Disusun Oleh :
Syifa Kalisha (1824090242)
Kamis, 15.20 – 17.50
Nama Dosen :
Febi Herdajani, S.Psi., M.Si., Psi
Fakultas Psikologi
Universitas Persada Indonesia Y.A.I
2020
a. WECHSLER BELLEVUE INTELLIGENCE SCALE TEST (WBIS)
Tes WBIS merupakan tes individual untuk mengukur tingkat kecerdasan umum
seseorang dan dirancang khusus bagi mereka yang berusia 16 tahun ke atas. Sebagaimana
layaknya tes individual maka PP (Pimpinan Pemeriksaan) sendirilah yang menulis
jawaban orang yang diperiksa atau Orang Percobaan (OP) pada lembar jawaban
pemeriksaan. Kewajiban OP hanyalah menjawab pertanyaan dan atau melaksanakan
instruksi/perintah yang diajukan oleh PP. Oleh karena itu alat tes (peraga WBIS) yang
dipakai untuk melaksanakan pengukuran tingkat kecerdasan tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab PP.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa maksud dari pada tes inteligensi bukannya
untuk menghasilkan informasi tentang bagaimana seseorang akan bersikap, bertindak
dalam suatu keadaan tertentu, termasuk misalnya sukses/gagal dalam menyelesaikan
jenjang pendidikan tertentu, tetapi berkenaan dengan bagaimana umumnya seseorang
diharapkan untuk berfungsi dalam menghadapi berbagai situasi yang membutuhkan
tindakan cerdas. Intelegensi merupakan bagian dari kepribadian, bukan suatu keutuhan
tersendiri.
Tes WB menurut Cronbach dikategorikan dalam tes level C (ISPSI DIY, 1995), yaitu alat
tes yang administrasinya menuntut pengetahuan yang luas tentang testing dan Blog
Psikologi lainnya yang mendukung, disertai pengalaman penggunaan alat tes
bersangkutan di bawah bimbingan dan pengawasan ahli. Oleh karena itu kualifikasi
pengguna tes ini bukan saja minimal harus seorang psikolog tetapi juga harus terlatih
dalam mengadministrasikannya.
Beberapa hal perlu dipersiapkan dan diperhatikan sebelum administrasi tes dilaksanakan,
mengingat baik buruknya informasi yang diperoleh dari hasil tes WB ini sangat
dipengaruhi oleh kesiapan penyelenggaraan administrasinya. Persiapan tersebut antara
lain meliputi persiapan aparatus/alat beserta kelengkapannya, suasana tes dan posisi
duduk PP & OP.
Petunjuk pelaksanaan tes WBIS pada masing – masing subtes, Petunjuk Umum, suatu
alat tes akan memberikan manfaat yang maksimal bila si pemakai mengerti dengan pasti
bentuk dan prosedur atau cara menggunakan alat tersebut, dan diharapkan pula pemeriksa
mengetahui latar belakang teori yang mendasari alat tes tersebut. Penting sekali bagi
pemeriksa (PP) mengikuti pedoman yang diberikan dalam melaksanakan testing
psikologis. Selama Pemimpin Percobaan (PP) atau pemeriksa belum hafal betul petunjuk
dan instruksi pelaksanaan pemeriksaan psikologis dengan menggunakan Wechsler
Bellevue Intelligence Scale (WBIS), maka hendaknya si pemeriksa membaca saja
petunjuk yang telah ditentukan. Ingatlah, PP hendaknya selalu mengawali suatu proses
pemeriksaan dengan kata pembuka atau ucapan selamat, demikian pula pada saat
mengakhiri pertemuan (Fak.Psi.ui; Fak.Psi.Unpad, 1982).
Masing-masing sub-tes tidak perlu diberikan sesuai daftar urut sebagaimana yang
dicantumkan dalam buku pedoman atau Petunjuk Penyelenggaraan WBIS ini. Pada
umumnya untuk orang dewasa biasa dimulai dengan subtes information (pengetahuan
umum), sedangkan untuk anak-anak bisa dimulai dengan subtes object assembly (merakit
obyek).
Tes WBIS ini terdiri dari 11 (sebelas) subtes terbagi dalam 2 bagian (verbal dan non-
verbal atau performance). Bagian verbal terdiri dari :
General Information (Pengetahuan Umum)
General Comprehension (Pengertian Umum)
Arithmetical Reasoning (Kecakapan Berhitung)
Digit Span (Deret Angka)
Similarities (Persamaan)
Vocabulary (Perbendaharaan/Kosa Kata)
Bagian performance terdiri dari:
Picture Arrangement (Menyusun Gambar)
Picture Completion (Melengkapi Gambar)
Object Assembly (Merakit Obyek)
Block Design (Menyusun Kubus)
Digit Symbol (Deret Simbol/Kode)
Ada tiga kekecualian yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan tes WBIS :
Jika OP menderita cacat jasmani (buta, kelumpuhan dll), dalam hal ini tentunya
hanya bagian verbal yang dapat disajikan pada OP.
Jika OP orang asing atau tidak mengerti bahasa yang dipakai selama pemeriksaan,
maka hanya bagian performance saja yang dapat diberikan.
Jika OP berusia 50 tahun keatas, terkadang kita perlu meniadakan atau tidak
memberikan beberapa subtes agar tidak merugikan OP karena sebab-sebab
tertentu (seperti: kemampuan penglihatan dan pendengaran yang sudah mulai
berkurang).
Apabila saudara tidak dapat menjawabnya, katakan: tidak bisa, agar dapat saya
lanjutkan pada pertanyaan yang lain.
(ditunggu sebentar).
“Jika tidak ada, marilah kita mulai dengan contoh pertanyaan, dan silakan saudara
menjawabnya. Siapakah Menteri Luar Negeri Republik Indonesia sekarang?*
(ditunggu jawabannya)
Pemeriksa mencatat setiap jawaban OP dengan memberi tanqa (+) untuk jawaban
yang benar dan tanda (-) untuk jawaban yang salah pada lembar jawaban. Oleh
karena itu PP harus tahu betul mana-mana jawaban yang benar dan mana yang
salah. Jika jawaban OP meragukan, maka pemeriksa meminta penjelasan lebih
lanjut (inquiry) dengan mengatakan : "Coba jelaskan lebih lanjut jawaban
saudara".
Jika semua pertanyaan telah selesai diberikan, katakan pada OP :
"Kita telah selesai dengan subtes ini, dan mari kita lanjutkan ke subtes berikutnya
Penilaian: Skor 1 untuk setiap jawaban yang benar, 0 untuk jawaban yang salah.
Skor tertingginya adalah 25
Bila ada OP yang memberikan dua buah jawaban atau lebih, maka pemeriksa
harus menanyakan pada OP mana jawaban yang dianggap paling benar. Demikian
pula bila jawaban OP kurang lengkap, pemeriksa harus meminta OP untuk
memperjeias jawabannya.
Semua keterangan yang diberikan oleh OP selama dilakukan inquiry harus dicatat
secara verbatim oleh pemeriksa, karena informasi ini akan sangat berguna pada
saat dilakukan interpretasi secara kualitatif.
(Jawabannya ditunggu. Apabila dalam jangka waktu 10-15 detik OP belum juga
menjawab, pertanyaannya bisa diulang kembali, tetapi tidak boleh disingkat atau
diubah. Pemeriksa menuliskan setiap jawaban OP pada lembar jawaban WB
secara verbatim atau kata demi kata).
