Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kolelitiasis merupakan salah satu penyakit umum yang dapat

ditemukan di negara yang sudah berkembang. Di Eropa Barat, prevalensinya

sebanyak 5-20% dengan kejadian paling sering di negara Norwegia, Swedia

dan Jerman untuk negara Amerika Serikat masyarakat yang berumur 40 tahun

20% terdiagnosis penyakit batu empedu dan sekitar umur 70 tahun angka

kejadiannya meningkat menjadi 30%. Prevalensi kolelitiasis terendah

ditemukan di Benua Asia dan Afrika, dengan angka kejadian 4% (Getachew,

2008).

Moirbidirtas yang ditimbulkan dari kolelitiasis sangat beragam. Mulai

dari nyeri kolik, kolangitis, kolesistitis, koledokosistitis dan pankreatitis.

Bahkan pada beberapa kasus akibat tidak mendapatkan penatalaksanaan, batu

yang menyumbat pada saluran Biliaris dapat menyebabkan ruptur pada sistem

biliaris. Hal ini dapat memperburuk keadaan dari penderita (Paumgarner dan

greenberger, 2013). Selainitu, penelitian di jepang menunjukan bahwa

kolelitiasis merupakan salah satu resiko penyebab kanker kantung empedu dan

sistem biliaris ekstrahepatik (Ishigoro et al., 2007).


Terapi kolelitiasis dibagi menjadi dua, yaitu operatif dan non-operatif.

Terapi operatif dilakukan apabila terjadi kolesistitis secara progresif, ketika

timbul empiema, dan telah terjadi perforasi (Chapman et al., 2006). Terapi

operatif pada kolelitiasis disebut kolesistektomi. Kolesistektomi adalah

operasi yang bertujuan untuk mengangkat kantung empedu dan dapat

dilakukan dengan cara laparatomi dan laparaskopi (peters, 2007). Di Amerika

Serikat operasi kolesistektomi dilaksanakan sekitar 500.000 dalam satu tahun

(Getachew, 2008).

Kolesistektomi laparatomi telah menjadi baku emas terapi operatif

kolelitiasis selama satu abad terakhir. Namun terapi ini mulai tergantikan pada

tahun 1990 sejak teknik laparaskopi mulai dikenalkan, selain karena tidak

terlalu invasif dan mempunyai tingkat morbiditas yang rendah dibanding

teknik laparatomi. Akan tetapi, teknik terbuka masih sering dilakukan pada

pasien lanjut usia, cardiopulmonary compromised dan kolelitiasis yang tidak

memungkinkan untuk dilakukan laparaskopi seperti kantung mepedu yang

ruptur atau terjadi perlengkatan dengan jaringan sekitar (Talpur et al., 2011).

Lama rawat inap ikuut menetukan morbiditas dari pasien. Semakin

lama seorang pasien dirawat di rumah sakit. Semakin besar kemungkinan

pasien terkena penyakit-penyakit yang menambah keparahan dari kondisi

pasien seperti ulkus dekubitus, deep vein trombosis, pneumonia, emboli

pulmonal, refluks gastroesofageal, inkotinensia urin dan konstipasi (Tong dan

brammer, 2002). Salah satu faktor yang menentukan lama rawat inap pasien

adalah teknik operasi yang dilakukan (Pradanakusuma, 2007).


Teknik operasi pada kolesistektomi berdasarkan penelitian yang

dilakukan talpur et al. Terdapat perbedaan yang signifikan khususnhya pada

lama rawat inap antara laparatomi dan laparaskopi. Pada teknik laparatomi

rentang lama rawatnya adalah 4-10 hari. Sedangkan pada teknnik laparaskopi

mempunyai rentang hari yang lebih singkat yaitu antara 1-5 hari (Talpur et al.,

2011).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti bermaksud untuk

membandingkan lama rawat inap antara teknik operasi pada kolesistektomi,

yaitu laparaskopi dan lapatomi. Sehingga dapat menentukan morbiditas lebih

lanjut pada pasien koleslitiasis yang mendapat terapi kolesistektomi

khususnya pasien di RSUD Dr. H Abdul Moeloek.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah ada perbedaan lama rawat inap pasca kolesistektomi antara teknik

laparaskopi dan laparatomi ?


2. Apakah lama rawat inap pada opwerasi kolesistektomi dengan teknik

laparaskopi lebih singkat dibanding teknik laparatomi pasien

kolesistektomi di RSUD Dr. H Abdul Moeloek ?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengidentifikasi apakah ada perbedaan lama rawat inap pasca

kolesistektomi anatara teknik laparatomi dan laparaskopi pada pasien

kolelittiasis di RSUD Dr. H Abdul Moeloek.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 manfaat teoritis
peneltian ini diharapkan dapat menjadi pendukung penelitian iliah

tentang efektifitas suatu teknik operatif pada pasien kolelitiasis dengan

tindakan kolesistektomi berdasarkan lama rawat inap pasca operasi.


1.4.2 manfaat Aplikatif

dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan bukti sebagai

dasar pemilihan teknnik operasi dalam terapi pada pasien kolelitiasis agar

efisien dalam hal lama penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai