OLEH :
INSTALASI ANESTESI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Selasa
1.1 Pengertian
Hemangioma adalah tumor jinak atau hamartoma yang terjadi akibat gangguan pada
perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat terjadi disegala organ seperti
hati, limpa, otak, tulang, dan kulit.Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor
vaskuler jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak
normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi
pada bayi baru lahir dan pada anak usia kurang dari 1 tahun (5-10%).
1.2 Etiologi
Hemangioma terbentuk ketika pembuluh darah kecil tumbuh secara tidak normal, dan
berkumpul menjadi satu. Belum diketahui apa yang memicu terjadinya kondisi tersebut,
namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko munculnya hemangioma, yaitu :
b) Lahir prematur
1.3 Patofisiologi
Hemangioma terjadi pada fase yang berbeda-beda. Hemangioma dibagi menjadi 3 fase yaitu
a) Fase proliferatif yang ditandai dengan pertumbuhan hemangioma secara cepat dimulai
b) Fase plateau di mana lesi stabil dan tidak banyak bertumbuh selama 6–12 bulan awal
kehidupan.
c) Fase involusi, yang biasa terjadi mulai 1 tahun pertama kehidupan dan berlanjut
hingga beberapa tahun. Pada fase involusi, hemangioma akan menjadi lebih lembut,
dan terjadi perubahan warna dari merah terang menjadi ungu atau abu-abu
Pertumbuhan hemangioma ini bisa terjadi di beberapa bagian tubuh tidak hanya bagian luar
a) Kulit
Hemangioma yang terjadi pada permukaan kulit bisa berkembang apabila terdapat
proliferasi pembuluh darah abnormal pada satu area tubuh.Namun, para ahli tidak
bisa memastikan kenapa darah tersebut berkelompok dan diduga terjadi karena
kulit ini terbentuk pada lapisan atas kulit atau pada lapisan lemak dibawahnya yang
disebut dengan lapisan subkutan. Awalnya, hemangioma akan terlihat seperti tanda
b) Hati
Hemangioma yang yang berbentuk seperti hati dan timbul pada permukaan hati
dianggap sensitif dengan estrogen. Pada masa menopause, wanita umumnya akan
menurunnya kadar estrogen alami. Kelebihan estrogen ini bisa menjadi pemicu
c) Selain di kulit dan juga hati, hemangioma juga dapat tumbuh dibeberapa area tubuh
lain seperti paru paru, ginjal, otak dan juga usus besar. Untuk hemangioma yang
tumbuh di rongga mulut dan rongga otak disebut dengan hemangioma kavernosa.
1.4 Klasifikasi
b) Granuloma piogenik.
c) Cherry-spot (ruby-spot), angioma senillis.
b) Hemangioma keratonik.
c) Hemangioma vaskular
3. Telangiektasis :
a) Nevus flameus.
b) Angiokeratoma.
c) Spider angioma.
Dari segi praktisnya, umumnya para ahli memakai sistem pembagian sebagai berikut:
1. Hemangioma kapiler
- Salmon patch
- Spider angioma
- Strawberry mark
2. Hemangioma kavernosum
Tanda dan gejala hemangioma tergantuk pada jenis hemangioma itu sendiri.
Pada hemangioma kapiler berupa bercak merah tidak menonjol dari permukaan kulit.
“Salmon patch” berwarna lebih muda sedang “Port wine stain” lebih gelap kebiru-
Pada hemangioma kavernosum tampak suatu benjolan, kemerahan, terasa hangat dan
“compressible” (tumor mengecil bila ditekan dan bila dilepas dalam beberapa waktu
membesar kembali).
Sedangkan pada hemangioma campuran (kapiler dan kavernosum) ada yang disertai
1.6 Penatalaksanaan
Dari segi pengobatan, karena adanya persamaan-persamaan dalam tindakan, maka dapat
a. Strawbery mark
b. Hemangioma kavernosum
c. Hemangioma campuran
2. Golongan II
a. Salmon patch
3. Golongan III
2. Pembedahan
a) Eksisi hemangioma
Bukan cara yang ideal karena kesukaran teknis, perdarahan banyak, tidak dapat
mengambil secara tuntas tanpa merusak organ setempat, untuk hemangioma kecil
kurang dari 1 cm, di daerah nasolabialis eksisi akan memberi hasil baik.
e) Sclerozing agent
f) Kortikosteroid : dosis pemberian per oral 20-30 mg/hari selama 2-3 minggu, dan
3. Menunggu
Tindakan ini dilakukan atas dasar pertimbangan, bahwa hemangioma ini akan
mengalami involusi spontan. Hemangioma ini sudah ada sejak lahir atau timbul
sementara sesudah lahir.Kemudian membesar dengan cepat sampai umur 6-9 bulan.
Selama 1 tahun berikutnya ia tumbuh pelan sampai maksimum besarnya pada lebih
kurang umur 1 tahun. Kemudian mulai terjadi involusi spontan.Perjalanan involusi ini
B. Pengobatan Golongan II :
Salmon patchdanPort wine statis, tidak mengadakan regresi spontan. Tindakan eksisi
kemudian defek ditutup dengan skin graft atau dengan flap memberikan hasil lebih jelek
dari sebelum operasi. Penanganan yang memberi hasil memuaskan dengan sinar Laser
Argon.
1. USG
dalam ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe.USG secara umum
Pemeriksaan menggunakan alat ini merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik
untuk mengenali suatu hemangioma infantil dan membedakannya dari massa jaringan
lunak lain.
2. MRI
MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui lokasi dan
membedakan hemangioma yang sedang berproliferasi dari lesi vaskuler aliran tinggi
memberikan gambaran seperti pada lesi vaskuler aliran rendah (misalnya malformasi
vena)
3. CT scan
Pada sentra yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT scan
walaupun cara ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau aliran darah.
4. Foto polos
Pemeriksaan foto polos seperti foto sinar X, masih bisa dipakai untuk melihat apakah
5. Biopsi kulit
Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk menyingkirkan
BAB II
Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek.
dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
b. Anestesi Regional
anestesi memberi regional secara infiltrasi dan lokal.Pada bedah mayor, seperti
perbaikan hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi
regional atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi.Blok anestesi
pada saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan
vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang
tiba – tiba.
c. Blok perifer
Blok perifer adalah teknik pembiusan yang hanya melibatkan sebagian tubuh saja
(misalnya lengan atas atau bawah, tangan, tungkai, kaki dan sebagainya). Teknik ini
dilakukan dengan menyuntikkan obat bius lokal didaerah syaraf yang mensyarafi
bagian tubuh yang akan dioperasi. Pada saat mencari lokasi syaraf yang akan disuntik
mungkin akan merasakan sedikit nyeri. Kadang bila syaraf sudah tidak terkena maka
akan terasa seperti kesetrum dibagian tubuh yang akan dioperasi. Demikian juga pada
saat penyuntikan obat bius lokal akan terasa nyeri, tapi lama kelamaan bagian tubuh
yang dioperasi akan terasa kesemutan dan akhirnya terasa berat sampai tidak bisa
digerakkan. Efek bius berlangsung antara 2-4 jam tergantung jenis obat yang dipakai.
