Blighted Ovum
Blighted Ovum
BLIGHTED OVARIUM
Oleh:
201210330311043
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
sebelum janin dapat hidup diluar rahim. Ada beberapa definisi tentang abortus
kehamilan pada saat janin tidak sanggup untuk bertahan hidup sendiri diluar
uterus, dengan berat antara 400-1000 gr atau saat usia kehamilan kurang dari 28
mendefinisikan abortus sebagai keluarnya janin dari rahim dengan berat kurang
dari 500 gr yaitu sekitar usia kehamilan 20-22 minggu. Di Indonesia diperkirakan
kromosom sebanyak 50-60%, diikuti oleh faktor endokrin sekitar 10-15%, faktor
servik inkompeten sebanyak 8-15%, immunologis dan infeksi 3-5% serta kelainan
uterus 1-3%. Jika keguguran pertama kali disebabkan oleh kelainan kromosom,
maka kemungkinan untuk abortus kedua dengan sebab yang sama meningkat
menjadi 80%. Sementara abortus spontan yang terjadi pada trimester kedua lebih
sering disebabkan oleh faktor maternal, kelainan plasenta, dan keadaan lain.
Beberapa faktor resiko penyebab abortus spontan ini termasuk jumlah paritas, usia
ibu, dan hamil dengan jarak kurang dari 3 bulan dari kehamilan sebelumnya dan
keadaan umum dan gizi ibu.Terlepas dari riwayat obstetrik sebelumnya, resiko
relatif lebih rendah pada wanita usia dibawah 30 tahun, yaitu sekitar 7-15%. Pada
wanita berusia abtara 30-34 tahun sekitar 8-21%, lalu meningkat tajam pada
wanita berusia antara 35-40 tahun yaitu 17-28% , dan pada wanita berusia 40
adalah blighted ovum, terhitung sebesar 50% dari semua kejadian abortus pada
Herpes Simpleks).
utama kematian janin karena T. gondii dapat ditularkan ke janin melalui plasenta
terjadinya blighted ovum sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Hal ini
penyelidikan gagal untuk memberikan data informatif pada tahap infeksi dan
pengaruh perlakuan yang diberikan. Faktor biaya juga tidak dipungkiri menjadi
kendala karena biasanya membutuhkan dana yang tidak sedikit baik dari segi
wanita sehat melalui 707 daur haid. Mereka mendapatkan bahwa 31% kehamilan
kadar sangat sedikit dalam serum, dua per tiga dari kematian dini dianggap
spontan, tetapi belum diketahui saat ini apakah abortus yang asimptomatik
seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah (Gracia, 2005., Warburton, 1964.,
Wilson, 1986, dkk). Frekuensi berlipat dua dari 12% pada wanita berusia kurang
dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun. Untuk
perbandingan yang sama pada usia ayah, frekuensi meningkat dari 12% menjadi
20%. Namun kembali lagi belum diketahui apakah keguguran yang tidak disadari,
60% dari semua keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun, karena BO
terjadi sangat awal, banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil
ketika mereka menderita Blighted Ovum. Akibatnya banyak wanita tidak sadar
akan kondisinya.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun
akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat
berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun
demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan
memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan
bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang
dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test
pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted
ovum. Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila
bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6 - 7 minggu. Sebab saat itu
diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa
terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang
Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru
perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang membesar seperti hamil, dapat
disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau penyakit usus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi
samping mudigah, kantong kuning telur juga tidak ikut terbentuk. Seorang wanita
menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara
mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan
yang terjadi pada awal kehamilan. Disebut juga anembryonic pregnancy, blighted
ovum terjadi ketika telur yang dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi
tidak berisi embrio, hanya terbentuk plasenta dan kulit ketuban yang ditandai
telah dibuahi menempel pada dinding uterus, tetapi embrio tidak berkembang. Sel
sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi dalam trimester pertama sebelum seorang
pregancy), jadi cuma ada kantong gestasi (kantong kehamilan) dan air ketuban
berhenti berkembang pada tahap yang sangat awal dan itu kembali diserap.
