Dokumen - Tips - Tugas Cpob Validasi
Dokumen - Tips - Tugas Cpob Validasi
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1. Apakah yang dimaksud dengan kualifikasi dan validasi?
2. Bagaimanakah konsep validasi dan kualifikasi ?
3. Apa sajakah jenis jenis kualifikasi dan validasi ?
4. Bagaimanakah kriteria validasi ?
2
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
1. Kualifikasi
Kualifikasi adalah proses pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang
menunjukan kelayakan suatu peralatan, fasilitas, sistem penunjang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan. Sehingga secara konsisten dapat menghasilkan
produk dengan standar mutu yang yang telah ditetapkan. Sedangkan validasi
adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan,
proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan
dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
Validasi meliputi validasi proses, validasi prosedur pemeriksaan dan validasi
pembersihan. Sebelum melakukan sistem validasi maka terlebih dahulu dilakukan
kualifikasi jadi validasi dapat dilakukan jika semua kualifikasi sudah dilaksanakan
(BPOM, 2006).
2. Validasi
Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode
dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi dilakukan bila ada
perubahan yang mempengarui produk secara langsung (major modification),
produk baru atau produk lama dengan metode baru, exiting dan legacy product.
2. DOKUMENTASI
Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan
validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh kepala
bagian manajemen mutu ( pemastian mutu). Protokol validasi hendaklah merinci
langkah kritis dan kriteria penerimaan. Hendaklah dibuat laporan yang mengacu
pada protokol kualifikasi atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang
diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan
rekomendasi perbaikan . tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam
protokolhendaklah didokumentasikan dengan perimbangan yang sesuai. Setelah
kualifikasi selesai dilaksanakan hendaknya diberikan persetujuan tertulis untuk
dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi selanjutnya.
a. Validasi prospektif
Validasi prospektif hendaknya mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut :
Uraian singkat suatu proses
8
b. Validasi konkuren
Validasi yang diilaksanakan sambil melaksanakan produksi rutin untuk dijual
dan sesuai dengan protokol. Misal terjadi perubahan pabrik pembuat eksipien
dengan spesifikasi yang sama , perubahan mesin dengan spesifikasi yang sama.
Dalam hal tertentu, produksi rutin dapat dimulai tanpa lebih dulu menyelesaikan
program validasi. Keputusan untuk melakukan validasi konkuren hendaknya
dijustifikasi, didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen
Mutu.
c. Validasi retrospektif
Validasi ini hanya dapat dilakukan untuk proses yang telah mapan, namun
tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau
peralatan. Validasi proses hendaklah didasarkan pada riwayat produk. Tahap
validasi memerlukan pembuatan protokol khusus dan laporan hasil kajian data
untuk mengambil kesimpulan dan rekomendasi. Sumber data hendaklah
mencakup, tetapi tidak terbatas pada catatan pengolahan bets dan catatan
pengemasan bets, rekaman pengawasan proses, buku log perawatan alat, catatan
penggantian personil, studi kapabilitas proses, data produk jadi termasuk catatan
data tren dan hasil uji stabilitas. Pada umumnya validasi retrospektif memerlukan
9
data dari 10 30 bets berurutan untuk menilai konsistensi proses, tapi jumlah bets
yang lebih sedikit dimungkinkan bila dapat dijustifikasi.
d. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas
prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan
pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada
bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat
dicapai dan diverifiksi. Hendaklah digunakan metode analisis tervalidasi yang
memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas deteksi masing
masing metode analisis hendaklah cukup peka untuk mendeteksi tingkat residu
atau cemaran yang dapat diterima.
Biasanya validasi prosedur pembersihan dilakukan hanya untuk
permukaan alat yang bersentuhan langsung dengan produk. Interval waktu antara
penggunaan alat dan pembersihan hendaklah divalidsi. Prosedur pembersihan
untuk produk dan proses yang seupa dapat dipertimbangkan untuk memilih suatu
rentang yang mewakili produk dan proses yang serupa. Satu studi validasi dapat
dilakukan menggunakan pendekatan kondisi terburuk dengan memperhatikan isu
kritis. Validasi in hendaklah dilakukan dengan melaksanaka prosedur tiga kali
berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa metode
tersebut telah tervalidasi.
Uji sampai bersi (last until clean) bukan merupakan satu-satunya pilihan
untuk melakukan validasi pembersihan. Dalam keadaan tertentu produk yang
mempunyai sifat fisika kimia yang sama dapat digunakan untuk simulasi
menggantikan suatu produk dengan syarat bahan pengganti tidak beracun atau
berbahaya.
e. Validasi ulang
Validasi ulang mungkin diperlukan dalam kondisi, sebagai berikut :
Perubahan sintesis bahan aktif.
