Anda di halaman 1dari 47

GEOMORFOLOGI DAN HIDROLOGI KARST

BAHAN AJAR

OLEH:

Eko Haryono
Tjahyo Nugroho Adji

KELOMPOK STUDI KARST


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii

BAGIAN 1. GEOMORFOLOGI KARST


Pengertian Dasar 1
Karstifikasi 1
Faktor Karstifikasi .. 1
Klasifikasi Karst . 3
Klasifikasi Cvijik . 3
Klasifikasi Gvozdeckij 3
Klasifikasi Sweeting .. 3
Tipe Karst Yang Lain . 5
Doline 7
Bentuk Doline . 7
Genetik Doline . 9
Doline Majemuk .. 10
Morfometri Doline .......... 11
Polje .... 12
Morfologi Mikro . 13

BAGIAN 2. HIDROLOGI KARST


Pendahuluan . 17
Akuifer Karst .. 19
Perbedaan Utama Akuifer Karst Non Karst .. 20
Sistem Hidrologi Akuifer Karst 24
Muka Airtanah Karst . 26
Hukum Aliran di Akuifer Karst . 29
Imbangan Air di Akuifer Karst . 30
Survey Hidrologi di Karst . 31
Teknik Survey dan Eksplorasi 33
Teknik Pelacakan Airtanah Karst .. 35
Analisis Mataair Karst . 38
Hidrograf Mataair Karst .. . 41
Analisis Kemograf Mataair Karst . 44

ii
PENGERTIAN DASAR
Karst merupakan istilah dalam bahasa sendangkan faktor pendorong menentukan
Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia kecepatan dan kesempurnaan proses karstifikasi.
(kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah CO2 (gas)
ini di negara asalnya sebenarnya tidak berkaitan
dengan batugamping dan proses pelarutan, Cair
CO2 (ag)
namun saat ini istilah kras telah diadopsi untuk
2-
istilah bentuklahan hasil proses perlarutan. Ford H2O HCO3
dan Williams (1989) mendefini-sikan karst sebagai H2CO3
medan dengan kondisi hidrologi yang khas
2-
sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan 2+ H
+ HCO3
Ca
mempunyai porositas sekunder yang berkembang
baik. Padat CaCO3
Karst dicirikan oleh:
1. terdapatnya cekungan tertutup dan atau Hasil pelarutan
lembah kering dalam berbagai ukuran dan Gambar 1.1.
bentuk, Skema proses pelarutan batugamping (Trudgil, 1985)
2. langkanya atau tidak terdapatnya drainase/
sungai permukaan, dan Faktor Pengontrol
3. terdapatnya goa dari sistem drainase bawah 1. Batuan mudah larut, kompak, tebal, dan
tanah. mempunyai banyak rekahan
Karst tidak hanya terjadi di daerah 2. Curah hujan yang cukup (>250 mm/tahun)
berbatuan karbonat, tetapi terjadi juga di batuan 3. Batuan terekspos di ketinggian yang memung-
lain yang mudah larut dan mempunyai porositas kinkan perkembangan sirkulasi air/drainase
sekunder (kekar dan sesar intensif), seperti batuan secara vertikal.
gipsum dan batugaram. Namun demikian, karena Faktor pendorong
batuan karbonat mempunyai sebaran yang paling 1. Temperatur
luas, karst yang banyak dijumpai adalah karst 2. Penutupan hutan
yang berkembang di batuan karbonat. Oleh
karenanya bahsan buku ini selanjutnya hanya Batuan yang mengandung CaCO3 tinggi
akan menguraikan karst batuan karbonat. akan mudah larut. Semakin tinggi kandungan
CaCO3, semakin berkembang bentuklahan karst.
KARSTIFIKASI Kekom-pakan batuan menentukan kestabilan
Karstifikasi atau proses permbentukan morfologi karst setelah mengalami pelarutan.
bentuk-lahan karst didominasi oleh proses Apabila batuan lunak, maka setiap kenampakan
pelarutan. Proses pelaturan batugamping diawali karst yang terbentuk seperti karen dan bukit akan
oleh larutnya CO2 di dalam air membentuk H2CO3. cepat hilang karena proses pelarutan itu sendiri
Larutan H2CO3 tidak stabil terurai menjadi H- dan maupun proses erosi dan gerak masa batuan,
HCO32-. Ion H- inilah yang selanjutnya sehingga kenampakan karst tidak dapat
menguraikan CaCO3 menjadi Ca2+ dan HCO32- berkembang baik. Ketebalan menentukan
(Gambar 1.1.). terbentuknya sikulasi air secara vertikal lebih.
Secara ringkas proses pelarutan Tanpa adanya lapisan yang tebal, sirkulasi air
dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut. secara vertikal yang merupakan syarat karstifikasi
dapat berlangsung. Tanpa adanya sirkulasi
CaCO3 + H2O + CO2 Ca2+ + 2 HCO3- vertikal, proses yang terjadi adalah aliran lateral
FAKTOR KARSTIFIKASI seperti pada sungai-sungai permukaan dan
Karstifikasi dipengaruhi oleh dua cekungan-cekungan tertutup tidak dapat
kelompok faktor, faktor pengontrol dan faktor terbentuk. Rekahan batuan merupakan jalan
pendorong. Faktor pengontrol menentukan dapat masuknya air membentuk drainase vertikal dan
tidaknya proses karstifikasi berlangsung, berkembangnya sungai bawah tanah serta
pelarutan yang terkonsentrasi.
1
Curah hujan merupakan media pelarut batugamping. CO2 di atmosfer tidaklah bervariasi
utama dalam proses karstifikasi. Semakin besar secara signifikan, sehingga variasi proses
curah hujan, semakin besar media pelarut, karstifikasi sangat ditentukan oleh CO2 dari
sehingga tingkat pelarutan yang terjadi di batuan aktivitas organisme. Hubungan antara konsentrasi
karbonat juga semakin besar. Ketinggian CO2 dengan daya larut terhadap batu gamping
batugamping terekspos di permukaan menentukan ditunjukkan pada Gambar 1.2.
sirikulasi/drainase secara vertikal.
Daya larut
Walupun batugamping mempunyai lapisan
tebal tetapi hanya terekspos beberapa meter di
atas muka laut, karstifikasi tidak akan terjadi.
Drainase vertikal akan terjadi apabila julat/jarak
antara permukaan batugamping dengan muka air
tanah atau batuan dasar dari batugamping
semakin besar. Semakin tinggi permukaan
batugamping terekspose, semakin beser julat
antara permuka-an batugamping dengan muka air
tanah dan semakin baik sirkulasi air secara Konsentrasi CO2
vertikal, serta semakin intensif proses karstifikasi. Gambar 1.2.
Temperatur mendorong proses karstifikasi Hubungan antara konsentrasi CO2 dengan daya larut terhadap
terutma dalam kaitannya dengan aktivitas batu gamping
organisme. Daerah dengan temperatur hangat Faktor-faktor karstifikasi pengaruhnya terhadap
seperti di daerah tropis merupakan tempat yang proses pelarutan ditunjukkan pada Gambar 1.3.
ideal bagi perkembangan organisme yang
selanjutnya menghasilkan CO2 dalam tanah yang Iklim
melimpah. Temperatur juga menentukan
evaporasi, semakin tinggi temperatur semakin Hujan-Penguapan Temperatur
besar evaporasi yang pada akhirnya akan
menyebabkan rekristalisasi larutan karbonat di
permukaan dan dekat permukaan tanah. Adanya
Aliran Efektif Kelembaban Aktivitas
rekristalisasi ini akan membuat pengerasan Tanah Biologi
permukaan (case hardening) sehingga
bentuklahan karst yang telah terbentuk dapat
dipertahankan dari proses denudasi yang lain Permeabilitas
tanah dan CO2
(erosi dan gerak masa batuan). batuan Tanah
Asam Organik
Kecepatan reaksi sebenarnya lebih besar
di daerah temperatur rendah, karena konsentrasi
CO2 lebih besar pada temperatur rendah. Namun Kecepatan Keasaman
Aliran Tanah
demikian tingkat pelarutan di daerah tropis lebih
tinggi karena ketersediaan air hujan yang
melimpah dan aktivitas organisme yang lebih
Pengangkutan Reaksi
besar. Hasil Pelarutan Kimia
Penutupan hutan juga merupakan faktor
Mineralogi dan
pendorong perkembangan karena hutan yang Luas Batuan
lebat akan mempunyai kandungan CO2 dalam Tingkat Pelarutan
tanah yang melimpah akibat dari hasil dan Muatan
Terlarut
perombakan sisa-sisa organik (dahan, ranting, Batuan
daun, bangkai binatang) oleh mikro organisme.
Gambar 1.3.
Semakin besar konsentrasi CO2 dalam air Faktor-faktor karstifikasi pengaruhnya terhadap proses
semakin tinggi tingkat daya larut air terhadap pelarutan (Trudgil, 1985)

2
KLASIFIKASI KARST
Topografi karst telah banyak ditemukan di utara. Contoh merokarst di Indonesia diantaranya
berbagai tempat di belahan bumi dengan berbagai adalah karst di sekitar Rengel Kabupaten Tuban.
tipe. Peneliti karst telah mencoba menjelaskan Karst Transisi berkembang di batuan karbonat
variasi karst dan mengklasifikasi tipe-tipe karst. relatif tebal yang memungkinkan perkembangan
Klasifikasi karst secara umum dapat dikategorikan bentukan karst bawah tanah, akan tetapi batuan
menjadi tiga kelompok, yaitu 1) klasifikasi yang dasar yang impermeabel tidak sedalam di
didasarkan pada perkembangan (Cvijic), 2) holokarst, sehingga evolusi karst lebih cepat;
klasifikasi yang didasarkan pada morfologi, dan 3) lembah fluvial lebih banyak dijumpai, dan polje
klasifikasi yang didasarkan pada iklim (Sawicki, hampir tidak ditemukan. Contoh dari karst transisi
Lehmann, Sweeting). Beberapa klasifikasi karst menurut Cvijic adalah Karst Causses Prancis,
berikut ini adalah klasifikasi Cvijic, Gvozdeckij dan Jura, Plateux Balkan Timur, dan dan Dachstein.
Sweeting Contoh holokarst di Indonesia yang pernah
KLASIFIKASI CVIJIC (1914) dikunjungi penulis antara lain Karst Gunung Sewu
Cvijic membagi topografi karst menjadi (Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan), Karst
tiga kelompok, yaitu holokarst, merokarst, dan Karangbolong (Gombong), dan Karst Maros
karst transisi. (Sulawesi Selatan).
Holokarst merupakan karst dengan
perkembangan paling sempurna, baik dari sudut KLASIFIKASI GVOZDECKIJ (1965)
pandang bentuklahannya maupun hidrologi Gvozdeckij mengklasifikasi karst
bawah permukaannya. Karst tipe ini dapat terjadi berdasarkan pengamatannya di Uni Soviet
bila perkembangan karst secara horisontal dan (sekarang Rusia). Menurutnya karst dibedakan
vertikal tidak terbatas; batuan karbonat masif dan menjadi bare karst, covered karst, soddy karst,
murni dengan kekar vertikal yang menerus dari buried karst, tropical karst, dan permafrost karst.
permukaan hingga batuan dasarnya; serta tidak Bare karst lebih kurang sama dengan karst
terdapat batuan impermeable yang berarti. Karst Dinaric (holokarst)
tipe holokarst yang dicontohkan oleh Cvijic Covered karst merupakan karst yang terbentuk
adalah Karst Dinaric, Lycia, dan Jamaica. Di bila batuan karbonat tertutup oleh lapisan aluvium,
Indonesia, karst tipe ini jarang ditemukan, karena material fluvio-glacial, atau batuan lain seperti
besarnya curah hujan menyebabkan sebagian batupasir.
besar karst terkontrol oleh proses fluvial. Soddy karst atau soil covered karst merupakan
Merokarst merupakan karst dengan perkem- karst yang berkembang di batugamping yang
bangan tidak sempurna atau parsial dengan tertutup oleh tanah atau terra rosa yang berasal
hanya mempunyai sebagian ciri bentuklahan dari sisa pelarutan batugamping.
karst. Merokarst berkembang di batugamping Buried karst merupakan karst yang telah tertutup
yang relatif tipis dan tidak murni, serta khususnya oleh batuan lain, sehingga bukti-bukti karst hanya
bila batugamping diselingi oleh lapisan batuan dapat dikenalai dari data bor.
napalan. Perkembangan secara vertikal tidak Tropical karst of cone karst merupakan karst
sedalam perkembangan holokarst dengan evolusi yang terbentuk di daerah tropis.
relief yang cepat. Erosi lebih dominan Permafrost karst merupakan karst yang
dibandingkan pelarutan dan sungai permukaan terbentuk di daerah bersalju.
berkembang. Merokarst pada umumnya tertutup
oleh tanah, tidak ditemukan karen, dolin, goa, KLASIFIKASI SWEETING (1972)
swallow hole berekembang hanya setempat- Karst menurut Sweeting diklasifikasikan
setempat. Sistem hidrologi tidak kompleks, alur menjadi true karst, fluviokarst, glaciokarst, tropical
sungai permukaan dan bawah permukaan dapat karst, arid an semiarid karst. Klasifikasi Sweeting
dengan mudah diidentifikasi. Drainase bawah terutama didasarkan pada iklim.
tanah terhambat oleh lapisan impermeabel. True karst merupakan karst dengan perkembang-
Contoh dari karst ini adalah karst di Batugamping an sempurna (holokarst). Karst yang sebenarnya
Carbonferous Britain, Irlandia, Galicia Polandia, harus merupakan karst dolin yang disebabkan
Moravia karst Devonian, dan karst di Prancis oleh pelarutan secara vertikal. Semua karst yang
3
bukan tipe dolin karst dikatakan sebagai deviant. galsiokarst adalah karst di lereng atas
Contoh dari true karst menurut Sweeting adalah pegunungan Alpen.
Karst Dinaric. Tropical karst berbeda dengan karst di iklim
Fluviokarst dibentuk oleh kombinasi antara sedang dan kutub terutama disebabkan oleh
proses fluvial dan proses pelarutan. Fluviokarst presipitasi dan evaporasi yang besar. Presipitasi
pada umumnya terjadi di daerah berbatuan yang yang besar menghasilkan aliran permukaan
gamping yang dilalui oleh sungai alogenik (sungai sesaat yang lebih besar, sedangkan evaporasi
berhilir di daerah non-karst). Sebaran menhasilkan rekristalisasi larutan karbonat
batugamping baik secara lateral maupun vertikal membentuk lapisan keras di permukaan. Hal ini
jauh lebih kecil daripada true karst. menyebabkan dolin membulat seperti di iklim
Perkembangan sirkulasi bawah tanah juga sedang jarang ditemukan digantikan oleh dolin
terbatas disebabkan oleh muka air tanah lokal. berbentuk bintang yang tidak beraturan. Dolin tipe
Mataair muncul dari lapisan impermeable di ini sering disebut kockpit. Di antara dolin
bawah batugamping maupun dekat muka air ditemukan bukit-bukit yang tidak teratur disebut
tanah lokal. Lembah sungai permukaan dan dengan bukit kerucut.
ngarai banyak ditemukan. Bentukan hasil dari Karst tropis secara lebih rinci dibedakan
proses masuknya sungai permukaan ke bawah menjadi dua kelompok, yaitu:
tanah dan keluarnya sungai bawah kembali ke
1. kegelkarst (sinoid karst, cone karst, atau karst
permukaan seperti lembah buta dan lembah saku
a piton)
merupakan fenomena umum yang banyak
dijumpai. Goa-goa di fluviokarst terbentuk di 2. turmkarst (karst tower, pinacle karst, atau karst
perbatasan antara batugamping dan batuan a tourelles)
impermeabel di bawahnya oleh sungai alogenik Kegelkarst dicirikan oleh kumpulan bukit-bukit
dan berasosiasi dengan perkembangan sungai di berbentuk kerucut yang sambung menyambung.
daerah karst. Permukaan batugamping di Sela antar bukit kerucut membentuk cekungan
fluviokarst pada umumnya tertutup oleh tanah dengan bentuk seperti bintang yang dikenal
yang terbentuk oleh erosi dan sedimetasi proses dengan kockpit. Kockpit seringkali membentuk
fluvial. Singkapan batugamping (bare karst) pola kelurusan sebagai akibat kontrol kekar atau
ditemukan bila telah terjadi erosi yang pada sesar. Depresi atau kockpit yang terkontrol kekar
umumnya disebabkan oleh penggundulan hutan. atau sesar ini oleh Lemann disebut gerichteter
Glasiokarst merupakan karst yang terbentuk karst (karst oriente). Contoh kegelkarst di
karena karstifikasi didominasi oleh proses Indonesia antara lain Karst Gunungsewu dan
glasiasi dan proses glasial di daerah yang Karst Karangbolong. Kenampakan kegelkarst dari
berbatuan gamping. Nival karst merupakan karst foto udara dan peta topografi ditunjukkan pada
yang terbentuk karena proses karstifikasi oleh Gambar 1.4.
hujan salju (snow) pada linkungan glasial dan Turmkarst/menara karst/pinacle karst merupa-
periglasial. Glasiokarst terdapat di daerah kan tipe karst kedua yang sering dijumpai di
berbatugamping yang mengalami glasiasi atau daerah tropis. Tipe karst ini dicirikan oleh bukit-
pernah mengalami glasiasi. Glasiokarst dicirikan bukit dengan lereng terjal, biasanya ditemukan
oleh kenampakan-kenamapakan hasil dalam kelompok yang dipisahkan satu sama lain
penggogosan, erosi, dan sedimentasi glacier. dengan sungai atau dataran aluvial. Tower karst
Hasil erosi glacier pada umumnya membentuk dibentuk berkembang apabila pelarutan lateral
limstone pavement. Erosi lebih intensif terjadi di oleh muka air tanah yang sangat dangkal atau
sekitar kekar menhasilkan cekungan dengan oleh sungai alogenik yang melewati singkapan
lereng terjal memisahkan pavement satu dengan batugamping. Beberapa ahli beranggapan bahwa
lainnya. Dolin-dolin terbentuk terutama turmkarst merupakan perkembangan lebih lanjut
disebabkan oleh hujan salju. Pencairan es dari kegelkarst karena kondisi hidrologi tertentu.
menhasilkan ngarai, pothole, dan goa, Distribusi dan sebaran bukit menara pada
Karakteristik lain dari glasiokarst adalah goa-gaoa umumnya dikontrol oleh kekar atau sesar.
yang terisi oleh oleh es dan salju. Contoh dari
4
Ukuran bukit menara sangat bervariasi
dari pinacle kecil hingga blok dengan ukuran
beberapa kilometer persegi. Permukaan tidak
teratur disebabkan oleh depresi-depresi dan
koridor dengan dedalaman hingga 150 meter.
Kontak dari bukit menara dengan dataran aluvium
merupakan tempat pemunculan mataair dan
perkembangan gua. Telaga dan rawa juga sering
ditemukan di kaki dari bukit-bukit menara. Rawa
yang relatif bersifat asam selanjutnya akan
mempercepat pelarutan secara lateral membentuk
bukit-bukit yang semakin curam hingga tegak. Bila
muka tanah turun, rawa akan teratus dan ditutupi
oleh endapan koluvium dari rombakan bukit
menara, sehingga bukit menara berubah menjadi
tidak curam (gambar 1.5.)
Karst menara dapat dibedakan menjadi
dua kelompok. Pertama, bukit menara merupakan
bukit sisa batugamping yang terisolir di antara
rataan batugamping yang telah tertutup oleh
endapan aluvium. Kedua, bukit menara
merupakan bukit sisa dari batugamping yang
berada di dataran dengan batuan non karbonat.
Karst menara di Indonesia diantaranya dapat
Gambar 1.4. diketemukan di tepian Karst Maros yang
Kenampakan kegelkarst Gunungsewu dari foto udara dan berbatasan dengan dataran aluvial (sisi barat).
lapangan