"kehamilan anembryonic" terjadi ketika telur yang telah dibuahi menempel pada
telur dibuahi di dalam rahim tetapi embrio yang dihasilkan berhenti berkembang
sangat awal atau tidak terbentuk sama sekali. Blighted ovum adalah keadaan
dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada janin di dalam kandungan.
mudigah tidak terbentuk sejak awal. Di samping mudigah, kantong kuning telur
juga tidak ikut terbentuk. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan
gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal
bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya
pun positif.
sudah dibuahi menempel ke dinding uterus, tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel
sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi pada trimester pertama sebelum wanita
B. Etiologi
penyebab sekitar 50% dari keguguran trimester pertama. Tubuh wanita mengenali
kromosom abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha untuk tidak
meneruskan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi normal
dan sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal, atau
pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus,
penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar
beta HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga
dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau
istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
Sejumlah infeksi spesifik telah diteliti. Sebagai contoh, meskipun Brucella
abortus dan Campylobacter fetus menyebabkan abortus pada sapi, keduanya tidak
menyebabkan hal yang sama pada manusia. (Sauerwein, dkk., 1993). Juga tidak
merangsang abortus pada manusia (Feist, 1999; Osser, 1996; Paukku, 1999, dkk).
Dalam sebuah studi prospektif, infeksi oleh virus herpes simpleks pada awal
kehamilan juga tidak meningkatkan insiden abortus (Brown, dkk., 1997). Bukti
bahwa Toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada manusia masih belum pasti.
Angka abortus spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada
kehamilan. Dalam sebuah studi prospektif (Mills, dkk., 1988) melaporkan bahwa
kontrol glukosa yang baik dalam 21 hari konsepsi menghasilkan angka keguguran
yang setara dengan angka pada kontrol nondiabetes. Namun, kurangnya kontrol
peningkatan insiden resistensi insulin pada wanita ini. Kematian janin akibat
a.Faktor Genetik
berhubungan dengan blighted ovum dan abortus secara umum telah diteliti. Pada
tahun 1981 Granat dkk mendeskripsikan adanya translokasi 22/22 pada pria yang
istrinya mengalami 6 kali abortus secara berurutan,. Pada tahun 1990, Smith dan
Gaha menemukan insiden yang cukup besar dari carrier translokasi kromosom
kromosom yang lain adalah mosaicism , single gene disorder dan inverse dapat
b.Kelainan Hormonal
blighted ovum termasuk insufisiensi fase luteal dengan atau tanpa kelainan
Abortus spontan terjadi pada kehamilan kurang dari 10 minggu jika korpus
maturasi yang tidak sinkron. Dipihak lain, sekresi luteinizing hormone yang
mellitus ialah gangguan aliran darah pada uterus terutama sekali pada kasus-kasus
lain yang dihubungkan dengan adanya abortus berulang, terutama sekali sebagai
akibat disfungsi korpus luteum dan ovulasi yang sering menyertai penyakit tiroid.
Antitiroid antibodi juga dihubungkan dengan abortus berulang. Karena pada awal
kehamilan tubuh membutuhkan kadar hormon tiroid yang lebih tinggi, adanya
antitiroid antibodi dapat menjadi suatu petanda bagi seseorang untuk terjadi
Toxoplasma gondii, namun tidak ada hubungan yang meyakinkan dengan abortus
berulang. Adanya organisme tersebut pada saat terjadinya keguguran tidak dapat
gejala pada ibu secara nyata sehingga keadaan ini menjadi tidak
proses radang.
keguguran dan juga menjadi faktor risiko terjadinya persalinan preterm. Bakterial
pertumbuhan berlebih dari bakteri anaerob dan lactobacilli yang normal tidak ada
atau tidak banyak terdapat. Tidak didapatkan adanya hubungan yang nyata dengan
keguguran dan hubungan ini masih perlu dibuktikan. Terdapat teori yang
Toxoplasma gondii menginduksi respon kekebalan tubuh tipe 1 yang kuat yakni T-
cell-mediated. Saat respon imun berlangsung dan terdapat respon yang dominan
spesifik T-sel, membatasi replikasi takizoite kemudian akan menarik TNF yang
menghambat proliferasi sel trofoblas manusia in vitro dan toksik untuk sel-sel
apoptosis tidak jelas, tetapi dapat melibatkan efek pembentukan peroxynitrite dari
C. Patofisiologi
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma.
Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak
dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan.
akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai
muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes
kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar
hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai
hormon kehamilan.
Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan
Kram perut
perdarahan
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi
tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga
pembesaran perut, Kram perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik
umumnya. Keluhan antara lain berupa keluar bercak darah akibat berkurangya
kadar hormon, dan keluhan kehamilan akan berkurang. Jika mulai terjadi proses
keguguran atau sirkulasi fetus dan villi korialis mulai tidak stabil, sekitar usia 10
minggu, dapat terjadi perdarahan intermiten atau kontinu, yang diikuti nyeri dan
abortus komplit. Pada pemeriksaan dengan inspekulo, ostium uteri bias tertutup
dianggap tidak hamil. Hal ini dapat membingungkan bagi penderita karena terjadi
yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama
sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang
berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak
Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-
gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil
pada umumnya hal ini disebabkan Plasenta menghasilkan hormon hCG (human
chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung
telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil
gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan
menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada
E. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang (USG) diagnosis pasti, bisa dilakukan saat kehamilan
memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah
lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan
tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin. Diagnosis
idak ditemukan fetal pole, dengan kantung gestasi (ges sac) diameter lebih dari 10
mm tanpa yolk sac, diameter 15 mm tanpa mudigah pada USG transvaginal atau
lebih dari 25 mm pada USG transabdominal. Sedangkan pada gambar di sebelah
kanan tampak gambaran hiperechoic berupa fetal pole di dalam ges sac.
hormon ini dapat dideteksi pada hari 11 setelah konsepsi, dan pada tes urin pada
hari ke 12-14 hari. Produksi hormone ini akan menjadi 2 kali lipat tiap 72 jam.
Kadarnya akan mencapai jumlah tertinggi pada kehamilan usia 8-11 minggu lalu
menurun. Jika penurunan kadar beta-hCG ini terjadi lebih dini, dapat dicurigai
ultrasonografi pada minggu 6, karena tidak tampaknya fetus. Pada usia 7 minggu
maupun transvaginal, namun cara yang kedua lebih akurat pada usia kehamilan
Pada usia 8 dan 9 minggu, jika perhitungan HPHT tepat, detak jantung
bayi atau pulsasi sudah dapat terdeteksi. Kantung gestasi mulai tampak pada
F. Pencegahan
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu
yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama
sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang
berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak
Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-
gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil
pada umumnya hal ini disebabkan Plasenta menghasilkan hormon hCG (human
chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung
telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil
gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan
menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada
pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran
berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali,
pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu,
pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran
berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali,
G. Penatalaksanaan
1. Membiarkan saja untuk keluar sendiri atau aliran lain yaitu dilakukan D & C
2. Kuretase
Mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan
penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini
adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan
penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobatai agar tidak terjadi
contoh, tingkat hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini
ovum. Dalam kasus ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek
samping dari pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan
lain-lain. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara berulang, maka
pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini
perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan
buatan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali
lebih tinggi. Jika belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak
pasangan.
kehamilan secara mekanis yaitu dengan mengerok isi uterus (kuretase tajam) ,
Tindakan ini berupa pembukaan serviks secara lebardiikuti oleh destruksi mekanis
dan evakuasi bagian janin, setelah janin dikeluarkan secara lengkap maka
digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan sisa
jaringan. Dilatasi dan Ekstrasi (D&X), hampir sama dengan (D&E) yang
membedakan pada (D&X) sebagian dari janin di ekstrasi melalui serviks yang
perdarahan.
dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV/IM0,2
4. Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya.
perdarahan hebat
BAB III
KESIMPULAN
Blighted ovum juga diperkirakan terjadi akibat pembuahan ovum oleh sperma
yang abnormal.
Gambaran plasenta pada blighted ovumadalah villi yang hipovaskular,
DAFTAR PUSTAKA
2008. Efek Misoprostol Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed
Indonesiana
Alan H., et al. 2006. Blighted Ovum. Current Obstetric & Gynecologic
Diagnosis & Treatment-Ninth Ed. DeCherney. http://www.marchofdimes.com
Anne Jackson Bracker. 2006. Blighted Ovum / Anembryogenic
Pregnancy.
http://www.miscarriageassociation.org.uk/ma2006/downloads/Blighted
%20ovum.pdf
Anonim. 2008. Blighted Ovum (Kehamilan Kosong). www.dokter
sehat.com
Blighted ovum; available at :
http://Sheren_Meazza_Sneijder/Desember/2010.html
Hill JA: Recurrent spontaneous early pregnancy loss. In: Berekj JS,
Adashi EY, Hillard PA: Novaks gynecology 12th edition. Pennsylvania: Williams
& Wilkins Co, 2006;963-979