Penilaian: Skor 2 untuk jawaban yang benar dan lengkap, skor 1 untuk jawaban
yang kurang lengkap dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Jawaban tersebut
dinilai atas dasar derajat umum dan kualitas jawaban. Skor tertingginya adalah 20
Pada subtes comprehension ini terdapat 10 pertanyaan dan ada 2 (dua) pertanyaan
pengganti yang disediakan bagi pertanyaan yang tidak dipakai, tetapi pertanyaan
pengganti tersebut tidak boleh dipakai hanya karena OP gagal dalam suatu
pertanyaan yang khas. Pertanyaan pengganti harus ditetapkan untuk dipakai
sebelum dimulainya pelaksanaan tes.
Jika pertanyaan pertama tidak dapat dijawab atau jawaban kurang sempurna,
maka pemeriksa diperbolehkan memberitahu jawaban yang benar, tetapi khusus
untuk pertanyaan pertama ini saja. Oleh karena itu untuk pertanyaan pertama ini
OP tidak mendapat nilai.
Hasil jawaban OP atas subtes Comprehension ini merupakan salah satu data untuk
interpretasi kualitatif, oleh karena itu pemeriksa dianjurkan mencatat semua
jawaban subyek secara lengkap satu demi satu secara rinci (verbatim), bukan
merupakan kesimpulan dari pemeriksa sendiri.
Arithmetical Reasoning (Kecakapan Berhitung)
Related:Sejarah, Perkembangan, dan Reliabilitas Validitas Tes WB
Ada 10 soal untuk subtes ini, 8 buah soal pertama disajikan dengan instruksi
sebagai berikut:
Pemeriksa membacakan secara berurut satu demi satu soal-soal No.1 s/d No.8
dengan kecepatan yang wajar. Susunan kata dari soal-soal tersebut tidak boleh
diubah, tetapi diperkenankan untuk mengulangnya. Bila OP tidak dapat menjawab
suatu soal dalam batas waktu yang telah ditetapkan, maka OP dianggap gagal,
kemudian pemeriksa melanjutkan ke soal berikutnya dengan mengatakan :
Bila soal No. 1 s/d No. 8 telah selesai diberikan, sajikanlah soal No. 9 dan No. 10
untuk dibaca sendiri oleh OP dan katakahlah :
“Bacalah soal ini dengan bersuara dan jawablah, saudara tidak diperkenankan
menggunakan kertas buram atau alat bantu lainnya"
Subtes arithmetic ini dapat dimulai dari persoalan yang menurut perkiraan
pemeriksa dapat segera dijawab oleh OP tetapi juga tidak terlalu mudah, biasanya
dapat diberikan pada orang dewasa normal atau anak-anak muda cerdas
(Wechsler, 1944), namun demikian menurut Rapaport (1976) sebaiknya semua
persoalan diberikan termasuk soal-soal yang mudah, karena ia berpendapat bahwa
kegagalan pada persoalan yang mudah justru mempunyai arti psikologis tertentu.
OP diperkenankan menyelesaikan persoalan meskipun batas waktu telah terlewati
(untuk penilaian tetap dianggap gagal). Bila waktu terlewati hanya beberapa detik
saja dan persoalan dijawab dengan benar maka nantinya pada saat interpretasi
kualitatif perlu dipertimbangkan nilai "weighted score". Jika OP menjawab cepat
tetapi salah, pemeriksa dapat mengatakan bahwa jawabannya itu salah, dan bila
OP berhasil membetulkan jawabannya sebelum batas waktu, maka untuk
persoalan tersebut ia mendapat nilai ½ (setengah). Jawaban yang salah juga perlu
di-inquiry untuk mengetahui disebabkan gangguan sesaat atau prinsip (Rapaport,
1976).
Setiap soal yang dijawab dengan benar dan masih dalam batas waktu yang
ditetapkan mendapat skor 1. Adapun batas waktu yang dimaksud adalah :
15 detik untuk soal-soal nomor 1, 2 dan 3
60 detik untuk soal-soal nomor 7 dan 8
30 detik untuk soal-soal nomor 4, 5 dan 6
120 detik untuk soal-soal nomor 9 dan 10.
Gunakanlah susunan angka deret maju yang tersedia dan katakanlah pada OP :
"Saya akan menyebutkan beberapa buah angka, dengarkan baik-baik. Setelah saya
selesai mengucapkannya, silakan segera saudara ulangi".
Misalnya sebagai contoh : Bila saya mengucapkan 7-1-9, bagaimana saudara
harus mengulanginya ?
Ditunggu sebentar. Bila tidak ada pertanyaan maka pemeriksa mulai menyebutkan
angka-angka deret mundur sesuai ketentuan yang sama dengan deret maju)
Penilaian: Skor diberikan untuk seri terakhir, baik deret maju maupun deret
mundur yang diulang oleh OP dengan benar. Skor tertinggi: 17
Pemeriksa dianjurkan untuk menanyakan bagaimana OP mengingat deret angka
dan mencatat semua tingkah laku yang ditampilkannya selama subtes ini
diberikan. Misalnya, apakah dalam mengingat deret angka-angka tersebut OP
menggunakan gerakan-gerakan motorik, membayangkan secara khayali atau
tingkah laku lain yang dijadikan sarana untuk mengingat kembali deret angka
yang disajikan oleh pemeriksa.
Similarities (Persamaan)
Terdiri dari dua belas pasang kata, dimana setiap pasangan mempunyai kesamaan dalam
hal-hal tertentu. Katakanlah pada OP:
“Saya akan menyebutkan dua nama benda yang ada persamaannya, atau dalam beberapa
hal serupa. Hendaknya saudara jelaskan dalam hal apa kedua benda itu serupa".
Misalnya:
Ya, benar!!!
Penilaian:
Jawaban diberi skor 2, 1 atau 0 tergantung pada kualitas jawaban dengan berpedoman
pada kunci jawaban. Skor tertinggi: 24
Catatan:
Subtes similarities ini mengungkap pembentukan konsep verbal. Bila jawaban OP
menunjukkan tingkat konseptual yang tinggi maka skornya 2, kemampuan konseptual
yang rendah diskor 1, dan bila jawaban salah diberi skor 0.
Bila OP gagal menjawab soal pertama, maka pemeriksa diperkenankan memberikan
jawaban yang benar dengan mengatakan: "Keduanya sama-sama buah-atau keduanya
dapat dimakan". Dengan sendirinya kalau bantuan ini diberikan maka tidak ada skor
untuk soal nomor satu ini.
Pembetulan jawaban secara spontan dibenarkan.
Jawaban ganda hendaknya diinquiry untuk meminta ketegasan jawaban mana yang
dianggap paling tepat oleh OP. Adakalanya jawaban ganda yang merusak tingkat
konseptual dapat menurunkan skor OP.
Ya, benar!!!
Penilaian :
Jawaban diberi skor 1, ½ atau 0 sesuai dengan kunci jawaban.
Skor tertinggi : 42
Tetapi bila saudara menyusunnya dengan benar seperti yang saya lakukan ini"
“Nah, sekarang akan saya sajikan kepada saudara gambar-gambar lain, hendaknya
saudara menyusunnya sehingga membentuk cerita hidup dan masuk akal, setiap seri
gambar yang saya sajikan ini selalu dalam keadaan tercampur. Coba saudara susun seri
gambar ini"
(Pemeriksa menyajikan seri Rumah sesuai nomor urut di belakang kartu gambar)
"Jika telah selesai menyusunnya, katakanlah : sudah ///"
Pada bagian belakang setiap gambar tercantum nomor urut penyajian yang ditulis dengan
angka-angka 1-2-3 dan seterusnya sesuai jumlah gambar dalam seri itu.
Sedangkan susunan yang benar ditandai pada bagian belakang setiap gambar dengan
keurutan huruf sebagaimana yang telah ditetapkan. Misalnya : PAT untuk rumah, ABCD
untuk penodongan, LMNO untuk elevator dan sebagainya.
Setiap seri gambar ada batas waktu bagi OP untuk menyusunnya, untuk seri IKAN dan
TAKSI ada tambahan nilai bila OP mampu menyelesaikan dalam waktu tertentu.
Bila pemeriksa sulit memastikan apakah OP telah selesai atau belum dengan
susunanannya, maka pemeriksa dapat mengatakan : "Katakanlah selesai bila saudara
telah menyelesaikan suatu seri gambar".
Setiap kali OP selesai menyusun satu seri gambar, tanyakanlah bagaimana jalan
pikirannya dalam menyusun gambar tsb, dan kesemuanya dicatat oleh pemeriksa.
Penilaian:
- Seri kartu gambar Rumah, Penodongan dan Elevator diberi skor 2 bila disusun
dengan benar, skor 0 bila salah.
- Seri kartu gambar Main mata, Ikan dan Taksi diberi skor 3, 2, 1 atau 0 sesuai
ketentuan dan ada tambahan nilai bagi seri Ikan dan Taksi.
- Skor tertinggi : 21
“Saya akan memperlihatkan kepada saudara beberapa buah gambar. Pada setiap gambar
ada bagian pentingnya yang hilang, perhatikanlah sungguh-sungguh gambar tersebut dan
katakanlah bagian penting apa dari gambar itu yang hilang".
(tunggu sebentar)
"Ya, benar"
Bila pada gambar pertama OP menjawab salah, maka pemeriksa menunjukkan bagian
yang hilang dengan mengatakan : "Lihatlah disini tidak ada hidungnya".
Pada gambar ke dua juga tunjukkan bahwa kumisnya separuh tidak ada atau hilang
Pada gambar ke tiga dan seterusnya pemeriksa tidak diperkenankan lagi menolong OP
(orang percobaan)
Bila OP menunjukkan bagian hilang yang kurang penting, pemeriksa dapat mengatakan
"Ya, tetapi bagian penting manakah yang tidak ada atau hilang"
Waktu bagi OP untuk meneliti setiap gambar sekitar 15-20 detik. Bila dalam batas waktu
tersebut OP tidak bisa menyebutkan bagian penting yang hilang, maka OP dianggap
gagal dan pemeriksa dapat melanjutkan dengan menyajikan gambar-gambar berikutnya.
Penilaian:
Skor 1 untuk setiap gambar yang dijawab dengan benar.
Jika pada gambar No. 11 (bayangan lengan pada cermin) dijawab oleh OP :
Skor tertinggi:15
Boneka
(Pemeriksa menyajikan potongan bagian Boneka sesuai petunjuk diagram)
Kepala
(Pemeriksa menyajikan potongan bagian Kepala sesuai petunjuk pada diagram)
Catatan:
"Lihatlah kubus-kubus ini berbeda-beda warna pada masing-masing sisinya. Ada sisi
yang berwama merah, ada yang berwarna putih dan ada yang berwarna separoh
merah dan separoh putih. Ukuran dan kubus-kubus ini persis sama besarnya"
"Saudara lihat, pola ini seluruhnya berwarna merah, sehingga untuk membuatnya
mestinya demikian"
(Pemeriksa menyusun kubus sesuai Pola Contoh I, dan tanyakan pada OP)
(Berhenti sebentar, lalu pemeriksa mengambil Pola Contoh II dan katakan pada OP)
Perhatian:
Jika OP sudah benar-benar mengerti, maka dimulailah pelaksanaan tes yang sebenarnya
dimana pemeriksa menyajikan Kartu Pola-1 dan berkata :
"Sekarang saya berikan pada saudara 4 buah kubus, silakan saudara susun sesuai dengan
pola pada kartu ini. Ya ... mulai!!!"
Ya, benar
(Lanjutkan sampai dengan menyusun Pola-4 dan ingat ketentuan batas waktu)
Setelah Pola-4 selesai dikerjakan oleh OP, maka pemeriksa menambahkan buah kubus
lagi sambil berkata :
ini"
Demikian pula instruksi yang diberikan untuk penyusunan Pola-6. Setelah OP selesai
menyusun Pola-6 dan pemeriksa telah mencatat hasilnya, pemeriksa menyajikan tujuh
kubus sisanya dan berkata :
Pada kotak bagian atas terdapat nomor, tetapi kotak bagian bawahnya masih kosong.
Pada kotak-kotak yang masih kosong ini harus saudara isikan dengan tanda yang
Jadi begini:
Di sini nomor 2, jadi saudara harus mengisi kotak dibawahnya dengan tanda ini ( ). Pada
kotak ini berisi nomor 1, jadi saudara harus mengisi kotak dibawahnya dengan tanda ini
(-), (pemeriksa memberi contoh sampai dengan kotak ke-5, sementara OP mengisi tiga
kotak contoh berikutnya).
Perhatian:
Jika OP telah memahami petunjuk, pemeriksa berhenti sebentar dan katakan pada OP
“Nah, sekarang mulai dari sini (pemeriksa menunjukkan tempat mulainya), saudara harus
mengisi sebanyak mungkin kotak yang kosong ini. Lakukanlah secara berurutan dan
jangan ada yang terlewati. Ya.. mulai!!!"
Batas waktu percobaan ini 90 detik. Oleh karena itu, setelah berjalan 90 detik pemeriksa
mengatakan :
Penilaian : Skor 1 untuk setiap tanda yang diisikan dengan benar pada tempatnya.
Ketepatan dan kerajinan tidak diperhitungkan, akan tetapi tanda yang ditulis oleh OP
harus jelas. Tanda N terbalik jika ditulis sebagai huruf N diberi skor 1/2 . Skor tertinggi:
67.
Percobaan ini diperoleh dari The Army Performance yang telah dimodifikasi, baik
petunjuk maupun batas waktunya. Pemeriksa hendaknya melakukan inquiry terhadap
penulisan suatu simbol yang ganjil atau di luar kebiasaan pada umumnya. Pemeriksa juga
perlu mencatat perubahan cara kerja dan kecepatan kerja OP, tegasnya pemeriksa perlu
melakukan observasi sehubungan dengan cara kerja OP.
Menurut saya, tes ini merupakan salah satu tes yang sangat runtut dan teratur. Kualifikasi
untuk menjalankan tes ini juga di rinci secara lengkap sehingga mempermudah PP
(pimpinan pemeriksaan) maupun OP (orang percobaan) yang menjalankan tes ini.
Penyajian tes WAIS secara layak meminta tester mampu menyelenggarakan dengan baik,
bahan – bahan yang teratur, ruangan testing yang sesuai, dan waktu yang cukup. Tester
harus merupakan seorang yang sudah terlatih secara khusu dalam testing perseorangan
pada umumnya maupun dalam menyajikan WAIS pada khususnya.
Bahan – bahan tes harus diatur dengan baik sehingga tester dapat menyajikannya setiap
waktu yang dibutuhkan tana kebingungan dan penundaan. Materi tes harus dijaga dari
pandangan subyek sampai sub – tes itu disajikan dalam testing. Ruangan tempat testing
harus bebas dari suara dan gangguan yang mengacaukan. Ruangan tersebut harus
diberikan penerangan dan ventilasi udara yang cukup. Meja kursi harus diatur sedemikian
rupa sehingga subyek dan tester merasa senang. Subyek dapat mengerjakan bahan –
bahan dengan bebas, tester dapat menyajikan bahan – bahan, mengamati pekerjaan
subyek, dan mencatat jawaban subyek dengan seenak – enaknya. Serta hubungan baik
antara tester dan subyek harus selalu terjaga dan terpelihara dengan baik sehingga situasi
testing betul – betul sangat kondusif.
Tes WAIS mengukur dua aspek kemampuan potensial subyek, yaitu aspek Verbal dan
aspek Performance. Aspek Verbal yang meliputi informasi, pengertian, hitungan,
persamaan, rentangan angka, dan perbendaharaan kata. Sedangkan Aspek Performance
meliputi symbol angka, melengkapi gambar, rancangan blok, mengatur gambar dan
merakit obyek.
Dalam menyajikan tes WAIS, tester memerlukan perlengkapan bahan – bahan antara lain
ialah :
Booklet berikat spiral berisi soal – soal tes melengkapi gambar
Booklet berikat spiral berisi rancangan – rancangan untuk tes dan rancangan
balok. Isi dari booklet ini diatur sedemikian rupa sehingga soal – soal dapat
disajikan dengan mudah.
Kantong berisi kartu – kartu untuk tes mengatur gambar, masing – masing
soal dalam kantong yang terpisah.
Sembilan kubus merah – putih untuk tes rancangan balok, hal ini juga
digunakan untuk soal pertama dalam tes hubungan.
Empat kantong berisi bagian – bagian untuk soal tes merakit obyek.
Kartu perisai melukiskan beberan untuk bagian – bagian soal merakit obyek.
Kartu ini melayani dua tujuan, menyembunyikan potongan – potongan tes dari
subyek hingga selesai diatur untuk penyajian dan menyediakan contoh untuk
pengaturan bagi tester.
Stopwatch untuk mencatat waktu
Dalam bentuk penilaian (record form), tes WAIS menggunakan bentuk penilaian dalam
testing yang dimaksudkan untuk mempermudah pencatatan jawaban – jawaban dan
informasi lainnya yang dikehendaki tentang subyek dan tingkah lakunya selama tes.
Untuk beberapa tes, misalnya informasi dan melengkapi gambar, soal – soalnya dapat
dinilai sewaktu subyek memberikan jawaban. Dalam tes pengertian, persamaan,
perbendaharaan kata dan tes mengatur gambar, tester wajib mencatat jawaban – jawaban
setepat – tepatnya seperti jawaban subyek. Dalam penyajian tes, tester harus selalu
membaca petunjuk dan pertanyaan sesuai dalam buku pegangan. Kalau tidak, tester
mungkin mengubah kata – katanya sehingga menyimpang dari prosedur standar.
Petunjuk dan pertanyaan harus dibaca dengan terang, jelas dan pilah – pilah. Kegagalan
subyek untuk mengerti jangan sampai disebabkan oleh tester yang tidak jelas.
Selama penyajian tes dan penilaian WAIS, tester juga harus melakukan langkah –
langkah yang bersifat administratif yaitu :
Nilai, catat angka – angka untuk setiap soal dengan teliti dan jelas
sebagaimana menilai suatu jawaban soal.
Bila ada hadiah, catat waktu yang digunakan oleh subyek dan nilai hadiahnya
dengan teliti.
Bilamana soal – soal permulaan dari suatu tes tidak diberikan, seperti halnya
dalam tes informasii, pengertian, hitungan dan perbendaharaan kata, jangan
lupa memberi nilai pada soal – soal tersebut.
Periksa penjumlahan nilai – nilai soal dalam menghitung angka kasar dari tes.
Pastikan bahwa angka kasar untuk setiap tes sudah dipindahkan ke ruangan
yang selayaknya dalam bagian ringkasan pada sampul formular penilaian.
Cocokkan umur subyek dengan mengurangi umur yang dinyatakan dengan
tanggal testing atau periksa catatan yang dapat dipercaya.
Hindari kesalahan – kesalahan dalam menyalin angka kasar ke angka skala
dan angka skala ke angka kecerdasan (IQ). Ulangi langkah – langkah dalam
menggunakan tabel – tabel untuk mengoreksi kesalahan mereka.
Periksa semua pemindahan bahan, perhitungan dan penyalinan angka – angka
secara teliti.
Bilamana tester sudah menilai / menskor setiap sub tes dan angka (hasilnya) sudah
dijumlahkan, maka hasil yang diperoleh adalah angka kasar untuk setiap sub tes
tersebut. Angka kasar ini kemudian dipindahkan ke bagian ringkasan di muka formular
penilaian. Tepat di sebelah kiri bagian ringkasan itu ada suatu tabel dari skala angka
perbandingan. Tabel ini terdapat pada buku pegangan (manual), digunakan untuk
menyalin angka-angka skala untuk semua subyek tanpa memandang umur dan jenis
kelamin. Angka kasar yang diperoleh subyek untuk suatu sub tes ditempatkan dalam
kolom tabel itu untuk sub tes yang bersangkutan. Tester kemudian membaca secara
mendatar dari sesuatu angka kasar ke kolom yang terkiri atau kanan pada tabel, tester
akan menemukan skala angka perbandingan.
Angka skala ini kemudian dimasukkan ke dalam ruangan yang bersangkutan pada
bagian ringkasan, tepat di sebelah kanan angka kasar yang tercatat. Bilamana hal ini
sudah dikerjakan untuk semua sub tes, bagian ringkasan menunjukkan suatu kolom
untuk angka-angka kasar dan kolom yang berdekatan untuk angka-angka skala. Sesudah
itu, tidak perlu memperhatikan lagi angka-angka kasar tersebut, karena
perbandingannya angka-angka skala lebih berarti.
Angka Verbal adalah jumlah angka-angka skala dari enam tes Verbal. Demikian juga,
angka Performance diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka skala dari lima sub
tes Performance. Angka skala lengkap adalah jumlah angka Verbal dan angka
Performance yang didasarkan atas sebelas sub tes. Untuk menyalin angka-angka Verbal,
Performance dan Skala Lengkap ke dalam angka kecerdasan (IQ), digunakan tabel
norma WAIS yang terdapat pada buku pegangan (manual).
Tabel norma WAIS terdiri atas 10 rangkaian tabel, masing-masing untuk setiap
kelompok umur subyek. AK Skala Verbal, AK Skala Performance, dan AK Skala
Lengkap dapat diperoleh dengan melihat halaman-halaman tabel norma WAIS,
sehingga tester dapat menentukan ketiga AK untuk seorang subyek dengan memeriksa
serangkaian tabel-tabel untuk kelompok umur subyek. Umur subyek adalah umur
kelahiran yang dihitung dari tanggal lahir dan tahun sampai dengan tanggal tes
dilaksanakan yang disebut chronological age.
Menurut saya, tes ini adalah dapat mendiagnosis kesulitan belajar karena tes ini
mencakup aspek verbal dan performance sehingga hasilnya dapat mendiagnosis
kesulitan belajar klien pada aspek verban maupun performance. Dari sini juga dapat
diketahui kecerdasan verbal dan non verbal. Tetapi tes ini kurang pendasaran yang
teoritis sehingga menyulitkan penemuan basis interpretasi yang koheren. Selain itu juga
komposisi skala – skala nya tampak menganggap bahwa domain kemampuan yang
dipilih oleh subtesnya dalam semua tangkat umur yang sama.
Pada tahun 1905, Binet dan Menteri Perancis Theodore Simon berkolaborasi untuk
membuat sebuah alat tes, dengan menggunakan prinsip diferensiasi usia dan kemampuan
umum. Alat tes ini merupakan versi pertama yang dikenal sebagai skala Binet-Simon
1905. Skala Binet – Simon diberikan secara individual dengan soal yang diberikan secara
lisan oleh pemberi tes dan memiliki 30 masalah atau tes yang diatur dalam urutan tingkat
kesulitan yang makin tinggi. Skala versi awal ini menggunakan 3 klasifikasi yaitu idiot,
dungu dan tolol. Norma yang digunakan skala versi pertama 1905 didasarkan hanya pada
50 anak yang dianggap normal berdasarkan rata – rata kinerja sekolah yang berusia 3
sampai 11 tahun. Dari 30 item tes, selain mengukur kemampuan mental juga mengukur
aspek fisiologis seperti :
Tes koordinasi antara penglihatan dengan gerakan kepala
Tes mengenai pegangan tangan membawa suatu benda lalu dimasukan
kedalam mulut
Tes membedakan objek yang dimakan dan tidak dimakan
Kemampuan untuk mengikuti instruksi-instruksi yang sederhana dalam
bentuk gambar
Membandingkan panjang garis
Tes mengulang tiga angka
Kemampuan untuk membuat kalimat dengan kata-kata abstrak
Menyebut nama-nama benda dalam bentuk gambar.
