Anda di halaman 1dari 9

BIOGRAFI ABU RIZAL BAKRI

DIBUAT OLEH :

SITI ANISA NURYASA

KELAS VIII G

SMP NEGERI 2 CILAKU


CIANJUR
Aburizal Bakrie

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat


Republik Indonesia ke-14
Masa jabatan
7 Desember 2005 21 Oktober 2009
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Didahului oleh Alwi Shihab
Digantikan oleh Agung Laksono
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia ke-10
Masa jabatan
21 Oktober 2004 6 Desember 2005
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Didahului oleh Dorodjatun Kuntjoro-Jakti
Digantikan oleh Boediono
Ketua Umum Partai Golkar ke-9
Masa jabatan
9 Oktober 2009 31 Desember 2014
Didahului oleh Jusuf Kalla
Digantikan oleh Setya Novanto
Informasi pribadi
Lahir 15 November 1946 (umur 70)
Jakarta, Indonesia
Partai politik Golongan Karya
Suami/istri Tatty Murnitriati
Anak Anindya Novyan Bakrie
Anindhita Anestya Bakrie
Anindra Ardiansyah Bakrie
Orangtua Achmad Bakrie dan Roosniah Nasution
Agama Islam
Tanda tangan

Media sosial
Akun Twitter Aburizal Bakrie
Situs web aburizalbakrie.id

Anak Sejuta Bintang (ASB) adalah sebuah novel yang terinspirasi dari kehidupan masa kecil
Aburizal Bakrie. Novel ini bercerita tentang masa kanak-kanaknya. Ical, sapaan tenar tokoh utama
dalam novel ini, diceritakan dengan apik oleh penulisnya, Akmal Nasery Basral. Diceritakan tentang
masa kecil Ical, pergulatan impian yang dia harapkan dan mimpi-mimpi yang begitu ingin
digenggamnya.

Novel ini berkisah tentang pengalaman masa kecil Ical hingga lulus sekolah rakyat. Ical terlahir dari
keluarga yang harmonis. Ia dilimpahi banyak perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Ia tumbuh sebagai anak yang ingin selalu menjadi yang terbaik di antara orang-orang di
sekelilingnya. Ia tak mau kalah, baginya kekalahan itu sangat menyakitkan.

Ical kecil yang kala itu sudah menginjak usia 5 tahun, disekolahkan di TK Perwari. TK itu dipilih oleh
Roosniah, ibunda Ical, berdasarkan kesepakatan dengan Bakrie, papanya.

Ical kecil mengidap asma, ia sering cepat merasa kelelahan dan sering batuk-batuk. Ibunya tentu
sangat khawatir dengan kondisi kesehatan anaknya. Untungnya, setiap akhir pekan, mereka
sekeluarga sering menghabiskan waktu di Puncak. Di sana, Ical bisa beristirahat dengan tenang dan
menghirup udara yang segar yang sangat membantu untuk mengurangi resiko asmanya.

TK Perwari, tempat Ical kecil sekolah pertama kali, awalnya bertempat di sebuah lahan bekas
garasi. Tempatnya panas dan agak sempit. Namun, tempat itu sama sekali tak menyurutkan
semangat anak-anak untuk terus belajar. Juga Ical!

Salah satu pengalaman menarik dari Ical saat itu, ternyata di hari pertama dan pelajaran
pertamanya masuk sekolah, Ical justru sedikit kecewa. Sebab saat itu gurunya mengajak Ical dan
teman-teman sekelasnya untuk bernyanyi. Ical tak terlalu suka itu. Ia kecewa. Baginya, pelajaran
menghitung akan jauh lebih menarik ketimbang menyanyi. Walaupun, ia juga punya lagu favorit.

Di samping semua kegigihannya, Ical juga dikenal sebagai teman yang baik. Ia rela memberikan
apapun untuk temannnya. Bahkan, sikap Ical yang terlalu baik kepada teman itu dianggap aneh dan
beberapa kali dikritik oleh temannya. Namun, bagi Ical, menolong itu harus.
Di masa-masa sekolah itulah, Ical belajar untuk menjadi yang terbaik. Bukan hanya bagi keluarga
dan teman sekelasnya, tapi juga dengan lingkungan sekitarnya. Karenanya, ia memiliki teman
bermain yang sangat akrab. Di antara mereka, ada yang bernama Al dan Maher.

Di kemudian hari, Al dan Maher merupakan dua nama yang pernah membuat Ical merasa sangat
kehilangan. Saat itu, Al pindah ke Medan dan Maher wafat diusia kanak-kanak. Ical sangat sedih
dan terpukul dengan dua kenyataan pahit itu.

Salah satu episode mengesankan lain dari novel ini yakni bagaimana seorang Bakrie (ayah Ical)
mengembalikan semangat, optimisme dan motifasi Ical ketika ia dirundung kecewa karena
rangkingnya di kelas turun dan dikalahkan oleh teman akrabnya yang bernama Lingga.

Saat itu adalah akhir kelulusan Sekolah Rakyat. Saat Icak sudah kelas 6. Namun, justru di
penghujung itu, rankingnya justru bergeser ke angka dua. Juara satu didapatkan oleh sahabatnya,
Lingga. Saat itu, perasaan Ical campur aduk; antara kecewa dan tidak percaya. Hal itu membuatnya
murung seharian. Ical mengunci diri di kamar.

Kedua orang tuanya mengerti perasaan Ical. Bakrie dan Roosniah bersepakat untuk membawa Ical
ke Puncak. Ke vila mereka untuk berlibur dan menghibur Ical. Dan, pada salah satu malam, di
Puncak saat itu, Bakrie mengajak Ical keluar dari vila. Mereka berdua mengobrol, antara seorang
ayah dan anak lelakinya. Ayahnya bicara tentang bintang, tentang keberuntungan dan harapan.
Tentang perjuangan dan hasil. Dan semua itu akhirnya berujung pada pembicaraan tentang apa
yang terjadi pada Ical, dengan peringkat kelasnya yang menurun. Ical begitu seksama
mendengarkan kata demi kata yang keluar dari lisan ayahnya. Ia terharu, termotifasi dan bangkit
kembali.
Ir. H. Aburizal Bakrie, yang juga akrab dipanggil Bakrie, Ical, atau ARB (lahir di Jakarta, 15 November
1946; umur 70 tahun), adalah pengusaha Indonesia yang pernah menjabat Ketua Umum Partai Golkar
sejak 9 Oktober 2009. Ia pernah menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet
Indonesia Bersatu. Sebelumnya ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian
dalam kabinet yang sama, namun posisinya berubah dalam perombakan yang dilakukan presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada 5 Desember 2005.

Ia adalah anak sulung dari keluarga pengusaha Achmad Bakrie yang berasal dari Lampung. Selepas
menyelesaikan kuliah di Fakultas Elektro Institut Teknologi Bandung pada tahun 1973, Ical memilih fokus
mengembangkan perusahaan keluarga, dan terakhir sebelum menjadi anggota kabinet, ia memimpin
Kelompok Usaha Bakrie dari tahun 1992 hingga 2004. Selama berkecimpung di dunia usaha, Ical juga
aktif dalam kepengurusan sejumlah organisasi pengusaha. Sebelum memutuskan meninggalkan karier di
dunia usaha, ia menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) selama dua periode (1994-
2004).
Pada tahun 2004, Ical memutuskan untuk mengakhiri karier di dunia usaha setelah mendapat
kepercayaan sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu. Kemudian,
pada tanggal 7 Desember 2005, setelah dilakukannya penyusunan ulang kabinet, ia diangkat sebagai
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, dan setelah terpilih sebagai Ketua Umum Partai
Golkar pada tahun 2009, waktu dan energinya tercurah untuk mengurus partai. Pada tahun 2012, ia
ditetapkan sebagai calon presiden partai Golkar untuk pemilihan umum presiden Indonesia 2014.

Menurut daftar yang dirilis oleh majalah Forbes pada tahun 2007, Bakrie adalah orang terkaya di
Indonesia. Bahkan menurut majalah Globe Asia pada tahun 2008, Bakrie adalah orang terkaya di Asia
Tenggara. Namun, krisis keuangan global pada tahun 2008 segera menjatuhkan peringkat Ical, dan pada
tahun 2012 ia tidak lagi bertengger di daftar orang terkaya di Indonesia.

