Kajian Sanad
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hanifah al-Qasabiy al-Wasithiy berkata :
telah menceritakan kepada kami al-Hasan bin Jabalah berkata : telah menceritakan kepada
kami Mujasyi’ bin ‘Amr berkata : telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Zaid
bin Aslam, dari ayahnya, dari Anas berkata : Rasulullah Saw. Bersabda : “Shalat dua
raka’at dari orangyang telah menikah itu lebih baik dari tujuh puluh raka’at shalatnya
orang yang membujang (belum menikah).2
Periwayatan hadis dalam kajian sanad hadist di atas adalah sebagai berikut :
Nabi Muhammad Saw – Anas – Zaid bin Aslam – Abdurrahman bin Zaid bin Aslam -
Mujasyi’ bin ‘Amr – al-Hasan bin Jabalah – Muhammad bin Hanifah al-Qasabiy al-Wasithiy
– al-‘Uqailiy. Adalah sebagai berikut:
1
. CD Software, Maktabah Syamilah, (Dev. Muassasah al-Maktabah al-Syamilah ; Ver. 2.12, 2005)
2
. Abu Ja’far bin Muhammad bin ‘Amr Musa bin Himad al-‘Uqailiy al-Makiy, al-Dhu’afa al-Kabir, (Bairut;
Dar al-Maktabah al-’Alamiyah, 1984) hlm. 264
3
. Abdul Majid Khan, Ulumul Hadis, (Jakarta; Amzah, 2008) hlm. 253
4
. Subhi as-Salih, Ilmu Ilmu Hadis, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 2013) hlm. 336
5
. Ahmad bin ‘Aly Syihabuddin, Tahdzib al-Tahdzib al-Kamal fi Asma’i al-Rijal, hm. 190
6
. Subhi as-Salih, Ilmu Ilmu Hadis, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 2013) hlm. 337
Julukan : Abu Hamzah.
Para Guru : Rasululullah Saw, Abi bin Ka’ab, Asyad bin Khudhair, Tsabit bin Qays
bin Syimam, Jarir bin ‘Abdullah al-Bajaliy dll.7
Para Murid : Abn bin Shalih, Aban bin Abi ‘Iyas, Ibrahim bin Maysarah, Azhar bin
Rasyid, Ishaq bin ‘Abdullah bin Abi Thalhah, Zaid bin Aslam, dll.8
Komentar Tentangnya : Qatadah berkata “di hari ketika Anas bin Malik wafat, Mauriq
berkata : hari ini setengah ilmu telah hilang, lalu ditanya mengapa begitu wahai Mauriq
? beliau berkata : karena ketika seseorang yang ceroboh dalam menganalisis hadis maka
aku akan berkata : kemarilah ! kita akan bertanya langsung kepada orang yang
mendengarkannya langsung dari nabi”. Sahabat ‘Umar bin Khattab pun pernah
memberikan pujian tentang beliau “dia adalah anak muda yang cerdas yang pandai dalam
baca dan tulis”, dan terdapat pula komentar Abu Hurairah tentang beliau adalah “aku
belum pernah melihat orang yang melasanakan shalat yang lebih mirip dari shalatnya
Rasulullah Saw. Selain dirinya (Anas.Red)”, Ibnu Sirrin pun berkata “ia adalah orang
yang paling bagus shalatnya setelah Rasulullah Saw. Baik itu di rumah maupun ketika
dalam perjalanan”.9
