Anda di halaman 1dari 59

PROSES DASAR PENGELASAN SMAW

(SHIELDED METAL ARC WELDING)

DISUSUN OLEH :
AZIS - NIK 8439

PUSDIKLAT PT. KRAKATAU STEEL


CILEGON
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 1

1. PROSES PENGELASAN :
Proses Pengelasan dapat diartikan sbb. : proses penyambungan logam dengan metoda ikatan
“metalurgi” yang dilakukan pada saat logam dalam keadaan mencair.
Berdasarkan definisi tersebut maka untuk pengelasan logam diperlukan energi panas yang
cukup untuk mencairkan logam pada bagian sambungan. Energi panas yang diperlukan dapat
diperoleh dengan berbagai macam cara, a.l. : busur listrik, resistansi listrik, gesekan, sinar laser,
tembakan elektron, dll.

2. PENGELASAN SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) :


Las SMAW atau Las Busur Elektroda Terbungkus adalah proses pengelasan manual yang
menggunakan kawat elektroda terbungkus fluks, dan energi panas yang digunakan adalah
energi panas yang dihasilkan oleh busur listrik yang ditimbulkan antara elektroda dengan logam
induk.

Gambar-1 . Pengelasan Manual (SMAW).

Daerah Las yang terdiri dari kawah las, ujung elektroda las, busur dan sebagian logam induk
terlindungi oleh gas (“shielded”) yang terbentuk dari pembakaran fluks, terhadap pengaruh
atmosfir. Kawah las yang cair selain terlindungi oleh gas juga terlindungi oleh lapisan terak
(slag) yang berasal dari fluks dan mencair pada saat pemanasan. Terak selain berfungsi
sebagai pelindung tamabahan antara lain juga berfungsi sebagai selimut yang mengurangi
kecepatan proses pendinginan. Lihat Gambar-2. Detail Pengelasan SMAW.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 2

Gambar-2. Detail Pengelasan SMAW.

3. BUSUR NYALA LISTRIK :


Busur Listrik (electric arc) adalah nyala akibat panas yang ditimbulkan oleh hubungan arus
pendek listrik (electric short circuit) antara ujung elektroda dengan logam induk yang didukung
oleh timbulnya gas yang terionisasi oleh panas. Hubungan arus pendek listrik timbul akibat
adanya resistansi yang rendah (hubungan singkat) antara dua titik dalam sirkuit listrik. Didalam
proses pengelasan SMAW, busur nyala ini disengaja dibuat agar menghasilkan temperatur
tinggi hingga bisa mencapai 6000oC. Dengan panas tadi akan mencairkan benda kerja maupun
elektrodanya sendiri. Kawah cairan kedua material ini akan saling bercampur satu sama lainnya
yang akan menghasilkan sambungan dalam bentuk manik las.
Besarnya energi panas yang dihasilkan melalui busur listrik ini dapat dihitung sbb :

H = E x I x 60 (Joule/mm).
v
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 3

dimana : E = Tegangan Listrik (Volt).


I = Arus Listrik (Amperre).
v = Kecepatan Proses Pengelasan (mm/menit).
H = Masukan Panas (Joule/mm).

4. PERALATAN LAS SMAW :


Untuk melakukan proses Las SMAW dengan menggunakan energi listrik dari jaringan yang
tersedia; maka yang pertama kali dibutuhkan adalah Mesin Las SMAW. Dengan mesin las tsb.
maka Arus Listrik Pengelasan dan juga Tegangan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dalam
proses operasi pengelasan.

Gambar-3. Instalasi Mesin Las SMAW.

Penghubung antara Mesin Las ke benda kerja dan elektroda disebut Kabel Las (Welding Cable),
sedangkan antara Mesin Las dengan Sumber Listrik Jaringan disebut Kabel Tenaga (Power
Cable). Instalasi Mesin Las atau sirkuit aliran listrik dalam proses pengelasan SMAW dapat
dilihat paga Gambar -3.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 4

Gambar-4. Mesin Las SMAW-DC, Kabel dan Electrode Holder (Stang Las).

Pada Mesin Las terdapat Switch Pemutus Arus. Semua sambungan kabel baik ke Mesin
maupun ke benda kerja dan penjepit elektroda harus menggunakan alat yang khusus untuk
keperluan tersebut, sehingga aman dalam pemakaiannya.
Kebutuhan berikutnya setelah Mesin Las adalah Tempat Kerja Las (walaupun hal ini kadang
kadang tergantung dengan kondisi lapangan). Tempat kerja las yang berada didalam ruangan
(workshop) yang baik; adalah sbb :

4.1. TEMPAT KERJA :

Tempat kerja (didalam ruangan) harus mempunyai meja las yang terbuat dari baja dan sebuah
kursi tempat duduk. Tempat las harus dibatasi oleh dinding/tirai tahan api dan tidak boleh ada
sinar busur nyala yang keluar. Setiap ruang las harus mempunyai ventilasi untuk menghisap
asap dan debu. Meja las sebaiknya dilengkapi dengan kotak elektroda dan alat untuk
meletakkan penjepit elektroda agar tidak kontak dengan benda kerja. Las busur nyala dapat
menimbulkan bahaya kebakaran dari percikan bunga api dan tetesan cairan logam. Jauhkanlah
benda-benda yang cepat terbakar dari tempat anda bekerja.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 5

Gambar-5. Tempat Kerja Las SMAW (didalam ruangan).


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 6

Ada juga meja las yang dilengkapi dengan blower penghisap debu dan asap, yang dipasang
dibawah meja. Dengan blower ini debu / asap akan dihisap kebawah kemudian dihembuskan
keluar ruangan. Untuk berbagai posisi pengelasan, sebuah meja las juga harus dilengkapi
dengan alat pengikat benda kerja yang bisa diatur sesuai dengan posisi yang diinginkan.

Gambar-6. Meja Las dilengkapi Blower (dibawah).

4.2. KABEL LAS, STANG LAS, & GROUND CLAMP :

Kabel Las digunakan untuk menghubungkan Mesin Las dengan Electrode Holder (Stang Las),
dan Mesin Las dengan Meja Kerja (atau Benda Kerja). Ukuran Kabel Las akan tergantung pada
ukuran kapasitas Mesin Las dalam Amperre (arus listrik). Kabel Las juga agar diusahakan
sedekat mungkin (sependek mungkin) dengan Mesin Las, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kehilangan energi listrik akibat tahanan kabel (self resistance). Setiap sambungan
Kabel Las agar diusahakan menggunakan penyambung (connector) yang khusus dibuat untuk
hal itu, dan setiap kebocoran Kabel Las agar ditutup dengan lilitan karet atau bahan non
konduktor lainnya.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 7

Berikut ini adalah ilustrasi ukuran Kabel Las sesuai dengan Amperre yang digunakan :

No. Mesin Las (Amperre) Jenis Kabel Las Ukuran Penampang


Kabel Las
1. s/d 200 Amperre Kabel No. 1 5,5 mm2
Kabel No. 2 50 mm2
2. 300 Amperre Kabel No. 1 8 mm2
Kabel No. 2 60 mm2
3. 400 Amperre Kabel No. 1 14 mm2
Kabel No. 2 80 mm2

Ket. : Kabel No. 1 = Kabel Kecil.


Kabel No. 2 = Kabel Besar (terdiri dari Kabel Kecil).

Gambar-7. Kabel Las SMAW.