Di Indonesia, Bakrie adalah figur yang kontroversial karena dianggap bertanggung jawab atas peristiwa
semburan lumpur Sidoarjo. Perusahaannya juga terlibat dalam kasus tender operator Sambungan
Langsung Internasional (SLI), tunggakan royalti batu bara, dan kasus pajak Bumi.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Bakrie lahir pada tanggal 15 November 1946 di Jakarta, Indonesia, sebagai putra sulung dari pasangan
Achmad Bakrie dari Lampung[1] dan Roosniah Nasution dari Sumatra Utara.[2] Bisnis yang nantinya
akan diwarisi oleh Bakrie dirintis oleh ayahnya pada tahun 1942 di Teluk Betung, Lampung.[3] Bisnis
yang didirikan pada saat itu adalah bisnis kopi, karet, dan lada.[3]

Ia mengambil jurusan teknik elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan berhasil menyelesaikan
pendidikannya pada tahun 1973.[4][5] Selama mengenyam pendidikan di ITB, Bakrie pernah menjadi
anggota Dewan Mahasiswa.[5] Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Elektro ITB,
Ketua Dewan Mahasiswa ITB, salah satu pendiri Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan
ketua HIPMI ketiga.[6]

Karier bisnis[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1972, Bakrie bergabung dengan PT Bakrie & Brothers Tbk yang kini dikenal dengan nama
Bakrie Group.[5] Perusahaan tersebut didirikan oleh ayahnya Achmad Bakrie. Antara tahun 1972 hingga
1974, ia menjadi asisten dewan direksi PT Bakrie & Brothers, sementara dari tahun 1974 hingga 1982 ia
adalah direktur PT. Bakrie & Brothers.[7] Dari tahun 1982 hingga 1988, ia menjadi wakil direktur utama
PT. Bakrie & Brothers, dan dari tahun 1988 hingga 1992 ia menjadi direktur utama PT. Bakrie &
Brothers,[7] walaupun pada tahun 2000 ia kembali mengemban jabatan tersebut.[5] Ia juga merupakan
direktur utama PT. Bakrie Nusantara Corporation dari tahun 1989 hingga 1992 dan Komisaris Utama
Kelompok Usaha Bakrie dari tahun 1992 hingga 2004.[7]

Di bawah kepemimpinannya, bisnis Bakrie Group merambah bidang pertambangan, kontraktor,


telekomunikasi, informasi, industri baja, dan media massa[1] (termasuk televisi[8] dan jejaring sosial
Path[9]). Berkat bakat bisnisnya pula pada tahun 2006 ia mulai memasuki daftar orang terkaya di
Indonesia yang dirilis oleh Forbes.[10] Saat itu ia menempati posisi keenam dengan kekayaan sekitar
$1,2 miliar.[10] Kemudian, dalam kurun waktu setahun, Bakrie berhasil menjadi orang terkaya di
Indonesia dengan kekayaan bersih sebesar $5,4 miliar.[11] Bahkan menurut majalah Globe Asia pada
tahun 2008, dengan jumlah kekayaan senilai $9,2 miliar atau Rp 84,6 triliun, Bakrie merupakan orang
terkaya di Asia Tenggara dan mengalahkan Robert Kuok (orang terkaya di Malaysia dengan kekayaan
$7,6 miliar), Teng Fong (terkaya di Singapura dengan kekayaan $6,7 miliar), Chaleo Yoovidya (terkaya di
Thailand dengan kekayaan $3,5 miliar), dan Jaime Zobel de Ayala (terkaya di Filipina dengan kekayaan
$2 miliar).[12] Kekayaan Bakrie pada saat itu meningkat pesat karena saham salah satu anak usaha PT
Bakrie and Brothers (PT Bumi Resources Tbk atau BUMI) menanjak dari sekitar Rp 300 per lembar pada
tahun 2004 menjadi Rp 5.900 per saham pada tahun 2007.[10] Namun, dalam daftar yang dirilis oleh
majalah Forbes pada tahun 2008, peringkat Bakrie turun ke peringkat kesembilan.[13] Hal ini
disebabkan oleh krisis perbankan global, jatuhnya harga komoditas, dan hengkangnya para penanam
modal, sehingga saham perusahaan-perusahaan Bakrie mengalami penurunan sebesar 90%.[14]
Walaupun pada tahun 2009 ia sempat menduduki peringkat keempat,[15] peringkat Bakrie merosot dari
peringkat kesepuluh pada tahun 2010 menjadi peringkat ketigapuluh pada tahun 2011, dengan
penurunan jumlah kekayaan sebesar $1,2 miliar atau 57 persen.[16] Pada tahun 2012, ia tidak lagi
menjadi bagian dari daftar 40 orang terkaya menurut Forbes.[17] Hal ini terkait dengan utang yang
harus dibayar oleh PT Bumi Resources, terutama setelah harga saham Bumi turun 70%.[17]

Karier politik[sunting | sunting sumber]

Bakrie sedang bersalaman dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 8 Mei 2013.