Tes ini dirancang sehingga mencakup rentang fungsi – fungsi yang luas, yang dianggap
Binet sebagai komponen hakiki intelegensi. Meskipun termasuk disini tes – tes indrawi
dan persepri proporsisi muatan verbal sebenarnya jauh lebih banyak ditemukan pada
skala ini ketimbang pada rangkaian tes tes lain.
Pada tahun 1908, skala kedua, jumlah tes di tingkatkan, sejumlah tes yang tidak
memuaskan dari skala terdahulu dihapus dan semua tes dikelompokkan dalam tingkatan
umur diatas dasar kinerja dari 300 anak normal berusia 3 sampai 13 tahun (dilakukan
penggolongan berdasarkan usia). Dengan demikian, pada level 3 tahun di tempatkan
semua tes yang sudah dilalui dan berhasil dikerjakan oleh 80 sampai 90% anak – anak
normal berusia 3 tahun. Begitu juga dengan level 4 tahun, semua tes yang dilalui oleh
anak – anak normal usia 4 tahun dan seterusnya sampai usia 13 tahun. Skor anak pada
seluruh tes bisa dirumuskan sebagai tingkatan mental yang berhubungan dengan usia
anak – anak normal yang kinerjanya di samakan. Bahkan sebelum revisi 1908, tes Binet –
Simon menarik perhatian luas para psikolog di seluruh dunia. Terjemahan dan adaptasi
muncul di banyak negara, termasuk di Amerika Serikat. Pertama kali dilakukan oleh H.H
Goddard kemudian oleh psikolog riset di Vineland Training School (untuk anak – anak
keterbelakangan mental).
Pada tahun 1911, di tahun ini merupakan revisi ketiga atas skala Binet – Simon
sekaligus tahun meninggalnya Binet pada usianya yang masih muda. Dalam skala ini, tak
dilakukan perubahan fundamental hanya saja revisi kecil dan relokasi atas tes – tes
khusus.Lebih banyak tes ditambahkan ke beberapa tingkatan usia dan skala ini diperluas
sampai pada level orang dewasa. Sistem skoring juga tetap dengan memberi bobot 0
sampai 2 untuk setiap soal.
Setelah dipakai selama lima tahun dilakukan revisi lagi setelah Binet meninggal pada
tanggal 18 Oktober 1911. Revisi tahun 1916 ialah revisi yang paling terkenal yang
dilakukan di Universitas Standford sehingga skala Binet di beri nama : “The Standford
of the Binet – Simon Intellegence Scale” atau di sebut Tes Standford Binet yang di
lakukan oleh Lewis Terman dan teman – temannya. Yang dirubah adalah item - item nya
ditambah 1/3 yang baru, tes lalu dialih bahasa dari bahasa Perancis ke bahasa Inggris.
Sudah dimulai dengan metode – metode cermat karena dikembangkan aspek psikologis
secara cermat.
Didalam tes sudah mulai menggunakan IQ yang diperkenalkan oleh William Stern
dengan rumus MA/CA. Sudah ada 90 item didalam pendekatan mengukur intelegensi,
tidak digunakan lagi cara lama yang menggunakan pengukuran secara terpisah – pisah
tetapi dilakukan terhadap kombinasi dengan sejumlah fungsi – fungsi mental dalam hal
penyajian dan skoring sudah dirubah sehingga penyajian sudah secara obyektif. Sejumlah
soal lama di revisi, dialokasikan ulang pada berbagai tingkat usia yang berbeda atau
disingkirkan. Keseluruhan skala ini di standarisasi ulang pada sebuah sampel orang
amerika yang terdiri dari kurang lebih 1000 anak dan 400 orang dewasa. Instruksi rinci
untuk penyelenggarakan tes dan menentukan skor telah disediakan.Adapun revisi 1916
masih mempunyai kelemahan yaitu :
Validitas pengukuran intelegensi untuk tingkat mengengah sangat memuaskan
tetapi untuk tingkat yang rendah yaitu MA 4 tahun serta tingkat dewasa kurang
memuaskan
Tes binet terlalu banyak mengukur kemampuan verbal.
Revisi tahun 1937 (Revisi I Skala Standford – Binet) dilakukan oleh Terman dan
Meril. Terdiri dari dua bentuk yang ekuivalen, L dan M. Dalam revisi ini, skalanya sekali
lagi diperluas dan distandarisasi ulang sepenuhnya berdasarkan sampel baru dari
masyarakat Amerika. Akan tetapi, meskipun ada upaya serius untuk memperoleh
potongan silang (cross – section) dari masyarakat, sampel yang terdiri dari 3.184
responden itu agak lebih tinggi daripada masyarakat AS dalam tingkat sosioekonomis
yang memuat akses dari kasus – kasus urban dan mencakup hanya orang – orang dengan
kulit putih yang lahir disana. Hasilnya banyak mengukur kemampuan verbal. Pada skala
37 diciptakan tes yang parallel antara lain bentuk L dan bentuk M atau form L dan form
M hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi familiar item – item tes tersebut.
Jumlah masing – masing adalah 129 item termasuk item pengganti. Mulai ada dewasa
rata – rata, dewasa superior I dan dewasa superior II. Mulai dari usia 2 tahun karena
sebelum 2 tahun anak cepat berubah.
Revisi tahun 1960 (Revisi II Skala Stanford – Binet) menyediakan satu bentuk tungal
(L-M) yang memuat soal – soal terbaik dari kedua bentuk 1937. Item – item dalam tes
Binet dari L dan M dapat digunakan dengan baik atau praktis dan obyektif. Dalam
mempersiapkan Standford – Binet 1960 para pengarang dihadapkan pada dilema umum
tes psikologis. Disatu pihak, revisi yang sering dilakukan memang dikehendaki dengan
maksud memamfaatkan kemajuan-kemajuan teknis dalam penyusunan tes, pengalaman
terdahulu dalam pengunaan tes, serta mempertahankan aktualitas tes itu. Pertimbangan
yang disebut terakhir ini terutama penting untuk soal-soal informasi dan materi
bergambar, yang bisa dipengaruhi oleh perubahan gaya dalam pakaian, perlengkapan
rumah tangga, mobil dan hal-hal umum lainya. Pengunaan isi tes yang tidak actual lagi
bisa secara serius memperkecil Rapport dan mengubah tingkat kesulitan soal-soal.
Dipihak lain, revisi bisa mengubah banyak data terakumulasi yang tidak dapat
diaplikasikan kebentuk baru. Perubahan – perubahan yang pokok menyangkut :
Isi / item : menghapus item – item yang kurang memuaskan, menempatkan item
– item yang baik menurut kesulitan menyesuaikan skoring pada penempatan.
Struktur : diketahui bahwa kelemahan tes 1937 adalah pada struktur yang
sedemikian rupa sehingga rerata pada setiap IQ bervariasi diatas 100, padahal
setiap rerata hrs 100. Karena hal tesebut disebabkan karena tingkat kesulitan item
ditentukan bardasarkan persentasi subjek dapat menjawab item tersbut. Akan
tetapi kenyataannya tidak, karena variasi persen pada item-item soal pada usia
rendah cenderung lebih tinggi. Tetapi pada usia tinggi item cenderung lebih
rendah. Pada skala 1960 lebih baik dari skala 1937.
