Anda di halaman 1dari 29

TANAH DAN BATUAN

Bab 1
1.1. DEFINISI (Das, 1991)

Ilmu Mekanika Tanah (Soil Mechanics) : adalah ilmu yang mempelajari sifat fisik
tanah dan perilaku massa tanah bila diberi pembebanan.

Ilmu Rekayasa Tanah (Soil Engineering) : adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana menerapkan prinsip-prinsip mekanika tanah dalam praktek rekayasa.

Rekayasa Geoteknik (Geotechnical Engineering) : adalah cabang ilmu teknik sipil


yang menyangkut pengetahuan dan pelaksanaan tentang material alam yang terdapat
pada permukaan bumi. Termasuk didalamnya aplikasi prinsip-prinsip mekanika tanah /
batuan dalam perancangan pondasi.

1.2. TERMINOLOGI

a. Berdasarkan urutan lapisan dan usia (Hendarsin 2003)

Lapisan dasar (bedrock) - adalah material terkeraskan atau kristalin pada kerak
bumi. Unit stratigrafi tersendiri dalam bedrock misalnya material buruk atau
bukan terkeraskan (nonindurated) mis lapisan-lapisan, lensa-lensa.

Lapisan permukaan (surficial deposits) deposit material yang relatif muda,


diatas bedrock. Jenisnya ada 2 golongan besar :

Lapisan bedrock yang tererosi, akibat gravitasi atau oleh manusia.

Lapisan residu akibat pelapukan

Lapisan dapat terstratigrafi (seperti profil, urugan basin, endapan alluvial/fluvial,


landslides atau talus). Dapat terkeraskan sebagian /tersementasi oleh silikat,
oksidasi, karbonat dan proses kimia lainnya.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 1


b. Berdasarkan asal-usul

Batuan material yang menyatu menjadi sejumlah kecil kelompok yang


mempunyai gambaran yang serupa.

a). Batuan beku (igneous rock). Magma yang membeku, terjadi dalam 2
bentuk :
Intrusif: membeku dibawah permukaan bumi (batuan dalam), membentuk
benda besar (plutonic) atau benda kecil (dike dan sill).
Ekstrusif: membeku di permukaan.misalnya dari lava (kegiatan
vulkanik), aliran magma yang mengeras pada permukaan luas (extrusive
sheet) atau seperti batuan piroklastik, semburan magma yang jatuh berupa
fragmen.

b). Batuan Sedimen partikel tanah hasil perusakan/pelapukan massa batuan


yang diendapkan pada daerah pengaliran (basin), semakin tebal dan akhirnya
akibat panas, tekanan, sementasi, terkristalisasi ulang menjadi batuan. Sumber
dan kelompok b. sedimen kebanyakan perbedaannya dapat diketahui jelas.

c). Batuan Metamorf - terbentuk dari batuan beku/sedimen atau batuan


metamorf yg telah ada sebelumnya yg mengalami proses metamorfosa akibat
panas/tegangan. Bila hanya sedikit mengalami metamorfosa dan tetap
mempertahankan sifat material utamanya, disebut menurut nama utama
diawali meta (metasandstone, metagranite).

Tanah material yang menyatu menjadi sejumlah kecil kelompok yang


mempunyai gambaran yang serupa.

a) Menurut Pedologi: Tanah adalah substansi yang ada di permukaan bumi,


dimana tumbuh-tumbuhan bertumbuh dan berkembang.

b) Menurut Geologi : Tanah adalah material pada permukaan dengan ketebalan


yang relative tipis dimana terdapat akar-akar.

c) Menurut Rekayasa: Tanah adalah deposit yang tidak tersementasi dari


mineral dan/atau partikel organic atau fragmen yang menutupi bagian terbesar
kerak bumi.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 2


1.3. SIKLUS BATUAN

Gambar 1.1. Siklus Batuan (Das, 1998)

Hasil akhir dari pelapukan batuan adalah tanah. Bagian padat dari tanah (butiran mineral)
memiliki ukuran butir sangat bervariasi. Sifat fisik banyak tergantung pada ukuran,
bentuk dan komposisi kimia.
Pelapukan adalah : terurainya batuan menjadi partikel-2 yg lebih kecil, secara
mekanis maupun kimia (Das, 1998).
Pelapukan mekanis : terjadi karena susut muai akibat perubahan panas-dingin
terus menerus (cuaca dll). Bisa juga akibat es gletser, angin, aliran air, gelombang.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 3


Pelapukan kimia : mineral batuan induk diubah menjadi mineral baru melalui
reaksi kimia. Air dan CO2 dari udara membentuk asam karbon, dan bereaksi
dengan mineral batuan membentuk mineral baru + garam terlarut. Contoh
pelapukan orthoclase :

H2O+CO2 H2CO3 H+ + (HCO3)-


Asam karbonat
2K(AlSi3O8) + 2H+ + H2O 2K+ + 4SiO2 + Al2Si2O5(OH)4
orthoclase silika kaolinite
(mineral lempung).

Transportasi dari Produk Pelapukan oleh es, air, angin, grafitasi. Pelapukan yang
tinggal tetap ditempat asal disebut tanah residual butiran yang lebih halus umumnya
dipermukaan, dan semakin ke dalam ukuran butir semakin besar. Tanah yang terangkut
dikelompokkan menurut jenis pembawa/cara pengendapan:

a. Tanah glacial akibat sungai es (gletser)


b. Tanah alluvial aliran air (terdeposisi sepanjang aliran Sungai.
c. Tanah lacustrine terdeposisi di danau-2 yang tenang
d. Tanah marine terdeposisi di laut
e. Tanah aeolian terangkut/terdeposisi oleh angin
f. Tanah coolluvial gerakan tanah akibat gravitasi.

