Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah hemangioma yang digunakan sangatlah luas. Hemangioma dipakai
sebagai istilah untuk menjelaskan berbagai kelainan perkembangan vaskular,
termasuk di dalamnya penyakit akibat malformasi vaskular. Banyaknya
klasifikasi-klasifikasi serta kemiripannya secara klinis membuat klinisi sulit
membedakan lesi/tumor akibat malformasi vaskular dengan lesi/tumor
hemangioma. Hemangioma muncul saat lahir, meskipun demikian dapat hilang
sendiri beberapa bulan setelah lahir. Hemangioma dapat muncul pada setiap
bagian tubuh, meskipun demikian hemangioma lebih mengganggu bagi para
orang tua ketika hemangioma tumbuh pada muka atau kepala bayi.
Hemangioma adalah tumor jaringan lunak yang tersering pada bayi baru
lahir dengan persentase 5-10% pada anak-anak yang berusia kurang dari satu
tahun. Meskipun dilihat dari jumlah kejadian hemangioma yang cukup besar pada
anak-anak, tapi patogenesisnya tidak sepenuhnya dapat dimengerti, dan
penanganan yang terbaik untuk hemangioma masih controversial. Prevalensi
hemangioma 1 3% pada neonatus dan 10% pada bayi sampai umur 1 tahun.
Lokasi tersering pada hemangioma pada kepala dan leher (60%), dan sekitar 20%-
nya merupakan lesi yang multiple. Bayi baru lahir prematur merupakan faktor
resiko yang telah teridentifikasi, terutama neonatus dengan berat badan lahir di
bawah 1500 gram. Rasio kejadian wanita dibanding pria 3 : 1.
Adanya kesalah pahaman konsep bahwa kebanyakan dari lesi/tumor ini
akan menghilang secara spontan dalam tahun-tahun awal kehidupan
mengakibatkan terjadinya kesalahan diagnosa. Akibatnya, lesi/tumor yang
seharusnya dirawat, malah dibiarkan tanpa perawatan. Hal itu tentu sangat
merugikan pasien.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini asuhan keperawatan ini adalah untuk
membahas mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya penyakit
urtikaria.

1
BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Hemangioma adalah tumor jinak atau hamartoma yang terjadi akibat
gangguan pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat
terjadi disegala organ seperti hati, limpa, otak, tulang, dan kulit (Hamzah Mochtar.
1999).
Hemangioma adalah suatu kelainan pembuluh darah bawaan yang tidak
ikut aktif dalam peredaran darah umum. Hemangioma bukanlah tumor neoplastik
sekalipun mempunyai kecenderungan untuk membesar. Ia merupakan
mesodermal excess dari jaringan vaso formative.
Hemangioma adalah proliferasi dari pembuluh darah yang tidak normal
dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah (Anonim, 2005).

B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis
sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti
Basic Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor
(VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-
faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor
misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factorbeta, dan transforming growth
factorbeta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma (Kushner, et al., 1999;
Katz, et al., 2002).

C. MANIFESTASI KLINIK
1. Hemangioma kapiler, berupa:
- Terdapat pada waktu lahir dan timbul beberapahari sesudah lahir.
- Tampak sebagi bercak berwarna merah menyala,tegang berbentuk
lobular, berbatas tegas dan keras pada perabaan dan makin lama makin
besar.

2
- Ukuran dan dlm nya sangat bervariasi, ada yang subkutan
berwarna kebiruan.
- Involiusi spontan ditandai oleh memucatnyawarna didaerah
sentral,lesi menjadi kurang tegang dan lebih mendatar.

2. Hemangioma kavernosum
- Lesi tidak berbtas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau
nodus yang berwarna merah sampai ungu
- Bila ditekan mengempis dan akan cepat menggembung lagi lagi
bila dilepas
- Lesi terdiri atas elemen vaskular yang matang.
- Bentuk kevernosum jarang terjadi involusi
3. Hemangioma Campuran.
- Campuran antara jenis kapiler dan kavernosum.
- Tanda dan gejala terdiri atas gambaran ke 2 jenis hemangioma.
- Sebagian besar ditemukan pada ekstrimitas inferior, biasanya
unilateral, solitar.
- Dapat terjadi sejak lahir/masa anak-anak
- Lasi berupa tumor yg lunak , berwarna merah kebiruan yg kmdian
pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verakosa

D. PATOFISIOLOGI
Hemangioma merupakan sisa-sisa jaringan vaso formative dari jaringan
mesodermal dan mempunyai kemampuan untuk berkembang. Meskipun
mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan involusi
hemangioma tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai pertumbuhan dari
pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk.
Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana prekusor sel endotel
meningkatkan pembentukan pembuluh darah, mengingat angiogenesis
berhubungan dengan perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada dalam
sistem vaskular tubuh.
Selama fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dari sel-sel
endotel dari kapiler-kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk
proliferasi dari antigen inti sel, collagenase tipe IV, basic fibroblastic growth

