Anda di halaman 1dari 9

WB Test

Sejarah dan Perkembangan The WAIS

Pada awalnya, the WAIS merupakan the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WB) pada
tahun 1939. Wechsler menunjukkan bahwa tes inteligensi seperti Stanford-Binet dirancang
untuk mengukur intligensi anak-anak dan untuk beberapa kasus yang mencakup orang dewasa
tidak dapat sesuai. Terlebih untuk tes verbal yang standarnya kurang sesuai. Untuk mengatasi
masalah ini, Wechsler membuat alat tes yang bernama Wechsler-Bellevue, dimana item-
itemnya banyak yang diadopsi dari Tes Binet-Simon, the Army Alpha, yang biasa digunakan
untuk tes militer pada Perang Dunia I dan dari tes-tes lainnya. Pada tahun 1955, Wechsler-
Bellevue diganti dengan the WAIS,yang direvisi kembali pada tahun 1981 dengan nama
WAIS-R, dan direvisi kembali menjadi the WAIS-3 pada tahun 1997. Item-item pada skala the
WAIS diambil dari variasi tes, seperti pengalaman klinis dan dari proyek-proyek pilot. Item-
item tersebut dipilih dengan dasar validitas empiris walaupun seleksinya didasari
oleh Wechslers theory of the nature intelligence. Revisi the WAIS-R merupakan usaha untuk
memodernisasi konten alat tes, seperti, informasi baru item subtes yang mengacu pada orang
kulit hitam yang terkenal dan kepada wanita,untuk mengurangi ambiguitas, untuk mengurangi
pertanyaan-pertanyaan kontroversial, untuk memfasilitasi administrasi, dan menilai dengan
tepat sesuai dengan perubahan pada Manual.

Skala verbal Deskripsi


Information Mengukur tingkat pengetahuan. Berisi pertanyaan yang biasanya
orang dewasa tahun. Contoh : Dari mana arah matahari terbit?
Digit Span Berisi pengulangan angka dari 3 sampai 9 digit dan 2 sampai 8 digit
mundur. Untuk menilai memory dan efek dari kekacauan kecemasan.
Vocabulary Untuk menilai kosakata.
Comprehension Untuk menilai pengetahuan umum dan penarikan kesimpulan
Arithmetic (T) Untuk menilai tingkat konsentrasi. Mengatasi masalah pada anak-
anak sekolah dasar.
Similarities Untuk mengukur penilaian abstrak (bagaimana 2 hal berkaitan atau
berhubungan)

Table 51. The WAIS-R subtests


Performance scale Deskripsi
Picture Completion Tes dengan gambar-gambar yang ada
bagian-bagian yang hilang. Untuk mengukur
kecakapan terhadap detail-
detail/ketelitiansdf
Picture Arrangement (T) Satu set gambar-gambar yang disusun
menjadi sebuah cerita. Mengukur
kemampuan membuat perencanaan.
Block Design (T) Sebuah desain untuk menyusun blok-blok
yang penuh warna. Mengukur pertimbangan
secara non lisan
Object Assembly (T) Desain yang menyediakan objek-objek yang
familiar seperti tangan, untuk disusun.
Menilai kemampuan melihat hubungan dan
membuat menjadi satu bagian
Digit Symbol (T) Mengukur pertimbangan visual-motor.
Dengan cara memasangkan 9 simbol dengan
9 digit angka sesuai dengan urutan yang
tersedia

B. Norm
Sampel normatif terdiri dari sekitar 1.900 individu sebagai representatif dari berbagai ras, dan
wilayah tempat tinggal yang berbeda. orang-orang ini didistribusikan secara merata di sembilan
level umur, dari usia 16-17 , umur 70-74, dan dewasa normal, dan penyandang kondi kejiwaan
atau fisik yang parah.