Wujud produk Pelapukan :

Berdasarkan ukuran partikelnya, produk pelapulakan secara umum (Das, 1998) dikenal
dengan :

Kerikil (garve): kepingan batuan yang kadang mengandung partikel mineral quartz,
feldfar dll.
Pasir (sand): sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar.
Lanau (silts): sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis (sangat kecil) dari tanah
yang terdiri dari butiran kuartz yang sangat halus dan sejumlah partikel berbentuk
lempengan pipih dari pecahan mineral mika.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 4


Lempung (clays) : Mineral lempung yg merupakan produk pelapukan kimia dari
feldspar, ferromagnesium dan macam-2 mika adalah mineral yg membentuk sifat plastis
dari tanah. Ada 3 tipe utama mineral lempung : (1) kaolinite; (2) illite ; (3)
montmorillonite.

1.4. MINERAL LEMPUNG (Das 1998)

Mineral lempung sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis/submikroskopis


berbentuk lempengan pipih dari partikel mika, mineral lempung dan mineral sangat halus
lainnya. Mineral lempung merupakan senyawa aluminium silikat yg kompleks terdiri dari
1 atau 2 unit dasar yaitu : (a) silikon tetrahedron memiliki 4 sisi, dimana 4 atom O
mengelilingi 1 atom silikon (Gambar a). Kombinasinya membentuk lembaran silika; (b)
aluminium oktahedron memiliki 8 sisi, dimana 6 gugus ion OH mengelilingi 1 atom
aluminium atau magnesium (gambar b). Kombinasinya membentuk lembaran gibbsite =
lembaran oktahedra. Mineral lempung terbentuk dari kombinasi unit dasar ini.

a. Unit dasar silikon tetrahedron b. unit dasar aluminium oktahedron


(Sumber, Sivakugan, 2001)

Untuk memudahkan , lembaran kombinasinya dibuat dengan bentuk bagan sebagai


berikut:
Si Al
Lembaran silika tetrahedra Lembaran aluminium oktahedra
(Silica tetrahedral sheet) (Alumina octahedral sheet)

Gambar 1.2 Unit dasar pembentuk mineral lempung (Sumber, Sivakugan,


2001)

Mektan-1 B. Bontong Hal. 5


a) Mineral kaolinite : tumpukan lembaran kombinasi gibbsite-silika (7,2Ao) (1 Ao =10-
10
m), diikat oleh ikatan hidrogen (hydrogen bonding). Berwujud lempeng tipis dengan
ukuran mendatar 1000 s/d 20.000 Ao dan tebal 100 1000 Ao. Luas permukaan
spesifik 15m2/gram.
Al
Si
Al 7,2Ao
Si
Al Ikatan H
Si
(Sumber, Sivakugan, 2001)

b) Mineral illite : 1 lembaran gibbsite diapit 2 lembaran silika, masing-2 kombinasi ini
diikat oleh ion K (potassium) tebal 10 Ao. Muatan negatif untuk mengikat ion kalium
didapat dengan adanya penggantian sebagian atom silikon pada lembaran tetrahedra
dengan atom aluminium. (penggantian tanpa mengubah bentuk kristal utama disebut
substitusi isomorf). Ukuran mendatar lempengan partikel illite 1000-5000 Ao (tipis),
tebal 50 500 Ao.. Luas permukaan spesifik 80m2/gram.
Si
A
l Si

Si 10Ao
A
l Si

Si
Ikatan Ion K+
A
(Sumber, Sivakugan, 2001) l Si

c) Mineral montmorillonite : 1 lembaran gibbsite diapit 2 lembaran silika, (sama dengan


illite) tetapi masing-2 kombinasi ini dipisahkan oleh ion nH2O dan kation yg mudah
saling berganti (substitusi isomorf), yaitu antara atom magnesium dan besi
menggantikan sebagian ion kalium, dan sejumlah molekul lain tertarik pada ruang
diantara lapisan tumpukan tersebut (Ikatan Van der Walls yang lemah). Dimensi
mendatar lempengan partikel montmorillonite 1000-5000 Ao , tebal 10 50 Ao. Luas
permukaan spesifik 800m2/gram.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 6


Si
Al
Si

Si 10Ao
Al
Si

Si
Ikatan van der
Al
Walls lemah
Si
(Sumber, Sivakugan, 2001)

Disamping ketiga mineral di atas, ada mineral lain yaitu chlorite, halloysite, vermiculite,
and attapulgite.
Sifat kelistrikan.
Partikel lempung bermuatan negatif pada permukaannya. Semakin besar permukaan
spesifik, semakin banyak muatan negatifnya. Kerapatan muatan negatif pada kedua
permukaan (Yong & Warkentin, 1966) , dalam Ao per muatan elektron sbb:

Rata-rata kerapatan muatan


Jenis mineral negatif di permukaan
(Ao2/muatan electron)
Kaolinite 25
Mika lempung dan chlorite (Illite) 50
Montmorillonite 100
Vermikulite 75

Pada Lempung kering, muatan negatif pada permukaan dinetralkan oleh ion-ion positif
yang mudah berganti dengan yang lain (exchangable cation) seperti ion Ca++, Mg++, Na+,
Ka+ yg mengelilingi partikel dan terikat oleh gaya tarik-menarik elektrostatik. (Das ,
1998). Bila ditambah air, kation dan sedikit anion berenang diantara partikel. Keadaan ini
disebut lapisan ganda terdiffusi (diffuse double layer) Gambar 1.3a. Semakin jauh dari
permukaan, konsentrasi kation semakin berkurang (gambar 1.3b). Molekul air yang
tersusun dari atom-atom H-O-H dengan membentuk sudut 105o, menyebabkan molekul
air berperilaku dua kutub (dipole) yaitu positif dan negatif.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 7


_ _ kation
+ + +
_ + + _ +

Konsentrasi ion
_
+ _ + _
_ _ anion
+ + +
_ + + + _
permukaan partikel jarak dari partikel

(a) (b)

Molekul H2O berkutub 2 (bipole) karena tidak tersusun simetri.