3
factor, vascular endothelial growth factor, urokinase, dan E-selectin, dapat
dikenali oleh analisis imunokimiawi. Hemangioma superfisial dan dalam,
mengalami fase pertumbuhan cepat dimana ukuran dan volume bertambah secara
cepat. Fase ini diikuti dengan fase istirahat, dimana perubahan hemangioma
sangat sedikit, dan fase involusi dimana hemangioma mengalami regresi secara
spontan. Selama fase involusi, hemangioma dapat hilang tanpa bekas.
Hemangioma karvernosa yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun
fase involusi sempurna, akhirnya meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat.
Beberapa hemangioma kapiler dapat involusi lengkap, tidak meninggalkan bekas.

E. PATHWAY KEPERAWATAN

Trauma saat Kelainan pembentukan Belum diketahui


lahir pemb. darah

vaskulogenesis

Prekusor sel endotel


meningkatkan pembentukan
pemb. darah

Proliferasi pemb. darah

HEMANGIOMA

Bercak merah yg makin Benjolan merah Byk ditemukan pd


lama makin besar,keras bila keunguan,bila ditekan ekstre.inferior,unil
diraba&berbatas tegas mengempis & ateral,soliter,benjo
mengembung
4 kembali lan lunak,merah
bila dilepaskan kebiruan
Hemangioma kapiler
(superfisial Hemangioma Hemangioma
hemangioma) kavernosum campuran

Sering hilang dg
sendirinya,tdk Dpt tumbuh dg cepat dan mengakibatkan
meninggalkan bekas deformitas (kelainan jaringan)

Resiko
Gangguan rasa
Prosedur tinggi
aman : cemas
pembedahan (eksisi) cidera

Resiko Nyeri
tinggi akut
infeksi

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC/PENUNJANG
Kebanyakan hemangioma mudah didiagnosis tanpa memerlukan
pemeriksaan penunjang. Namun demikian hemangioma profunda atau lesi
superfisialis yang meragukan memerlukan pemeriksaan penunjang untuk
komfirmasi diagnosis dan evaluasi ekstensinya.

1. Radiografi
Radiografi mempunyai manfaat yang terbatas dalam penegakan
diagnosis hemangioma. Gambaran yang ditunjukan bisa berupa bayangan masa
yang isodens dengan otot, bila di dekat tulang dapat memberikan gambaran
periosteal reaction.
2. Ultrasonografi (USG)

5
USG merupakan pemeriksaan nonivasif yang umumnya digunakan
sebagai penunjang diagnosis untuk hemangioma profunda dan viseralis.
Gambaran USG hemangioma bervariasi dan tidak spesifik misalnya pada
hemangioma hepar, yang memberikan gambaran ekogenic.

3. CT-Scan
Pada CT-Scan tanpa kontras, hemangioma akan tampak sebagai lesi
hipodens (low-density mass) dan adanya pendesakan terhadap jaringan normal
sekitarnya.

G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi
lainnya. Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding
pembuluh darah karena tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan
pembuluh darah di bawahnya terus tumbuh (Katz, et al., 2002).
2. Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi,
perdarahan, dan sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga
terjadi akibat ruptur (Kushner, et al., 1999).
3. Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu
dikira bahwa trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata
kemudian bahwa dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit
yang mengalami sekuesterisasi (Katz, et al., 2002).
4. Gangguan penglihatan
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan
dan harus lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan
pada sumbu penglihatan (visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah
astigmatisma yang disebabkan tekanan tersembunyi dalam bola mata atau desakan
tumor ke ruang retrobulbar (Kushner, et al., 1999).

6
H. PENATALAKSANAAN
Ada 2 cara :
1. Cara konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami
pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum
dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus
mengadakan regresi sampai umur 5 tahun (Hamzah, 1999).
Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi.
Apabila hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal
(Kantor, 2004).

2. Cara aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah
hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan
tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang
mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang
mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas jaringan (Anonim, 2005).

2.1. Pembedahan
Indikasi :
1. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya
dalam beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
2. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
3. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan
sesudah 6-7 tahun.
4. Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang
tumbuh cepat, mungkin memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya
(Hamzah, 1999).

2.2. Radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak
ditinggalkan karena:

7
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang
pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif.
2. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu
lama.
3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan
menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.