Gambar 1.5. Kenampakan karst tower.


1. Bukit karst menara terbentuk oleh erosi lateral, 2. Bukit karst kerucut, Sungai, 4. Dataran korosi Gua aktif, Gua fosil
(Sweeting, 1972)

TIPE KARST YANG LAIN sering muncul di literatur karst antara lain labirynt
Selain klasifikasi di atas, literatur atau karst dan polygonal karst.
peneliti karst lain telah memberi nama tertentu Labyrint karst merupakan karst yang dicirikan
untuk suatu kawasan karst. Penamaan yang oleh koridor-koridor atau ngarai memanjang yang
digunakan hanya dimaksudkan untuk memberi terkontrol oleh kekar atau sesar. Morfologi karst
nama tanpa bermasud mengklasifikasi secara tersusun oleh blok-blok batugamping yang
sistematis. Beberapa tipe karst yang sering dipisahkan satu sama lain oleh ngarai/koridor
digunakan dan karst. Karst tipe ini terbentuk karena pelarutan
yang jauh lebih intensif di jalur sesar dan patahan.
5
Sebaliknya di tempat lainnya pelarutan tidak
intensif. Karst labirint di Indonesia dapat dijumpai
di Papua dan di sebagian Gunungsewu (Gambar
1.6.)

Gambar 1.7.
Kenampakan karst plygonal

Karst Fosil merupakan karst yang terbentuk pada


masa geologi lampau dan saat ini proses
karstifikasinya sudah berhenti (Sweeting, 1972).
Dalam hal ini karstifikasi tidak berlangsung hingga
saat ini karena perubahan iklim yang tidak lagi
mendukung proses karstifikasi. Karst fosil banyak
diketukan di Baratlaut Yoksire-Ingris.
Gambar 1.6. Karst fosil dapat dibedakan menjadi dua tipe.
Kenampakan karst labirint Pertama, karst yang terbentuk di waktu geologi
Karst Poligonal merupakan penamaan yang sebelumnya dan tidak tertutupi oleh batuan lain.
didasarkan dari sudut pandang morfometri dolin. Tipe ini disebut dengan bentuklahan tinggalan
Karst tipe ini dapat berupa karst kerucut maupun (relict landform). Kedua, karst terbentuk di
karst menara. Karst dikatakan poligonal apabila periode geologi sebelumnya yang kemudian
ratio luas dolin dangan luas batuan karbonat ditutupi oleh batuan nonkarbonat. Bentuklahan
mendekati satu atau satu. dengan kata lain semua karst tersebut selanjutnya muncul ke permukaan
batuan karbonat telah berubah menjadi kumpulan karena batuan atapnya telah tersingkap oleh
dolin-dolin dan dolin telah bersambung satu proses denudasi. Tipe ini disebut dengan
dengan lainnya (Gambar 1.7.) bentuklahan tergali (exhumed lanform).
Ad/A = 1
Ad : Luas keseluruhan dolin
A : Luas keseluruhan batuan karbonat

6
DOLINE

Dolinee berasal dari bahasa Slavia dolina 3. Tanah penutup, koluvium, endapan glasial,
yang berarti lembah. Istilah ini pertama kali abu volkanik atau material lepas yang lain.
digunakan sebagai istilah dalam geomorfologi oleh Namun demikian di beberapa tempat, material
geologiwan Austria. Untuk menghindari kerancuan permukaan absen.
dengan dolinea = lembah, literatur karst Slovenia BENTUK DOLINE
pada beberapa dekade telah menggunakan istilah Bentuk doline sangat bervariasi dari satu
dolinee yang dalam bahasa aslinya vrtaca. tempat ke tempat lain. Bentuk doline didaerah
Doline merupakan cekungan tertutup iklim sedang cenderung lebih teratur dengan
berbentuk bulat atau lonjong degan ukuran bentuk membulat hingga lonjong. Di daerah iklim
beberapa meter hingga lebih kurang satu tropis, bentuk doline tidak sesempurna doline di
kilometer (Ford dan Williams, 1992), sehingga daerah iklim sedang, dalam hal ini doline di
Sweeting (1972) mengkategorikan doline dalam daerah iklim tropis mempunyai bentuk yang tidak
bentuklahan karst berskala sedang. Doline di teratur. Salah satu bentuk planar doline yang
literatur-literatur karst sering disebut dengan banyak ditenukan di daerah tropis adalah adalah
berbagai istilah, seperti sinkhole, sink, swallow bentuk seperti bintang.
holes, cenote, dan blue hole. Kemiringan lereng Bentuk doline di daerah tropis yang
miring hingga vertikal dengan kedalaman menyerupai bintang disebut secara khusus
beberapa meter hingga ratusan meter. dengan Cockpit. Istilah ini pertama digunakan
Doline merupakan bentuklahan yang untuk menyebut karst di Jamaika (Sweeting, 1972;
paling banyak dijumpai di kawasan karst. Bahkan White 1988). Cockpit berasal dari kata cock yang
di daerah beriklim sedang, karstifikasi selalu berarti ayam jantan dan pit yang berarti lubang,
diawali dengan terbentuknya doline tunggal akibat dengan kata lain di Jamaika cockpit merupakan
dari proses pelarutan yang terkonsentrasi. Tempat lubang tempat menyabung ayam. Karena karst
konsentrasi pelarutan merupakan tempat memiliki cekungan-cekungan seperti cockpit,
konsentrasi kekar, tempat konsentrasi mineral maka karst di Jamaika disebut dengan cockpit
yang paling mudah larut, perpotongan kekar, dan land. Perbedaan doline di daerah iklim sedang
bidang perlapisan batuan miring. Doline-doline dan tropis ditunjukkan pada Gambar 1.8.
tungal akan berkembang lebih luas dan akhirnya .
dapat saling menyatu.
Secara singkat dapat dikatakan
bahwa karstifikasi (khususnya
di daerah iklim sedang)
merupakan proses pemben-
tukan doline dan goa-goa
bawah tanah, sedangkan bukit-
bukit karst merupakan bentukan
sisa/residual dari
perkembangan doline.
Setiap doline atau cekungan
tertutup tersusun oleh tiga
komponen (White, 1988).
1. Pengatus, yaitu saluran
dengan permeabilitas tinggi
yang mengatuskan air dalam
doline ke sistem drainase
bawah tanah.
2. Mintakat yang terubah oleh Gambar 1.8. Perbedaan doline di daerah iklim sedang dan di
proses pelarutan di permu- daerah tropis
(Williams, 1969)
kaan dan dekat permukaan batuan.

7
Batas luar doline di daerah iklim sedang Doline, oleh Cvijic (1893) dikelompokkan
tergambar pada peta kontur berupa garis kontur menjadi tiga katergori yaitu doline mangkok, doline
tertutup, sedangkan batas luar doline di daerah corong, dan doline sumur (Gambar 1.10)
tropis berupa batas topografi (topographic divide). Doline mangkok dicirikan oleh perbandingan
Fenomena ini perlu mendapat perhatian bagi yang lebar dan kedalaman 10:1 dan kemiringan lereng
sedang membaca peta topografi di Indonesia. doline berkisar antara 10o-12o. Dasar rata dan
Peta topografi yang menggambarkan daerah karst tertutup oleh tanah atau berawa.
sering memuat simbol doline seperti di daerah
Doline corong mempunyai diameter dua atau tiga
iklim sedang, tetapi sebenarnya simbol tersebut
kali kedalamannya dan lereng doline berkisar
dimaksudkan untuk menggambarkan telaga/
antara 30o40o, dengan dasar sempit dapat
danau doline atau dasar doline. Apabila seseorang
tertutup tanah maupun berupa singakapan batuan.
bermaksud membatasi doline untuk studi
morfometri doline harus tetap mendelineasi batas Doline sumuran dicirikan oleh diameternya yang
topografi sebagai batas luar doline lebih kecil dari kedalamannya, lereng vertikal
berupa singkapan batuan.
Secara planar doline dapat bebentuk bulat
lonjong atau memanjang. Doline-doline
memanjang terbentuk apabila perkembangan
doline dikontrol oleh keberadaan kelurusan baik
oleh sesar maupun kekar. Haryono (2000)
menemukan bahwa doline memanjang lebih
banyak ditemukan di kawasan karst Gunungsewu
daripada bentuk doline yang yang membulat.
Banyaknya doline memanjang di Karst Gambar 1.10.
Gunungsewu disebabkan oleh lereng regional Bentuk-bentuk doline, A) doline mangkok, B). doline corong,
yang miring ke arah selatan, keberadaan kekar dan C) doline Sumuran
dan sesar yang intensif, dan pengaruh dari proses Berdasarkan bentuknya, doline juga dapat
fluvial. Kenamapakan doline memanjang dan dibedakan menjadi doline simetri dan doline
cockpit di Karst Gunungsewu ditunjukkan pada asimetri. Doline simetri berbentuk bulat atu elip
Gambar 1.9. dengan kemiringan lereng ke segala arah yang
hampir sama, sedangkan doline asimetri
merupakan doline yang sisi satu dan lainnya
mempunyai kemiringan lereng berbeda. Doline
tidak simetri terbentuk karena perkembangan
doline terkontrol oleh aliran permukaan dan
struktur (Bogli, 1980) atau karena lereng
(Williams,1985). Doline asimetri pertama
terbentuk apabila doline terbentuk karena aliran
permukaan yang masuk ke ponor, sisi dimana
aliran permukaan masuk akan membentuk lereng
yang lebih landai karena pelarutan yang lebih
intensif, sedangkan sisi lainnya akan mem[unyai
lereng yang lebih terjal. Doline asimetri struktural
terbentuk pada batuan karbonat yang miring,
dalam hal ini lereng doline yang searah dengan
dip batuan akan membentuk kemiringan yang
lebih landai, sedankan lereng yang berlawanan
dengan dip batuan membentuk kemiringan yang
Gambar 1.9. lebih terjal (Gambar 1.11.)
Kenampakan cockpit dan doline
memanjang di Karst Gunungsewu

8
Doline aluvial pada dasarnya merupakan doline
pelarutan, namun dalam kasus ini batugamping
tertutup oleh endapan aluvial. Cekungan tertutup
yang terbentuk di endapan aluvial disebabkan oleh
terbawanya endapan aluvium yang berada di atas
rekahan hasil pelarutan ke sistem drainase bawah
tanah. Infiltrasi melalui endapan aluvium
membawa material halus ke sistem kekar di
bawahnya yang berhubungan dengan goa-goa
dalam tanah, sehingga endapan di atasnya
Gambar 1.11. menjadi cekung.
Kenampakan lateral dan vertikal (A) doline simetri,
(B) doline asimetri yang terkontrol oleh aliran permukan, dan Doline amblesan terjadi apabila lapisan batugam-
(C) doline asimetri yang terkontrol oleh perlapisan batuan ping ambles secara perlahan-lahan karena di
(Bogli, 1980) bawah lapisan batugamping terdapat rongga.
Doline tipe ini dicirikan oleh terdapatnya rombakan
Doline asimetri ke tiga terbentuk di daerah yang batugamping dengan sortasi jelek di dasar doline
miring, dalam hal ini lereng lebih landai terbentuk dan lereng yang miring hingga terjal.
di bagian atas dari lereng sedangkan lereng doline
Doline runtuhan terbentuk apabila goa atau
lebih terjal terbentuk bagian bawah lereng
saluran dekat permukaan runtuh karena tidak
(Gambar 1.12.). Doline tipe ini dapat ditemukan di
mampu menahan atapnya. Bogli (1980)
karst Gunungsewu (Ahmad, 1990) di lereng
menjelaskan bahwa doline runtuhan terjadi bila
antara plato selatan dengan cekungan Wonosariu
runtuhan terjadi seketika, sedangkan doline
dan di lereng-lereng teras marin. Doline asimetri
amblesan terjadi secara perlahan-lahan. Doline
ini dikenali dari bukit-bukit karst yang terbentuk.
tipe ini dicirikan oleh lereng curam hingga vertikal.
Tiga mekanisme yang membentuk doline runtuhan
adalah a) pelarutan di atas goa, b) pelarutan atap
goa dari bawah, dan c) penurunan muka air tanah
di atap goa (Gambar 1.14.).