C. Pattern analysis

Penggunaan skala Wechsler telah menghasilkan sejumlah besar informasi diantaranya : analisi
pola, makna dari perbedaan antara skor skala subteks atau antara IQ verbal dan kinerja.
Contohnya kita dapat mengharapkan IQ seseorang dan kinerja IQ Verbal menjadi cukup mirip.
Pola kinerja mungkin berhubungan dengan beberapa kondisi diagnostik. Sebagai contoh,
kinerja menghitung jauh lebih tinggi dari kemampuan kosakata mungkin hal ini menunjukkan
belahan otak kiri mengalami penurunan kinerja otak kiri. (Haynes&Bensch,1981). Wechler
(1941) berpendapat bahwa perbedaan besar dari dua titik skala rata-rata subset orang yang
signifikan mencerminkan beberapa kelainan. Bagian sulit dari analisi pila adalah perbedaan
antara subyek yang diperoleh oleh salah satu individu mungkin mencerminkan kondisi
diagnostik yang rendah seperti objek majelis dan picture arrangement.

D. Factor Structure

Apakah tes Wechsler mengukur g, dua atau tiga faktor, adalah sebuah isu yang sampai sekarang
belum dapat dipecahkan. Studi dari analisis faktor sepertinya menyatakan bahwa ada satu
faktor umum dalam WAIS, yang dinamakan general reasoning. Namun, banyak juga yang
menemukan dua sampai tiga faktor penting lainnya, yang disebut verbal comprehension,
performance, dan memory. WAIS-R juga telah difaktor-analisiskan dan hasilnya juga
kurang jelas. Naglieri dan A.S Kaufman (1983) menampilkan enam faktor yang dianalisis
menggunakan metode yang berbeda. Metode yang bervariasi menghasilkan dari satu sampai
empat faktor, tergantung dari kelompok umur. Penulis menyimpulkan bahwa interpretasi yang
paling bisa dipertahankan adalah dua faktor, Verbal dan Performance, dan diikuti dengan tiga
faktor lain, yaitu: Verbal, Performance, dan Freedom from distractibility.

Penggunaan tes lebih ringkas yang menjadi aspek yang bernilai dari tes WAIS, dinamakan
experimental clinical situation, dimana perilaku subjek dapat diobservasi dibawah kondisi yang
standar. Hal itu secara umum disetujui bahwa tes yang lebih ringkas tersebut seharusnya hanya
digunakan sebagai tes seleksi dibandingkan sebagai prosedur diagnostik atau asesmen atau
penelitian dimana perkiraan intelegensi yang lebih dalam.

E. Group Administration
Meskipun tes Wechsler adalah tes yang diujikan per individu, beberapa investigator berusaha
untuk mengembangkan tes ini ke dalam bentuk kelompok, dengan memilih bagian yes yang
khusus dan mengubah prosedur pengontrolan sehingga sekelompok orang dapat diuji secara
serentak. Hasil dari pengontrolan ini secara umum berkorelasi dari rentang 0,80 sampai 0,90
dengan standar pengontrolan., meskipun lagi menyatakan bahwa data observasi yang kaya
dapat dikumpulkan dari pengontrolan per individual.
F. Examiner Error
Slate dan Hunnicut (1988) mengajukan beberapa alasan yang dapat menjelaskan adanya
kesalahan penguji dalam skala Wechsler, yaitu:
1. kurangnya training dan dan kurangnya prosedur instruksional
2. ambiguitas dalam tes manual, kurang jelasnya penjelasan tentang pemberian skor, dan
kurangnya instruksi yang lebih spesifik yang akhirnya mengambigukan respon
3. kecerobohan penguji dalam penghitungan maupun pengontrolan
4. kesalahan yang disebabkan karena perbedaan antara penguji dan yang diuji
5. masalah pekerjaan dari penguji

G. Criticism
Meskipun tes Wechsler sering digunakan, ada banyak kritik dalam kepustakaannya. G. Frank
(1983) contohnya, menyatakan tes Wechsler seperti dinosaurus yang terlalu besar dan tidak
dalam jalur konseptualisasi tertentu dari psikometrik dan inteligensi; ia juga berpendapat tes
ini sebaiknya dihapus. Namun begitu, WAIS-R telah digunakan secara luas, baik dalam praktek
klinis maupun penelitian, dan banyak keuntungan yang telah terbukti dari tes ini. Contohnya,
berlawanan dengan pendapat umum, satu penemuan umum dari tes Wechsler adalah tes ini
tidak memiliki bias sistematis yang berlawanan dengan kelompok minoritas.