Perubahan komposisi produk jadi.
Perubahan metode analisa.
10
E. KRITERIA VALIDASI
1. Akurasi
11
Akurasi adalah kesesuaian hasil uji yang didapat dari metode tersebut dengan
nilai yang sebenarnya, dengan kata lain akurasi ukuran ketepatan dari hasil suatu
metode analitik. Akurasi sering dinyatakan sebagai persen perolehan kembali
(recovery) dari suatu pengujian terhadap penambahan sejumlah analit dengan jumlah
yang diketahui, syarat dari perolehan kembali adalah 95 %-105 % (USP,1995).
2. Presisi
Presisi adalah kedekatan beberapa nilai pengukuran seri sampel yang homogen pada
kondisi normal (sampel yang sama dan diuji secara berurutan), dan penentuan presisi
ini pada umumnya mencakup pemeriksaan:
Repeatibility
Dinyatakan sebagai hasil presisi dibawah perlakuan yang sama (analisa dan alat
yang sama) dalam interval waktu pemeriksaan yang singkat.
Intermediate precision
Dilakukan dengan cara mengulang pemeriksaan tersebut dengan menggunakan
alat yang berbeda, hari yang berbeda,analis yang berbeda dan sebagainya.
Reproducibility
Dinyatakan sebagai presisi yang diperoleh dari hasil pengukuran pada
laboratorium yang berbeda (USP,1995).
3. Spesifisitas
Kemampuan metode analisa untuk membedakan senyawa yang diuji dengan
derivat / metabolitnya atau ukuran spesifisitas metode analisa.
4. Batas deteksi (LOD)
Batas deteksi adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh yang masih
dapat dideteksi atau jumlah analit yang terkecil yang dapat memberikan respon yang
signifikan dibandingkan blanko tanpa adanya pengaruh dari alat (USP,1995).
5. Batas kuantitas (LOQ)
Batas Kuantitas adalah konsentrasi analit yang dapat ditetapkan dengan
presisi/repeatibilitas yang masih dapat diterima pada kondisi pengujian tertentu. Limit
kuantitas adalah parameter penetapan kadar untuk konsentrasi terendah dari bangunan
matrik contoh dan biasanya digunakan untuk menentukan impurity bagi produk yang
tidak bagus (USP,1995).
6. Linearitas
12
Linieritas adalah kemampuan dari suatu metode uji untuk menghasilkan hasil
uji yang proporsional terhadap kepekatan analit dalam contoh dalam jangkauan
kepekatan tertentu. Lineritas suatu metode dapat diperoleh dengan memplot hasil uji
terhadap kepekatan analit, biasanya ditetapkan dengan perhitungan garis regresi
dengan metode least square (kuadrat terkecil) dari hasil uji terhadap kepekatan analit.
Slope dari garis regresi terhadap variabel menghasilkan perhitungan matematik dari
linearitas (USP,1995).
7. Rentang
Berkaitan dengan linearitas untuk mengetahui kuantitas yang terukur
proporsional melalui rentang / batas minimum sampai maksimum terhadap kadar
senyawa uji dalam sample.
1. PENGENDALIAN PERUBAHAN
Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci langkah yang diambil jika
ada usul perubahan terhadap bahan awal , komponen produk, peralatan proses,
lingkungan kerja, metode produksi atau pengujian ataupun perubahan yang
berpengaruh terhadap mutu atau reprudusibilitas proses. Prosedur pengendalian
perubahan hendaklah memastikan bahwa data pendukung cukup untuk menunjukan
bahwa proses yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk sesuai mutu yang
diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Semua usul perubahan yang dapat mempengaruhi mutu produk atau
reprodubilitas proses hendaklah secara rsmi diajukan, didokumentasikan dan
disetujui. Kemungkinan dampakperubahan fasilitas , sistem dan peralatan terhadap
produk hendaklah dievaluasi , termasuk analisis resiko. Hendaklah ditentukan
kebutuhan dan cakupan untuk melakukan kualifikasi dan validasi ulang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, hal 113-122, BPOM RI, Jakarta.
Anonim, 2009, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2006, hal
501-505, BPOM RI, Jakarta.
Priyambodo, B., 2007. Manajemen Industri Farmasi, Global Pustaka Utama,: Yogyakarta.