Nama Lengkap : Zaid bin Aslam al-Qarasyi al-‘Adawiy, beliau adalah hamba sahaya
‘Umar bin Khattab dan beliau meninggal di Madinah, dan dia meninggal di zaman
kekhalifaan Abu Ja’far al-Mansur pada saat dinasti ‘Abbasiyah.10 Beliau meninggal pada
tanggal 10 bulan dzulhijjah pada tahun 136 H.11
Para Guru : Anas bin Malik, Ibrahim bin ‘Abdullah bin Hunain, Basar bin Sa’id, Basyar
bin Mahjan, Jabir bin ‘Abdullah, Khalid bin Aslam, dll.12
7
. CD Software Maktabah Syamilah, Ruwat al-Tahdzibin, juz. 7, hlm. 565
8
. ‘Ibid, hlm. 565
9
. Subhi as-Salih, Ilmu Ilmu Hadis, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 2013) hlm. 336
10
. Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadl al-Asqalaniy al-Syafi’iy, Taqrib al-Tahdzib, (Suriah; Dar el-Rashid,
1986), Juz. 1, hlm. 98
11
. ‘Abdurrahman bin Abi Bakr Abu al-Fadl al-Suyuthi, As’af al-Mabtha’ , (Mesir; al-Maktabah al-Tijariyah
al-Kubra, 1969), Juz. 1, hlm. 10
12
. CD Software Maktabah Syamilah, Ruwat al-Tahdzibin, juz. 7, hlm. 2117
Para Murid : Usamah bin Zaid bin Aslam, Isma’il bin ‘Iyas, Jarir bin Hazim, al-Harits
bin Ya’qub, Hafs bin Maisarah al-Shan’aniy, ‘Abdullah bin ‘Umar al-‘Amriy,
‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dll.13
Komentar Tentangnya : Imam Ahmad bin Hanbal berkata bahwa Zaid bin Aslam adalah
orang yang tsiqat14, al-Daruqutni berkata bahwa Zaid bin Aslam adalah tsiqat tidak ada
keraguan padanya15, Imam Ibnu Hajar al-Asqalaniy berkata di dalam kitabnya Taqrib al-
Tahdzib bahwa Zaid bin Aslam adalah maqbul.16 Adapun Ibrahim bin ‘Abdullah bin al-
Junaid berkata “la ba’sa bihi”17, berkata pula Ya’qub bin Syaibah bahwa Zaid bin Aslam
adalah seorang yang tsiqah dan beliau juga merupakan ahli dalam ilmu agama dan juga
fiqh serta memiliki wawasan yang luas terhadap ilmu tafsir dan juga memiliki kitab yang
berkaitan dengan tafsir tersebut.18
Nama Lengkap : ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam al-Qarasyi al-‘Adawiy, sama
seperti ayahnya (Zaid bin Aslam. Red), dia juga merupakan hamba sahaya sahabat
‘Umar bin Khattab beliau merupakan orang yang bertempat tinggal di Madinah.19
Para Guru : Zaid bin Aslam, Abi Hazim Salamah bin Dinar, Shafwan bin Sulaim,
Muhammad al-Munkadir.20
Para Murid : Ibrahim bin Yazid al-Adzramiy, Ishaq bin Idris, Isma’il bin Abi Uwais,
Hasan bin ‘Abdillah al-Kindiy, Rasyid bin Sa’ad, Sa’id bin Maryam, Sufyan bin
‘Uyainah, Shalih bin ‘Abdullah al-Tirmidzi, ‘Abdullah bin Wahab.21
13
. ‘Ibid, hlm. 2117
14
. ‘Umar bin Ahmad Abu Hafdi al-Wa’iz, Tarikh Asm’a al-Tsiqat, (Kuwait; Dar al-Salafiyah, 1984), juz. 1,