Keuntungan:
-Mencakup rentang umur 16-74 tahun
-Penyelesaian manual WAIS-R dapat mencangkup standar pengukuran kesalahan
-Skalanya memiliki konten dan struktur validitas
-Dapat digunakan untuk berbagai instansi
-Reliabilitas tinggi
-Dapat menghasilkan sejumlah besar informasi diantaranya : analisi pola, makna dari
perbedaan antara skor skala subteks atau antara IQ verbal dan kinerja
-Tes ini tidak memiliki bias sistematis yang berlawanan dengan kelompok minoritas

Kelemahan:
Tes ini terlalu besar dan tidak dalam jalur konseptualisasi tertentu dari psikometrik dan
inteligensi serta adanya examiner error.
TES IST (Inteligence Structure Test)

A. Sejarah Perkembangan Tes IST (Intelligenz Struktur Test)

Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi individu. Tes
ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953. Amthauer
mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-rohani manusia
yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali (dilihat) melalui
manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes.
Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan
hipotesis kerja sebagai berikut:
Komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang
dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan yang
lainnya.

Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori bifaktor, teori
multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori hirarki faktor. Berdasarkan teori
faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang
terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan
karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak
berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor). Sedangkan
kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor subtes-subtes. Maka
Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari 9 subtes.

B. Perkembangan Tes IST

Karakteristik dari baterai tes Amthauer menunjukkan adanya suatu interkorelasi yang rendah
antar subtesnya (r=0.25) dan korelasi antara subtes dengan jumlah (keseluruhan subtes) yang
rendah pula (r=0.60).
Semenjak diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para
koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an.
Tes IST 1953
Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia 14 sampai dengan
60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun 1953.
Tes IST 1955
Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia untuk subjek
diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan norma bertambah
menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia.
Tes IST 1970
Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang menyarankan pengkoreksian dengan
mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih dari 10 tahun, maka disusunlah IST
70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki 6 bentuk, setiap
pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2, atau C3 dan D4. Dua
bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus. Pada IST 70, rentang
kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Disamping itu telah ditambah tabel
kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada IST 70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran
bidang yang tidak merata dan menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek
gagal dalam subtes ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya
atau tidak mengerti kalimatnya.
Tes IST 2000
Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal hitungan.
Tes IST 2000-Revised
Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan subtes. IST ini
terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:
Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE, AN, GE, RE, ZR,
RZ, FA, WU, dan MA.
Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural
Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes Wissentest (tes
pengetahuan)
IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas
Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan oleh
Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST
UNPAD, 2009).

Fungsi dan Tujuan IST

Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian- bagian yang saling
berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur intelegensi tertentu meggambarkan
pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal
tersebut IST umum digunakan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi,
merencanakan pendidikan dan karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup
individu.