Bakrie saat masih menjabat sebagai Menkokesra.

Dari tahun 1991 hingga 1995, Bakrie dua kali menjabat sebagai Presiden Forum Bisnis ASEAN,[18]
sementara dari tahun 1996 hingga 1998 ia menjadi Presiden Asean Chamber of Commerce &
Industry.[12] Bahkan Bakrie juga dua kali menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) untuk periode 1988-1993 dan 19931998.[12]
Setelah sebelumnya menjadi Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) bidang Industri dan
Industri Kecil dari tahun 1988 hingga 1993,[12] Bakrie pernah dua kali menjabat sebagai Ketua Umum
KADIN dari tahun 1994 hingga 2004.[18] Selama menjabat sebagai ketua KADIN, ia berhasil
menyelesaikan kasus penyelundupan gula, kayu, dan beras.[1] Selain itu, ia memimpin kooperasi sektor
swasta dengan pemerintah dan memperhatikan pengembangan usaha kecil dan menengah.[18] Lebih
lagi, sebagai ketua KADIN, ia mencoba menjadikan Indonesia sebagai tempat yang kondusif untuk
berbisnis.[18] Menurutnya, masalah pengangguran merupakan masalah serius yang hanya dapat
diselesaikan dengan mengembangkan iklim investasi yang mendukung.[18] Untuk melakukan hal ini,
menurut Bakrie diperlukan perbaikan lingkungan buruh, reformasi pajak, peningkatan keamanan,
penegakan hukum yang kuat, dan restrukturisasi program otonomi daerah.[18]

Sebagai anggota partai Golkar, Bakrie pernah mencoba untuk menjadi calon presiden partai Golkar pada
tahun 2004.[19] Saat itu Bakrie harus bersaing dengan Wiranto, Prabowo Subianto, Akbar Tandjung, dan
Surya Paloh.[19] Namun, konvensi tersebut dimenangkan oleh Wiranto setelah mendapatkan suara
sebesar 315.[19] Walaupun gagal, Bakrie kemudian menjabat sebagai anggota Dewan Penasehat DPP
Partai Golkar periode 2004-2009.

Menko Perekonomian[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2004, Bakrie berhenti dari PT Bakrie & Brothers Tbk sebelum akhirnya ditunjuk sebagai
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.[18] Penunjukannya oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada awalnya sempat menimbulkan kegelisahan.[20] Segera setelah menjadi
bagian dari kabinet Susilo Bambang Yudhoyono, Bakrie melancarkan kebijakan baru yang dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 3% dengan mengurangi subsidi BBM dan
sebagai gantinya memberi bantuan keuangan kepada sekitar enam juta orang.[21] Bakrie meyakini
bahwa pemerintah perlu meningkatkan harga BBM secara perlahan agar subsidi BBM tidak membebani
APBN sementara mendekatkan harga BBM dengan harga internasional.[22] Pada Oktober 2005, setelah
dua kali dinaikkan, harga BBM meningkat sebesar 126%.[23] Standard & Poor's menganggap kenaikan
tersebut diperlukan untuk mengurangi tekanan pada anggaran pendapatan dan belanja negara.[24]

Bakrie juga mencoba mengakhiri perseturuan antara ExxonMobil Corporation dan PT Pertamina.[25]
Kedua perusahaan tersebut berselisih mengenai pembagian keuntungan dan pengoperasian di Blok
Cepu.[26] Bakrie berjanji bahwa pemerintah baru ingin menyelesaikan masalah di Cepu dan masalah lain
yang terkait dengan perusahaan internasional untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia.[27]

Menurut Keith Loveard dari Concord Consulting, selama menjabat Bakrie mendukung kebijakan-
kebijakan pasar bebas dan menentang subsidi BBM.[28]
Menkokesra[sunting | sunting sumber]

Setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyusun kembali kabinetnya pada tahun 2005, Bakrie
diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia. Pada Mei 2008,
Bakrie menyatakan bahwa pemerintah memberikan bantuan langsung tunai senilai 14,1 triliun rupiah
kepada 19 juta keluarga miskin untuk membantu mereka menghadapi kenaikan harga BBM.[29]

Ketua Golkar[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 8 Oktober 2009, dalam Musyawarah Nasional (Munas) VIII di Pekanbaru, Riau, Bakrie
terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar setelah mengalahkan Surya Paloh, Yuddy Chrisnandi, Hutomo
Mandala Putra.[7] Ia berhasil meraih 296 suara (lebih dari 55 persen), sementara Surya Paloh
mendapatkan 240 suara dan dua pesaing lainnya tidak mendapat suara satupun.[7] Bakrie menjanjikan
bahwa Golkar akan memenangkan pemilihan kepala daerah gubernur, bupati, dan wali kota di seluruh
Indonesia, serta memilih kader partai yang terbaik dan terpopuler untuk maju dalam setiap pilkada atau
pemilu.[7] Ia juga menyatakan dalam pidato politiknya saat penutupan Munas VIII bahwa terdapat
empat program yang akan ia lakukan untuk Golkar, yaitu:[7]

Konsolidasi (baik vertikal maupun horizontal): semua kader dan pengurus di pusat dan daerah harus
menyatu, disiplin, dan mengikuti garis partai dengan menghormati kesepakatan partai[7]

Kaderisasi: pemilihan kader terbaik Golkar di seluruh Indonesia dan pada saat yang sama pencetakan
kader baru melalui kaderisasi[7]

Melakukan kreativitas dan ketajaman ide serta gagasan: perumusan solusi yang kreatif melalui ide-ide
yang cemerlang[7]

Memenangkan pemilu, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah. Menurutnya, Golkar harus
"menguningkan Indonesia"[7]

Di bawah kepemimpinan Ical, partai Golkar berhasil meraih suara sebesar 18.432.312 atau 14,75 persen
dalam pemilihan umum legislatif Indonesia 2014.[30] Jumlah ini lebih besar 0,3 persen dari jumlah suara
Golkar dalam pemilihan umum legislatif Indonesia 2009. Akan tetapi, persentase ini berada jauh di
bawah target partai, yaitu 30%.[31] Selain itu, jumlah kursi yang diperoleh Golkar juga menurun dari 106
kursi menjadi 91 kursi.[32] Terkait hal tersebut, Bakrie secara resmi meminta maaf kepada seluruh
pengurus partai dalam rapat pimpinan nasional Golkar VI.[31][32]

Visi 2045[sunting | sunting sumber]


Di bawah pimpinan Aburizal Bakrie, partai Golkar menghasilkan cetak biru yang disebut "Visi Indonesia
2045: Negara Kesejahteraan", yang dimaksudkan sebagai aksi partai menuju tahun 2045.[33] Visi ini
memprioritaskan reformasi birokrasi, pendidikan, kesehatan, industri, pertanian, kelautan, infrastruktur,
usaha mikro kecil menengah, dan koperasi.[33] Keseluruhan prioritas ini dilaksanakan dan diintegrasikan
melalui "Catur Sukses Pembangunan Nasional", yaitu pertumbuhan, pemerintahan, stabilitas, dan
nasionalisme baru.[33] Sementara itu, pokok-pokok strategi yang dikembangkan dalam visi ini meliputi
pembangunan Indonesia dari desa, penguatan peran negara, pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,
pemerataan pendapatan di antara masyarakat, pemerataan pembangunan antar daerah dan antar
wilayah, pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, penguatan komunitas dalam kerangka program
pemberdayaan, pembangunan berkelanjutan yang berbasis "ekonomi biru" dan "ekonomi hijau",
penegakkan hukum dan hak asasi manusia, pengembangan industri berbasis IPTEK dan inovasi berdaya
saing tinggi, dan revitalisasi pertanian pangan dan niaga.[33]

Rencana dalam visi ini sendiri dibagi menjadi tiga tahap.[33] Pada dasawarsa pertama, akan dibangun
landasan menuju negara maju, sementara pada dasawarsa kedua akan dilakukan percepatan
pembangunan.[33] Pada dasawarsa ketiga, Indonesia akan dimantapkan sebagai negara maju.[33]
Beberapa indikator digunakan untuk mengukur keberhasilan tahapan-tahapan tersebut, seperti
pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, tingkat pengangguran, angka kemiskinan, harapan
hidup, koefisien Gini, dan Indeks Pembangunan Manusia.[33]

Anda mungkin juga menyukai