Anda di halaman 1dari 35

TUGAS PSIKODIAGNOSTIK IV

“ Alat Tes Intelegensi ”

Disusun Oleh :
Syifa Kalisha (1824090242)
Kamis, 15.20 – 17.50

Nama Dosen :
Febi Herdajani, S.Psi., M.Si., Psi

Fakultas Psikologi
Universitas Persada Indonesia Y.A.I
2020
a. WECHSLER BELLEVUE INTELLIGENCE SCALE TEST (WBIS)
Tes WBIS merupakan tes individual untuk mengukur tingkat kecerdasan umum
seseorang dan dirancang khusus bagi mereka yang berusia 16 tahun ke atas. Sebagaimana
layaknya tes individual maka PP (Pimpinan Pemeriksaan) sendirilah yang menulis
jawaban orang yang diperiksa atau Orang Percobaan (OP) pada lembar jawaban
pemeriksaan. Kewajiban OP hanyalah menjawab pertanyaan dan atau melaksanakan
instruksi/perintah yang diajukan oleh PP. Oleh karena itu alat tes (peraga WBIS) yang
dipakai untuk melaksanakan pengukuran tingkat kecerdasan tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab PP.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa maksud dari pada tes inteligensi bukannya
untuk menghasilkan informasi tentang bagaimana seseorang akan bersikap, bertindak
dalam suatu keadaan tertentu, termasuk misalnya sukses/gagal dalam menyelesaikan
jenjang pendidikan tertentu, tetapi berkenaan dengan bagaimana umumnya seseorang
diharapkan untuk berfungsi dalam menghadapi berbagai situasi yang membutuhkan
tindakan cerdas. Intelegensi merupakan bagian dari kepribadian, bukan suatu keutuhan
tersendiri.

Tes WB menurut Cronbach dikategorikan dalam tes level C (ISPSI DIY, 1995), yaitu alat
tes yang administrasinya menuntut pengetahuan yang luas tentang testing dan Blog
Psikologi lainnya yang mendukung, disertai pengalaman penggunaan alat tes
bersangkutan di bawah bimbingan dan pengawasan ahli. Oleh karena itu kualifikasi
pengguna tes ini bukan saja minimal harus seorang psikolog tetapi juga harus terlatih
dalam mengadministrasikannya.

Beberapa hal perlu dipersiapkan dan diperhatikan sebelum administrasi tes dilaksanakan,
mengingat baik buruknya informasi yang diperoleh dari hasil tes WB ini sangat
dipengaruhi oleh kesiapan penyelenggaraan administrasinya. Persiapan tersebut antara
lain meliputi persiapan aparatus/alat beserta kelengkapannya, suasana tes dan posisi
duduk PP & OP.

Petunjuk pelaksanaan tes WBIS pada masing – masing subtes, Petunjuk Umum, suatu
alat tes akan memberikan manfaat yang maksimal bila si pemakai mengerti dengan pasti
bentuk dan prosedur atau cara menggunakan alat tersebut, dan diharapkan pula pemeriksa
mengetahui latar belakang teori yang mendasari alat tes tersebut. Penting sekali bagi
pemeriksa (PP) mengikuti pedoman yang diberikan dalam melaksanakan testing
psikologis. Selama Pemimpin Percobaan (PP) atau pemeriksa belum hafal betul petunjuk
dan instruksi pelaksanaan pemeriksaan psikologis dengan menggunakan Wechsler
Bellevue Intelligence Scale (WBIS), maka hendaknya si pemeriksa membaca saja
petunjuk yang telah ditentukan. Ingatlah, PP hendaknya selalu mengawali suatu proses
pemeriksaan dengan kata pembuka atau ucapan selamat, demikian pula pada saat
mengakhiri pertemuan (Fak.Psi.ui; Fak.Psi.Unpad, 1982).

PP tidak diperkenankan mengajak orang yang diperiksa (OP) bercakap-cakap selama


dilaksanakan pemeriksaan. Satu-satunya penjelasan yang boleh diberikan oleh PP kepada
OP hanyalah keterangan yang dipandang perlu untuk mengingatkan OP. Perintah atau
instruksi boleh diulang seperlunya tetapi tidak boleh bersifat menjelaskan. Bila ada suatu
pertanyaan yang sukar dijawab oleh OP, katakanlah : "Itu tadi agak sulit, mari kita coba
yang lebih mudah". Dan kepada OP diberikan suatu pertanyaan yang sekiranya sanggup
ia jawab.

Masing-masing sub-tes tidak perlu diberikan sesuai daftar urut sebagaimana yang
dicantumkan dalam buku pedoman atau Petunjuk Penyelenggaraan WBIS ini. Pada
umumnya untuk orang dewasa biasa dimulai dengan subtes information (pengetahuan
umum), sedangkan untuk anak-anak bisa dimulai dengan subtes object assembly (merakit
obyek).

Tes WBIS ini terdiri dari 11 (sebelas) subtes terbagi dalam 2 bagian (verbal dan non-
verbal atau performance). Bagian verbal terdiri dari :
 General Information (Pengetahuan Umum)
 General Comprehension (Pengertian Umum)
 Arithmetical Reasoning (Kecakapan Berhitung)
 Digit Span (Deret Angka)
 Similarities (Persamaan)
 Vocabulary (Perbendaharaan/Kosa Kata)
Bagian performance terdiri dari:
 Picture Arrangement (Menyusun Gambar)
 Picture Completion (Melengkapi Gambar)
 Object Assembly (Merakit Obyek)
 Block Design (Menyusun Kubus)
 Digit Symbol (Deret Simbol/Kode)

Kalau keadaan memungkinkan, sebaiknya seluruh subtes disajikan kepada OP terutama


bila hasil pemeriksaan akan digunakan sebagai bimbingan pekerjaan (Vocational
Guidance).

Ada tiga kekecualian yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan tes WBIS :
 Jika OP menderita cacat jasmani (buta, kelumpuhan dll), dalam hal ini tentunya
hanya bagian verbal yang dapat disajikan pada OP.
 Jika OP orang asing atau tidak mengerti bahasa yang dipakai selama pemeriksaan,
maka hanya bagian performance saja yang dapat diberikan.
 Jika OP berusia 50 tahun keatas, terkadang kita perlu meniadakan atau tidak
memberikan beberapa subtes agar tidak merugikan OP karena sebab-sebab
tertentu (seperti: kemampuan penglihatan dan pendengaran yang sudah mulai
berkurang).

Terhadap OP yang mengalami hambatan demikian itu, pemberian 8 atau 9 subtes


dipandang telah cukup untuk menggantikan skala untuk menghasilkan Perhitungan IQ.
Yang perlu diingat dan disadari adalah bahwa peniadaan subtes tertentu tersebut haruslah
ditetapkan sebelum pemeriksaan dilakukan, bukan pada saat pemeriksaan berlangsung
atau sesudahnya. Pada umumnya, bagi seorang dewasa normal tidak perlu dihilangkan
lebih dari sebuah subtes/percobaan.
 General Information (Pengetahuan Umum)
Katakan pada OP:
“Kepada saudara akan saya ajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan
dengan pengetahuan umum. Silakan saudara jawab pertanyaan tersebut secara
singkat, jelas dan benar.

Apabila saudara tidak dapat menjawabnya, katakan: tidak bisa, agar dapat saya
lanjutkan pada pertanyaan yang lain.

Apakah ada pertanyaan ?".

(ditunggu sebentar).

“Jika tidak ada, marilah kita mulai dengan contoh pertanyaan, dan silakan saudara
menjawabnya. Siapakah Menteri Luar Negeri Republik Indonesia sekarang?*

(ditunggu jawabannya)

"Ya, benar !". (Jika OP menjawab benar)

“Pertanyaan-pertanyaan berikutnya sudah merupakan bagian dari subtes ini,


silakan saudara menjawabnya seperti tadi".

Pemeriksa mencatat setiap jawaban OP dengan memberi tanqa (+) untuk jawaban
yang benar dan tanda (-) untuk jawaban yang salah pada lembar jawaban. Oleh
karena itu PP harus tahu betul mana-mana jawaban yang benar dan mana yang
salah. Jika jawaban OP meragukan, maka pemeriksa meminta penjelasan lebih
lanjut (inquiry) dengan mengatakan : "Coba jelaskan lebih lanjut jawaban
saudara".
Jika semua pertanyaan telah selesai diberikan, katakan pada OP :

"Kita telah selesai dengan subtes ini, dan mari kita lanjutkan ke subtes berikutnya

Penilaian: Skor 1 untuk setiap jawaban yang benar, 0 untuk jawaban yang salah.
Skor tertingginya adalah 25

Bila ada OP yang memberikan dua buah jawaban atau lebih, maka pemeriksa
harus menanyakan pada OP mana jawaban yang dianggap paling benar. Demikian
pula bila jawaban OP kurang lengkap, pemeriksa harus meminta OP untuk
memperjeias jawabannya.

Bila terjadi kegagalan menjawab pada pertanyaan-pertanyaan yang mudah


sebaiknya dimintai keterangan lebih lanjut (inquiry). Hal ini perlu dilakukan
untuk menentukan apakah kegagalan tersebut disebabkan oleh keadaan yang
sifatnya sementara atau mungkin merupakan indikasi dari adanya gangguan
mental.

Semua keterangan yang diberikan oleh OP selama dilakukan inquiry harus dicatat
secara verbatim oleh pemeriksa, karena informasi ini akan sangat berguna pada
saat dilakukan interpretasi secara kualitatif.

 General Comprehension (Pengertian Umum)


Katakan pada OP : "Kepada saudara akan saya ajukan beberapa pertanyaan,
silakan saudara jawab pertanyaan tersebut secara singkat dan jelas".

Kemudian pemeriksa mulai membacakan secara jelas pertanyaan nomor urut l


(satu) dari subtes comprehension yang berbunyi, “Apakah yang akan saudara
lakukan jika saudara menemukan sebuah amplop di jalan, dalam keadaan tertutup,
beralamat lengkap serta berprangko baru yang cukup ?"

(Jawabannya ditunggu. Apabila dalam jangka waktu 10-15 detik OP belum juga
menjawab, pertanyaannya bisa diulang kembali, tetapi tidak boleh disingkat atau
diubah. Pemeriksa menuliskan setiap jawaban OP pada lembar jawaban WB
secara verbatim atau kata demi kata).

Penilaian: Skor 2 untuk jawaban yang benar dan lengkap, skor 1 untuk jawaban
yang kurang lengkap dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Jawaban tersebut
dinilai atas dasar derajat umum dan kualitas jawaban. Skor tertingginya adalah 20

Pada subtes comprehension ini terdapat 10 pertanyaan dan ada 2 (dua) pertanyaan
pengganti yang disediakan bagi pertanyaan yang tidak dipakai, tetapi pertanyaan
pengganti tersebut tidak boleh dipakai hanya karena OP gagal dalam suatu
pertanyaan yang khas. Pertanyaan pengganti harus ditetapkan untuk dipakai
sebelum dimulainya pelaksanaan tes.

Jawaban yang diberikan oleh OP pada subtes comprehension ini biasanya


merupakan penjelasan atau uraian tentang keputusan yang diambil oleh OP
tentang hal-hal tertentu. Oleh karena itu pemeriksa perlu meminta penjelasan pada
OP bila ada jawaban yang kurang jelas.

Jika pertanyaan pertama tidak dapat dijawab atau jawaban kurang sempurna,
maka pemeriksa diperbolehkan memberitahu jawaban yang benar, tetapi khusus
untuk pertanyaan pertama ini saja. Oleh karena itu untuk pertanyaan pertama ini
OP tidak mendapat nilai.

