Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN SABUN LUNAK DARI MINYAK GORENG

BEKAS DITINJAU DARI KINETIKA REAKSI KIMIA

Phatalina Naomi, Anna M. Lumban Gaol, M. Yusuf Toha


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Abstrak

Minyak goreng adalah bahan pangan yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Penggunaan
minyak goreng secara berkali kali secara ilmiah merupakan perlakuan yang tidak sehat. Konsumsi
minyak goreng bekas sangat berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan juga
limbah yang dapat mencemari lingkungan, maka dilakukan pemanfaatan minyak goreng bekas dengan
cara mengolahnya kembali untuk pembuatan sabun lunak. Sabun lunak adalah reaksi antara lemak
dengan KOH yang menghasilkan garam kalium. Sabun lunak dihasilkan dari proses saponifikasi, yaitu
hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam KOH sampai terhidrolisis sempurna. Faktor
yang mempengaruhi proses saponifikasi, yaitu suhu, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan,
konsentrasi basa, dan jumlah basa yang digunakan. Variabel penelitian ini adalah jumlah KOH (15 ml,
20 ml, 25 ml, dan 30 ml) dan waktu pengadukan (30 menit, 40 menit, dan 50 menit) untuk mendapatkan
kondisi optimum dan memperoleh data kinetika reaksi dalam pembuatan sabun lunak dari minyak goreng
bekas. Sabun lunak terbanyak diperoleh dari penambahan jumlah KOH sebanyak 30 ml dan waktu
pengadukan selama 50 menit. Data kinetika reaksi yang didapat adalah k = 1,5506 dan rA = 1,5506 [A]
[6,416A]1,9025

Kata kunci: KOH, kinetika reaksi, minyak goreng bekas, saponifikasi.

Abstract

Cooking oil is a food ingredient that is used for household needs. The use of cooking oil repeatedly
scientifically a treatment that is not healthy. Recognizing the dangers of used cooking oil consumption
causes various diseases and also the waste that can pollute the environment, then made use of used
cooking oil with how to process returned to the manufacture of soft soap. Soft soap is the reaction
between fats with KOH resulting potassium salt. The saponification process was produced soft soap using
hydrolysis of fats into fatty acids and glycerol in the KOH to hydrolyze perfect. Factors affecting the
process of saponification, i.e. temperature, stirring speed, stirring time, alkali concentration, and the
amount of base used. The variables of this study is the amount of KOH (15 ml, 20 ml, 25 ml and 30 ml)
and stirring time (30 minutes, 40 minutes, and 50 minutes) to obtain optimum conditions and obtained the
data of reaction kinetics in the manufacture of soft soap used cooking oil. Most soft soap obtained from
the addition of KOH and a total of 30 ml stirring for 50 min. The reaction kinetics data k = 1.5506 and (
rA) = 1.5506 [A] [6,416A] 1.9025

Keywords: KOH, reaction kinetics, saponification, used cooking oil.