Gambar 1.12.
Doline asimetri yang berkembang di daerah yang miring
(Williams, 1985).

GENETIK DOLINE
Bogli (1980) lebih lanjut berdasarkan cara
pembentukannya (genetik) mengklasifikasikan
doline menjadi doline pelarutan, doline aluvial,
doline amblesan, dan dolin runtuhan.
Doline perlaturan terbentuk karena pelarutan
yang terkonsentrasi akibat dari keberadaan kekar, Gambar 1.13.
pelebaran pori-pori batuan, atau perbedaan Macam-macam doline menurut genetiknya
mineralogi batuan karbonat. Doline pelarutan (Ford dan Williams, 1992).
terbentuk hampir disebagian besar awal proses
karstifikasi.

9
sangat kecil dan hanya terjadi sesaat setelah
hujan turun. Williams berpendapat bahwa sistem
hidrologi di mintakat epikarst hampir sama dengan
sistem hidrologi di daerah lain dengan aliran air
tanah ke arah lateral. Arah aliran lateral ini
bermuara di rekahan/celah batugamping karena
kekar atau sesar membentuk muka airtanah yang
cekung kedalam seperti muka air tanah endapan
aluvial yang dipompa (Gambar 1.15).

Gambar 1.15.
Doline dan hidrologi epikarst

Gambar 1.14.
Mekanisme terbentuknya dolin runtuhan (Ford dan Williams,
Gambar 1.15. menunjukkan bahwa
1992)
gradien hidraulik (kemiringan muka airtanah)
Genetik doline inilah yang menyebabkan mendekati pusat doline semakin besar, sehingga
bentuk-bentuk dolin bervariasi seperti yang konduktivitas hidrolik juga semakin besar ke arah
diutarakan oleh Cvijiv. Doline pelarutan dan doline pusat doline. Pusat doline juga merupakan tempat
aluvial membentuk doline tipe mangkok atau bermuaranya/ berkumpulnya air dari lereng-lereng
corong. Dolin amlesan membentuk dolin corong, doline. Karena proses hidrologis inilah tejadi
sedangkan dolin membentuk dolin tipe sumuran. proses pelarutan yang terkonsentrasi sehingga
Perkembangan doline pelarutan merupakan fungsi membentuk doline.
dari produksi CO2 tanah, kinetika pelarutan, Doline yang terbentuk selanjutnya secara
litologi, dan waktu. Doline pelarutan menurut Ford umpan balik (feedback) akan mempengaruhi
dan Williams (1993) dibedakan menjadi drawdown sistem hidrolologi mintakat epikarst. Doline yang
doline dan point recharge doline. semakin lebar akan menyebabkan meningkatnya
Drawdown doline merupakan doline pelarutan aliran lateral, aliran lateral yang meningkat
yang pembentukannya dikontrol oleh proses- semakin mberbesar aliran yang terpusat, semakin
proses hidrologi mintakat epikarst, yaitu suatu besar aliran yang terpusat semakin cepat proses
mintakat (zone) dekat permukaan dimana perkembangan doline, dan seterusnya.
pelarutan terjadi intensif. Mintakat epikarst Point recharge doline merupakan doline
memupunyai ketebalan sekitar 10 meter (Williams, pelarutan yang terbentuk pada batugamping yang
1988). Pendapat ini didasarkan pada pengamatan pada awalnya tertutup oleh batuan lain.
Williams bahwa aliran permukaan di daerah karst Sebaliknya doline drawdown terbentuk pada
10
batugamping yang tersingkap. Terbentuknya point
recharge doline diawali oleh tersingkapnya batuan
atap/penutup di satu tempat/titik, sehingga aliran
permukaan masuk ke dalam lapisan batugamping
dari titik tersebut. Masuknya aliran permukaan
tersebut selanjutnya menyebabkan proses
pelarutan yang terkonsentrasi yang semakin lama-
semakin dalam membentuk cekungan tertutup.
Erosi batuan atap yang terus berlangsung
menyebabkan batugamping di bawanya
tersingkap di beberapa tempat dengan frequensi
yang semakin rapat menhasilkan titik-titik
masuknya aliran permukaan ke lapisan
batugamping dan doline yang semakin banyak.

DOLINE MAJEMUK (UVALA)


Doline majemuk (compound doline) di
literatur karst sering disebut dengan uvala. Uvala
merupakan gabungan dari doline-doline yang
terbentuk di karst pada stadium perkembangan Gambar 1.16.
karst agak lanjut. Menurut Sweeting ukuran uvala Perkembangan uvala dari doline dan lembah kering
(White, 1988)
berkisar antara 500-1000 meter dengan
kedalaman 100-200 meter dengan ukuran tidak
teratur. Cockpit dari sudut pandang ini dapat
dianggap sebagai uvala atau doline majemuk yang
berbentuk bintang, karena cockpit merupakan
beberapa yang tepi atau sisi-sinya saling
berhubungan/bergabung. Gabungan dari tepi-tepi
doline inilah yang secara planar (tampak atas)
membentuk bentuk-bentuk lancip seperti bintang
Mengacu pada pandangan Grund tentang
perkembangan karst, terbentuknya uvala
merupakan ciri dari stadium adolescent karst atau
perkembangan tahap II.
Uvala juga dapat perkembang dari lembah
permukaan. Uvala tipe ini merupakan
perkembangan akhir dari lembah permukaan yang
terdegradasi. Perkembangan diawali oleh
hilangnya aliran permukaan ke bawah tanah di titi-
titik tertentu. Di tempat masuknya aliran
permukaan ini selanjutnya doline berkembang
yang semakin lama semakin dalam dan lebar,
sehingga bergambung satu dengan lainnya
membentuk uvala. Perkembangan doline menjadi
uvala ditunjukkan pada Gambar 1.16, sedangkan
permbandingan ukuran antara dolin, uvala, dan Gambar 1.17.
kockpit ditunjukkan pada Gambar 1.17. Perbandingan ukuran dolin, uvala, dan cockpit (White, 1988).

11
MORFOMETRI DOLINE Selanjutnya, ukuran-ukuran yang
Morfometri doline merupakan ukuran- digunakan untuk menya-takan morfometri doline
ukuran doline secara kuantitatif untuk melengkapi ditunjukkan pada Tabel 1.1.
deskripsi karaktertistik kualitatif doline seperti
Orde Doline
diuraikan di atas. Ahli geomorfologi karst telah
mencoba mengembangkan ukuran-ukuran doline Seperti halnya dengan lembah-lembah
untuk tujuan analisis secara kuantitatif. Analisis permu-kaan, doline dapat dinyatakan dalam orde.
kuantitatif doline terutama dimaksudkan untuk Orde doline menggambarkan tingkat
karakterisasi doline secara lebih obyektif, perkembangan doline, semakin besar orde dolin
mengingat istilah dan klasifikasi yang ada pada berarti semakin lanjut perkembangan doline
umumnya berasal dari satu tempat tertentu yang (gambar 1.19)
tidak sepenuhnya sesuai atau dapat diterapkan
untuk daerah lain.
Analisis kuantitatif doline diawali oleh
pembatasan/delineasi dolin dari foto udara secara
stereoskopis (tiga demensi). Delineasi doline
dianjurkan menggunakan foto udara dengan skala Orde 0 Orde 1 Orde 2 Orde 3
lebih besar dari 1:30.000. Skala yang paling baik
Gambar 1.19.
adalah 1:15.000 tetapi skala 1:30.000 sudah dapat
Sket yang menunjukkan orde doline
digunakan. Sedangkan delineasi foto udara skala
1:50.000 sangat sulit untuk dilakukan, mengingat
pembatas topografi dengan ketinggian kurang dari Tabel 1.1. Parameter Morfometri Doline
lima meter tidak mudah untuk dikenali. Ukuran Definis Unit
Panjang L m
Di daerah tropis, delineasi dilakukan pada Lebar W m
pembatas topografi, sedangkan delineasi di iklim Jumlah ND
sedang dilakukan pada tepi doline. Selain batas, Luas individul AD m
2

delineasi juga harus dilakukan untuk lembah- Luas keseluruhan kas AK m


2

lembah kering yang bermuara ke doline. Contoh Luas rerata AD = 1/ND AD m


2

delineasi doline dintunjukkan pada Gambar 1.18. Ratio panjang dan lebar L1 + L2 / W max
Kepadatan DD = ND /AK
Rasio luas RD = AD / AK
Indeks luas/pitting Pi = AK / AD
Ratio kedalaman dan H .
diameter (L1+L2+Wmax)/2
2
Area runoff internal Ai = AD km

Batas topografi Puncak Swalet


Gambar 1.18.
Contoh delineasi dolin

12
POLJE
Polje merupakan istilah di Karst Dinaric beberpa ahli karst lebih cenderung mendefinisikan
yang berasal dari bahasa Slovenia yang berarti polje secara kualitatif berdasarkan pada genetik
ladang yang dapat ditanami. Istilah polje di negara dan morfologi.
asalnya tidak mempunyai kaitan dengan
bentuklahan karst. Definisi formal pertama tentang
polje dikemukaan oleh Cvijic tahun 1985 (dalam
Gams, 1978) bahwa polje merupakan
bentuklahan karst yang mempunyai elemen:
cekungan yang lebar, dasar yang rata, drainase
karstik, bentuk memanjang yang sejajar dengan
struktur lokal, dasar polje mempunyai lapisan
batuan Tersier. Publikasi selanjutnya oleh Cvijic
(1990) mengungkapkan bahwa polje merupakan
bentukan dari evolusi/perkembangan uvala.
Saat ini istilah polje telah diadopsi dalam
terminologi karst. Definisi polje telah banyak
dikemukakan dalam literatur karst, namun satu
sama lain masih membingungkan. Hal ini dapat
dimengerti mengingat setiap literatur mengkaji
daerah yang berbeda. Gams (1978) telah mecoba
mengali lebih dalam pengertian polje dan
klasifikasinya berdasarkan fenomena di daerah Gambar 1.20.
asalnya. Polje di Karst Dinarik mempunyai lebar Dua penampang melingtang Karst Dinarik yang menggambar
400 m hingga 5 km dengan panjang hingga morfologi polje (Mijatovic dalam White, 1988)
mencapai 60 km, luas terkecil 3 km2 dan luas
terbesar 474 km2. Dasar poje pada umumnya rata
dan dikelilingi oleh perbukitan karst yang terjal. Selanjutnya, Gams (1978) mengklasifikasi
Morfologi Polje di Karst Dinarik ditunjukkan pada ke 42 polje di Karst Dinarik menjadi lima kategori,
Gambar 1.20. yaitu border polje, over-flow polje, peripheral polje,
Berdasarkan data dari 42 poje yang ada diedmont polje, piezometric level polje.
di Karst Dinarik-Yugoslvia, Gams menyimpulkan Ford dan Williams (1992) selanjutnya
bahwa polje mempunyai karakteristik minimal menyederhanakan klasifikasi polje menjadi tiga
sebagai berikut: kelompok, yaitu border polje, structural polje, dan
1. dasar yang rata dapat merupa batuan dasar baselevel polje (Gambar 1.21.)
(dapat berteras) maupun tertutup sedimen Poje perbatasan terbentuk apabila sistem
lepas atau aluvium, hidrologi didominasi oleh masukan air alogenik
2. cekungan tertutup yang dibatasi oleh (dari luar sistem karst). Polje tipe ini berkembang
perbukitan dengan lereng terjal pada dua sisi apabila muka air tanah di batuan non karst
atau salah satu sisinya, terhampar hingga batuan karbonat.
3. mempunyai drainase karstik, dan Poje struktural terbentuk karena dikontrol
4. jika ketiga syarat tersebut dipenuhi, dasar yang struktur, biasanya berasosiasi dengan graben dan
rata harus mempunyai lebar minimum 400 atau sesar miring dengan batuan impermeabel di
meter. dalamnya.
Syarat lebar dari polje banyak Poje baselevel terbentuk apabila regional muka
dipermasalahkan oleh peneliti karst, karena lebar air tanah memotong permukaan tanah. Polje tipe
polje sangat tergantung pada daerah atau lokasi ini pada umumnya terbentuk di bagian bawah
dari kawasan karst. Cvijic mengemukakan bahwa (outflow) dari kawasan karst.
polje harus memiliki lebar minimum 1000 meter.
Mengingat perbedaan batasan-batasan polje,
13
Poje baselevel, jika ditinjau dari perkembangan terjal hanya di salah satu sisinya akibat dari sesar.
karst, terbentuk pada tahap akhir perkembangan Karakteristik hidrologi didominasi olen keluarnya
mataair-matair karst. Kedalaman airtanah kurang
dari satu meter. Pemunculan mataair menjadikan
air permukaan di Poje Ponjong melimpah dan
oleh penduduk setempat digunakan untuk air
irigasi. Dengan demikian penggunaan lahan
dominan di Poje Ponjong berupa sawah irigasi.

Gambar 1.22.
Citra satelit yang menunjukkan Polje Ponjong, Kabupaten
Gunungkidul. Rona kehitaman merupakan persawahan.