Subtes-subtes dalam IST


IST terdiri dari sembilan subtes yang keseluruhannya berjumlah 176 aitem. Masing-masing
subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan
manual (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Sembilan subtes dalam IST, yaitu:
a. SE: melengkapi kalimat. Pada subtes ini yang diukur adalah pembentukan keputusan,
common sense (memanfaatkan pengalaman masa lalu), penekanan pada praktis-konkrit,
pemaknaan realitas, dan berpikir secara berdikari/ mandiri.
b. WA: melengkapi kalimat. Pada subtes ini akan diukur kemampuan bahasa, perasaan
empati, berpikir induktif menggunakan bahasa, dan memahami pengertian bahasa.
c. AN: persamaan kata. Pada subtes ini yang diukur adalah kemampuan fleeksibilitas dalam
berpikir, daya mengkombinasikan, mendeteksi dan memindahkan hubungan- hubungan, serta
kejelasan dan kekonsekuenan dalam berpikir.
d. GE: sifat yang dimiliki bersama. Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah kemampuan
abstraksi verbal, kemampuan untuk menyatakan pengertian akan sesuatu dalam bentuk bahasa,
membentuk suatu pengertian atau mencari inti persoalan, serta berpikir logis dalam bentuk
bahasa.
e. RA: berhitung. Dalam subtes ini aspek yang dilihat adalah kemampuan berpikir praktis
dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning, dan kemampuan mengambil kesimpulan.
f. ZR: deret angka. Dalam subtes ini akan dilihat bagaimana cara berpikir teoritis dengan
hitungan, berpikir induktif dengan angka-angka, serta kelincahan dalam berpikir.
g. FA: memilih bentuk. Pada subtes ini akan mengukur kemampuan dalam membayangkan,
kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan analisa), berpikir konkrit menyeluruh, serta
memasukkan bagian pada suatu keseluruhan.
h. WU: latihan balok. Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah daya bayang ruang,
kemampuan tiga dimensi, analitis, serta kemampuan konstruktif teknis.
i. ME: latihan simbol. Subtes ini mengukur daya ingat, konsentrasi yang menetap, dan daya
tahan.

Skoring dan Interpretasi Tes IST

Skoring

Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa setiap jawaban
dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk semua subtes (SE, WA,
AN, RA, ZR, FA, WU, & ME), kecuali subtes 04-GE, setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan
untuk jawaban salah diberi nilai 0. Khusus untuk subtes 04-GE, tersedia nilai 2, 1, dan 0; karena
subtes ini berbentuk isian singkat maka nilai yang akan diberikan tergantung dengan jawaban
yang diberikan oleh subjek.
Total nilai benar yang sesuai dengan kunci jawaban merupakan Raw Score (RW); nilai ini
belum dapat diinterpretasi sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang sudah
dibandingkan dengan norma disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW inilah yang
dapat menjadi materi untuk tahap selanjutnya, yaitu interpretasi. Adapun norma yang
digunakan adalah sesuai dengan kelompok umur subjek.

Interpretasi

Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat dilakukan. Kesembilan
subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan interpretasinya harus
dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut:
Taraf kecerdasan. Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat diterjemahkan
menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan perkembangan individu
melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu dihubungkan dengan latar belakang sosial
serta dibandingkan dengan kelompok seusianya. Dimensi Festigung-Flexibilitt. Dimensi
Festigung-Flexibilitt menggambarkan corak berpikir yang dimiliki oleh subjek.

Dimensi Festigung-Flexibilitt merupakan dua kutub yang ekstrim, Keduanya


menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub Festigung memiliki arti corak
berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilitt memiliki arti corak berpikir yang non-eksak.
Corak berpikir ini merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan semakin
mantap ke salah satu kutub seiring bertambahnya usia. Cara menentukan seseorang subjek
apakah memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah dengan membandingkan
nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar maka subjek memiliki
kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar maka subjek memiliki
kecenderungan Flexibilitat.
Profil M-W. Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau praktis-
konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat dilihat dari 4 subtes
pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika grafik menunjukkan bentuk huruf
M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah M (verbal-teoritis), jika yang tampak adalah
bentuk huruf W maka profilnya adalah W (praktis-konkrit).
TES PM (Progresive Matrices)
Sejarah Tes PM
Raven Progressive Matrices (sering disebut sebagai Raven Matriks) atau RPM adalah tes
kelompok nonverbal biasanya digunakan dalam pengaturan pendidikan. Tes ini merupakan tes
yang paling populer dan paling umum, diberikan kepada kelompok anak dari 5 tahun sampai
orangtua. Berdasarkan teori dari Sperman yang disebut dengan Teori Dua Faktor yang terdiri
dari dua kemampuan mental yaitu inteligensi umumGeneral Factor = faktor g dan
kemampuan spesifik Special Factor = faktor s. Menurut Spearman bahwa kemampuan
seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan umum dan
kemampuan khusus. Dari teori tersebut, J.C. Raven dari Inggris (1938) menciptakan tes PM
guna mengukur inteligensi umum. Dikontruksi di Inggris untuk rekrutmen tentara dari rakyat
sipil, karena pada zaman itu banyak rakyat Inggris yang belum berpendidikan.