Hasil jawaban OP atas subtes Comprehension ini merupakan salah satu data untuk
interpretasi kualitatif, oleh karena itu pemeriksa dianjurkan mencatat semua
jawaban subyek secara lengkap satu demi satu secara rinci (verbatim), bukan
merupakan kesimpulan dari pemeriksa sendiri.
 Arithmetical Reasoning (Kecakapan Berhitung)
Related:Sejarah, Perkembangan, dan Reliabilitas Validitas Tes WB
Ada 10 soal untuk subtes ini, 8 buah soal pertama disajikan dengan instruksi
sebagai berikut:

"Saya ingin menyaksikan kecakapan saudara dalam berhitung. Saya akan


membacakan soal-soalnya, silakan sudara menjawabnya. Marilah kita mulai".

Pemeriksa membacakan secara berurut satu demi satu soal-soal No.1 s/d No.8
dengan kecepatan yang wajar. Susunan kata dari soal-soal tersebut tidak boleh
diubah, tetapi diperkenankan untuk mengulangnya. Bila OP tidak dapat menjawab
suatu soal dalam batas waktu yang telah ditetapkan, maka OP dianggap gagal,
kemudian pemeriksa melanjutkan ke soal berikutnya dengan mengatakan :

"Nah, sekarang silakan coba soal berikut ini"

Bila soal No. 1 s/d No. 8 telah selesai diberikan, sajikanlah soal No. 9 dan No. 10
untuk dibaca sendiri oleh OP dan katakahlah :
“Bacalah soal ini dengan bersuara dan jawablah, saudara tidak diperkenankan
menggunakan kertas buram atau alat bantu lainnya"

Subtes arithmetic ini dapat dimulai dari persoalan yang menurut perkiraan
pemeriksa dapat segera dijawab oleh OP tetapi juga tidak terlalu mudah, biasanya
dapat diberikan pada orang dewasa normal atau anak-anak muda cerdas
(Wechsler, 1944), namun demikian menurut Rapaport (1976) sebaiknya semua
persoalan diberikan termasuk soal-soal yang mudah, karena ia berpendapat bahwa
kegagalan pada persoalan yang mudah justru mempunyai arti psikologis tertentu.
OP diperkenankan menyelesaikan persoalan meskipun batas waktu telah terlewati
(untuk penilaian tetap dianggap gagal). Bila waktu terlewati hanya beberapa detik
saja dan persoalan dijawab dengan benar maka nantinya pada saat interpretasi
kualitatif perlu dipertimbangkan nilai "weighted score". Jika OP menjawab cepat
tetapi salah, pemeriksa dapat mengatakan bahwa jawabannya itu salah, dan bila
OP berhasil membetulkan jawabannya sebelum batas waktu, maka untuk
persoalan tersebut ia mendapat nilai ½ (setengah). Jawaban yang salah juga perlu
di-inquiry untuk mengetahui disebabkan gangguan sesaat atau prinsip (Rapaport,
1976).

Setiap soal yang dijawab dengan benar dan masih dalam batas waktu yang
ditetapkan mendapat skor 1. Adapun batas waktu yang dimaksud adalah :
 15 detik untuk soal-soal nomor 1, 2 dan 3
 60 detik untuk soal-soal nomor 7 dan 8
 30 detik untuk soal-soal nomor 4, 5 dan 6
 120 detik untuk soal-soal nomor 9 dan 10.

Soal No. 9 dan No. 10 masing-masing mendapat:


Tambahan skor 1,bila dijawab dengan betul dalam waktu ≤. 40 detik
Tambahan skor 2,bila dijawab dengan betul dalam waktu ≤.15 detik
Skor tertinggi: 14

 Digit Span (Deret Angka)


Sebelum subtes ini diberikan harus diusahakan agar suasana sekitar tempat
pemeriksaan tenang, tidak berisik dan tidak mengganggu perhatian OP. Digit
Span terdiri dari dua bagian, yaitu Digit Forward (deret maju) dan Digit
Backward (deret mundur).

Gunakanlah susunan angka deret maju yang tersedia dan katakanlah pada OP :

"Saya akan menyebutkan beberapa buah angka, dengarkan baik-baik. Setelah saya
selesai mengucapkannya, silakan segera saudara ulangi".
Misalnya sebagai contoh : Bila saya mengucapkan 7-1-9, bagaimana saudara
harus mengulanginya ?

Pemeriksa menyebutkan setiap angka secara datar, dengan kecepatan 1 detik


setiap angka. Bila OP berhasil mengulanginya secara tepat, katakanlah :

“Ya, benar!!! Marilah kita mulai”

Digit Forward (digit maju): Pemeriksa mulai menyebutkan angka-angka deret


maju yang telah disediakan pada manual atau formulir jawaban dengan ketentuan
sebagai berikut:

 Jika OP berhasil dengan tepat mengulanginya, berilah tanda (+) pada


deret angka tersebut, kemudian lanjutkan dengan deretan angka
berikutnya dengan jumlah digit yang lebih panjang.
 Jika gagal berilah tanda (-) pada deret bersangkutan, kemudian berikanlah
susunan kedua, yaitu deret angka yang jumlah digitnya sama dengan deret
angka yang gagal.
Hentikan pemberian deret maju bila OP gagal dua kali pada jumlah digit yang
sama.

Digit Backward (deret mundur): Setelah digit maju selesai diberikan,


katakanlah pada OP : "Sekarang akan saya sebutkan beberapa buah angka lagi,
tetapi kali ini saudara harus mengulanginya dari belakang. Sebagai contoh, bila
saya menyebutkan : 7-1-9, maka saudara harus mengulanginya dengan
mengatakan: 9-1-7. Apakah ada pertanyaan ?"

Ditunggu sebentar. Bila tidak ada pertanyaan maka pemeriksa mulai menyebutkan
angka-angka deret mundur sesuai ketentuan yang sama dengan deret maju)
Penilaian: Skor diberikan untuk seri terakhir, baik deret maju maupun deret
mundur yang diulang oleh OP dengan benar. Skor tertinggi: 17
Pemeriksa dianjurkan untuk menanyakan bagaimana OP mengingat deret angka
dan mencatat semua tingkah laku yang ditampilkannya selama subtes ini
diberikan. Misalnya, apakah dalam mengingat deret angka-angka tersebut OP
menggunakan gerakan-gerakan motorik, membayangkan secara khayali atau
tingkah laku lain yang dijadikan sarana untuk mengingat kembali deret angka
yang disajikan oleh pemeriksa.

 Similarities (Persamaan)
Terdiri dari dua belas pasang kata, dimana setiap pasangan mempunyai kesamaan dalam
hal-hal tertentu. Katakanlah pada OP:

“Saya akan menyebutkan dua nama benda yang ada persamaannya, atau dalam beberapa
hal serupa. Hendaknya saudara jelaskan dalam hal apa kedua benda itu serupa".

Misalnya:

"Apakah persamaan antara jeruk dan pisang"

Ya, benar!!!

Bila OP menjawab keduanya buah-buahan atau mengatakan sama-sama buah. Kemudian


pemeriksa melanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan lain sesuai daftar pada formulir
serta mencatat semua jawaban OP secara verbatim).

Penilaian:
Jawaban diberi skor 2, 1 atau 0 tergantung pada kualitas jawaban dengan berpedoman
pada kunci jawaban. Skor tertinggi: 24

Catatan:
Subtes similarities ini mengungkap pembentukan konsep verbal. Bila jawaban OP
menunjukkan tingkat konseptual yang tinggi maka skornya 2, kemampuan konseptual
yang rendah diskor 1, dan bila jawaban salah diberi skor 0.
Bila OP gagal menjawab soal pertama, maka pemeriksa diperkenankan memberikan
jawaban yang benar dengan mengatakan: "Keduanya sama-sama buah-atau keduanya
dapat dimakan". Dengan sendirinya kalau bantuan ini diberikan maka tidak ada skor
untuk soal nomor satu ini.
Pembetulan jawaban secara spontan dibenarkan.
Jawaban ganda hendaknya diinquiry untuk meminta ketegasan jawaban mana yang
dianggap paling tepat oleh OP. Adakalanya jawaban ganda yang merusak tingkat
konseptual dapat menurunkan skor OP.

 Vocabulary (Perbendaharaan/Kosa Kata)


Katakanlah pada OP:
"Saya akan menyebutkan beberapa buah kata satu demi satu. Silakan saudara menjawab
dengan menyebutkan arti dari masing-masing kata tersebut".
Related:Pengertian, Sejarah, dan Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi

Misalnya: "Apakah arti jeruk?"

Ya, benar!!!

(Bila OP menjawab benar, kemudian pemeriksa melanjutkan dengan menanyakan arti


dari masing-masing kata yang tersedia, serta mencatat semua jawaban OP secara lengkap
satu demi satu pada lembaran jawaban WB)

Penilaian :
Jawaban diberi skor 1, ½ atau 0 sesuai dengan kunci jawaban.
Skor tertinggi : 42

 Picture Arrangement (Menyusun Gambar)


Sajikanlah kartu contoh seri pertama dalam keadaan tercampur (sesuai nomor urut yang
tercantum di belakang kartu gambar). Kemudian katakanlah pada OP :

“Gambar-gambar ini mengibaratkan seekor burung yang sedang membuat sarangnya"

"Sebagaimana saudara lihat susunan gambar ini'salah"

Tetapi bila saudara menyusunnya dengan benar seperti yang saya lakukan ini"

(Pemeriksa menyusun gambar dengan benar)

"Lihatlah, gambar ini nyata ceritanya"

“Pada gambar pertama, burung itu sedang membuat sarangnya"

“Pada gambar kedua, menunjukkan telur burung itu"

"Pada gambar ketiga, burung itu member makan anak-anaknya"

(Pemeriksa berhenti sebentar)

“Nah, sekarang akan saya sajikan kepada saudara gambar-gambar lain, hendaknya
saudara menyusunnya sehingga membentuk cerita hidup dan masuk akal, setiap seri
gambar yang saya sajikan ini selalu dalam keadaan tercampur. Coba saudara susun seri
gambar ini"

(Pemeriksa menyajikan seri Rumah sesuai nomor urut di belakang kartu gambar)
"Jika telah selesai menyusunnya, katakanlah : sudah ///"

(Pemeriksa lalu melanjutkan dengan penyajian seri kartu gambar berikutnya)

Pada bagian belakang setiap gambar tercantum nomor urut penyajian yang ditulis dengan
angka-angka 1-2-3 dan seterusnya sesuai jumlah gambar dalam seri itu.
Sedangkan susunan yang benar ditandai pada bagian belakang setiap gambar dengan
keurutan huruf sebagaimana yang telah ditetapkan. Misalnya : PAT untuk rumah, ABCD
untuk penodongan, LMNO untuk elevator dan sebagainya.
Setiap seri gambar ada batas waktu bagi OP untuk menyusunnya, untuk seri IKAN dan
TAKSI ada tambahan nilai bila OP mampu menyelesaikan dalam waktu tertentu.
Bila pemeriksa sulit memastikan apakah OP telah selesai atau belum dengan
susunanannya, maka pemeriksa dapat mengatakan : "Katakanlah selesai bila saudara
telah menyelesaikan suatu seri gambar".
Setiap kali OP selesai menyusun satu seri gambar, tanyakanlah bagaimana jalan
pikirannya dalam menyusun gambar tsb, dan kesemuanya dicatat oleh pemeriksa.

Penilaian:
- Seri kartu gambar Rumah, Penodongan dan Elevator diberi skor 2 bila disusun
dengan benar, skor 0 bila salah.
- Seri kartu gambar Main mata, Ikan dan Taksi diberi skor 3, 2, 1 atau 0 sesuai
ketentuan dan ada tambahan nilai bagi seri Ikan dan Taksi.
- Skor tertinggi : 21

 Picture Completion (Melengkapi Gambar)


Katakan pada OP :

“Saya akan memperlihatkan kepada saudara beberapa buah gambar. Pada setiap gambar
ada bagian pentingnya yang hilang, perhatikanlah sungguh-sungguh gambar tersebut dan
katakanlah bagian penting apa dari gambar itu yang hilang".