Page 42 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013


1. PENDAHULUAN dapat disintesis oleh tubuh.Asam lemak tersebut
adalah asam palmitat, stearat, oleat, dan linoleat.
Minyak goreng memegang peranan yang
sangat penting dalam pengolahan produk pangan. Minyak Goreng Bekas
Hal ini mengakibatkan konsumsi minyak goreng Minyak goreng bekas atau yang biasa
meningkat dari tahun ke tahun. Konsumen disebut dengan minyak jelantah adalah minyak
minyak goreng terbesar adalah industri makanan, limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak
restoran, dan hotel. Setelah digunakan berulang- goreng seperti halnya minyak jagung, minyak
ulang selanjutnya minyak goreng tersebut sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini
menjadi minyak goreng bekas. Sebenarnya merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan
minyak goreng bekas tersebut masih dapat rumah tangga umumnya. Sehubungan dengan
dimanfaatkan kembali setelah dilakukan proses banyaknya minyak goreng bekas dari sisa
pemurnian ulang (reprosesing), namun karena industri maupun rumah tangga dalam jumlah
keamanan pangan mengkonsumsi minyak goreng tinggi dan menyadari adanya bahaya konsumsi
hasil reprosesing masih menjadi perdebatan minyak goreng bekas, maka perlu dilakukan
sengit akibat adanya dugaan senyawa akrolein upaya-upaya untuk memanfaatkan minyak
yang bisa menyebabkan keracunan bagi manusia, goreng bekas tersebut agar tidak terbuang dan
maka alternatif lainnya adalah dengan mencemari lingkungan. Pemanfaatan minyak
memanfaatkannya sebagai bahan baku industri goreng bekas ini dapat dilakukan pemurnian agar
non pangan seperti sabun lunak. dapat digunakan kembali sebagai media
Sabun dibuat melalui proses saponifikasi penggorengan atau digunakan sebagai bahan
lemak minyak dengan larutan alkali baku produk berbasis minyak seperti sabun
membebaskan gliserol. Lemak minyak yang (Susinggih, dkk, 2005).
digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak
nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut. Pada saat Pemurnian Minyak Goreng Bekas
ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Pemurnian merupakan tahap pertama dari
Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi proses pemanfaatan minyak goreng bekas, yang
dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti hasilnya dapat digunakan sebagai minyak goreng
sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian kembali atau sebagai bahan baku produk untuk
maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga pembuatan sabun cair. Tujuan utama pemurnian
sabun yang digunakan dalam industri. minyak goreng ini adalah menghilangkan rasa
Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun serta bau yang tidak enak, warna yang kurang
juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis menarik dan memperpanjang daya simpan
sabun. Larutan alkali yang digunakan dalam sebelum digunakan kembali (Susinggih, dkk,
pembuatan abun bergantung pada jenis sabun 2005).
tersebut. Larutan alkali yang biasa yang Pemurnian minyak goreng bekas ini
digunakan pada sabun keras adalah Natrium meliputi 3 tahap proses, yaitu :
Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa 1. Penghilangan bumbu (despicing)
digunakan pada sabun lunak adalah Kalium 2. Netralisasi
Hidroksida (KOH). 3. Pemucatan (bleaching)

Minyak Goreng Sabun


Minyak goreng adalah minyak yang Sabun adalah surfaktan yang digunakan
berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dengan air untuk mencuci dan membersihkan.
dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang
kamar dan biasanya digunakan untuk disebutbatangkarena sejarah dan bentuk
menggoreng makanan. Minyak goreng dari umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah
tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman telah meluas, terutama pada sarana-sarana
seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan,
jagung, kedelai, dan kanola. air bersabun secara efektif mengikat partikel
Minyak goreng umumnya berasal dari dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di
minyak kelapa sawit.Minyak kelapa dapat negara berkembang, deterjen sintetik telah
digunakan untuk menggoreng karena struktur menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci
minyaknya yang memiliki ikatan rangkap atau membersihkan.
sehingga minyaknya termasuk lemak tak jenuh
yang sifatnya stabil.Selain itu pada minyak
kelapa terdapat asam lemak esensial yang tidak

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013 Page 43


Sifat-Sifat Sabun Produknya, sabun yang terdiri dari garam
Sifat sifat sabun yaitu : asam-asam lemak. Fungsi sabun dalam
a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam keanekaragaman cara adalah sebagai bahan
alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga pembersih. Sabun menurunkan tegangan
akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu permukaan air, sehingga memungkinkan air
larutan sabun dalam air bersifat basa. untuk membasahi bahan yang dicuci dengan
CH3(CH2)16COONa + H2O lebih efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat
CH3(CH2)16COOH + NaOH pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan
b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika sabun teradsorpsi pada butiran kotoran.
larutan sabun dalam air diaduk maka akan Pada penelitian ini, dilakukan
menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan pencampuran KOH harus disamakan suhunya
terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun terlebih dahulu, karena suhu merupakan salah
dapat menghasilkan buih setelah garam- satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Jika
garam Mg atau Ca dalam air mengendap. suhu dinaikkan maka laju reaksi semakin besar
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + karena kalor yang diberikan akan menambah
Ca(CH3(CH2)16COO)2 energi kinetik partikel pereaksi, akibatnya jumlah
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. dari energi tumbukan bertambah besar, begitu
Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, pun sebaliknya. Larutan yang telah sama
sabun (garam natrium dari asam lemak) suhunya kemudian dicampurkan.
digunakan untuk mencuci kotoran yang Pencampuran pada suhu yang sama agar
bersifat polar maupun non polar, karena laju reaksi yang dihasilkan tidak mengalami
sabun mempunyai gugus polar dan non perubahan besar. Untuk menentukan laju dari
polar. Molekul sabun mempunyai rantai reaksi kimia yang diberikan, harus ditentukan
hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak seberapa cepat perubahan konsentrasi yang
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak terjadi pada reaktan atau produknya. Secara
suka air) dan larut dalam zat organic umum, apabila terjadi reaksi AB, maka mula-
sedangkan COONa+ sebagai kepala yang mula zat yang A dan zat B sama sekali belum
bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam ada. Setelah beberapa waktu, konsentrasi B akan
air. meningkat sementara konsentrasi zat A akan
menurun (Partana, 2003 : 47).
Tabel 1. Syarat Mutu Sabun Mandi Hukum laju dapat ditentukan dengan
Uraian Tipe I Tipe II melakukan serangkain eksperimen secara
(Sabun (Sabun sistematik pada reaksi A + B C, untuk
Padat) Lunak) menentukan orde reaksi terhadap A maka
1. Kadar air (%) Maks. 15 > 15 konsentrasi A dibuat tetap sementara konsentrasi
2. Jumlah asam > 70 64 70
B divariasi kemudian ditentukan laju reaksinya
lemak (%)
3. Alkali bebas
pada variasi konsentrasi tersebut. Sedangkan
-dihitung sebagai Maks. 0,1 Maks 0,1 untuk menentukan orde reaksi B, maka
NaOH (%) konsentrasi B dibuat tetap sementara itu
-dihitung sebagai Maks 0,14 Maks 0,14 konsentrasi A divariasi kemudian diukur laju
KOH (%) reaksinya pada variasi konsentrasi tersebut
4. Asam lemak < 2,5 < 2,5 (Partana, 2003 : 49).
bebas atau lemak Orde dari suatu reaksi menggambarkan
netral (%) bentuk matematika dimana hasil perubahandapat
5. Bilangan 196 - 206 196 - 206
ditunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung
penyabunan
secara eksperimen dan hanya dapat diramalkan
(Sumber : SNI 06 3532 1994)
jika suatu mekanisme reaksi diketahui seluruh
orde reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah
dari eksponen untuk masing-masing reaktan,
Kinetika Reaksi Kimia Saponifikasi
sedangkan hanya eksponen untuk masing-masing
Saponifikasi merupakan proses hidrolisis
reaktan dikenal sebagai orde reaksi untuk
basa terhadap lemak dan minyak, dan reaksi
komponen itu. Orde reaksi adalah jumlah
saponifikasi bukan merupakan reaksi
pangkat faktor konsentrasi dalam hukum laju
kesetimbangan. Hasil mula-mula dari
bentuk diferensial. Pada umumnya orde reaksi
penyabunan adalah karboksilat karena
terhadap suatu zat tertentu tidak sama dengan
campurannya bersifat basa. Setelah campuran
koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi
diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam
(Hiskia, 2003).
karboksilat.