hlm. 90
15
.Yusuf bin Zakiy ‘Abdurrahman Abu al-Hajjaj al-Miziy, Tahdzib al-Kamal, (Bairut; Mu’assasah al-Risalah,
1980), Juz. 3, hlm. 70
16
.Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadl al-Asqalaniy al-Syafi’iy, Taqrib al-Tahdzib, (Suriah; Dar el-Rashid,
1986), Juz. 1, hlm. 140
17
.Yusuf bin Zakiy ‘Abdurrahman Abu al-Hajjaj al-Miziy, Tahdzib al-Kamal, (Bairut; Mu’assasah al-Risalah,
1980), Juz.7, hlm.75
18
. ‘Abdurrahman bin Abi Bakr Abu al-Fadl al-Suyuthi, As’af al-Mabtha’ , (Mesir; al-Maktabah al-Tijariyah
al-Kubra, 1969), Juz. 1, hlm. 10
19
. Abu Hatim Muhammad bin Hibban al-Basati, al-Majruhin, (Halb; Dar al-Wa’yi,), Juz. 2, hlm. 57
20
. CD Software Maktabah Syamilah, Ruwat al-Tahdzibin, juz. 3, hlm. 3865
21
. ‘Ibid, hlm. 3865
Zaid. Red) adalah dha’if, Ahmad Murrah Akhra’ berkata bahwa ‘Abdurrahman bin
Zaid adalah tsabit.22
Adapun pendapat dari Yahya bin Ma’in bahwa dari semua anak23 Zaid bin Aslam
keseluruhan dari mereka adalah bukan termasuk dari golongan orang tsiqat kecuali
Usamah bin Zaid bin Aslam.24
Abu Hatim ar-Razi berkata bahwa ‘Abdurrahman bin Zaid termasuk orang yang
majhul,25
Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalaniy di dalam kitabnya Taqrib al-Tadzhib juga juga ikut
mendha’ifkannya.29 Al-Hakim al-Naisaburiy berpendapat bahwa ‘Abdurrahman bin
Zaid meriwayatkan hais-hadis yang maudhu’.30 Imam Bukhari berkata tentang
‘Abdurrahman bin Zaid sebagai munkar al-Hadis, sedangkan Ibnu hibban memberi
penjelasan sebagai berikut “aku tidak mengetahui sesuatu tentang hal yang
membingungkan ini (kemungkaran ‘Abdurrahman bin Zaid) karena ayahnya (Zaid bin
Aslam.Red) bukanlah orang yang seperti itu.31
22
. Ahmad bin Hanbal, Su’alat Abi Daud, (Madinah; Maktabah al-Ulum wa al-Hikam, 1414), juz. 1, hlm. 225
23
. Adapun anak dari Zaid bin Aslam ialah : Usamah bin Zaid, ‘Abdullah bin Zaid, dan ‘Abdurrahman bin
Zaid.
24
. Yahya bin Ma’in, Min Kalami Abi Zakariya fi al-Rijal, (Damaskus; Dar al-Makmun li al-Turats, 1400) , juz.
1, hlm. 40
25
.‘Abdurrahman in ‘Ali bin Muhammad bin al-Jauziy Abu al-Faraj, al-Dhu’afa wa al-Matrukin li Ibni al-
Jauziy, (Bairut; Dar al-Kutub al-‘Alamiyah, 1406), juz. 1, hlm. 65
26
. Ahmad bin Syu’aib an-Nasa’i, al-Dhu’afa wa al-Matrukin li an-Nasa’i, (Halb; Dar al-Wa’yi, 1369), juz. 1,
hlm. 66
27
. Abu Ja’far bin Muhammad bin ‘Amr Musa bin Himad al-‘Uqailiy al-Makiy, al-Dhu’afa li al-‘Uqailiy,
(Bairut; Dar al-Maktabah al-‘Alamiah, 1984), Juz. 2, hlm. 331
28
. Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qaymaz al-Dzahabiy, al-Magna fi al-Dhu’afa, Juz.