"Perhatikanlah gambar ini"

(Pemeriksa menunjukkan gambar pertama dan berkata)

"Bagian penting apa dari gambar ini yang hilang"

(tunggu sebentar)

"Ya, benar"

(Bila OP menjawab benar, dan lanjutkan dengan gambar-gambar berikutnya)

Bila pada gambar pertama OP menjawab salah, maka pemeriksa menunjukkan bagian
yang hilang dengan mengatakan : "Lihatlah disini tidak ada hidungnya".
Pada gambar ke dua juga tunjukkan bahwa kumisnya separuh tidak ada atau hilang
Pada gambar ke tiga dan seterusnya pemeriksa tidak diperkenankan lagi menolong OP
(orang percobaan)
Bila OP menunjukkan bagian hilang yang kurang penting, pemeriksa dapat mengatakan
"Ya, tetapi bagian penting manakah yang tidak ada atau hilang"
Waktu bagi OP untuk meneliti setiap gambar sekitar 15-20 detik. Bila dalam batas waktu
tersebut OP tidak bisa menyebutkan bagian penting yang hilang, maka OP dianggap
gagal dan pemeriksa dapat melanjutkan dengan menyajikan gambar-gambar berikutnya.

Penilaian:
Skor 1 untuk setiap gambar yang dijawab dengan benar.

Jika pada gambar No. 11 (bayangan lengan pada cermin) dijawab oleh OP :

"kakinya tidak ada"

maka pemeriksa mengatakan:

“Ya, apa lagi ?"

(Jika jawaban tetap salah maka OP dianggap gagal)


Related:Definisi, Sejarah, dan Hakikat Tes Psikologi

Skor tertinggi:15

 Object Assembly (Merakit Obyek)


Ada tiga persoalan dalam percobaan ini, yaitu : Boneka, Kepala dan Tangan. Sajikan
potongan bagian dalam urutan tersebut di atas sesuai petunjuk pada diagram yang telah
ditetapkan.

Boneka
(Pemeriksa menyajikan potongan bagian Boneka sesuai petunjuk diagram)

Kemudian katakanlah pada OP :


“Kalau bagian-bagian ini disatukan, maka akan terbentuk sesuatu benda, Sllakan saudara
menyusunnya secepat mungkin"

(batas waktu : 2 menit)

Kepala
(Pemeriksa menyajikan potongan bagian Kepala sesuai petunjuk pada diagram)

Katakan pada OP:


"Susunlah bagian-bagian ini secepat mungkin"
(batas waktu : 3 menit)
Tangan
(Setelah pemeriksa mengatur penyajian potongan bagian Tangan sesuai petunjuk/gambar
dalam buku soal)

Katakanlah pada OP:


"Susunlah bagian-bagian ini secepat mungkin"

(batas waktu : 3 menit)

Catatan:

Ingat, pemeriksa harus menyajikan masing-masing potongan bagian sesuai diagram


petunjuk yang telah ditetapkan.
Kerapihan kerja OP perlu diperhatikan

Penilaian: Skor ditetapkan berdasarkan ketepatan susunan masing-masing bagian obyek,


berkisar 0 s/d 6. Ada tambahan nilai pada percobaan Kepala dan Tangan bila bagian-
bagian obyek ini disusun dalam batas waktu tertentu. (lihat tabel penilaian). Skor
tertinggi: 26

 Block Design (Menyusun Kubus)


Pemeriksa meletakkan 4 buah kubus di depan OP, kemudian pemeriksa mengambil salah
satu dari empat kubus tersebut dan tunjukkan pada OP, kemudian katakanlah:

"Lihatlah kubus-kubus ini berbeda-beda warna pada masing-masing sisinya. Ada sisi

yang berwama merah, ada yang berwarna putih dan ada yang berwarna separoh

merah dan separoh putih. Ukuran dan kubus-kubus ini persis sama besarnya"

Selanjutnya pemeriksa menunjukkan Pola Contoh I kepada OP dan katakanlah:

"Saudara lihat, pola ini seluruhnya berwarna merah, sehingga untuk membuatnya

mestinya demikian"

(Pemeriksa menyusun kubus sesuai Pola Contoh I, dan tanyakan pada OP)

"Apakah saudara sudah mengerti ???"

(Berhenti sebentar, lalu pemeriksa mengambil Pola Contoh II dan katakan pada OP)

"Mari kita coba yang lain. Ini lebih sulit"


(Pemeriksa mengumpulkan kubus-kubus tersebut dan menyusun Pola Contoh II.
Kemudian pemeriksa menjelaskan kepada OP bagaimana dua tengahan pola dapat
disatukan).

"Apakah saudara benar-benar sudah mengerti!"

Perhatian:

Jika OP sudah benar-benar mengerti, maka dimulailah pelaksanaan tes yang sebenarnya
dimana pemeriksa menyajikan Kartu Pola-1 dan berkata :

"Sekarang saya berikan pada saudara 4 buah kubus, silakan saudara susun sesuai dengan
pola pada kartu ini. Ya ... mulai!!!"

Ya, benar

(Jika OP telah selesai menyusun dengan benar)


Related:Pengertian Tes Minat, Tes Bakat, Prestasi dan Intelegensi

Kemudian pemeriksa mengaduk-aduk kembali kubus-kubus tersebut, kemudian


menyajikan Kartu Pola-2 dan berkata :

"Sekarang silakan saudara susun yang ini"

(Lanjutkan sampai dengan menyusun Pola-4 dan ingat ketentuan batas waktu)

Setelah Pola-4 selesai dikerjakan oleh OP, maka pemeriksa menambahkan buah kubus
lagi sambil berkata :

“Nah, sekarang dengan menggunakan 9 buah kubus,silakan saudara membuat pola

ini"

(Pemeriksa menunjukkan/menyajikan Kartu Pola-5)

Demikian pula instruksi yang diberikan untuk penyusunan Pola-6. Setelah OP selesai
menyusun Pola-6 dan pemeriksa telah mencatat hasilnya, pemeriksa menyajikan tujuh
kubus sisanya dan berkata :

"Sekarang buatlah pola seperti ini dengan menggunakan 16 buah kubus"

Bila OP telah selesai menyusun Pola-7, katakan pada OP :

Nah, kita sudah selesai dengan subtes ini, terimakasih!!.


Penilaian: 6, 5, 4, 3 diberikan bagi susunan yang benar dalam batas waktu tertentu sesuai
dengan tabel skoring. Bila OP tidak berhasil menyusun dengan benar atau tersusun secara
benar tetapi melebihi batas waktu yang telah ditetapkan, maka diberi skor 0. Skor
tertinggi: 42

 Digit Symbol (Deret Simbol/Koae)


Mari kita lanjutkan dengan res berikutnya!!

“Lihatlah kotak-kotak ini (pemeriksa menunjukkan 9 kotak kunci). Bila saudara


perhatikan maka pada masing-masing kotak bagian atas terdapat nomor dan di bagian
bawah terdapat tanda-tanda tertentu".

Sekarang coba saudara perhatikan bagian ini.

(pemeriksa menunjukkan kotak contoh dan katakan pada OP :)

Pada kotak bagian atas terdapat nomor, tetapi kotak bagian bawahnya masih kosong.
Pada kotak-kotak yang masih kosong ini harus saudara isikan dengan tanda yang

sesuai, seperti yang terdapat pada kunci.

(pemeriksa menunjukkan kotak kunci satu persatu).

Jadi begini:

Di sini nomor 2, jadi saudara harus mengisi kotak dibawahnya dengan tanda ini ( ). Pada
kotak ini berisi nomor 1, jadi saudara harus mengisi kotak dibawahnya dengan tanda ini
(-), (pemeriksa memberi contoh sampai dengan kotak ke-5, sementara OP mengisi tiga
kotak contoh berikutnya).

Perhatian:

Jika OP telah memahami petunjuk, pemeriksa berhenti sebentar dan katakan pada OP

“Nah, sekarang mulai dari sini (pemeriksa menunjukkan tempat mulainya), saudara harus
mengisi sebanyak mungkin kotak yang kosong ini. Lakukanlah secara berurutan dan
jangan ada yang terlewati. Ya.. mulai!!!"

Batas waktu percobaan ini 90 detik. Oleh karena itu, setelah berjalan 90 detik pemeriksa
mengatakan :

"Berhenti!!!" Nah, kita telah selesai dengan subtes ini, terimakasih.

Penilaian : Skor 1 untuk setiap tanda yang diisikan dengan benar pada tempatnya.
Ketepatan dan kerajinan tidak diperhitungkan, akan tetapi tanda yang ditulis oleh OP
harus jelas. Tanda N terbalik jika ditulis sebagai huruf N diberi skor 1/2 . Skor tertinggi:
67.

Percobaan ini diperoleh dari The Army Performance yang telah dimodifikasi, baik
petunjuk maupun batas waktunya. Pemeriksa hendaknya melakukan inquiry terhadap
penulisan suatu simbol yang ganjil atau di luar kebiasaan pada umumnya. Pemeriksa juga
perlu mencatat perubahan cara kerja dan kecepatan kerja OP, tegasnya pemeriksa perlu
melakukan observasi sehubungan dengan cara kerja OP.

Menurut saya, tes ini merupakan salah satu tes yang sangat runtut dan teratur. Kualifikasi
untuk menjalankan tes ini juga di rinci secara lengkap sehingga mempermudah PP
(pimpinan pemeriksaan) maupun OP (orang percobaan) yang menjalankan tes ini.

b. WECHSLER ADULT INTELLIGENCE SCALE TEST (WAIS)


Tes Wechsler ini diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Wechsler – Bellevue
Intellegence Scale (biasa di singkat W-B) dan revisinya di terbitkan tahun 1955 dengan
nama Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) yang merupakan skala intelegensi
Wechsler yang standar untuk mengukur potensi intelegensi subyek dewasa usia 16
sampai 75 tahun atau lebih, yang penyajiannya secara individual. Untuk bisa menyajikan
tes WAIS dengan baik, tester harus memahami dan melakukan petunjuk – petunjuk
dalam manual tes ini dengan seksama dan teliti.

Penyajian tes WAIS secara layak meminta tester mampu menyelenggarakan dengan baik,
bahan – bahan yang teratur, ruangan testing yang sesuai, dan waktu yang cukup. Tester
harus merupakan seorang yang sudah terlatih secara khusu dalam testing perseorangan
pada umumnya maupun dalam menyajikan WAIS pada khususnya.

Bahan – bahan tes harus diatur dengan baik sehingga tester dapat menyajikannya setiap
waktu yang dibutuhkan tana kebingungan dan penundaan. Materi tes harus dijaga dari
pandangan subyek sampai sub – tes itu disajikan dalam testing. Ruangan tempat testing
harus bebas dari suara dan gangguan yang mengacaukan. Ruangan tersebut harus
diberikan penerangan dan ventilasi udara yang cukup. Meja kursi harus diatur sedemikian
rupa sehingga subyek dan tester merasa senang. Subyek dapat mengerjakan bahan –
bahan dengan bebas, tester dapat menyajikan bahan – bahan, mengamati pekerjaan
subyek, dan mencatat jawaban subyek dengan seenak – enaknya. Serta hubungan baik
antara tester dan subyek harus selalu terjaga dan terpelihara dengan baik sehingga situasi
testing betul – betul sangat kondusif.