_
_ + _
dipole
O
_ _
= cation+ +
O + _+ _
dipole 105 +
H H _
_
Sifat dipole
mekanisme tarik-menarik
(c ) (d)
Gambar 1.3.(a). Muatan; (b) Konsentrasi ion; (c) sifat dua kutub (d). Tarik
menarik molekul dipole

Molekul air yang berkutub dua (+ -) tertarik oleh permukaan lempung (-) dan
kation dalam lapisan ganda.
Kation (+) menempel pada permukaan yg bermuatan (-) (gambar d).
Air terikat ke permukaan lempung dengan ikatan hidrogen (H dipakai
bersama) oleh atom O yang menempel pada lempung dan atom pada molekul
air.
Kation menarik lagi molekul air berkutub 2 yang lain (gambar 1.3d)
Gaya tarik air-lempung berkurang jika jarak membesar. Air yang terikat pada
permukaan partikel lempung disebut air lapisan ganda (double layer water).
Bagian paling dalam (terikat sangat kuat pada permukaan partikel), disebut air
terserap (adsorbed water) yang jauh lebih kental dari air bebas.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 8


Air tidak banyak berpengaruh terhadap perilaku tanah berbutir kasar. Kuat geser pasir
kurang lebih sama, baik dalam kondisi basah maupun kering. Sangat berbeda dengan
tanah berbutir halus (lempung). Hal ini disebabkan oleh kandungan mineral dan
permukaan spesifik dimana tanah berbutir halus memiliki permukaan spesifik yang sangat
besar dan akan bermuatan negatif sangat besar sehingga sangat kuat menyerap dan
mengikat air. (Holtz, 1981)
Tabel 1.1 Nilai rata-rata ukuran relatif mineral lempung (Yong & Warkentin
dalam Holtz, 1981)
Tampak Tebal tipikal Diameter tipikal Specific surface
Jenis Mineral
samping (nm) (nm) (km2/kg)
Montmorillonite 3 100-1.000 0,8
Illite 30 10.000 0,08
Chlorite 30 110.000 0,08

Kaolinite 50-2.000 300-4.000 0,015

1 nm = 10-9 m = 10 Ao.

Gambar 1.4 Letak mineral lempung pada bagan plastisitas


(Casagrande, 1948 dalam Holtz, 1981)

Mektan-1 B. Bontong Hal. 9


Contoh 1.
Hitunglah permukaan spesifik dari suatu kubus berukuran sisi (a) 10 mm, (b) 1
mm, (c) 1 m, (d) 1 nm. Diketahui pula bahwa massa jenis material semuanya
sama yaitu 2650 kg/m3
Jawab:
Permukaan spesifik adalah rasio luas permukaan per satuan massa (misalnya
m2/kg). Perhitungan dalam tabel berikut:
Permukaan
Luas kulit Volume Massa
Sisi kubus spesifik
(m2) (m3) (kg)
(m2/kg)
-2 -4 -6 -3
10 mm 1x10 m 6x10 1x10 2,7x10 0,23
1 mm 1x10-3 m 6x10 -6
1x10 -9
2,7x10 -6
2,26
-6 -12 -18 -15 2.264,2
m 1x10 m 6x10 1x10 2,7x10
1 nm -9
1x10 m 6x10 -18
1x10 -27
2,7x10 -24 2.264.150,9
Luas kulit kubus = 6 kali luas 1 sisi (luas atas + bawah + kiri +kanan +muka
+belakang).
Volume = sisi pangkat 3.
Massa = volume kali massa jenis.

1.5. STRUKTUR TANAH (SUSUNAN GEOMETRIK BUTIR)

Struktur tanah tergantung bentuk , ukuran, komposisi mineral tanah dan air tanah.

Tanah berbutir kasar (tak berkohesi) yaitu pasir dan kerikil:

pori

Bagian padat (solid)


(a) (b) (c) (d)

struktur butir tunggal susunan butir bulat berukuran sama


(a) lepas (b) padat c. sangat lepas d. sangat padat
e = 0,91 e = 0,35

Tanah kohesif (berbutir halus ) yaitu lempung dan lanau:


Partikel lempung bermuatan negatif pada permukaannya
Muatan lebih banyak bila luas spesifik besar.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 10