Page 44 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013


Penelitian yang Telah Dilakukan Sebelumnya pengadukan dan jumlah alkali yang digunakan.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian Waktu pengadukannya yaitu 30 menit, 40 menit,
mengenai pemurnian minyak jelantah dengan dan 50 menit. Jumlah alkali yang digunakan
proses absorpsi menggunakan ampas tebu yaitu 15 ml, 20 ml, 25 ml,dan 30 ml dan yang
sebagai absorben. Pemurnian ini dilakukan ditinjau pada penelitian ini adalah kinetika reaksi
dengan menambahkan ampas tebu sebanyak 5 kimia yang terjadi pada saponifikasi.
7 % berat minyak ke dalam minyak jelantah dan
direndam selama 48 jam. Setelah dilakukan
penyaringan didapatkan minyak dengan warna 2. METODOLOGI
gelas yang telah berisi minyak, secara
perlahanyang lebih jernih. (Lisa dkk, 2009) Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Adapun penelitian mengenai pembuatan Unit Proses Universitas Sriwijaya Kampus
sabun itu sendiri sebelumnya telah dilakukan, Indralaya. Adapun bahan-bahan yang digunakan
yaitu mengenai pembuatan sabun cair dari minyak goreng bekas, larutan koh, parfum non
minyak jelantah. Proses yang digunakan pada alkohol 1 ml, pewarna makanan, EDTA, NaCl,
penelitian kali ini merupakan proses secara kimia gliserin. Sedangkan peralatan yang digunakan
yaitu saponifikasi. Dengan tujuan untuk melihat meliputi stirer, beker gelas, erlenmeyer, spatula,
pengaruh dari kecepatan pengadukan, corong pemisah, gelas ukur, penangas air, labu
konsentrasi dan perbandingan penggunaan alkali ukur, hot plate, titrasi digital, klem dan statif,
terhadap sabun yang dihasilkan. pipet tetes, oven, pH meter, timbangan analitik,
Bahan baku yang digunakan dalam indikator PP.
penelitian ini yaitu minyak jelantah dari sisa Data penelitian yang diukur yaitu kadar air,
penggorengan kue dan sisa penggorengan alkali bebas, minyak mineral, dan derajat
kerupuk ikan. Sebelum digunakan untuk keasaman (pH). Pengukuran kadar air dilakukan
membuat sabun, dilakukan proses pemurnian dengan menimbang contoh sebanyak 4 gram,
trelebih dahulu terhadap minyak tersebut. Hal ini dengan menggunakan cawan yang telah
bertujuan agar warna minyak menjadi lebih diketahui beratnya. Contoh tersebut dipanaskan
jernih. dalam lemari pengering pada suhu 105C selama
Pada proses pembuatan sabun, 2 jam. Pengukuran alkali bebas dilakukan
digunakan 2 jenis alkali yang berbeda. Yaitu dengan menggunakan alcohol netral yang telah
NaOH dan KOH. Variable yang digunakan ditambahkan batu didih, dan dipasang pendingin
dalam penelitian ini yaitu kecepatan pengadukan tegak, lalu larutan dititrasi dengan menggunakan
dan konsentrasi alkali yang digunakan. HCl 0,1 N hingga warna merah hilang.
Kecepatan pengadukannya yaitu 500 rpm, 550 Pengukuran kandungan minyak mineral
rpm, 600 rpm, 650 rpm dan 700 rpm. Sedangkan dilakukan dengan metode titrasi menggunakan
konsentrasi alkali yang digunakan yaitu 20%, larutan HCl 10% dan NaOH 0,5 N. Pengukuran
25% dan 30%. pH dilakukan dengan menggunakan
elektrometer.
Penelitian yang Dilakukan Saat Ini
Proses yang digunakan pada penelitian
kali ini juga merupakan proses secara kimia yaitu
saponifikasi. Dengan tujuan untuk melihat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengaruh dari lama waktu pengadukan, dan
jumlah alkali terhadap sabun yang dihasilkan. 3.1 Pengaruh Jumlah KOH Dan Waktu
Bahan baku yang digunakan dalam Pengadukan terhadap Sabun Lunak
penelitian ini yaitu minyak jelantah dari sisa yang Dihasilkan dari Minyak Goreng
limbah rumah tangga, berupa penggorengan Bekas
kerupuk. Sebelum digunakan untuk membuat Dari grafik di bawah dapat dilihat bahwa
sabun, dilakukan proses pemurnian terlebih semakin lama waktu pengadukan maka semakin
dahulu terhadap minyak tersebut dengan banyak jumlah sabun lunak yang dihasilkan. Hal
menggunakan absorben yang terbuat dari ini disebabkan karena pada saat proses
tempurung kelapa sebanyak 7% dari berat pengadukan, tumbukan antar reaktan terjadi
minyak jelantah yang akan dimurnikan. Hal ini sehingga energi aktivasi reaksi tercapai dengan
bertujuan agar warna minyak menjadi lebih cepat. Begitu pula dengan jumlah KOH yang
jernih. ditambahkan ke dalam minyak pada proses
Pada proses pembuatan sabun, digunakan penyabunan. Semakin banyak jumlah KOH yang
jenis alkali KOH. Variabel yang digunakan ditambahkan, maka semakin banyak pula jumlah
dalam penelitian ini yaitu lama waktu sabun yang dihasilkan.