2, hlm. 380
29
. Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadl al-Asqalaniy al-Syafi’iy, Taqrib al-Tahdzib, (Suriah; Dar el-Rashid,
1986), Juz. 1, hlm. 340
30
. Muhammad bin ‘Abdullah bin Hamduwiyah al-Hakim al-Naisaburiy Abu ‘Abdillah, al-Madkhal ‘ila al-
Shahih, (Bairut; Mu’assasah al-Risalah, 1404), Juz. 1, hlm. 154
31
.‘Abdurrahman in ‘Ali bin Muhammad bin al-Jauziy Abu al-Faraj, al-Dhu’afa wa al-Matrukin li Ibni al-
Jauziy, (Bairut; Dar al-Kutub al-‘Alamiyah, 1406), juz. 1, hlm. 306
32
. Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Abu al-Qasim al-Thabaraniy, al-Mu’jam al-Kabir, (Mosul; Dar al-‘Ulum
wa al-Hikam, 1983), Juz. 20, hlm. 155
Kalangan : Tidak diketahui
Komentar Tentangnya : Ibnu Ma’in berkata “sungguh aku telah melihatnya termasuk
salah satu orang yang suka berbohong”33, al-Dzahabiy serta Ibnu Hibban bersepakat
bahwa ia (Mujasyi’.Red) adalah seorang pemalsu Hadis.34 ‘Abdurrahman al-Tamimiy
berpendapat bahwa Mujasyi’ adalah seorang yang dhai’f dan matruk al-hadis35, al-Azdiy
berkata bahwa Mujasyi’ adalah seorang pendusta dan tidak akan bisa diterima hadis yang
diriwayatkan darinya.36 Yahya bin Ma’in berkata tentang Mujasyi’ bahwa ia termasuk
salah seorang pendusta dan hadis yang diriwayatkan darinya adalah munkar. 37 Imam
Bukhari menilai Mujasyi’ sebagai orang yang munkar serta majhul.38
Komentar Tentangnya : Ali bin Abu Bakar al-Haitsamiy berkata “aku tidak pernah
mendengar namanya dan aku tidak tahu apapun tentang dirinya”.40
33
. ‘Ali bin Abu Bakar al-Haitsamiy, Majmu’ al-Zawa’id, (Kairo; Dar al-Rayyan li al-Turats, 1407), Juz. 2, hlm.
213
34
. ‘Abdul Ra’uf al-Manawiy, Faidh al-Qadir, (Mesir; Maktabah al-Tijariah al-Kubra, 1356), Juz. 2, hlm. 385
35
. ‘Abdurrahman bin Hatim Muhammad bin Idris Abu Muhammad al-Razi al-Tamimiy, al-Jarh wa al-Ta’dil,
(Bairut; Ihya’ al-Turats al-‘Arabiy, 1952), Juz. 8, hlm. 390
36
. ‘Ab durrahman in ‘Ali bin Muhammad bin al-Jauziy Abu al-Faraj, al-Dhu’afa wa al-Matrukin li Ibni al-
Jauziy, (Bairut; Dar al-Kutub al-‘Alamiyah, 1406), juz. 3, hlm. 35
37
. Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadl al-Asqalaniy al-Syafi’iy, Lisan al-Mizan, (Bairut; Mu’assasah al-
‘Alamiy li al-Matbu’at, 1986), Juz. 5, hlm. 5
38
. ‘Ibid, Juz. 6, hlm. 461
39
. Abu al-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Thabarani, Mu’jam al-Ausath, (Kairo; Dar al-Haramain, 1415), Juz.
6, hlm. 192
40
. ‘Ali bin abu Bakar al-Haitsamiy, Majmu’ al-Zawa’id, (Kairo; Dar al-Rayyan li al-Turats, 1407), Juz. 3,
hlm.191
Nama Lengkap : Muhammad bin Hanifah bin Muhammad bin Mahan al-Qasabiy al-
Wasithiy, beliau bertempat tinggal di Baghdad41, dan meninggal disana pula.42
Para Guru : al-Hasan bin Jabalah al-Syairadzi, Ahmad bin Muhammad bin Mahan,
al-Muqaddim bin Muhammad bin Yahya al-Maqdamiy, Khalid bin Yusuf al-Samtiy.43
Para Murid : Muhammad bin Makhlad, Abu Bakar a-Syafi’i, Muhammad bin Hasan bin
Muqsim, Isma’il bin ‘Ali al-Khatabiy, Makhlad bin Ja’far al-Diqaq.44
Nama Lengkap : Abu Ja’far bin Muhammad bin ‘Amr Musa bin Himad al-‘Uqailiy al-
Makiy, beliau adalah penduduk yang pernah tinggal di dua kota suci yakni Makkah dan
Madinah, beliau (al-‘Uqailiy.Red) adalah pengarang berbagai macam kitab dan beliau
wafat di kota Makkah pada hari ke-10 di bulan rabi’ul awwal.48
Para Guru : Yazid bin Muhammad bin Himad al-‘Uqailiy, Muhammad bin ‘Amr Musa,
Nu’man bin ‘Abdu al-Salam, Muhammad bin Isma’il al-Sha’ig, Ishaq bin Ibrahim al-
41
. Abu Bakar Ahmad bin ‘Ali bin Tsabit bin Ahmad bn Mahdi al-Khathib al-Baghdadiy, Tarikh Baghdad,
(Bairut; Dar al-Garb al-Islamiy, 2002), Juz. 3, hlm. 115
42
. ‘Ibid, Juz. 2, hlm. 296
43
. ‘Ibid, Juz. 3, hlm. 115
44
. ‘Ibid, Juz. 3, hlm. 115
45
. ‘Ali bin Abu Bakar al-Haitsamiy, Majmu’ al-Zawa’id, (Kairo; Dar al-Rayyan li al-Turats, 1407), Juz. 5, hlm.