Bila dua partikel terlarut berdekatan satu sama lain, lapisan ganda terdiffusi
menyebabkan gaya tolak-menolak. Saat bersamaan timbul gaya tarik-menarik akibat gaya
van Der Waasl yg tak tergantung pada sifat air. Kedua jenis gaya ini bertambah bila
partikel mendekat. Untuk jarak sangat kecil, gaya tarik-menarik lebih besar. Konsentrasi
muatan + berada pada tepi butiran. Bila partikel berdekatan satu sama lain, tepi yang +
ditarik ke permukaan butiran yg bermuatan (-).
Sifat lempung endapan. Bila lempung terdispersi dalam air, partikel saling
berjauhan, sehingga gaya tolak-menolak lebih besar. Setiap partikel perlahan-2 turun atau
tetap terlarut mengalami gerakan Brown ( gerak zigzag yg acak). Endapan yg terbentuk
mempunyai struktur terdispersi, dengan orientasi + sejajar satu sama lain.
Bila yg semula terdispersi posisinya berubah dan mendekat ssl akibat gerak
Brown, butiran cenderung bergumpal dengan hubungan tepi-permukaan, terikat bersama
oleh gaya tarik elektrostatik dari muatan + tepi ke muatan (-) permukaan butiran
(flokulasi ). Apabila flok sudah besar, akan mengendap secara gravitasi, dengan struktur
terflokulasi.
Bila ditambahkan garam dalam larutan terdispersi, ion-ion cenderung menekan
lapisan ganda dan mengurangi gaya tolak-menolak sehingga partikel tarik-menarik ssl
membentuk gumpalan kemudian mengendap. Untuk sedimen di air asin yg berstruktur
terflokulasi, orientasinya sejajar ssl, akibat gaya van Der Waal. Struktur terflokulasi,
ringan danenya sangat besar. Lempung laut umumnya sangat terflokulasi, sedangkan di
air tawar sebagian besar antara terdispersi dan terflokulasi.

Struktur Terbentuk oleh partikel-2 lempung yg mengendap secara


terdispersi individu, orientasi paralel
Struktur Terbentuk oleh gumpalan-2 butiran lempung yang mengendap
terflokulasi
Domain Kelompok unit-2 submikroskopis partikel lem
Cluster Kelompok dari domain yang membentuk cluster, dapat dilihat
dengan mikroskop biasa
Ped Kelompok dari cluster yang membentuk ped, dapat dilihat tanpa
mikroskop

Mektan-1 B. Bontong Hal. 11


---
+ +
---

Dispersi flokulasi oleh bukan garam flokulasi oleh garam

1.6. PARTIKEL TANAH

1.6.1. Ukuran partikel tanah

Kelompok tanah berdasarkan ukuran partikel , sebagai berikut:

kerikil (Gravel) simbol G


pasir (Sand) simbol S
lanau (silt), loam, myala simbol M
lempung (Clay) simbol C
Penamaan tergantung pada ukuran yg paling dominan.
Tabel 1.2. Pengelompokan tanah berdasarkan ukuran butiran

Nama kelompok Ukuran butiran (mm)

Metode kerikil pasir Lanau Lempung


MIT >2 2-0,06 0,06-0,002 <0,002

USDA >2 2-0,05 0,05-0,002 <0,002


AASHTO 76,2-2 2-0,075 0,075-0,002 <0,002
USCS 76,2-4,75 4,75-0,075 Butiran halus (lanau &
lempung) <0,075

MIT = Massachusetts Institute of Technology


USDA = U.S. Department of Agriculture
AASHTO = American Association of State Highway and Transportation Officials
USCS = Unified Soil Classification System (telah diterima diseluruh dunia,
dipakai oleh ASTM)

Mektan-1 B. Bontong Hal. 12


1.6.2. Berat Spesifik Tanah

Berat spesifik atau berat jenis tanah, (Gs) didefinisikan sebagai : Perbandingan
antara berat partikel padat tanah (Ws, tanpa pori atau solid ) dengan berat air (Ww) pada
volume yang sama dan pada temperatur tertentu. Atau perbandingan antara berat volume
partikel padat tanah ( s) dengan berat volume air ( w) pada temperatur tertentu. Berat jenis
partikel padat tanah umumnya berkisar antara 2,6 sampai 2,9.
s s
Gs
w w

Berat volume atau berat isi adalah perbandingan antara berat material W (weight)
dengan volume material V. Jadi:
= W/V
s = Ws/V

1.6.3. Distribusi ukuran partikel (gradasi) tanah.

Analisa saringan (ayakan): untuk gradasi butiran kasar (kerikilpasir).

Kumul.
No. Diame- Tertahan % ter- %
tertahan
ayakan ter mm gram tahan lolos
Gram
10 2 0 0 0 100
16 1,18 9,90 9,90 2,20 97,80
40 0,425 42,26 52,16 11,59 88,41
100 0,15 59,00 111,16 24,70 75,30
200 0,075 59,85 171,01 38,00 62,00
Pan --- 278,99 450,00 100 0

Ayakan No. 10 artinya ada 10x10 lubang per in2 luas saringan.

analisa hidrometer :

Untuk tanah berbutir halus (lanau-lempung).


Didasarkan pada prinsip pengendapan (sedimentasi) butir.
Contoh dilarutkan dalam air lalu dibiarkan mengendap.
Kecepatan mengendap tergantung ukuran butir, semakin besar ukurannya semakin
cepat mengendap. Menurut hukum Stokes, kecepatan mengendap :

Mektan-1 B. Bontong Hal. 13


v S w D2
18

Dimana: v = kecepatan mengendap


s = berat isi partikel tanah
w = berat isi air
= kekentalan air (dyne.cm/s2)
D = diameter partikel tanah

18 .v 18 L
Jadi : D
t
S w S w

jarak L
dimana v S=GS. w
waktu t

18 L
sehingga : D
(G 1) t
S w

Untuk mengetahui banyaknya tanah yang masih


terlarut (belum mengendap), dapat ditempuh dengan
dua cara.
1) Dengan mengukur berat jenis larutan Rh, menggunakan Hidrometer No. 151H. Berat
jenis larutan tergantung banyaknya massa tanah yang terlarut dan berat jenis butiran.
Persentasi butiran tanah yang larut P:

1000 GS
P Rc 1 x100 %
Ws GS 1

di mana Rc = Rh-x+CT
x = koreksi bahan dispersi
Cm = koreksi meniskus
CT= koreksi temperatur
Ws = berat total contoh tanah kering oven yg digunakan

Mektan-1 B. Bontong Hal. 14


: P = persen dengan ukuran < D
Gs = berat jenis butir
Rh = pembacaan hidrometer dalam larutan
Rc = pembacaan hidrometer terkoreksi
2). Dengan mengukur konsentrasi larutan, menggunakan Hidrometer No. 152H.
Konsentrasi larutan adalah banyaknya massa tanah terlarut per satuan volume larutan
(gram/liter ), dinyatakan dengan Rh (pembacaan hidrometer konsentrasi larutan).
Persentasi yang terlarut :
Rc
P .a 100%
Ws
Gs (1,65)
a (koreksi berat jenis)
(Gs 1)2.65

Kedalaman efektif yang diukur, L dapat ditentukan sbagai berikut :

Meniscus Ra

L1 L

L2

L = L1+0.5(L2-Vb/Agrad)

Agrad = luas penampang silinder pengendapan


Vb = Volume hidrometer , ditentukan sbb:
Isi silinder dengan air suling, dan baca skala volume pada dindingnya , misalkan V1
Masukkan hidrometer dan baca skala volume pada dindingnya , mis. V2., maka Vb = V2
V1.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 15


Koreksi meniscus , cm :
Pembacaan hidrometer dilakukan pada puncak meniscus sehingga perlu dikoreksi dengan
kenaikan meniscus. (cm bernilai +)

Koreksi suhu CT :
Hidrometer dikalibrasi pada suhu 20oc sehingga untuk temperatur saat pengujian bukan
20oc, perlu dikoreksi. Bila suhu lebih besar 20oc, Ra lebih kecil dari yang seharusnya,
sehingga koreksi suhunya bernilai +, dan sebaliknya.

Koreksi Reagent (larutan dispersi) x.


Larutan dispersi menaikkan Rh, sehingga koreksinya bernila negatif. Caranya : Lakukan
pembacaan hidrometer dalam air suling, = Rd. Lakukan pembacaan hidrometer dalam air
suling yang dicampur dengan larutan dispersi, Rr. Maka x = Rr Rd.
Untuk menghitung kedalaman efektif, L digunakan R = Rh+cm.

Gambar 1.2 adalah kurva gradasi, yaitu kurva yang menggambarkan distribusi ukuran
butiran (kurva hubungan antara persentase kandungan butiran vs. diameter butiran).
Bagian kanan yang berwarna pink, adalah fraksi ukuran kerikil (G). Bagian tengah
berwarna putih adalah fraksi ukuran pasir (S), bagian kiri yang berwarna merah
kekuningan adalah fraksi ukuran lanau (M) dan bagian paling kiri berwarna abu-abu
adalah fraksi ukuran lempung (C). Informasi penting dari kurva tersebut antara lain
karakteristik bentuk kurva gradasi dan ukuran efektif.

Untuk butiran yang ukurannya relatif seragam atau miskin variasi (indeks P = poor),
bentuk kurvanya mendekati tegak dalam rentang ukuran (diameter) yang sempit. Contoh
pada gambar 1.2 diberi simbol SP (sand poor) yaitu butiran pasir berdiameter sekitar 0,5
sd. 1 mm, tanpa fraksi kerikil dan butiran halus (disebut bergradasi buruk).

Kurva yang diberi keterangan Gradasi baik, W bentuk kurvanya terbentang melintasi
fraksi berukuran GRAVEL dari kanan atas, melintasi fraksi SAND di tengah sampai
fraksi SILT di kiri bawah merupakan material campuran dari berbagai ukuran (kaya
variasi ukuran butir, dari yang kasar sampai yang halus. Indeks W artinya WELL (baik,
gradasi baik).

Kurva yang diberi keterangan Gradasi senjang (Gap), merupakan kurva material dimana
pada bagian tertentu ada fraksi yang sangat kurang dibandingkan dengan fraksi lainnya.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 16


Pada gambar ditunjukkan oleh bentuk kurva yang semula terjal, kemudian di bagian
tengah landai atau mendekati datar, selanjutnya terjal lagi. Bagian kurva yang landai
menandakan fraksi pada bagian tersebut kandungannya sedikit atau kurang. Ini juga
tergolong gradasi buruk (P).

D10

D30 D60

Gambar 1. 5. Kurva Distribusi Ukuran Butiran

Ukuran Efektif

D10 = diameter butiran yg bersesuaian dengan 10% lebih halus (lolos ayakan)
disebut ukuran efektif (effective size). koefisien keseragaman.
D30 = diameter butiran yg bersesuaian dengan 30% lebih halus
D60 = diameter butiran yg bersesuaian dengan 60% lebih halus (lolos ayakan)

Koefisien keseragaman ( uniformly coefficient) :


D
C 60
u D
10
Koefisien gradasi (coefficient of gradation) :
D 2
C 30
c D xD
60 10