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013 Page 45


3.3 Pengaruh Jumlah KOH dan Waktu
Pengadukan terhadap Alkali Bebas
yang terdapat pada Sabun Lunak
0,05
30 menit
0,045
40 menit
0,04
50 menit
0,035

Alkali bebas (%)


0,03
0,025
0,02
0,015
0,01
0,005
Gambar 1. Pengaruh jumlah KOH dan waktu 0
pengadukan terhadap berat sabun
lunak yang dihasilkan dari minyak 0 10 20 30 40
Jumlah KOH (ml)
goreng bekas

3.2 Pengaruh Jumlah KOH dan Waktu Gambar 3. Pengaruh jumlah KOH dan waktu
Pengadukan terhadap Kadar Air yang pengadukan terhadap kadar alkali
terdapat pada Sabun Lunak bebas yang terdapat pada sabun
Kadar air pada sabun lunak yang lunak yang dihasilkan dari minyak
dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara goreng bekas
5,165% - 68,4525%. Kadar air terbesar adalah
68,4525% diperoleh dari waktu pengadukan Kadar alkali bebas pada sabun lunak yang
selama 50 menit dan penambahan jumlah KOH dihasilkan pada penelitian ini berkisar
sebanyak 15 ml. Kadar air terkecil adalah antara0,0118 % - 0,0457 %. Kadar alkali
5,165% diperoleh dari waktu pengadukan selama bebasterbesar adalah 0,0457 %diperoleh dari
50 menit dan penambahan jumlah KOH waktu pengadukan selama 40 menit dan
sebanyak 30 ml. Kadar air ini cukup baik karena penambahan jumlah KOH sebanyak 30 ml.
menurut SNI (1994), kadar air dalam sabun Kadar alkali terkecil adalah 0,0118%diperoleh
lunak minimum sebesar 15%. Kadar air di atas dari waktu pengadukan selama 30 menit dan
15% memberikan sifat sabun mulai lunak. penambahan jumlah KOH sebanyak 15 ml.
Kadar alkali bebas ini cukup baik karena
80 menurut SNI (1994), alkali bebas dalam sabun
30 menit
70 40 menit
tidak boleh lebih dari 0,14% untuk sabun lunak.
50 menit 3.4 Pengaruh Jumlah KOH dan Waktu
60
Pengadukan terhadap Minyak Mineral
Kadar Air (%)

50 yang terdapat pada Sabun Lunak


40
Tabel 2. Pengaruh jumlah KOH dan waktu
30 pengadukan terhadap kadar minyak
mineral yang terdapat pada sabun
20 lunak yang dihasilkan dari minyak
goreng bekas.
10
Jumlah Waktu Pengadukan (menit)
0 KOH
30 40 50
0 10 20 30 40 (ml)
Jumlah KOH (ml) 15 Keruh Keruh Keruh
Gambar 2. Pengaruh jumlah KOH dan waktu 20 Negatif Negatif Keruh
pengadukan terhadap kadar air yang 25 Keruh Keruh Keruh
terdapat pada sabun lunak yang 30 Negatif Negatif Keruh
dihasilkan dari minyak goreng bekas

Page 46 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013


Minyak mineral merupakan zat atau 9,8
30 menit
bahan tetap sebagai minyak, namun saat 40 menit
penambahan air akan terjadi emulsi antara air 9,6 50 menit
dan minyak yang ditandai dengan kekeruhan. 9,4
Keberadaan minyak mineral pada sabun sangat
tidak diharapkan, karena akan mempengaruhi 9,2
proses emulsi sabun dengan air. Nilai minyak 9
mineral ini harus negatif yang ditunjukkan

pH
dengan tidak terjadinya kekeruhan pada saat 8,8
titrasi dengan menggunakan air. Hasil analisa 8,6
pada sabun lunak menunjukkan minyak mineral
negatif untuk beberapa perlakuan yaitu pada 8,4
waktu pengadukan selama 30 menit dan 8,2
penambahan jumlah KOH sebanyak 20 ml dan
30 ml. Serta waktu pengadukan selama 40 menit 8
dan penambahan jumlah KOH sebanyak 20 ml 0 10 20
Jumlah KOH (ml)
30 40
dan 30 ml.
Gambar 4. Pengaruh jumlah KOH dan waktu
3.5 Pengaruh Jumlah KOH dan Waktu pengadukan terhadap derajat
Pengadukan terhadap Derajat keasaman (pH) yang terdapat pada
Keasaman (pH) yang terdapat pada sabun lunak yang dihasilkan dari
Sabun Lunak minyak goreng bekas