121
46
. ‘Abdul Ra’uf al-Manawiy, Faidh al-Qadir, (Mesir; Maktabah al-Tijariah al-Kubra, 1356), Juz. 1, hlm. 470
47
.Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qaymaz al-Dzahabiy, Mizan al-‘Itidal fi Naqd al-
Rijal, (Bairut; Dar al-Kutub al-‘Alamiah, 1995), Juz. 6, hlm. 129
48
. Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qaymaz al-Dzahabiy,Tarikh al-Islam wa Wafiyat al-
Masyahir wa al-A’lam, (Dar al-Gharib al-Islamiy, 2003), Juz. 7, hlm. 467
Dabariy, ‘Ali bin ‘Abdul ‘Aziz al-Baghawiy, Muhammad bin ‘Isma’il al-Tirmidziy,
‘Abdullah bin Muhammad bin Hanbal.49
Para Murid : al-Thabaraniy, Abu Ahmad al-‘Assal, Abu Syaikh, Yusuf bin Ahmad bin
al-Dukhail al-Mishriy, Abu Bakar bin Muqri’, Abu al-Hasan Muhammad bin Nafi’ al-
Khauza’iy, dll.50
Kesimpulan :
Berdasarkan pada penyandarannya maka hadis ini dapat disebut sebagai hadis marfu’. Dapat
dilihat bahwa hadis tersebut Dhaif dari segi sanad :
B. Kajian Matan
Tidak ada bertentangan dengan Al- quran, hadist yang lebih kuat, dan tidak bertentangan dengan
akal sehat.
1. Matan hadist dengan pendekatan Al- Quran
حدثنى علي بن حجر حدثنا علي بن مسهر عن الشيبا ني عن أبى: قال البخارى
.بردة عن أبيه قال لما أصيب عمر جعل صهيب يقول
“Orang yang meninggal diazab karna di tangisi yang hidup (keluarganya)”
49
. ‘Ibid, Juz. 7, hlm. 467
50
. ‘Ibid, Juz 7, hlm. 467
51
. Abu al-Fada’ Zainuddin Qasim bin Quthlubaga al-Suduniy, al-Tsiqat Mimman lam Yaqa’ fi al-Kutub al-
Sittah, (Yaman; Markaz al-Nu’man li al-Buhuts wa al-Dirasat al-Islamiah wa Tahqiqu al-Turats wa al-
Tarjamah, 2011), Juz. 1, hlm. 446
52
. ‘Ibid, Juz. 1, hlm 446
Hadis diatas shaih dari sanadnya, baik dilihat dari kebersambungan sanad maupun dari
kapasitas dan kwalitas parawi, dan sanad hadis tersbut mmiliki musyahid dan muttabi’ .