Tes WAIS mengukur dua aspek kemampuan potensial subyek, yaitu aspek Verbal dan
aspek Performance. Aspek Verbal yang meliputi informasi, pengertian, hitungan,
persamaan, rentangan angka, dan perbendaharaan kata. Sedangkan Aspek Performance
meliputi symbol angka, melengkapi gambar, rancangan blok, mengatur gambar dan
merakit obyek.
Dalam menyajikan tes WAIS, tester memerlukan perlengkapan bahan – bahan antara lain
ialah :
 Booklet berikat spiral berisi soal – soal tes melengkapi gambar
 Booklet berikat spiral berisi rancangan – rancangan untuk tes dan rancangan
balok. Isi dari booklet ini diatur sedemikian rupa sehingga soal – soal dapat
disajikan dengan mudah.
 Kantong berisi kartu – kartu untuk tes mengatur gambar, masing – masing
soal dalam kantong yang terpisah.
 Sembilan kubus merah – putih untuk tes rancangan balok, hal ini juga
digunakan untuk soal pertama dalam tes hubungan.
 Empat kantong berisi bagian – bagian untuk soal tes merakit obyek.
 Kartu perisai melukiskan beberan untuk bagian – bagian soal merakit obyek.
Kartu ini melayani dua tujuan, menyembunyikan potongan – potongan tes dari
subyek hingga selesai diatur untuk penyajian dan menyediakan contoh untuk
pengaturan bagi tester.
 Stopwatch untuk mencatat waktu

Dalam bentuk penilaian (record form), tes WAIS menggunakan bentuk penilaian dalam
testing yang dimaksudkan untuk mempermudah pencatatan jawaban – jawaban dan
informasi lainnya yang dikehendaki tentang subyek dan tingkah lakunya selama tes.
Untuk beberapa tes, misalnya informasi dan melengkapi gambar, soal – soalnya dapat
dinilai sewaktu subyek memberikan jawaban. Dalam tes pengertian, persamaan,
perbendaharaan kata dan tes mengatur gambar, tester wajib mencatat jawaban – jawaban
setepat – tepatnya seperti jawaban subyek. Dalam penyajian tes, tester harus selalu
membaca petunjuk dan pertanyaan sesuai dalam buku pegangan. Kalau tidak, tester
mungkin mengubah kata – katanya sehingga menyimpang dari prosedur standar.
Petunjuk dan pertanyaan harus dibaca dengan terang, jelas dan pilah – pilah. Kegagalan
subyek untuk mengerti jangan sampai disebabkan oleh tester yang tidak jelas.
Selama penyajian tes dan penilaian WAIS, tester juga harus melakukan langkah –
langkah yang bersifat administratif yaitu :
 Nilai, catat angka – angka untuk setiap soal dengan teliti dan jelas
sebagaimana menilai suatu jawaban soal.
 Bila ada hadiah, catat waktu yang digunakan oleh subyek dan nilai hadiahnya
dengan teliti.
 Bilamana soal – soal permulaan dari suatu tes tidak diberikan, seperti halnya
dalam tes informasii, pengertian, hitungan dan perbendaharaan kata, jangan
lupa memberi nilai pada soal – soal tersebut.
 Periksa penjumlahan nilai – nilai soal dalam menghitung angka kasar dari tes.
 Pastikan bahwa angka kasar untuk setiap tes sudah dipindahkan ke ruangan
yang selayaknya dalam bagian ringkasan pada sampul formular penilaian.
 Cocokkan umur subyek dengan mengurangi umur yang dinyatakan dengan
tanggal testing atau periksa catatan yang dapat dipercaya.
 Hindari kesalahan – kesalahan dalam menyalin angka kasar ke angka skala
dan angka skala ke angka kecerdasan (IQ). Ulangi langkah – langkah dalam
menggunakan tabel – tabel untuk mengoreksi kesalahan mereka.
 Periksa semua pemindahan bahan, perhitungan dan penyalinan angka – angka
secara teliti.
Bilamana tester sudah menilai / menskor setiap sub tes dan angka (hasilnya) sudah
dijumlahkan, maka hasil yang diperoleh adalah angka kasar untuk setiap sub tes
tersebut. Angka kasar ini kemudian dipindahkan ke bagian ringkasan di muka formular
penilaian. Tepat di sebelah kiri bagian ringkasan itu ada suatu tabel dari skala angka
perbandingan. Tabel ini terdapat pada buku pegangan (manual), digunakan untuk
menyalin angka-angka skala untuk semua subyek tanpa memandang umur dan jenis
kelamin. Angka kasar yang diperoleh subyek untuk suatu sub tes ditempatkan dalam
kolom tabel itu untuk sub tes yang bersangkutan. Tester kemudian membaca secara
mendatar dari sesuatu angka kasar ke kolom yang terkiri atau kanan pada tabel, tester
akan menemukan skala angka perbandingan.
Angka skala ini kemudian dimasukkan ke dalam ruangan yang bersangkutan pada
bagian ringkasan, tepat di sebelah kanan angka kasar yang tercatat. Bilamana hal ini
sudah dikerjakan untuk semua sub tes, bagian ringkasan menunjukkan suatu kolom
untuk angka-angka kasar dan kolom yang berdekatan untuk angka-angka skala. Sesudah
itu, tidak perlu memperhatikan lagi angka-angka kasar tersebut, karena
perbandingannya angka-angka skala lebih berarti.
Angka Verbal adalah jumlah angka-angka skala dari enam tes Verbal. Demikian juga,
angka Performance diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka skala dari lima sub
tes Performance. Angka skala lengkap adalah jumlah angka Verbal dan angka
Performance yang didasarkan atas sebelas sub tes. Untuk menyalin angka-angka Verbal,
Performance dan Skala Lengkap ke dalam angka kecerdasan (IQ), digunakan tabel
norma WAIS yang terdapat pada buku pegangan (manual).
Tabel norma WAIS terdiri atas 10 rangkaian tabel, masing-masing untuk setiap
kelompok umur subyek. AK Skala Verbal, AK Skala Performance, dan AK Skala
Lengkap dapat diperoleh dengan melihat halaman-halaman tabel norma WAIS,
sehingga tester dapat menentukan ketiga AK untuk seorang subyek dengan memeriksa
serangkaian tabel-tabel untuk kelompok umur subyek. Umur subyek adalah umur
kelahiran yang dihitung dari tanggal lahir dan tahun sampai dengan tanggal tes
dilaksanakan yang disebut chronological age.
Menurut saya, tes ini adalah dapat mendiagnosis kesulitan belajar karena tes ini
mencakup aspek verbal dan performance sehingga hasilnya dapat mendiagnosis
kesulitan belajar klien pada aspek verban maupun performance. Dari sini juga dapat
diketahui kecerdasan verbal dan non verbal. Tetapi tes ini kurang pendasaran yang
teoritis sehingga menyulitkan penemuan basis interpretasi yang koheren. Selain itu juga
komposisi skala – skala nya tampak menganggap bahwa domain kemampuan yang
dipilih oleh subtesnya dalam semua tangkat umur yang sama.

c. STANFORD – BINET TEST


Tes Binet merupakan salah satu alat tes intelegensi yang disusun oleh seorang psikolog
perancis bernama Alfred Binet (1957 – 1911). Tes Binet terbagi menjadi 2 skala.
Penyusunan alat tes ini pertama kali pada tahun 1904, dimana Menteri Pendidikan
menugaskan Binet mempelajari langkah – langkah untuk pendidikan anak yang
mengalami keterbelakangan. Binet berasumsi bahwa kecerdasan dapat diukur melalui
tugas – tugas yang menggunakan penalaran dan pemecahan masalah bukan pada
keterampilan motoric (fisik). Prinsip – prinsip yang mendasari penyusunan tes Stanford
– Binet, oleh Binet antara lain :
 Fungsi intelegensi yang utama ada 3 yaitu untuk menilai, untuk memakai, dan
untuk menalar. Menurut Binet anak yang embisil atau moron kurang di dalam
menilai, tetapi untuk tuna rungu dan tuna netra tidak.
 Kecerdasan meningkat sesuai perkembangan usia.
 Kecerdasan dapat diketahui atau diukur dengan menggunakan beberapa
macam tugas.

Pada tahun 1905, Binet dan Menteri Perancis Theodore Simon berkolaborasi untuk
membuat sebuah alat tes, dengan menggunakan prinsip diferensiasi usia dan kemampuan
umum. Alat tes ini merupakan versi pertama yang dikenal sebagai skala Binet-Simon
1905. Skala Binet – Simon diberikan secara individual dengan soal yang diberikan secara
lisan oleh pemberi tes dan memiliki 30 masalah atau tes yang diatur dalam urutan tingkat
kesulitan yang makin tinggi. Skala versi awal ini menggunakan 3 klasifikasi yaitu idiot,
dungu dan tolol. Norma yang digunakan skala versi pertama 1905 didasarkan hanya pada
50 anak yang dianggap normal berdasarkan rata – rata kinerja sekolah yang berusia 3
sampai 11 tahun. Dari 30 item tes, selain mengukur kemampuan mental juga mengukur
aspek fisiologis seperti :
 Tes koordinasi antara penglihatan dengan gerakan kepala
 Tes mengenai pegangan tangan membawa suatu benda lalu dimasukan
kedalam mulut
 Tes membedakan objek yang dimakan dan tidak dimakan
 Kemampuan untuk mengikuti instruksi-instruksi yang sederhana dalam
bentuk gambar
 Membandingkan panjang garis
 Tes mengulang tiga angka
 Kemampuan untuk membuat kalimat dengan kata-kata abstrak
 Menyebut nama-nama benda dalam bentuk gambar.
Tes ini dirancang sehingga mencakup rentang fungsi – fungsi yang luas, yang dianggap
Binet sebagai komponen hakiki intelegensi. Meskipun termasuk disini tes – tes indrawi
dan persepri proporsisi muatan verbal sebenarnya jauh lebih banyak ditemukan pada
skala ini ketimbang pada rangkaian tes tes lain.
Pada tahun 1908, skala kedua, jumlah tes di tingkatkan, sejumlah tes yang tidak
memuaskan dari skala terdahulu dihapus dan semua tes dikelompokkan dalam tingkatan
umur diatas dasar kinerja dari 300 anak normal berusia 3 sampai 13 tahun (dilakukan
penggolongan berdasarkan usia). Dengan demikian, pada level 3 tahun di tempatkan
semua tes yang sudah dilalui dan berhasil dikerjakan oleh 80 sampai 90% anak – anak
normal berusia 3 tahun. Begitu juga dengan level 4 tahun, semua tes yang dilalui oleh
anak – anak normal usia 4 tahun dan seterusnya sampai usia 13 tahun. Skor anak pada
seluruh tes bisa dirumuskan sebagai tingkatan mental yang berhubungan dengan usia
anak – anak normal yang kinerjanya di samakan. Bahkan sebelum revisi 1908, tes Binet –
Simon menarik perhatian luas para psikolog di seluruh dunia. Terjemahan dan adaptasi
muncul di banyak negara, termasuk di Amerika Serikat. Pertama kali dilakukan oleh H.H
Goddard kemudian oleh psikolog riset di Vineland Training School (untuk anak – anak
keterbelakangan mental).
Pada tahun 1911, di tahun ini merupakan revisi ketiga atas skala Binet – Simon
sekaligus tahun meninggalnya Binet pada usianya yang masih muda. Dalam skala ini, tak
dilakukan perubahan fundamental hanya saja revisi kecil dan relokasi atas tes – tes
khusus.Lebih banyak tes ditambahkan ke beberapa tingkatan usia dan skala ini diperluas
sampai pada level orang dewasa. Sistem skoring juga tetap dengan memberi bobot 0
sampai 2 untuk setiap soal.