Berdasarkan SNI (1994) pH sabun lunak


umumnya adalah antara 7 - 10. Mencuci tangan 3.6 Kinetika Reaksi Kimia Saponifikasi
dengan sabun dapat meningkatkan pH kulit Reaksi yang terjadi pada proses
sementara, tetapi kenaikan pH kulit ini tidak saponifikasi adalah sebagai berikut:
akan melebihi 7 (Wasitaatmadja, 1997).
Hasil analisa menunjukkan pH pada (C17H35COO)3 + 3KOH 3C17H35COOK +
sabun lunak berkisar antara 8,1 9,7. pH C3H5(OH)3
tertinggi adalah 9,7 diperoleh dari waktu
pengadukan selama 50 menit dan penambahan Reaksi saponifikasi dapat diasumsikan menjadi:
jumlah KOH sebanyak 30 ml. pH terendah
adalah 8,1 diperoleh dari waktu pengadukan A + 3B 3C +D
selama 30 menit dan penambahan jumlah KOH
sebanyak 15 ml. Hasil ini menunjukkan nilai pH Dimana,
sabun yang cukup baik sesuai dengan standar A=A
SNI (1994). pH yang sangat tinggi atau rendah B = 6,146 A
dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga
menyebabkan iritasi pada kulit dan kulit kering.
(Wasitaatmaja, 1997).

misal : n = am

t = 30 menit X = 0,1798
t = 40 menit X = 0,2472
t = 50 menit X = 0,3730

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013 Page 47


sabun yang lebih banyak dibandingkan dengan
penambahan jumlah KOH sebanyak 15 ml, 20
ml, dan 25 ml. Waktu pengadukanyang semakin
lama akan berpengaruh terhadap sabun lunak
yang dihasilkan. Dari hasil penelitian waktu
pengadukan selama 50 menit menghasilkan
sabun yang lebih banyakdibandingkan dengan
waktu pengadukan selama 30 menit dan 40
menit. Kondisi optimum untuk memperoleh
sabun lunak yang terbaik adalah pada
penambahan jumlah KOH sebanyak 30 ml dan
waktu pengadukan selama 50 menit. Hasil
penelitian yang diperoleh berdasarkan kinetika
reaksi dari pembuatan sabun lunak berdasarkan
penambahan jumlah KOH dan lama waktu
pengadukan ini, tetapan laju reaksi (k) adalah
1,5506 dengan rA = 1,5506 [A] [6,416A]1,9025

DAFTAR PUSTAKA
maka,
Fessenden, R. J dan Fessenden, J. 1994.Kimia
Organik. Edisi Ketiga. Penerbit
Erlangga. Jakarta

Harnawi, T. 2004. Studi Pembuatan Sabun Cair


dengan Bahan Baku Minyak Goreng
Hasil Reproseing. Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang

Hiskia, Achmad. 2001. Elektrokimia dan


Kinetika Kimia. PT. Citra Aditya
Sakti. Bandung
Asumsi m = 1
maka, am = 1,9025 Inayah, Sufi dan Ika Novarita. 2011. Pengaruh
A = 0,089 konsentrasi NaOH dan KOH serta
Kecepatan Pengadukan terhadap
Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah.
Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Indralaya

Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak


dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta
Maka laju reaksi proses saponifikasi adalah
Selfiawati E. 2003. Kajian Proses Degumming
dan Netralisasi pada Pemurnian Minyak
Goreng Bekas.Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor

4. KESIMPULAN Wijana, S. 2005. Mengolah Minyak Goreng


Bekas. Trubus Agrisarana. Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan Wijana, S., Soemarjo, dan T. Harnawi. 2009.
bahwa jumlah KOH yang semakin banyak akan Studi Pembuatan Sabun Mandi Cair
berpengaruh terhadap sabun lunak yang dari Daur Ulang Minyak Goreng. Jurnal
dihasilkan. Dari hasil penelitian penambahan Teknologi Pertanian. Jakarta
jumlah KOH sebanyak 30 ml menghasilkan

Page 48 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

Anda mungkin juga menyukai