Sementara menurut Muhammad Al Ghazali, dari 37 jalur sanad hadis diatas hanya dua
jalur yang dapat diterima, yaitu jalur kelima dan ketujuh yang terdapat dalam sahih
muslim. Riwayat dari Aisyah, adalah “mayat yang disiksa itu apabila kafir, sedangkan
mayat muslim tidak disiksa”, menurut Al- Ghazali riwayat ini ditolak. Argumen
Muhammad Al Ghazali ini didasari oleh pendapat Aisyah yang mengkritik sahabat yang
meriwayatkan hadis diatas.Menurut Aisyah riwayat mereka bertentangan dengan pesan
Al- quran surat Al An’am : 164
Dalam riwayat aisyah disebutkan bahwa mayit yang disiksa dalam kubur adalah orang
yahudi, bukan orang mukmin. Karena itu Muhammad Al- ghazali, metode yang
ditempuh oleh aisyah dapat dijadikan dasar untuk menguji kesahihan disebuah hadis,
yaitu menghadapkannya dnganh nas-nas Alquran. Demikianlah aisyah dengan tegas dan
berani menolak periwayatan suatu hadis yang bertentang dengan Alquran. Sementara
menurut Ali Mustafa Ya’qub, hadis diatas mempunyai dua versi. Versi Umar dan versi
Aisyah. Versi Umar, “seorang yang mati akan disiksa apabila ia ditangisi oleh
keluarganya, baik yang mati itu muslim atau kafir”. Karna baik Umar maupun Aisyah
tidak mungkin dusta, kedua versi hadis ini tetap diterima sebagai hadis sahih. Menurut
pendapat Al-Ghazali, bahwa Al- quran digunakan untuk dijadikan membatalkan hadist
shahih tidak ada dasarnya dalam Islam. Karena menurut Al- Ghazali periwayat Aisyah
yang merupakan satu periwayat tidak kuat untuk menolak hadist yang shahih.
2. Matan hadist dengan pendekatan sejarah
Salah satu contoh matan hadis yang dianggap oleh sebagian ulama bertentangan dengan fakta
adalah, hadis yang terdapat da lam sahih Bukhari yang berbunyi :
“......Orang Islam tidak dibunuh karena membunuh orang kafir.”
Hal ini mnejadi perbedaan diantara ulama, termasuk ulama Abu Hanifah dan Al- Ghazali, dari
ulama ada Abu Hanifah. Ia menolak hadis ini bukan karena sanadnya lemah, tetapi ia menolaknya
karena hadis ini dianggap bertentangan dengan sejarah. Di dalam sejarah disebutkan bahwa
apabila kaum kafir memerangi kaum muslimin, maka kaum muslimin diperintahkan
memeranginya. Jika ia terbunuh, tidak ada hukum apapun atas pembunuhan itu. Berbeda dengan
ahlu al-zimmi (orang kafir yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin). Apabila seseorang
membunuhnya, maka ia dijatuhi hukum qishahs. Menurut al- Ghazali dalam hadist ini shahih.
Jika diteliti hadist ini tidak memenuhi kriteria kesahihan hadis, baik dari segi sanad maupun dari
segi matan. Dari segi sanad hadis diatas bersifat mauquf tidak mencapai derajat marfu’ ( tidak
disandarkan kepada Nabi, hanya sampai sahabat ) dan dari segi matan dengan pendekatan sejarah,
hadis tersebut tidak menggambarkan praktik hukum dari Rasulullah SAW53
3. Matan hadist dengan pendekatan tema yang sama
Dalam hal ini memakai hadist tentang niat, dalam kitab bukhari ada tujuh macam dengan
mengalami perbedaan lafadz. Tetapi disini diambil hanya 4 saja dengan lafadz berbeda juga:
a. Shahih Al- Bukhari, bab Bad’u al-wahy
b. Shahih Al- Bukhari, bab Maja’a Inna al- A’mal bi al- Niyyah
c. Shahih Al- Bukhari, bab al- Kha’a wa al- Nisyan
d. Shahih Al- Bukhari, bab Fi tark al- Hayl.54
Empat diatas memiliki lafadz yang berbeda walaupun temanya sama. Kelemahan pada yang
peneliti yang fokusnya sanad tanpa fokus meneliti matan adalah hadist yang diriwayatkan oleh
periwayat yang tsiqah pun dapat terjadinya perbedaan lafadz pada hadist yang diriwayatkannya.55
“Rasulullah SAW bersabda: Aku telah perintahkan untuk memerangi manusia sampai
mengucapkan “Tiada Tuhan selain Allah”, barangsiapa yang mengucapkan “Tiada Tuhan
selain Allah” terpeliharalah harta jiwanya daripadaku kecuali alasan yang membenarkannya
dan hisabnya terserah pada Allah”.