Setelah dipakai selama lima tahun dilakukan revisi lagi setelah Binet meninggal pada
tanggal 18 Oktober 1911. Revisi tahun 1916 ialah revisi yang paling terkenal yang
dilakukan di Universitas Standford sehingga skala Binet di beri nama : “The Standford
of the Binet – Simon Intellegence Scale” atau di sebut Tes Standford Binet yang di
lakukan oleh Lewis Terman dan teman – temannya. Yang dirubah adalah item - item nya
ditambah 1/3 yang baru, tes lalu dialih bahasa dari bahasa Perancis ke bahasa Inggris.
Sudah dimulai dengan metode – metode cermat karena dikembangkan aspek psikologis
secara cermat.
Didalam tes sudah mulai menggunakan IQ yang diperkenalkan oleh William Stern
dengan rumus MA/CA. Sudah ada 90 item didalam pendekatan mengukur intelegensi,
tidak digunakan lagi cara lama yang menggunakan pengukuran secara terpisah – pisah
tetapi dilakukan terhadap kombinasi dengan sejumlah fungsi – fungsi mental dalam hal
penyajian dan skoring sudah dirubah sehingga penyajian sudah secara obyektif. Sejumlah
soal lama di revisi, dialokasikan ulang pada berbagai tingkat usia yang berbeda atau
disingkirkan. Keseluruhan skala ini di standarisasi ulang pada sebuah sampel orang
amerika yang terdiri dari kurang lebih 1000 anak dan 400 orang dewasa. Instruksi rinci
untuk penyelenggarakan tes dan menentukan skor telah disediakan.Adapun revisi 1916
masih mempunyai kelemahan yaitu :
 Validitas pengukuran intelegensi untuk tingkat mengengah sangat memuaskan
tetapi untuk tingkat yang rendah yaitu MA 4 tahun serta tingkat dewasa kurang
memuaskan
 Tes binet terlalu banyak mengukur kemampuan verbal.
Revisi tahun 1937 (Revisi I Skala Standford – Binet) dilakukan oleh Terman dan
Meril. Terdiri dari dua bentuk yang ekuivalen, L dan M. Dalam revisi ini, skalanya sekali
lagi diperluas dan distandarisasi ulang sepenuhnya berdasarkan sampel baru dari
masyarakat Amerika. Akan tetapi, meskipun ada upaya serius untuk memperoleh
potongan silang (cross – section) dari masyarakat, sampel yang terdiri dari 3.184
responden itu agak lebih tinggi daripada masyarakat AS dalam tingkat sosioekonomis
yang memuat akses dari kasus – kasus urban dan mencakup hanya orang – orang dengan
kulit putih yang lahir disana. Hasilnya banyak mengukur kemampuan verbal. Pada skala
37 diciptakan tes yang parallel antara lain bentuk L dan bentuk M atau form L dan form
M hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi familiar item – item tes tersebut.
Jumlah masing – masing adalah 129 item termasuk item pengganti. Mulai ada dewasa
rata – rata, dewasa superior I dan dewasa superior II. Mulai dari usia 2 tahun karena
sebelum 2 tahun anak cepat berubah.
Revisi tahun 1960 (Revisi II Skala Stanford – Binet) menyediakan satu bentuk tungal
(L-M) yang memuat soal – soal terbaik dari kedua bentuk 1937. Item – item dalam tes
Binet dari L dan M dapat digunakan dengan baik atau praktis dan obyektif. Dalam
mempersiapkan Standford – Binet 1960 para pengarang dihadapkan pada dilema umum
tes psikologis. Disatu pihak, revisi yang sering dilakukan memang dikehendaki dengan
maksud memamfaatkan kemajuan-kemajuan teknis dalam penyusunan tes, pengalaman
terdahulu dalam pengunaan tes, serta mempertahankan aktualitas tes itu. Pertimbangan
yang disebut terakhir ini terutama penting untuk soal-soal informasi dan materi
bergambar, yang bisa dipengaruhi oleh perubahan gaya dalam pakaian, perlengkapan
rumah tangga, mobil dan hal-hal umum lainya. Pengunaan isi tes yang tidak actual lagi
bisa secara serius memperkecil Rapport dan mengubah tingkat kesulitan soal-soal.
Dipihak lain, revisi bisa mengubah banyak data terakumulasi yang tidak dapat
diaplikasikan kebentuk baru. Perubahan – perubahan yang pokok menyangkut :
 Isi / item : menghapus item – item yang kurang memuaskan, menempatkan item
– item yang baik menurut kesulitan menyesuaikan skoring pada penempatan.
 Struktur : diketahui bahwa kelemahan tes 1937 adalah pada struktur yang
sedemikian rupa sehingga rerata pada setiap IQ bervariasi diatas 100, padahal
setiap rerata hrs 100. Karena hal tesebut disebabkan karena tingkat kesulitan item
ditentukan bardasarkan persentasi subjek dapat menjawab item tersbut. Akan
tetapi kenyataannya tidak, karena variasi persen pada item-item soal pada usia
rendah cenderung lebih tinggi. Tetapi pada usia tinggi item cenderung lebih
rendah. Pada skala 1960 lebih baik dari skala 1937.
 Isi Tabel: direvisi dengan diperluas hingga usia 17 & 18 tahun. Nampaknya
perubahan berdasarkan pada penelitian bahwa perkembangan kemampuan mental
IQ yang diukur dengan Standar Binet masih mengalami kenaikan 1 tahun setelah
16 thn. Agar IQ yang diperoleh pada tingkat usia dapat dibandingkan dengan
tingkat IQ pada usia lain dari perubahan tabel IQ .
 Perubahan Tabel IQ : IQ pada setiap tingkat usia dapat dibandingkan satu dengan
yang lain. IQ seseorang tanpa memperhatikan kesalahan pengukuran disa
dianggap, tetapi kecerdasan ada perubahan. Selisih IQ pada setiap tingkat usia
mempunyai arti yang sama apabila jarak atau selisih angka sama
Dalam melaksanakan tes Binet ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni sebagai
berikut :
 PROLOG :
1. Ucapkan Terima Kasih
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan psikologis
3. Menjelaskan prosedur pemeriksaan
4. Penjelasan tentang alat yang akan digunakan
5. Prosedur ijin kebelakang
6. Menanyakan kesiapan testee
7. Etika hasil
8. Mengecek alat-alat yang akan digunakan
9. Melaksanakan tes binet
10. Melakukan scoring tes binet
11. Membuat laporan
12. Mengecek alat-alat yang akan digunakan
13. Melaksanakan tes binet
14. Melakukan scoring tes binet
15. Membuat hasil laporan
Dimana tes akan dimulai. Beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk menentukan awal
tes Binet yaitu :
 Menetukan umur kronologis anak(CA)
 Tes dimulai pada titik dimana anak mempunyai kemungkinan untuk berhasil
akan tetapi dengan usaha
 Pada umumnya tes binet dimulai setengah tahun atau satu tahun dibawah umur
kronologis anak.
 Menentukan tingkat umur “basal” dan “celling” :
- Basal : Umur basal jika seseorang testee dapat menjawab seluruh item pada
suatu subtes.
- Celling : Umur “celling” jika seseorang tidak dapat menjawab seluruh item
pada suatu subtes. Klasifikasi IQ
Prinsip umum dalam pelaksanaan tes Binet yaitu seorang tester boleh mengulangi
pertanyaan lebih dari satu kali, tapi sedapat mungkin pertanyaan tersebut jangan diulang.
Apabila testee tidak mengerti pertanyaan yang diajukan , maka tester bias menjelaskan
bagian terpenting dari pertanyaan tersebut. Untuk tes ingatan tidak dapat diulang, kecuali
ada yang membuat testee tidak mengerti seperti suara tester yang tidak jelas atau
pendengaran testee yang kurang baik. Apabila jawaban yang diberikan meragukan dalam
penyajian tes, maka perlu dilakukan penjelasan lebih lanjut dari jawaban yang diberikan
oleh testee. Skor positif hanya apabila subjek tahu arti standar atau baku walaupun
jawaban lain betul.
Menurut saya, tes ini dibuat berdasarkan teori kecerdasan modern yang mengukur
beragam area kecerdasan. Tes ini memiliki realibilitas dan validitas yang kuat sehingga
dilakukan untuk mengukur secara objektif kemampuan, pemahaman dan penalaran
seorang anak. Tetapi aspek yang diukur dalam tes ini terlalu umum dan tidak dapat
mengukur kemampuan kreatif. Tes ini juga terlalu menekankan pada tes verbal dan
memori.

d. WECHSLER PRESCHOOL AND PRIMARY SCALE OF INTELEGENCY TEST


(WPPSI)
WPPSI merupakan sebuah tes kecerdasan (intelligence) yang dirancang untuk anak usia 2
sampai 6 tahun 3 bulan yang diciptakan oleh David Wechsler. Tes ini merupakan turunan
dari tes yang telah ia ciptakan sejak awal, yaitu Wechsler Adult Intelligence Scale and the
Wechsler Intelligence Scale for Children tests. Tes WPPSI dikembangkan sebagai sebuah
alat pengukuran kecerdasan untuk anak usia 4-6 tahun dalam respon peningkatan
kebutuhan untuk anak usia prasekolah. WPPSI dibagi menjadi 11 subtes, yang semuanya
ditahan dalam revisi tahun 1989. WPPSI-R diperluas cakupannya dengan rentang usia 3-
7 tahun 3 bulan dan diperkenalkan sebuah subtes yang baru, perkumpulan objek (Object
Assembly). WPPSI-III menggabungkan nomor-nomor yang berubah secara signifikan.
Peserta WPPSI – III menyediakan verban dan hasil dari skor IQ sebaik skala IQ yang
menyeluruh. Dalam tambahan, Processing Speed Quotient diketahui sebagai indeks
proses kecepatan dalam skala Wechsler yang sebelumnya dapat berasal dari anak usia 4
sampai 7 tahun 3 bulan. General Language Composite (gabungan bahasa yang umum)
dapat ditentukan untuk anak dalam kedua kelompok umur (2 tahun 6 bulan – 3 tahun 11
bulan dan 4 – 7 tahun 3 bulan). Anak dalam kelompok usia 2 tahun 6 bulan – 3 tahun 11
bulan, hanya diatur dalam lima subtes, yaitu Receptive Vocabulary, Block Design,
Information, Object Assembly, and Picture Naming.

Contoh Item, WPPSI terdiri dari 14 subtes. Mereka dirancang sebagai salah satu dari tiga
tipe yang ada; inti (core), tambahan (supplemental) atau pilihan (optional). Subtes inti
(Core Subtest) diperlukan untuk perhitungan dari lisan (verbal), penampilan
(performance) dan skala IQ yang menyeluruh (full scale IQ). Subtes tambahan
(Supplemental Subtest) menyediakan informasi tambahan mengenai kemampuan kognitif
atau dapat digunakan sebagai pengganti untuk tes yang tidak tepat. Subtes pilihan
(Optional Subtest) menyediakan tambahan informasi tentang fungsi kognitif tetapi tidak
dapat digunakan sebagai pengganti dari subtes inti (Core Subtes).
 Block Design (potongan blok) : Ketika mengamati sebuah model gagasan atau
sebuah gambar dalam buku stimulus, anak menggunakan satu atau dua blok
warna untuk membuat kembali pola sampai menetapkan batas waktu.
 Information (informasi) : Untuk item gambar, respon anak terhadap pertanyaan
dengan memilih sebuah gambar dari empat pilihan respon. Untuk item verbal,
anak menjawab pertanyaan yang ditujukan sebuah jarak yang lebar dari topik
pengetahuan yang umum.
 Matrix Reasoning (pertimbangan acuan) : Anak melihat pada sebuah susunan
yang belum lengkap dan memilih bagian yang hilang dari 4 atau 5 pilihan respon.
 Vocabulary (kosa kata) : Untuk item gambar, anak memberi menamai gambar
yang ditampilkan dalam buku stimulus. Untuk item verbal, anak mendefinisikan
untuk setiap kata yang dibacakan dengan keras oleh penguji.
 Picture Concepts (konsep gambar) : Anak memperkenalkan dua atau tiga baris
gambar dan memilih satu gambar dari setiap baris untuk membentuk sebuah grup
dengan karakteristik yang umum.
 Symbol Search (pencarian simbol) : Anak mengamati sebuah grup pencarian dan
menunjukkan apakah sebuah simbol yang dimaksud cocok dengan simbol yang
ada di dalam grup pencarian.
 Word Reasoning (pertimbangan kata) : Anak disuruh untuk menidentifikasi
konsep yang umum kemudian menguraikan dalam setial seri dan terus meningkat
petunjuk yang spesifiknya.
 Coding (pengkodean) : Anak menyalin simbol yang sepasang dengan bentuk
geometris yang sederhana. Menggunakan kunci, anak menggambar setiap simbol
dalam bentuk yang sama/cocok.
 Comprehension (pemahaman) : Anak menjawab pertanyaan yang dasar pada
pemahamannya dari prinsip umum dan situasi sosial.
 Picture Completion (melengkapi gambar/puzzle) : Anak melihat sebuah gambar
dan kemudian menunjukkan atau memberi nama bagian penting yang hilang.
 Similarities (persamaan) : Anak membaca kalimat yang tidak lengkap yang berisi
dua konsep yang dibagikan pada sebuah karakteristik umum. Anak disuruh untuk
melengkapi kalimat dengan memberikan sebuah respon yang mencerminkan
karakteristik yang dibagikan.
 Receptive Vocabulary (kosa kata yang diterima – anak melihat pada sebuah grup
yang terdiri dari empat gambar dan disuruh menunjukkan pada sebuah nama yang
disebutkan penguji.
 Object Assembly (kumpulan objek) – Anak memperkenalkan potongan puzzle
dalam sebuah susunan yang standar dan sesuai dengan potongan bersama untuk
membentuk sebuah keutuhan yang memiliki arti dalam waktu 90 detik.
 Picture Naming (Penamaan gambar) – Anak disuruh memberi nama gambar yang
ditunjukkan pada buku stimulus.

Dalam masalah penilaian atau skoring ecara umum, skoring dan juga penilaian pada
WPPSI dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada pada buku manual WPPSI. Skoring
dan penilaian dilakukan dengan menjumlahkan skor pada masing – masing subtest.
Setelah itu, dilakukan perubahan dari Raw Score menjadi Scaled Score pada masing –
masing subtest. Setelah itu, Scaled Score pada subtest verbal di jumlahkan, begitu pula
Scale Score pada subtest performance. Keduanya akan menghasilkan masing – masing
Verbal Score, Performance Score, dan Total Score. Gunakan Tabel pada buku manual
untuk merubah nilai tersebut menjadi IQ Verbal, IQ Perfomance, dan juga IQ Total, dan
tentukan kategori sesuai dengan kategori IQ dari David Wechsler, yaitu :
 Very Superior (>130)
 Superior (120 – 129)
 High Average (110 – 119)
 Average (90 – 109)
 Low Average (80 – 89)
 Borderline (70 – 79)
 Extremely Low (<69)

Menurut saya, tes WPPSI ini sangat banyak subtes nya sehingga apa yang ingin dicari
menggunakan tes ini benar – benar bisa terselesaikan dengan baik.

e. WECHSLER INTELLIGENCE SCALE FOR CHILDREN TEST (WISC)


Alat ukur ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Weschler pada tahun 1949 dan telah
mengalami beberapa revisi. Ia menciptakan skala intelegensi pada anak – anak yang di
kembangkan berdasarkan skala W-B (Wechsler – Bellevue Intelligence Scale) dan di
namakan WIBS (Wechsler Intelligence Scale For Children). Pada tahun 1974 di revisi
menjadi WISC – R (huruf R singkatan dari revised). Untuk yang diadaptasi di Indonesia
merupakan adaptasi sekala asli yang telah direvisi (penulis menduga ini merupakan
bentuk revisi ke III yang dilakukan pada tahun 1980an). Seperti namanya yang terdapat
kata children, alat tes ini diperuntukkan bagi anak berusia 6 sampai 16 tahun (Untuk usia
diatasnya ada alat tes WAIS). WISC – R terdiri dari 12 subtes yang dikelompokkan
menjadi dua golongan yaitu skala verbal dan skala performan.
 Subtest Verbal
1. Informasi (Information) : Jumlah soal 30 dan nilai tiap – tiap soal diberi
nilai 1 dan 0
2. Pemahaman (Comprehension) : Jumlah soal 14 dan nilai tiap – tiap soal
diberi 2, 1 dan 0
3. Hitungan (Arithmetic) : Jumlah soal 16
4. Persamaan (Similarities) : Jumlah soal 4 dan nilai tiap – tiap diberi nilai 1
atau bagi testee yang berusia 8 tahun atau lebih tua yang diperkirakan
tidak mengalami keterbelakangan mental jumlah soal 12 nilai 2, 1, dan 0
untuk tiap – tiap soal
5. Kosakata (Vocabulary) : Jumlah soal 4 Nilai tiap-tiap kata dinilai 2, 1 atau
0 kecuali kata-kata dari nomor 1-5 dinilai 2 atau 0
6. Rentang Angka (Digit Span) : Jumlah rangkaian 9 ANGKA MUNDUR
(DIGIT BACK WARD) Jumlah rangkaian 8
 Subtest Performance
1. Melengkapi Gambar (Picture Arrangement) : Jumlah gambar 20 Nilai tiap-
tiap gambar yang dijawab benar dinilai 1 MENGATUR GAMBAR
(PICTURE ARRANGEMENT) Bagi testee yang berusia 8 tahun atau
lebih tua yang diperkirakan tidak mengalami keterbelakangan mental.
Jumlah gambar 7 Nilai lihat table untuk tiap menitnya dan kelengkapan
urutan gambar
2. Susunan Gambar (Picture Completion)
3. Rancangan Balok (Block Design) : Bagi testee berusia 8 tahun atau yang
lebih tua dan diperkirakan tidak mengalami gangguan mental Jumlah
gambar 7-10.
4. Perakitan Objek (Object Assembly) : umlah rakitan 5 Nilai lihat pada tabel
buku petunjuk WISC
5. Sandi (Codes)
6. Labirin (Mazes)

Penilaian berdasarkan skor. Pemberian skor pada sub tes WISC-R berdasarkan benarnya
jawaban dan lamanya waktu dalam menjawab. Skor tersebut diterjemahkan dalam angka
standar melalui tabel norma, sehingga diperoleh angka IQ deviasi untuk skala verbal,
angka IQ deviasi untuk skala performansi dan angka IQ deviasi untuk skala keseluruhan.
Berdasarkan skala, intelegensi dapat digolongkan sebagai berikut:
 < 65 : (Mental Defective) Keterbelakangan mental
 66-79 : (Borderline) Lambat belajar
 80-90 : (Dull Normal) Lambat belajar
 91-110 : (Average) Rata-rata
 111-119 : (Bright Normal) Di atas rata-rata
 120-127 : (Superior) Superior
 > 128 : (Very superior) Sangat superior
Berdasarkan ukuran tingkat fungsi intelektual umum yang ditetapkan dalam bentuk IQ,
maka seseorang akan dianggap termasuk dalam golongan berkemampuan subnormal bila
mempunyai IQ kurang dari 65 berdasarkan klasifikasi Wechsler. Prevalensi penderita
dengan kemampuan subnormal berdasarkan klasifikasi ini sebesar 2,2% dari seluruh
populasi. Diantara klasifikasi normal dan subnormal terdapat kategori borderline atau
garis batas yaitu IQ antara 66-79.

Pelaksanaan tes juga tidak dibatasi oleh waktu, hanya ada beberapa persoalan saja yang
menggunakan batasan waktu. Tahapan yang harus dilakukan antara lain ialah :
 Menghitung Usia Norma WISC adalah berdasarkan usia testee sehingga tester
harus mengetahui usia testee saat di tes.
 Melakukan pengetesan. Dalam buku manual WISC terdapat panduan secara detail
apa yang perlu diucapkan oleh tester ketika melaksanakan tes. Tester harus
mengikuti prosedur tersebut dengan baik. Selain itu di dalam manual tersebut juga
terdapat petunjuk terkait soal nomor berapa yang harus diberikan kepada testee,
soal mana yang tidak perlu diberikan serta kapan tester harus berhenti
memberikan pertanyaan dalam setiap sub test, karena memang dalam WISC, tidak
semua soal perlu diberikan kepada testee.
 Melakukan scoring Buku manual WISC juga memberikan informasi kepada tester
nilai yang bisa diberikan dalam setiap jawaban testee (terdapat kunci jawaban).
Setelah semua jawaban diskoring dan ditotal pe rsub tes maka nilai masing-
masing sub test ini menjadi nilai di raw score. Raw score ini perlu dijadikan Scale
Score berdasarkan norma sesuai dengan usia testee.
 Menghitung IQ, IQ yang diperoleh di tes WISC ini ada tiga yaitu IQ Verbal, IQ
Performance dan IQ Lengkap. IQ Verbal didapatkan dari penyesuaian antara
jumlah angka skala verbal dengan norma verbal sesuai dengan usia testee. IQ
Performance di dapatkan dari penyeusian antara jumlah angka skala performance
dengan norma performance sesuai usia testee. Sedangkan IQ Lengkap didapatkan
dari penyesuaian antara jumlah angka skala verbal dan angka skala performance
dengan norma skala lengkap.

Menurut saya, sub tes demi sub tes WISC sangatlah runtu dan mendetail untuk setiap
subtes nya tetapi justru kadang bisa membuat partisipan atau yang mengikuti tes ini
tidak konsentrasi karena saking banyak nya sub test yang dilakukan pada tes ini.

f. CULTURE FAIR INTELLIGENCE TEST (CFIT)


CFIT merupakan tes yang dikembangkan oleh salah satu tokoh intellegensi terkenal yaitu
Raymond Bernard Cattel pada tahun 1949 yang merupakan seorang psikolog Inggris dan
Amerika yang dikenal untuk eksplorasinya di banyak wilayah psikologi. Tes ini
digunakan oleh Cattel untuk mengukur intelegensi inidvidu dalam suatu cara yang
direncanakan untuk mengurangi pengaruh kecakapan verbal, iklim budaya dan tingkat
pendidikan. Alasannya yaitu perbedaan budaya dapat mempengaruhi performance test
(hasil) sehingga dikembangkan tes yang adil budaya (culture fair) antara lain CFIT. Di
Indonesia dikenal dengan nama :
 Tes G Skala 2A (A7A)
 Tes G Skala 2B (A7B)
 Tes G Skala 3A
 Tes G Skala 3B
Tes CFIT terdiri dari 3 skala yang disusun dalam Form A dan Form B secara parallel. Tes
ini dibuat oleh Raymond Cattel dan Karen Cattel serta sejumlah staff penelitian dari
Institute of Personality and Ability Testing (IPAT) di Universitas Illinois, Amerika
Serikat Tahun 1949. Tes ini biasanya digunakan untuk tes klasikal bagi subyek – subyek
berusia 13 tahun sampai dengan dewasa.
Tes ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan umum atau di sebut dengan G-Factor.
Menurut teori kemampuan nya Cattell, CFIT adalah untuk mengukur Fluid Ability
seseorang yang dimaksudkan kemampuan kognitif seseorang yang bersifat herediter.
Kemampuan kognitif yang Fluid ini dalam perkembangan individu selanjutnya
mempengaruhi kemampuan kognitif lainnya yang di sebut dengan Cristalized Ability.
Maka penggunaan CFIT akan lebih lengkap apabila disertai dengan penggunaan tes – tes
intelegensi umum lainnya yang mengukur Cristalized Ability misalnya tes intelegensi
umum 69 atau Tintum bentuk A atau bentuk B. Culture Fair Intelligence Tes mempunyai
3 skala yaitu :
 Skala 1 : Usia 4 sampai 8 tahun dan orang dengan retardasi mental. Tidak ada
bentuk A dan B serta terdiri dari 8 subtes
 Skala 2 : Usia 8 sampai 15 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki
kecerdasan dibawah normal. Ada bentuk A dan B serta terdiri dari 4 subtes
 Skala 3 : Usia > 15 tahun atau untuk usia sekolah lanjutan atas dan untuk orang
dewasa dengan kecerdasan tinggi. Ada bentuk A dan B serta terdiri atas 4
subtes