Isi Tabel: direvisi dengan diperluas hingga usia 17 & 18 tahun. Nampaknya
perubahan berdasarkan pada penelitian bahwa perkembangan kemampuan mental
IQ yang diukur dengan Standar Binet masih mengalami kenaikan 1 tahun setelah
16 thn. Agar IQ yang diperoleh pada tingkat usia dapat dibandingkan dengan
tingkat IQ pada usia lain dari perubahan tabel IQ .
Perubahan Tabel IQ : IQ pada setiap tingkat usia dapat dibandingkan satu dengan
yang lain. IQ seseorang tanpa memperhatikan kesalahan pengukuran disa
dianggap, tetapi kecerdasan ada perubahan. Selisih IQ pada setiap tingkat usia
mempunyai arti yang sama apabila jarak atau selisih angka sama
Dalam melaksanakan tes Binet ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni sebagai
berikut :
PROLOG :
1. Ucapkan Terima Kasih
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan psikologis
3. Menjelaskan prosedur pemeriksaan
4. Penjelasan tentang alat yang akan digunakan
5. Prosedur ijin kebelakang
6. Menanyakan kesiapan testee
7. Etika hasil
8. Mengecek alat-alat yang akan digunakan
9. Melaksanakan tes binet
10. Melakukan scoring tes binet
11. Membuat laporan
12. Mengecek alat-alat yang akan digunakan
13. Melaksanakan tes binet
14. Melakukan scoring tes binet
15. Membuat hasil laporan
Dimana tes akan dimulai. Beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk menentukan awal
tes Binet yaitu :
Menetukan umur kronologis anak(CA)
Tes dimulai pada titik dimana anak mempunyai kemungkinan untuk berhasil
akan tetapi dengan usaha
Pada umumnya tes binet dimulai setengah tahun atau satu tahun dibawah umur
kronologis anak.
Menentukan tingkat umur “basal” dan “celling” :
- Basal : Umur basal jika seseorang testee dapat menjawab seluruh item pada
suatu subtes.
- Celling : Umur “celling” jika seseorang tidak dapat menjawab seluruh item
pada suatu subtes. Klasifikasi IQ
Prinsip umum dalam pelaksanaan tes Binet yaitu seorang tester boleh mengulangi
pertanyaan lebih dari satu kali, tapi sedapat mungkin pertanyaan tersebut jangan diulang.
Apabila testee tidak mengerti pertanyaan yang diajukan , maka tester bias menjelaskan
bagian terpenting dari pertanyaan tersebut. Untuk tes ingatan tidak dapat diulang, kecuali
ada yang membuat testee tidak mengerti seperti suara tester yang tidak jelas atau
pendengaran testee yang kurang baik. Apabila jawaban yang diberikan meragukan dalam
penyajian tes, maka perlu dilakukan penjelasan lebih lanjut dari jawaban yang diberikan
oleh testee. Skor positif hanya apabila subjek tahu arti standar atau baku walaupun
jawaban lain betul.
Menurut saya, tes ini dibuat berdasarkan teori kecerdasan modern yang mengukur
beragam area kecerdasan. Tes ini memiliki realibilitas dan validitas yang kuat sehingga
dilakukan untuk mengukur secara objektif kemampuan, pemahaman dan penalaran
seorang anak. Tetapi aspek yang diukur dalam tes ini terlalu umum dan tidak dapat
mengukur kemampuan kreatif. Tes ini juga terlalu menekankan pada tes verbal dan
memori.
Contoh Item, WPPSI terdiri dari 14 subtes. Mereka dirancang sebagai salah satu dari tiga
tipe yang ada; inti (core), tambahan (supplemental) atau pilihan (optional). Subtes inti
(Core Subtest) diperlukan untuk perhitungan dari lisan (verbal), penampilan
(performance) dan skala IQ yang menyeluruh (full scale IQ). Subtes tambahan
(Supplemental Subtest) menyediakan informasi tambahan mengenai kemampuan kognitif
atau dapat digunakan sebagai pengganti untuk tes yang tidak tepat. Subtes pilihan
(Optional Subtest) menyediakan tambahan informasi tentang fungsi kognitif tetapi tidak
dapat digunakan sebagai pengganti dari subtes inti (Core Subtes).
Block Design (potongan blok) : Ketika mengamati sebuah model gagasan atau
sebuah gambar dalam buku stimulus, anak menggunakan satu atau dua blok
warna untuk membuat kembali pola sampai menetapkan batas waktu.
Information (informasi) : Untuk item gambar, respon anak terhadap pertanyaan
dengan memilih sebuah gambar dari empat pilihan respon. Untuk item verbal,
anak menjawab pertanyaan yang ditujukan sebuah jarak yang lebar dari topik
pengetahuan yang umum.
Matrix Reasoning (pertimbangan acuan) : Anak melihat pada sebuah susunan
yang belum lengkap dan memilih bagian yang hilang dari 4 atau 5 pilihan respon.
Vocabulary (kosa kata) : Untuk item gambar, anak memberi menamai gambar
yang ditampilkan dalam buku stimulus. Untuk item verbal, anak mendefinisikan
untuk setiap kata yang dibacakan dengan keras oleh penguji.
Picture Concepts (konsep gambar) : Anak memperkenalkan dua atau tiga baris
gambar dan memilih satu gambar dari setiap baris untuk membentuk sebuah grup
dengan karakteristik yang umum.
Symbol Search (pencarian simbol) : Anak mengamati sebuah grup pencarian dan
menunjukkan apakah sebuah simbol yang dimaksud cocok dengan simbol yang
ada di dalam grup pencarian.
Word Reasoning (pertimbangan kata) : Anak disuruh untuk menidentifikasi
konsep yang umum kemudian menguraikan dalam setial seri dan terus meningkat
petunjuk yang spesifiknya.
Coding (pengkodean) : Anak menyalin simbol yang sepasang dengan bentuk
geometris yang sederhana. Menggunakan kunci, anak menggambar setiap simbol
dalam bentuk yang sama/cocok.
Comprehension (pemahaman) : Anak menjawab pertanyaan yang dasar pada
pemahamannya dari prinsip umum dan situasi sosial.
Picture Completion (melengkapi gambar/puzzle) : Anak melihat sebuah gambar
dan kemudian menunjukkan atau memberi nama bagian penting yang hilang.
Similarities (persamaan) : Anak membaca kalimat yang tidak lengkap yang berisi
dua konsep yang dibagikan pada sebuah karakteristik umum. Anak disuruh untuk
melengkapi kalimat dengan memberikan sebuah respon yang mencerminkan
karakteristik yang dibagikan.
Receptive Vocabulary (kosa kata yang diterima – anak melihat pada sebuah grup
yang terdiri dari empat gambar dan disuruh menunjukkan pada sebuah nama yang
disebutkan penguji.
Object Assembly (kumpulan objek) – Anak memperkenalkan potongan puzzle
dalam sebuah susunan yang standar dan sesuai dengan potongan bersama untuk
membentuk sebuah keutuhan yang memiliki arti dalam waktu 90 detik.
Picture Naming (Penamaan gambar) – Anak disuruh memberi nama gambar yang
ditunjukkan pada buku stimulus.
Dalam masalah penilaian atau skoring ecara umum, skoring dan juga penilaian pada
WPPSI dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada pada buku manual WPPSI. Skoring
dan penilaian dilakukan dengan menjumlahkan skor pada masing – masing subtest.