Mektan-1 B. Bontong Hal. 17


Contoh ke 1:
Data percobaan analisa sringan diperlihatkan pada table contoh 1.
Diminta :
1). Hitung persentase kumulatif yang tertahan dan lolos pada setiap saringan
2). Gambarkan kurva distribusi ukuran butiran dari contoh tanah tersebut.
3). Tentukan diameter efektif D10, D30 dan D60, dan hitung Cu dan Cc.
4). Tentukan berapa persen kerikil, pasir dan butiran halus berdasarkan metode
USCS.
Tabel contoh 1.
Berat
Bukaan
Sieve No. tertahan
(mm)
(gram)
11/2" 38.1 3.0
1" 25.4 7.0
3/4 " 19.05 12.0
1/2 " 12.7 15.0
4 4.75 12.0
10 2.00 18.00
20 0.84 21.00
40 0.425 19.00
60 0.25 18.00
100 0.15 12.00
200 0.075 21.00
Pan 7.00

Jawab :
1) Perhitungan dilakukan langsung dalam table berikut :
Berat Kumulatif
Ukuran Bukaan %
tertahan tertahan % Lolos
Saringan (mm) Tertahan
(gram) (gram)
11/2" 38.1 3.0 3 1.82 98.18
1" 25.4 7.0 10 6.06 93.94
3/4 " 19.05 12.0 22 13.33 86.67
1/2 " 12.7 15.0 37 22.42 77.58
4 4.75 12.0 49 29.70 70.30
10 2.00 18.00 67 40.61 59.39
20 0.84 21.00 88 53.33 46.67
40 0.425 19.00 107 64.85 35.15
60 0.25 18.00 125 75.76 24.24
100 0.15 12.00 137 83.03 16.97
200 0.075 21.00 158 95.76 4.24
Pan 7.00 165 100.00 -

Mektan-1 B. Bontong Hal. 18


2).

100
90
80
70
60
% Lolos

50
40
30
20
10
0
0.01 0.1 1 10
Ukuran Butir (mm)

3). Dari kurva didapat:


D60 (mm) = 2.1 Cu = 21
D30 (mm) = 0.31 Cc = 0.5
D10 (mm) = 0.1
4). Pada table hitungan di atas dapat dilihat : Persen kerikil (diameter D>
4.75mm ) yaitu bagian yang tertahan saringan No. 4 adalah sebesar 29.7%.
Persen butiran halus (D<0.075 mm) yaitu bagian yang lolos saringan No. 200
adalah sebesar 4.24 %.
Persen pasir adalah yang berdiameter 0.075 mm < D < 4.75mm atau fraksi
yang lolos saringan No 4 dan tertahan saringan No. 200 yaitu sebesar 100% -
persen kerikil persen butiran halus = 100% - 29.7% -4.24% = 66.06%.

Contoh ke-2:
Hasil uji percobaan analisa hydrometer sebagai berikut:
Hidrometer No. 152H
Persen lolos No. 200 34
Berat jenis Tanah, Gs 2.7
Koreksi Gs, a = 0.99

Bahan Dispersi : calgon


Koreksi reagent, x = 3
Koreksi meniscus, cm = 1
Berat contoh 50 gram

Mektan-1 B. Bontong Hal. 19


Waktu
Suhu Pemb.
Tanggal Jam test,
, oC. Hidrometer, Rh
t (min)
3 Okt. 8.30 0
0.5 22 52
1.0 22 50
2 22 47
4 22 42
8 22 37
16 22 31
9.00 30 22 26
9.30 60 22 24
10.35 125 22 21
14.00 330 23 18
990 23 16
4. Okt 8.30 1,440 24 14
5 Okt. 8.00 2,850 24 10

Diminta :
Hitung Diameter butiran yang dikaitkan dengan pembacaan hydrometer pada setiap tahap
pembacaan, dan hitung % lebih halus dari diameter tersebut, diperhitungkan terhadap
total sampel (termasuk butiran kasar).

Jawab :
Perhitungan dilakukan dalam table berikut:
Rc
Kolom g diisi dengan hasil hitungan rumus; P .a. x.100%
Ws
Gs (1,65)
dimana ;a
(Gs 1)2.65
Kolom h diisi dengan hasil hitungan rumus : L =16.3-0.1641. Rm
18 L
Kolom k diisi dengan hasil hitungan rumus : D
(G
1) t
S w
Kolom i diisi dengan hasil hitungan rumus : Kolom g x % lolos #200

Mektan-1 B. Bontong Hal. 20


Pemb. Koreksi
Waktu Pemb. Kedalaman
Suhu, Hidrometer % lebih meniscus, Viscositas, diameter % lebih
Tanggal Jam test, o Hidrometer,
terkoreksi, halus Rm =
terukur, L,
poise D, mm halusdari D
C.
t (min) Rh cm
Rc=Rh-x+ct Rh+cm

a b c d e f g h i j k l
3 Okt. 8.30 0
0.5 22 52 49.4 97.70 53 7.6 0.00958 0.0512 33.2192
1.0 22 50 47.4 93.75 51 7.9 0.00958 0.0370 31.8743
2 22 47 44.4 87.81 48 8.4 0.00958 0.0270 29.8569
4 22 42 39.4 77.93 43 9.2 0.00958 0.0200 26.4946
8 22 37 34.4 68.04 38 10.1 0.00958 0.0147 23.1324
16 22 31 28.4 56.17 32 11.0 0.00958 0.0109 19.0977
9.00 30 22 26 23.4 46.28 27 11.9 0.00958 0.0083 15.7354
9.30 60 22 24 21.4 42.32 25 12.2 0.00958 0.0059 14.3905
10.35 125 22 21 18.4 36.39 22 12.7 0.00958 0.0042 12.3731
14.00 330 23 18 15.7 31.05 19 13.2 0.00936 0.0026 10.5575
990 23 16 13.7 27.10 17 13.5 0.00936 0.0015 9.2126
4. Okt 8.30 1,440 24 14 12.0 23.73 15 13.8 0.00914 0.0013 8.0694
5 Okt. 8.00 2,850 24 10 8.0 15.82 11 14.5 0.00914 0.0009 5.3796