d. Sedasi (TIVA)
Sedasi ringan
mengantuk, tetapi masih memiliki respon terhadap rangsangan verbal dan tetap
Sedasi sedang/moderate
pasien mengantuk, tetapi masih bisa memiliki respon terhadap rangsangan verbal
dapat diikuti atau tidak diikuti oleh rangsangan tekan yang ringan dan pasien
perubahan ringan dari respon pernafasan namun fungsi kerja jantung dan
pembuluh darah masih tetap dipertahankan dalam keadaan normal. Pada sedasi
Sedasi dalam
sudah mulai terganggu dimana nafas spontan sudah mulai tidak adekuat dan
hilangnya sebagian atau seluruh reflek potensi jalan nafas).Sedasi dalam dapat
berpengaruh fungsi kerja jantung dan pembuluh darah terutama pada pasien sakit
berat sehingga tindakan sedasi dalam membutuhkan alat monitoring yang lebih
A. Pengertian
TIVA (Total Intra Venous Anesthesia) adalah teknik anestesi umum di mana induksi
obatan anestesi yang dimasukkan lewat jalur intra vena tanpa penggunaan anestesi
tidak ada satupun obat tunggal yang dapat memenuhi kriteria di atas, sehingga
diperlukan pemberian kombinasi dari beberapa obat untuk mencapai efek yang
diinginkan tersebut.Sifat fisik dan farmakologis anestetika intra vena yang ideal
meliputi :
b. Tidak menimbulkan nyeri saat penyuntikkan dan tidak merusak jaringan saat
d. Onset hipnotis yang cepat dan lembut tanpa menimbulkan aktifitas eksitasi
f. Memiliki hubungan dosis dan respon yang curam untuk meningkatkan kefektifan
(hangover effects)
3) Hampir semua agen TIVA memilki onset yang cepat dan dapat diprediksi
5) Sebagian besar menurunkan CBF dan CMRO2 sehingga ideal untuk bedah
saraf
1. Bolus intermiten
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan induksi dengan metode TIVA,
meliputi
2) Onset efek anestesi ditentukan oleh konsentrasi obat di otak, dapat dicapai secara
3) Pencapaian yang cepat biasanya dapat disertai efek samping yang nyata seperti
antara darah dan otak, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk tercapainya
induksi anestesi
4) Variasi pada dosis induksi ini juga dapat disebabkan perbedaan farmakokinetik
yang signifikan
1) Barbiturat
(barash, miller). Ketiganya tersedia dalam bentuk garam sodium dan harus
dilarutkan ke dalam larutan isotonik NaCl (0,9%) atau air untuk mendapatkan
a) Kardiovaskuler
b) Respirasi
dengan barbiturat.
c) Otak
d) Ginjal
e) Hepar
pembentukan heme). Hal ini dapat memicu terjadinya porfi ria intermiten
akut
2) Benzodiazepin
sebelumnya, umur, status fisik ASA dan kombinasi obat anestetik lain yang
digunakan.
a) Kardiovaskuler
arteri, cardiac output dan resistensi pembuluh darah perifer yang ringan,
b) Respirasi
c) Otak
amnesia, dan sedasi, sedangkan pada dosis besar akan menimbulkan efek
yang diberikan. Pada dosis sub anestesi ketamin dapat menimbulkan halusinasi
dapat digunakan untuk induksi anestesi dengan durasi sekitar 10-20 menit
setelah dosis tunggal induksi, dengan tambahan waktu 60-90 menit untuk pulih
a) Kardiovaskuler
oleh stimulasi sentral pada sistem saraf simpatis dan inhibisi pada
b) Respirasi
yang minimal. Refl eks saluran nafas atas terjaga dengan baik, walaupun
dengan ketamin.
c) Otak
TIVA
4) Propofol
(tergantung pada usia dan status fisik pasien serta penggunaan premedikasi)
a) Kardiovaskuler
Hipotensi yang terjadi saat induksi biasanya akan pulih akibat dari
dipengaruhi oleh dosis yang besar, kecepatan injeksi dan usia tua.
b) Respirasi
menekan refl eks jalan nafas atas melebihi thiopental sehingga tindakan
neuromuskular
c) Otak
fokal iskemia.