Elektroda dijepit dengan menggunakan Electrode Holder (Stang Las), Stang Las ini harus benar
benar berfungsi dan cukup kuat menjepit elektroda serta tidak ada kebocoran arus listrik yang
dapat menyebabkan mengalirnya arus listrik kepada Juru Las (Welder). Gerigi penjepit elektroda
dalam Stang Las biasanya aus akibat panas, hal ini harus selalu diperhatikan dan dirawat
dengan cara membersihkannya secara rutin.
Ujung Kabel yang menuju ke benda kerja dihubungkan dengan penjepit (clamp) dan disebut
ground clamp. Penjepit ini digunakan untuk menjepit benda kerja atau meja kerja. Clamp ini
harus dipastikan terhubung dengan baik dengan Kabel Las, dan juga harus dipastikan bahwa
clamp benar benar berfungsi menjepit benda kerja atau meja kerja dengan baik. Hindarkan
menjepit benda kerja atau meja kerja ditempat yang kotor untuk menghindari terhalangnya aliran
arus listrik.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 8

Ground Clamp

Gambar-8. Stang Las, Ground Clamp, dam Connector.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 9

4.3. ALAT BANTU LAS SMAW :

Alat bantu kerja dalam Proses Pengelasan SMAW yang seharusnya disiapkan adalah a.l. : Palu
Terak (Chipping Hammer), Sikat Kawat, Tang penjepit Benda Kerja, dan Gerinda Tangan (Poles
atau Potong).
Palu Terak (Chipping Hammer) digunakan untuk membuka dan membersihkan terak dari benda
kerja setelah proses pengelasan. Jangan membuka terak ketika masih panas (berwarna merah),
karena pada saat itu terak sedang berfungsi sebagai pelindung manik las (kampuh las). Sikat
Kawat digunakan untuk membersihkan benda kerja dari sisa terak setelah dibersihkan dengan
Palu Terak, dan membersikan benda kerja dari percikan las (spatters). Gerinda Tangan (poles
atau potong) dapat digunakan untuk membersihkan benda kerja atau membersihakan kampuh
las atau manik las yang akan disambung dengan lasan berikutnya.
Alat Bantu Las SMAW yang kadang kadang diperlukan terutama apabila ingin memperoleh Arus
Las (Amperre) yang akurat untuk menghasilkan kualitas yang baik adalah Tang Amperre.
Dengan Tang Amperre maka kita dapat mengukur Arus Las pada saat sedang bekerja (sedang
melakukan proses pengelasan).

Ammeter

Gambar-9. Tang Amperre.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 10

Chipping Hammer

Penjepit Benda Kerja

Gerinda Tangan

Gambar-10. Alat Bantu Pekerjaan Las SMAW.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 11

4.4. PAKAIAN KERJA LAS :

Bagi Juru Las (Welder) akan dibutuhkan Pakaian Kerja Las pelengkap yang terdiri dari sbb :

- Appron yang terbuat dari kulit berfungsi sebagai pelindung badan bagian depan.
- Sepatu Safety yang bagian depannya diberi pelindung baja dan alasnya yang bersifat isolasi
(baik aliran listrik maupun panas) dan tahan panas.
- Pelindung Kaki yang terbuat dari kulit untuk menghindari percikan logam cair dan terak
panas kedalam kaki.
- Sarung Tangan dan Pelindung Tangan yang juga terbuat dari kulit dan berfungsi untuk
melindungi tangan dari percikan logam cair dan terak panas. Sedangkan sarung tangan
mempunyai fungsi tambahan adalah untuk menghindari kesalahan akibat memegang benda
kerja panas dan sebagai isolator listrik.
- Topeng dan Kacamata Las berfungsi untuk melindungi muka dan mata terhadap panas dan
Sinar Las yang berbahaya. Penjelasan tentang nomor Kacamata Las akan disampaikan
pada bagian Keselamatan Kerja Las SMAW.
- Pelindung Kepala (Helmet).
- Masker (kadang kadang).

Kacamata Las terdiri dari dua bagian; yaitu bagian yang gelap (derajat kegelapannya diberi
nomor) dan bagian yang bening. Kacamata Gelap berfungsi untuk melindungi dari Sinar Las dan
bagian yang bening berfungsi untuk melindungi dari Terak Panas saat membuka Terak dan
perlindungan pada saat menggerinda. Seorang Juru Las (Welder) yang baik akan selalu
memelihara Kacamata Las miliknya baik dari segi kebersihan maupun dari retak atau tidak
nyaman digunakan, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap daya penglihatan seorang Juru
Las. Daya penglihatan yang baik akan sangat berpengaruh (mendukung) terhadap koordinasi
motorik Tangan seorang Juru Las.

Gambar-10. Sarung Tangan Kulit.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 12

Helmet

Topeng & Kacamata Las

Sarung & Pelindung Tangan

Appron

Pelindung Kaki

Safety Shoes
`

Kacamata Las

Topeng

Gambar-11. Pakaian Kerja Las (Pelengkap) dan Topeng/Kacamata Las.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 13

5. MENYALAKAN ELEKTRODA LAS :


Menyalakan Elektroda merupakan keterampilan tersendiri bagi Juru Las, hal ini harus selalu
dilatih untuk meningkatkan kemampuan. Kenyataan menunjukkan bahwa beberapa kegagalan
konstruksi las berasal dari teknik Penyalaan Elektroda yang sembarangan. Sebelum seorang
juru Las menyalakan Elektroda, maka ada 3 (tiga) faktor penting yang akan mempengaruhi
stabilitas nyala elektroda; yaitu :

(a). Jarak / Panjang Busur (Arc Gap); Jarak antara ujung elektroda dengan benda kerja akan
mempengaruhi Jarak / Panjang Busur, dan harus selalu diingat bahwa ujung elektroda
akan berkurang terus (consumable) sampai pengelasan selesai.
(b). Tegang Busur (Welding Voltage); dipengaruhi oleh kondisi Mesin Las.
(c). Arus Las (Amperre); Arus Listrik yang digunakan terganung pada diameter dan jenis
elektroda yang digunakan. Sebagai acuan maka Arus Listrik yang digunakan pendekatan
sbb : (40 – 45) x diameter elektroda (Amperre). Untuk setiap produk elektroda biasanya
disediakan rekomendasi arus listrik (Amperre) yang digunakan. (Misalnya : perhatikan dus
atau bungkus elektroda, biasanya disana dicantumkan arus listrik yang direkomendasikan).

Mempertahankan stabilitas nyala (busur) elektroda adalah keterampilan lain yang harus benar
benar dikuasai oleh seorang Juru Las. Seorang Juru Las yang baik akan mengerahkan seluruh
inderanya untuk mempertahankan nyala (busur) elektroda; a.l. : penglihatan, pendengaran,
koordinasi motorik tangan, posisi badan, sampai dengan pikiran yang jernih. Hal ini harus selalu
dilatih agar diperoleh posisi yang senyaman mungkin namun diperoleh stabilitas nyala (busur)
elektroda yang baik.

5.1. PERSIAPAN SEBELUM PENYALAAN ELEKTRODA :

Sebelum dilakukan penyalaan elektroda maka periksalah langkah langkah sbb ;


1). Periksa seluruh instalasi Mesin Las mulai dari jaringan sampai dengan Stang Las dan
Benda Kerja sudah tersambung dengan baik, dan pastikan bahwa Mesin Las sudah
meyala.

2). Pastikan bahwa Benda Kerja yang akan disambung atau dilakukan pengelasan sudah
dibersihkan dari debu, kotoran, karat, cat, atau coating (mis. : galvanis).

3). Apabila menggunakan Mesin Las DC, perhatikan polaritas yang dipasang suda sesuai
dengan yang diinginkan. Ada 2 (dua) jenis Polaritas dalam Pengelasan dengan
menggunakan Mesin Las DC; yaitu :
a. Polaritas Lurus atau Straight Polarity atau disebut DCSP (Direct Current Straight Polarity)
atau DCEN (Direct Current Electrode Negatif).
b. Polaritas Balik atau Reverse Polarity atau disebut DCRP (Direct Current Reverse
Polarity) atau DCEP (Direct Current Electrode Positif).
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 14

Hasil pengelasan dari DCEN akan memiliki kampuh las yang ramping namun penetrasi
(kedalamannya) lebih dalam, sedangkan hasil pengelasan dengan DCEP akan memiliki
kampuh las yang lebar dan penetrasinya yang dangkal. Hasil pengelasan dengan Mesin Las
AC (Alternating Current) akan memiliki kampuh las yang lebarnya sedang dan penetrasinya
juga sedang, berada pada posisi diantara DCEN dan DCEP.

DCEN (DCSP)

Negatif (-)

Positif (+)

DCEP (DCRP)

Positif (+)

Negatif (-)

Gambar-12. Polaritas Pengelasan dengan Mesin Las DC.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 15

DCEN DCEP

DCEN AC DCEP

Gambar-13. Hasil Pengelasan SMAW; DCEN, AC, dan DCEP.

4). Aturlah Arus Listrik pada Mesin Las (dengan memutar handle Aamperre ) agar Amperre-nya
sesuai dengan diameter dan jenis elektroda yang digunakan. Apabila Arus Listrik makin
tinggi maka akan diperoleh penetrasi yang makin dalam namun percikan (spatters) juga akan
semakin banyak.