Karakteristik soal Tes PM


Terdiri dari suatu set matriks atau susunan bagian dari desain. Pada setiap persoalan terdapat
suatu bagian yang dihilangkan pada ujung kanan bawah dari desain tersebut. Tugas subyek
adalah memilih dari sejumlah alternatif jawaban yang tersedia yang cocok untuk mengisi
bagian yang hilang. Soal yang mudah hanya menuntut ketepatan dalam diskriminasi.
Sedangkan soal yang lebih sulit melibatkan kemampuan analogi, pergantian pola serta
hubungan logis. Jadi dapat disimpulkan bahwa tes PM berguna untuk mengukur kemampuan
seseorang untuk berpikir non verbal dalam bentul simbol-simbol abstrak, mengukur bakat
keruangan, penalaran induktif dan ketepatan perseptual dan faktor lain yang mempengaruhi
performa
Berikut adalah contoh dari soal tes PM

Perkembangan tes PM
Tes ini memiliki tiga bentuk tes yang berbeda derajat kesulitannya sehingga dapat digunakan
bagi bermacam populasi subyek. Adapun ketiga jenis tersebut adalah sebagai berikut :
1. CPM (Coloured Progresive Matrices)
Dimana jenis tes ini memiliki norma persentil bagi anak yang berusia 5 sampai 11 tahun, dan
norma tambahan bagi usia 60 sampai 89 tahun dan yang terbelakang mental. Tes CPM terdiri
dari 36 soal dalam 3 set yaitu :A,AB,dan B. dapat berbentuk buku soal maupun papan
2. SPM (Standart Progresive Matrices)
Tes ini baru digunakan pada tahun 1954. Tes untuk usia 11 sampai 16 tahun, dimana terdiri
dari 60 butur soal atau pola dalam 5 set yaitu :A,B,C,D, dan E, dan masing set terdiri atas 12
butir tes. Butir-butir soal tersebut disusun dari yang termudah sampai yang tersulit, dimana
kondisi ini menunjukkan bahwa dibutuhkan kapasitas kognitif yang lebih besar untuk
memasukkan dan menganalisa informasi di dalam otak kita.
SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau
level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subyek yang
dites, yaitu :
Grade I : kapasitas intelektual superior, Grade II : Kapasitas intelektual di atas rata-rata, Grade
III : Kapasitas intelektual rata-rata, Grade IV ; Kapasitas inteletual di bawah rata-rata, Grade
V : Kapasitas intelektual terhambat.
3. APM (Advanced Progresive Matrices)
Tes ini disusun oleh J.C. Raven pada tahun 1943, tes ini digunaka untuk remaja dan orang
dewasa yang diprediksikan memiliki kemampuan di atas rata-rata. Terdiridari 2 set dan
bentuknya non verbal. Set 1 disajikan dalam buku tes yang terdiri dari 12 soal dan set 2 terdir
dari 36 soal. Variasi soal disusun mulai dari yang mudah sampai yang paling susah. Digunakan
untuk mengatur tingkat inteligensi, disamping untuk tujuan analisis klinis
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa aspek- aspek yang diungkapkan dalam tes Raven
Progressive Matrices adalah :
1. Daya abstraksi, yaitu kemampuan menangkap, membayangkan, dan menganalisa suatu hal
yang dilihat atau ditangkap indera kita secara abstrak
2. Berpikir logis/ menalar, yaitu kemampuan untuk menarik kesimpulan yang sah menurut
aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar sesuai dengan pengetahuan
sebelumnya
3. Berpikir sistematis, yaitu kemampuan untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas
sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat, efektif, dan
efisien
4. Kecepatan & ketelitian, yaitu kemampuan untuk menangkap, mengolah informasi dengan
cepat dan teliti
5. Konsentrasi,yaitu kemampuan untuk memberikan atensi atau perhatian terhadap suatu hal
dalam suatu waktu dengan baik