5) Dexmedetomidine
efek depresi pernapasan yang minimal. Pasien yang menerima obat ini akan
arrest dan hipertensi transien. Efek samping ini terutama bila digunakan pada
pasien usia>65 tahun, pada anak-anak, ibu hamil, menyusui, gangguan fungsi
Serum Elektrolit
Natrium (Na) : 138 mmol/L
Kalium (K) : 4,25 mmol/L
Clorida (Cl) : 111 mmol/L
Faal Hemostatis:
PPT
- Pasien : 10,20 detik
- Kontrol : 10,7 detik
- INR : 0,98
APTT
- Pasien : 31,40 detik
- Kontrol : 25,3 detik
Faal Ginjal :
Ureum : 20,0 mg/dl
Creatinin : 0,45 mg/dl
Faal Hati :
Bilirubin Total : 0,26 mg/dl
Bilirubin Direk : 0,12 mg/dl
Bilirubin Indirek : 0,14 mg/dl
AST/SGOT : 35 U/L
ALT/SGPT : 10 U/L
Albumin : 4,28 g/dl
ANALISA DATA( PRE ANESTESI)
masalah teratasi
Pembedahan mulai :-
Jenis pembiusan : General : a. Intubasi Endotracheal Tube
b. Laringeal Mask Airway (LMA)
c. Face Mask
d. Total Intravena Anestesi (TIVA)
Regional : a. Sub Arachnoid Block (SAB)
b. Epidural Block
c. Combined Subarachnoid-epidural (CSE)
d. Block Ganglion / saraf perifer
e. Kaudal
Lain – Lain : -
Jenis Operasi : 1. Bersih 2. Bersih kontaminasi
3. Kotor 4. Kontaminasi
Golongan Operasi : 1. Khusus 2. Besar 3. Sedang 4. Kecil
Plate Diathermi : Lokasi : 1. Bokong 2. Tungkai kaki 3. Bahu
4. Tangan 5. Paha
Dipasang oleh :
Pemeriksaan sebelumnya : 1. Utuh 2. Menggelembung
Pemeriksaan sesudah : 1. Utuh 2. Menggelembung
Monitor Anestesi : 1. Tidak 2. Ya3. Standby
Mesin Anestesi : 1. Tidak 2. Ya 3. Standby
Persiapan Statics : 1. Lengkap. 2. Belum Lengkap
Anestesi Dengan : 1. Induksi :Midazolam, Dexmedetomidine, Propofol, Ketamin
2. Analgesik :-
3. Maintenance : Sevoflurane
Relaksasi dengan :-
Ukuran ETT & kedalaman :-
Mode (Presure/Volume) :-
Teknik Anestesi :TIVA (Total Intra Venous Anesthesia)
Stadium Anestesi :-
Lembar observasi Intra operasi
Tabel 3.3 Obat obatan
Jam Nama Obat/ Dosis jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/dosis
08.55 Midazolam 2 mg
08.56 Dexmedetomidine 10
mg dalam NaCl 100
cc
08.57 Propofol 10 mg
08.58 Ketamin 10 mg
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
ANALISA DATA (INTRA ANESTESI)
masalah teratasi
Data Subyektif :
Data Obyektif
( √ ) KU Cukup, GCS 456 TD : 90/60 mmHg ( √ ) Skala nyeri = 1
( - ) Sesak (+) Nadi : 98x/mnt ( - ) Menggigil
( √ ) Terpasang O2 6lpm SpO2 : 99 % ( - ) Mual & Muntah
RR : 20x/mnt (-) Aldrete/Bromage skore= -
09.50 10.50 11.50
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
20-03-2023 1. Memonitoring frekuensi, irama dan upaya napas 20-03-2023 S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah sadar dan bisa Ningsih
09.45 2. Memonitoring pola napas 10.05 diajak komunikasi
O
3. Memonitoring saturasi oksigen
- Pasien sadar
4. Memonitoring kecepatan aliran oksigen - Pola napas membaik
5. Mempertahankan kepatenan jalan napas - Nadi : 100x/menit
- RR : 20x/menit
6. Memberikan oksigen saat pasien ditransportasi - SpO2 : 99%
Amasalah teratasi
P : intervensi dihentikan
1. Memasangkan alat pengaman misal pagar tempat tidur untuk 20-03-2023 S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa diajak Ningsih
20-03-2023
10.45 komunikasi
09.45 membatasi mobilitas fisik pada situasi yang membahayakan
O:
2. Memberikan pemantauan selama proses pemulihan - Pasien sadar
3. Meminta keluarga untuk selalu berada disamping pasien - Pola napas membaik
- Mengenali sekeliling
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah Mochtar.(1999). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.