Mektan-1 B. Bontong Hal. 21


KOMPOSISI DAN
Bab 2 KONSISTENSI TANAH

2.1. FASE TANAH

Suatu bongkah tanah dapat tersusun dari dua atau tiga bahan/substansi seperti gambar 2.1

GAS
Va
AIR GAS
Ww AIR Vw Vv
W V
BUTIR BUTIR BUTIR
Ws Vs
PADAT PADAT PADAT

Elemen asli 3 fase 2 fase 2 fase


s : solid (butir padat) (udara, air, butiran) (w,s) (a, s)
w : air (water)
a : udara / gas (air)
Gambar 2.1. Diagram Fase Tanah

Hubungan antar besaran dalam suatu bongkah tanah : Volume Berat

V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va

Vs = vol. butiran padat


Vv = volume pori
Vw = volume air
Va = volume udara
V = volume total
W = Ws + Ww = berat total
Ws = berat butir padat
Ww = berat air

W = Weight (berat ) V = Volume (isi)


Indeks w = water Indeks s = soil (butiran padat)
Indeks v = void (pori) Indeks a = air (udara)

Hubungan Volume : angka pori e (void ratio), porositas n dan derajat


kejenuhan S (degree of saturation) %.

Mektan-1 B. Bontong Hal. 22


e = Vv/Vs perbandingan antara volume pori dgn volume
butiran padat
n = Vv/V perbandingan antara vol. pori dgn volume total
S = Vw/Vv x 100 % derajat kejenuhan = volume air/volume pori

Hubungan e dengan n
n e
e atau n
1 n 1 e
Kadar air w (water content) dan berat volume
( = berat isi = unit weight)
w = Ww/Ws x 100%
W Ws 1 w
Berat isi basah :
V V
Ws
Berat isi kering :
d V 1 w
Kerapatan (density, ) = m/V d= ms/V
m = massa total tanah
ms = massa butiran padat Indeks d = menyatakan kondisi
kering (dry)
= .g d = d.g sat = sat.g

g = percepatan gravitasi = 9,81 m/detik2 = 32,185 ft/detik2


indeks sat menyatakan keadaan jenuh air ( saturated ).
w = 62,4 lb/ft3 = 9,81 kN/m3
w= 1000 kg/m3

Hubungan Berat Volume, angka pori, kadar air, Berat spesifik (berat jenis)

Va udara
Vv=e
Ww=w.Gs. w air Vw=wGs
W V=1+e
Ws=Gs.
butir Vs = 1
w
padat

Gambar 2.2. Komponen Tanah

Mektan-1 B. Bontong Hal. 23


Pada gambar 2.2. misalkan volume butiran padat Vs = 1
Maka didapat volume pori Vv = e

Berat jenis Gs didefinisikan sebagai perbandingan berat isi


butiran padat dengan berat isi air pada temperatur tertentu.

Jadi : Gs = s / w atau Ws=Gs. w

karena Vs = 1,
maka Ww = w.Ws = w.Gs. w

Dimana Gs = berat jenis butiran padat


w = berat volume air
w = kadar air.
3 3
w = 9,81 kN/m = 62,4 lb/ft

1 w GS . w
Berat isi basah :
1 e
W G .
berat isi kering S S w
d V 1 e
Ww w.Gs. w
Volume air : Vw w.Gs
w w
Vw w.Gs
Derajat kejenuhan : S S.e = w.Gs
Vv e
Untuk tanah jenuh air (saturated) ,S = 100% ;

berat isi jenuh :

G e.
S w
sat 1 e

Hubungan Berat Volume, porositas dan kadar air.

WS
d GS . w (1 n)
V
GS . w (1 n)(1 w)

GS e . w
sat GS (1 n) n . w
1 e

Mektan-1 B. Bontong Hal. 24


2.2. KERAPATAN RELATIF Dr (UNTUK PASIR DAN KERIKIL):

Kerapatan relatif (relative density) Dr, menunjukkan tingkat kerapatan tanah


granular (tanah berbutir kasar) di lapangan, dinyatakan dengan rumus :

e e d d .(min) d (maks)
Dr maks.
e e
maks. min d (maks) d (min) d

Nilai Dr bervariasi dari 0 sampai 1


emaks= angka pori tanah dalam keadaan paling gembur
emin = angka pori tanah dalam keadaan paling padat
e = angka pori tanah di lapangan
Kepadatan relatif (relative compaction), Rc, didefinisikan sebagai perbandingan
antara berat volume kering tanah di lapangan dengan berat volume kering maksimumnya.
Jadi :

Rc d
d (maks)

d (min)
Kalau didefinisikan : Ro
d ( maks)
Maka :
Ro
Rc
1 Dr 1 Ro

Lee dan Singh (1971) menyarankan hubungan antara kepadatan relatif dengan kerapatan
relatif sebagai berikut:
Rc = 80 + 0.2 Dr

Dr dinyatakan dalam persen.