2.3. Kortikosteroid
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
1. Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital.
2. Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
3. Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
4. Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.
5. Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan
hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum,
dan campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan
perlahan-lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan
kortikosteroid dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada
lesi yang tumbuh cepat (Hamzah, 1999).
Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu
penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran
lesi secara cepat, sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma
kavernosa atau hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara
oral dan injeksi langsung pada hemangioma (Kantor, 2004).
Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan
infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan
terhambat (Anonim, 2005).

2.4. Obat sklerotik


Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya
dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan

8
NaCl hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri
dan menimbulkan sikatrik (Hamzah, 1999).
2.5. Elektrokoagulasi
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral
arterinya, juga untuk hemangioma senilis dan granuloma piogenik
(Hamzah, 1999).
2.6. Antibiotik
Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi.
Selain itu dilakukan perawatan luka secara steril (Anonim, 2005).

I. PENGKAJIAN FOKUS
Dalam melakukan pengkajian pada klien menggunakan pendekatan
bersifat menyeluruh yaitu :

A. Pengumpulan data :

I. Biodata

Identitas klien : nama , umur ,jenis kelamin , agama , pendidikan ,


pekerjaan , tanggal MRS , tanggal pengkajian, diagnostic medic.

Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, hubungan dengan klien.

B. Riwayat Kesehatan

Keluhan utama : merupakan gambaran yang dirasakan klien sehingga


dating ke RS untuk menerima pertolongan dan mendapatkan perawatan
serta pengobatan.

Riwayat kesehatan sekarang : menguraikan keluhan secara PQRST.


Misalnya : pasien (biasanya wanita tua) mungkin melaporkan penurunan
kemampuan untuk mengangkat , pasien menyatakan nyeri beberapa lama
,letak nyeri,dll.

9
Riwayat kesehatan masa lalu : merupakan riwayat kesehatan yang
berkaitan dengan penyakit sebelumnya dan riwayat pemeriksaan klien.
Apakah alergi terhadap zat makanan,cuaca,obat-obatan,dsb.

Riwayat kesehatan keluarga : memuat riwayat adakah anggota keluarga


yang menderita penyakit yang sama adakah anggota keluarga yang
menderita penyakit akut / kronis serta melampirkan genogram klien.

C. Pemeriksaan fisik

- Keadaan umum

Keadaan fisik : sedang,ringan,berat

Tanda-tanda vital : tekanan darah,nadi,suhu,pernafasan

Tingkat kesadaran : composmentis,apatis,spoor,somnolent

- Kulit

Inspeksi : warna kulit dan kebersihan kulit

Palpasi : suhu,tekstur,kelembaban,apakah ada nyeri tekan, apakah ada


massa / benjolan atau apakah ada odema.

- Kepala

Inspeksi : apakah penyebaran rambut merata ,apakah ada luka di


kepala,apakah kebersihan kulit terjaga.

Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa / benjolan

- Wajah

Inspeksi : apakah ada luka di wajah,apakah wajah tampak pucat atau tidak.

Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.

- Mata

10
Inspeksi : apakah sclera ikterus atau tidak, apakah konjungtiva pucat atau
tidak ,apakah palpebra oedema atau tidak.

Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.

- Hidung

Inspeksi : apakah ada polip,perdarahan,secret,dan luka

Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan

- Telinga

Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen

Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau apakah ada massa / benjolan

- Mulut

Inspeksi : apakah bibir tampak kering atau sariawan

Palpasi : apakah ada nyeri tekan

- Leher

Inspeksi : apakah ada kelenjar thyroid dan kelenjar limfe

Palpasi : apakah terjadi pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfe

- Ketiak

Inspeksi : apakah tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening

Palpasi : apakah teraba adanya pembesaran getah bening

- Dada dan pernapasan

Inspeksi : bentuk dada normal/abnormal,apakah simetris kiri dan kanan

Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan

Perkusi : apakah suara paru soror,redup,pekak,atau tympani

11
Auskultasi : suara nafas apakah vesikuler atau broncovesikuler,apakah ada
suara tambahan,misalnya : roles,ronchi.

- Jantung

Inspeksi : untuk mengetahui denyut dinding toraks yaitu ictus cordis pada
ventrikel kiri ICS 5 linea clavikularis kiri

Palpasi : untuk meraba dengan jari II,III,IV yang dirasakan pukulan/


kekuatan getar dan dapat dihitung frekuensi jantung (HR) selama satu
menit penuh.

Perkusi : untuk mengetahui batas-batas jantung

Auskultasi : untuk mendengar bunyi jantung

- Abdomen

Inspeksi : apakah ada jaringan parut striase,apakah permukaan abdomen


datar ,pengembangan diafragma simetris kiri dan kanan

Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa/benjolan

Perkusi : apakah ada sura tympani atau tidak

Auskultasi : apakah ada suara bising usus atau tidak.apakah peristltik


ususnya normal atau tidak.