Polje base level dijumpai di Karst Maros,


Gambar 1.21. yaitu diperbatasan antara Daimanggala dan
Tipe-tipe poje menurut Ford dan Williams, 1989 Bonto-bonto di bagian timur karst maros dengan
lebar 1 dan 2,5 km. Dasar polje berupa endapan
karst. Pada tahap ini korosi secara vertikal telah alucium dari material volkanik yang terbawa oleh
mencapai muka airtanah, sehingga korosi lebih sungai alogenik. Sungai-sungai alogenik ini
dominan ke arah lateral. Korosi lateral selanjutnya masuk ke bawah permukaan menjadi
menyebabkan bukit-bukit karst terdegradasi yang sungai-sungai bawah tanah.
pada akhirnya rata dengan muka airtanah
membentuk dataran yang luas. Karena airtanah
sangat dangkal, fluktuasinya pada musim
penghujan polje sering tergenang. Pada musim
kemarau muka air tanah kurang dari satu meter.
Kondisi air yang melimpah inilah yang
menyebabkan polje merupakan daerah yang
paling subur di daerah karst. Polje di Karst Maros
dan Gunungsewu digunakan untuk persawahan.
Di Karst Dinarik, polje merupakan pusat-pusat
permukiman.
Polje struktural dapat dijumpai di sekitar
Ponjong, Gunung Kidul, DIY (gambar 1.22). Poje
di Ponjong merupakan polje yang dibatasi tebing

14
MORFOLOGI MIKRO
Morfologi mikro daerah karst dalam c. Bentuk linier : terkontrol oleh hidrodinamik
literatur dan artikel karst diistilahkan dengan Microrills : lebar lebih kurang 1 mm. Aliran
karren (bahasa Jerman) atau lapies (bahasa air terkontrol oleh tenaga kapilar, gravitasi,
Prancis). Dimensi karren bervariasi dari 1 atau angin.
hingga 10 meter, sedangkan mikro karen d. Saluran pelarutan secara gravitatif
mempunyai dimensi kurang dari 1 cm (Ford dan
Williams, 1992). Karren dapat diklasifikasikan Rillenkarren : kumpulan saluran mulai dari
menjadi empat kelompok, yaitu bentuk igir, lebar 1 3 cm. Dipicu oleh air
membulat, bentuk memanjang yang terkontrol hujan. Bagian bawah menghilang.
oleh kekar, bentuk linier yang terkontrol proses Solutional runnels : Saluran mengikuti
hidrolik, dan bentuk poligonal. hukum Horton. Berkembang mulai
a. Bentuk membulat dari sebelah bawah erosi lembar.
Micropit : ukuran kurang dari 1 cm. Pada singkapan batuan dicirikan oleh
tepi yang curam (Rinnenkarren),
Pits : bulat atau lonjong, bentuk tidak teratur, bulat jika tertutup tanah
diameter > 1 cm. (Rundkarren). Saluran meluas ke
Pans : bulat atau lonjong dengan bentuk arah bawah. Lebar 3 30 cm,
tidak teratur, dasar horisontal berupa panjang 1 10 m. Pola aliran linier,
batuan dasar atau endapan isian. dendritik, atau sentripetal.
Heelprints atau Trittkarren : dinding terjal di Decantation runnels : pelarutan terjadi di
bagaian ujung, dasar datar, terbuka bagian atas pada satu titik, ke arah
di bagian bawah, diameter 10 30 bawah saluran menyempit. Ukuran
cm. bervariasi hingga mencapai panjang
lebih dari 100 m, seperti wall karren
Shafts atau well : bagian dasar saling (wandkarren), Maanderkarren.
berhubungan membentuk protocave
yang mengatus air ke mintakat Decantation flutings : pelarut berasal dari
epikarst. sumber diffuse pada lereng atas.
Saluran padat, ke arah bawah
b. Bentuk linier : terkontrol kekar kadang-kadang semakin berkurang.
Microfissures : dasar kacip, panjang
beberapa cm dengan kedalaman Fluted scallops atau solution ripples : flute
kurang dari 1 cm. seperti ripple dengan arah sesuai
arah aliran. Banyak variasi dari
Splitkarren : kenamapakan pelarutan yang scallop. Banyak ditemukan sebagai
dikontrol oleh kekar, stylolite atau komponen dari cockling pattern di
vein. Dasar lancip, panjang bervariasi singkapan batuan berlereng curam.
dari sentimeter hingga beberapa
meter, kedalaman beberapa e. Bentuk poligonal
sentimeter. Kedua ujungnya dapat Karrenfield : istilah umum untuk hamparan
terbuka atau tertutup. karren yang tersingkap.
Grikes atau Kluftkaren : hasil solusional Limestone pavement : tipe dari karrenfield
yang dikontrol oleh kekar mayor atau yang didominasi oleh clints yang
sesar. Panjang 1 hingga 10 meter. teratur (flachkarren) dan grikes
Apabila di bawah tanah disebut (kluftkarren).
cutter. Kumpulan kluftkarren Pinnacle karst : topografi yang runcing-
dipisahkan satu dengan lainnya runcing, kadang terbuka karena erosi
dengan clint. tanah. Arete, pinacle, dan stone

15
forest kadang mempunyai pinacle
dengan tinggi 45 m dan spasi 50 m.
Ruiniform karst : Grike yang lebar dengan
clint yang sudah terdegradasi.
Bentuk peralihan ke tors.
Corridor karst (labyrinth karst, giant grike
land) : skala besar dari grike dan
clints dengan lebar beberapa meter
dan panjang hingga 1 km.
Coastal karren : karren di darah pantai atau
lakustrin, termasuk intertidal dan
subtidal notch, pits, pans, mikropits.

16
2. HIDROLOGI KARST
PENDAHULUAN
Jika kita belajar hidrologi secara umum
Pada awalnya, berbicara mengenai pasti tidak akan pernah lepas dari siklus hidrologi,
hidrologi karst tentunya mempunyai konsekwensi yaitu peredaran air di bumi baik itu di atmosfer, di
logis yang dapat terbagi menjadi dua topik permukaan bumi dan di bawah permukaan bumi.
pembicaraan utama yaitu hidrologi dan karst. Selama siklus tersebut, air dapat berubah
Hidrologi , menurut Linsley et. al. (1975) adalah wujudnya yaitu padat, cair maupun gas
cabang dari ilmu geografi fisik yang berurusan tergantung dari kondisi lingkungan siklus hidrologi.
dengan air dimuka bumi dengan sorotan khusus Jumlah air dalam siklus hidrologi selalu tetap dan
pada sifat, fenomena dan distribusi air di daratan. hanya berubah distribusinya saja dari waktu ke
Hidrologi dikategorikan secara khusus waktu akibat adanya pengaruh dari faktor tertentu
mempelajari kejadian air di daratan/bumi, (Adji dan Suyono, 2004). Siklus hidrologi secara
deskripsi pengaruh sifat daratan terhadap air, umum disajikan pada Gambar 2.1. Seperti
pengaruh fisik air terhadap daratan dan disebutkan diatas, karena sifatnya, fokus dari
mempelajari hubungan air dengan kehidupan. hidrologi karst adalah bukan pada air permukaan
Pada sisi yang lain, karst dikenal sebagai suatu tetapi pada air yang tersimpan di bawah tanah
kawasan yang unik dan dicirikan oleh topografi pada sistem-sistem drainase bawah permukaan
eksokarst seperti lembah karst, doline, uvala, karst. Untuk lebih jelasnya, Gambar 2.2
polje, karren, kerucut karst dan berkembangnya mengilustrasikan drainase bawah permukaan
sistem drainase bawah permukaan yang jauh yang sangat dominan di daerah karst.
lebih dominan dibandingkan dengan sistem aliran
permukaannya (Adji dkk, 1999).

Gambar 2.1. Siklus Hidrologi (Sumber: www.ecn.purdue/edu/.../gishyd.html)

17
Gambar 2.2. Drainase bawah permukaan di daerah karst
(Sumber: http://www.eccentrix.com/members/hydrogeologie/hidrogeol/karst.gif)

sederhana, konsep Daerah Aliran Sungai (DAS)


Dari Gambar 2.2 terlihat bahwa karena dapat dianggap sebagai unit untuk mengkaji
sifat batuan karbonat yang mempunyai banyak sistem hidrologi baik itu permukaan maupun
rongga percelahan dan mudah larut dalam air, bawah permukaan. DAS sering pula dikenal
maka sistem drainase permukaan tidak sebagai drainage basin (cekungan yang
berkembang dan lebih didominasi oleh sistem mempunyai sistem aliran) yang mempunyai
drainase bawah permukaan. Sebagai contoh karakteristik aliran permukaan dan bawah
adalah sistem pergoaan yang kadang-kadang permukaan dan keluar melalui satu outlet dibatasi
berair dan dikenal sebagai sungai bawah tanah. oleh batas topografi berupa igir. Batas dari DAS
Selanjutnya, dalam bahasan ini akan lebih banyak dapat dikatakan selalu tetap dan tidak berubah
dideskripsikan hidrologi karst bawah permukaan sepanjang masa, terutama jika kita berbicara
yang selanjutnya akan kita sebut sebagai mengenai air permukaan. Sementara itu, sistem
airtanah karst. Secara definitif, air pada sungai airtanah (akuifer) dapat memotong batas topografi
bawah tanah di daerah karst boleh disebut DAS dan menjadi bagian dari beberapa DAS.
sebagai airtanah merujuk definisi airtanah oleh Sebaliknya, konsep DAS aliran permukaan di
Todd (1980) bahwa airtanah merupakan air yang daerah karst sulit dikenali karena lebih
mengisi celah atau pori-pori/rongga antar batuan berkembangnya bawah permukaan. Kenyataan
dan bersifat dinamis. Sedangkan, air bawah yang ada adalah banyaknya lorong-lorong hasil
tanah karst juga merupakan air yang mengisi proses solusional dan sangat sedikitnya aliran
batuan/percelahan yang banyak terdapat pada permukaan.
kawasan ini, walaupun karakteristiknya sangat
Jankowski (2001) mengatakan bahwa
berbeda dibandingkan dengan karakteristik
terdapat tiga komponen utama pada sistem
airtanah pada kawasan lain.
hidrologi karst, yaitu : akuifer, sistem hidrologi
Pada daerah non-karst, dengan mudah permukaan, dan sistem hidrologi bawah
kita dapat membedakan antara sistem hidrologi permukaan. Di karst, cekungan bawah permukaan
permukaan dan bawah permukaan. Secara dapat diidentifikasi dengan mencari hubungan

18
antara sungai yang tertelan (swallow holes) dan disebutkan di atas. Jika formasi karst dapat
mata air. Cekungan bawah permukaan ini dapat menyimpan dan mengalirkannya sehingga sebuah
berkorelasi dengan cekungan aliran permukaan sumur atau mataair mempunyai debit air yang
(DAS) jika jalur-jalur lorong solusional pada cukup signifikan, maka sah-sah saja jika formasi
bawah permukaan utamanya bersumber pada karst tersebut disebut sebagai suatu akuifer.
sungai permukaan yang masuk melalui ponor. Perdebatan mengenai hal ini sudah terjadi
Tapi, secara umum batas antara DAS permukaan terutama pada masa-masa lampau dan solusi
dan bawah permukaan adalah tidak sama. Sistem yang ada biasanya tergantung dari sudut
bawah permukaan, terutama yang memiliki hidrogeologis mana kita memandangnya.
kemiringan muka airtanah yang rendah dapat Selanjutnya, dua hal ekstrim pada akuifer karst
mempunyai banyak jalur dan outlet (mataair). adalah adanya sistem conduit dan diffuse yang
Selanjutnya, karena terus berkembangnya proses hampir tidak terdapat pada akuifer jenis lain
pelarutan, muka airtanah, mataair dan jalur sungai (White, 1988). Ada kalanya suatu formasi karst
bawah tanah di akuifer karst juga dapat berubah- didominasi oleh sistem conduit dan ada kalanya
ubah menurut waktu. pula tidak terdapat lorong-lorong conduit tetapi
lebih berkembang sistem diffuse, sehingga hanya
AKUIFER KARST
mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap
Akuifer dapat diartikan sebagai suatu sirkulasi airtanah karst. Tetapi, pada umumnya
formasi geologi yang mampu menyimpan dan suatu daerah karst yang berkembang baik
mengalirkan airtanah dalam jumlah yang cukup mempunyai kombinasi dua element tersebut.
pada kondisi hidraulik gradien tertentu (Acworth, Gambar 2.3 menunjukkan sistem conduit, diffuse,
2001). Cukup artinya adalah mampu mensuplai dan campuran pada formasi karst. Selain itu
suatu sumur ataupun mata air pada suatu periode menurut Gillison (1996) terdapat satu lagi sistem
tertentu. Dapatkah formasi karst yang didominasi drainase di daerah karst yaitu sistem rekahan
oleh batuan karbonat disebut sebagai suatu (fissure). Ketiga istilah ini akan dibahas lebih
akuifer?. Jawaban dari pertanyaan ini dapat kita lanjut pada subbab yang lain.
kembalikan dari definisi akuifer seperti yang telah

Gambar 2.3. Diffuse, campuran dan conduit airtanah karst (Domenico and Schwartz, 1990)
l
19
Perbedaan Utama Akuifer Karst dan Akuifer Sementara itu, sifat agihan vertikal akuifer
Non-karst pada batuan karbonat cenderung berubah dari
waktu ke waktu tergantung dari cepat lambatnya
Dalam geohidrolika akuifer, terdapat
tingkat pelarutan dan lorong-lorong yang
beberapa istilah sifat akuifer yaitu zonasi vertikal
terbentuk. Pada akhirnya, penurunan muka
airtanah, porositas batuan, konduktivitas hidraulik
airtanah akan stabil setelah mencapai kedudukan
(K), transmissivitas (T), homogenitas-
yang sama dengan water level setempat (local
heterogenitas, isotropi-anisotropi, dll. Sub bab ini
base level) jika batuan karbonat terletak di atas
akan membahas perbedaan utama karakteristik
formasi batuan lain. Secara umum perbedaan
dan sifat-sifat akuifer pada daerah non-karst dan
zonasi vertikal akuifer karst dan non karst
karst.
disajikan pada Gambar 2.4.
a. Zonasi vertikal
b. Porositas
Pada akuifer non karst, zonasi vertikal
mempunyai pola sebagai berikut : Porositas () atau kesarangan batuan
adalah rasio antara volume pori-pori batuan
- lapisan paling atas dibawah tanah adalah
dengan total volume batuan, seperti yang
zona tak jenuh (aerasi)
dinotasikan pada rumus ini :
- lapisan ditengah adalah zona intermediate
yang dibagi lagi menjadi zone vadose dan
zone kapiler V pori
- lapisan di bawah muka airtanah (water = (1)
table) dikenal sebagai zone jenuh air V tot

Sifat dan kedudukan akuifer non-karst secara


vertikal ini cenderung tetap dan hanya berfluktuasi
menurut musim sepanjang tahun.

