi lapangan operasi dengan campuran betadine solution 5% dan NaCl 0,9% 1:1
5. Pasang doek steril
6. Eksplorasi dan debridement luka dengan pinset anatomis, aposisikan tepi luka hingga
bertemu antara lash line, gray line, dan meibomian line
7. Rawat perdarahan dengan lidi kapas atau cottonbud steril,
8. Hidrasi kornea sesekali
9. Jahit tepi luka menggunakan benang silk 6.0 (absorbable) dengan teknik simple
interrupted suture dari masing masing posisi anatomis (gray line-gray line, lash line-
lashline, meibomian line-meibomian line, dan pastikan continuitas dari marker anatomis
dan jangan disimpul
10. Jahit pada partial thickness di tepi tarsus denngan simple interrupted suture dengan
vicryl 6-0, simpeul dan potong pendek
11. Satukan benang pada tepi margo dengan benang 6-0 silk dekat dengan lash line (lihat
gambar C)
12. Jahit luka pada kulit dengan simple interrupted suture
13. Oles salep Antibiotik
14. Tutup dengan kassa dan hypafix

6. Pasca Prosedur Tindakan

6.1. Cuci dan bersihkan seluruh alat menggunakan cairan RL dan kassa kemudian disterilkan
(diserahkan kepada petugas instrument OK)
6.2. Memberikan penjelasan tentang perawatan paska operasi kepada pasien dan keluarga
6.3. Memastikan obat post operatif sudah diberikan kepada pasien

7. Komplikasi
7.1. Cedera pada kornea
7.2. Permukaan kelopak irregular
7.3. Infeksi
7.4. Lagoftalmus
7.5. Woun dehiscence
7.6. trichiasis

8. Kepustakaan
8.1. American Academy of Ophthalmology Staff. Orbit, Eyelids and Lacrimal System. Basic and
Clinical Course. Section 7. San Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2011-2012
8.2. Kanski, J. Clinical Ophthalmology A Systematic Approach. Seventh Edition. Elsevier
Saunders. Elsevier 2011.
8.3. Cochran ML, Czyz CN. Eyelid Laceration. [Updated 2021 Jul 19]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470367/