Waktu lamanya Tes PM


CPM dan SPM memiliki waktu pengerjaan 25 menit sedangkan APM untuk set 1 waktunya 5
menit dan untuk set 2 waktunya 25 menit

Mamfaat Tes PM
Tes PM ini bermamfaat untuk mengukur inteligensi umum
Tes ini merupakan tes yang tidak pengaruhi budaya (Culture Fair Tes) sehingga dapat
digunakan tanpa dipengaruhi faktor bahasa (non verbal)
Tes PM mudah pengadministrasian dan penyekorannya

Skoring dalam tes PM


Hitung jumlah jawaban benar dari orang tersebut
Lihatlah norma untuk mengetahui golongan dari orang tersebut
Soal dari RPM disusun berdasarkan derajat kesulitan,sehingga distribusi kesalahan
menunjukkan optimalisasi proses kerja dan derajat kemampuan peserta
CFIT (Culture Fair Intelligence Test)
A. Sejarah CFIT

Culture-Fair Intelligence Test dari Cattel pertama kali dikeluarkan pada tahun 1944 dan satu-
satunya percobaan yang pertama mengembangkan kecerdasan yang diukur bebas dari pengaruh
budaya. Tes tersebut dianggap menjadi ukuran g (measure of g) dan mencerminkan teori
Cattel yaitu Fluid Intelligence dan Crystallized Intelligence. Fluid Intelligence terdiri dari
kemampuan yang nonverbal, yang tidak bergantung pada pengalaman yang spesifik, dan
karena itu relatif bebas dari budaya. Pada dasarnya, Fluid Intelligence adalah kapasitas mental
umum untuk pemecahan masalah, terutama pada situasi baru. Crystallized Intelligence
mengacu pada skill yang diperoleh dan pengetahuan, mencerminkan khususnya pendidikan
pengalaman, dan karena itu berhubungan dengan budaya. Cystallized Intelligence
dikembangakan melalui penggunaan Fluid Intelligence, dan faktanya, keduanya sangat
berhubungan.

B. Perkembangan CFIT

Test Cattel terdiri dari tiga skala : Skala I untuk usia 4 sampai 8, skala II untuk usia 8 sampai
12 dan orang dewasa rata-rata, dan skala III untuk siswa SMA dan orang dewasa unggul.
Skala I terdiri dari 8 substansi yang melibatkan labirin, menyalin simbol, mengidentifikasi
gambar yang sama, dan tugas non verbal lainnya. Skala I dan II keduanya terdiri dari 4 subtes
: (1) seri subtest dimana urutan gambar dilengkapi dengan memilih diantara pilihan respon, (2)
klasifikasi subtes, dimana responden memilih satu gambar yang berbeda dari gambar yang lain,
(3) subtes Matriks yang membutuhkan penyelesaian matriks atau pola, dan (4) ketentuan
subtes, yang mengharuskan responden untuk mengidentifikasi beberapa gambar geometris
memenuhi kondisi tertentu. Dua form yang tersedia, form A dan B, yang dikombinasi dan
diberikan sebagai skala tunggal dalam proses standardisasi.
Di sisi lain, ada lembaga besar sastra yang menyarankan bahwa culture-fair test seperti Cattel
memenuhi tidak hanya teoritis dan kepedulian sosial tetapi juga kebutuhan praktis.
Penulis menyimpulkan bahwa Cattel adalah ukuran yang lebih baik dari inteligensi untuk
kelompok minoritas daripada WISCR, karena hal tersebut mengurangi efek bias budaya dan
menyajikan gambaran yang lebih akurat dari kapasitas intelektual mereka

Anda mungkin juga menyukai