Zone tidak jenuh


a. Zona tanah
b. Zona epikarst
c. Zona perkolasi

Zone epiphreatic
Zone flood water

Zone jenuh
a. Zona freatik dangkal
b. Zona freatik dalam
c. Zona stagnant

Gambar 2.4. Zonasi vertikal akuifer karst (kanan) dan non karst (kiri)

20
Besar kecilnya porositas tergantung dari sehingga lebih cocok digolongkan sebagai
jenis batuan dan matrik pada batuan itu sendiri. porositas sekunder. Kesimpulannya, batuan
Berbicara mengenai besarnya porositas batuan gamping yang belum terkarstifikasi akan
karbonat pada daerah karst tidak semata-mata mempunyai nilai porositas yang jauh lebih kecil
tergantung dari matriks batuan, tetapi lebih dibandingkan dengan batuan gamping yang telah
tergantung dari proses lanjutan setelah batuan itu terkarstifikasi dengan baik. Tabel 2.1 menyajikan
terbentuk atau muncul di permukaan bumi. porositas pada beberapa jenis batuan termasuk
Secara umum porositas batuan dibedakan pada batuan gamping/karbonat.
menjadi dua tipe yaitu:
Batuan gamping dan juga dolomit yang
Porositas primer, yaitu porositas yang
belum terkarstifikasi mempunyai kisaran nilai
tergantung dari matriks batuan itu sendiri;
porositas yang sangat kecil (maksimal 10%).
dan
Sebaliknya, jika jika batuan gamping telah
Porositas sekunder, yaitu porositas yang terkarstifikasi akan mempunyai nilai porositas
lebih tergantung pada proses sekunder yang tinggi (mencapai 50%)
seperti adanya rekahan ataupun lorong Selanjutnya, Gambar 2.5
hasil proses solusional mengilustrasikan perbedaan tipe porositas pada
Dalam hal ini, jika dikatakan bahwa daerah karst dan non-karst.
batuan karbonat di daerah karst mempunyai
porositas yang besar adalah lebih signifikan
karena adanya percelahan hasil proses pelarutan

K K

Gambar 2.5. Tipe porositas pada karst (kanan) dan non-karst (kiri)

21
Tabel 2.1. Besarnya porositas pada berbagai c. Permeabilitas (K) dan Transmissivitas
material batuan (T) akuifer
Material (%) Permeabilitas atau konduktivitas hidraulik
Sedimen tidak kompak (K) secara sederhana dapat diartikan sebagai
Kerikil 25 40 kemampuan suatu batuan untuk meloloskan
Sand 25 50 air/cairan. Nilai K tergantung dari media (batuan)
Silt 35 50 dan independen terhadap jenis cairan. Sementara
Lempung 40 - 70 itu transmissivitas (T) adalah sejumlah air yang
Batuan dapat mengalir melewati satu unit luas akuifer
Fractured basalt 5 50 secara 100% horizontal. Nilai T ini merupakan
Gamping terkarstifikasi 5 50 suatu fungsi berbanding lurus dengan H
Sandstone 5 30 konduktivitas hidraulik (K) dan tebal akuifer (b),
Gamping, dolomit 0 20 sehingga :
Shale 0 10
Fractured crystalline rock 0 10
Dense crystalline rock 0 - 5 T = K . b .. (2)
Sumber : Acworth (2001)

Dari Gambar 2.5 terlihat bahwa tipe dimana T= transmissivitas akuifer (m2/hari)
porositas pada batuan non-karst biasanya bersifat K= permeabilitas akuifer (m/hari)
teratur dan intergranuler (saling berhubungan ke b = tebal akuifer (m)
segala arah), sementara pada batuan karst sangat Nilai K dan T tentu saja tergantung dari
tergantung dari arah dan kedudukan percelahan besar kecilnya porositas, sortasi batuan, tektur
(cavities) yang terbentuk karena proses solusional. batuan, dll. Akibatnya, karena lorong-lorong
Dari waktu ke waktu, jika sistem percelahan masih solusional yang dihasilkan pada batuan gamping
memungkinkan untuk terus berkembang, maka yang terkarstifikasi dengan baik mengakibatkan
besarnya porositas sekunder ini juga akan nilainya menjadi cukup signifikan pula dibanding
bertambah besar. jenis batuan lain, seperti yang ditampilkan pada
Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Besarnya porositas pada berbagai material batuan


Hydraulic Conductivity (K) From (m/dt) To (m/dt)
-3
Gravel 10 1
-5 -2
Clean sand 10 10
-7 -3
Silty sand 10 10
-9 -5
Silt,loess 10 10
-12 -6
Glacial till 10 10
-12 -9
Marine clay 10 10
-13 -9
Shale 10 10
-14 -10
Unfractured basement 10 10
-10 -6
Sandstone 10 10
-9 -6
Limestone 10 10
-8 -4
Fractured basement 10 10
-7 -3
Basalt (interflow) 10 10
-6 -3
Karst limestone 10 10
Sumber : Acworth (2001)

22
Smith et. Al. (1976) dalam Ford and akuifer anisotropis jika nilai K
Williams (1989) mengevaluasi nilai K pada batuan tergantung/bervariasi tergantung kedudukan dan
gamping yang sangat masif memiliki permeabilitas arah terhadap formasi batuan. Sebagai ilustrasi,
primer yang pada mulanya sangat kecil, dan tipe-tipe akuifer berdasarkan arah dan kedudukan
kemudian memiliki nilai K yang jauh lebih besar nilai K dapat dilihat pada Gambar 2.6.
(x106) pada porositas sekunder batuan tersebut
Pada akuifer karst yang didominasi oleh
yang telah berkembang membentuk jaringan
porositas sekunder yang arah dan dimensinya
lorong bawah tanah yang baik.
tergantung dari tingkat pelarutan batuan memiliki
d. Isotropik dan homogenitas akuifer sifat heterogen-anisotropis. Pengukuran dan
definisi tentang heterogenitas akuifer karst
Pada batuan atau materi daerah non-karst
pertama kali dilakukan oleh Yuan (1985) dalam
yang tersortasi dengan baik, sebagai contoh
Ford and Williams (1989). Pengukuran yang
akuifer lereng gunungapi yang didominasi oleh
dilakukan menunjukkan bahwa nilai K pada arah
batuan pasir tentu saja mempunyai nilai K dan
sumbu x, y dan z tidak menunjukkan magnitudo
porositas yang teratur ke segala arah (Gambar 5).
yang sama, sehingga akuifer karst dapat
Pada kondisi ini nilai K (konduktivitas hidraulik)
diklasifikasikan sebagai anisotropis.
dapat dikategorikan sebagai independen terhadap
posisinya pada perlapisan batuan. Akuifer ini Sebagai kesimpulan, akuifer karst
dikenal sebagai akuifer yang homogen karena mempunyai perbedaan karakteristik yang sangat
nilai K tidak tergantung posisinya pada suatu mencolok dibanding akuifer-akuifer yang lain,
formasi batuan. Sebaliknya, jika nilai K bervariasi terutama karena sifat batuannya yang mudah larut
pada suatu titik pada formasi batuan, maka dalam air dan membentuk lorong-lorong drainase.
akuifernya dikenal sebagai heterogen. Sebenarnya, masih terdapat banyak sekali
perbedaan, misalnya dalam hal muka airtanah
Selanjutnya, dikenal pula istilah akuifer
(water table), aplikasi rumus aliran Darcy, dll.,
isotropis jika nilai K tidak tergantung dari arah
yang akan dibahas pada subbab berikutnya.
pengukuran pada suatu formasi batuan dan

Gambar 2.6. Akuifer homogen-heterogen, isotropis-anistropis


(Sumber: http://www.bae.uky.edu/sworkman/AEN438G/aquifer/aquifer.html)

23
Gambar 2.7. Sistem aliran internal pada akuifer karst (White, 1988)

Sistem Hidrologi Akuifer Karst sebelum masuk ke zona vadose. Sungai yang
tertelan dan masuk melalui ponor pada
Seperti dijelaskan pada Pendahuluan,
lembah/doline biasanya langsung membentuk
sistem hidrologi di daerah karst didominasi oleh
lorong conduit dan dapat berkembang sebagai
pola diffuse dan conduit. Selanjutnya Gambar 2.7
saluran terbuka atau pipa-pipa vadose. Selain itu,
mengilustrasikan skema sistem aliran internal
air yang dialirkan dari dari daerah tangkapan hujan
akuifer karst.
atau dari aquifer yang bertengger diatas formasi
Pada Gambar 2.7 bagian atas adalah karst (jika ada) biasanya akan langsung menuju
permukaan tanah, dan diasumsikan memiliki tiga zone vadose melalui lorong-lorong vertikal.
komponen daerah tangkapan air yaitu: dari Akhirnya, aliran tersebut dapat bergabung dengan
formasi karst itu sendiri, daerah lain non-karst lorong conduit dari masukan lain, dan ada pula
yang berdekatan (contoh: aliran allogenic), dan yang menjadi mataair bila kondisi topografi
masukan dari bagian atas formasi karst (misal: memungkinkan. Ilustrasi perkembangan conduit
sungai yang masuk/tertelan) atau masukan disajikan pada Gambar 2.8.
langsung secara vertikal. Sebagian hujan akan
Imbuhan yang mempunyai sifat diffuse
terevapotranspirasikan dan sisanya akan masuk
bergerak secara seragam kebawah melalui
ke akuifer karst sebagai limpasan allogenic,
rekahan-rekahan yang tersedia (fissure). Jika
limpasan internal dan infiltrasi rekahan-rekahan
sistem diffuse oleh fissure berkembang baik, maka
kecil (diffuse infiltration). Hujan yang masuk harus
dapat dipastikan bahwa proses infiltrasi pada zona
menjenuhkan tanah dan zone rekahan/epikarst
epikarst berlangsung dengan baik. Pada karst

24
yang berkembang baik, fissure sudah menjadi Gambar 2.9 menunjukkan perbedaan tipe aliran
satu sistem dengan conduit (mixed-Gambar 2) dan antara sistem diffuse dan conduit.
memasok aliran airnya ke lorong-lorong conduit.

Gambar 2.8. Perkembangan lorong conduit (Sumber: water.usgs.gov/.../ jbm_exchangematrix.htm)

Gambar 2.9. Sistem aliran conduit vs sistem aliran diffuse (White, 1988)

25
Jika kita perhatikan lagi Gambar 2.3, pada lorong conduit yang diibaratkan
mulanya aliran yang bersifat diffuse lebih dominan mempunyai bentuk seperti pipa dengan
melalui fissure/rekahan kecil yang berjumlah diameter tertentu. Oleh karena itu,
banyak dan rapat (Gambar 2.3.a). Dengan terus kecepatan aliran diidentikkan dengan
berkembangnya proses solusional, jaringan kecepatan aliran saluran permukaan
conduit (lorong/pipa) mulai berkembang dan (misal:sungai). Sifat alirannya adalah
menyebabkan meningkatnya jumlah aliran. Pada turbulen dan bukan laminar. Pada akuifer
masa tersebut dapat dikatakan bahwa sistem ini, mataair dapat mempunyai respon yang
aliran yang berkembang adalah campuran (mixed) sangat cepat terhadap recharge/hujan dan
antara sistem diffuse dan conduit (Gambar 2.3.b). mungkin pula mempunyai karakteristik
Pada karst yang dewasa dan telah berkembang hidrograf aliran yang sama dengan sungai
dengan baik sistem conduit lebih dominan dan permukaan.
hampir tidak terdapat sistem diffuse (Gambar
c. Confined-flow karst aquifer atau akuifer
2.3.c). Selanjutnya, White (1988) membagi akuifer
karst yang berada dibawah batuan yang
karst menjadi 3 model konseptual atas dasar sifat
mempunyai nilai permeabilitas yang
alirannya yaitu :
sangat kecil. Sistem aliran akuifer ini
a. Diiffuse-flow karst aquifer atau akuifer sangat dikontrol oleh lapisan diatasnya,
dengan sistem aliran dominan diffuse. walaupun memiliki lorong-lorong hasil
Akuifer ini tidak memiliki aktivitas proses solusional.
pelarutan yang baik, sehingga dapat
Muka airtanah karst
dikategorikan sebagai akuifer homogen
dan sistem alirannya mendekati hukum Muka airtanah adalah batas antara zone
Darcy (Gambar 9). Akuifer ini biasanya jenuh dan zone tak jenuh. Secara sederhana
terdapat pada akuifer karbonat yang tidak muka airtanah adalah air yanag kita temukan
mudah larut, misalnya dolomit. Air pertama kali ketika kita menggali sebuah sumur.
bergerak sepanjang rekahan-rekahan Secara regional, notasi airtanah sering kali
kecil yang hanya sedikit terpengaruh oleh dinyatakan dengan suatu istilah yang dikenal
aktivitas pelarutan. Jika terdapat goa, sebagai hydraulic head atau jumlah antara
biasanya kecil dan tidak berhubungan tekanan hidrostatis airtanah dan ketinggian
satu sama lain. Output air biasanya juga tempat. Lebih mudahnya, nilai hydraulic head
hanya memiliki debit dalam jumlah yang adalah nilai ketinggian tempat dikurangi ketinggian
kecil sebagai mataair atau rembesan. muka airtanah dari permukaan bumi, seperti yang
Muka airtanah dapat dengan mudah disajikan pada Gambar 2.10. Selanjutnya, peta
didefinisikan dan karena sebagian garis yang menunjukkan tempat yang mempunyai
recharge adalah melalui fracture, nilai hydraulic head yang sama disebut peta kontur
fluktuasinya tidak terlalu besar dan airtanah atau equipotential map. Jika peta tesebut
kedudukan muka airtanah (water table) dilengkapi dengan arah aliran airtanah maka
dapat sedikit diatas base level regional. dikenal sebagai flownets atau jaring-jaring
airtanah. Karena airtanah mengalir dari tempat
b. Free-flow karst aquifer. Akuifer ini juga
yang bernilai hydraulic head tinggi ke rendah,
memiliki aliran tipe diffuse, tetapi lorong-
maka akan memiliki apa yang dikenal sebagai
lorong solusional lebih dominan dimana
hydraulic gradient atau kemiringan muka airtanah.
sebagian besar aliran adalah melalui
lorong-lorong conduit yang ada. Airtanah Apakah ada muka airtanah (watertable) di
karst pada akuifer ini sangat terkontrol akuifer karst? Dan jikalau ada apakah mempunyai
oleh distribusi dan arah dari lorong-lorong karakteristik seperti halnya pada akuifer-akuifer
tersebut. Gambar 2.9. mengilustrasikan non-karst?. Perdebatan mengenai karakteristik
bahwa pendekatan hukum aliran yang dan eksistensi muka airtanah di akuifer karst
digunakan adalah pipe flow karena sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu.
sebagian besar air terdapat pada lorong-