Waktu penyajian untuk setiap bentuk membutuhkan waktu sekitar 20 sampai 40 menit
tergantung pada daya paham kelompok atau subyek.
 Waktu pelaksanaan skala 1 :
1. Tes 1. Subitusi : 3’
2. Tes 2. Klasifikasi : 2’
3. Tes 3. Mazes : 2,5’
4. Tes 4. Selecting Name : 2,5’
5. Tes 5. Following Direction : 4’
6. Tes 6. Wrong Picture : 2,5’
7. Tes 7. Riddles : 3,5’
8. Tes 8. Similarities : 2’
 Waktu Pelaksanaan Skala 2 & 3 :
1. Subtes 1. Seri : 3’
2. Subtes 2. Klasifikasi : 4’
3. Subtes 3. Matriks : 3’
4. Subtes 4. Persyaratan : 2,5’

Petunjuk penyajian soal ialah sebagai berikut :


 Subtes 1 Series : Disebelah atas, anda akan menemukan sederet kotak yang berisi
urutan gambar. Namun, kotak terakhir belum ada isinya. Tugas anda adalah
mengisi kotak tersebut dengan gambar yang sesuai yang bisa dipilih dari enam
pilihan jawaban yang tersedia, yaitu A, B, C, D, E, dan F. perlu diingan bahwa
gambar – gambar pada soal memiliki pola tertentu sehingga untuk mengisinya
anda perlu memahami pola dari urutan gambar tersebut. Pada subtes 1 aspek
yang diukur ialah sistematika berpikir, yaitu kemampuan berpikir runtut untuk
memahami rangkaian suatu permasalahan yang berkesinambungan.
 Subtes 2 Clasification : Pada setiap soal anda akan menemukan 5 buah gambar
yang disusun secara berdampingan. Telitilah gambar – gambar tersebut. Tugas
anda adalah menemukan 2 gambar yang tepat yang memiliki karakteristik yang
sama. 3 gambar lainnya berfungsi sebagai pengecoh, sehingga berhati – hati
dalam menentukan pilihan. Pada subtes 2 aspek yang diukur adalah ketajaman
diferensiasi, yaitu kemampuan untuk mengamati hal-hal yang detil secara tajam
dan berpikir dengan kritis untuk mengidentifikasi permasalahan.
 Subtes 3 Matrices : Dibagian sebelah kiri, anda akan menemukan sebuah kotak
besar yang didalamnya terdapat kotak – kotak kecil bergambar. Di dalam kotak
besar terdapat kotak kecil bergambar garis tebal miring. Perhatikan bahwa bagian
sebelah kanan bawah masi kosong. Tugas anda adalah melengkapibagian kosong
tersebut dengan salah satu dari 5 pilihan jawaban di sebelah kanan. Pada subtes 3
aspek yang diukur adalah aosiasi, yaitu kemampuan analisa-sintesa untuk
menghubungkan dua atau lebih permasalahan yang serupa.
 Subtes 4 Topology : Terdapat kotak yang berisikan gambar dan mempunyai titik
hitam tebal. Tugas anda adalah mencari gambar yang mempunyai titik hitam,
dimana titik hitam tersebut berada pada 2 gambar sekaligus. Pada subtes 4 aspek
yang diukur adalah pemahaman konsep, yaitu kemampuan memahami suatu
prinsip untuk diterapkan ke dalam situasi yang berbeda.

Klasifikasi IQ CFIT :

Menurut saya tes CFIT, mengedepankan keefektifan dan keefisienan dalam aspek waktu
dan tempat. Karena telah deprogram oleh sistem sehingga proses pemeriksaan dapat
langsung menemukan hasil nya. Jadi penggunaan kertas dalam pengerjaan menjadi
hemat. Tetapi masih ada resiko manipulasi pada saat pengerjaan tes ini dan masiih rentan
dengan kerusakan sistem.
g. INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST)
Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi individu.
Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953.
Amthauer mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-
rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat
dikenali (dilihat) melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes.
Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan
hipotesis kerja sebagai berikut:

“Komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang
dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan
yang lainnya.”

Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori bifaktor,
teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori hirarki faktor. Berdasarkan
teori faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes
yang terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling
berhubungan karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tapi
ada juga yang tidak berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus
(special factor). Sedangkan kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari
seluruh skor subtes-subtes. Maka Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang
terdiri dari 9 subtes (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009). Karakteristik
dari baterai tes Amthauer menunjukkan adanya suatu interkorelasi yang rendah antar
subtesnya (r=0.25) dan korelasi antara subtes dengan jumlah (keseluruhan subtes) yang
rendah pula (r=0.60).

Semenjak diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para
koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an.
 Tes IST 1953 : Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk
individu usia 14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari
4000 subjek pada tahun 1953.
 Tes IST 1955 : Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955
rentang usia untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek
dalam penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada
pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia.
 Tes IST 1970 : Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang
menyarankan pengkoreksian dengan mesin juga pengembangan tes setelah
penggunaan lebih dari 10 tahun, maka disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak
terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan
2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2, atau C3 dan D4. Dua bentuk
lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus. Pada IST 70,
rentang kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Disamping itu
telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada IST 70
terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan
menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes
ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau
tidak mengerti kalimatnya.
 Tes IST 2000 : Sebagai koreksi dari IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada
soal hitungan.
 Tes IST 2000 – R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan
subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:
1. Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE,
AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA.
2. Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural
3. Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes
Wissentest (tes pengetahuan).
IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas
Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan
oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah
IST UNPAD, 2009).
Fungsi dan Tujuan IST antara lain ialah tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh),
yang terdiri dari bagian- bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur).
Dimana struktur intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan
cocok untuk profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum
digunakan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan
dan karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.
Subtes-subtes dalam IST terdiri dari sembilan subtes yang keseluruhannya berjumlah 176
aitem. Masing-masing subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan
diadministrasikan dengan menggunakan manual (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST
UNPAD, 2009). Sembilan subtes dalam IST, yaitu:
 Subtest Satzerganzung (SE) : Melengkapi kalimat. Pada subtes ini yang diukur
adalah pembentukan keputusan, common sense (memanfaatkan pengalaman masa
lalu), penekanan pada praktis-konkrit, pemaknaan realitas, dan berpikir secara
berdikari/ mandiri.
 Subtest Wortuaswahi (WA): Melengkapi kalimat. Pada subtes ini akan diukur
kemampuan bahasa, perasaan empati, berpikir induktif menggunakan bahasa, dan
memahami pengertian bahasa.
 Subtest Analogien (AN) : Persamaan kata. Pada subtes ini yang diukur adalah
kemampuan fleeksibilitas dalam berpikir, daya mengkombinasikan, mendeteksi
dan memindahkan hubungan- hubungan, serta kejelasan dan kekonsekuenan
dalam berpikir.
 Subtest Gemeinsamkeiten (GE) : Sifat yang dimiliki bersama. Pada subtes ini hal
yang akan diukur adalah kemampuan abstraksi verbal, kemampuan untuk
menyatakan pengertian akan sesuatu dalam bentuk bahasa, membentuk suatu
pengertian atau mencari inti persoalan, serta berpikir logis dalam bentuk bahasa.
 Subtest Rechhenaufgaben (RA): Berhitung. Dalam subtes ini aspek yang dilihat
adalah kemampuan berpikir praktis dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning,
dan kemampuan mengambil kesimpulan.
 Subtest Zahlenreihen (ZR) : Deret angka. Dalam subtes ini akan dilihat bagaimana
cara berpikir teoritis dengan hitungan, berpikir induktif dengan angka-angka, serta
kelincahan dalam berpikir.
 Subtest Figurenauswahl (FA): Memilih bentuk. Pada subtes ini akan mengukur
kemampuan dalam membayangkan, kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan
analisa), berpikir konkrit menyeluruh, serta memasukkan bagian pada suatu
keseluruhan.
 Subtest Wurfelaufgaben (WU) : Latihan balok. Pada subtes ini hal yang akan
diukur adalah daya bayang ruang, kemampuan tiga dimensi, analitis, serta
kemampuan konstruktif teknis.
 Subtest Merkaufgaben (ME): Latihan simbol. Subtes ini mengukur daya ingat,
konsentrasi yang menetap, dan daya tahan.
Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa setiap
jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk semua subtes
(SE, WA, AN, RA, ZR, FA, WU, & ME), kecuali subtes 04-GE, setiap jawaban benar
diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Khusus untuk subtes 04-GE, tersedia
nilai 2, 1, dan 0; karena subtes ini berbentuk isian singkat maka nilai yang akan diberikan
tergantung dengan jawaban yang diberikan oleh subjek. Total nilai benar yang sesuai
dengan kunci jawaban merupakan Raw Score (RW); nilai ini belum dapat diinterpretasi
sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang sudah dibandingkan dengan norma
disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW inilah yang dapat menjadi materi
untuk tahap selanjutnya, yaitu interpretasi. Adapun norma yang digunakan adalah sesuai
dengan kelompok umur subjek.
Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat dilakukan.
Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan
interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam Diktat Kuliah IST
UNPAD, 2009). Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut:
 Taraf kecerdasan. Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat
diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan
perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu
dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok
seusianya.
 Dimensi Festigung-Flexibilität. Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan
corak berpikir yang dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität
merupakan dua kutub yang ekstrim, Keduanya menggambarkan corak berpikir
yang ekstrim pula. Kutub Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak,
sedangkan kutub Flexibilität memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak
berpikir ini merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan
semakin mantap ke salah satu kutub seiring bertambahnya usia. Cara menentukan
seseorang subjek apakah memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat
adalah dengan membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila
GE+RA lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya
jika nilai AN+ZR lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat.
 Profil M-W. Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis
atau praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini
dapat dilihat dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik.
Jika grafik menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya
adalah M (verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka
profilnya adalah W (praktis-konkrit).

Menurut saya, tes IST lebih meminimalisir adanya manipulasi ataupun kecurangan
karena dapat mengawasi ujian secara langsung. Penjelasan juga lebih merinci dibanding
tes lain karena langsung bertatap muka. Tetapi itu membuat waktu pemeriksaan menjadi
lebih lama, pemeriksaan juga memerlukan ketelitian yang ekstra dan juga membutuhkan
tempat pemeriksaan yang khusus.

h. COLOURS PROGGRESIVE MATRICES (CPM)


CPM (Colours Progressive Matrices) merupakan salah satu alat tes terbaik untuk
mengatur intelegensi umum, dimana CPM dapat mendeskripsikan kemampuan abstrak
atau pemahaman non verbal. CPM dipergunakan mengukur taraf kecerdasan bagi anak-
anak yang berusia 5 sampai 11 tahun. CPM selain dapat digunakan bagi anak normal
dapat pula digunakan bagi anak abnormal atau mental defective. Dimana tes ini dapat
disajikan secara individual atau klasikal.

CPM dikeluarkan pada tahun 1938 M oleh John C.Raven. merupakan salah satu tes
Raven’s Progressive Matrices (sering disebut hanya sebagai Matriks Raven’s) dari 2 tes
lainnya, yaitu Standar Progressive Matrices (SPM) dan Advanced Progressive Matrices
(APM). Pertama kali digunakan di Britania Raya pada tahun 1938 dalam penelitian
mengenai asal usul genetic dan lingkungan dari “kemampuan kognitif”.

Bentuk tes CPM ada dua macam yaitu berbentuk cetakan buku dan yang lainnya
berbentuk papan dan gambar-gambarnya tidak berbeda dengan yang di buku cetak.
Aspek yang di ukur pada CPM adalah :
 Berpikir logis atau bernalar, yaitu kemampuan untuk menarik kesimpulan yang
sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar
sesuai dengan pengetahuan sebelumnya.
 Kecapan pengamatan ruang, yaitu kemampuan untuk membayangkan dan
menganalisa ruang dengan baik.
 Kemampuan berpikir analogi, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah
dengan menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya untuk
menyelesaikan masalah yang baru.
 Kemampuan memehami hubungan antara keseluruhan dan bagian, yaitu
kemampuan untuk memahami hubungan antara pola gambar besar dengan pola
gambar kecil.