Setelah itu, dilakukan perubahan dari Raw Score menjadi Scaled Score pada masing –
masing subtest. Setelah itu, Scaled Score pada subtest verbal di jumlahkan, begitu pula
Scale Score pada subtest performance. Keduanya akan menghasilkan masing – masing
Verbal Score, Performance Score, dan Total Score. Gunakan Tabel pada buku manual
untuk merubah nilai tersebut menjadi IQ Verbal, IQ Perfomance, dan juga IQ Total, dan
tentukan kategori sesuai dengan kategori IQ dari David Wechsler, yaitu :
Very Superior (>130)
Superior (120 – 129)
High Average (110 – 119)
Average (90 – 109)
Low Average (80 – 89)
Borderline (70 – 79)
Extremely Low (<69)
Menurut saya, tes WPPSI ini sangat banyak subtes nya sehingga apa yang ingin dicari
menggunakan tes ini benar – benar bisa terselesaikan dengan baik.
Penilaian berdasarkan skor. Pemberian skor pada sub tes WISC-R berdasarkan benarnya
jawaban dan lamanya waktu dalam menjawab. Skor tersebut diterjemahkan dalam angka
standar melalui tabel norma, sehingga diperoleh angka IQ deviasi untuk skala verbal,
angka IQ deviasi untuk skala performansi dan angka IQ deviasi untuk skala keseluruhan.
Berdasarkan skala, intelegensi dapat digolongkan sebagai berikut:
< 65 : (Mental Defective) Keterbelakangan mental
66-79 : (Borderline) Lambat belajar
80-90 : (Dull Normal) Lambat belajar
91-110 : (Average) Rata-rata
111-119 : (Bright Normal) Di atas rata-rata
120-127 : (Superior) Superior
> 128 : (Very superior) Sangat superior
Berdasarkan ukuran tingkat fungsi intelektual umum yang ditetapkan dalam bentuk IQ,
maka seseorang akan dianggap termasuk dalam golongan berkemampuan subnormal bila
mempunyai IQ kurang dari 65 berdasarkan klasifikasi Wechsler. Prevalensi penderita
dengan kemampuan subnormal berdasarkan klasifikasi ini sebesar 2,2% dari seluruh
populasi. Diantara klasifikasi normal dan subnormal terdapat kategori borderline atau
garis batas yaitu IQ antara 66-79.
Pelaksanaan tes juga tidak dibatasi oleh waktu, hanya ada beberapa persoalan saja yang
menggunakan batasan waktu. Tahapan yang harus dilakukan antara lain ialah :
Menghitung Usia Norma WISC adalah berdasarkan usia testee sehingga tester
harus mengetahui usia testee saat di tes.
Melakukan pengetesan. Dalam buku manual WISC terdapat panduan secara detail
apa yang perlu diucapkan oleh tester ketika melaksanakan tes. Tester harus
mengikuti prosedur tersebut dengan baik. Selain itu di dalam manual tersebut juga
terdapat petunjuk terkait soal nomor berapa yang harus diberikan kepada testee,
soal mana yang tidak perlu diberikan serta kapan tester harus berhenti
memberikan pertanyaan dalam setiap sub test, karena memang dalam WISC, tidak
semua soal perlu diberikan kepada testee.
Melakukan scoring Buku manual WISC juga memberikan informasi kepada tester
nilai yang bisa diberikan dalam setiap jawaban testee (terdapat kunci jawaban).
Setelah semua jawaban diskoring dan ditotal pe rsub tes maka nilai masing-
masing sub test ini menjadi nilai di raw score. Raw score ini perlu dijadikan Scale
Score berdasarkan norma sesuai dengan usia testee.
Menghitung IQ, IQ yang diperoleh di tes WISC ini ada tiga yaitu IQ Verbal, IQ
Performance dan IQ Lengkap. IQ Verbal didapatkan dari penyesuaian antara
jumlah angka skala verbal dengan norma verbal sesuai dengan usia testee. IQ
Performance di dapatkan dari penyeusian antara jumlah angka skala performance
dengan norma performance sesuai usia testee. Sedangkan IQ Lengkap didapatkan
dari penyesuaian antara jumlah angka skala verbal dan angka skala performance
dengan norma skala lengkap.
Menurut saya, sub tes demi sub tes WISC sangatlah runtu dan mendetail untuk setiap
subtes nya tetapi justru kadang bisa membuat partisipan atau yang mengikuti tes ini
tidak konsentrasi karena saking banyak nya sub test yang dilakukan pada tes ini.
Waktu penyajian untuk setiap bentuk membutuhkan waktu sekitar 20 sampai 40 menit
tergantung pada daya paham kelompok atau subyek.
Waktu pelaksanaan skala 1 :
1. Tes 1. Subitusi : 3’
2. Tes 2. Klasifikasi : 2’
3. Tes 3. Mazes : 2,5’
4. Tes 4. Selecting Name : 2,5’
5. Tes 5. Following Direction : 4’
6. Tes 6. Wrong Picture : 2,5’
7. Tes 7. Riddles : 3,5’
8. Tes 8. Similarities : 2’
Waktu Pelaksanaan Skala 2 & 3 :
1. Subtes 1. Seri : 3’
2. Subtes 2. Klasifikasi : 4’
3. Subtes 3. Matriks : 3’
4. Subtes 4. Persyaratan : 2,5’
Klasifikasi IQ CFIT :
Menurut saya tes CFIT, mengedepankan keefektifan dan keefisienan dalam aspek waktu
dan tempat. Karena telah deprogram oleh sistem sehingga proses pemeriksaan dapat
langsung menemukan hasil nya. Jadi penggunaan kertas dalam pengerjaan menjadi
hemat. Tetapi masih ada resiko manipulasi pada saat pengerjaan tes ini dan masiih rentan
dengan kerusakan sistem.
g. INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST)
Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi individu.
Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953.
Amthauer mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-
rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat
dikenali (dilihat) melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes.
Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan
hipotesis kerja sebagai berikut:
“Komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang
dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan
yang lainnya.”
Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori bifaktor,
teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori hirarki faktor. Berdasarkan
teori faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes
yang terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling
berhubungan karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tapi
ada juga yang tidak berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus
(special factor). Sedangkan kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari
seluruh skor subtes-subtes. Maka Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang
terdiri dari 9 subtes (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009). Karakteristik
dari baterai tes Amthauer menunjukkan adanya suatu interkorelasi yang rendah antar
subtesnya (r=0.25) dan korelasi antara subtes dengan jumlah (keseluruhan subtes) yang
rendah pula (r=0.60).
Semenjak diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para
koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an.
Tes IST 1953 : Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk
individu usia 14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari
4000 subjek pada tahun 1953.
Tes IST 1955 : Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955
rentang usia untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek
dalam penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada
pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia.
Tes IST 1970 : Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang
menyarankan pengkoreksian dengan mesin juga pengembangan tes setelah
penggunaan lebih dari 10 tahun, maka disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak
terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan
2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2, atau C3 dan D4. Dua bentuk
lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus. Pada IST 70,
rentang kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Disamping itu
telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada IST 70
terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan
menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes
ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau
tidak mengerti kalimatnya.
Tes IST 2000 : Sebagai koreksi dari IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada
soal hitungan.
Tes IST 2000 – R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan
subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:
1. Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE,
AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA.
2. Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural
3. Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes
Wissentest (tes pengetahuan).
IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas
Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan
oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah
IST UNPAD, 2009).
Fungsi dan Tujuan IST antara lain ialah tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh),
yang terdiri dari bagian- bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur).
Dimana struktur intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan
cocok untuk profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum
digunakan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan
dan karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.