berarti melaukakn sesuatu, sedangkan أُقَاتِ َلfiil mudhari dari kata fiil madhi قاتلyang
berarti memerangi. Lafadz قاتل, dalam kaidah syaraf penambahan alif pada lafadz
tersebut mempunyai makna pekerjaan yang dilakukan dua orang atau lebih. Sedangkan
53
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Matan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal 85 –
87
54
A.J Wensick, Corcordance et Indices de al Tradition Musulmane, diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh
Muhammad fua`d Abd al-Baqi, al-Mu`jam al-Mufahras li alfaz al-Hadis al-Nabawi, Juz 3. Hal 55.
55
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Matan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal 65 –
68
قتل, yang tanpa alif mempunyai makna memerangi yang dilakukan hanya satu orang saja.
َ َّ أ ُ ِم ْرتُ أَ ْن أُقَاتِ َل النadalah perintah memerangi manusia disini adalah diperangi setelah
Jadi اس
َ َّ النdisini secara
adanya serangan dari orang musyrik yang non Islam. Sedangkan اس
tekstual bersifat umum yaitu mencangkup semua orang yang tidak mau mengucapkan
syahadat, akan tetapi secara kontekstualnya bersifat khusus yaitu orang yang tidak
mengucapkan syahadat yang memerangi Islam.56
5. Matan hadist dengan pendekatan hadist shahih
Dua hadis berbeda sanadnya berisi tentang larangan mengenakan sarung sampai dabawah mata
kaki atau memanjangkan sarung.
Shahih muslim, kitab iman
حدثنى ابو بكربن خَلد الباهلى حدثنا يحيى وهو القطان حدثنا سفيان حدثناسليمان اآلعمش: قال مسلم
عن سليمان بن مسهر عن خرشة بن الخر عن أبى ذر عن النبيى ص م قال ثَلثة ال يكلمهم هللا يوم
القيامة المنان الذى اليعطي شيئا اال منه والمنفق سلعته بالحلف الفاجر و المسبل ازره
“ Tiga jenis manusia, yang kelak, pada hari kiamat, tidak akan diajak bicara oleh Allah: pertama,
seorang manusia (pemberi) tidak memberi sesuatu kecuali untuk diungkit-ungkit; kedua, seorang
pedagang yang berusaha melariskan barang dagangannya dengan mengucapkan sumpah-
sumpah bohong, dan ketiga,seorang yang membiarkan sarungnya terjulur sampai dibawah
kedua mata kakinya,”
حد ثنا أحمد بن يونس حد ثنا زهير حد ثنا مو سى بن عقبة عن سالم بن عبد هللا عن:قال البخا رى
ابيه رضي هللا عنه عن النبي صلي هللا عليه وسلم قا ل من جرثوبه خيَلء لم ينظر هللا اليه يوم
القيامة يسترخي اال ان أتعاهد ذالك منه فقال النبي ص م لست ممّن يصنعه خيَلء
56
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Matan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal 81 –
85
“Barang siapa menyeret sarungnya (yakni menjulurkannya sampai menyentuh atau hampir
menyentuh tanah) karena sombong, maka Allah tidak akan memandang kepadanya pada hari
kiamat. Abu bakr bertanya kepada beliau: Ya Rosulullah, salah satu sisi sarungku selalu terjulur
ke bawah, namun saya sering-sering membetulkan letaknya.Nabi Muhammad Saw. Berkata
kepadanya: engkau tidak termasuk orang-orang yang mlakukannya karena kesombongan.”
Dari dua hadist diatas merupakan hadist sama dalam maknanya bahwa bisa dikatakan bahwa
larangan menjulur sarung sampai menyentuh tanah adalah merupakan sifat sombong. Jadi dalam
dua hadist diatas kandungan matan tidak bertentangan antara hadist satu dan yang kedua, apabila
jika ada hadist bertentangan dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan ilmu mukhtalif
al- hadist.57
57
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Matan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal 68 –
70