- Genetalia dan anus

Inspeksi : apakah ada benjolan atau tidak

Palapsi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan

- Ekstermitas

a. Ekstermitas atas

Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan otot

Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan

12
Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan
tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.

Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps

Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri,


sentuhan,temperature,rasa ,gerak dan tekanan.

b. Ekstermitas bawah

Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki,dan kekuatan otot

Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan

Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan


tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.

Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps

- Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan ,


temperature , rasa , gerak dan tekanan.

D. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

Menurut GORDON ada 11 pola kegiatan sehari-hari yang meliputi :


kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan, kebutuhan eliminasi, istirahat, personal
hygiene, persepsi kognitif, persepsi dan konsep diri, aktivitas dan latihan,
kebutuhan seksual, mekanisme koping, kepercayan / keyakinan. Adapun data
dasar pengkajian pada pasien dengan urtikaria adalah :

- Aktivitas atau istirahat

Gejala : malaise,perubahan pola tidur

- Sirkulasi

Tanda : TD normal/sedikit dari jangkauan normal (selama curah jantung


tetap meningkat) kulit hangat kering,bercahaya,pucat,lembab.

13
- Eliminasi

Gejala : -

- Makanan atau cairan

Gejala :Jarang ditemukan pada pasien anoreksia

Tanda : Jarang ditemukan pasien dengan keadaan penurunan BB.


Penurunan lemak subkutan/massa otot (malnutrisi). Pengeluaran haluaran
konsentrasi urine. Perkembangan kearah oliguri, auria.

- Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, pusing, pinsang

Tanda : Gelisah, ketakutan

- Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala : Kejang obdominal, lokalisasi rasa sakit, pruritas umum (urtikaria).

- Pernafasan

Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan, suhu:


umumnya meningkat (37,95 C atau lebih), tetapi kadang subnormal.

- Seksualitas

Gejala :Pruritas perineal

Tanda : Maserasi vulva, pengeringan vagina purulen.

- Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : Masalah kesehatan kronis/melemahkan, misalnya: hati, ginjal,


DM, kecanduan alcohol, penggunaan anti biotic (baru saja atau jangka
panjang).

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

14
1. Nyeri b/d penekanan daerah vaskularisasi dan syaraf
2. Resiko tinggi injury b/d prosedur pembedahan
3. Resiko infeksi b/d perawatan tidak adekuat dari orangtua
4. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang tindakan operatif pada anak

K. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri b/d penekanan daerah vaskularisasi dan syaraf

Tujuan : Setelah diberikan perawatan nyeri dapat berkurang

dan akhirnya hilang.

Kriteria :

a. klien tidak mengeluh sakit

b. tidak nampak meringis

c. skala nyeri berkurang

Intervensi:

a. Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri

R/ Hasil kajian dapat membantu penentuan perawatan dan

terapi pengobatan.

b. Pantau TTV

R/ Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh nyeri terhadap

sistemm tubuuh lain.

c. Anjurkan klien untuk mengatur posisi tubuhnya agar daerah

luka tidak tertekan.

R/ Untuk melancarkan vaskularisasi

d. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksimpada klien dan

keluarga.

15
R/ Tehnik napas dalam dapat meminimalisir nyeri yang

dirasakan dengan terpenuhinya kebutuhan O2 jaringan.

e. Anjurkan dan dukung untuk menciptakan suasana yang

nyaman.

R/ keadaan lingkungak berpengaruh pada sensitifitas sensasi

seseorang.

f. Kolaborsi pemberian obat penghilangnyeri dan antibiotik

untuk mencegah penyebab luka lebih lanjut.

2. Resiko tinggi injury b/d prosedur pembedahan


Tujuan : klien dapat memahami prosedur pembedahan
Kriteria :
a. Klien dapat menerima inform konsent dengan benar disertai
dokumentasi
b. Klien menerima tindakan personal hygine sebelum operasi
c. Klien menerima persiapan operasi dengan tepat
d. Klien terbebas dari komplikasi post operasi

Intervensi :

1. Tanyakan pada ortu apakah ada pertanyaan mengenai


prosedur yang akan dilakukan
R/ Mengetahui pemahaman ortu dan sebagai bahan kolaborasi
Inform konsent merupakan tanggung jawab kerja team
2. Cek inform konset apakah sudah ditandatangani, kontrak
dengan dokter untuk menentukan apakah ortu telah mendapat
informasi mengenai prosedur operasi
R/ Sebagai perlindungan terhadap tuntutan orangtua terhadap
tindakan operasi
3. Cek ulang apakah inform konsent sudah ditandatangani
saksi
R/ Sebagai perlindungan terhadap tuntutan orangtua terhadap
tindakan operasi
4. Bersihkan daerah operasi sesuai prosedur
R/ Mengurangi resiko infeksi pada area operasi
5. Lakukan prosedur enema