26
Gambar 2.10. Hydraulic head

Pada satu pihak banyak argumen percaya disimpulkan bahwa muka airtanah sudah dapat
bahwa sungai yang masuk ke akuifer karst secara didefinisikan. Pada kondisi ini juga tidak begitu
langsung/tertelan melalui swallow hole dan penting apakah air yang terdapat pada sumur itu
menjadi sungai bawah tanah dan mengalir terus merupakan muka airtanah atau merupakan lorong
ke bawah serta tidak mempunyai level atau muka conduit yang jenuh air dan tepat pada pertemuan
freatik yang teratur/homogen seperti halnya pada retakan-retakan batuan karbonat. Selanjutnya,
akuifer non-karst, sehingga disimpulkan bahwa ketinggian muka airtanah dapat didefinisikan
muka airtanah tidak dapat didefinisikan/tidak ada. dengan cara melakukan tracer test yang
dikombinasikan dengan pemetaan goa, pemetaan
Pendapat lain mengatakan bahwa muka
retakan dan conduit, serta pemetaan muka
airtanah di akuifer karst dapat didefinisikan
airtanah pada sumur-sumur gali penduduk.
dengan cara melihat keseluruhan cekungan
Contoh yang sudah dilakukan di DIY adalah yang
airtanah karst dan sekitarnya dan tidak hanya
dilakukan oleh MacDonalds and partners (1983)
terfokus pada akuifer yang didominasi oleh sistem
ketika mencoba membuat peta kontur muka freatik
conduit saja. Cekungan karst ini akan mempunyai
pada karst Gunung Sewu di Kabupaten Gunung
dua sistem aliran utama yaitu diffuse dan conduit,
Kidul.
walupun pada tingkat yang lebih dalam akan lebih
terkonsentrasi pada lorong-lorong conduit. White (1988) menyatakan bahwa
Sebagai contoh adalah keberadaan goa-goa terjadinya silang pendapat mengenai ada tidaknya
dengan sungai bawah tanah. Pada akhirnya, jika muka airtanah di karst lebih disebabkan oleh
gerakan airtanah pada lorong conduit sudah mulai ketidakpersamaan atau kurangnya pengetahuan
pelan, biasanya sudah mulai mendekati laut atau mengenai konsep muka airtanah. Muka airtanah
pantai sehingga kemiringan muka airtanahnya tidak pernah statis dan berfluktuasi menurut faktor-
sudah mulai rendah dan mendekati datar. Pada faktor yang dapat mempengaruhinya seperti
kondisi ini, orang biasanya dapat membuat sumur terhadap musim. Lebih jauh lagi, mendefiniskan
gali untuk keperluan sehari-hari, sehingga dapat muka airtanah karst memang tidak semudah
27
mencari muka airtanah pada akuifer yang teratur, Keterangan dari Gambar 2.11 adalah sebagai
homogen dan isotropik. Keunikan akuifer karst berikut :
adalah terletak pada respons yang cepat pada
sistem aliran conduit jika terjadi perubahan Gambar A. Akuifer bagian atas adalah
imbuhan (hujan) dibandingkan pada sistem sandstone yang relatif mempunyai nilai K
diffuse. Pada sistem conduit, muka airtanah akan yang cukup. Tetapi, karena dibawah
cepat sekali naik mencapai puluhan meter hanya formasi sandstone terdapat shale yang
dalam waktu beberapa jam saja dan selanjutnya memiliki nilai K kecil dan menyebabkan
bisa langsung turun lagi dengan cepat. Kenyataan terbatasnya imbuhan (recharge) ke
ini hampir tidak pernah dijumpai pada akuifer jenis formasi batuan gamping di lapisan paling
lain, bahkan pada akuifer karst lain yang bawah. Sebaliknya, pada akuifer bagian
didominasi oleh aliran diffuse. Pada karst dengan kiri recharge dari air hujan dapat mengalir
aliran diffuse, yang tentu saja memiliki nilai secara bebas menuju batuan karbonat,
konduktivitas hidraulik lebih kecil, respon terhadap sehingga proses solusional dapat
hujan akan berjalan pelan, sehingga dapat belangsung secara lancar.
dikatakan bahwa fungsi regulator karst berjalan Kesimpulannya, terdapat dua pola
dengan baik. kemiringan muka airtanah pada bagian kiri
dan kanan akibat adanya perbedaan
Pada sisi lain, stratigrafi pada cekungan stratigrafi.
dimana akuifer karst berada juga dapat
berpengaruh terhadap sifat dan kedudukan muka Gambar B dan C. Akuifer ini mempunyai
airtanah karst (Fetter, 1994). Hal ini dapat juga perbedaan tingkat pelaruran (dolomit dan
terjadi pada akuifer berbatuan karbonat yang gamping yang mudah larut) yang
mempunyai tipe karbonat yang berbeda. Gambar mengakibatkan terjadinya perbedaan
2.11. mengilustrasikan beberapa kondisi yang kemiringan muka airtanah.
menyebabkan adanya perbedaan kemiringan
muka airtanah pada akuifer karst. Kesimpulan dari bahasan muka airtanah
karst diatas adalah bahwa karakteristik muka
airtanah di akuifer karst sangat berbeda dengan
akuifer di tempat lain. Faktor yang sangat
menentukan adalah adanya sifat akuifer karst
yang cenderung anisotropis karena dominasi
proses pelarutan yang menghasilkan lorong-lorong
conduit yang sangat tidak beraturan. Karena
sifatnya yang memiliki nilai konduktivitas hidraulic
(K) sangat tinggi terutama pada area yang
mempunyai perkembangan lorong conduit yang
sangat baik, muka airtanah karst dapat berada
sangat dalam di bawah permukaan tanah. Selain
itu, karena sifatnya tersebut, kadang-kadang
terdapat genangan air/aliran yang bertengger
pada suatu cekungan atau lorong diatas muka
airtanah. Hal inilah yang sering menyebabkan
sulitnya mendefiniskan muka airtanah di akuifer
karst. Akhirnya, karena proses pelarutan sangat
dikontrol oleh adanya retakan/rekahan pada
Gambar 2.11. Kondisi geologis yang berpengaruh
batuan karbonat, maka muka airtanah dapat tidak
terhadap muka airtanah (Fetter, 1994) bersambung satu sama lain (discontinuous)
walaupun pada tempat-tempat yang sudah dekat
dengan laut dan memiliki gradient hidraulik sangat

28
rendah, muka airtanah karst dikontrol oleh muka h
airtanah dasar (base level) baik itu lokal maupun Q= -K A ..(3)
dan regional. Sebagai contoh, jika kita mengebor L
atau membuat sumur di akuifer karst, jangan
heran jika pada kedalaman tertentu kita
memperoleh air, tetapi pada lokasi lain yang dimana :
berdekatan dengan kedalaman yang sama kita A = luas penampang tabung ( akuifer)
tidak dapat menemukan air.
K = konduktivitas hidraulik
Hukum Aliran di Akuifer Karst h/L = kemiringan muka airtanah

Hukum Darcy dikenal secara luas di


kalangan ahli hidrologi dan biasa digunakan untuk Apakah hukum Darcy bisa diterapkan di
menentukan debit airtanah. Dalam percobaannya akuifer karst?. Beberapa hal sudah disinggung
(Gambar 2.12) yang mengumpamakan akuifer pada Gambar 9 bahwa jika tipe aliran yang
sebagai suatu tabung yang berisi pasir, Darcy dominan adalah conduit dan pipa-pipa hasil
menemukan bahwa kecepatan airtanah pelarutan sudah berkembang baik, maka
berbanding lurus dengan beda tinggi (head) pendekatan Darcy ini sudah tidak dapat lagi
antara dua titik dalam tabung dibagi dengan dipergunakan lagi di akuifer karst. Selain itu,
panjang tabung yang kita kenal sebagai hukum Darcy mempunyai beberapa keterbatasan-
kemiringan airtanah, dan juga berbanding lurus keterbatasan pada kondisi sebagai berikut :
terhadap koefisien yang kita kenal sebagai nilai
a. Kemiringan muka airtanah sangat kecil,
konduktivitas hidraulik (K). Sehingga untuk
misal pada cekungan yang sangat besar,
menghitung debit airtanah tinggal kita kalikan
relatif datar, airtanah tidak mengalir
dengan luas penampang tabung.
b. Kecepatan aliran sangat tinggi, kemiringan
Jika kita notasikan maka Hukum Darcy adalah
muka airtanah sangat tinggi, dan tipe aliran
sebagai berikut:
turbulent

Gambar 2.12. Percobaan Darcy

29
Pada akuifer karst yang sudah berkembang kondisi kemiringan muka airtanah lebih dari 0,01.
baik, adanya conduit dan pipa-pipa solusional Selanjutnya Ewers (1982) dalam Ford and
dapat mengakibatkan kecepatan aliran yang Williams (1992) bahkan menyatakan jika diameter
sangat tinggi dan tipe alirannya bukan laminar dari conduit sudah mencapai 1 mm maka aplikasi
tetapi turbulent. Untuk memudahkan dan menguji dari hukum Darcy sangat diragukan. Selanjutnya,
coba apakah hukum Darcy masih dapat berlaku Ford and Williams (1992) menyatakan bahwa
pada suatu akuifer karst maka dapat digunakan rumus Darcy dengan sedikit perubahan yang
formula Reynolds Number (Re). Jika Re antara 1 belakangan dikenal sebagai rumus Darcy-
s.d. 10, maka hukum Darcy masih dapat Weisbach dapat digunakan pada kondisi akuifer
digunakan yang didominasi oleh conduit dan mempunyai tipe
aliran turbulent.

Re = v d / (4)

Dimana : = kerapatan cairan


= viskositas/kekentalan
d = panjang segmen
v = kecepatan

Bear (1972) dalam Ford and Williams


(1992) menyimpulakan bahwa aliran turbulent
secara mutlak belum akan terjadi jika kecepatan
aliran belum terlalu tinggi dan nilai Re masih
berkisar antara 100 1000. Kisaran ini dapat
dikatakan sebagai batas antara tipe aliran
turbulent dan laminar. Selanjutnya Gambar 2.13
menyajikan hubungan antara diameter lorong
conduit, kecepatan aliran dan nilai Re.
Selain itu, Ford and Williams (1992)
mengatakan bahwa debit airtanah pada
percobaan Darcy diukur pada cross section
penampang luas pada media jenuh, dalam hal ini
pasir. Sedangkan, pada akuifer karst yang Gambar 2.13. Nilai Re pada berbagai kecepatan
mempunyai sifat heterogen-anisotropis, maka aliran dan diameter pipa (Smith et.al, 1976 dalam
kecepatan aliran akan berbeda-beda jika kita Ford and Williams, 1992)
umpamakan akuifer itu sebagai suatu tabung.
Pada kondisi ini, maka kecepatan air mengalir Imbangan Air di Akuifer Karst
akan sangat tergantung dari distribusi retakan atau
Pada suatu DAS, siklus hidrologi dan
percelahan pada akuifer karst, sehingga secara
imbangan air dapat diketahui dengan cara
mikroskopis pasti mempunyai debit yang lebih
mengetahui komponen-komponen utama
besar dibanding jika kita pandang seluruh tabung
penyumbang air. Hujan yang jatuh di DAS dapat
sesuai hukum Darcy tersebut. Beberapa peneliti
dianggap sebagai input utama, dan muara sungai
seperti Bocker (1973) dalam Ford and Williams
dapat didefinisikan sebagai suatu output. Di dalam
(1992) menyimpulkan bahwa Hukum Darcy tidak
DAS, jumlah air yang masuk dan keluar haruslah
dapat dipakai jika terdapat retakan pada akuifer
sama. Hujan yang jatuh ke permukaan tanah
karst dengan diameter lebih dari 3 mm pada
terbagi menjadi tiga sub sistem aliran yaitu (a)
30
aliran yang terinfiltrasikan pada zona tanah dan Dari skema tersebut dapat dijelaskan
terperkolasikan menuju muka airtanah, (b) aliran bahwa jika hujan puncak terjadi, maka muka
permukaan (overland flow) yang kemudian airtanah akan naik, demikian juga dengan
berkembang menjadi sungai permukaan, dan (c) simpanan pada akuifer karst. Pada musim
air yang kembali ke atmosfer melalui evaporasi kemarau, karena recharge dari hujan berkurang
dan transpirasi. Imbangan air secara umum dapat maka simpanan juga akan turun. Qs dapat
dirumuskan sebagai berikut : bernotasi negatif jika jumlah masukan lebih kecil
dari output, dan sebaliknya Qs bernotasi positif jika
input lebih besar dari output. Jika kita
PE = I+R ..................... (5) beranggapan bahwa akuifer karst hanya memiliki
satu output, maka QB atau total keluaran pada
mata air dapat dinotasikan sebagai berikut :
dimana : P = hujan
E = evapotranspirasi
QB = Qa + QI + Qd + QR - Qs .... (7)
I = infiltrasi
R = aliran permukaan
Dimana :

Secara khusus, imbangan air di karst QB = total output


mempunyai komponen-komponen seperti yang Qa = aliran permukaan non-karst (allogenic)
akan dijelaskan berikut ini. Aliran permukaan dari QI = run-off dari internal karst
daerah non-karst seperti sungai permukaan
Qd = infiltrasi yang bersifat diffuse
masuk ke akuifer karst melalui ponor (Qa) dan ada
pula yang tetap sebagai sungai permukaan (QR). QR = sungai permukaan
Air hujan yang terinfiltrasi menembus lapisan QS = simpanan di akuifer
tanah karst sebagai diffuse infiltration melalui
rekahan dan retakan diberi notasi Qd. Sisa dari
hujan dikurangi infiltrasi yang akhirnya menjadi Rumus ini biasanya dapat diterapkan
runoff akhirnya juga masuk ke lobang-lobang pada akuifer karst secara umum, dan jika selama
ponor/sinkholes dikenal sebagai runoff internal beberapa waktu penerapan, imbangan air
(QI). Komponen aliran permukaan dan bawah mendekati nol berarti akuifer karst memiliki sistem
permukaan yang bergabung di akuifer karst conduit yang sudah berkembang. Sebaliknya jika
menjadi keluaran baik itu melalui mata air atau imbangan air tidak = nol, maka dapat disimpulkan
resurgence di laut (QB). Secara total, imbangan air bahwa terdapat komponen masukan atau keluaran
karst dapat didefinisikan sebagai berikut : yang tidak diketahui secara pasti jalurnya.

SURVEY HIDROLOGI DI KARST


Qin - Qout = Qs ............. (6) Seperti dijelaskan pada bahasan
sebelumnya, proses solusional yang
menyebabkan adanya perbedaan perkembangan
dimana : (karstifikasi) pada akuifer karst menyebabkan pola
Qin = input komponen air yang masuk ke karst akuifer yang terbentuk bersifat heterogen-
anisotropis. Akibatnya evaluasi mengenai struktur
Qout = keluaran (outlet) pada periode yang sama dan sifat dari akuifer karst merupakan
Qs = perubahan simpanan permasalahan tersendiri dan mensyaratkan teknik
Selanjutnya, Gambar 2.14 menampilkan yang berbeda untuk dilakukan penelitian.
skema imbangan air yang terdapat pada cekungan Penelitian terpenting di kawasan karst adalah
karst. untuk mengevalusi keberadaan sumber daya air
termasuk distribusi spasial, kuantitas dan
31
kualitasnya. Secara umum karena karakteristiknya Ford and Williams (1992) mengemukakan
yang khas, akuifer karst menimbulkan banyak bahwa penelitian mengenai sistem aliran bawah
masalah dalam hal penentuan dan penyelidikan permukaan karst perlu mencermati hal-hal seperti
sumberdaya air karst yang terdapat pada lorong- berikut ini:
lorong conduit dan terakumulasi pada sungai-
sungai bawah tanah. Selain itu, tidak mungkin kita distibusi vertikal dan horisontal dari akuifer
dapat melakukan generalisasi seperti yang batas akuifer
dilaukan pada akuifer lain karena karst dapat
sifat aliran masuk dan keluar akuifer karst
memiliki berbagai tipe dan karakter akuifer yang
berbeda-beda pada suatu daerah (Ford and hubungan, sistem pergoaan dan pola
Williams, 1992). Selanjutnya, keberadaan air di drainase bawah permukaan
karst biasanya hanya dapat diamati pada sungai karakteristik fisik akuifer
bawah tanah dan mata air yang dapat keluar di
respon terhadap imbuhan (recharge) pada
laut ataupun pada goa serta karena adanya faktor
berbagai kondisi akuifer
topografi tertentu. Akibatnya, kemampuan untuk
melakukan survey bawah permukaan mutlak hubungan aliran input dan output
dipunyai oleh peneliti hidrologi karst.

Gambar 2.14. Imbangan air pada cekungan fluviokarst (White, 1988)

32
Tabel 2.3. Metode-metode evaluasi sistem drainase karst
Kondisi aliran Batas akuifer Karakteristik Skala Cara analisis
akuifer
Laminar-linier infinite Bebas/tertekan spesifik Lobang bor
(diffuse-darcian)

Laminar-linier Kedap/bocor Konstan, lokal Uji pompa, korelasi


(diffuse-darcian) tergantung input-output
ketebalan
Mixed laminar- Homogen horizontal Homogen-heterogen regional Imbangan air
turbulent Heterogen vertikal cekungan karst Hidrograf mataair
Kemograf mataair
Turbulent aliran konstan/tidak Isotropis Tunak/tak tunak Jaringan sungai
conduit anisotropis bawah tanah

Sumber: (Ford and Williams, 1992)

Informasi-informasi diatas dapat diperoleh akuifer karst yang belum begitu berkembang
dengan pendekatan-pendekatan seperti imbangan dengan tipe akuifer bebas (tidak tertekan) yang
air dan pemboran yang biasa dilakukan pada dapat memiliki beberapa sistem cekungan
survey airtanah akuifer non-karst. Sementara itu airtanah dan hubungan antar sungai bawah tanah
analisis hidrograf mataair karst dan penelusuran yang masih mungkin dicari secara sederhana
sistem sungai bawah tanah (water tracing) lebih (satu sungai bawah tanah keluar pada satu
dikembangkan untuk penyelidikan khusus akuifer mataair), maka survey sederhana yang dapat
karst. Selanjutnya, Tabel 2.3. mengelompokkan dilakukan adalah dengan membuat flownet atau
survey dan analisis hidrologi karst berdasarkan peta kontur airtanah yang kemudian dapat dicari
sifat dari aliran yang menonjol. batas cekungan airtanahnya (groundwater divide)
serta dengan menggunakan pelacakan metode
Dalam bahasan ini tidak akan didiskusikan
tracing (tracer test) baik itu dengan larutan atau
semuanya mengenai berbagai cara analisis yang
radioaktif. Tracer test ini akan dibahas secara
mungkin dilakukan di akuifer karst untuk
khusus pada bahasan selanjutnya. Sedangkan
mendeskripsikan sifat fisik dan terutama kondisi
pada akuifer tertekan, batas cekungan airtanah
airtanah karst. Beberapa hal utama yang akan
masih mungkin didefinisikan dengan
dibahas adalah mengenai hidrograf dan
menggunakan pemetaan kontur dan aliran
kemograf mataair karst serta tracer test untuk
airtanah, sementara tracer test sulit dilakukan
mengetahui sistem dan jaringan sungai bawah
karena lamanya waktu tunggu. Pada kondisi ini
tanah di akuifer karst.
tracer test yang mungkin digunakan adalah
dengan metode isotop (Ford and Williams, 1992).
Teknik survey dan eksplorasi
Penggunaan teknologi Remote Sensing
Seperti sudah dikemukakan pada
(RS) dengan batuan Sistem Informasi Geografis
bahasan-bahasan sebelumnya, masalah utama (SIG) untuk penyelidikan airtanah termasuk pada
survey airtanah di karst adalah terutama pada kuifer karst akan memberikan pemetaan yang
sistem dimana aliran conduit sudah berkembang
efektif terhadap kenampakan di permukaan bumi
dengan baik. Pada kondisi conduit ini, lorong- yang kondusif terhadap distribusi dan potensi
lorong solusional yang dominan menyebabkan airtanah pada suatu wilayah (Sander, 1996).
sulitnya mengevaluasi kondisi batas akuifer secara
Selanjutnya dikatakan pula bahwa integrasi dari
tegas, mengevaluasi kondisi aliran (turbulent), RS and SIG akan menyediakan pengetahuan
serta keberadaan tipe akuifer yang bersifat yang lebih baik secara spasial mengenai
heterogen-anisotropis. Sementara itu, pada
sumberdaya airtanah karena kemampuan SIG

33
untuk menampilannya secara spasial dan akurat geologi. Metode geofisika yang paling sering
dari banyak data dengan sumber berbeda. digunakan untuk mengevaluasi kondisi hidrologi
Beberapa penelitian dengan bantuan teknologi RS akuifer karst adalah metode resistivity. Metode ini
dan SIG diantaranya oleh Parizek (1976) dalam mempunyai prinsip bahwa arus listrik yang
Ford and Williams (1992) menggunakan dialirkan ke bawah permukaan bumi akan
pendekatan kelurusan (lineament) dan retakan terpengaruh oleh nilai tahanan jenis batuan
(fracture) untuk mendelineasi sistem sungai (resistivity) yang bervariasi menurut pori-pori
bawah tanah di batuan karbonat. Hasil penelitian batuan, sifat dan karakteristiknya termasuk yang
seperti yang disajikan pada Gambar 2.15 ada pada akuifer karst. Ford and Williams (1992)
menggunakan pendekatan pola-pola kelurusan mengatakan bahwa metode resistivity ini telah
dan perpotongannya untuk menentukan posisi terbukti untuk dapat mendeskripsikan variasi
mata air dan lokasi yang tepat untuk membuat vertikal dari akuifer karst karena metode ini dapat
sumur. Selain itu, foto udara infra merah thermal membedakan adanya batuan karbonat yang
juga sering digunakan untuk menentukan lokasi kompak, yang jenuh air, maupun yang tidak.
keluarnya sungai bawah tanah berupa mata air di Memang tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang
laut. Prinsip kerjanya adalah adanya perbedaan metode ini meleset untuk dapat secara presisi
suhu yang mencolok antara suhu sungai bawah menentukan lokasi yang mengandung airtanah
tanah dan suhu airlaut. karst dalam jumlah yang cukup. Selanjutnya, Loke
(2000) menjelaskan tentang teknik inverse
Selanjutnya, investigasi pada akuifer karst
imaging 2-dimensi yang mampu digunakan untuk
dapat dibantu dengan metode geofisika. Metode
menentukan keberadaan goa karst dan
geofisika ini mensyaratkan adanya variasi vertikal
kemungkinan terdapatnya sumberdaya air
dan horisontal dari sifat fisik perlapisan batuan di
didalamnya, seperti yang disajikan pada Gambar
bawah permukaan bumi. Jika ada ketidak
2.16.
selarasan (discontinuities) sifat fisik perlapisan
batuan, logikanya pasti terdapat perbedaan

Gambar 2.15. Pendekatan retakan dan kelurusan untuk sumber air karst

34
Gambar 2.16. Contoh Inversion Model 2-D untuk pendugaan airtanah di goa (Loke, 2000)

Akhir-akhir ini telah banyak metode data, diantaranya lokasi/kedalaman dimana sutau
geofisika lain yang dapat digunakan untuk akuifer karst mempunyai nilai permeabilitas yang
mengevaluasi potensi hidrologi di akuifer karst tinggi serta koefisien simpanan dari akuifer karst
seperti yang disajikan pada Tabel 2.4. yanr terukur. Selain itu, borehole recharge test
atau uji lobang bor dengan memasok air ke dalam
Tabel 2.4. Metode geofisika yang dapat
lobang dapat digunakan untuk menentukan nilai
digunakan untuk survey hidrologi karst
permeabilitas (K) dari suatu segmen tertentu dari
Metode Sifat fisik teramati akuifer karst. Sementara itu, uji pompa lobang
geofisika bor (pumping test) juga dapat dilakukan di akuifer
Geolistrik Resistivity/conductivity karst walaupun mempunyai keterbatasan-
Seismic Kecepatan gelombang
keterbatasan tertentu.
Method
Density (kepadatan)
Gravity
Sifat magnet bumi Teknik Pelacakan Airtanah Karst (Water
Magnetic
Radioactivity Tracing)
Radiometric
Dialectric Permittivity Teknik water tracing dikenal secara luas
Radar
Tergantung sensor yang digunakan sebagai salah satu metode yang dapat
Uji lobang bor (cpt;suhu;resistivity;conductivity, dll)
dipertanggungjawabkan untuk mencari hubungan
antar goa atau sistem sungai bawah tanah di
akuifer karst. Hal ini dilakukan oleh MacDonalds
Penggunaan analisis lobang bor selain and Partners (1983) untuk melacak sistem sungai
untuk menentukan perlapisan dan sifat batuan bawah tanah di karst Gunung Sewu, Yogyakarta.
selain dengan menggunakan sensor seperti yang Hasil pelacakan tersebut sampai sekarang masing
disajikan pada Tabel 2.4. juga dapat diamati tanpa digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
sensor secara langsung untuk memperoleh data-
35
terhadap pengembangan sumberdaya air karst di yang sangat mudah larut dalam air, penggunaan
wilayah tersebut. Teknik ini secara sederhana garam untuk media tracing test ini memerlukan
adalah memasukkan atau menuang sesuatu pada jumlah garam yang sangat banyak, terutama
aliran air di swallow hole atau sungai yang akan untuk mendeteksi jaringan sungai bawah tanah
masuk ke goa, atau ponor/sinkhole dan kemudian yang berjarak panjang dan debit yang besar. Jika
menghadang atau menjemput pada suatu lokasi jumlah garam yang dimasukkan ke air kurang,
yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan maka pada titik output yang diamati tidak akan
titik awal kita menuang tracer tadi. Jika tracer terdeteksi adanya korelasi, walaupun
yang kita tuang tertangkap secara fisik ataupun sesungguhnya merupakan satu sistem dengan
dengan alat pengukur yang lain maka dapat titik inputnya. Bogli (1980) mencontohkan bahwa
dipastikan bahwa ada hubungan antara titik untuk jarak tracing sekitar 3 s.d 5 km dibutuhkan
pertama tempat kita menuang tracer dengan titik setidaknya 500 kg garam untuk mencapai hasil
kedua tempat kita mencegat tracer tersebut. yang optimal. Selanjutnya dikemukakan pula
bahwa penggunaan garam terbanyak yang
Jankowski (2001) membagi bahan
pernah dilakukan adalah pelacakan sistem sungai
pelacakan menjadi tiga yaitu tracers, kimia &
bawah tanah di Tuttlingen, Jerman ketika 50.000
pewarna (dye), serta radioaktiv. Prinsip ketiga
kg garam dimasukkan untuk mencari hubungan
jenis bahan pelacakan ini dalah sama yaitu
antara sebuah ponor dan mata air karst terbesar
memasukkan bahan pelacak pada sebagaian
di Jerman, Aaschquelle. Setelah durasi waktu 4
sistem aliranyang diperkirakan pada akuifer karst
hari, konsentrasi terbesar garam di mataair
dan melakukan monitoring pada titik output atau
tersebut teramati dengan konsentrasi Cl yang
keluaran dari sistem tersebut. Karena sifat aliran
hanya mencapai 39 mg/l. Hal ini membuktikan
di akuifer karst yang cepat, terutama pada conduit
bahwa adanya daya larut yang tinggi dari garam
serta adanya kemungkinan kebocoran atau
serta kondisi lorong selama transport
rumitnya jaringan sistem karst bawah tanah, maka
membuktikan besarnya keterbatasan metode
untuk identifikasi daerah tangkapan dan keluaran
tracing dengan garam.
pada sistem akuifer karst, tracer haruslah
mempunyai syarat-syarat seperti berikut ini : b.Spora
Tidak beracun Bahan tracer yang sering digunakan
Larut di air dapat bermacam-macam, tetapi hanya beberapa
saja yang sukses dilakukan seperti penggunaan
Dapat dilakukan dengan jumlah yang
spora dari lycopodium clavatum (Bogli, 1980).
tidak terlalu banyak
Spora ini mempunyai diameter 25 mikron,
Resisten (tidak merubah reaksi kimia di termasuk serbuk sarinya yang mempunyai
air) kerapatan partikel sedikit lebih diatas air sehingga
Tidak dapat terserap oleh batuan jika kondisi aliran lorong-lorong solusional adalah
Tidak terpengaruh reaksi pertukaran ion turbulen, spora ini tetap akan bertahan dalam air
dan mudah dideteksi pada titik output yang
Murah
dikehendaki. Keuntungan dari penggunaan spora
Mudah dianalisis ini adalah karena sifatnya yang tidak beracun
Selanjutnya beberapa contoh tracer akan (non-toxic), dan banyak terdapat di air dimanapun
dibahas satu persatu : di bumi ini. Biasanya, tracing dilakukan dengan
memberi warna pada beberapa spora tersebut
a. Garam dengan warna yang berbeda-beda, sehingga
Garam sebagai NaCl (natrium klorida) beberapa input point dapat diuji secara besama-
atau KCl (kalium klorida) merupakan bahan sama. Bogli juga mengungkapkan bahwa cara ini
pelacak yang pertama kali dan paling sering terbukti berhasil untuk menentukan jaringan
digunakan pada teknik ini. Selanjutnya LiCl antara sungai permukaan yang masuk ke karst
(lithium klorida) juga digunakan dengan tingkat dengan mataair. Sementara itu jumlah spora yang
keberhasilan yang cukup tinggi. Karena sifatnya hilang saat waktu transport cukup banyak dan
36
kemungkinan karena terserap oleh sedimen di berfluorescence atau uranin yang terbukti efektif
sungai bawah tanah. sampai jarak 25 km (Bogli, 1980). Sensor
pengamat yang biasa digunakan adalah
c. Pewarna (dye) dan tracer kimia
fluorometer atau spektrofotometer baik itu di
Metode pewarna ini terkesan sederhana lapangan atau dilaboratorium. Contoh hasil
karena hanya memberi laritan pewarna pada air pelacakan dengan metode ini disajikan pada
sehingga dapat diamati atau ditangkap dengan Gambar 2.17.
sensor pada output yang diinginkan. Pada kondisi
yang memungkinkan, dye dikombinasi dengan zat
kimia yang biasa digunakan adalah pewarna

Sumber : http://www.galaxy.net/~trbarton/cavenews/picture/jack3.gif

Gambar 2.17. Hasil dari metode pewarna untuk tracing

37
d. Radioaktif ANALISIS MATAAIR KARST (CAVE SPRINGS)
Penggunaan radioaktif untuk tracing di Sebelum membahas mengenai cara
airtanah karst baru dimulai sekitar tahun 1990-an. analisis mataair karst, ada baiknya kita sepakati
Metode dengan radioaktif ini secara prinsip dapat terlebih dahulu definisi dan karakteristik mataair di
dibagi menjadi dua yaitu (a) radioaktif yang daerah karst. Secara umum, mataair adalah
ditambahkan ke dalam airtanah karst dan (b) pemunculan airtanah ke permukaan bumi karena
menganalisis radioaktif yang sudah ada secara suatu sebab. Sebab munculnya mataair dapat
alami di airtanah karst. Secara teori, tritium yang berupa topografi, gravitasi, struktur geologi, dll.
merupakan isotop dari hidrogen merupakan Sementara itu, mata air karst menurut White
radioaktif alami yang paling baik digunakan (1988) adalah air yang keluar dari akuifer karst
sebagai tracer karena selalu ada di air dan relatif terutama pada cavities hasil pelarutan di
tidak mudah diserap selama air bergerak (Bogli, permukaan atau bawah permukaan bumi.
1980). Kesulitannya hanyalah pada pendeteksian
Beberapa keunikan yang dijumpai pada
tritium karena isotop ini mengeluarkan energi yang
mataair karst adalah mataair dengan debit yang
sangat kecil dan tidak mungkin dideteksi dengan
sama besar, bersuhu sama, mempunyai
alat apapun di lapangan. Untuk melakukan
kesadahan yang sama dapat pula dijumpai pada
analisis, sampel air perlu diambil dan dibawa ke
mataair karst di tempat lain. Selain itu, debit
laboratorium. Meskipun demikian, penggunaan
mataair karst biasanya mempunyai debit yang
tritium yang memiliki waktu paruh 12,26 tahun
besar, dan di negara2 Eropa disebut-sebut mampu
sebagai tracer ini telah terbukti berhasil selama
menggerakkan kincir angin di daerah pertanian,
ini, terutama jika kondisi hidrogeokimia airtanah
walaupun tidak sedikit mataair karst yang
karst didominasi oleh proses adsorbsi dan
mempunyai debit aliran kecil. Keunikan yang lain
pertukaran kation (Jankowski, 2001). Tracer
adalah karakteristik mataair karst yang sangat
radioaktif lain yang juga dapat digunakan
tergantung dari tingkat karstifikasi suatu wilayah.
diantaranya adalah Bromine-82 (waktu paruh= 36
Elevasi suatu mataair karst dapat semakin dalam
jam). Sayangnya, penggunaan Bromine-82 ini
menurut waktu dan bila mencapai local base level,
tidak begitu direkomendasikan karena adanya
maka mata air disekitarnya yang lebih kecil akan
efek kimia pada airtanah karst. Tracer radioaktif
hilang dan bergabung sesuai dengan melebarnya
lain yang dapat digunakan diantaranya adalah
lorong conduit. Dengan kata lain semakin sedikit
Iodine-131 (waktu paruh 8 hari), Chromium-51 (28
jumlah mataair karst, maka semakin besar pula
hari), dan Cobalt-58 (71 hari). Tiga tracer yang
debit yang keluar. Selanjutnya, klasifikasi mataair
disebutkan belakangan ini mempunyai kelemahan-
karst hampir tidak berbeda dengan klasifikasi
kelemahan tertentu terhadap kondisi lapangan.
mataair pada kawasan lain di permukaan bumi :
e. Tracer yang lain
Klasifikasi atas dasar periode pengalirannya
Beberapa bahan pelacak yang dapat
digunakan diantaranya adalah busa plastik a. Perennial springs : mataair karst yang
(alkylbenzene-sulphonate) yang terbukti berhasil mempunyai debit yang konsisten
baik pada kondisi tertentu, kemudian kalium sepanjang tahun
permanganat yang berwarna merah (ada efek b. Periodic springs : mataair karst yang
terhadap kimia airtanah karst), arang teraktivasi mengalir pada saat ada hujan saja
(harga mahal), serta germs dengan spesies
tertentu seperti seratia marcenses. Tracer yang c. Intermitten springs : mataair karst yang
disebutkan ini tidak terlalu sering digunakan dan mengalir pada waktu musim hujan
kadang mempunyai kegagalan dalam hal d. Episodically flowing springs : mataair karst
aplikasinya. yang mengalir pada saat-saat tertentu
saja dan tidak berhubungan dengan
musim atau hujan