Subtes-subtes dalam IST terdiri dari sembilan subtes yang keseluruhannya berjumlah 176
aitem. Masing-masing subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan
diadministrasikan dengan menggunakan manual (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST
UNPAD, 2009). Sembilan subtes dalam IST, yaitu:
Subtest Satzerganzung (SE) : Melengkapi kalimat. Pada subtes ini yang diukur
adalah pembentukan keputusan, common sense (memanfaatkan pengalaman masa
lalu), penekanan pada praktis-konkrit, pemaknaan realitas, dan berpikir secara
berdikari/ mandiri.
Subtest Wortuaswahi (WA): Melengkapi kalimat. Pada subtes ini akan diukur
kemampuan bahasa, perasaan empati, berpikir induktif menggunakan bahasa, dan
memahami pengertian bahasa.
Subtest Analogien (AN) : Persamaan kata. Pada subtes ini yang diukur adalah
kemampuan fleeksibilitas dalam berpikir, daya mengkombinasikan, mendeteksi
dan memindahkan hubungan- hubungan, serta kejelasan dan kekonsekuenan
dalam berpikir.
Subtest Gemeinsamkeiten (GE) : Sifat yang dimiliki bersama. Pada subtes ini hal
yang akan diukur adalah kemampuan abstraksi verbal, kemampuan untuk
menyatakan pengertian akan sesuatu dalam bentuk bahasa, membentuk suatu
pengertian atau mencari inti persoalan, serta berpikir logis dalam bentuk bahasa.
Subtest Rechhenaufgaben (RA): Berhitung. Dalam subtes ini aspek yang dilihat
adalah kemampuan berpikir praktis dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning,
dan kemampuan mengambil kesimpulan.
Subtest Zahlenreihen (ZR) : Deret angka. Dalam subtes ini akan dilihat bagaimana
cara berpikir teoritis dengan hitungan, berpikir induktif dengan angka-angka, serta
kelincahan dalam berpikir.
Subtest Figurenauswahl (FA): Memilih bentuk. Pada subtes ini akan mengukur
kemampuan dalam membayangkan, kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan
analisa), berpikir konkrit menyeluruh, serta memasukkan bagian pada suatu
keseluruhan.
Subtest Wurfelaufgaben (WU) : Latihan balok. Pada subtes ini hal yang akan
diukur adalah daya bayang ruang, kemampuan tiga dimensi, analitis, serta
kemampuan konstruktif teknis.
Subtest Merkaufgaben (ME): Latihan simbol. Subtes ini mengukur daya ingat,
konsentrasi yang menetap, dan daya tahan.
Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa setiap
jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk semua subtes
(SE, WA, AN, RA, ZR, FA, WU, & ME), kecuali subtes 04-GE, setiap jawaban benar
diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Khusus untuk subtes 04-GE, tersedia
nilai 2, 1, dan 0; karena subtes ini berbentuk isian singkat maka nilai yang akan diberikan
tergantung dengan jawaban yang diberikan oleh subjek. Total nilai benar yang sesuai
dengan kunci jawaban merupakan Raw Score (RW); nilai ini belum dapat diinterpretasi
sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang sudah dibandingkan dengan norma
disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW inilah yang dapat menjadi materi
untuk tahap selanjutnya, yaitu interpretasi. Adapun norma yang digunakan adalah sesuai
dengan kelompok umur subjek.
Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat dilakukan.
Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan
interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam Diktat Kuliah IST
UNPAD, 2009). Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut:
Taraf kecerdasan. Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat
diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan
perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu
dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok
seusianya.
Dimensi Festigung-Flexibilität. Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan
corak berpikir yang dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität
merupakan dua kutub yang ekstrim, Keduanya menggambarkan corak berpikir
yang ekstrim pula. Kutub Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak,
sedangkan kutub Flexibilität memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak
berpikir ini merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan
semakin mantap ke salah satu kutub seiring bertambahnya usia. Cara menentukan
seseorang subjek apakah memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat
adalah dengan membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila
GE+RA lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya
jika nilai AN+ZR lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat.
Profil M-W. Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis
atau praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini
dapat dilihat dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik.
Jika grafik menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya
adalah M (verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka
profilnya adalah W (praktis-konkrit).
Menurut saya, tes IST lebih meminimalisir adanya manipulasi ataupun kecurangan
karena dapat mengawasi ujian secara langsung. Penjelasan juga lebih merinci dibanding
tes lain karena langsung bertatap muka. Tetapi itu membuat waktu pemeriksaan menjadi
lebih lama, pemeriksaan juga memerlukan ketelitian yang ekstra dan juga membutuhkan
tempat pemeriksaan yang khusus.
CPM dikeluarkan pada tahun 1938 M oleh John C.Raven. merupakan salah satu tes
Raven’s Progressive Matrices (sering disebut hanya sebagai Matriks Raven’s) dari 2 tes
lainnya, yaitu Standar Progressive Matrices (SPM) dan Advanced Progressive Matrices
(APM). Pertama kali digunakan di Britania Raya pada tahun 1938 dalam penelitian
mengenai asal usul genetic dan lingkungan dari “kemampuan kognitif”.
Bentuk tes CPM ada dua macam yaitu berbentuk cetakan buku dan yang lainnya
berbentuk papan dan gambar-gambarnya tidak berbeda dengan yang di buku cetak.
Aspek yang di ukur pada CPM adalah :
Berpikir logis atau bernalar, yaitu kemampuan untuk menarik kesimpulan yang
sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar
sesuai dengan pengetahuan sebelumnya.
Kecapan pengamatan ruang, yaitu kemampuan untuk membayangkan dan
menganalisa ruang dengan baik.
Kemampuan berpikir analogi, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah
dengan menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya untuk
menyelesaikan masalah yang baru.
Kemampuan memehami hubungan antara keseluruhan dan bagian, yaitu
kemampuan untuk memahami hubungan antara pola gambar besar dengan pola
gambar kecil.
Menurut saya, tes APM berguna untuk mengukur kemampuan intelektual orang normal
tanpa batasan waktu dan dipakai diatas 11 tahun. Tes ini juga digunakan untuk
kemampuan observasi yang berguna untuk mengukur tingkat intelegensi.
Menurut saya, tes SPM ini mengasah kecepatan dan ketepatan dalam mengerjakan soal
tes, hasil skor dapat dibandingkan dengan norma untuk menunjukkan tingkat kemampuan
mental seseorang. Tetapi soal dalam tes ini tidak mudah untuk dikerjakan, banyak soal
yang membutuhkan ketelitian.
Menurut saya, tujuan dibuat nya tes ini adalah melihat standar intelegensi Indonesia serta
membuat alat tes intelegensi yang berdasarkan norma Indonesia.
l. SON
SON merupakan akronim dari Snijders Oomen Non Verbal Scale. SON merupakan salah
satu tes inteligensi non verbal digunakan untuk individu dengan rentan usia 3 – 16 tahun.
Alat tes ini juga tidak hanya sebatas untuk individu dalam kondisi normal namun juga
dapat digunakan untuk individu dengan disabilitas seperti tunarungu. Alat tes ini dapat
digunakan oleh individu dengan tunarungu dikarenakan tes SON berbentuk puzzle dan
rangkaian gambar yang perlu dicocokan dan peserta tidak dituntut untuk menjawab
perintah yang diberikan. SON sendiri dirancang mulai pada tahun 1939 – 1942, di
Amsterdam dan kemudian dalam perkembangannya banyak dilakukan revisi-revisi pada
aitem alat tes ini (Nuraeni, 2012).
Menurut saya, SON ialah salah satu tes intelegensi non verbal yang digunakan untuk
individu dengan rentang usia 3 sampai 16 tahun. Alat tes ini juga tidak hanya sebatas
digunakan untuk individu normal saja tetapi untuk distabilitas seperti tunarungu.