Anda di halaman 1dari 3

Solanum nigrum atau di Indonesia terkenal dengan nama Leunca atau Ranti (Jawa).

Tanaman
ini berasal dari Eropa dan Asia Barat, kemudian menyebar secara luas melalui Malaysia.
Tumbuhan ini digunakan sebagai obat – obatan sejak lebih dari 2.000 tahun lalu. Namun
dalam masyarakat kita, lebih banyak dikonsumsi sebagai lalapan atau sayuran.

(source image: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Solanum_nigrum.jpeg)

Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Solanum
Jenis : Solanum nigrum L.

Morfologi

Tanaman ini termasuk ke dalan golongan semak, dengan tinggi lebih kurang 1,5 m.
Akar : Berupa akar tunggang, dengan warna putih kecoklatan.
Batang : Mempunyai batang tegak, berbentuk bulat, lunak, dan berwarna hijau.

Daun : Berdaun tunggal, lonjong, dan tersebar dengan panjang 5 – 7,5


cm ; lebar 2,5 –3,5 cm. Pangkal dan ujung daun meruncing dengan tepi rata. Pertulangan
daun menyirip. Daun mempunyai tangkai dengan panjang ± 1 cm dan berwarna hijau.(source
image: http://australian-insects.com/lepidoptera/plants/sola/solanum-nigrum.jpg)

Bunga : berupa bunga majemuk dengan mahkota kecil, bangun


bintang, berwarna putih, benang sari berwarna kehijaunan dengan jumlah 5 buah. Tangkai
bunga berwarna hijau pucat dan berbulu.(source image: http://www.ruhr-uni-
bochum.de/boga/html/Solanum.nigrum.nigrum.ja20.jpg)
Buah : berupa buah buni berbentuk bulat, jika masih muda berwarna hijau,
dan berwarna hitam mengkikat jika sudah tua, ukurannya kira-kira sebesar kacang kapri.

Biji : berbentuk bulat pipih, kecil- kecil, dan berwarna putih.(souce image:
http://www.cesaveg.org.mx/html/simovidep/Solanum_nigrum.jpg).

Kegunaan di masyarakat

Solanum nigrum L. (SN), one of the medicinal herbs, has been used to treat inflammation,
edema, mastitis, and hepatic cancer for a long time in Oriental medicine. Traditionally,
freshly prepared SN extract was directly used to treat cirrhosis of the liver and to alleviate
pain in kidney and bladder inflammation.

Diketahui bahwa leunca mengandung bahan sebagai antiseptik, anti inflammasi dan
antidisentri (Heiser 1969; Vogel 1990). Menurut Akhtar dan Mohammad (1989) bahwa
serbuk dari tanaman dapat sebagai ulcerogenik. Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai
antimalaria (Watt dan Breyer-Brandwijk,1962).

Bijinya dapat digunakan untuk pengobatan gonorrhea dan disuria (Jain dan Borthakur, 1986).
Tandon dan Rao (1974) melaporkan bahwa buah dan jusnya dapat menyembuhkan penyakit
perut dan demam sedangkan tunasnya dapat digunakan untuk penyakit kulit. Selain itu, bunga
dan daunnya dapat digunakan sebagai penurun panas dan melawan efek overdosis dari
alkohol (Heiser, 1963). Daunnya yang di jus digunakan sebagai obat cacing, nyeri pada sendi
serta sakit telinga (Grieve, 1931)

KANDUNGAN KIMIA

Ekstrak air leunca terdiri dari 20.4 ± 0.97% total fenolik menggunakan asam galat sebagai
standar, 14.9 ± 1.3% polisakarida dan 4.8 ± 0.4% protein. Analisis lebih lanjut menggunakan
high-performance liquid chromatography (HPLC) terhadap senyawa antioksidan, seperti
asam galat, procatechuic acid (PCA), katekin, asam kafeat, epikatekin, rutin, dan narigenin.
Diperoleh hasil bahwa ekstrak air leunca mengandung 2.90% asam galat, 1.98% PCA, 2.53%
katekin, 1.99% asam kafeat, 0.39 epikatekin, 0.84% rutin, dan 5.11% naringenin (Lin et al.,
2007).

Leunca telah dilaporkan mengadung banyak senyawa polifenolik terutama flavonoid dan
steroid. Aktivitas antioksidan dan antitumor dihubungkan dengan kandungan polifenol.
Keberadaan glikosida steroid, alkaloid steroid, oligoglikosida steroid, solamargine dan
solasonin juga telah dideteksi (Ikeda et al., 2000).

Dua seyawa saponin steroid baru, dinamakan nigrumnin I and II, bersama dengan saponin
lain yang telah diketahui di peroleh dari tanaman utuh Solanum nigrum L. Nigrumnin I
ditentukan sebagai (25R)-5alpha-spirostan-3beta-ol 3-O-betaD-xylopyranosyl-(1–>3)-[alpha-
L-arabinopyranosyl-(1 -->2)]-beta-D- glucopyranosyl-(1–>4)-[alpha-L-rhamnopyranosyl(1--
>2)]-beta-D- galactopyranoside (1), dan nigrumnin II dielusidasi sebagai (25R)-
3beta,17alpha-dihydroxy-5alpha-spirostan-1 2-one 3-O-beta-D-xylopyranosyl-(1–>3)-[alpha-
L-arabinopyranosyl-(1--> 2)]-beta-D-glucopyranosyl-(1–>4)-[alpha-L-rhamnopyra- nosyl-(1-
->2)l-beta-D-galactopyranoside (2) (Ikeda et al., 2000).

Leunca mengandung solanine, solasonine, solamargine dan chaconine (Everist, 1974; Wetter
dan Phipps, 1979; Cooper dan Johnson, 1984). Serta diketahui pada buah leunca yang belum
matang mengandung steroidal alkaloid solasodine serta steroidal sapogenin diosgenin dan
tigogenin.

Pushpa Khanna dan Rathore (1977) melaporkan bahwa terdapat kandungan signifikan dari
diosgenin (1,2%) dan solasodine (0,65%) pada buah leunca yang masih hijau (belum
matang).

Saijo et al. (1982) meneliti pada buah leunca yang belum matang mengandung steroidal
glikosida yaitu proto-desgalactotigonin, desgalactotigonin dan tigogenin3-O-β-D-glucopyra-
nosyl-(1->2)-[β-D-glucopyranosyl-(1->3)]-β-Dglucopyranosyl-(1->4)-β-D-
galactopyranoside.

http://moko31.wordpress.com/2010/08/17/all-about-solanum-nigrum/

Anda mungkin juga menyukai