16
R/ Mengosongkan rektum untuk mencegah kontaminasi saat
operasi
6. Lengkapi pemeriksaan laboratorium yang diprogramkan
R/ Deteksi awal kesiapan operasi
7. Pertahankan anak tetap puasa
R/ Mencegah terjadinya aspirasi
8. Yakinkan anak mendapat cairan sebelum dipuasakan
R/ Mencegah resiko dehidrasi/hipoglikemia
Mencegah resiko selama operasi
9. Anjurkan anak untuk BAK sebelum premedikasi
R/ Mengosongkan kandung kemih untuk mencegah
inkontinensia selama operasi
3. Resiko infeksi b/d perawatan tidak adekuat dari orangtua
Tujuan : klien terbebas dari infeksi
Kriteria :
a. Klien terbebas dari infeksi
b. Klien dapat mandiri dalam memberikan perawatan

Intervensi :

1. Berikan penyuluhan pada klien untuk menjaga luka tetap


bersih
R/ Memotivasi klien untuk menjaga kebersihan luka
2. Berikan penyuluhan pada keluarga tentang cara
membersihkan nanah atau darah dengan gaas bersih
R/ Mencegah kontaminasi bakteri
3. Observasi adanya tanda-tanda infeksi
R/ Melihat adanya tanda infeksi
4. Gangguan aman : cemas berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang tindakan operatif pada anak

Tujuan : kecemasan klien berkurang bahkan hilang

Kriteria :

a. Klien menunjukkan rasa aman

b. Klien dapat menjelaskan secara sederhana tentang

prosedur atau hal-hal yang perlu dipehatikan pada fase pre

dan post operatif

c. Klien menunjukkan relaksasi optimal dan support

17
adekuat sebelum operasi

Intervensi:

a) Beri informasi tentang persiapan operasi dan orientasikan


orangtua dan anak terhadap lingkungan yang baru.
R/ Mengurangi kecemasan orangtua terhadap lingkungan baru

b) Beri penjelasan pada keluarga tentang waktu dan prosedur


operasi.
R/ Meningkatkan perasaan aman pada keluarga
c) Beri penjelasan persiapan prosedur operasi jika ada indikasi
(nasogastrik tube, pasang IVFD, balutan luka, drainase)
R/ Penjelasan yang adekuat menambah pemahaman sehingga
terjalin kerjasama yang adekuat dengan perawat
d) Beri penjelasan indikasi dilakukannya pembedahan
khususnya prosedur operasi serta penjelasan prinsip dasar
secara singkat
R/ Merupakan informasi yang menguatkan keputusan ortu
untuk tindakan operasi bagi anaknya
e) Berikan sedasi sebelum operasi, ciptakan lingkungan yang
familier, tempatkan klien di ruangan yang menyenangkan dan
jelaskan prosedur yang dijalani
R/ Meningkatkan relaksasi dan rasa aman
f) Selama menunggu operasi anjurkan keluarga atau teman
dekat untuk menemani anak
R/ Memberi rasa aman dan dukungan pada klien

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Identitas Data
Nama : An.R
Umur : 9 Bulan

18
Nama Ayah/Ibu : Tn.Z/Ny.N
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu :-
Alamat : Kampung Rawa Tengah RT 06/RW 07 No.10
Johor Baru Jak-Pus
Kultur : Betawi
Agama : Islam
Pendidikan Ayah/Ibu : SMP/SMP

B. Keluhan Utama
Untuk operasi benjolan sebesar telur puyuh di tengkuk sebelah kanan

C. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


1. Prenatal
Selama kehamilan ibu memeriksakan kehamilan 6 x di bidan, TT (+),
emesis/hiperemesis (-), tidak mengikuti senam hamil

2. Natal
Anak lahir di bidan swasta, lahir spontan langsung menangis, berat badan
lahir 3400 gr

3. Postnatal
Selama postnatal, tidak ada keluhan, anak minum ASI dan tidak diberikan
makanan tambahan, sakit berat selama periode ini tidak ada

D. Riwayat Masa Lampau


1. Penyakit waktu kecil
Anak tidak pernah sakit berat hanya batuk dan pilek biasa, dua minggu
yang lalu anak terkena cacar air dan sekarang sudah sembuh. Benjolan
pada tengkuk dimulai pada 40 hari setelah kelahiran dengan kemerahan

19
pada area tengkuk kanan. Kemudian semakin membesar. Saat cacar,
benjolan juga terkena dan terluka sehingga mengeluarkan darah.