5). Tempatkan (Jepit) Elektroda pada Stang Las (Electrode Holder) dengan hati hati dan
pastikan dijepit dengan baik pada bagian ujung elektroda yang terbuka (tidak terbungkus
fluks). Posisi Elektroda harus memiliki sudut 90o (tegak lurus; untuk posisi pengelasan
mendatar) terhadap Stang Las.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 16

Ujung Elektroda
Tanpa Fluks

90o

Gambar-14. Teknik Pemasangan Elektroda pada Stang Las.

5.2. TEKNIK PENYALAAN BUSUR ELEKTRODA :

Teknik penyalaan nusur Elektroda dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara; yaitu :
a). Teknik Goresan; Elektroda digoreskan ke Benda Kerja sampai diperoleh nyala busur
kemudian dilanjutkan dengan menjaga jarak ujung elektroda dengan benda kerja kira kira
sebesar diameter elektroda. Selanjutnya stabilitas nyala busur dijaga dengan cara menjaga
jarak ujung elektroda dengan benda kerja.

b). Teknik Ketukan; Elektroda diketukkan (naik turun) sampai diperoleh nyala busur kemudian
dilanjutkan dengan menjaga jarak ujung elektroda seperti halnya pada teknik goresan.

Dengan mengangkat elektroda berarti menambah jarak antara ujung elektroda dengan benda
kerja atau dengan kata lain artinya menambah jarak busur. Apabila jarak busur makin meningkat
sebenarnya arus pengelasan (makin bertambah) dan melting rate (laju pencairan elektroda)
makin bertambah. Aturlah jarak busur sebaik mungkin sehingga diperoleh melting rate yang
memadai dan logam las terlindungi dengan baik. Semakin tinggi jarak busur makin maka ada
kemungkinan logam cair tidak terlindungi gas dan nyala busur elektroda akan mati.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 17

Teknik Goresan

70 – 80o
dia.
elektroda

arah pengelasan

Teknik Ketukan

70 – 80o
dia.
elektroda

arah pengelasan

Gambar-15. Teknik Penyalaan Busur Elektroda.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 18

Gambar-16. Prosedur Penyalaan Busur.

6. MEMBUAT MANIK / ALUR LAS LURUS (STRINGER BEAD) :

6.1. MEMULAI PENYALAAN BUSUR DAN MEMBUAT MANIK LAS LURUS :

Untuk pengelasan mendatar (flat atau down hand), pembuatan manik / alur las lurus (stringer
bead) dimulai dengan memposisikan elektroda dengan posisi tegak lurus terhadap arah
melintang dan pada arah pengelasan posisinya adalah kira kira 70 – 80o . Penyalaan elektroda
dimulai kira kira 15 - 20 mm dari titik awal masuk kearah pengelasan kemudian setelah busur
las menyala maka ditarik kembali ketitik awal. Hal seperti ini sebaiknya dilakukan pada setiap
akan memulai proses pengelasan, untuk menghindari cacat lasan diawal pengelasan. Bila busur
las telah menyala, maka artinya proses pengelasan telah dimulai dan ujung elektroda maupun
permukaan benda kerja akan mulai mencair. Ketika logam las mulai terbentuk tariklah
(gerakan) elektroda kearah pengelasan dengan perlahan, kecepatan penarikan disesuaikan
dengan bentuk manik las yang ingin diperoleh. Pada saat yang sama aturlah jarak busur (ujung
elektroda dengan permukaan benda kerja) kira kira sama dengan diameter elektroda dan
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 19

jagalah jarak busur ini agar tidak berubah (constant). Apabila jarak busur terlalu pendek maka
nyala busur akan mati dan elektroda akan menempel pada benda kerja, namun sebaliknya
apabila jarak busur terlalu tinggi maka akan terjadi percikan (spatters) yang banyak dan suara
proses pengelasan akan terdengar kurang enak. Apabila dilanjutkan jarak busur semakin tinggi
maka nyala busur elektroda akan mati.

Gambar-17. Sudut Elektroda pada Pengelasan Mendatar (Flat, Down Hand).

Gambar-18. Memulai Penyalaan Busur Elektroda.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 20

6.2. PEMUTUSAN DAN PENYAMBUNGAN PROSES PENGELASAN.

Pada saat pengelasan selesai atau pada saat elektroda habis dan harus diganti, maka
pengelasan akan dihentikan. Dalam pemakaiannya elektroda tidak boleh dipakai samapai benar
benar habis namun harus disisakan kira kira 40 – 50 mm. Hal ini untuk mencegah kerusakan
Stang Las akibat panas, namun juga elektroda sebaiknya tidak disisakan terlalu panjang karena
proses pengelasan akan menjadi tidak efisien.
Pada saat menghentikan proses pengelasan sebaiknya elektroda tidak langsung ditarik
(dimatikan), melainkan harus sedikit ditarik sedikit kearah depan (berlawanan arah pengelasan)
atau ditahan beberapa saat untuk mengisi kawah las akhir. Hal ini penting untuk dilakukan
dengan tujuan menghindari cacat lasan pada akhir pengelasan.
Untuk melanjutkan proses pengelasan, sebelum mengganti elektroda yang baru ujung akhir
manik las harus dibersihkan dari terak dengan menggunakan Chipping Hammer dan Sikat
Kawat, bila diperlukan gunakan juga gerinda. Untuk memulai penyalaan busur elektroda pada
saat penyambungan kembali proses pengelasan maka dilakukan pada posisi kira kira 15 mm
dari akhir manik las sebelumnya, kemudian ditarik kedepan (berlawanan arah pengelasan) dan
logam las harus menimpa / menutup manik las sebelumnya. Selanjutnya proses pengelasan
dilanjutkan dengan normal (seperti semula).

Gerakan Elektroda
pada saat menghentikan
pengelasan

Gambar-19. Gerakan Elektroda Pada Akhir Pengelasan.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 21

Gerakan Elektroda

Elektroda

Akhir Manik Las Ttitik Mulai


Penyalaan

Gambar-19. Teknik Penyambungan Manik Las.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 22

7. PENYIMPANGAN BUSUR LAS (ARC BLOW) :


Istilah penyimpangan busur (arc blow) hanya ditemui pada proses pengelasan dengan Mesin Las
DC Penyimpangan Busur disebabkan oleh timbulnya medan magnet akibat aliran arus listrik
searah disekitar bidang kerja, dan ini menyebabkan tidak stabilnya nyala busur las dan
perpindahan logam las dari elektroda (metal transfer). Medan magnet tidak nampak, namun
mengakibatkan menyimpangnya nyala busur dan logam las (logam cair) terutama ketika
melakukan pengelasan pada ujung benda kerja, terlalu dekat metal blok, dan teralalu dekat
dengan ground clamp. Untuk mengurangi penyimpangan busur akibat medan magnet tersebut,
maka dapat dilakukan dengan cara; a.l. :

1). Menggunakan Mesin Las AC dalam proses pengelasan.


2). Mengurangi besarnya arus listrik pengelasan (DC Amperre).
3). Merubah posisi kabel massa (ground clamp).
4). Merubah rubah arah pengelasan (dari ujung ke tengah).
5). Melilitkan kabel massa.
6). Memperbanyak Tack Welding.

Gambar-20. Penyimpangan Nyala Busur (Arc Blow).


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 23

Gambar-21. Teknik Menanggulangi Penyimpangan Busur.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 24

Tugas : Jobsheet 1 SMAW-DH

3x20(=60)
100
20

t=8

200

1 Plat JIS G3101 SS 400 8x100x200 Lat No. 1


Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Skala :
Nama Job : Las Alur Lurus (Stringer Bead) pada Plat
1:2

LANGKAH KERJA : KESELAMATAN KERJA :

1. Siapkan tempat kerja. Jangan lupa pakai kacamata las waktu


2. Buat garis pembantu jarak mengelas dan gunakan kacamata bening
3. Pakailah sarung tangan waktu membersihkan terak
4. Pasang elektroda pada Stang Las.
Pasang kacamata las ALAT KERJA :
5. Nyalakan elektroda dengan cara 1. Alat-alat perlengkapan las listrik
mengetukkan atau menggoreskannya 2. Pakaian las seperti : sarung tangan,
6. Tahan sebentar nyalanya dan tariklah apron dan pelindung kaki
alur pertama. 3. Kacamata Las
7. Letakkanlah Stang Las pada tempat- 4. Kawat Las : Ø 3,2 mm E 7018.
nya.
8. Buanglah terak-nya dan bersihkanlah PERHATIAN :
dengan chipping hammer & sikat Jagalah jarak busur supaya tetap sama dan
kawat. kecepatan pengelasan supaya tetap
9. Lanjutkanlah dengan cara teratur alur- teratur. Demikian pula sudut elektrodanya.
alur berikutnya. Sisa elektroda di usahakan masih 50 mm
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 25

Tugas : Jobsheet 2
SMAW-DH
3x20(=60) 5 40 10
100
20

t=8

200

1 Plat JIS G3101 SS 400 8x100x200 Lat No. 1


Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Skala :
Nama Job : Las Alur Lurus (Stringer Bead) pada Plat
1:2

LANGKAH KERJA : KESELAMATAN KERJA :

10. Siapkan tempat kerja. Jangan lupa pakai kacamata las waktu
11. Buat garis pembantu jarak mengelas dan gunakan kacamata bening
12. Pakailah sarung tangan waktu membersihkan terak
13. Pasang elektroda pada Stang Las.
Pasang kacamata las ALAT KERJA :
14. Nyalakan elektroda dengan cara 5. Alat-alat perlengkapan las listrik
mengetukkan atau menggoreskannya 6. Pakaian las seperti : sarung tangan,
15. Tahan sebentar nyalanya dan tariklah apron dan pelindung kaki
alur pertama. 7. Kacamata Las
16. Letakkanlah Stang Las pada tempat- 8. Kawat Las : Ø 3,2 mm E 7018.
nya.
17. Buanglah terak-nya dan bersihkanlah PERHATIAN :
dengan chipping hammer & sikat Jagalah jarak busur supaya tetap sama dan
kawat. kecepatan pengelasan supaya tetap
18. Lanjutkanlah dengan cara teratur alur- teratur. Demikian pula sudut elektrodanya.
alur berikutnya. Sisa elektroda di usahakan masih 50 mm
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 26

8. FAKTOR DAN PARAMETER PENGELASAN :


Untuk memperoleh hasil proses pengelasan SMAW yang baik dan tidak timbul banyak cacat
lasan (memenuhi persyaratan), seorang Juru Las tidak hanya cukup dalam keterampilan
memanipulasi gerakan Stang Las dan Elektroda, namun juga harus memahami faktor dan
parameter yang dapat mempengaruhi hasil lasan; a.l. :

- Pemilihan Elektroda.
- Pengaturan Arus Pengelasan (Amperre).
- Pengaturan Kecepatan Pengelasan (Travel Speed).
- Pengaturan Jarak Busur.
- Pengaturan Sudut Elektroda.
- Pengendalian Logam Cair & Slag/Terak.

8.1. PEMILIHAN ELEKTRODA.

Elektroda terdiri dari kawat inti (core wire) yang dibalut dengan fluks. Core wire mempunyai
spesifikasi tersendiri dan untuk pengelasan baja karbon biasanya dikategorikan berdasarkan
kekuatan tariknya, sedangkan fluks terdiri dari bahan oksida (basa atau asam), selulosa, pulp,
dll. yang diikat dengan “air kaca” dan salah satu fungsinya adalah untuk menimbulkan selimut
gas pelindung. Fluks terdiri dari berbagai jenis tergantung kegunaan utamanya; misalnya : Low
Hydrogen untuk pengelasan baja karbon sedang s/d tinggi agar terhindar dari kerapuhan
hidrogen, dst. Pembahasan mengenai pemilihan elektroda akan disampaikan dalam sesi
tersendiri.

8.2. PENGATURAN ARUS PENGELASAN (AMPERRE) :

Seperti telah disampaikan bahwa arus pengelasan ditentukan berdasarkan ukuran (diameter)
elektroda yang digunakan. Arus pengelasan yang direkomendasikan oleh pabrikan elektroda
biasanya dicantumkan didalam brosur atau dus/kemasan elektroda,
Pengaturan arus pengelasan yang baik akan menghasilkan manik las dengan penetrasi sedikit
lebih kecil bila dibandingkan dengan tinggi manik sampai permukaan. Kesalahan pengaturan
arus pengelasan dapat menyebabkan terjadinya cacat lasan. Apabila arus pengelasan terlalu
tinggi maka penetrasi akan terlalu dalam dan terjadi banyak percikan (spatters), serta
permukaan manik las melebar. Sebaliknya apabila arus pengelasan terlalu rendah maka
penetrasi menjadi dangkal, logam cair menjadi kental, dan permukaan manik las menjadi
ramping. Apabila diperlukan, pengaturan arus pengelasan yang lebih akurat dapat dilakukan
dengan menggunakan alat bantu Tang Amperre. Selain itu pengendalian arus pengelasan oleh
seorang Juru Las juga dapat dilatih dengan menggunakan pendengaran dan memperhatikan
jumlah percikan (spatters). Arus listrik pengelasan yang terlalu tinggi suaranya akan terdengar
berisik (tidak enak didengar) atau didalam istilah pengelasan dikenal dengan “popping”.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 27

spatters

Gambar-22. Pengaruh Arus Pengelasan terhadap Penetrasi & Bentuk Manik Las.

Berdasarkan persamaan Masukan Panas (H; Heat Input), maka dengan semakin tingginya arus
pengelasan (A; amperre) akan meningkatkan jumlah masukan panas. Hal ini berarti akan
meningkatkan melting rate (laju pencairan) elektroda maupun material benda kerja. Logam cair
yang berlebih akan semakin sulit untuk dikendalikan.

8.3. PENGATURAN KECEPATAN PENGELASAN (TRAVEL SPEED) :

Apabila kecepatan pengelasan (travel speed) terlalu tinggi maka logam cair tidak memiliki cukup
waktu untuk membentuk manik dan biasanya kotoran (impurities; terak, dll.) akan terjebak
didalam logam lasan. Penetrasi akan menjadi kurang dalam dan bentuk manik akan menjadi
ramping serta permukaannya tidak rapih. Sebaliknya apabila kecepatan pengelasan terlalu
rendah maka logam cair akan melebar berlebihan. Penetrasi akan sedikit lebih dalam dan
bentuk manik akan menjadi gemuk dan tinggi, namun permukaannya tetap tidak rapi.
Berdasarkan persamaan Masukan Panas (H; Heat Input), maka dengan semakin tingginya
kecepatan pengelasan (v; Travel Speed) akan menurunkan masukan panas. Hal ini berarti akan
menurunkan melting rate (laju pencairan) elektroda maupun material benda kerja, dan akhirnya
proses penyambungan logam akan menjadi tidak sempurna (incomplete penetration).
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 28

travel speed (cm/min.)

Gambar-23. Pengaruh Kecepatan Pengelasan terhadap Manik Las.

8.4. PENGATURAN JARAK BUSUR (ARC LENGTH) :

Didepan telah dibahas sedikit bahwa jarak busur (arc length) didalam prose pengelasan SMAW
dipengaruhi oleh diameter elektroda, dan dalam beberapa hal tertentu dipengaruhi juga oleh
jenis fluks elektroda yang digunakan. Sebagai acuan jarak busur yang baik adalah sebesar
diamater elektroda (kawat inti, core wire).

Jarak busur > dia. Elect.

Jarak busur < dia. Elect.

Jarak busur = dia. Elect.

Gambar-24. Pengaruh Jarak Busur terhadap Manik Las.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 29

Apabila jarak busur terlalu tinggi maka akan menyebabkan jumlah percikan (spatters) yang
sangat banyak dan permukaan manik las akan tidak teratur dan kasar. Selain itu gas pelindung
juga akan rusak, hal ini akan menyebabkan udara (oksigen, nitrogen dan hidrogen) mudah
masuk kedalam logam cair dan menimbulkan porous. Apabila jarak busur terlalu rendah,
kemungkinan nyala busur elektroda akan mati atau kalau tidak maka akan menyebabkan
masuknya slag ke dalam logam cair. Selain itu akan diperoleh manik las yang terlalu tinggi dan
penetrasi yang dangkal. Jarak busur yang baik dapat diperoleh oleh seorang Juru Las apabila
banyak melakukan latihan dan mengerahkan seluruh inderanya untuk memperhatikan hal ini.
Banyak para Juru Las pemula biasanya kurang bisa mengendalikan (mengimbangi dengan
gerakan) terhadap elektroda yang terkonsumsi.

8.5. PENGATURAN SUDUT ELEKTRODA.

Dalam pengelasan SMAW posisi sudut elektroda sangat berpengaruh terhadap bentuk manik
las dan dalamnya penetrasi. Penyimpangan posisi sudut elektroda akan merubah arah nyala
busur. Apabila arah nyala busur berubah menyamping karena penyimpangan posisi sudut
elektroda dapat menyebabkan termakannya benda kerja, cacat las seperti ini disebut Undercut.
Apabila posisi sudut elektroda terlalu rendah akan menyebabkan tertinggalnya terak cair
sehingga logam cair tidak terlindungi. Namun sebaliknya apabila posisi sudut elektroda terlalu
tinggi maka kawah cairan akan tertutup oleh terak, dan dapat menyebabkan masuknya terak
kedalam logam cair ( slag inclusions ).

8.6. PENGENDALIAN LOGAM DAN SLAG CAIR.

Perpaduan antara cairan benda kerja dengan cairan bahan tambah akan sempurna apabila
teraknya tidak menutupi kawah cairan (Gambar- 25). Untuk itu harus dijaga agar cairan teraknya
berada dibelakang kawah cairan. Dengan mengerjakan banyak latihan maka Juru Lasa akan
mengenal perbedaan cairan terak secara baik, misalnya terak tebal atau terak tipis. Terak yang
baik adalah terak yang berbentuk setengah lingkaran. Terak ini dihasilkan dari semprotan
elektroda dengan tinggi busurnya sedikit lebih besar dari diameter kawat inti elektroda.

Cairan terak mendahului cairan logam, sehingga terak ini akan menghalangi busur. Akibatnya
busur tidak dapat mencairkan logam dasar (base metal). Hal ini bisa terjadi karena busur terlalu
rendah atau sudut elektroda terlalu besar. Sebaliknya cairan terak terlalu jauh dibelakang kawah
cairan logam, maka cairan logam tidak terlindungi oleh terak. Akibatnya dapat menimbulkan
porous pada manik las. Hal ini dapat dihindari dengan memperkecil jarak busur dan menaikkan
posisi sudut elektroda. Juru Las pemula biasanya akan mendapat kesulitan dalam membedakan
logam cair dan terak cair, untuk informasi awal bahwa terak cair akan mengapung diatas logam
cair (karena perbedaan berat jenis).
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 30

Terak

BAIK

Elektroda

Terak SLAG
MENDAHULUI

Elektroda

Terak
SLAG
TERTINGGAL

Kawah Cairan

Gambar-25. Pengendalian Logam dan Terak Cair.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 31

9. MEMBUAT MANIK / ALUR LAS AYUNAN (WEAVING MOTION) :

Teknik pengelasan untuk memperlebar manik las dan menambah jumlah volume logam las
dalam kampuh las biasanya digunakan gerakan elektroda yang digoyang atau disebut ayunan
(weaving motion). Teknik pengelasan seperti ini biasanya dilakukan untuk membuat alur pengisi
pada pengelasan Las Alur V (V Groove) yang lebar dan dalam. Atau digunakan juga pada
proses pengelasan penebalan (build up) dan pengelasan pengerasan permukaan (hard facing).
Metodanya adalah hanya dengan menggerakan ujung elektroda mengikuti gerakan pola
tertentu, sedangkan posisi sudut elektroda diusahakan tetap idak berubah.
Contoh pola gerakan pengelasan manik ayunan (weaving motion) dapat dilihat pada gambar
berikut.

ROTARY
MOTION

Gambar-26. Jenis Pengelasan dengan Digoyang (Weaving Motion).


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 32

Tugas : Jobsheet 3
3x20(=60) SMAW-DH-WEAVING
100
20

t=8

200

1 Plat JIS 3101 StS 400 8x100x200 Lat No. 1


Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Skala :
Nama Job : Las Alur Ayunan (Weaving Motion) pada Plat
1:2

LANGKAH KERJA : KESELAMATAN KERJA :

19. Siapkan tempat kerja. Jangan lupa pakai kacamata las waktu
20. Buat garis pembantu jarak mengelas dan gunakan kacamata bening
21. Pakailah sarung tangan waktu membersihkan terak
22. Pasang elektroda pada Stang Las.
Pasang kacamata las ALAT KERJA :
23. Nyalakan elektroda dengan cara 9. Alat-alat perlengkapan las listrik
mengetukkan atau menggoreskannya 10. Pakaian las seperti : sarung tangan,
24. Tahan sebentar nyalanya dan tariklah apron dan pelindung kaki
alur pertama digoyang/ayunan. 11. Kacamata Las
25. Letakkanlah Stang Las pada tempat- 12. Kawat Las : Ø 3,2 mm E 7018.
nya.
26. Buanglah terak-nya dan bersihkanlah PERHATIAN :
dengan chipping hammer & sikat Jagalah jarak busur supaya tetap sama dan
kawat. kecepatan pengelasan supaya tetap
27. Lanjutkanlah dengan cara teratur alur- teratur. Demikian pula sudut elektrodanya.
alur berikutnya. Sisa elektroda di usahakan masih 50 mm
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 33

Tugas : Jobsheet 4
3x20(=60) 5 40 10 SMAW-DH-WEAVING
100
20

t=8

200

1 Plat JIS G3101 SS 400 8x100x200 Lat No. 1


Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Skala :
Nama Job : Las Alur Ayunan (Weaving Motion) pada Plat
1:2

LANGKAH KERJA : KESELAMATAN KERJA :

28. Siapkan tempat kerja. Jangan lupa pakai kacamata las waktu
29. Buat garis pembantu jarak mengelas dan gunakan kacamata bening
30. Pakailah sarung tangan waktu membersihkan terak
31. Pasang elektroda pada Stang Las.
Pasang kacamata las ALAT KERJA :
32. Nyalakan elektroda dengan cara 13. Alat-alat perlengkapan las listrik
mengetukkan atau menggoreskannya 14. Pakaian las seperti : sarung tangan,
33. Tahan sebentar nyalanya dan tariklah apron dan pelindung kaki
alur pertama digoyang. 15. Kacamata Las
34. Letakkanlah Stang Las pada tempat- 16. Kawat Las : Ø 3,2 mm E 7018.
nya.
35. Buanglah terak-nya dan bersihkanlah PERHATIAN :
dengan chipping hammer & sikat Jagalah jarak busur supaya tetap sama dan
kawat. kecepatan pengelasan supaya tetap
36. Lanjutkanlah dengan cara teratur alur- teratur. Demikian pula sudut elektrodanya.
alur berikutnya. Sisa elektroda di usahakan masih 50 mm
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 34

11. PENGELASAN PENEBALAN (BUILD UP).

Pengelasan Penebalan (Build Up) atau Pengelasan Pelapisan Permukaan banyak dilakukan
untuk reparasi poros (shaft), roda (wheels); dan berbagai elemen mesin lainnya. Proses
pengelasan yang dilakukan adalah melapisi permukaan benda kerja dengan logam las melalui
pengelasan yang kontinyu dengan cara membuat manik manik las lurus yang saling sejajar dan
menumpu satu sama lainnya. Dengan cara pengelasan seperti ini, maka akan diperoleh
permukaan baru (dari logaml as).

Teknik atau metoda Pengelasan Penebalan agar diperoleh permukaan yang rata adalah sbb :
Manik Las pertama dibuat dengan pengelasan manik lurus (striinger bead) dengan posisi sudut
elektroda sama seperti pada pengelasan manik lurus (stringer bead); yaitu 90º terhadap
melintang dan 70-80º pada arah pengelasan. Manik las agar dibuat selurus mungkin dan
permukaannya diusahakan rata dan seragam, demikian juga lebarnya agar diupayakan
seragam dan lurus.
Pengelasan manik kedua dan seterusnya tetap dilakukan dengan manik lurus (stringer bead)
dan dilakukan dengan posisi sudut elektroda melintang adalah 75º kearah bagian yang akan
dilas dan kearah pengelasan adalah 70-80º. Sebelum melakukan pengelasan berikutnya
hendaknya terak dan percikan (spatters) pada manik sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu.
Teknik menyambuang manik dan mengakhiri pengelasan dapat menggunakan metoda yang
telah dijelaskan sebelumnya.

build up
weld deposit

Gambar-27. Contoh Pengelasan Penebalan (Build Up) pada Shaft.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 35

Gambar-28. Build Up Welding pada Coupling Sleeve di Pabrik Pengerolan Baja.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 36

70-80o

Pengelasan Alur Pertama

Pengelasan Alur Berikutnya

70-80o

Gambar-29. Langkah dalam Pengelasan Penebalan.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 37

Apabila hasil pengelasan penebalan (weld deposit) dirasakan masih kurang tebal, maka
dilakukan pengelasan penebalan dengan beberapa lapis (multi layer). Umumnya dalam
pengelasan penebalan dengan multi layer dilakukan kombinasi antara alur lurus (stringer bead)
dengan alur pengelasan ayunan (weaving). Demikian juga arah pengelasannya bila
memungkinkan akan dikombinasikan (anyaman menyilang). Hal ini tiada lain adalah untuk
memperkuat ikatan antar layer, dan mengurangi terjadinya retak yang merambat.
Lebar gerakan elektroda untuk kampuh digoyang (weaving motion) yang ideal adalah < 3 x
diameter elektroda, dan gerakan elektroda berhenti sesaat (kira kira 2 ketukan) pada saat
dipinggir / ujung lebar goyangan.

arah pengelasan

< 3 x dia.

berhenti sesaat pada titik ini

Gambar-30. Las Penebalan Sandwich (Anyaman) dan Metoda Weaving Motion.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 38

Tugas : Jobsheet 5
SMAW-DH
100
80

t=8
10

200

1 Plat JIS G3101 SS 400 8x100x200 Lat No. 2


Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Skala :
Nama Job : Las Penebalan Alur Lurus pada Plat
1:2

LANGKAH KERJA : ALAT KERJA :


1. Hidupkan mesin las 1. Tempat pengelasan komplit.
2. Stel Amper (100-150) untuk elektroda Ø 2. Pakaian kerja, kacamata las
3,2 mm. 3. Elektroda Ø 3,2 E 7018.
3. Lakukan pengelasan untuk alur pertama
4. Kurangi artusnya (ampernya) PERHATIAN
5. Lakukan las penebalan alur-alur berikut
Las alur dikehendaki merupakan
sehingga mendapatkan bidang yang rata.
susunan alur-alur las yang rata.
Artinya antara masing-masing alur
tidak terdapat lembah dan celah.
KESELAMTAN KERJA
Menghidupkan mesin las dan cara
menyetelnya harus menurut petunjuk
Instruktur, dan hati-hati terhadap plat yang
masih panas dan lepaskan elektroda yang
menempel pada benda kerja dengan melepas
Stang Las terlebih dahulu.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 39

Tugas : Jobsheet 6
SMAW-DH-WEAVING
100
80

t=8
10

200

1 Plat JIS G3101 SS 400 8x100x200 Lat No. 2


Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Skala :
Nama Job : Las Penebalan Alur Ayunan (Weaving Motion) pada Plat
1:2

LANGKAH KERJA : ALAT KERJA :


6. Hidupkan mesin las 4. Tempat pengelasan komplit.
7. Stel Amper (100-150) untuk elektroda Ø 5. Pakaian kerja, kacamata las
3,2 mm. 6. Elektroda Ø 3,2 E 7018.
8. Lakukan pengelasan untuk alur pertama
dengan digoyang/ayunan (weaving). PERHATIAN
9. Kurangi stroom (ampernya) Las alur dikehendaki merupakan
10. Lakukan las penebalan alur-alur berikut susunan alur-alur las yang rata.
(weaving) sehingga mendapatkan bidang Artinya antara masing-masing alur
yang rata. tidak terdapat lembah dan celah.
KESELAMTAN KERJA
Menghidupkan mesin las dan cara
menyetelnya harus menurut petunjuk
Instruktur, dan hati-hati terhadap plat yang
masih panas dan lepaskan elektroda yang
menempel pada benda kerja dengan melepas
Stang Las terlebih dahulu.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 40

12. PENGELASAN FILLET PADA SAMBUNGAN T :


Pengelasan sambungan jenis Fillet pada Sambungan T (T Fillet Joint) banyak sekali digunakan
pada konstruksi konstruksi umum statik, karena kekuatannya mudah dihitung berdasarkan pada
kekuatan geser dari bidang lasan. Ini adalah sambungan las seperti yang ditunjukan oleh
Gambar-30. Melalui penyalaan busur terhadap garis sambungan T (garis pertemuan kedua plat)
akan mencairkan sambungan dan sekaligus mencairkan elektroda. Perpaduan cairan ini akan
menghasilkan manik las. Manik las inilah yang nantinya akan menyatukan kedua plat tadi.

Pada Gambar-31 tersebut ditunjukan Pengelasan Sambungan dengan simbolnya. Ada 3 (tiga)
jenis bentuk permukaan manik las yang mungkin terjadi pada pengelasan ini. Adapun ketiga
bentuk tersebut adalah bentuk cembung, cekung dan rata. Permukaan cembung akan lebih kuat
dari permukaan yang cekung, namun permukaan yang cekung (memiliki radius) dan akan lebih
tahan terhadap fatique (kelelahan). Pengelasan Fillet yang banyak digunakan adalah
Sambungan T dengan permukaan manik las rata. Permukaan sisi plat yang akan disambung
harus bersih dan rata agar rapat. Langkah pertama adalah membuat pengelasan kunci (tack
weld) pada kedua ujung sambungan.

12.1. PROSES PENGELASAN FILLET SAMBUNGAN T POSISI DOWN HAND.

Pengelasan Fillet Sambungan T pada posisi Down Hand dalam hal ini dilakukan dengan dengan
2 (dua) cara; yaitu :

1). Pengelasan 3 Pass (Alur) dengan Pengelasan Lurus (Stringer Bead).


2). Pengelasan 2 Pass (Alur) dengan Pengelasan Ayunan (Weaving Motion).

1). Pengelasan Fillet 3 Pass dengan Pengelasan Lurus (Stringer Bead).

Plat benda kerja pertama harus duduk pada plat benda kerja kedua, setelah dibuat las kunci
(tack weld) tidak boleh ada sinar yang tembus melalui sambungan tersebut. Hal ini untuk
menghindari masuknya terak kesela-sela sambungan. Lakukanlah pengelasan dalam posisi
bawah tangan (DH-Down Hand) dengan menggunakan alat bantu.
Pengelasan pass pertama dimulai dengan menyalakan elektroda kira-kira 15 mm dari pangkal
ksambungan, lalu gerakan elektroda kebelakang sampai pangkal sambungan. Setelah
semprotan elektroda sempurna, baru kita boleh melakukan pengelasan. Posisi sudut elektroda
adalah 45 0 terhadap garis lintang atau terhadap masing-masing bidang plat, namun 70 – 80o
pada arah pengelasan. Konsentrasikan agar nyala busur elektroda menuju ketengah tengah
pertemuan bidang plat, bukan arah bidang plat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 41

Gambar-31. Pengelasan Fillet pada Kampuh T.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 42

terjadinya undercut. Las kunci pada awal sambungan dan las kunci pada akhir sambungan
harus dicairkan kembali. Hasil las dikatakan baik bila penampang manik las merupakan segitiga
siku-siku sama kaki.
Pengelasan pass kedua dan ketiga dilakukan juga dengan pengelasan lurus (stringer bead)
yang dibuat sejajar satu sama lain dan dilakukan diatas pass pertama. Pada pengelasan pass
kedua dilakukan dengan posisi sudut elektroda kearah melintang adalah 30º terhadap bidang
plat pertama dan 60º terhadap bidang plat kedua. Dan pada pengelasan pass ketiga adalah
sebaliknya. Sedangkan posisi sudut elektroda kearah pengelasan adalah tetap sama seperti
pada pengelasan pass pertama. Pengelasan pass kedua harus dipastikan penetrasi terhadap
bidang plat dan pass pertama, sedanglan pengelasan pass ketiga harus dipastikan penetrasi
terhadap bidang plat, pass pertama, dan pass kedua.

Gambar-32. Pembuatan Las Kunci (Tack Weld) pada Kampuh T.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 43

Pass - 1

Pass - 2

Pass - 3

Gambar-33. Pengelasan Fillet 3 Pass Alur Lurus Posisi Down Hand.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 44

2). Pengelasan Fillet 2 Pass dengan Pengelasan Ayunan (Weaving Motion).

Pengelasan Fillet pada Sambungan T dengan posisi Down Hand dapat juga dilakukan dengan
cara Pengelasan Ayunan (weaving motion). Jumlah pass dalam pengelasan ini adalah 2 pass
(hal ini sebenarnya tergantung ukuran manik yang ingin diperoleh).
Langkah pertama adalah menempatkan plat benda kerja satu sama lain berbentuk sambungan
T, harus dipastikan bahwa garis sambungan rapat dan tidak terlihat adanya celah yang dapat
menyebabkan terjadinya cacat las. Selanjutnya apabila penempatan sambungan sudah baik
dilakukan pengelasan kunci (tack weld) pada kedua ujung sambungan. Pengelasan pass
pertama; yaitu pengelasan manik akar (root pass) boleh dilakukan dengan pengelesan lurus
(stringer bead) atau juga dengan pengelasan ayunan (weaving motion), yang terpenting adalah
dihindari terjadinya undercut atau overfill (atau lap). Pengelasa pass kedua dilakukan dengan
cara pengelasan ayunan (weaving motion) Gerakan elektroda adalah kearah samping kiri dan
kanan sambil dibawa kearah pengelasan. Apabila gerakan ayunan elektroda terlalu tinggi atau
lebar dapat menyebabkan terjadinya undercut. Hal ini dapat dihindari dengan memperkecil
ayunan atau dengan memperpendek jarak nyala busur elektroda. Dengan gerakan ayunan
yang konstan atau seragam dapat mengahsilkan manik las yang rata.

3). Ukuran Lasan Fillet.

Ukuran Lasan Fillet terdiri dari panjang kaki, s, panjang lasan l, dan dalamnya tenggorakan
(throat); a. Kekuatan Lasan Fillet akan dipengaruhi oleh dalamnya tenggorakan (throat); a dan
panjang lasan, l. Namun bagi Juru Las akan cukup sulit untuk membuat ukuran tenggorokan
(throat) yang diinginkan, tetapi hal ini bisa dilakukan dengan melaliui pembuatan ukuran kaki, s
terlebih dahulu. Hubungan antara kaki, s dan throat, a adalah sbb : a = 0,707 s, s = 1,42 a.

Gambar-34. Ukuran Lasan Fillet.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 45

Gambar-32. Ukuran dan Bentuk Permukaan Lasan Fillet.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 46

Tugas : Jobsheet 7
8

50
SMAW-DH

200 100

1 Plat JIS G3101 SS 400 2 8 x 50 x 200


Lat No. 4
1 Plat JIS G3101 SS 400 1 8 x 100 x 200
Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Skala :
Nama Job : Las Sambungan – T 3 Pass Posisi Down Hand
1:2

ALAT KERJA PERHATIAN


1. Tempat las dan perlengkapannya Sudut elektroda harus betul betul tepat
2. Alat bantu baja U dan tarikan elektroda harus rata.
3. Kawat las Ø 3,2 E 7018. Permukaan yang disambung harus lurus
dan rata, hingga tidak ada celah antara
LANGKAH KERJA : keduanya.
1. Hidupkan mesin las
KESELAMATAN KERJA
2. Stel besarnya Arus (Amp.)
3. Letakan benda kerja pada alat yang Pakailah kacamata bening di waktu
disediakan untuk mengelas posisi membersihkan terak dan spatte demikian
DH. juga letakan kacamata pada tempat yang
4. Berilah las kunci pada bagian disediakan.
samping untuk Sambungan T
5. Las-lah kampuhnya
6. Bersihkan terak dan spaternya
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 47

Tugas : Jobsheet 8
8

50
SMAW-DH-
WEAVING

200 100

1 Plat JIS G3101 SS 400 2 8 x 50 x 200


Lat No. 4
1 Plat JIS G3101 SS 400 1 8 x 100 x 200
Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Las Sambungan – T 2 Pass Weaving Skala :
Nama Job :
Posisi Down Hand 1:2

PERHATIAN
ALAT KERJA
Sudut elektroda harus betul betul tepat
4. Tempat las dan perlengkapannya
dan pengelasan digoyang (diayun)
5. Alat bantu baja U
secukupnya. Permukaan yang disambung
6. Kawat las Ø 3,2 E 7018.
harus lurus dan rata, hingga tidak ada
celah antara keduanya.
LANGKAH KERJA :
KESELAMATAN KERJA
7. Hidupkan mesin las
Pakailah kacamata bening di waktu
8. Stel besarnya Arus (Amp.)
membersihkan terak dan spatte demikian
9. Letakan benda kerja pada alat yang
juga letakan kacamata pada tempat yang
disediakan untuk mengelas posisi
disediakan.
DH.
10. Berilah las kunci pada bagian
samping untuk Sambungan T
11. Las-lah sambungannya dengan
pengelasan ayunan (weaving).
12. Bersihkan terak dan spaternya
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 48

12.2. PROSES PENGELASAN FILLET SAMBUNGAN T POSISI HORIZONTAL-DOWN


HAND.

Proses Pengelasan Fillet Sambungan T pada posisi Horizontal-Down Hand (H-DH) sebaiknya
hanya dilakukan dengan pengelasan Alur Lurus (Stringer Bead), karena pengelasan dengan
Gerakan Ayunan (Meaving Motion) pada posisi ini maka logam cair akan sangat dipengaruhi
oleh gaya gravitasi (jatuh) dan dapat menyebabkan terjadinya overfill (atau overlap). Namun
demikian Pengelasan Fillet Sambungan T pada posisi Horinzontal-Down Hand dengan Gerakan
Ayunan (weaving Motion) dapat juga dilakukan, biasanya hanya dilakukan untuk alur penutup
(cover bead).

1). Pengelasan Fillet 3 Pass dengan Pengelasan Lurus (Stringer Bead).

Seperti halnya yang dilakukan pada posisi Down Hand, pengelasan ini dimulai dengan
menempatkan plat benda kerja satu sama lain berbentuk Sambungan T, namun pisisinya adalah
horizontal dan tidak diperlukan alat bantu. Kemudian dilanjutkan dengan pengelasan kunci (tack
weld). Pengelasan pass pertama (root pass) dilakukan dengan posisi sudut elektroda pada arah
melintang adalah 45o terhadap masing masing bidang plat dan 70-80o pada arah pengelasan.

elektroda

tack weld
tack weld

arah
pengelasan

Gambar-33. Pengelasan Fillet Sambungan T Posisi Horizontal-Down Hand.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 49

Gambar-34. Posisi Sudut Elektroda pada Pengelasan Fillet Horizontal.

Pada pengelasan cover pass (alur penutup); yaitu pass 2 dan pass 3, posisi sudut elektroda
adalah 30o dan 60o pada masing masing bidang plat. Manik las pass 2 harus penetrasi
terhadap pass 1 dan bidang plat, dan manik lass pass 3 harus penetrasi terhadap pass 1, pass
2, dan bidang plat (perhatikan Gambar-34).
Las kunci (tack weld) diusahalan agar terpenetrasi oleh alur lasan, kecuali pada bidang
melintang. Kaki lasan fillet (s) agar diusahakan memiliki panjang yang sama (sama kaki), karena
dalam perhitungan kekuatan hanya ukuran throat (a) yang akan mempengaruhi kekuatan lasan.
Ketika selesai pengelasan untuk setiap alur, jangan lupa agar terak dan spatter dibersihkan
terlebih dahulu sebelum melanjutkan pass berikutnya dengan menggunakan Chipping Hammer
dan Sikat Kawat. Faktor kebersihan dalam hal ini dapat mempengaruhi kualitas lasan.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 50

2). Pengelasan Fillet 2 Cover Pass dengan Pengelasan Ayunan (Weaving Motion), dan
Root Pass dengan Pengelasan Lurus (Stringer Bead).

Pengelasan Fillet Sambungan T ini hampir sama dengan pengelasan fillet sambungan T
sebelumnya, hanya terdapat perbedaan pada pengelasan cover pass (alur penutup).
Pengelasan root pass (alur akar atau alur pertama) sama dengan pengelasan sebelumnya yaitu
dilakukan dengan pengelasan lurus (stringer bead) dengan posisi sudut elektroda 45o terhadap
bidang plat dan 70-80o terhadap arah pengelasan. Sedangkan pengelasan cover pass (alur
penutup) atau pass 2 dan pass 3 dilakukan dengan cara pengelasan diayun (weaving motion)
dan posisi sudut elektroda adalah 60o dan 30o terhadap bidang plat dan untuk masing masing
pengelasannya dilakukan posisi sudut elektroda dengan cara sebaliknya.

pass 3

pass 2

Gambar-35. Pengelasan Fillet Sambungan T dg Cover Pass Weaving.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 51

Tugas : Jobsheet 9
8

50
SMAW-H-DH

200 100

1 Plat JIS G3101 SS 400 2 8 x 50 x 200


Lat No. 4
1 Plat JIS G3101 SS 400 1 8 x 100 x 200
Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Las Sambungan – T 3 Pass Posisi Horizontal - Skala :
Nama Job :
Down Hand 1:2

ALAT KERJA PERHATIAN


7. Tempat las dan perlengkapannya Sudut elektroda harus betul betul tepat
8. Alat bantu baja U dan tarikan elektroda harus rata.
9. Kawat las Ø 3,2 E 7018. Permukaan yang disambung harus lurus
dan rata, hingga tidak ada celah antara
LANGKAH KERJA : keduanya.
13. Hidupkan mesin las
KESELAMATAN KERJA
14. Stel besarnya Arus (Amp.)
15. Letakan benda kerja pada alat yang Pakailah kacamata bening di waktu
disediakan untuk mengelas posisi membersihkan terak dan spatte demikian
Horizontal-Down Hand. juga letakan kacamata pada tempat yang
16. Berilah las kunci pada bagian disediakan.
samping untuk Sambungan T
17. Las-lah kampuhnya
18. Bersihkan terak dan spaternya
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 52

Tugas : Jobsheet 10

SMAW-H-DH

200

1 Plat JIS G3101 SS 400 2 8 x 50 x 200


Lat No. 4
1 Plat JIS G3101 SS 400 1 8 x 100 x 200
Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Las Sambungan – T 2 Pass Weaving Skala :
Nama Job :
Posisi Down Hand 1:2

PERHATIAN
ALAT KERJA
Sudut elektroda harus betul betul tepat
10. Tempat las dan perlengkapannya
dan pengelasan digoyang (diayun)
11. Alat bantu baja U
secukupnya. Permukaan yang disambung
12. Kawat las Ø 3,2 E 7018.
harus lurus dan rata, hingga tidak ada
celah antara keduanya.
LANGKAH KERJA :
KESELAMATAN KERJA
19. Hidupkan mesin las
Pakailah kacamata bening di waktu
20. Stel besarnya Arus (Amp.)
membersihkan terak dan spatte demikian
21. Letakan benda kerja pada alat yang
juga letakan kacamata pada tempat yang
disediakan untuk mengelas posisi
disediakan.
H-DH dengan cover pass weaving.
22. Berilah las kunci pada bagian
samping untuk Sambungan T
23. Las-lah sambungannya dengan weaving
pengelasan ayunan (weaving).
24. Bersihkan terak dan spaternya
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 53

13. PROSES PENGELASAN SAMBUNGAN SUDUT (CORNER JOINT) POSISI


MENDATAR (DOWN HAND).

Bila kedua sisi plat baja dihubungkan saling tegak lupus (membentuk sudut 90º), maka
sambungan tersebut disebut sambungan sudut luar (corner joint). Dalam latihan ini akan
ditentukan jarak akar hádala 2, 6 mm (sesuai diameter elektroda untuk root).

13.1. MENSEJAJARKAN PLAT DAN PEMBUATAN LAS KUNCI.

Mensejajarkan kedua plat dan pembuatan las kunci, kita perla memakai alat bantu. Alat bantu
tersebut hádala untuk membentuk sudut 90o antara kedua plat dan alat bantu berbentuk plat
yang tebalnya 2,6 mm untuk mengatur jarak antar plat. Pengelasan kunci (tack weld) diletakkan
pada kedua ujung sambungan. Pengelasan akar (root pass) dilakukan dengan menggunakan
elektroda E 6013 dengan diameter 2,6 mm. Sedangkan untuk pass berikutnya (manik)
menggunakan elektroda E 7018 dengan diameter 3,2 mm.

13.2. PENGELASAN AKAR (ROOT PASS).

Pengelasan awal selalu dimulai + 15 mm dari awal kampuh (sambungan), lalu tarik kedepan dan
kembali kettik awal dan selanjutnya lakukanlah pengelasan dengan sedikit diayun (weaving
motion). Ayunan ini harus rata agar tembusannya rata dan tidak terlalu dalam. Demikian pula
waktu mengayun elektroda, tinggi busurnya harus constan untuk menghindari cacat undercut.
Perhatikan pada pengelasan akar (root pass) harus terjadi tembusan yang memadai kira kira 1 -
2 mm. Untuk meyakinkan pada saat pengelasan akar terjadi tembusan, maka pada daerah
lasan tepat didepan elektroda harus terbentuk lubang kunci (key hole). Sebelum pengelasan
dilajutkan dengan pass berikutnya, maka manik akar harus dibersihkan terlebih dahulu dengan
menggunakan chipping hammer dan sikat kawat.

13.3. PENGELASAN MANIK PENGISIAN (FILLER PASS) DAN MANIK PENUTUP (COVER
PASS).

Untuk pengelasan manik pengisian (filler pass) dan manik penutup (cover pass) digunakan
elektroda E 7018 dengan diameter 3,2 mm. Pada setiap pengelasan manik pengisian dan manik
penutup dilakukan dengan cara diayun kesamping (weaving motion). Dan untuk menghindari
undercut pada pengelasan ini, saat ayunan pada posisi disamping agar berhen ti beberapa saat
(dua ketukan). Dam ingat pada pengelasan manik pengisian diatas manik akar agar benar
tersambung dengan baik (terjadi penetrasi terhadap manik akar). Setiap penyambungan manik
dengan elektroda baru, harus dimulai dari + 10 mm dari ujung manik sebelumnya. Sebelum
pengelasan dilanjutkan dengan manik penutup, maka manik pengisian harus dibersihkan
dengan menggunakan chipping hammer dan sikat kawat.
PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 54

Khusus untuk pengelasan manik penutup agar gerakan ayunannya dilakukan dengan tempo
yang agak lambat (tidak terlalu cepat). Harus dihindari pula agar cairan terak jangan sampai
menutupi kawah cairan lasan. Permukaan manik yang baik adalah dengan sisik yang rata dan
sedikit cembung, tapi tidak terlalu tinggi (maksimum 3 mm).

tack weld

plat 2,6 mm untuk


pengukur celah

tack weld

Gambar-36. Setting Pengelasan Sudut & Tack Weld.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 55

weaving

Gambar-37. Pengelasan Akar (Root Pass) pada Corner Joint.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 56

Root Pass

Filler Pass

Cover Pass

Gambar-38. Hasil Pengelasan Corner Joint.


PROSES DASAR
PUSDIKLAT
PT. KRAKATAU STEEL
Teori :
LAS SMAW
PENGELASAN SMAW
Kode : Halaman : 57

Tugas : Jobsheet 11

SMAW-DH

50

2,6

200 10

2 Plat JIS G3101 SS 400 10 x 50 x 200 Lat No. 10


Jml Bentuk bahan Spesifikasi Material No Urut Ukuran Keterangan
Nama Job
CORNER JOINT POSISI DOWN HAND

LANGKAH KERJA 3
ALAT KERJA
2
1. Berilah las kunci pada kedua1 plat
a. Tempat las
2. Las manik akar dengan gerak ayun
b. Alat pembuatan kampuh
3. Bersihkan kampuhnya
c. Kawat las Ø 2,6 mm E 6013.
4. Las manik pengisian dengan las ayun
d. Kawat las Ø 3,2 mm E 7018.
5. Bersihkan kampuhnya
6. Las pula manik penutup dengan las
PERHATIAN
ayun
7. Bersihkan seluruh kampuh
Dengan jarak kampuh 2,6 mm dan
8. Periksalah hasilnya
dengan gerakan ayunan melintang
terhadap kampuh akan menghasilkan
tembusan yang bagus. Tapi ingat jarak
busurnya harus di jaga stabil, bila gerak
ayunannya terlalu cepat maka
sambungannya akan.

KESELAMATAN KERJA

Tidak menggunakan pakaian kerja secara


benar dan tidak mentaati peraturan
keselamatan kerja dapat mengakibatkan
kecelakaan yang fatal bagi diri Anda.
Referensi :

1). Diktat Dasar Pengelasan – Pusdiklat PT. Krakatau Steel.

2). SMAW – KOICA; Korea International Cooperation Agency.

3). International Welding Engineer Training Module– JWES; Japan Welding Engineer Society.

4). Brosur ESAB.

Anda mungkin juga menyukai