Anda di halaman 1dari 11

Model Pembelajaran Crossword Puzzel Atau Teka-Teki Silang

A. Pengertian Crossword Puzzel


Dalam bahasa Indonesia, Crossword Puzzle adalah Teka-Teki Silang (TTS). Dalam TTS
disediakan sejumlah pertanyaan, pertanyaan atau kata/frase sebagai kunci untuk mengisi
serangkaian kotak-kotak kosong yang didesain sedemikian rupa. Deskripsi umum
permainan Crossword Puzzle menurut Rinaldi Munir (2005) (http://www.cse.ohio.html)
merupakan suatu permainan dengan tempelate yang berbentuk segi empat yang terdiri dari
kotak-kotak yang berwana hitam putih, serta dilengkapi 2 lajur, yaitu mendatar (kumpulan kotak
yang berbentuk satu baris dan beberapa kolom) dan menurun (kumpulan kotak satu kolom dan
beberapa baris).
Crossword puzzle, melibatkan partisipasi peserta didik aktif sejak kegiatan pembelajaran
dimulai. Peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya
mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan ini peserta didik akan merasakan suasana yang
lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Selain itu, crossword puzzle adalah strategi pembelajaran untuk meninjau ulang (review)
materi-materi yang sudah disampaikan. Peninjauan ini berguna untuk memudahkan peserta didik
dalam mengingat-ingat kembali materi apa yang telah disampaikan. Sehingga, peserta didik
mampu mencapai tujuan pembelajaran baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Fungsi kegunaan dari teka teki silang itu sendiri yaitu membangun saraf-saraf otak yang
memberi efek menyegarkan ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali optimal karena otak
dibiasakan untuk terus menerus belajar dengan santai. Karena belajar dengan santai inilah yang
dapat membuat siswa menjadi lebih paham dan mudah masuk dalam ingatan siswa sehingga
siswa tidak mudah lupa dengan materi yang sudah diajarkan.

B. Langkah – Langkah Pembelajaran


Langkah - langkah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Crossword
Puzzle atau teka-teki silang antara lain:
1. Langkah pertama adalah mencurahkan gagasan (brainstorming) beberapa istilah atau nama-nama
kunci yang berkaitan dengan pelajaran studi yang telah anda selesaikan.
2. Susunlah teka-teki silang sederhana, yang mencakup item-item sebanyak yang anda dapat.
3. Bagikan teka-teki kepada peserta didik dengan berkelompok atau individu.

4. Masukan kata yang beresuaian dengan panjang kotak yang tersedia secara berkesinambungan
sampai seluruh kotak terisi penuh.

5. Aturan pengisian kata-kata tersebut berhubungan dengan penyamaan jumlah karakter pada
pengisian kata-kata kedalam kotak teka-teki.

6. Isilah teka-teki tersebut secara mendatar ataupun menurun.

7. Tentukan batasan waktu.

8. Beri hadiah kepada individu atau kelompok yang mengerjakan paling cepat dan benar.

C. Keunggulan Crossword Puzzel atau Teka – Teki Silang


Keunggulan crossword puzzel ini yaitu lebih simpel untuk diajarkan, selain itu dapat
melatih ketelitian atau kejelian siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengasah otak.

D. Kelemahan Crossword Puzzel atau Teka – Teki Silang


Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan atau
kelemahan dari metode pembelajaran crossword puzzel ini adalah setiap jawaban teka-teki silang
hurufnya ada yang berkesinambungan. Jadi siswa merasa bingung apabila tidak bisa menjawab
salah satu soal dan itu akan berpengaruh pada jawaban siswa yang hurufnya berkaitan dengan
soal yang siswa tidak bisa menjawab. Selain itu metode ini hanya bisa diberikan pada akhir
pembelajaran untuk dijadikan evaluasi oleh guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa setelah melakukan pembelajaran.

E. Cara Mengurangi Kelemahan Crossword Puzzel atau Teka – Teki Silang


Untuk mengurangi kelemahan dalam metode pembelajaran crossword puzzel ini yaitu
dengan cara pemberian bonus huruf pada kotak jawaban baik yang mendatar maupun yang
menurun. Hal ini dapat mengurangi kesalahan siswa dalam menjawab pertanyaan karena sudah
ada huruf yang ditentukan dalam kotak jawaban.

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


Penggunaan metode pembelajaran dengan cara crossword puzzel atau teka-teki silang ini
cocok untuk kelas V Semester II
- Standar Kompetensi
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
- Kompetensi Dasar
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia.

G. Skenario Pembelajaran Crossword Puzzel atau Teka – Teki Silang


Dalam model pembelajaran dengan menggunakan metode crossword puzzel atau teka-
teki silang ini saya mencoba menerapkannya pada siswa kelas V semester II Kompetensi Dasar
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan.
Langkah – langkah dalam skenario pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran crossword puzzel atau teka-teki silang ini adalah sebagai berikut :
1. Membaca Do’a sebelum melakukan pembelajaran.
2. Guru memberikan pengantar tentang materi yang akan diajarkan.
3. Guru memberikan materi tentang Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
4. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 siswa.
5. Siswa diberi kertas yang berisi soal teka-teki silang untuk dijawab bersama dengan
kelompoknya an diberi waktu 15 menit untuk menjawab.
6. Guru membahas jawaban teka teki silang bersama dengan siswa.
7. Guru memberika reward berupa hadiah maupun pujian kepada kelompok yang paling banyak
mengisi kotak teka teki silang dengan benar.
8. Guru memberikan kesimpulan dan memberi waktu kepada siswa untuk bertanya.
9. Doa penutup.
H. Tanggapan atau Saran
Crossword Puzzel atau teka – teki silang sudah biasa kita dengar dalam kehidupan di
masyarakat. Teka teki silang ini berguna untuk mengasah otak bagi yang mengerjakannya.
Ternyata teka teki silang bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, tetapi anak-anak juga
dapat mengisi teka teki silang dengan materi pelajaran. Hal ini menguntungkan guru untuk
melakukan metode pembelajaran dengan menggunakan teka-teki silang dalam pembelajaran.
Fungsi kegunaan dari teka teki silang itu sendiri yaitu membangun saraf-saraf otak yang
memberi efek menyegarkan ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali optimal karena otak
dibiasakan untuk terus menerus belajar dengan santai, selain itu dengan metode ini dapat
membuat siswa tidak cepat bosan dengan materi yang diajarkan oleh guru. Karena fungsi teka-
teki silang inilah dapat dijadkan senjata bagi guru untuk mengetahui pemahaman siswa setelah
materi yang diajarkan.
Namun metode crossword puzzel atau teka-teki silang ini mempunyai kelemahan seperti
jawaban siswa yang salah dan metode ini hanya bisa digunakan sebagai evaluasi di akhir materi
pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang sudah
diberikan guru , oleh karena itu guru dituntut untuk lebih berinovasi agar bisa menutupi
kekurangan tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi kelemahan itu adalah dengan cara
memberi bonus huruf pada kotak jawaban mendatar maupun menurun. Bonus huruf ini dapat
diletakan pada bagian depan, tengah maupun belakang pada kotak jawaban yang tersedia.
Dengan adanya bonus huruf ini dapat memberi petunjuk siswa dalam mengisi kotak jawaban
karena sudah ada huruf yang harus tertera pada kotak jawaban itu.
DAFTAR PUSTAKA

Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani
Mushlihin al-Hafizh. (2013). Strategi Pembelajaran Crossword Puzzle. [Online]. Tersedia :
http://www.referensimakalah.com/2013/01/strategi-pembelajaran-crossword-puzzle.html [22
April 2013]
NN. (2012). Metode Pembelajaran. [Online]. Tersedia :
http://putranyapermata.wordpress.com/pendidikan/metode-pembelajaran/ [22 Arpil 2013]
Strategi Pembelajaran Lightening the Learning Climate (Menghidupkan Suasana Belajar)
.doc
Strategi belajar aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi
yang dimiliki oleh peserta didik sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang
memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Selain agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran. Silberman (2006) mengemukakan bahwa yang dapat membuahkan
hasil belajar yang berkelanjutan hanyalah kegiatan belajar aktif. Agar belajar menjadi aktif,
peserta didik harus mengerjakan banyak tugas.

Menurut Handayani, matematika merupakan suatu konsep yang bersifat abstrak, sehingga
dibutuhkan pemahaman yang tekun dan teliti. Hampir semua bidang tidak lepas dengan
penerapan ilmu matematika, sehingga matematika dianggap mata pelajaran yang penting untuk
dipelajari. Namun masih banyak peserta didik yang menganggap bahwa matematika adalah mata
pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Hal ini dimungkinkan adanya
penggunaan strategi pembelajaran yang tidak tepat. Penggunaan strategi yang tidak sesuai tujuan
pengajaran akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Oleh karena
itu, menjadi guru atau pendidik harus mampu menggunakan strategi pembelajaran yang tepat
dalam setiap materi yang diajarkan, agar pemahaman materi bisa diterima peserta didik dan yang
terpenting peserta didik senang dalam belajar matematika.
Secara bahasa, strategi diartikan sebagai siasat, kiat, trik, cara. Sedang secara umum
strategi adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Adapun strategi pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh pengajar untuk
merencanakan kegiatan belajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu
strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengantisipasi kelemahan strategi pembelajaran
konvensional adalah strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate (menghidupkan
suasana belajar).
Strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate merupakan salah satu solusi yang
dapat digunakan untuk menghidupkan suasana belajar, sehingga dengan strategi pembelajaran
Lightening the Learning Climate dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
mengesankan, kebersamaan dalam pembelajaran, demokrasi. Pada akhirnya peserta didik lebih
tertarik untuk mempelajari matematika, sehingga akan meningkatkan motivasi belajar peserta
didik.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Lightening the Learning Climate (Menghidupkan


Suasana Belajar)
Strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate merupakan salah satu cara yang
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Strategi Lightening the Learning Climate lebih
menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik, dalam hal ini peserta didik
aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dalam belajar serta penyajian materi bersumber dari lingkungan belajar peserta didik.
Dengan strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate (Menghidupkan Suasana
Belajar) suatu kelas dapat dengan cepat menemukan suasana belajar yang rileks, informal dan
tidak menakutkan dengan meminta peserta didik untuk membuat humor-humor kreatif yang
berhubungan dengan materi kuliah. Strategi ini sangatlah informal, akan tetapi pada waktu yang
sama dapat mengajak peserta didik untuk berpikir.
Mengawali pembukan materi dengan humor dan cerita dapat membuat suasana kelas
menjadi lebih nyaman dan mengurangi suasana formal di kelas serta meringankan iklim belajar
di kelas. Proses pembelajaran yang terlalu formal di kelas dapat membuat kejenuhan pada
peserta didik, sehingga konsentrasi terhadap suatu materi yang disampaikan oleh guru tidak
langsung dapat diterima seutuhnya oleh peserta didik.
Strategi Lightening the Learning Climate merupakan strategi pembelajaran yang
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menggungkapkan ide dan pendapatnya pada
saat proses pembelajaran dengan bimbingan dan pengawasan oleh guru. Sehingga pada akhirnya
peserta didik lebih tertarik untuk mempelajari matematika, sehingga akan meningkatkan
motivasi belajar peserta didik.
Menurut Wastrisa (2009) bahwa “strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate
adalah merupakan strategi pembelajaran dengan sistem berkelompok, dimana sebuah kelas dapat
dengan cepat mewujudkan iklim belajar informal yang santai dengan meminta peserta didik
menggunakan kreasi tentang materi pembelajaran yang tengah diajarkan”. Menurut Silberman
bahwa “strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate adalah sebuah kelas dengan cepat
mewujudkan iklim belajar informal yang santai dengan meminta peserta didik menggunakan
humor kreatif tentang materi pelajaran yang tengah diajarkan. Strategi ini tidak hanya akan
membuat peserta didik berhumor ria, namun juga berpikir”.
Sedangkan menurut Zaini (2008) bahwa “strategi pembelajaran Lightening the Learning
Climate merupakan strategi pembelajaran dimana suatu kelas dapat dengan cepat menemukan
suasana belajar yang rileks, informal dan tidak menakutkan dengan meminta peserta didik untuk
membuat humor-humor kreatif yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Strategi ini
sangatlah informal, akan tetapi pada waktu yang sama dapat mengajak peserta didik untuk
berpikir.”

B. Penerapan Startegi Pembelajaran Lightening the Learning Climate (Menghidupkan


Suasana Belajar)
Menurut Silberman ada juga variasi yang dapat dilakukan oleh guru dalam penerapan strategi
Lightening the Learning Climate yaitu:
a) Guru dapat membuat lelucon tentang materi pelajaran dengan kreasinya sendiri.
b) Buatlah soal berupa pilihan ganda tentang materi yang akan Anda ajarkan. Tambahkan humor
pada butir pilihan gandanya. Untuk tiap pertanyaan, perintahkan peserta didik untuk memilih
jawaban yang menurut mereka merupakan jawaban yang tidak mungkin benar.
c) Membuat soal cerita yang berisi sedikit humor pada pertanyaannya.
Contoh : Sule membeli 3 kg jengkol dan 4 ikat pete seharga Rp 100.000. Pada saat yang sama
Andre membeli 2 kg jengkol dan 3 ikat pete seharga Rp 70.000. Berapa Ajis harus membayar
jika membeli 1 kg jengkol dan 5 ikat pete.
Langkah-langkah:
1. Jelaskan kepada peserta didik bahwa kita akan memulai pelajaran/perkuliahan dengan aktivitas
pembuka yang menyenangkan sebelum masuk pada materi yang lebih serius.
2. Kelompokkan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil. Beri masing-masing kelompok
kecil itu satu tugas untuk membuat kegembiraan atau kelucuan topik, konsep, atau isu dari materi
yang dipelajari.
3. Minta kelompok-kelompok tadi untuk mempresentasikan kreasi mereka. Hargai setiap kreasi.
4. Tanyakan, “Apa yang mereka pelajari tentang materi kita dari latihan ini?”.
5. Guru atau dosen memberi penjelasan atau melanjutkan pelajaran dengan materi lain.

Dalam strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate (Menghidupkan suasana


belajar) ini guru dapat melakukan beberapa variasi teknik pengelompokan. Salah satu cara untuk
memberikan variasi dalam pola pengelompokan tersebut adalah dengan menggunakan tiga jenis
kelompok berikut ini:
a. Kelompok Informal
Kelompok informal adalah kelompok yang bersifat sementara. Pengelompokan ini hanya
digunakan dalam suatu periode pengajaran. Kelompok ini biasanya hanya terdiri dari dua orang
peserta didik. Tujuan kelompok informal adalah untuk menjelaskan harapan akan hasil yang
ingin dicapai, membantu peserta didik untuk lebih bisa fokus pada materi pembelajaran,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bisa lebih dalam memproses informasi yang
diajarkan atau menyediakan waktu untuk melakukan pengulangan dan menjangkarkan informasi.
b. Kelompok Formal
Kelompok formal digunakan untuk memastikan bahwa peserta didik mempunyai cukup
waktu untuk menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Lamanya kelompok ini berkerja bisa
selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu tergantung pada tugas atau proyek yang
diberkikan pada mereka.
c. Kelompok Pendukung
Kelompok pendukung adalah pengelompokan dengan tenggang waktu yang lebih panjang
(misalnya selama satu semester atau satu tahun). Tujuan adalah memberi suatu dukungan yang
berkelanjutan kepada peserta didik.

C. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Lightening the Learning Climate Menghidupkan


uasana Belajar)
Kelebihan startegi pembelajaran Lightening the Learning Climate yaitu:
1. Peserta didik yang lebih aktif dalam memberikan berbagai umpan balik
2. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
3. Meningkatkan motivasi dan suasana belajar
4. Mengajak peserta didik untuk menghargai hasil dari kreasi materinya
5. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif sejak dimulainya pembelajaran.
6. Melatih rasa peduli, perhatian dan kerelaan untuk berbagi
7. Meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain
8. Meningkatkan kecerdasan emosional
9. Mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadi
10. Melatih kemapuan berkerjasama, team work
11. Melatih kemampuan mendengarkan pendapat orang lain
12. Peserta didik tidak malu bertanya kepada temannya sendiri.

Kelemahan strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate yaitu:


1. Peserta didik mungkin tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkan sebuah persoalan atau
konsep yang menarik atau lucu.
2. Peserta didik yang pintar, bila belum mengerti tujuan yang sesungguhnya dari proses ini, akan
merasa sangat dirugikan karena harus repot-repot membantu teman kelompoknya.
3. Peserta didik yang pintar juga akan keberatan karena nilai yang ia peroleh ditentukan oleh
prestasi atau pencapain kelompoknya.
4. Bila kerjasama tidak dapat dijalankan dengan baik, maka yang akan berkerja hanya beberapa
orang peserta didik yang pintar saja.

BAB III
KESIMPULAN

Jadi, strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate merupakan pembelajaran


aktif yang mana guru mengawali pelajaran dengan mengubah iklim belajar informal yang santai.
Pembelajaran ini diawali dengan membentuk kelompok, yang mana kelompok ini nantinya dapat
berkreasi dalam menyelesaikan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Zaini, Hisyam. (2008).Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Anda mungkin juga menyukai