2.3. KONSISTENSI TANAH BERBUTIR HALUS (Das, 1998)

Lempung dalam kondisi cukup basah bersifat plastis, dapat diremas tanpa retak.
Sifat konsistensi untuk kadar air ( ) yang bervariasi, digambarkan oleh Atterberg
(Swedia) sbb. :

Mektan-1 B. Bontong Hal. 25


sangat tinggi sangat lunak seperti cairan (lumpur).
cukup tinggi plastis
rendah semi padat
w sangat rendah/kering padat
keadaan peralihan (transisi) dari :
padat ke semi padat batas susut SL (shrinkage limit)
semi padat ke plastis batas plastis PL (plastic limit)
plastis ke cair batas cair LL (liquid limit)

dinyatakan dalam % kadar air ( ), = batas-2 Atterberg

padat semi padat plastis cair


bertambah

SL PL LL

Gambar 2.3. Pengaruh Kadar Air (w) vs. Konsistensi tanah

Batas cair LL : ( ditentukan dengan mangkok Casagrande):

8mm
Celah 2mm

Tinggi jatuh mangkok = 10 mm.


Lakukan minimal 3 variasi kadar air w
Hitung jumlah ketukan (N) perlu untuk
membuat celah bersinggungan sepanjang
12,7mm.
Buat diagram w VS log N

Mektan-1 B. Bontong Hal. 26


40

(%)
35
LL = L = 31%
30
Kadar air

Flow line
25

20
10 20 25 30 40 50

jumlah ketukan N (skala log)

Gambar 2.4. Kurva Hubungan Kadar Air vs. Jumlah Ketukan

Kemiringan garis aliran (flow line) disebut indeks aliran IF

LL = kadar air pada saat 25 ketukan, massa tanah bersinggungan


sepanjang 0,5 in (12,7 mm).

w1
w2
IF
N
log 2
N1
Persamaan garis aliran :
w = -IF log N + C
tan
N
Rumus empiris : LL wN
25
tan = 0,121
Dimana :
N = jumlah ketukan yang dibutuhkan untuk menutup celah sepanjang 0,5 in
(antara 20 30 ).

WN = kadar air yg perlu untuk N ketukan di atas

Batas plastis PL : kadar air pada saat tanah dapat digulung sampai mencapai diameter
1/8 in (3,2 mm) tepat setelah mulai retak-retak.
Indeks plastisitas PI :
PI = LL PL

Mektan-1 B. Bontong Hal. 27


Aktifitas tanah.
Skempton 1953 dalam Holtz, 1981 mendefinisikan aktifitas A dari lempung sebagai :
PI
A
fraksi lempung
Dimana fraksi lempung dinyatakan dalam % berat, yaitu fraksi berukuran < 2 m.
Oleh karena aktifitas permukaan dipengaruhi oleh ukuran partikel, sehingga mineral
montmorillonite yang mempunyai permukaan spesifik yang besar akan lebih aktif
daripada kaolinite.

Tabel 2.1. Aktifitas berbagai mineral (Holtz, 1981)


Mineral Aktifitas, A
Na-montmorillonite 47
Ca-montmorillonite 1,5
Illite 0,5 1,3
Kaolinite 0,3 0,5
Mica 0,2
Quatz 0

Contoh 1: Analisis komposisi tanah


Diketahui :
Volume bongkah V = 1150 cc
Berat tanah basah W = 2290 gram
Berat tanah kering Ws = 2035 gram
Berat jenis, Gs = 2.69
Berat volume air w = 1 gram/cc
Ditanyakan : Hitung,
Porositas n
angka pori e
Derajat kejenuhan S
Kadar air w
Berat isi basah
Berat isi kering d

Mektan-1 B. Bontong Hal. 28


Jawab
Berat air Ww = W - Ws = 255 gram
Volume air Vw = Ww/ w = 255 cc
Berat isi solid s = Gs. w = 2.69 gram/cc
Volume solid Vs = Ws/ s = 756.50 cc
Volume pori Vv = V - Vs = 393.49 cc
Volume udara Va = Vv-Vw = 138.49 cc
Porositas n = Vv/V = 0.34 = 34%
angka pori e = Vv/Vs = 0.52 = 52%
Derajat kejenuhan S = Vw/Vv = 0.65 = 65%
Kadar air w =Ww/Ws = 12.5%
Berat isi basah g = W/V = 1.99 gram/cc
Berat isi kering d = Ws/V = 1.77 gram/cc

Contoh 2 : Batas-batas Atterberg.


Gambarkan kurva hubungan kadar air vs jumlah ketukan dari hasil uji batas-batas
Atterberg berikut ini, kemudian tentukan batas cair dab indeks plastis.
Batas Cair
Batas Plastis
Jumlah Ketukan 12 X 24 X 35 X 45 X
Nomor cawan 1 2 3 2 4 5
Cawan + contoh basah 86.00 85.50 100.90 44.00 56.50 52.30
Cawan + contoh kering 59.90 61.06 72.00 33.99 45.35 42.30
Berat cawan 15.51 15.52 15.67 13.85 15.26 15.98
Berat air 26.10 24.44 28.90 10.01 11.15 10.00
Berat contoh kering 44.39 45.54 56.33 20.14 30.09 26.32
Kadar air 58.80 53.67 51.30 49.70 37.06 37.99
Rata-rata = 37.52

Jawab :
Dari kurva didapat :
60
Liquid limit, LL = 53.5%
Dari tabelhitungan:
Plastic limit, PL = 37.5%
Kadar air %

56
Indeks plastis:
53,5% PI = LL PL = 16%

52
Dari kurva didapat :
Liquid limit, LL = 53.5%
Dari table, Plastic limit PL = 37.5%
48 Indeks plastis , PI = LL PL = 16%
10 100
Jumlah Ketukan

Mektan-1 B. Bontong Hal. 29

Anda mungkin juga menyukai