2. Pernah dirawat di rumah sakit


Tidak pernah

3. Obat-obatan yang digunakan


Bila anak sakit biasanya diberikan obat-obat bebas (seperti bodrexin,
tempra dll). Untuk keluhan benjolan tidak pernah diberikan obat.

4. Tindakan operasi
Tidak pernah

5. Alergi
Pada daerah kepala dan punggung nampak bintik-bintik biang keringat
berwarna kemerahan. Menurut ibu, tidak ada riwayat alergi.

6. Kecelakaan
Menurut ibu anaknya pernah terjatuh dari tempat tidur sebanyak dua kali
tapi tidak apa-apa hanya menangis saja

7. Imunisasi
Lengkap, kecuali Campak yang belum diberikan karena anak sempat sakit
cacar air.

E. Riwayat Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti asma,
diabetes mellitus dan penyakit gangguan jiwa

F. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Yang mengasuh anak adalah ibu sendiri dan kadang-kadang dibantu oleh
nenek klien

2. Hubungan dengan anggota keluarga

20
Anak adalah anak kedua dengan kakak berusia 4 tahun, anak sering
bertengkar dengan kakaknya karena berebutan mainan. Secara umum
hubungan dengan anggota keluarga baik.

3. Hubungan dengan teman sebaya


Klien berumur 9 bulan dan belum mampu berinteraksi dengan teman
sebaya

4. Pembawaan secara umum


Klien tampak lincah dan suka menggumamkan kata-kata yang belum jelas
artinya

G. Kebutuhan Dasar
1. Makanan yang disukai/tidak disukai
Anak hanya mendapat ASI dan air putih saja sejak lahir. Ibu pernah
mencoba memberikan susu formula dan bubur promina tetapi anak tidak
mau dan memuntahkannya. Produksi ASI menurut ibu masih cukup tetapi
sudah mulai berkurang daripada bulan lalu. Anak menyusui 10 12 kali
sehari dan bila rewel langusng diberikan ASI.

2. Pola tidur
Anak tidur 10 12 jam sehari

3. Mandi
Anak dimandikan dua kali sehari, memakai sabun dikeringkan dengan
handuk dan bedak gatal untuk mengobati biang keringat setelah mandi.

4. Aktifitas bermain
Anak sangat aktif bermain dan cepat bosan dengan satu jenis mainan.

5. Eliminasi
BAB 1 2 kali sehari, BAK 6 8 kali sehari, masih ngompol, tidak
memakai pampers dengan alasan mahal.

21
H. Keadaan Kesehatan Saat Ini
1. Diagnosa Medis
Hemangioma Collii

2. Tindakan operasi
Eksisi area hemangioma

3. Status Nutrisi
Berat badan klien 9,5 kg (90 per sentil), menurut ibu terjadi penurunan
setengah klilogram semenjak sakit cacar hingga sekarang, conjunctiva
merah muda. Hb sebelum tranfusi 8,8 gr/dl dan post tranfusi 14,4 gr/dl
(dua kali tranfusi).

4. Status cairan
Oedema tidak ada, tidak terpasang infus

5. Obat-obatan
Belum diberikan

6. Aktifitas
Selama dirawat, klien tidak ada perubahan dalam aktifitas dan tetap lincah

7. Tindakan keperawatan
Penyuluhan tentang persiapan operasi dan pemberian makanan pada anak

8. Hasil Laboratorium
Hb post tranfusi 14,4 gr/dl, Hematokrit 302 juta, leukosit 9200, Hb Plasma
372.000

9. X-Ray
Tidak dilakukan

10. Lain-lain
Benjolan mulai muncul dengan bercak kemerahan 40 hari setelah lahir
dengan diameter 2 x 2 cm dan tidak terasa nyeri. Lemudian membesar

22
dengan diameter 3 x 2 x 2 cm dengan ulserasi (+), darah (+). Mulai keluar
darah campur lendir sejak benjolan terkena cacara air.

I. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : kesadaran compos mentis tampak sakit ringan

2. Tinggi badan : 60 cm

3. Lingkar kepala : 42 cm

4. Berat badan : 9,5 kg

5. Kulit : banyak bintik-bintik biang keringat, anak sering berkeringat

6. Tengkuk : terdapat benjolan sebesar telur puyuh pada area sebelah


kanan, mengeluarkan darah. Kaku kuduk (-)

7. Mata : conjunctiva merah muda, sklera tidak pucat, simetris

8. Telinga : tidak terdapat perlukaan, tidak terdapat cairan, cerumen


(+)