Menurut saya, digunakan untuk mengungkapkan taraf kecerdasan atau mengukur


intelegensi umum, dimana CPM dapat mendeskripsikan kemampuan abstrak atau
pemahaman non verbal. Tes ini disusun berdasarkan pengukuran spearman atas factor
umum.
i. ADVANCED PROGRESSIVE MATRICES (APM)
Tes Advanced Progressive Matrices (APM) salah satu alat tes non verbal yang
dikembangkan oleh Raven yang merupakan tipe tes kedua dari tes yang ia kembangkan.
Tes Advanced Progressive Matrices digunakan untuk mengukur kemampuan dalam hal
pengertian dan melihat hubungan – hubungan bagian gambar yang tersaji serta
menggambarkan pola fikir yang sistematis penyajiannya dapat dilakukan secara klasikal
dan individu. Selain itu, tes ini juga mampu membedakan secara tajam antara mereka
yang tergolong memiliki inteligensi unggul dari yang lainnya. Tes ini terdiri dua set yaitu
set I mencangkup 12 soal dengan waktu pengerjaan 5 menit dan tes II mencangkup 36
soal dengan waktu pengerjaan 40 menit. Pemberian soal set I kepada testi ditunjukkan
dengan maksud untuk menjelaskan prinsip-prinsip kerjanya, dan kemudian dilanjutkan ke
set II dimana pengukuran sebenarnya dilakukan. Soal-soal pada set II meliputi persoalan-
persoalan yang mampu menjadi alat pengukur pada proses berpikir tinggi secara analitis
sehingga APM berguna untuk mendapatkan gambaran tentang laju kecepatan dan
keberhasilan belajar yang mungkin dicapai seseorang didalam suatu bidang studi
(Sunarya, 2017).

Menurut saya, tes APM berguna untuk mengukur kemampuan intelektual orang normal
tanpa batasan waktu dan dipakai diatas 11 tahun. Tes ini juga digunakan untuk
kemampuan observasi yang berguna untuk mengukur tingkat intelegensi.

j. STANDARD PROGGRESSIVE MATRICES (SPM)


Standard Proggressive Matrices (SPM) adalah tes inteligensi yang dirancang oleh J.C
Raven pada tahun 1936 serta diterbitkan pertama kali di tahun 1938. SPM yang dijumpai
di Indonesia yaitu hasil revisi pada tahun 1960. Tes SPM mengukur kecerdasan orang
dewasa. Tes ini mengungkapkan faktor general (G faktor) atau kemampuan umum
seseorang. Tes SPM digunakan secara individual atau klasikal dan waktu penyajian yang
dibutuhkan 30 menit (Kumolohadi & Suseno, 2012).
Tes SPM terdiri dari lima (5) kelompok soal (A, B, C, D, E), dimana masing-masing
kelompok soal berisi 12 soal. Dengan demikian, jumlah keseluruhan soal adalah
sebanyak 60 soal (A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10, A11, A12, B1, B2, B3, B4,
B5, B6, B7, B8, B9, B10, B11, B12, C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9, C10, C11,
C12, D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7, D8, D9, D10, D11, D12, E1, E2, E3, E4, E5, E6, E7,
E8, E9, E10, E11, E12). Pada masing-masing kelompok soal, setiap soal akan bergerak
dari soal yang mudah hingga soal yang sulit, dimana kondisi ini menunjukkan bahwa
dibutuhkan kapasitas kognitif yang lebih besar untuk memasukkan dan menganalisa
informasi di dalam otak kita. Semua kelompok soal pada tes ini disajikan dengan dicetak
tinta hitam pada latar putih (hitam putih).
Secara operasional, subjek diberi soal dan diminta memilih jawaban yang paling tepat
serta ia dapat menuliskan jawabannya di lembar jawaban khusus yang telah disediakan.
Didalam tes SPM terdapat soal seri A nomor 1 dan 2 sebagai contoh soal sehingga dalam
pengerjaannya soal seri A nomor 1 dan 2 dikerjakan oleh subjek bersamaan dengan tester
saat memberikan instruksi pengerjaan tes SPM. Subjek harus bekerja dengan cepat dan
teliti pada saat tes dimulai sampai akhir tes (Kumolohadi & Suseno, 2012).
Pemberian skor dengan memperoleh nilai 1 untuk aitem soal yang dijawab benar dan
memberi nilai 0 untuk jawaban yang tidak benar. Soal seri A nomor 1 dan 2 hanya
digunakan sebagai contoh dan harus dipastikan benar sehingga secara teoritis range nilai
akan bergerak dari 2 sampai dengan 60. Skor total adalah jumlah jawaban benar yang
dapat dikerjakan oleh subjek yang kemudian akan diinterpretasikan secara normatif
menurut norma penilaian tes SPM (Kumolohadi & Suseno, 2012).
Raven (dalam Kumolohadi & Suseno, 2012) menjelaskan bahwa tes SPM tidak
memberikan skor berupa suatu angka IQ seseorang, melainkan dengan tingkatan (grade)
inteligensi menurut besarnya skor total dan usia subjek. Tingkat inteligensi subjek
dikelompokkan berdasarkan atas nilai persentil sebagai berikut:
 Grade I yaitu Intellectually superior ditujukan bagi subjek yang memiliki nilai
persentil 95 ke atas.
 Grade II yaitu Difenitelly above the avarage in intellectual capacity ditujukan bagi
subjek yang memiliki nilai terletak diantara persentil 75 sampai dengan persentil
95.
 Grade III yaitu Intellectually avarage ditujukan bagi subjek yang memiliki nilai
terletak diantara persentil 25 sampai dengan 75.
 Grade IV yaitu Difenitelly below the avarage in intellectual capacity ditujukan
bagi subjek yang memiliki nilai terletak diantara persentil 5 sampai dengan
persentil 25.
 Grade V yaitu Intellectually defective ditujukan bagi subjek yang memiliki nilai
yang terletak pada dan di bawah persentil 5.
SPM adalah alat tes yang lebih sederhana dan tugas yang diberikan juga lebih mudah.
Namun melalui SPM, seseorang hanya dapat mengetahui kategorisasi atau tingkatan
(grade) rata-rata dari inteligensinya (Kumolohadi & Suseno, 2012).
Cara penilaian pada tes ini adalah memberi nilai 1 pada jawaban yang benar, dan nilai 0
pada jawaban yang salah. Sehingga skor mentah atau Raw Scored maksimal yang dapat
diperoleh adalah 60 (RS maksimal = 60). Setelah Raw Score diperoleh, maka tester perlu
mengubah skor tersebut ke dalam bentuk persentil. Jika sudah diubah menjadi persentil,
maka tester akan dapat menggolongkan testee ke dalam Grade dan Kapasitas Intelektual.
Sebagai catatan, kunci dan norma untuk tes SPM sudah ditentukan, namun kunci dan
norma tersebut tidak akan dipaparkan dalam modul ini, dengan pertimbangan Kode Etik
Psikologi yang berlaku.
Aspek yang diukur pada SPM antara lain :
 Daya Abstraksi, yaitu kemampuan menangkap, membayangkan, dan menganalisa
suatu hal yang dilihat atau ditangkap indera kita secara abstrak.
 Berpikir Logis / Menalar, yaitu kemampuan untuk menarik kesimpulan yang sah
menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar
sesuai dengan pengetahuan sebelumnya.
 Berpikir Sistematis, yaitu kemampuan untuk mengerjakan atau menyelesaikan
suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan
yang tepat, efektif, dan efisien.
 Kecepatan & Ketelitian, yaitu kemampuan untuk menangkap, mengolah informasi
dengan cepat dan teliti.

Menurut saya, tes SPM ini mengasah kecepatan dan ketepatan dalam mengerjakan soal
tes, hasil skor dapat dibandingkan dengan norma untuk menunjukkan tingkat kemampuan
mental seseorang. Tetapi soal dalam tes ini tidak mudah untuk dikerjakan, banyak soal
yang membutuhkan ketelitian.

k. TES INTELEGENSI KOLEKTIF INDONESIA (TIKI)


TIKI merupakan akronim dari Tes Intelegensi Kolektif Indonesia. Tes ini diciptakan
berdasarkan kerja sama antara Indonesia dan Belanda. Tujuan dari dibuatnya tes ini
adalah untuk melihat standar intelegensi di Indonesia serta membuat alat tes intelegensi
yang berdasarkan norma Indonesia (Nuraeni, 2012).Tes ini secara keseluruhan dibagi
menjadi tiga tes, TIKI Dasar, TIKI Menengah dan TIKI Tinggi.
 TIKI Dasar :
TIKI Dasar merupakan tes intelegensi yang paling awal dari ketiga tes yang ada.
Tes intelegensi ini diperuntukan untuk anak-anak yang ada pada tingkat sekolah
dasar hingga sekolah menengah pertama kelas dua. TIKI Dasar mengukur
intelegensi dengan berhitung angka, penggabungan bagian, eksklusi gambar,
hubungan kata, membandingkan beberapa gambar, labirin/maze, berhitung huruf,
mencari pola, eksklusi kata dan terakhir mencari segitiga (Nuraeni, 2012).
 TIKI Menengah :
TIKI Menengah merupakan alat tes intelegensi kedua dalam rangkai TIKI yang
diperuntukkan untuk anak yang berada pada tingkat sekolah menengah pertama
kelas tiga hingga sekolah menengah atas. Pada TIKI Menengah, peserta tes akan
diminta untuk berhitung angka, penggabungan bagian, menghubungkan kata,
eksklusi gambar, berhitung soal, meneliti, membentuk benda, eksklusi kata,
bayangan cermin, berhitung huruf, membandingkan beberapa benda dan terakhir
adalah pembentukan kata (Nuraeni, 2012).
 TIKI Tinggi :
TIKI Tinggi menjadi ala tes intelegensi yang termasuk ke dalam rangkaian TIKI
yang berada paling akhir dan memiliki tingkat kesusahan yang paling kompleks
dalam TIKI. TIKI Tinggi sendiri diperuntukan bagi individu yang ada pada
tingkat perguruan tinggi serta orang dewasa. Pada TIKI Tinggi, peserta tes akan
diminta untuk berhitung angka, penggabungan bagian, menghubungkan kata,
abstraksi non verbal, deret angka, meneliti, membentuk benda, eksklusi kata,
bayangan cermin, menganalogi kata, bentuk tersembunyi dan terakhir adalah
pembentukan kata (Nuraeni, 2012).

Menurut saya, tujuan dibuat nya tes ini adalah melihat standar intelegensi Indonesia serta
membuat alat tes intelegensi yang berdasarkan norma Indonesia.

l. SON
SON merupakan akronim dari Snijders Oomen Non Verbal Scale. SON merupakan salah
satu tes inteligensi non verbal digunakan untuk individu dengan rentan usia 3 – 16 tahun.
Alat tes ini juga tidak hanya sebatas untuk individu dalam kondisi normal namun juga
dapat digunakan untuk individu dengan disabilitas seperti tunarungu. Alat tes ini dapat
digunakan oleh individu dengan tunarungu dikarenakan tes SON berbentuk puzzle dan
rangkaian gambar yang perlu dicocokan dan peserta tidak dituntut untuk menjawab
perintah yang diberikan. SON sendiri dirancang mulai pada tahun 1939 – 1942, di
Amsterdam dan kemudian dalam perkembangannya banyak dilakukan revisi-revisi pada
aitem alat tes ini (Nuraeni, 2012).

Menurut saya, SON ialah salah satu tes intelegensi non verbal yang digunakan untuk
individu dengan rentang usia 3 sampai 16 tahun. Alat tes ini juga tidak hanya sebatas
digunakan untuk individu normal saja tetapi untuk distabilitas seperti tunarungu.

Anda mungkin juga menyukai