38
Klasifikasi atas dasar struktur geologi Klasifikasi atas dasar asal airtanah karst
(Gambar 2.18) a. Emergence springs : mataair karst yang
a. Bedding springs, contact springs : mataair mempunyai debit besar tetapi tidak cukup
karst yang muncul pada bidang bukti mengenai daerah tangkapannya
perselingan formasi batuan atau b. Resurgence springs : mataair karst yang
perubahan jenis batuan, misal jika akuifer berasal dari sungai yang masuk kedalam
gamping terletak diatas formasi breksi tanah dan muncul lagi di permukaan
vulkanik
c. Exsurgence springs : mataair karst
b. Fracture springs : mataair karst yang
dengan debit kecil dan lebih berupa
keluar dari bukaan suatu joint atau kekar
rembesan-rembesan (seepages)
atau retakan di batuan karbonat
c. Descending springs : matair karst yang Selain klasifikasi mataair karst yang
keluar jika ada lorong conduit dengan arah disebutkan diatas, masih terdapat beberapa jenis
aliran menuju ke bawah mataair karst yaitu mataair karst yang muncul di
d. Acending springs : matair karst yang bawah permukaan laut (submarine karst springs)
keluar jika ada lorong conduit dengan arah yang disajikan pada Gambar 2.19, dan mataair di
aliran menuju ke atas. Jika debitnya besar goa (cave springs).
sering disebut sebagai vauclusian spring
(Gambar 2.19)

Mataair kontak Mataair kekar

Mataair perlapisan Mataair overflow

Gambar 2.18. Jenis-jenis mataair karst karena struktur geologi (White, 1988)

39
Vaucluse spring

Submarine spring

Gambar 2.19. Vaucluse dan submarine springs (White, 1988)

40
Hidrograf mataair karst
Dalam ilmu hidrologi, hidrograf dikenal P Pef
sebagai gambar atau grafik yang menggambarkan
hubungan antara waktu dengan tinggi muka air
sungai, debit aliran, atau debit sedimen (Adji dan
Suyono, 2004). Hidrograf ini biasanya
diaplikasikan pada analisis hidrologi untuk sungai
permukaan. Hidrograf aliran ini sangat penting
untuk analisis hidrologi seperti menghitung jumlah Tc
air di sungai, jumlah sedimen yang terangkut,
analisis respon hujan dan aliran serta daerah
aliran sungai (DAS), dll. Contoh hidrograf beserta Qp
bagian-bagiannya disajikan pada Gambar 2.20.
Gambar 2.20 menunjukkan hidrograf
banjir dan hujan penyebabnya. Atas dasar bentuk
hidrograf banjir, bagian-bagian hidrograf banjir
terdiri dari
1. lengkung naik (rising limb)
2. puncak (crest or peak)
3. lengkung turun (falling limb or
recession curve)
Faktor-faktor yang secara umum mempengaruhi
hidrograf aliran adalah : Tp
1. bagian lengkung naik sampai puncak Tb
dipengaruh oleh karakteristk hujan
(jumlah, intensitas, penyebaran) dan hujan
sebelumnya. Gambar 2.20. Bagian-bagian dari hidrograf banjir
2. bagian turun, dipengaruhi oleh pelepasan (Adji dan Suyono, 2004)
air dari simpanan air di DAS, simpanan air
dalam alur sungai, simpanan lengas tanah
dan simpanan airtanah. Di akuifer karst, hidrograf aliran biasanya
diaplikasikan untuk menganalisis karakteristik
Pasangan data hujan dalam bentuk mata air atau sungai bawah tanah karst.
hietograf dan data aliran dalam bentuk hidrograf Karakteristik aliran sungai bawah tanah karst yang
banjir sangat berguna untuk analisis hubungan unik adalah respon yang cepat terhadap variasi
hujan dengan tinggi aliran banjir. Parameter external misalnya hujan, suhu, bahkan tanah dan
hidrologinya adalah : aktivitas tumbuhan (White, 1993). Akibatnya,
1. puncak banjir (Qp) analisis mengenai respon tersebut dapat
2. waktu konsentrasi (Time of concentration digunakan untuk mengkarakteristik struktur
or time lag) = Tc internal dari akuifer karst. Bahkan, dari bentuk
3. waktu mencapai puncak (time to peak) = hidrograf mataair karst dapat diketahui sistem
Tp aliran yang dominan apakah itu conduit atupun
4. waktu dasar (time base) = Tb diffuse. Gambar 2.21 menunjukkan contoh dari
5. jumlah hujan hidrograf mataair karst pada satu kali kejadian
6. intensitas hujan hujan. Pada Gambar 2.21 tersebut, diagram
7. koefisien aliran

41
batang menunjukkan adanya kejadian hujan yang untuk menaikkan hydraulic head yang
menyebabkan terjadinya lengkung naik. menyebabkan debit mataair bertambah.
Akibatnya, debit mataair meningkat dan menjadi
Satu hal yang perlu diperhatikan dari
jauh lebih tinggi dari keadaan biasanya (debit dari
Gambar 2.21 adalah bahwa adanya hujan akan
aliran dasar) dan akhirnya mencapai puncak
menaikkan debit mataair pada sistem karst secara
(crest) yang mempunyai debit sama tinggi dengan
cepat. Walupun terdapat jeda waktu (time lag),
debit puncak aliran permukaan pada input (Qmax).
tetapi tidak terlalu lama dan hidrograf segera naik
Sesudahnya, aliran dari mataair akan turun
pada beberapa saat setelah kejadian tetapi masih
dengan karakteristik yang jauh lebih pelan
terjadi hujan. Waktu jeda tersebut bukanlah
daripada pada saat hidrograf naik. Pada kondisi
merupakan persyaratan waktu dari air hujan untuk
yang ideal, penurunan ini akan perlahan-lahan
mengalir dari masukan/inlet menuju ke mataair
menuju saat debit mataair karst hanya berasal dari
karst, tetapi hanyalah waktu sesaat untuk dapat
aliran dasar (base flow) saja.
menaikkan hidrograf. Selanjutnya, kenaikan tinggi
muka air di bagian atas (upstream) akuifer karst
merupakan pasokan penting bagi airtanah karst

Gambar 2.21. Hidrograf mata air karst pada satu kali kejadian hujan (White, 1993)

42
Gambar 2.22. Hidrograf respon hujan pada mataaair karst (White, 1993)

Selanjutnya, pada suatu sistem akuifer terhadap kenaikan debit sebanding dengan waktu
karst yang didominasi oleh imbuhan allogenic dan antar kejadian hujan sehingga puncak hidrograf
proses karstifikasinya sudah sangat baik yang tidak terjadi secara tiba-tiba. Hidrograf di Silver
dicirikan dengan lorong conduit, maka akan Spring (bawah) bahkan menunjukkan waktu
memiliki respon yang sangat cepat terhadap respon yang jauh lebih lama dari waktu antar
hujan. Sebaliknya, jika akuifer karst yang kejadian hujan, sehingga hidrograf mataair terlihat
didominasi oleh sistem diffuse, sedikit conduit, datar dan puncak hidrograf mungkin hanya
dan sedikit imbuhan allogenic, maka bentuk berkorelasi dengan variasi musim tahunan saja.
hidrografnya akan sangat berbeda. Gambar 2.22
Pada akuifer yang mempunyai respon
menunjukkan perbedaan 3 hidrograf akuifer di
hujan terhadap hidrograf sangat cepat, maka
daerah karst yang mempunyai respon yang
dapat dikuantitatifkan bahwa (lihat Gambar 2.21)
berbeda-beda.
bahwa rasio antara debit puncak dan aliran dasar
Hidrograf mataair karst di Davis Spring adalah Qmax/QB, yang dapat kita sebut sebagai
(paling atas) menunjukkan bahwa waktu respon kecepatan respon di akuifer karst. Kecepatan
hujan terhadap debit puncak sangat pendek. respon tersebut dapat dikatakan merupakan
Dapat dikatakan bahwa setiap kejadian hujan fungsi dari intensitas hujan dan tingkat
akan langsung memberikan kontribusi yang cepat pekembangan lorong conduit pada akuifer karst.
untuk menjadi puncak hidrograf seperti yang biasa Selanjutnya, White (1993) membuat tiga kategori
terjadi pada hidrograf sungai permukaan. kecepatan respon akuifer karst seperti yang
Sementara itu, Huntsvillee Spring (tengah) disajikan pada Tabel 2.5.
menunjukkan bahwa waktu respon kejadian hujan

43
Tabel 2.5. Tingkat kecepatan respon akuifer karst (saturation index=SI) dan menurunkan daya larut
(Qmax/QB) pada cekungan kecil terhadap batuan karbonat, dan kemudianmenjadi
jenuh dan mengendap membentuk padatan
(solid). Waktu untuk mencapai titik kesetimbangan
Tingkat Qmax/QB (SI=0=jenuh) adalah sekitar 10 hari dan dapat
Sangat cepat 100 dibandingkan dengan lamanya air hujan bergerak
Sedang 10 dari input ke mataair karst (White, 1993).
Sangat lambat 1-3 Secara teoritis, air yang tersimpan pada
retakan dapat dikatakan sudah jenuh, sementara
air yang mengalir pada lorong conduit masih
Analisis kemograf mataair karst belum jenuh. Akibatnya, komposisi kimia airtanah
yang diamati pada mataair karst dapat
Kemograf adalah suatu grafik atau berfluktuasi tergantung dari variasi debitnya,
diagram yang berisi hubungan antara komposisi variasi kejadian hujan, dan mungkin juga terhadap
kimia airtanah karst dengan waktu dan dapat aktivitas lain di daerah tangkapan hujannya
bersifat musiman, tahunan, ataupun per kejadian (catchment area). Selanjutnya, analisis variasi
hujan. Hujan biasanya masuk ke akuifer karst dan komposisi kimia melalui kemograf akan sangat
secara hidrokimia masih bersifat tidak jenuh menarik untuk mengetahui hubungannya terhadap
(undersaturated) terhadap batuan karbonat, variasi musim, kejadian hujan, debit atau banjir.
sehingga masih dapat dikatakan agresif untuk Gambar 2.23 menunjukkan variasi nilai Ca2+,
melarutkan batuan karbonat. Selanjutnya, di Mg2+, dan HCO3- terhadap debit dan hujan.
akuifer, air dari hujan tersebut akan bereaksi
terhadap batuan karbonat dan lama kelamaan
akan meningkatkan nilai indek kejenuhan

Gambar 2.23. Hujan, debit dan kemograf pada mataair karst (White, 1993)

44
DAFTAR PUSTAKA

Acworth, R.I.,2001a. Electrical Methods in Learned. Hydrogeology Journal, Volume


Groundwater Studies, Short Course Note, 4, no.3, 1996
School of Civil and Environmental Sweeting, M.M., 1972, Karst Landforms,
Engineering, University of New South Macmillan, London.
Wales, Sydney, Australia Todd, D.K., 1980. Groundwater Hydrology. 2nd
Adji, T.N., Haryono, E., Suprojo. S.W., 1999. , Ed. John Wiley & Sons
Kawasan Karst dan Prospek Trudgil, S., 1985, Limestone Geomorphology,
Pengembangannya di Indonesia, Prosiding Longman, New York.
Seminar PIT IGI di Universitas Indonesia, White, W.B., 1988. Geomorphology and
26-27 Oktober 1999 Hydrology of Karst Terrain. Oxford
Adji, T.N., Suyono, 2004, Bahan Ajar Hidrologi University Press, New York
Dasar, Fakultas Geografi UGM (tidak White, W.B., 1993. Analysis of Karst Aquifer.
dipublikasikan) In:Alley, W.M. (editor), regional groundwater
Bogli, 1980. Karst Hydrology and Physical Quality. Van Nostrand Reinhold, New York
Speleology. Springler-Verlag
Domenico,P.A. and Schwartz, F.W., 1990,
Physical and Chemical Hydrogeology. 2nd Internet :
Ed. John Wiley & Sons
www.ecn.purdue/edu/.../gishyd.html
Fetter, C.W., 1994, Applied Hydrogeology. 3rd
Ed. Macmillan Publishing Company, New http://www.eccentrix.com/members/hydrogeologie/hidro
York geol/karst.gif
Ford, D. and Williams, P. 1992. Karst http://www.bae.uky.edu/sworkman/AEN438G/aquifer/aq
Geomorphology and Hydrology, uifer.html)
Chapman and Hall, London http://www.water.usgs.gov/.../ jbm_exchangematrix.htm)
Jankowski, J., 2001. Hydrogeochemistry, Short http://www.galaxy.net/~trbarton/cavenews/picture/jack3.
Course Note, School of Geology, University gif
Of New South Wales, Sydney, Australia
(tidak dipublikasikan)
Linsley, R.K., Kohler, M.A., Paulhus, J.L., 1975.
Hydrology for Engineers. 2nd. Ed. Mc
Graw Hill Kogakusha Ltd. Tokyo, Japan.
Loke, H.M., 2000, Electrical Imaging Surveys for
Environmental and Engineering Studies,
A Practical Guide to 2-D and 3-D
Surveys, http://www.abem.se , email :
mhloke.pc.jaring.my
MacDonalds and Partners. 1984. Greater
Yogyakarta Groundwater Resources
Study. Vol 1: Main Report. Yogyakarta,
Directorate General of Water Resources
Development Project (P2AT)
Sander, P.1996. Groundwater Assessment Using
Remote Sensing and GIS in A Rural
Groundwater Project In Ghana : Lesson
45

Anda mungkin juga menyukai