9. Hidung : tidak ada pilek, bersih

10. Mulut : bersih dan tidak terdapat stomatitis.

11. Gigi : atas tumbuh empat buah dan gigi bawah dua buah

12. Dada : simetris tidak tampak adanya chest indrawing

13. Paru-paru : suara nafas vesikuler, ronchi(-), wheezing (-)

14. Jantung : BJ I dan BJ II terdengar normal, murmur (-), gallop (-)

15. Perut : tidak distensi

23
16. Punggung : banyak bekas cacar air dan terdapat bintik biang
keringat

17. Gene talia : tidak dikaji

18. Ektremitas : simetris, pergerakan baik dan tidak ada kelainan

19. Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan

20. Tanda vital : S 36,9 C, N 90 x per menit, R 35 kali per menit, T


80/50 mmHg
J. Pemeriksaan tingkat perkembangan

1. Kemandirian dan bergaul


Anak masih malu-malu dan takut pada orang baru dan belum bisa lepas
dari ibu atau bapaknya

2. Motorik Halus
Anak sudah bisa memegang benda kecil dengan jempol dan jari telunjuk
tetapi belum begitu sempurna

3. Kognitif dan bahasa


Anak sudah bisa menggumamkan kata-kata yang belum bermakna
misalnya mamapa.

4. Motorik Kasar
Anak sudah bisa berdiri dengan pegangan, anak bisa berjalan dengan
dituntun dan belum bisa berdiri tanpa pegangan

K.Informasi Lain
Saat membersihkan darah dari luka pada benjolan ibu menggunakan kain
gendongan, anak tampak tidak bersih. Ibu merasa cemas terhadap tindakan
operasi, belum menandatangani informed consent.
L.Ringkasan riwayat keperawatan

24
Klien datang dengan keluhan benjolan pada tengkuk bagian kanan dan
direncanakan akan dilakukan tindakan operasi pada tanggal 27 April 1999.
Benjolan mengeluarkan darah sejak terkena cacar.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang tindakan operatif pada anak
2. Resiko tinggi injury b/d prosedur pembedahan
3. Resiko infeksi b/d perawatan tidak adekuat dari orangtua

C. INTERVENSI

1. Gangguan aman : cemas berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang tindakan operatif pada anak

Intervensi:

a) Beri informasi tentang persiapan operasi dan orientasikan


orangtua dan anak terhadap lingkungan yang baru.
b) Beri penjelasan pada keluarga tentang waktu dan prosedur
operasi.
c) Beri penjelasan persiapan prosedur operasi jika ada indikasi
(nasogastrik tube, pasang IVFD, balutan luka, drainase)
d) Beri penjelasan indikasi dilakukannya pembedahan
khususnya prosedur operasi serta penjelasan prinsip dasar secara
singkat
e) Berikan sedasi sebelum operasi, ciptakan lingkungan yang
familier, tempatkan klien di ruangan yang menyenangkan dan
jelaskan prosedur yang dijalani
f) Selama menunggu operasi anjurkan keluarga atau teman
dekat untuk menemani anak
2. Resiko tinggi injury b/d prosedur pembedahan
Intervensi :
a) Tanyakan pada ortu apakah ada pertanyaan mengenai
prosedur yang akan dilakukan

25
b) Cek inform konset apakah sudah ditanda tangani, kontrak
dengan dokter untuk menentukan apakah ortu telah mendapat
informasi mengenai prosedur operasi
c) Cek ulang apakah inform konsent sudah ditandatangani
saksi
d) Bersihkan daerah operasi sesuai prosedur
e) Lakukan prosedur enema
f) Lengkapi pemeriksaan laboratorium yang diprogramkan
g) Pertahankan anak tetap puasa
h) Yakinkan anak mendapat cairan sebelum dipuasakan
i) Anjurkan anak untuk BAK sebelum premedikasi
3. Resiko infeksi b/d perawatan tidak adekuat dari orangtua

Intervensi :

a) Berikan penyuluhan pada klien untuk menjaga luka tetap


bersih
b) Berikan penyuluhan pada keluarga tentang cara
membersihkan nanah atau darah
c) Observasi adanya tanda-tanda infeksi

D. IMPLEMENTASI

DX 1
1. Jam 10.50 wib
Memberikan motifasi kepada orang tua px
2. Jam 11.00 wib
Memberikan penjelasan tentang penatalaksanaan operasi.

DX 2
1. Jam 11.20 wib
Memberikan pertanyaan kepada orang tua px apakah sudah mengerti
tentang penjelasan penatalaksanaan operasi
2. Jam 11.45 wib
Orang tua px menandatangani inform consent
3. Jam 13.00 wib
Mempersiapkan tempat operasi

DX 3

26
1. Jam 09.00 wib
Memberikan penyuluhan kepada px untuk menjaga luka tetap bersih.
2. Jam 09.15 wib
Memberikan penyuluhan pada keluarga tentang cara membersihkan nanah
3. Jam 13.00 wib
Mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi

E. EVALUASI

DX 1
S (Subyektif): Ibu pasien mengatakan tidak cemas akan tindakan yang
dilakukan kepada anaknya
O (Obyektif): keluarga tampak tenang dan tidak gelisah, pertanyaan
tentang indikasi tindakan keperawatan sudah tak ditanyakan.
A(Assesment): masalah teratasi
P (Planning): intervensi dihentikan.

DX 2
S (Subyektif) : orang tua px mengatakan sudah mengerti tentang tentang
penjelasan penatalaksanaan operasi
O (Obyektif) : orang tua tampak tenang dan menandatangani inform
consent
A (Assesment) : masalah teratasi
P (Planning) : intervensi dihentikan

DX 3
S (Subyektif) : orang tua pasien mengatakan sudah mampu membersihkan
luka sesuai prosedur
O (Obyektif) : orang tua pasien dapat membersihkan luka secara mandiri

27
A (Assesment) : masalah teratasi
P (Planning): intervensi dihentikan

BAB IV
PEMBAHASAN

Data fokus yang terdapat pada teori dan terdapat di dalam kasus, yaitu:
a. Cemas, pada kasus keluarga pasien mengalami kecemasan akan tindakan yang
akan dilakukan kepada pasien.
Diagnosa : Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang tindakan operatif pada anak.
Diagnosa ini menjadi diagnosa prioritas pertama, berdasarkan gangguan
kebutuhan dasar manusia ke dua menurut Abraham Maslow cemas karena apabila
hal ini tidak segera ditangani tindakan operasi dapat menaikkan tingkat
kecemasan pasien dan keluarga dan meningkatkan hormon pemicu stress.
Setelah dilakukan asuhan keperwatan selama 1x 24 jam pada diagnosa ini
kriteria hasil sudah tercapai dengan diperoleh data : S (Subyektif) : Ibu pasien
mengatakan tidak cemas akan tindakan yang dilakukan kepada anaknya
O (Obyektif): keluarga tampak tenang dan tidak gelisah, pertanyaan tentang
indikasi tindakan keperawatan sudah tak ditanyakan, A(Assesment) : masalah
teratasi, P (Planning) : intervensi dihentikan.
Berdasarkan perbandingan antara data yang muncul dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan maka penulis merumuskan masalah cemas
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang tindakan operatif pada anak

28
Dengan. Planning intervensi di hentikan. Karena rasa cemas keluarga pasien
terhadap tindakan operatif yang dilakukan pada anak sudah hilang. Keluarga
pasien nampak lebih tenang.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemangioma kapiler adalah suatu tumor yang berasal dari pembuluh
darah bersifat kongenital dan terdiri kapiler dan kavernosa. Hemangioma terutama
timbul pada anak-anak, terkadang pada saat baru lahir dengan jenis yang paling
sering adalah tipe kapilare. Etiologi terjadinya hemangioma masih belum jelas,
dan pertumbuhan hemangioma ini dapat menggangu fungsi, kosmetik dan
menyebabkan komplikasi yang serius pada organ lain.
Pada kasus ini dilaporkan, kasus hemangioma kapilare pada seorang anak
yang menyebabkan gangguan fungsi bicara dan menelan, karena usia penderita,
posisi dan ukuran lesi maka dilakukan ekstirpasi bedah dengan anestesi umum.
Setelah pengontrolan selama tiga bulan tidak ditemukan adanya gejala rekurensi
dan terdapat perbaikan berat badan anak.

B. Saran
Dalam melakukan tulisan dan menjelaskannya kepada orang lain harus
mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dari
seharusnya. Begitu juga dalam penulisan Asuhan keperawatan harus dapat

29
dimengerti dan menjelaskan secara lengkap apalagi menyangkut penyakit yang
berbahaya.
Tulisan yang baik harus didasari atas kemampuan intelektual dan jiwa seni
dalam menulis sehingga pembaca dapat mengerti dari maksud dan tujuan. Semoga
tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Mochtar, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta.
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Edisi 9. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif, dan Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta : Salemba Medika.
https://id.scribd.com/upload-document?
archive_doc=135128600&escape=false&metadata=%7B%22context
%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read
%22%2C%22action%22%3Afalse%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C
%22platform%22%3A%22web%22%7D
http://ilmu-ilmukeperawatan.blogspot.co.id/2011/01/askep-hemangioma.html
http://lolullabylipop.blogspot.co.id/2011/11/askeb-hemangioma.html
http://eprints.ums.ac.id.NASKAH_PUBLIKASI.pdf

30

Anda mungkin juga menyukai